Anda di halaman 1dari 10

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN

KABUPATEN SEMARANG
NOMOR : 445 / III/ 4. 20/ X/ 2018
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM MANAJEMEN NYERI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah


sakit dan menghadapi era globalisasi, perlu dibentuk Tim
Manajemen Nyeri sesuai dengan standar pelayanan yang
ditetapkan Pemerintah;
b. bahwa untuk mendukung keberhasilan Pelayanan yang
bermutu maka diperlukan Tim Manajemen Nyeri sebagai
konsultan nyeri pada Pelayanan Rawat Jalan maupun Rawat
Inap;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan b, perlu menetapkan Tim Manajemen Nyeri
di RSUD Ungaran dengan Keputusan Direktur.

Mengingat : 1. Undang – Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang – Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang – Undang RI No. 29 Tahun 2009 tentang Praktek
Kedokteran;
4. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika;
5. Undang-undang no.34 tahun 2017 tentang Akreditasi
Rumah Sakit.
6. Keputusan menteri Kesehatan Indonesia Nomor
290/MenKes/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran;
7. Keputusan menteri Kesehatan Indonesia Nomor
1691/MenKes/PER/III/2011 tentang Keselamatan Pasien;
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran
Tentang Pembentukan Tim Manajemen Nyeri Rumah Sakit Umum
Daerah Ungaran.

KEDUA : Kebijakan Tentang Pembentukan Tim Manajemen Nyeri Rumah


Sakit Umum Daerah Ungaran, sebagaimana dimaksud dalam
Diktum kesatu tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

KETIGA : Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat pelaksanaan,


dibebankan pada Anggaran Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) Kabupaten Semarang tahun 2018.

KEEMPAT : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan


dengan ketentuan akan diadakan perbaikan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di Ungaran
Pada tanggal 10 – 10- 2018

DIREKTUR RSUD UNGARAN


KABUPATEN SEMARANG

SETYA PINARDI
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAHUNGARAN
NOMOR 445 / III /04.20 / X / 2018
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM MANAJEMEN NYERI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN

TIM MANAJEMEN NYERI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN

Ketua : dr Urip Widyanto Sp.An


Sekretaris : dr. Sri Sumarni Sp.S
Anggota :
dr Agung Trisnanto Sp.B
dr Rino Arianto Marswita Sp.PD
dr Akhad Kartika Sp.A
dr Endang E. Sp.RM
Mamik, S.Kep, Ns, MH. Kes
Ismiatun, S.Kep
Diyah Sari T., AMK
Bambang Suyitno, SKep
Is Sri Sukowati, AMK
Erni Wahyuni, S.Kep.Ns
Sukar S.ST FT
Dra.Dyah Santi N. Apt
Struktur Tim Nyeri Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran

dr Urip Widyanto Sp.An

KETUA TIM

dr. Sri Sumarni Sp.S


SEKRETARIS

dr Agung Trisnanto Sp.B dr Akhad Kartika Sp.A dr Rino Arianto Sp.PD

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

dr Endang E. Sp.RM Mamik, S.Kep, Ns, Ismiatun, S.Kep


ANGGOTA ANGGOTA
ANGGOTA

Diyah Sari T., AMK Bambang Suyitno, SKep Is Sri Sukowati, AMK
ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

Erni Wahyuni Sukar S.ST FT Dra.Dyah Santi N. Apt


S.Kep.Ns ANGGOTA ANGGOTA

ANGGOTA

Ditetapkan di Ungaran
Pada tanggal 10 – 10- 2018

DIREKTUR RSUD UNGARAN


KABUPATEN SEMARANG

SETYA PINARDI
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAHUNGARAN
NOMOR 445 / III /04.20 / X / 2018
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM MANAJEMEN NYERI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN

TUGAS, TANGGUNG JAWAB, TATA KERJA, WEWENANG & HUBUNGAN


KERJA TIM MANAJEMEN NYERI

Tim Manajemen Nyeri

Dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas dari pelayanan pasien maka
perlu disusun suatu kelompok kerja atau tim yang menilai, mengawasi dan
meningkatkan kualitas pelayanan manajemen nyeri.

Jadi tim manajemen nyeri adalah "Tim yang terdiri dari tenaga kesehatan yang
terlibat di dalam pelayanan kesehatan, dalam rangka membantu komite medis
agar penyelenggaraan pelayanan pasien berkualiatas".

Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa tim manajemen nyeri dibentuk
oleh Komite Medis.

Tugas tim manajemen nyeri

1) Menentukan standar dan kebijakan pelayanan

2) Mengusulkan bentuk formulir terkait manajemen nyeri

3) Mengusulkan upaya yang perlu dalam penanggulangan pelayanan manajemen


nyeri

4) Menganalisis tingkat kualitas informasi dari manajemen nyeri di rumah sakit

5) Menentukan jadwal dan materi rapat rutin tim manajemen nyeri

Tanggung Jawab Tim Manajemen Nyeri

1) Memberikan saran - saran dan pertimbangan - pertimbangan dalam hal


penyimpanan manajemen nyeri dan menjamin bahwa semua informasi
teranalisis sebaik - baiknya dan tercatat dalam rekam medis juga menjamin
tersedianya data yang diperlukan untuk menilai pelayanan dalam bentuk
manajemen nyeri (scale) yang diberikan kepada seorang pasien.
2) Menjamin telah dijalankannya dengan baik penilaian manajemen nyeri,
penganalisisan nyeri, dan pemberian tatalaksana manajemen nyeri sesuai
indikasi nyeri yang dialamai oleh pasien.

3) Mengajukan usul - usul kepada Direktur RS tentang perubahan dari isi


manajemen nyeri setiap kali ada perubahan yang mendasar terkait tatalaksana
manajemen nyeri.

4) Membina hubungan antar anggota tim manajemen nyeri terkait keharmonisan


dalam memberikan pelayanan pasien.

Wewenang Tim Manajemen Nyeri

1) Memberikan penilaian akhir terhadap kualitas penilaian manajemen nyeri

2) Menolak manajemen nyeri yang tidak memenuhi standar

3) Menerapkan tindakan - tindakan ke arah perbaikan pelayanan pasien terkait


manajemen nyeri yang tidak memuaskan.

4) Merekomendasikan untuk memberi sanksi bagi tenaga kesehatan yang


berkewajiban
memberikan tatalaksana sesuai permintaan tim manajemen nyeri, tetapi
menolak untuk melakukan tatalaksana manajemen nyeri.

Tata Kerja Tim Manajemen Nyeri

1) Mengadakan pertemuan satu kali dalam sebulan (bila perlu)

2) Harus mempelajari manajemen nyeri baik terhadap penilaian maupun


tatalaksana dengan fokus perhatian pada mutu

3) Menilai kasus - kasus tanpa diagnosa nyeri, perbedaan pendapat tentang


diagnosa dan sebab – sebab kematian.

4) Tim juga dapat menilai kasus pasien yang di rawat inap, rawat jalan serta
secara rutin pada pasien IGD dan secara khusus melakukan penilaian pada
pasien yang berada di perawatan intensive.

5) Melakukan penyeragaman bentuk formulir manajemen nyeri

6) Penilaian manajemen nyeri dapat dilakukan dengan Numerick scale (pasien


sadar dan anak usia > 7 tahun), wong baker faces pain scale (dewasa dan
anak-anak > 3tahun ), flacc pain scale (Neonatus 0 – 6 bulan), comfort pain
scale (pasien tidak sadar di ruang intensive)

7) Dibuat jadwal rutin penilaian


Hubungan Kerja

1) Unit Rekam Medis, Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Unit Gawat Darurat
dan unit lain yang terkait, bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan Tim
manajemen nyeri sesuai dengan batas wewenang dan tanggung jawabnya.

2) Dalam melaksanakan tugasnya, Ka. Tim manajem nyeri berkewajiban


menerapkan koordinasi, integritas dan sinkronisasi baik dalam lingkungan
intern unit dengan unit - unit lain yang terkait, sesuai dengan tugas masing –
masing.

3) Ka. Unit manajemen nyeri dan unit - unit yang terkait dengan pelaksanaan
kegiatan manajemen nyeri, bertanggung jawab dan mengkoordinasikan
bawahannya masing - masing serta memberikan petunjuk bagi pelaksanaan
bagi petugas bawahannya.

4) Ka. Unit manajemen nyeri dan unit - unit lain yang terkait dengan
pelaksanaaan kegiatan manajemen nyeri, wajib mengikuti dan memenuhi
petunjuk dan tanggung jawab kepada atasan masing - masing dan
menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.

5) Dalam melaksanakan tugasnya Ka. Tim manajemen nyeri dan unit - unit
lain yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan manajemen nyeri, dalam
rangka pembinaan dan pemberian bimbingan wajib mengadakan rapat berkala
baik antar petugas manajemen nyeri, maupun antar pimpinan unit - unit lain
yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan manajemen nyeri di Rumah Sakit.

6) Tatalaksana Pasien Nyeri


Melakukan assasmen nyeri dengan :
a) CRIES Scale untuk pasien anak berusia 0 – 2 bulan
b) FLACC( Face,Leg,Activity,Cry,Consolability ) Scale untuk pasien anak
berusia < 7 tahun
c) VAS ( Visual Analog Scale ) untuk pasien berusia lebih dari 7 tahun
d) CCPOT ( Critical Care Pain Observation Tool ) untuk pasien dengan
ventilator atau sedasi

Ditetapkan di Ungaran
Pada tanggal 10 – 10- 2018

DIREKTUR RSUD UNGARAN


KABUPATEN SEMARANG

SETYA PINARDI
Lampiran IV : Penatalaksanaan Nyeri
1. Standar WHO 1986
Adjuvant : obat-obatan yang diberikan untuk mengatasi adversed reaction
dari opioid atau anti nyeri tambahan untuk meningkatkan efek analgesia.
Secara farmakologis bukan analgesik murni.
2. Apabila setelah dilakukan 3 langkah tersebut, nyeri masih ada (terutama
pada kasus kanker), dapat dipertimbangkan untuk melakukan langkah
ke-4, yaitu tindakan intervensional :
a. Blok (somatik, simpatetik)
b. Spinal medication
c. Spinal cords stimulation
d. Bedah
Cara penatalaksanaan nyeri kronik menggunakan analgesik opioid :
1. Pasien dan keluarga harus diedukasi mengenai :
a. Efek adiksi narkotik
b. Toleransi
c. Ketergantungan fisik
d. Efek samping lain yang mungkin terjadi
2. Peresepan analgetik opioid dan adjuvan psikotropika harus dilakukan sesuai
prosedur peresepan narkotika dan psikotropika
3. Apabila terdapat pertanyaan atau keluhan selama mendapat penatalaksanaan
nyeri kronik di rawat jalan, pasien harus segera menghubungi UGD Rumah
Sakit Pertamina bintang amin di 0721273601 atau kontrol langsung ke
Rumah Sakit untuk dievaluasi ulang oleh DPJP.
I. Privacy
Setiap pasien yang dilakukan penatalaksanaan nyeri wajib dilindungi privacy-
nya sesuai standar prosedur operasional.
II. Risiko yang dihadapi
Setiap petugas yang melakukan penatalaksanaan nyeri mewaspadai terhadap
risiko yang mungkin terjadi, antara lain :
a. Syok neurogenik
b. Syok anapilaktik
III. Monitoring Pasien
Pengkajian Ulang Nyeri :
1. Perawat melakukan penilaian ulang nyeri pada keadaan sebagai berikut :
a. Pasien yang berpotensi mengalami nyeri (pasien pasca operasi, pasien
Onkologi, pasien dengan nyeri kronik): sedikitnya setiap 2 jam pada 24
jam pertama, kemudian setiap 4 jam pada 24 jam berikutnya.
b. Dalam waktu 15-30 menit setelah intervensi penanganan nyeri dengan
obat intravena, 60-120 menit setelah intervensi melalui jalur oral atau
intramuskular.
c. Dapat lebih sering apabila rasa nyeri tidak teratasi
d. Bila nyeri telah teratasi, kembali dilakukan setiap shift perawat
e. Untuk rawat jalan, penilaian ulang dilakukan apabila diperlukan sesuai
dengan proses kunjungan pasien (misalnya apabila terjadi perubahan
terapi atau dilakukan tindakan rawat jalan)
2. Pada penilaian ulang nyeri dikaji:
a. Ada/ tidaknya nyeri
b. Intensitas nyeri
c. Lokasi nyeri, bila berubah
d. Kualitas nyeri, bila berubah
e. Onset nyeri, lama nyeri, variasi, dan pola nyeri, bila berubah
f. Efek samping obat nyeri yang diberikan
g. Pemeriksaan fisik berkaitan dengan lokasi nyeri
3. Hal-hal yang perlu segera dilaporkan ke dokter penanggung jawab pasien
adalah sebagai berikut :
a. Nyeri yang tidak terkontrol, tidak dapat diatasi
b. Intervensi nyeri yang tidak mencapai tujuan penanganan nyeri dalam
jangka waktu yang sesuai dengan intervensi
c. Nyeri baru atau nyeri yang memberat
d. Efek samping pengobatan nyeri, termasuk namun tidak terbatas pada:
depresi napas, sesak napas, perubahan status mental, mioklonus, mual
dan muntah yang tidak teratasi, retensi
e. Sensorik/ motorik

IV. Penatalaksanaan Nyeri


Pada nyeri ringan skor 1-3, pasien dapat dilakukan terapi non farmakologik
yang meliputi distraksi dan relaksasi, ataupun fisioterapi. Jika dibutuhkan
dapat ditambahkan terapi farmakologik. Terapi farmakologik disesuaikan
dengan ringan sampai beratnya nyeri, dengan mengikuti Three Step Ladder
Analgetic.
Pada pasien dengan nyeri akut dan berat (skor 7-10) digolongkan pasien
emergency yang membutuhkan pertolongan segera (ESI 2). Nyeri akut dan
berat dengan nilai VAS 7-10 sebaiknya langsung diberikan obat-obatan yang
kuat dengan dosis optimal, dapat memakai tramadol injeksi atau OAINS
injeksi yang cukup poten seperti ketorolak injeksi, natrium diklofenak injeksi,
ketoprofen injeksi, meloksikam injeksi, dynastat injeksi, dan sebagainya jika
masih nyeri dapat menggunakan golongan narkotika.
Pada prinsipnya, pengobatan nyeri akut dan berat sebaiknya diberikan obat
yang paling poten dulu. Bila intensitas nyerinya sudah menurun, dosis obat
diturunkan seperti menuruni anak tangga (lihat gambar 1).

Obat pilihan untuk nyeri kronik dan intensitas nyeri tinggi atau nyeri berat
adalah morfin. Sebaiknya pemberian secara peroral bila pasien masih dapat
menelan. Dosisnya antara 10-100 mg tergantung intensitas nyeri. Makin tinggi
dosis obat, makin tinggi efek analgetiknya. Pada umumnya pemberian around the
clock lebih menguntungkan daripada pemberian as needed (Tollison, 1998).

Terapi Farmakologi Nyeri Kronik karena Keganasan (Chronic Malignant Pain).


Ikuti Three Step Analgesic Ladder

1. Langkah pertama
Aspirin, asetaminofen atau OAINS dikombinasikan dengan obat-obatan
ajuvan analgesik.

2. Langka kedua
 Bila langkah pertama kurang efektif, maka obat pada langkah pertama
diteruskan ditambah dengan narkotik oral dan ajuvan analgesik
 Narkotik pilihan adalah Codein. Bisa dikombinasikan dengan aspirin,
asetaminofen atau OAINS.

3. Langkah ketiga
Langkah ketiga diambil bila langkah kedua kurang efektif. Obat-obatan
dilangkah kedua dihentikan, obat dilangkah pertama diteruskan, ditambah
grup narkotika yang lebih poten. Obat pilihan adalah morfin dengan dosis
dapat dinaikan tanpa batas, sementara diawasi respirasi, mental status dan
kesiagaan.(Catatan: pada penderita kanker dengan fase terminal,
pemberian morfin dosis tinggi dapat menyebabkan komunikasi terganggu,
maka dapat diberikan stimulan, misalnya methylphenidate, (Ritalin).

Anda mungkin juga menyukai