Pada manusia, kekuatan total optik mata rileks adalah sekitar 60 dioptri. Kornea kurang lebih
dua-pertiga dari kekuatan ini dan lensa kristal (bersama dengan humor aquous dan humor vitreous)
memberikan kontribusi sepertiga sisanya.
Pada saat memfokuskan, kontraksi otot ciliary mengurangi ketegangan lensa meningkatkan
kecembungan dari lensa meningkatkan daya optik mata.
Akomodasi: mekanisme yang memfokuskan sistem lensa mata untuk tajam penglihatan yang
baik. Akomodasi terjadi karena kontraksi dan relaksasi muskulus siliaris. Kontraksi meningkatkan
kekuatan bias lensa. Relaksasi menurunkan kekuatan bias lensa.
Area korteks yang mengatur akomodasi terletak paralel dengan area yang mengatur pergerakan
fiksasi mata, dengan integrasi akhir berupa sinyal penglihatan dalam area 18 dan 19 korteks
Brodmann dan menjalarkan sinyal motorik ke muskulus siliaris melalui area pretektal batang otak
dan kemudian masuk ke nukleus Edinger-Westpal dan akhirnya melalui serabut saraf parasimpatis
menuju mata.
(a) (kiri) untuk memfokuskan pada objek jauh dengan jarak tertentu, lensa memipih,. (kanan) untuk memfokuskan objek
yang dekat, lensa mencembung.
Ketajaman Penglihatan
Sudut terkecil pada mata yang terbentuk oleh sinar-sinar dari sepasang pita paralel (gelap dan
terang) yang masih dapat memberi kesan sebagai 2 benda terpisah. Lebar sudut sekitar 0,5 menit
(merupakan sudut yang masih dapat dipisahkan oleh sel kerucut fovea centralis). Faktor yang
mempengaruhi ketajaman penglihatan antara lain :
• Paling tak tajam terletak pada bagian tepi lapangan pandang ( bagian dunia luar yang
terlihat mata, dengan pandangan mata yang terfiksasi)
b. Derajat pencahayaan.
Energi cahaya dengan panjang gelombang cahaya ± 397 – 723 nm oleh mata diubah menjadi aksi
potensial dalam N.opticus (N.II) Bayangan benda difokuskan di retina Berkas cahaya yang
mengenai retina akan memicu aksi potensial pada sel kerucut dan batang impuls dihantarkan ke
korteks (lobus occipitalis) otak kesan penglihatan.
Sel batang merupakan reseptor penglihatan malam (skotopik), peka cahaya, dan tidak mampu
untuk penglihatan warna. Sel kerucut merupakan reseptor penglihatan terang (fotopik), ketajaman
lebih besar dan berfungsi untuk penglihatan warna. Sel batang dan kerucut mengandung zat yang
terurai jika terkena cahaya. Dalam proses ini mereka merangsang saraf mata (N. Opticus) untuk
menghantarkan impuls sehingga suatu proyeksi benda dapat dilihat. Zat kimia pada sel batang
disebut rhodopsin dan pada sel kerucut disebut pigmen kerucut .
Siklus Rhodopsin
Rhodopsin adalah kombinasi protein scotopsin dan protein retinal (retinene). Retinal adalah
jenis khusus yang disebut 11 - cis – retinal. Bentuk cis retinal ini penting karena ini adalah satu-
satunya bentuk yang dapat bergabung dengan scotopsin untuk mensintesis rhodopsin. Jika rhodopsin
menyerap energi cahaya, segera terurai menjadi bathorhodopsin . Bathorhodopsin merupakan
senyawa tidak stabil dan dalam hitungan nano detik akan terurai menjadi lumirhodopsin. Kemudian
pada beberapa μ detik menjadi metarhodopsin I dan setelah 1 milidetik menjadi metarhodopsin II.
Akhirnya menjadi scotopsin dan semua retinal trans. Metarhodopsin II disebut juga activated
rhodopsin yang merangsang perubahan listrik dalam sel batang dan kemudian menjalarkan bayangan
visual ke SSP.
Tahap pertama dari pembentukan kembali rhodopsin adalah mengubah semua - trans – retinal
menjadi 11 - cis – retinal. Proses dikatalisis oleh enzim isomerase retina Ketika 11 - cis - retinal
terbentuk, otomatis ia bergabung lagi dengan scotopsin untuk membentuk rhodopsin.
Bila berada dalam terang cukup lama maka:
Akibatnya konsentrasi zat fotokimia peka cahaya sangat rendah sehingga kepekaan mata
terhadap cahaya berkurang ( adaptasi terang).
Akibatnya reseptor visual menjadi peka sehingga dengan cahaya minimal mata telah mampu
melihat ( adaptasi gelap).
Saraf parasimpatis : merangsang otot sfingter pupil → memperkecil celah pupil (miosis)
Jika mata disinari cahaya, pupil akan mengecil, ini disebut refleks cahaya pupil.
1. Sistem baru
Penjalaran sinyal penglihatan secara langsung ke dalam korteks penglihatan di lobus
oksipitalis.
Sinyal saraf penglihatan meninggalkan retina melalui nervus optikus. Di kiasma optikum, serabut
nervus optikus dari bagian nasal retina menyeberangi garis tengah, tempat serabut nervus optikus
bergabung dengan serabut-serabut yang berasal dari bagian temporal retina mata yang lain sehingga
terbentuklah traktus optikus. Serabut-serabut dari setiap traktus optikus bersinaps di nucleus
genikulatum lateralis dorsalis pada thalamus, lalu serabut-serabut genikulokalkarina berjalan melalui
radiasi optikus ( traktus genikulokalkarina) menuju korteks penglihatan primer yang terletak di fisura
kalkarina lobus oksipitalis.
Akhirnya, nucleus genikulatum lateralis dorsalis terbagi dalam bentuk lain : (1) lapisan I dan
II yang disebut lapisan magnoseluler, karena lapisan ini berisi sel-sel saraf besar. Lapisan ini
menerima masukan hampir seluruhnya dari sel ganglion retina tipe Y yang besar. Sistem
magnoseluler ini menyediakan jaras penghantaran yang bersifat cepat ke korteks penglihatan. Namun
sistem ini merupakan sistem yang buta warna, sehingga hanya menjalarkan informasi berupa hitam-
putih. Penjalaran dari titik ke titiknya juga bersifat kurang baik karena tidakterdapat begitu banyak
sel ganglion Y dan dendrit-dendritnya menyebar secara luas di retina. (2) Lapisan III sampai lapisan
VI disebut lapisan parvoseluler karena mengandung banyak sekali sel saraf berukuran kecil sampai
sedang. Sel-sel saraf ini menerima masukan hampir seluruhnya dari sel ganglion retina tipe X yang
menjalarkan warna dan menyampaikan informasi spasial yang akurat dari titik-ke-titik tetapi hanya
pada kecepatan penghantaran yang sedang dan tidak dengan kecepatan tinggi.
2.Sistem Primitif
Dari traktus optikus ke:
a) Nukleus suprakiasmatik di hipotalamus, mungkin untuk pengaturan irama sirkadian .
b) Nuklei pretektalis di otak tengah, untuk gerakan refleks mata agar fokus pada obyek penting
dan untuk refleks pupil terhadap cahaya.
c) Kolikulus superior, untuk mengatur pergerakan arah kedua mata yang cepat.
d) Nukleus genikulatum lateralis ventralis di talamus dan basal otak sekitarnya, mungkin untuk
membantu pengendalian fungsi sikap tubuh.
• Tiap pergerakan binokuler, ada 2 otot (1 otot pada tiap mata) yang menerima stimuli yang
sama.
Obliqus superior N IV
Pergerakan Pergerakan
Otot
Utama Tambahan
RL ABDUKSI -
RM ADUKSI -
Lapangan Penglihatan
Lapangan penglihatan adalah area penglihatan yang dilihat oleh satu mata pada suatu jarak
tertentu. Area yang tampak pada sisi nasal disebut lapangan pandang bagian nasal, dan area yang
tampak pada sisi lateral dinamakan lapangan pandang bagian temporal. Pemetaan lapangan pandang
untuk tiap mata dinamakan perimetri. Lapangan pandang dapat menyempit secara konsentris,
menghilang ½ untuk mata kanan atau kiri, atau menghilang sebagian.
– Pasien tidak dapat melihat separuh bagian kanan dari lapangan penglihatan kedua
mata, dinamakan hemianopsia homonim dekstra.
– Tractus opticus kanan putus→ separuh bagian kiri dari lapangan penglihatan kedua
mata tidak terlihat.
Gerakan sakadik pada mata
• Bila bayangan penglihatan bergerak terus menerus di depan mata, maka fiksasi mata akan
melompat-lompat dari satu titik ke titik lain dengan kecepatan 2 sampai 3 lompatan per detik.
• Selama terjadi gerakan sakadik ini, otak akan menekan bayangan penglihatan sehingga orang
tersebut tidak merasakan adanya gerakan perpindahan dari satu titik ke titik lain.
• Mata dapat tetap difiksasi pada obyek yang sedang bergerak, yang disebut sebagai gerakan
yang mengejar.
• Mekanisme kortikal yang berkembang dengan sangat baik dapat dengan otomatis dan
involunter mendeteksi rangkaian pergerakan suatu obyek dan dengan cepat membentuk
rangkaian pergerakan yang sama pada mata.