Disusun oleh:
Iqbal Habibie, S.Ked 04084821618202
Rabiatul Adawiyah, S.Ked 04054821719047
i
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
Oleh :
Iqbal Habibie, S. Ked
Rabiatul Adawiyah, S. Ked
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul Aneurisma Aorta
Abdominalis.
Referat ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di
Bagian/Departemen Radiologi RSUP DR. Moh. Hoesin Palembang Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. H. M. Yusri, Sp.Rad selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan
referat ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
4
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................5
Pendahuluan...............................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
Tinjauan Pusataka.....................................................................................6
A. Anatomi Aorta......................................................................................6
1. Aorta Ascenden...............................................................................7
2. Arcus Aorta......................................................................................7
3. Aorta Desenden...............................................................................9
B. Aneurisma Aorta.................................................................................13
1. Definisi...........................................................................................1
3
2. Epidemiologi.................................................................................14
3. Klasifikasi......................................................................................1
5
4. Etiologi..........................................................................................17
5. Patogenesis....................................................................................18
6. Pemeriksaan Penunjang..............................................................26
7. Penatalaksanaan...........................................................................2
8
a. Aneurisma aorta abdominalis.............................................28
b. Aneurisma aorta Thoracica.................................................34
8. Prognosis.......................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................36
5
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Aorta
Aorta adalah pembuluh darah besar (main trunk) dari seluruh pembuluh
darah cabangnya yang berfungsi membawa darah teroksigenasi ke berbagai
jaringan di tubuh untuk kebutuhan nutrisi. Aorta terletak di bagian atas dari
ventrikel, dimana diameternya sekitar 3 cm, dan setelah naik (ascending) untuk
jarak yang pendek, ia melengkung (arch) ke belakang dan ke sisi kiri, tepat pada
pangkal paru kiri, kemudian turun (descending) dalam thorax pada sisi kiri
kolumna vertebralis, masuk rongga abdomen lewat hiatus diafragmatikus, dimana
diameternya mulai berkurang (1,75 cm), setingkat dengan vertebra lumbalis ke IV,
kemudian bercabang menjadi arteri iliaca comunis dekstra dan sinistra. Dari
uraian diatas maka aorta dapat dipisahkan menjadi beberapa bagian: aorta
ascenden, arcus aorta, dan aorta descenden yang dibagi lagi menjadi aorta
thoracica dan aorta abdominalis (Gray,1918).
1. Aorta Ascenden
2. Arcus Aorta
yang kedua dimana ia melengkung kedepan dan kekiri. Batas atasnya kira-
kira 2,5 cm dibawah batas superior manubrium sterni (Gray,1918).
Batas-batasarcus aorta dilindungi oleh pleura di anterior dan
margo anterior dari pulmo; dan sisa dari timus. Saat pembuluh melintas ke
belakang, sisi kirinya bersentuhan dengan pulmo sinistra dan pleura. Saat
melintas ke bawah pada sisi kiri bagian tersebut pada arcus terdapat 4
nervus: nervus phrenicus sinistra, cardiacus superior cabang nervus vagus
sinistra, cabang nervus cardiacus superior dari trunkus simpatikus sinistra,
dan trunkus vagus sinistra. Saat nervus terakhir tadi melintasi arcus ia
memberikan cabang recurrent, yang melingkar dibawah pembuluh dan
melintas keatas pada sisi kanan. Vena intercostalis melintas oblik keatas
dan kedepan pada sisi kiri arcus, diantara nervus phrenicus dan vagus.
Pada sisi kanan terdapat plexus cardiacus profunda, nervus recurrent
sinistra, esophagus, dan ductus thoracicus; trakea berada dibelakang kanan
dari pembuluh. Diatas adalah arteri innominata, arteri carotis comunis
sinistra, dan arteri subclavia sinistra, yang muncul dari lengkungan arcus
dan bersilangan berdekatan di pangkalnya dengan vena innominata
sinistra. Dibawah adalah bifurkasio arteri pulmonalis, bronkus sinistra,
ligamentum arteriosum, bagian superfisial dari pleksus cardiacus, dan
nervus recurrent sinistra. Ligamentum arteriosum menghubungkan arteri
pulmonalis sinistra dengan arcus aorta (Gray,1918).
Diantara awal arteri subclavia dan perlekatan ductus arteriosus,
lumen aorta bayi sedikit menyempit, membentuk bangunan yang disebut
sebagai isthmus aorticus, yang pada saat diatas duktus arteriosus
pembuluh membentuk dilatasi yang disebut aortic spindle (Gray,1918).
Cabang-cabangarcus aorta mempercabangkan 3 buah pembuluh
darah: arteri innominata, carotis comunis sinistra, dan subclavia sinistra
(Gray,1918).
9
3. Aorta Desenden
1. Aorta thoracalis
Terdapat dalam cavum mediastinum posterior. Dimulai pada batas
bawah dari vertebra thoracic ke IV dimana ia merupakan lanjutan dari
arcus aorta, dan berakhir di depan batas bawah dari vertebra thoracic
ke XII pada hiatus aorticus diafragma. Dalam perjalanannya terdapat
di sisi kiri kolumna vertebralis; ia mendekati garis tengah saat turun;
dan, saat terminasinya berada tepat didepan kolumna vertebralis.
Batas-batasanterior, dari atas kebawah, berbatasan dengan pangkal
pulmo sinistra, pericardium, esophagus, dan diafragma; posterior,
dengan kolumna vertebralis dan vena hemiazigos; sisi kanan, dengan
vena azigos dan ductus thoracicus; sisi kiri, dengan pleurae dan pulmo
sinistra (Gray,1918).
10
2. Aorta abdominalis
Dimulai pada hiatus aortikus diafragma, didepan batas bawah dari
korpus vertebrae thoracic terakhir, dan, turun didepan kolumna
12
B. Aneurisma Aorta
1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Klasifikasi
4. Etiologi
5. Patogenesis
hilangnya sel otot polos tunika media dengan penipisan dinding pembuluh,
dan infiltrat limfosit dan makrofag transmural. Atherosclerosis adalah
gambaran utama yang mendasari aneurisma (Wassef,2001).
Terdapat beberapa mekanisme dalam patogenesis aneurisma aorta
abdominalis:
- Degradasi proteolitik dari dinding jaringan ikat aorta
pembentukan aneurisma melibatkan proses yang komplek dari
destruksi tunika media aorta dan jaringan penyokongnya melalui
degradasi elastin dan kolagen. Pada model in vivo dari
pembentukan aneurisma aorta abdominalis, meliputi aplikasi
calcium chloride dan perfusi elastase intraluminal, telah digunakan
untuk meningkatkan peran berbagai protease selama pembentukan
aneurisma. Model tersebut, sebaik yang telah dipelajari juga pada
jaringan aorta manusia, menunjukkan bahwa berbagai matrix
metalloproteinase proteinases (MMPs), berasal dari makrofag dan
sel otot polos aorta, memainkan peran terintegrasi dalam
pembentukan aneurisma. Disolusi kolagen intersisial mengikuti
ekspresi dari collagenase MMP-1 dan MMP-13 pada aneurisma
aorta abdominalis manusia. Elastase MMP-2 (gelatinase A), MMP-
7 (matrilysin), MMP-9 (gelatinase B), dan MMP-12 (elastase
makrofag) juga meningkat pada jaringan aneurisma aorta. Matrix
metalloproteinase proteinases-12 (MMP-12), diekspresikan tinggi
pada aneurisma aorta abdominalis manusia dan dapat berperan
penting dalam inisiasi aneurisma. Sebagai tambahan, tingginya
kadar MMP-2, ditemukan pada aneurisma aorta yang kecil,
menunjukkan peran MMP-2 pada pembentukan awal aorta. Terakhir
elastase MMP-9 yang dapat diinduksi meningkat pada jaringan
aorta, juga pada serum pasien aneurisma. Selama pembentukan
aneurisma, keseimbangan remodeling dinding pembuluh antara
MMPs dan inhibitornya yaitu Tissue Inhibitors of
Metalloproteinases (TIMPs), menentukan degradasi elastin dan
20
7. Penatalaksanaan
a. Aneurisma aorta abdominalis
Terapi aneurisma dahulu adalah intervensi bedah atau observasi
(watchful waiting) dengan kombinasi pengawasan tekanan darah.
Sekarang, endovascular atau teknik invasif minimal telah
dikembangkan untuk berbagai tipe aneurisma.
Jika aneurisma berukuran kecil dan tidak ada gejala (misalnya
aneurisma yang ditemukan saat pemeriksan kesehatan rutin), maka
direkomendasikan pemeriksaan kesehatan periodik saja, meliputi
29
Gambar 13. Teknik Perbaikan transperitoneal AAA dengan graft prostese lurus
atau bercabang. D, duodenum; IMA, inferior mesenteric artery; IMV, inferior
mesenteric vein; LRV, left renal vein; SMA, superior mesenteric artery. (Mayo
Foundation for Medical Education and Research dari Sabiston Textbook of
Surgery)
2. Retroperitoneal Approach
Pendekatan transperitoneal pada pasien dengan keadaan
abdomen yang kurang mendukung untuk menjalani operasi
seperti aneurisma suprarenal yang luas, horseshoe kidney,
peritoneal dialysis, inflammatory aneurysm, atau asites. Pada
keadaan ini dengan pendekatan retroperitoneal adalah yang
paling baik.
Dengan teknik ini, posisi pasien lateral dekubitus kanan. Insisi
untuk lapangan operasi pada pertengahan dari atas crista iliaca
dan tepi kosta. Lengan kiri diberi bantalan dan diletakkan
diatas lengan kanan dengan diberi penyokong. Derajat
kemiringan bahu 60o dan panggul 30o untuk memudahakan
mengeksplor lapangan operasi.
Insisi pada sela iga X dimulai dari linea aksilaris posterior
dilebarkan ke medial sampai batas lateral rectus sheat menuju
titik tengah antara umbilikus dan simfisis pubis (Gloviczki, P
& Ricotta, JJ, 2007).
33
Gambar 16. Teknik EVAR. (Mayo Foundation for Medical Education and
Research dari Sabiston Textbook of Surgery)
35
Outcome biasanya baik jika perbaikan dilakukan oleh ahli bedah yang
berpengalaman sebelum ruptur. Kurang dari 50% dari pasien bertahan dari
ruptur aneurisma abdominal. Mortalitas setelah open elective atau
endovascular repair adalah 1-5%. Pada umumnya pasien dengan
aneurisma aorta yang lebih besar dari 5 cm mempunyai kemungkinan tiga
kali lebih besar untuk meninggal sebagai konsekuensi dari ruptur
dibandingkan dari reseksi bedah. Survival rate 5 tahun setelah tindakan
bedah adalah 60-80%. 5-10% pasien akan mengalami pembentukan
aneurisma lainnya berdekatan dengan graft.
37
Daftar Pustaka
Chung, Kyung W., Harold M. Chung. 2012. Gross Anatomy 7th Edition.
Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.
Liapis, C.D. K., Balzer, F. Benedetti- Valentini. Vascular Surgery. 2007. New
York: Springer Berlin Heidelberg.
Sjamsuhidajat. R., de Jong. W., Bab 28 Jantung, Pembuluh Arteri, Vena, dan
Limfe: Aneurisma dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. 2. 2004. Jakarta:
EGC.
White, Rodney A., Larry H. Hollier. Vascular Surgery. 2005. Oxford: Blackwell
Publishing.