Anda di halaman 1dari 38

Referat

ANEURISMA AORTA ABDOMINALIS

Disusun oleh:
Iqbal Habibie, S.Ked 04084821618202
Rabiatul Adawiyah, S.Ked 04054821719047

Kepaniteraan Klinik Bagian/Departemen Radiologi

Pembimbing: dr. H. M. Yusri, Sp.Rad

BAGIAN/ DEPARTEMEN RADIOLOGI


RUMAH SAKIT Dr. MOH HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

Referat

Aneurisma Aorta Abdominal

Oleh :
Iqbal Habibie, S. Ked
Rabiatul Adawiyah, S. Ked

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang

Palembang, Mei 2017

dr. H. M. Yusri, Sp.Rad

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul Aneurisma Aorta
Abdominalis.
Referat ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di
Bagian/Departemen Radiologi RSUP DR. Moh. Hoesin Palembang Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. H. M. Yusri, Sp.Rad selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan
referat ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Palembang, Mei 2017

Penulis

iii
4

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................5

Pendahuluan...............................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................6

Tinjauan Pusataka.....................................................................................6

A. Anatomi Aorta......................................................................................6
1. Aorta Ascenden...............................................................................7
2. Arcus Aorta......................................................................................7
3. Aorta Desenden...............................................................................9

B. Aneurisma Aorta.................................................................................13

1. Definisi...........................................................................................1
3
2. Epidemiologi.................................................................................14
3. Klasifikasi......................................................................................1
5
4. Etiologi..........................................................................................17
5. Patogenesis....................................................................................18
6. Pemeriksaan Penunjang..............................................................26
7. Penatalaksanaan...........................................................................2
8
a. Aneurisma aorta abdominalis.............................................28
b. Aneurisma aorta Thoracica.................................................34
8. Prognosis.......................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................36
5

BAB I

PENDAHULUAN

Aneurisma aorta merupakan penyakit yang merupaka penyakit yang


mematikan, dimana sekitar 15.000 terjadi kematian tak terduga setiap tahunnya di
Amerika. Insiden aneurisma aorta abdominal menunjukkan peningkatan terutama
pada usia tua. Beberapa data menunjukkan aneurisma aorta abdominal mengenai
6-9% populasi di atas usia 65 tahun (Kadoglou, 2004).

Aneurisma aorta merupakan suatu keadaan dimana terjadi pelebaran atau


dilatasi aorta lebih dari 50%. Aneurisma dapat terjadi sebagai kelainan kongenital
atau akuisita. Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi pembentukan aneurisma antara lain usia, hipertensi,
perokok, dan penyakit arteriosklerosis (Gloviczki, P & Ricotta, JJ, 2007).

Terdapat beberapa teori mengenai patogenesis terjadinya aneurisma aorta


antara lain 1) degradasi proteolitik dari dinding jaringan ikat aorta, 2) inflamasi
dan respon imun, 3) stress biokimia pada dinding, 4) molekular genetik, dan 5)
mekanisme gabungan (Wassef,2001).

Aneurisma terbentuk secara perlahan selama beberapa tahun dan sering


tanpa gejala. Jika aneurisma mengembang secara cepat, maka terjadi robekan
(ruptur aneurisma), atau kebocoran darah disepanjang dinding pembuluh darah
( aortic dissection), gejala dapat muncul tiba-tiba (Tseng, 2009).

Terapi aneurisma dahulu adalah intervensi bedah atau observasi (watchful


waiting) dengan kombinasi pengawasan tekanan darah. Sekarang, endovascular
atau teknik invasif minimal telah dikembangkan untuk berbagai tipe aneurisma.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Aorta
Aorta adalah pembuluh darah besar (main trunk) dari seluruh pembuluh
darah cabangnya yang berfungsi membawa darah teroksigenasi ke berbagai
jaringan di tubuh untuk kebutuhan nutrisi. Aorta terletak di bagian atas dari
ventrikel, dimana diameternya sekitar 3 cm, dan setelah naik (ascending) untuk
jarak yang pendek, ia melengkung (arch) ke belakang dan ke sisi kiri, tepat pada
pangkal paru kiri, kemudian turun (descending) dalam thorax pada sisi kiri
kolumna vertebralis, masuk rongga abdomen lewat hiatus diafragmatikus, dimana
diameternya mulai berkurang (1,75 cm), setingkat dengan vertebra lumbalis ke IV,
kemudian bercabang menjadi arteri iliaca comunis dekstra dan sinistra. Dari
uraian diatas maka aorta dapat dipisahkan menjadi beberapa bagian: aorta
ascenden, arcus aorta, dan aorta descenden yang dibagi lagi menjadi aorta
thoracica dan aorta abdominalis (Gray,1918).

Gambar 1: Arcus aorta dan cabang-cabangnya


7

1. Aorta Ascenden

Aorta ascenden memiliki panjangnya sekitar 5 cm, menyusun


bagian atas dari basis ventrikel kiri, setinggi batas bawah kartilago kosta
ke III dibelakang kiri pertengahan sternum; aorta ascenden melintas keatas
secara oblik, kedepan, dan kekanan, searah aksis jantung, setinggi batas
atas dari kartilago kosta ke II. Pada pangkal asalnya, berlawanan dengan
segmen valvula aortikus, terdapat tiga dilatasi kecil disebut sinus aortikus.
Saat pertemuan aorta ascenden dengan arcus aorta kaliber pembuluh darah
meingkat, karena bulging dinding kanannya. Segmen dilatasi ini disebut
bulbus aortikus, dan pada potongan transversal menunjukkan bentuk yang
oval. Aorta ascenden terdapat dalam pericardium(Gray,1918).
Batas-batasaorta ascenden dilindungi oleh trunkus arteria
pulmonalis dan aurikula dekstra, dan, lebih tinggi lagi, terpisah dari
sternum oleh pericardium, pleura kanan, margo anterior dari pulmo
dekstra, jaringan ikat longgar, dan sisa dari jaringan timus; di posterior ia
bersandar pada atrium sinistra dan arteri pulmonalis dekstra. Pada sisi
kanan, ia berdekatan dengan vena cava superior dan atrium dekstra; pada
sisi kiri dengan arteri pulmonalis (Gray,1918).
Cabang-cabangsatu-satunya cabang dari aorta ascenden adalah
arteria coronaria yang mensuplai jantung; muncul dekat permulaan aorta
tepat diatas pangkal valvula semilunaris (Gray,1918).

2. Arcus Aorta

Arcus aorta dimulai setinggi batas atas artikulasi sternokostalis ke


II pada sisi kanannya, dan berjalan keatas, kebelakang, dan ke kiri di
depan trakea; kemudian mengarah ke belakang pada sisi kiri trakea dan
akhirnya turun lewat sisi kiri tubuh pada setinggi vertebra thoracic ke IV,
pada batas bawahnya dan kemudian berlanjut menjadi aorta descenden.
Kemudian terbentuk dua kurvatura: satu dimana ia melengkung keatas dan
8

yang kedua dimana ia melengkung kedepan dan kekiri. Batas atasnya kira-
kira 2,5 cm dibawah batas superior manubrium sterni (Gray,1918).
Batas-batasarcus aorta dilindungi oleh pleura di anterior dan
margo anterior dari pulmo; dan sisa dari timus. Saat pembuluh melintas ke
belakang, sisi kirinya bersentuhan dengan pulmo sinistra dan pleura. Saat
melintas ke bawah pada sisi kiri bagian tersebut pada arcus terdapat 4
nervus: nervus phrenicus sinistra, cardiacus superior cabang nervus vagus
sinistra, cabang nervus cardiacus superior dari trunkus simpatikus sinistra,
dan trunkus vagus sinistra. Saat nervus terakhir tadi melintasi arcus ia
memberikan cabang recurrent, yang melingkar dibawah pembuluh dan
melintas keatas pada sisi kanan. Vena intercostalis melintas oblik keatas
dan kedepan pada sisi kiri arcus, diantara nervus phrenicus dan vagus.
Pada sisi kanan terdapat plexus cardiacus profunda, nervus recurrent
sinistra, esophagus, dan ductus thoracicus; trakea berada dibelakang kanan
dari pembuluh. Diatas adalah arteri innominata, arteri carotis comunis
sinistra, dan arteri subclavia sinistra, yang muncul dari lengkungan arcus
dan bersilangan berdekatan di pangkalnya dengan vena innominata
sinistra. Dibawah adalah bifurkasio arteri pulmonalis, bronkus sinistra,
ligamentum arteriosum, bagian superfisial dari pleksus cardiacus, dan
nervus recurrent sinistra. Ligamentum arteriosum menghubungkan arteri
pulmonalis sinistra dengan arcus aorta (Gray,1918).
Diantara awal arteri subclavia dan perlekatan ductus arteriosus,
lumen aorta bayi sedikit menyempit, membentuk bangunan yang disebut
sebagai isthmus aorticus, yang pada saat diatas duktus arteriosus
pembuluh membentuk dilatasi yang disebut aortic spindle (Gray,1918).
Cabang-cabangarcus aorta mempercabangkan 3 buah pembuluh
darah: arteri innominata, carotis comunis sinistra, dan subclavia sinistra
(Gray,1918).
9

Gambar 2: Skema cabang-cabang arcus aorta

3. Aorta Desenden

Aorta desenden dibagi menjadi dua bagian, thoracica dan


abdominalis, saat melewati dua rongga besar tubuh.

1. Aorta thoracalis
Terdapat dalam cavum mediastinum posterior. Dimulai pada batas
bawah dari vertebra thoracic ke IV dimana ia merupakan lanjutan dari
arcus aorta, dan berakhir di depan batas bawah dari vertebra thoracic
ke XII pada hiatus aorticus diafragma. Dalam perjalanannya terdapat
di sisi kiri kolumna vertebralis; ia mendekati garis tengah saat turun;
dan, saat terminasinya berada tepat didepan kolumna vertebralis.
Batas-batasanterior, dari atas kebawah, berbatasan dengan pangkal
pulmo sinistra, pericardium, esophagus, dan diafragma; posterior,
dengan kolumna vertebralis dan vena hemiazigos; sisi kanan, dengan
vena azigos dan ductus thoracicus; sisi kiri, dengan pleurae dan pulmo
sinistra (Gray,1918).
10

Cabang-cabangaorta thoracalis mempercabangkan antara lain:


Cabang pericardial (rami pericardiaci)terdiri dari beberapa
pembuluh kecil yang terdistribusi pada permukaan posterior
pericardium.
Arteri bronkialis (aa. bronchiales)bervariasi jumlah,
ukuran, dan asalnya. Terdapat aturan baku bahwa hanya satu
arteri bronchialis dekstra yang berasal dari aorta intercostalis
pertama, atau dari arteri bronchialis sinistra superior. Arteri
bronchialis sinistra terdapat dua buah, dan berasal dari aorta
thoracalis. Bagian superior arteri bronchialis sinistra muncul
berlawanan dengan vertebra thoracic ke V, bagian inferior
terdapat tepat dibawah bronchus sinistra. Tiap-tiap pembuluh
berjalan di bagian belakang masing-masing bronchus,
bercabang disepanjang tube bronchus, memvaskularisasinya.
Juga pada jaringan jaringan longgar pulmo, limfonodi
bronchialis, dan esophagus.
Arteri esophageal (aa. sophage)terdapat empat atau lima
jumlahnya, berasal dari bagian depan aorta, dan turun oblik
kebawah menuju esophagus, membentuk rantai anastomosis
disepanjang tube, beranastomosis juga dibagian atas dengan
cabang esophageal dari arteri tiroidea inferior dan dibagian
bawah dengan arteri phrenica inferior sinistra dan arteri
gastrica inferior.
Cabang mediastinal (rami mediastinales)adalah sejumlah
pembuluh kecil yang mensuplai kelenjar limfe dan jaringan ikat
longgar pada mediatinumk posterior.
Arteri intercostalis (aa. intercostales)terdapat sembilan
pasang arteri intercostalis aorta. Mereka berasal dari bagian
belakang aorta, arteri intercostalis dekstra lebih panjang
dibanding yang sinistra sesuai dengan posisi aorta yang
11

disebelah kiri vertebra. Tiap arteri dibagi menjadi ramus


anterior dan posterior.
Ramus anteriortiap pembuluhnya berjalan dengan vena dan
nervus. Arteri intercostalis aorta yang pertama beranastomosis
dengan cabang intercostal dari truncus costocervicalis. Dua
arteri intercostalis bagian bawah berlanjut ke anterior dari
spatium intercostalis ke dinding abdomen, serta beranastomosis
dengan arteri subcostalis, epigastrica superior, dan lumbalis
(Gray,1918).

Gambar 3: Aorta torakalis, dilihat dari sisi kiri

2. Aorta abdominalis
Dimulai pada hiatus aortikus diafragma, didepan batas bawah dari
korpus vertebrae thoracic terakhir, dan, turun didepan kolumna
12

vertebralis, berakhir pada korpus vertebra lumbalis ke IV, sedikit kekiri


dari garis tengah tubuh, kemudian terbagi menjadi dua arteri iliaca
comunis. Aorta semakin berkurang ukurannya dengan semakin banyak
ia mempercabangkan pembuluh darah (Gray,1918).
Batas-batasaorta abdominalis dibatasi: anterior oleh omentum
minus dan gaster; dibelakang cabang dari arteri celiaca dan plexus
celiaca; dibawah vena lienalis, pankreas, vena renalis sinistra, bagian
inferior dari duodenum, pleksus mesenterium dan pleksus aortikus.
Posterior, dipisahkan dari vertebrae lumbalis dan fibrokartilago
intervertebrae oleh ligamentum longitudinalis anterior dan vena
lumbalis sinistra. Pada sisi kanan terdapat vena azygos, cisterna chyli,
duktus torasikus, crus dekstra diafragma yang memisahkan aorta dari
bagian atas vena cava inferior dari ganglion celiaca dekstra; vena cava
inferior bersentuhan dengan aorta dibawahnya. Pada sisi kiri adalah
crus sinistra diafragma, ganglion celiaca sinistra,bagian ascending dari
duodenum dan sedikit bagian intestinum (Gray,1918).
Cabang-cabangdapat dibagi menjadi tiga kelompok: viseral,
parietal, dan terminal. Dari cabang viseral: arteri celiaca, arteri
mesenterika superior dan inferior, arteri suprarenalis, renalis,
spermatica interna, dan ovarica (pada wanita). Cabang parietal: arteri
phrenica inferior, lumbalis, dan arteri sacralis media. Cabang terminal
adalah arteri iliaca komunis (Gray,1918).
13

Gambar 4: Aorta abdominalis dan cabang-cabangnya

B. Aneurisma Aorta

1. Definisi

Istilah aneurisma berasal dari bahasa yunani aneurysma berarti


pelebaran. Aneurisma adalah suatu keadaan dilatasi lokal permanen dan
ireversibel dari pembuluh darah, dilatasi ini minimal 50% dari diameter
normal. Ectasia adalah dilatasi arteri kurang dari 50% dari diameter normal.
Diameter normal dari aorta dan arteri, tergantung pada: usia, jenis kelamin,
ukuran tubuh, dan faktor lainnya. Pada pria, aorta infrarenal biasanya antara
14 dan 24 mm, dan wanita antara 12 dan 21 mm (Gloviczki, P & Ricotta, JJ,
2007; Sjamsuhidajat, 2004).

Lapisan arteri yang kontak langsung dengan darah adalah tunika


intima, sering disebut intima. Lapisan ini dibentuk terutama oleh sel
endothelial. Berdekatan dengan lapisan ini adalah tunika media, disebut juga
lapisan media terutama dibentuk oleh sel otot polos dan jaringan elastik.
Lapisan paling luar disebut tunika adventitia tersusun oleh jaringan ikat.
Terdapat true aneurysm dan false aneurysm. Pada true aneurysm:
14

melibatkan ketiga lapisan dinding arteri termasuk intima atau endotel.


Sedangkan false aneurysm atau pseudoaneurisma hanya melibatkan lapisan
terluar dari dinding arteri yaitu tunika adventitia (Gloviczki, P & Ricotta, JJ,
2007).

Sebagian besar aneurisma aorta (AA) terjadi pada aorta abdominalis;


disebut aneurisma aorta abdominal atau abdominal aortic aneurysms (AAA).
Aneurisma yang terbentuk di aorta torakalis, disebut thoracic aneurysm (TA).
Aneurisma yang terbentuk di segmen torak dan abdomen disebut
thoracoabdominal aneurysms (TAA) (Tseng, 2009).

2. Epidemiologi

Insiden aneurisma aorta abdominal menunjukkan peningkatan


terutama pada usia tua. Beberapa data menunjukkan aneurisma aorta
abdominal mengenai 6-9% populasi di atas usia 65 tahun. Sekitar 12,8%
populasi penduduk Amerika berusia diatas 65 tahun,diperkirakan 1,5 juta
memiliki aneurisma pada tahun 1999 dan lebih dari 2,7 juta penduduk
Amerika akan menderita penyakit aneurisma pada tahun 2025. Pada tahun
2000, National Hospital Discharge Summary melaporkan lebih dari 30.000
operasi rekonstruksi terbuka aneurisma aorta abdominalis. Namun demikian,
aneurisma aorta abdominal merupakan penyakit yang mematikan dimana
sekitar 15.000 kematian tak terduga setiap tahunnya di Amerika (Kadoglou,
2004).
Frekuensi aneurisma mengalami peningkatan terus menerus pada pria
diatas 55 tahun, mencapai puncaknya sebanyak 6% pada usia 80-85 tahun.
Pada wanita, terjadi peningkatan pada usia 70 tahun, mencapai puncaknya
sebanyak 4,5% pada usia diatas 90 tahun. Perbandingan pria dan wanita 4 :1
sampai 5 : 1 pada kelompok usia 60 sampai 70 tahun, tetapi usia diatas 80
tahun rasio menjadi 1:1 (Gloviczki, P & Ricotta, JJ, 2007).
15

3. Klasifikasi

Aneurisma dapat digolongkan berdasarkan bentuknya: sakular dan


fusiform. Aneurisma sakular menyerupai kantong (sack) kecil, aneurisma hanya
melibatkan sebagian dari lingkar arteri dimana aneurisma berbentuk seperti
kantong yang menonjol dan berhubungan dengan dinding arteri melalui suatu
leher yang sempit; aneurisma fusiformis menyerupai kumparan, dilatasi
simetris dan melibatkan seluruh lingkar arteri (Gloviczki, P & Ricotta, JJ,
2007).

Gambar 5. Tipe aneurisma

Berdasarkan etiologi aneurisma umunya dibedakan:(1) degenerative


aneurysms, disebabkan oleh perubahan aterosklerosis pada dinding pembuluh
darah. Patogenesis aneurisma akan dijelaskan di bagian lain, proses melibatkan
berbagai faktor antara lain predisposisi genetik, penuaan/aging, aterosklerosis,
inflamasi dan aktivasi enzim proteolitik lokal. (2) Aneurisma kongenital dan
aneurisma yang berhubungan dengan arteritis dan penyakit jaringan ikat sangat
jarang (Gloviczki, P & Ricotta, JJ, 2007).
16

Gambar 6. Tipe Aneurisma torasika desenden. A) distal arteri subklavia kiri


sampai sela iga enam; B) sela iga enam sampai dibawah diafragma; C) seluruh
aorta desenden. ( Chris Akers, 2006 diambil dari Sabiston Textbook of Surgery)

Berdasarkan letak yang tersering aorta torasika dan aorta abdominalis.


Aneurisma torasika dapat menyerang aorta torasika desenden dibawah arteri
subklavia kiri, aorta asenden diatas katup aorta, dan arkus aorta. Aorta desenden
paling sering terserang. Aoneurisma aorta abdominal dibagi menjadi
aneurisma aorta infrarenal ---aneurisma mengenai sebagian segmen aorta
dibawah arteri renalis; aneurisma aorta juxtarenalmengenai seluruh
segmen aorta dibawah arteri renalis; aneurisma aorta pararenalis--sampai
mengenai pangkal arteri renalis; aneurisma aorta suprarenalisaneurisma
meluas sampai diatas arteri renalis. Pada aneurisma aorta abdominal lokasi
tersering adalah infrarenal (Gloviczki, P & Ricotta, JJ, 2007).
17

Gambar 7. Tipe aneurisma aorta abdominal. I) Infrarenalis; II) Juxtarenalis; III)


Pararenalis; IV) Suprarenalis. (Mayo Foundation for Medical Education and
Research diambil dari Sabiston Textbook of Surgery)

4. Etiologi

Aneurisma dapat terjadi sebagai kelainan kongenital atau akuisita.


Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, defek pada beberapa komponen
dari dinding arteri serta beberapa faktor risiko untuk terjadinya aneurisma aorta
meliputi tekanan darah yang tinggi, kadar kolesterol yang tinggi, diabetes,
perokok tembakau, dan alkohol (Nelson, 2009).

Pembentukan aneurisma paling sering terjadi pada populasi usia tua.


Penuaan menyebabkan perubahan kolagen dan elastin, yang mengakibatkan
melemahnya dinding aorta dan pelebaran aneurisma (Tseng, 2009).

False aneurysm paling sering terbentuk di aorta desenden dan timbul


akibat ekstravasi darah kedalam suatu kantong yang lemah yang dibentuk oleh
tunika adventitia pembuluh darah, karena peningkatan tegangan dinding, false
aneurysm dapat terus membesar dari waktu ke waktu (Tseng, 2009).
18

Sindrom Marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat yang ditandai


adanya abnormalitas dari skletal, katup jantung, dan mata. Individu dengan
penyakit ini memiliki resiko untuk terbentuknya aneurisma terutama anurisma
aorta torakalis. Sindrom Marfan merupakan kelainan genetik autosomal
dominan dimana terjadi abnormalitas dari fibrilin suatu protein struktural yang
ditemukan di aorta (Tseng, 2009).

Sindrom Ehler-Danlos tipe IV merupakan suatu penyakit yang ditandai


oleh defisiensi kolagen tipe III, dan individu dengan penyakit ini dapat
memiliki resiko terbentuknya aneurisma di bagian manapun dari aorta (Tseng,
2009).

5. Patogenesis

Aorta manusia adalah sirkuit yang relatif rendah tahanan untuk


peredaran darah. Ekstremitas bawah memiliki tahanan arteri yang terbesar,
dan trauma yang berulang sebagai cerminan gelombang arterial pada distal
aorta dapat mencederai dinding aorta dan menyebabkan degenerasi aneurisma.
Hipertensi sistemik juga dapat mencederai, dan mempercepat ekspansi
aneurisma (Wassef,2001).
Secara hemodinamik, keadaan dilatasi aneurisma dan peningkatan
stress dinding sesuai dengan hukum Laplace. Spesifiknya, hukum Laplace
menyatakan bahwa tekanan dinding proporsional terhadap tekanan dikali
radius dari arterial (T = P x R). Peningkatan diameter, diikuti dengan
peningkatan tekanan dinding, sebagai respon terhadap peningkatan diameter.
Meningkatnya tekanan, maka meningkat pula risiko ruptur. Peningkatan
tekanan (hipertensi sistemik) dan meningkatnya ukuran aneurisma memicu
tekanan pada dinding dan lebih lanjut meningkatkan risiko ruptur
(Wassef,2001).
Patogenesis dari pembentukan aneurisma aorta abdominalis belum
dimengerti secara baik. Aneurisma aorta abdominalis dikarakteristikkan
dengan destruksi elastin dan kolagen pada tunika media dan adventitia,
19

hilangnya sel otot polos tunika media dengan penipisan dinding pembuluh,
dan infiltrat limfosit dan makrofag transmural. Atherosclerosis adalah
gambaran utama yang mendasari aneurisma (Wassef,2001).
Terdapat beberapa mekanisme dalam patogenesis aneurisma aorta
abdominalis:
- Degradasi proteolitik dari dinding jaringan ikat aorta
pembentukan aneurisma melibatkan proses yang komplek dari
destruksi tunika media aorta dan jaringan penyokongnya melalui
degradasi elastin dan kolagen. Pada model in vivo dari
pembentukan aneurisma aorta abdominalis, meliputi aplikasi
calcium chloride dan perfusi elastase intraluminal, telah digunakan
untuk meningkatkan peran berbagai protease selama pembentukan
aneurisma. Model tersebut, sebaik yang telah dipelajari juga pada
jaringan aorta manusia, menunjukkan bahwa berbagai matrix
metalloproteinase proteinases (MMPs), berasal dari makrofag dan
sel otot polos aorta, memainkan peran terintegrasi dalam
pembentukan aneurisma. Disolusi kolagen intersisial mengikuti
ekspresi dari collagenase MMP-1 dan MMP-13 pada aneurisma
aorta abdominalis manusia. Elastase MMP-2 (gelatinase A), MMP-
7 (matrilysin), MMP-9 (gelatinase B), dan MMP-12 (elastase
makrofag) juga meningkat pada jaringan aneurisma aorta. Matrix
metalloproteinase proteinases-12 (MMP-12), diekspresikan tinggi
pada aneurisma aorta abdominalis manusia dan dapat berperan
penting dalam inisiasi aneurisma. Sebagai tambahan, tingginya
kadar MMP-2, ditemukan pada aneurisma aorta yang kecil,
menunjukkan peran MMP-2 pada pembentukan awal aorta. Terakhir
elastase MMP-9 yang dapat diinduksi meningkat pada jaringan
aorta, juga pada serum pasien aneurisma. Selama pembentukan
aneurisma, keseimbangan remodeling dinding pembuluh antara
MMPs dan inhibitornya yaitu Tissue Inhibitors of
Metalloproteinases (TIMPs), menentukan degradasi elastin dan
20

kolagen. Lebih lanjut mekanisme biologis yang menginisiasi


proteolitik enzim pada aorta belum diketahui (Wassef,2001).

Gambar 8. Peran matrix metalloproteinases pada patogenesis aneurisma aorta


abdominalis
21

Pada tahap awal aneurisma aorta abdominalis, peningkatan kadar


kolagen disproporsional dimana kadarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan elastin. Fenomena ini mencerminkan peningkatan destruksi
elastin oleh elastase, insufisiensi elastin disebabkan deplesi
VCMCs, mempercepat tegangan dinding dan kompensasi dengan
akumulasi kolagen. Akibat masa kolagen dan peningkatan lingkar
aorta, serat elstin menyebar ke area yang lebih luas dan serat elstin
gagal untuk mengimbangi beban hemodinamik. Semua perubahan
lambat laun meningkatkan diameter aorta. Hal ini juga diketahui
bahwa elastin memperkuta dinding aorta terhadap gelombang
pulsatil. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas
elastase meningkat dalam aorta pasien dengan penyakit aneurisma.
Jadi, elastolisis dapat menjadi gangguan utama yang mempengaruhi
sifat mekanik aorta. Akibatnya, serat kolagen interstisial melakukan
peran utama dalam bantalan tegangan mekanik. Namun, proses
kompensasi ini memiliki sebuah titik akhir. Di luar batas ini,
jaringan kolagen tidak dapat mengkompensasi dampak
hemodinamik dan ekspansi aorta terus terjadi (Kadoglou,2004).
- Inflamasi dan respon imungambaran histologi yang menonjol
dari aneurisma aorta abdominalis adalah infiltrasi transmural oleh
makrofag dan limfosit. Dihipotesiskan bahwa sel ini secara simultan
melepaskan kaskade sitokin yang menghasilkan aktivasi berbagai
protease. Pemicu untuk influk dan migrasi leukosit belum diketahui,
tetapi paparan produk degradasi elastin pada dinding aorta dapat
berperan sebagai primary chemotactic attractant untuk infiltrasi
makrofag. Konsep bahwa pembentukan aneurisma adalah respon
autoimun didukung oleh infiltrat ekstensif dari limfosit dan monosit,
juga deposisi imunogobulin G yang reaktif terhadap matriks protein
ekstraselular pada dinding aorta. Tunika adventitia tampaknya
adalah area utama yag menjadi tempat infiltrasi leukosit dan
aktivasi inisial MMP. Sitokin dari makrofag dan limfosit meningkat
22

pada dinding aneurisma aorta, meliputi IL-1, TFN-a, IL-6, IL-8,


MCP-1, IFN-g, dan GM-CSF. Sitokin inflamatori ini, bersama
dengan plasminogen aktivator, menginduksi ekspresi dan aktivasi
dari MMPs dan TIMPs ((Wassef,2001)).
- Stress biokimia pada dindingletak terbanyak adalah infrarenal
untuk pembentukan aneurisma aorta abdominalis menunjukkan
perbedaan potensial pada struktur aorta, biologi dan stress
disepanjang aorta. Peningkatan shear dan tension pada dinding
aorta menghasilkan remodeling kolagen. Lebih lanjut, penurunan
rasio elastin terhadap kolagen dari proksimal ke distal aorta dapat
relevan secara klinis semenjak penurunan elastin berhubungan
dengan dilatasi aorta, sementara degradasi kolagen adalah
predisposisi untuk ruptur. Saat aneurisma terbentuk, maka
peningkatan stress dinding adalah penting dalam percepatan dilatasi
dan peningkatan risiko ruptur. -blockers berperan untuk
mengurangi stress dinding dan telah diperkirakan berperan protektif
untuk dilatasi aneurisma dan ruptur pada model binatang
((Wassef,2001)).
- Molekular genetikfamilial cluster dan subtype HLA
menunjukkan baik peran genetik dan imunologis dalam patognesis
aneurisma. Yang terbaru, tidak ada polimorfisme gen tunggal atau
defek yang dapat diidentifikasi sebagai denominator yang paling
sering untuk aneurisma aorta abdominalis. Beberapa fenotip telah
ditemukan berhubungan dengan pembentukan aneurisma aorta
abdominalis. Sebagai contoh, Hp-2-1 fenotip haptoglobin dan
defisiensi a1-antitrypsin berasosiasi dengan pembentukan
aneurisma. Sebagai tambahan, adanya penurunan frekuensi
aneurisma pada pasien dengan Rh-negative blood group dan
penngkatan frekuensi pada pasien dengan MN atau Kell-positive
blood groups (Wassef,2001).
23

- Mekanisme gabungankombinasi dari faktor multipel meliputi


stress hemodinamik lokal, fragmentasi tunika media, dan
presdiposisi genetik, lewat mekanisme imunologi yang tidak
diketahui menstimulasi sel-sel inflamasi kedalam dinding aorta. Sel
inflamasi kemudian melepaskan chemokine dan sitokin
menghasilkan influk lebih lanjut dari leukosit dengan ekspresi dan
aktivasi protease, terutama MMPs. Protease ini menghasilkan
degradasi tunika media dan dilatasi aneurisma. Peningkatan stress
dinding kemudian melanjutkan proses proteolisis dan progresifitas
dilatasi aneurisma dengan ruptur aorta jika tidak ditangani dengan
tepat (Wassef,2001).

Gambar 9. Skema patogenesis aneurisma aorta


24

Gejala dan Tanda


Aneurisma terbentuk secara perlahan selama beberapa tahun dan
sering tanpa gejala. Jika aneurisma mengembang secara cepat, maka
terjadi robekan (ruptur aneurisma), atau kebocoran darah disepanjang
dinding pembuluh darah ( aortic dissection), gejala dapat muncul tiba-tiba
(Tseng, 2009).
a. Aneurisma Aorta Abdominalis.
Aneurisma asimptomatikaneurisma ini biasanya ditemukan saat
pemeriksaan fisik rutin dengan dideteksinya pulsasi aorta yang prominen.
Lebih sering aneurisma asimptomatik ditemukan sebagai penemuan
insidental saat pemeriksaan USG abdomen atau CT scan. Denyut perifer
biasanya normal, tetapi penyakit arteri oklusif pada renal atau ekstremitas
bawah sering ditemukan pada 25% kasus. Aneurisma arteri popliteal
terdapat pada 15% kasus pasien dengan aneurisma aorta abdominalis
(OConnor, 2010).
Aneurisma simptomatiknyeri midabdominal atau punggung bawah
atau keduanya dan adanya pulsasi aorta prominen dapat mengindikasikan
pertumbuhan aneurisma yang cepat, ruptur, atau aneurisma aorta
inflamatorik. Aneurisma inflamatorik terhitung kurang dari 5% dari
aneurisma aorta dan dikarakteristikkan dengan inflamasi ekstensif
periaortic dan retroperitoneal dengan sebab yang belum diketahui. Pada
pasien ini terdapat demam ringan, peningkatan laju endap darah, dan
riwayat infeksi saluran pernapasan atas yang baru saja; pasien sering
sebagai perokok aktif. Infeksi aneurisma aorta (baik dikarenakan oleh
emboli septik atau kolonisasi bakteri aorta normal dari aneurisma yang
ada) sangat jarang terjadi tetapi harus diperkirakan pada pasien dengan
aneurisma sakular atau aneurisma yang bersamaan dengan fever of
unknown origin (OConnor, 2010).
Ruptur aneurismapasien dengan ruptur menderita nyeri hebat pada
punggung, abdomen, dan flank serta hipotensi. Ruptur posterior terbatas
pada retroperitoneal dengan prognosis yang lebih baik daripda ruptur
25

anterior ke rongga peritoneum. Sembilan puluh persen meninggal sebelum


tiba di rumah sakit. Satu-satunya kesempatan untuk menolong adalah
perbaikan bedah emergensi (OConnor, 2010 & Nelson, 2009).

Tabel 1. Faktor Resiko Ruptur Aneurisma Aorta Abdominalis (Sabiston


Textbook of Surgery)

Gejala ruptur antara lain:


- Sensasi pulsasi di abdomen
- Nyeri abdomen yang berat, tiba-tiba, persisten, atau konstan. Nyeri
dapat menjalar ke selangkangan, pantat, atau tungkai bawah.
- Abdominal rigidity
- Nyeri pada punggung bawah yang berat, tiba-tiba, persisten, atau
konstan, dapat menjalar ke selangkangan, pantat, atau tungkai
bawah
- Anxietas
- Nausea dan vomiting
- Kulit pucat
- Shock
- Massa abdomen
b. Aneurisma Aorta Thoracica
Manifestasi klinisnya tergantung dari besarnya ukuran, posisi aneurisma,
dan kecepatan tumbuhnya. Sebagian besar adalah asimptomatik dan
26

ditemukan dalam prosedur diagnostik untuk keadaan lain. Beberapa pasien


mengeluh nyeri substernal, punggung, atau leher. Yang lainnya menderita
dispneu, stridor, atau batuk akibat penekanan pada trakhea, disphagia
akibat penekanan pada esophagus, hoarseness akibat penekanan pada
nervus laryngeus recurrent sinistra, atau edema leher dan lengan akibat
penekanan pada vena cava superior. Regurgitasi aorta karena distorsi
anulus valvula aortikus dapat terjadi dengan aneurisma aorta ascenden
(Tseng, 2009).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasound adalah pemeriksaan skrining pilihan dan bernilai juga
untuk mengikuti perkembangan aneurisma pada pasien dengan
aneurisma yang kecil (<5 cm). Biasanya aneurisma membesar 10%
diameter per tahunnya; sehingga USG abdomen direkomendasikan
untuk aneurisma yang lebih besar 3,5 cm (Nelson, 2009).

Gambar 10. USG abdomen pada aneurisma aorta


CT scan tidak hanya tepat dalam menentukan ukuran aneurisma
tetrapi juga menentukan hubungan terhadap arteria renalis (Nelson,
2009).
27

Gambar 11. CT scan abdomen pada aneurisma aorta

b. Angiography aorta (aortography) diindikasikan sebelum repair


aneurisma arterial oclusive disease pada viseral dan ekstremitas
bawah atau saat repair endograft akan dilakukan.
28

Gambar 12. Aortography aorta abdominalis pada aneurisma aorta

7. Penatalaksanaan
a. Aneurisma aorta abdominalis
Terapi aneurisma dahulu adalah intervensi bedah atau observasi
(watchful waiting) dengan kombinasi pengawasan tekanan darah.
Sekarang, endovascular atau teknik invasif minimal telah
dikembangkan untuk berbagai tipe aneurisma.
Jika aneurisma berukuran kecil dan tidak ada gejala (misalnya
aneurisma yang ditemukan saat pemeriksan kesehatan rutin), maka
direkomendasikan pemeriksaan kesehatan periodik saja, meliputi
29

pemeriksaan USG tiap tahunnya, untuk memantau apakah aneurisma


menjadi besar (Gloviczki, P & Ricotta, JJ, 2007).

Indikasi operasi: pasien dengan diagnosis aneurisma 5 cm atau


dengan pelebaran aneurisma yang progresif dipertimbangkan untuk
dilakukan pembedahan. Perubahan mendadak seperti nyeri yang sangat
hebat merupakan tanda bahaya dan dapat merupakan suatu tanda
pelebaran aneurisma yang progresif, kebocoran, dan ruptur. Tujuan
tindakan bedah adalah melaksanakan operasi sebelum komplikasi
terjadi (Gloviczki, P & Ricotta, JJ, 2007).
Ada dua pendekatan tindakan bedah. Dahulu dengan membuka
abdomen. Pembuluh darah yang abnormal digantikan oleh graft yang
dibuat dari material sintetis, seperti Dacron. Pendekatan lain disebut
endovascular repair . Tube tipis disebut catheters dimasukkan lewat
arteri. Tube ini memungkingkan graft diletakkan tanpa membuat
potongan besar di abdomen dan penyembuhan dapat lebih cepat.
Pasien dengan aneurisma aorta abdominalis sering berhubungan
dengan adanya penyakit jantung, paru, pembuluh darah perifer, dan
ginjal. Penilaian keadaan komorbid penting untuk menentukan resiko
untuk perbaikan dengan pembedahan
dan untuk merencanakan intervensi preoperatif untuk mengurangi
resiko pembedahan (Gloviczki, P & Ricotta, JJ, 2007).
30

Tabel 2. Resiko Perbaikan Pembedahan Terbuka Aneurisma Aorta


Abdominalis (Sabiston Textbook of Surgery)

Teknik Perbaikan dengan Pembedahan Terbuka (Open Repair).


Terdapat beberapa pendekatan untuk melakukan pembedahan terbuka,
setiap teknik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
1. Transperitoneal Approach
Teknik ini memudahkan udan lebih fleksibel untuk
mengeksplor AAA, arteri renali, dan kedua arteri iliaca. Dibuat
midline incision abdomen dari xiphoid sampai pubis, panjang
insisi tergantung dari besar aneurisma (Gloviczki, P & Ricotta,
JJ, 2007).
31
32

Gambar 13. Teknik Perbaikan transperitoneal AAA dengan graft prostese lurus
atau bercabang. D, duodenum; IMA, inferior mesenteric artery; IMV, inferior
mesenteric vein; LRV, left renal vein; SMA, superior mesenteric artery. (Mayo
Foundation for Medical Education and Research dari Sabiston Textbook of
Surgery)

2. Retroperitoneal Approach
Pendekatan transperitoneal pada pasien dengan keadaan
abdomen yang kurang mendukung untuk menjalani operasi
seperti aneurisma suprarenal yang luas, horseshoe kidney,
peritoneal dialysis, inflammatory aneurysm, atau asites. Pada
keadaan ini dengan pendekatan retroperitoneal adalah yang
paling baik.
Dengan teknik ini, posisi pasien lateral dekubitus kanan. Insisi
untuk lapangan operasi pada pertengahan dari atas crista iliaca
dan tepi kosta. Lengan kiri diberi bantalan dan diletakkan
diatas lengan kanan dengan diberi penyokong. Derajat
kemiringan bahu 60o dan panggul 30o untuk memudahakan
mengeksplor lapangan operasi.
Insisi pada sela iga X dimulai dari linea aksilaris posterior
dilebarkan ke medial sampai batas lateral rectus sheat menuju
titik tengah antara umbilikus dan simfisis pubis (Gloviczki, P
& Ricotta, JJ, 2007).
33

Gambar. 14 Teknik Perbaikan retroperitoneal AAA dengan graft prostese lurus


(Mayo Foundation for Medical Education and Research dari Sabiston Textbook of
Surgery)
3. Minimal Incision Aortic Surgery
Pemilihan pasien sangat penting karena pasien obesitas dan
yang membutuhkan graft bercabang bukan kandidat dengan
prosedur ini. Panjang insisi midline di periumbilikan kurang
dari 12 sampai 15 cm, sampai kurang dari 9 cm insisi
proksimal dari umbilikus (Gloviczki, P & Ricotta, JJ, 2007).
34

Gambar 15. Minimal incision aortic surgery (MIAS) (Sabiston


Textbook of Surgery)
Endovascular Aortic Aneurysm Repair (EVAR).
Teknik EVAR, stent-graft dimasukkan ke dalam lumen aneurisma
melalui arteri femoralis dan difiksasi ditempatnya pada leher aorta
yang tidak mengalami aneurisma dan arteri iliaca dengan melebarkan
stent atau balloon-expandable stents. Beberapa stent-grafts memiliki
mata kail, pin, atau kait untuk fiksasi stent (Gloviczki, P & Ricotta, JJ,
2007).

Gambar 16. Teknik EVAR. (Mayo Foundation for Medical Education and
Research dari Sabiston Textbook of Surgery)
35

Gambar 17. Graft sintetis

b. Aneurisma aorta Thoracica


Indikasi untuk pembedahan meliputi adanya gejala, ekspansi cepat,
atau ukuran yang lebih besar dari 5 cm. Risiko operasi dari kondisi
komorbid harus dipertimbangkan jika merekomendasikan repair
aneurisma yang asimtomatik. Morbiditas dan mortalitas tinggi
dibandingkan dengan aneurisma aorta abdominal. Insisi aneurisma
thoracoabdominal berasosiasi dengan risiko tinggi komplikasi
pulmonal dan manajemen nyeri postoperatif yang lebih ekstensif.
Adanya nervus laryngeus recurrent, nervus phrenicus, dan arteria
subklavia membuat trauma terhadap bangunan tersebut menjadi
mungkin. Arteria radicularis major (artery of Adamkiewicz) muncul
dari arteri intercostalis antara T8 dan L1 dan sebagai arteri medulla
spinalis yang dominan pada 80% pasien, menunjukkan adanya risiko
paraplegi selama repair aneurisma thoracica. Repair endovascular dari
aneurisma aorta thoracica mengurangi risiko kardiopulmonal, tetapi
lokasi aneurisma yang sulit dapat menggantikan repair endovascular
dengan metode terkini. Penelitian terbaru mengembangkan branched
36

stent graft untuk perbaikan dari aneurisma arkus dan


thorakoabdominal (Tseng, 2009).
8. Prognosis

Outcome biasanya baik jika perbaikan dilakukan oleh ahli bedah yang
berpengalaman sebelum ruptur. Kurang dari 50% dari pasien bertahan dari
ruptur aneurisma abdominal. Mortalitas setelah open elective atau
endovascular repair adalah 1-5%. Pada umumnya pasien dengan
aneurisma aorta yang lebih besar dari 5 cm mempunyai kemungkinan tiga
kali lebih besar untuk meninggal sebagai konsekuensi dari ruptur
dibandingkan dari reseksi bedah. Survival rate 5 tahun setelah tindakan
bedah adalah 60-80%. 5-10% pasien akan mengalami pembentukan
aneurisma lainnya berdekatan dengan graft.
37

Daftar Pustaka

Chung, Kyung W., Harold M. Chung. 2012. Gross Anatomy 7th Edition.
Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.

Cronenwett, Jack L., K. Wayne Johnston. Rutherfords Vascular Surgery 8th


Edition.2014. Philadelpia: Elsevier.

Gloviczki, P & Ricotta, JJ. Aneurysmal Vascular Disease. In Sabiston Textbook


of Surgery.18thed.2007.

Gray, H. Anatomy of the Human Body.The Aorta.1918. Philadelpia: Lea &


Febiger.

Hansen, John T. 2010. Netters Clinical Anatomy 2 nd Edition. Philadelpia:


Saunders.

Kadoglou, NP & Liapis, CD. Matrix Metalloproteinases: Contribution to


Pathogenesis, Diag: Pathogenesis of Abdominal Aortic Aneurysm. 2004.
http://www.medscape.com/viewarticle/475262_2. Diakses tanggal 15 Juli
2010.

Liapis, C.D. K., Balzer, F. Benedetti- Valentini. Vascular Surgery. 2007. New
York: Springer Berlin Heidelberg.

Nelson, BP. Aneurysm, Thoracic.2009.


http://emedicine.medscape.com/article/761627-overview. Diakses tanggal
15 Juli 2010.

O'Connor, R.E. Aneurysm, Abdominal. 2010.


http://emedicine.medscape.com/article/756735-overview. Diakses tanggal
15 Juli 2010.
38

Sjamsuhidajat. R., de Jong. W., Bab 28 Jantung, Pembuluh Arteri, Vena, dan
Limfe: Aneurisma dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. 2. 2004. Jakarta:
EGC.

Tseng ,E. Thoracic Aortic Aneurysm. 2009.


http://emedicine.medscape.com/article/424904-overview. Diakses tanggal
15 Juli 2010.

Wassef M, Baxter T, et.al. Pathogenesis of abdominal aortic aneurysms: A


multidisciplinary research program supported by the National Heart,
Lung, and Blood Institute. J of Vasc Surg. 2001.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11668331. Diakses tanggal 15 Juli
2010.

White, Rodney A., Larry H. Hollier. Vascular Surgery. 2005. Oxford: Blackwell
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai