Anda di halaman 1dari 48

2013

KUMPULAN PUISI CINTA


Antara Rayuan Gombal dan Nafsu
Mau dibilang puisi, tapi bukan. Sajak, juga bukan. Karena ini cuman
sekedar curhatan hati tatkala perasaan cinta dan benci itu memaksa jari
menari dan mendendangkan ide-ide yang belum terkonsepkan oleh hati
dengan menggunakan pernyataan dan pertanyaan bercampur bisikan
iblis ke dalam cangkir tulisan ini sebagai teman curhat passive. Boleh
diminum dan boleh juga dibiarkan atau dibuang, tergantung pada rasa
kehausan di rongga leher. Yang jelas, curhatan ini tidak akan membunuh
karakter Anda ketika membacanya…..Pissss!!!!! those poetries took from
https://saidnazulfiqar.wordpress.com

Saidna Zulfiqar bin Tahir


SAIDNA ZULFIQAR BIN TAHIR

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 2


DAFTAR ISI 48. Lagi Gila Cinta
1. Cinta 49. Buah Thien
2. Sepucuk Surat Untukmu 50. Mesir (Egypt)
3. Perjalanan tak sia-sia 51. Symptom
4. Monkey’s Love 52. Korupsi
5. Cinta Pertama 53. Engaging
6. Ya…Yuk 54. Gejala Aneh
7. Nyanyian Jiwa 55. Non-Aktif
8. Suraman Rohani 56. Jenuh
9. Racun Vs Madu 57. Ma’Nis
10. Rindu Itu 58. Stop Illegal Loving
11. Peculiar 59. Keayuan Terpendam
12. Cyber 60. Struggle
13. Samah 61. Ku harus Pergi
14. Tanteku 62. Maafkan Aku
15. Ada-ada saja 63. Tak ingin
16. Akhir Persimpangan 64. Pupus
17. Lu’luah 65. Suara Sumbang
18. Sang Istri 66. Sendiri di Bank Mandiri
19. Catatan Kerinduan 67. Warna-Warni
20. Alpamu 68. Biarlah Berlalu
21. Renungan Pagi 69. Bangunkan Mimpi
22. Setia 70. Terima Kasih
23. Gelap Terang Cairo 71. Penyesalan
24. Andai tak Malu 72. Risau
25. Sahabat 73. Sang Dosa
26. Siapa Aku 74. Cerita Hati
27. Bosan 75. Slamat Jalan
28. Pure 76. Bayangan
29. Antara Usil dan Unyil 77. Biarlah Redup
30. Doaku 78. Kondomisasi Hati
31. Aku dan Satu 79. Aroma Terapi
32. Pantasnya Riya 80. Pemuja Setan
33. Demi Palestina 81. Pain is Fine
34. Palestina Bangkit 82. Kematian
35. Gila 83. Hijrah
36. Pasca Conflik 84. Uzlah
37. Tensca 85. Thaharah
38. 2 in 1 86. Ikhlas
39. Sobat 87. Bimbingan
40. In a Yunchu 88. KPK
41. Surat An-Nisa 89. Winner
42. Kartika 2 90. Istiqamah
43. Melingkuh 91. Independent
44. Ternyata Parno 92. Tawakkal
45. Smokker Addict 93. Jahannam
46. Playboy Cap Kodok 94. Bila Ajal Tiba
47. RT Doraemon 95. Ending

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 3


CINTA
Saidna Zulfiqar bin Tahir Cinta itu rasa
Yang slalu ingin dirasa
Cinta itu imajinasi… Hadir di dalam dada
Sekedar hayalan tingkat tinggi Tak tau kapan dan mengapa
Cinta itu privasi… Tiada kompromi oleh panca indra
Sebatas rahasia hati Yang sakit di dalam dada
Cinta itu inspirasi… Denganya hati berbunga
Wahyu yang tak terilhami Olehnya bisa terluka
Cinta itu tendensi… Indrapun tak bertanggungjawab Karena
Inklinasi kecondongan naluri itulah rasa
Cinta itu motivasi… Hadir tanpa diundang
Dorongan diri untuk ereksi Disadari ketika terjatuh
Cinta itu ilusi… Semakin dirasakan ketika jauh
Sebatas kemayaan tak terjamahi Dan kecewa ketika kehilangan
Cinta itu reinkarnasi… Dengan cinta kita mencintai
Akan lahir dan menjelma kembali Tanpa cinta tetap dicinta
Cinta itu seleksi… Bagaikan ilham yang tak tersabdakan
Pilihan yang sulit dimiliki Dan Gharizah yang terabaikan
Cinta itu destruksi… Sebagai cinta yang hakiki
Ketika rakus kerusakan merasuki
Cinta itu bibit
Cinta itu indah Selalu tumbuh dan berkembang
Indah diucapkan Berbagi dalam kebutuhan
Indah dituliskan Tetap statis dalam kestabilan
Indah dilagukan Tak kan pernah mengalami inflasi
Indah dirasakan Tak ‘kan mudah luntur
Indah dibayangkan Bertahan dan terus bertahan
Indah dikenang Meski hati dirundung duka
Namun sulit diungkapkan Meski wajah terbelut mendung
Mulut seakan terkunci Namun cinta tetaplah cinta
Mata tertunduk malu Darinya melahirkan berjuta cinta
Tangan tak mampu melambai Dengannya belajar mencinta
Bagaikan bayi balajar bicara dan Berbagi cinta penuh cinta
melangkah Dari orang yang dicinta
Terbata dan tertatih Yang telah mengajarkan cinta
Tak seorangpun yang tau Mengorbankan rasa dan raga
Bagaimana jurus hingga ia mampu Meneteskan air mata
Semua terlupakan Demi cinta yang lebih dicinta
Semua tak lagi disadari Sebagai abdi anak bangsa
Keindahannya sulit terungkap Mau ataupun terpaksa
Selalu tersimpan Meski cita itu tak tercipta
Kadang terpendam Rasa itu ‘kan terus terbina
Kadang menghasilkan dendam Abadi di alam nyata dan maya
Kadang pula membenci diri sendiri Hingga ajalpun tiba
Yang pintar dalam kebodohan Raib bersama masa
Dan terlalu cacat dalam kebisuan Karna cinta hanyalah masa
Sadar dimaki oleh diri sendiri Masa dimana ada suka

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 4


Masa dimana ada bahagia Yang selalu datang mengintip
Masa dimana ada luka dan duka Berkunjung tanpa undangan tawakan
Masa dimana rasa itu terbina kesendirianku
Masa dimana masalah itu tercipta Kebijakan sadarkan besar arti
Masa dan masa-masa yang lain kesendirian
Hingga keyakinan itu ada Kutemukan padanya rasa kehilangan
Masa itu ‘kan tiba Sadar siapa aku untukmu
Dalam saat yang berbeda Penting artimu bagiku
Dimana ‘kan kembali bersua Sedetikpun tak pernah terlintas
Jauhmu akan lebih mendekatkan hati
SEPUCUK SURAT UNTUKMU Tersiksa oleh bayang-bayang kelabu
Saidna Zulfiqar bin Tahir Goncangkan hari hingga tak menentu
Tanpamu hidup hanyalah kematian
Bersamamu segalanya menjadi indah tanpa pemakaman
Menerawang tinggi di atas ubun-ubun Tanpamu aku hanyalah bayi atau banci
Memetik bintang pandangi indah Aku butuh dirimu dan cintamu
rembulan Di sisiku selalu bersama
Menanti datangnya mentari Coz I do Love U Hon…..
Kokok ayam umumkan pagi
Merah bibir langit tersungging manis PERJALANAN TAK SIA-SIA
Mulaikan mimpi dalam mencari Saidna Zulfiqar bin Tahir
Keindahan abadi adalah cita
Kudapatkan dalam cintamu yang suci Aku ada karena cinta dibesarkan
Bersamamu bergandengan tangan dengan penuh cinta
Naiki tangga nada kehidupan Tuk menyingkap kelambu hati
Sebelum lagu terdengar sumbang Merabanya dan coba memeluknya
Rekaman takdir bukanlah kunci Cinta datang tanpa mengetuk
Yang menciutkan minat di kala sunyi Pergi meningglakan berjuta kutukan
Niat di hati adalah pintu Berlabuh menumpahkan rasa
Yang dapat dibuka jika ada kemauan Berlayar serasa tak pernah merasa
Semua telah terpampang rapih di depan Biarkan angin tunjukan arah
mata Terdampar temukan rasa
Mengapa menghindar sebelum Cinta membuatku bangun dalam
mencoba kebingungan
Jika cobaan masih dapat dihindari Sadar dalam kealpaan diri sesaat
Mengapa harus lari dari kenyataan Bergetar tanpa sebab meninggalkan
Jika kenyataan sendiri tak pernah bekas
bergerak dan berlari Lupa akan tapak dimana kaki berpijak
Pintu belakang selalu terbuka Seakan melayang tak pernah mendarat
Jendela pun belum pasti terkunci Cinta membuatku basah bermandikan
Karena Lamabang restu dan sayang keringat
selalu ada Peluh hanyalah keluhan berirama
Berkalungkan emas di dalam dada Hampir bersandalkan darah dalam
Bermatakan satu kata kepastian pengejaran
Yakinkan arah dalam meraih Tak peduli duri dan beling mensayat
Kuyakin cintamu tak akan pernah basi Dapatkan sayap terbangkan angan
Kecanduan akan cintamu adalah obat Tubuh-tubuh tergolek di sisi
penawar sedih

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 5


Kemulusan hanyalah pameran Terang… Mentari pagi silaukan mata
lokomotif Tawarkan senyum mulaikan hari
Nampakkan noda dan panu yang Mengisi celah hati dengan berbagai
menghias rasa
Butakan mata dalam kedipan tak Koleksi cinta dapatkan yang terbaik
berkedip Hilang gairah tertelan masa
Semua hanyalah topeng kesenangan Di balik lembaran hari
Lambang ketidak puasan Mutiara hatimu tersimpan rapih
Semakin jauh ku menggapai cinta Memanggil tanpa ada jawaban
Semakin dekat tembok pemisah Menanti penuh kesabaran dan kecewa
Parau suara lolongkan cinta Buktikan dalamnya asal mutiaramu
Rapuhkan hati tanpa permisi Yang terkubur lama di dasar samudera
Kesal datang menggoda Cinta adalah benci
Keruhkan hati yang sedang gelisah Karena kebencian melahirkan cinta
Tanah adalah sasaran emosi Dan cinta dapat berakibat benci
Yang tak berdosa menanggung siksa Namun cinta yang tumbuh dari benih
Lengking teriakku senyapkan suasana kebencian
Perlahan mengusap dada Lebih subur dibanding dari benih cinta
Kusadar….dan mulai menyadari terlalu Yang mudah gugur dan layu tergantung
dalam keterperangkapanku masa
Jatuh ke dalam lembah tak berujung Habis manis hambar terasa
Larut bersama hayalan-hayalan indah Warna baru yang engkau tawarkan
Yang terpoles dongeng dan legenda Menarik perhatian sesaat
Dalam kegelapan mencoba meraba Ku sadar ku telah jatuh cinta
Sayup terdengar bisikan hati penuh Jujur ku kata… Aku memang cinta
bimbang padamu
Keyakinan kuatkan niat menguping Hatiku bukanlah hatiku
Apa salahnya mencoba dan mencoba Kutemukan diriku di matamu
Cinta hanyalah nyanyian hati Di dada tergetar rasamu
Dan permainan perasaan sementara Di ingatanku tertonton videomu
Mudah terombang ambing oleh Sesak nafasku tanpamu
gelombang Karena engkau adalah nadiku
Mengarah dan diarah sesuka hati Bersamamulah mendayung hari
Bagaikan nakoda memalingkan haluan Hingga saat ku berjanji
Kekecewaan bukanlah tamparan Engkaulah awal tanpa akhir
Melainkan musuh yang baik melebihi Terang tanpa kegelapan
kawan Sinari hari hingga gelap datang
Dari dialah pelajaran berharga kusimak memanggil
Hingga akhirnya… Ku tak pernah Menutup mata dengan senyum bahagia
kecewa memainkan rasa Perjalananku…. memang panjang dan
Perasaan laksana tanah berkolam masih belum berakhir
Becek dan berair di musim hujan Terukir dalam seribu kesan
Retak berhamburan saat panas Yang terpesan dalam tulisan
menyengat Agenda dari legenda kehidupan
Namun para petani mampu Tiada berpangkal dan berhujung
menggarapnya Terus dan masih terus berlanjut
Tumbuhlah di atasnya beraneka Namun semua bukan kesia-siaan
tanaman Semoga…..

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 6


MONKEY’S LOVE Cinta pertama adalah citra
Saidna Zulfiqar bin Tahir Impresi meninggalkan tilas
Berparut bopeng yang membilur
Ada monyet melempar pisang Tiada dosis param antidota
Bersampul amplop berisi kutu Sebagai pengidap terminasi hidup
Kepada kera yang akut berkuku Terbaring di ranjang memoar
Menyeringai cergas ajak bersekutu Bernostalgia dalam sensasi mimpi
Karena katanya aku kutu buku Semua tingga reminisensi
Lugu mengangguk mencari kutu Tiada perulangan itu kembali
Tersimpuh lunglai di atas bangku
Senewen mengeliru dalam berpangku YA…YUK!!
Kebungkaman terus membelenggu Saidna Zulfiqar bin Tahir
Lugas pilon kera tiada menentu
Menghela minat mencari tahu Polosnya aku
Tiada jawaban menjajak laku Tabu oleh rasa sendiri
Karena ini afeksi usia tertentu Ragu oleh kepolosanmu
Alamiah sebagai ketentuan baku Namun yakin oleh perasaan ini
Kemasygulan usil mengganggu Cinta yang tak mungkin kuucap
Trial dan error menjadi perunggu Rasa yang sulit diungkap
Merenggut pisang ketusuk paku Membisu dalam kebodohan sendiri
Memanjat kelapa ketimpuk sagu Menyapapun sulit
Monyet kera semakin bersatu Tangan ini serasa kesemutan
Menyisir jurang tanpa arah menentu Mulut ini terkunci
Semua itu tak mungkin terbantu Hanya untuk satu kata
Licinnya pinus berlendir paku Tuk mengantongi satu kata darimu
Yang kebetulan cengang terpaku Aku terperangkap keayuanmu
Lagu pembuka yang amat merdu Matamu sayu
Tak mampu kurayu
CINTA PERTAMA Tuturmu kemayu
Saidna Zulfiqar bin Tahir Membuat mulut ini layu
Bodohnya aku hingga tak mampu
Cinta itu kesan merayu
Kesan pertama saat berkuala Padahal kutau Engkau pemalu
Berpapasan antar intermuka Yang juga menyimpan mau
Membisu bagai kamus seribu bahasa Karena Engkau juga ragu
Pesona denyutkan nadi memukau Engkau yang pertama
Spekulasi akal tak menentu Hadir dalam mimpiku
Bilabial mencibir anak kata Engkau yang pertama
Membisu dalam bahasa hati Menghias dinding jiwa
Gemuruh rasa lupakan motif Engkau yang pertama
Utarakan iktikad di kitab utara Mengontrak kamar hati
Terkatup tiada kata terucap Engkau yang pertama
Seniah rasa getir terpendam Nyalakan lampu kehidupan
Berharap pandang mata terselami Hanya kamu…
Mencuri pandang utarakan hasrat Karena kamu…
Reparasi sikap tunjukkan genial Untukmu aku ada
Kiranya keinginan dimaklumi Kepadamu semua harapan itu
Namun semua sia-sia Kini Engkau tiada

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 7


Entah kemana dan dimana Rintih nasib saat sembahyang
Tiada kabar…tiada berita Menanti takdir datang menjelang
Kemana harusku mencari Sebelum nafas mengerang
Hingga kecewa menghampiri Persiapkan diri untuk berdendang
Kutau Engkau telah dimiliki
Keinginan terpalang deadlock SURAMAN ROHANI
Biarlah rasa itu tetap kusimpan Saidna Zulfiqar bin Tahir
Biarlah rasa itu tetap kupendam
Dan ‘kan slalu kukenang Culun penuh keluguan
Hingga akhir… Polos dalam kedunguan
Tiada tau tiada curiga
NYANYIAN JIWA Tiada sadar ketimpuk mangga
Saidna Zulfiqar bin Tahir Ajakan itu kusangka ikhlas
Ajaran itu semakin tak jelas
Kesendirian bertabur bintang Terperangkap dalam dekapan
Menatap bulan penuh bimbang Tante-tante yang kesepian
Di balik awan tertutup ladang Yang kutau hanyalah diam
Di atas bumi terus begadang Yang kurasa badan meriang
Kalut asa dalam bimbang Badan ini seakan kejang
Kemelut hati tiada berimbang Mata ini bengong terpejam
Meski kata telah terdendang Barang ini mulai terpancing
Namun fakta terus menentang Rasa itu bagaikan mau kencing
Ketika tangan mulai terentang Digerayangi di atas sofa
Kaki ini ikut menendang Dihadiahi uang sejuta
Rasa itu tiggallah gendang Tak tau apa yang terjadi
Bertabu ria sekedar lambang Tak sadar datangnya pagi
Jari jemari terasa kejang Kembali itu terjadi
Jeruji hati semakin terpajang Terjadi akhirnya kembali
Meski diri telah telanjang Tante itu menjemput lagi
Hasrat itu tataplah lajang Rasa itu kurasa lagi
Mata ini mampu memandang Lagi-lagi aku mau
Mulut ini sulit berbincang Ketagihan siapa tak mau
Kaku gerak serasa pincang Jadilah aku hewan peliharaan
Rasa di dada kian mengguncang Siap sedia tuk memuaskan
Senyum ini terasa sumbang Sadar diri nurani tlah suram
Pendamkan rasa dalam gelombang Hidup ini smakin tak keruan
Badai datang terus menghadang Semua impian kini tlah bocor
Semua itu kan slalu dikenang Diri ini terasa semakin kotor
Cinta itu tlah merajut benang Hidup ini kian membrutal
Rindu itu berbunga senang Cita cinta haruslah batal
Meski rasa selalu terkekang Siraman rohaniku selama ini
Mungkin kita bukanlah sepasang Sekejap itu suramkan rohani
Saat suka Engkau melayang Aku najis yang ternajisi
Saat duka Engkau terbayang Aku jijik tak termajasi
Meski aku bukanlah abang Tak pantas memiliki tuan
Namun Engkaulah yang tersayang Tak layak menghadap Tuhan
Hati ini bukan keranjang Dengan kecompangan diri
Kala tangis mulai berkumandang Semraut termorat-marit

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 8


RACUN vs MADU Aku tersesat dalam kesendirian
Saidna Zulfiqar bin Tahir Di bawah bayangmu kutersiksa
Terik matahari kian membakar
Andai kesendirian adalah racun keinginan
Hanya Engkaulah obatnya Mualkan isi kepala seakan rontok
Andai kebersamaan adalah madu Kusadar kutelah botak karenamu
Akulah yang tolol mengabaikanmu Aku terjepit oleh keinginan
Kuracuni kesendirianku Di bawah perut berkata lain
Hanya dengan obat sementara Bisikan hati mencoba tegap
Kumadui kebersamaanmu Pusingkan kepala atas – bawah
Dengan ketololan menduakanmu Yang sama botak berpeluh keringat
Andai ketiadaanmu adalah racun Menahan sesuatu yang lama tak
Hanya Engkaulah keyakinanku tertahankan
Andai kehadiranmu madu Menyentuh sesuatu yang ingin disentuh
Akulah yang alpa dalam pertemuan itu Di balik kekeramatan itu…
Kuracuni ketiadaanmu di saat adamu Aku terperangkap oleh nafsu
Murtadkan jaminan keyakinan Di dalam penjara yang tak terkunci
Memadu kasih dalam ketiadaan Leluasa berlalu lalang sesuka hati
Lupa akan posisi dan status Tanpa penjagaan ketat
Andai kematian adalah racun Di balik benda yang kadang ketat
Hanya Engkaulah yang meracuniku Namun selalu tertekan
Andai kehidupan adalah madu Oleh licinnya rayuan
Hanya akulah yang hidup selamanya Aku terendam oleh air sabun
Memadu kasih bersama Bagaikan cucian yang bisa menertawai
Dalam dunia pengandaian semu Seakan mencibir dan berkata
Racunilah aku dengan cintamu Cucian deh loee….!!!
Madukanlah aku di dalam lebahmu Memang….
Agar tiada lagi mengandai-andai Namun itu hanyalah iblis
Hadapi kenyataan yang pahit Yang mencoba memberikan kunci
Sebagai obat kekekalan kasih Aku terkunci dalam kegelapan
Dalam keabadian yang nyata Mencoba meraba pintu
Andai tulisan ini adalah racun Yang kudapati hanyalah kursi
Hanya aku yang gak mau menjadi Tanpa harus melalui pemilihan umum
Romeo Kumampu bersandar sesaat
Andai tulisan ini adalah madu Beristigfar atas kesalahan
Hanya Engkaulah induknya madu Yang tak mungkin Engkau fahami
Yang siap menyengat jari ini
Untuk hentikan semua pengandaian PECULIAR
Sebelum lahir pengandaian baru Saidna Zulfiqar bin Tahir

RINDU ITU Lost in a light


Saidna Zulfiqar bin Tahir Seeking for a sin
Live in a liar
Aku terseret dalam kerinduan Truth will free my soul
Di bawah ketekmu kutergilas Living in agony
Roda kehidupan berkembangkempis Find my way home
Menindih membuatku demam tulang It’s truly the fear
Tak berdaya dalam kemanyunan The fear of the dark

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 9


It’s growing inside me ‫ﺳﻤﺎح‬
They won, they will come to life ‫ﺳﻌﺪﻧﺎ ذواﻟﻔﻘﺎر ﺑﻦ طﺎھﺮ‬
And I was a looser
I am losing the struggle within ‫أﻧﺖ ﻧﺠﻮم ﺑﻼ ﺳﻤﺎء‬
My fate was horror and doom ‫ﺗﻨﻮّر اﻟﻘﻠﻮب ﺑﻼ رﺧﺎء‬
My strength was fading ‫أﻧﺖ ﻛﻮﻛﺐ ﻣﻦ ﻏﯿﺮ ﺿﯿﺎء‬
Just let me pass by ‫ﺗﻘﻠ ّﺐ اﻟﻘﻠﻮب ﺑﻼ ﺳﻤﺎح‬
Don’t feed my fear
‫إذا رأﺗﻚ اﻟﺮﺟﻞ اﻟﻌﻤﯿﺎء‬
If you don’t want it out
‫ﻟﻘﺎل أﻧﻚ ﺑﯿﻀﺎء‬
Have to save
Save me please dear
‫وإذا رأﺗﻚ اﻟﻌﻘﻼء‬
Even there was no escaping ‫ﻟﻘﺎل أﻧﻚ ﺳﻤﺮاء‬
Never stop hoping ‫ﻟﻘﯿﺘﻚ ﺗﻠﻘﺎء‬
Need more for your help ‫ﺣﯿﻨﻤﺎ ﻳﻨﺰل اﻟﺸﺘﺎء‬
Coz one thing’s for sure ‫ﺗﺮﻓﺮف ﻗﻠﺒﻲ ﺗﺠﺎھﻚ ﺣﻤﺮاء‬
You are always in my heart ‫وﻗﺪ وﻗﻌﺖ ﻓﻲ ﺣﺒﻚ ﻣﺮﺗﺎح‬
‫ﺳﻠﻤﺖ ﻧﻔﺴﻲ ﺧﻠﺼﺎء‬
CYBER ‫وظﻠﻤﺖ ﺣﺒﻲ ﻓﯿﻚ ﺳﻮداء‬
Saidna Zulfiqar bin Tahir ‫ﻻ ﺷﯿﺊ دوﻧﻚ ﻓﻨﺎء‬
‫وﻻ ﻋﯿﺶ ﺑﺠﻮارك إﻻ رﺟﺎء‬
Realitas virtual alam cyber ‫ﻓﻲ ﺣﺒﻚ ﺷﯿﺊ ﻏﺮاء‬
Menyatakan maya dalam realitas ‫ﻲ اﻟﻔﺼﻼء‬ ّ ‫ﻻ ﻗﺪرة ﻋﻠ‬
Dungu mengejawantah ujud ‫ﻓﻲ ﺧﯿﺎﻧﺘﻚ ﺻﻼح‬
Gejala optis menerpa fatamorgana ‫وﻻ ﻋﯿﺐ إﻻ اﻟﻮﻓﺎء‬
Lugas jelas tak berdaya ‫ﺗﻌﺎﻟﺠﻨﻲ ﻣﻌﺎﻣﻠﺔ ﻣﺜﻨﺎء‬
Terjebak macetnya arus melankolia ‫ﺗﺘﺮك ﻓﯿﺎ اﻟﻮﺑﺎء‬
Eksotis menjanggi bak abnormal ‫ﻻ أﻧﺴﺎه إﻻ اﻟﺒﻘﺎء‬
Genderang ditabuh oleh trubadur ‫وﻻ ﻣﻌﺎوﻧﺔ ﻟﻠﺸﻔﺎء‬
Nyanyian rasa indah mengaung
‫ﺣﺘﻰ ﺗﻮھﺒﻨﻲ اﻟﺪواء‬
Hati amblas termabuk suasana
‫اﻟﺠﻼء‬ ‫ﻻ ﺣﻮل‬
Anonym nonix terkonsep nona
‫ﺑﻌﻔﻮه ﻟﻚ ﺳﻤﺎح‬
Dalam imajinasi bergaris lintang
Ngakunya empu pencabut hati
TANTEKU
Dungunya empu tertular tantular
Saidna Zulfiqar bin Tahir
Terasah kerekan ambruk di lantai
Nyeri belaian meruncing iba
Keping bundar pipih bermain
Tak kuasa mengelak pinta
Mendekar jetos dalam canda
Asoy menjamah batas kemayaan
Asmara bercatur di atas chessboard
Menyeluk rimba berongga artificial
Terbina dalam asrama keluarga
Dalam blangko kosong tak bernilai
Karena engkaulah tanteku
Tolol kebodohan membuat telmi
Bergeriatrik renta dalam sebaya
Karena angan berenang dalam imaji
Menjelma menjadi pacarku
Tiada daya menanggalkan isolasi
Berkohabitasi seatap penuh intrik
Tiada daya memencilkan perasaan
Helat trik pesona alam misterius
Kedewasaan cermat menyahut
Mendekap kesuaman memuai ereksi
Respon waras dianggap sinting
Taktil gelitik beringas menjamah
Akal kancil tak masuk di akal
Euphoria cita spontan berpelaminan
Karena semua hanyalah maya
Aspirasi selera ambisi terblok

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 10


Mustahil berimpit dalam manunggal AKHIR PERSIMPANGAN
Karena sanggahan itu tiada lawan Saidna Zulfiqar bin Tahir
Rute itu pasti terjelajahi takdir
Trayek memutar tak dapat dituruti Akustika nada hidup beranting
Meski memforsir tenaga mendobrak Luas kosmologi bagai dasalomba
Atrisi kewaskitaan pasti melentur Seribu cagak membelah samudera
Karena kau tetaplah tanteku Bergelombang sendeng dalam pesong
kursif banyaknya persimpangan
ADA-ADA SAJA Berhenti sejenak lalu mengakhiri
Saidna Zulfiqar bin Tahir Bermuram dalam bergontai
Pemucatan distorsi masa silam
Ada niat terencana… Dalam keruh kelamnya lata
Ada rasa yang terbina… Luncah menistakan diri yang rampus
Ada asa yang terlena… Terjaga dari koma berkepanjangan
Ada kata yang tercipta… Menuangkan konsep baru renungan
Ada karya menjadi realita… Kesendirian bergumul di Sahara
Ada tangis yang tersisa… Experimentasi menyandarkan peluh
Ada cita bersuka cita… Menyudahi pengembaraan semu
Ada ambisi bereforia… Dalam perpaduan belahan koin
Ada kronologi peristiwa… Melebur kemanunggalan diaktrik
Ada gosip terberita… Kurs dalam tangga nada graf
Ada rahasia yang terjaga… Persentil apresiasi merevaluasi
Ada ruang dan waktu sebagai fakta… Amandemen deklinasi kehidupan
Antara aku, kamu dan dia Penguapan harapan baru mengalir
Hanya akulah yang rasa Pembaharuan radikal meraih cita
Karena kamu tak pernah percaya Di persimpangan ini meneguh tekad
Biarlah rasa teraniyaya Di sinilah titik kulminasi katam
Bersayat luka tersiksa Di nokta inilah saat berkreasi
Agar tiada hati yang luka Keakuan diskersi kebijaksanaan
Harmoni tetap terjaga Menganyam relasi kolega tali salasilah
Meski ini hanyalah dusta Dalam bahtera bungalo patriarki
Pembokongan kriptik berrahasia Ekspektasi bujang tak ingin lapuk
Tanpa uraian panjang logika Sebelum berubah menjadi kapuk
Agar slalu bisa diterima Dengan kelenggangan tanpa kompas
Meski semua hanyalah nista Pedoman jarum jam kebahagiaan
Yang slalu datang membawa derita Peluang mustahil yang lengkara
Namun sulit untuknya sirna Mumpungisme meraih perubahan
Walau hati berlimang dosa Berperibudi hidup yang lebih bernilai
Mengusung beban api neraka Penyempurnaan sebahagian ritual
Bagi mucikari durjana Tambatkan tali kekerabatan
Penebus dosa dari malapetaka Simpul liga perserikatan hidup
Transaksi kans penuh berbahaya Akte traktat resepsi persepsi
Semua ada tanpa terencana Terkebat pasak sutas cincin di jari
Semua ada bukanlah bencana Dalam keberkahan penuh mawaddah
Semua harus diterima Sakinah warahmah…
Semua ada… Langgen penuh lestari
Karena kita mengada-ada Abadi slamanya….
Karena kita ingin berada Amien…!!!

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 11


‫ﻟﺆﻟـــﺆة‬ SANG ISTRI
‫ﺳﻌﺪﻧﺎ ذواﻟﻔﻘﺎر ﺑﻦ طﺎھﺮ‬ Saidna Zulfiqar bin Tahir

‫طﺎل اﻟﻠﯿﻞ‬ Dialah mutiara


‫ﺖ ﻣﺴﺘﮫﺮا‬ ّ ‫ﺑ‬ Bersinar tiada tara
‫ﺣﯿﺮان ﺑﻐﯿﺎﺑﻚ‬ Terangi aku dalam penjara
‫ﻣﺸﺘﺎق ﻟﺤﻀﻨﻚ ﺟﺎﻣﺪ‬ Untuk hidup lebih sejahtera
Dialah sang isteri
‫ﻻ ﺷﯿﺊ ﺳﻮاك‬
Penggugah hati berseri
‫ﺑﺤﺒﻚ ﻧﺎﺿﺞ‬
Pembuka tabir misteri
‫ﺑﺪوﻧﻚ ﻣﯿّﺖ‬ Pelipur hati yang nyeri
‫ﻻ أﻣﻞ ﺑﺪوﻧﻚ‬ Dialah bidadari
‫ﻻ ﺣﻤﺎﺳﺔ ﻟﺒﻌﺪك‬ Turun bersama mentari
‫أﻧﺖ اﻟﻮﺣﯿﺪة‬ Hadir tanpa disadari
‫ﻣﺎﻟﻜﺔ اﻟﻘﻠﺐ ﺧﺎﺿﻊ‬ Lahirnya cinta tak mampu dikomentari
‫ﺑﺄﻟﻄﻒ اﻟﻤﻮﻗﻒ أﺳﻠﻢ‬ Dialah impian
‫ﺑﺄﺣﺴﻦ اﻟﺴﻠﻮك راض‬ Membawa berjuta harapan
‫ﺑﺰواﺟﻚ إﻧﻲ ﻓﺎرح‬ Merajut semua kenangan
‫أﻧﺖ أﺣﻠﻰ ﻣﺎ ﻓﯿﺎ‬ Mimpi itu adalah kenyataan
‫طﻮل اﻟﻌﻤﺮ‬ Dialah permaisuri
‫ﻓﻲ ﺣﺒﻚ وﻋﺪا‬ Harum semerbak kasturi
‫ﻻ ﻣﺮأة ﺑﻌﺪك‬ Mekar di taman puri
‫وﻟﻮ ﻛﺎن اﻟﻌﻤﺮ ُﺑﻌﺪك‬ Mata hati tak lagi mencuri
‫ﻋﻠﻲ ﻟﻮﺣﺔ اﻟﺬھﻦ ﻛﺎﺗﺐ‬ Dialah motivasi
‫وﻣﻦ ﺻﻤﯿﻤﻲ ﻗﻠﺒﻲ ﻣﻌﺘﺮف‬ Penggerak hati berimprovisasi
‫ﻟﻦ أك ﺑﺄﻣﺎﻧﺘﻚ ﺧﺎﺋﻦ‬ Penopang asa penuh sensasi
‫ﻣﺎ أﺣﻠﻰ ﻣﺎ ﻛﺎن‬ Harapan itu kan terealisasi
‫وﻣﺎ أروع ﻣﺎﻳﻜﻮن‬ Dialah bintang
Terpampang diantara gemintang
‫أﻧﺖ ﻟﺆﻟﺆة‬
Kedipkan cita-cita gemilang
‫أﻧﺖ ذھﺐ ﻗﻠﺒﻲ‬
Hari esok kan lebih cemerlang
‫زﻳﻨﺔ ﺣﯿﺎﺗﻲ ﻛﻠﮫﺎ‬
Dialah rembulan
‫ﺗﻠﻮن اﻷﻳﺎم ﺑﻨﻮرك‬ Cahaya wanita unggulan
‫ﻤﻨﺘﯿﻨﻲ ﺑﻮﺟﻮدك‬ ّ ‫ط‬ Dibanding wajah sanggulan
‫ﻻ ﻧﺴﺎء ﻏﯿﺮك‬ Menikahinya adalah akhir kesimpulan
‫وﻻ ﻣﺮوؤه دوﻧﻚ‬ Dialah malaikat
‫ﺑﺤﻖ اﻟﺴﻤﺎء ﻓﻲ ﺣﺒﻚ‬ Membuat hatiku terpikat
‫ﻣﻠﯿﺎن ﺑﺮوﺣﻲ ﺑﯿﻄﻔﯿﺾ‬ Dalam anugerah yang terikat
‫ﻣﺎ ﺳﻮّك أﺣﺪ‬ Cinta pun semakin mengkilat
‫وﻣﺎ أﺣﻠﻰ ﻣﻨﻚ أﺣﺪ‬ Dialah ibu anak-anak
‫ﻣﺮاﻓﻘﺔ ﺗﺠﺎه اﻟﺤﯿﺎة‬ Pandai beternak dan menanak
‫ھﺎھﻮ وﻋﺪي ﻟﻚ‬ Hati semakin terkesimak
‫ھﺎھﻮ اﻟﻌﮫﺪ ﺑﯿﻨﻲ وﺑﯿﻨﻚ‬ Wajar aku menjadi jinak
‫ﺑﻤﺼﺎﺣﺒﺔ اﻟﺤﺐ اﻟﺤﻘﯿﻘﻲ‬ Dialah mustika
‫ﻟﻸﺑﺪ اﻵﺑﺪﻳﻦ‬ Langka bagai pusaka
‫إﻟﻰ ﻣﺎ ﺷﺎء اﻟﺮب‬ Harga tak terhitung angka
‫ﺑﻤﻔﺎرﻗﺔ اﻟﺮوح ﻣﻠﺠﺴﺪ‬ Memiliki tak pernah kusangka
Dialah puspa

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 12


Pewarna bentuk rupa Dan memaksaku terus alirkan
Yang tak mungkin terlupa kerinduan
Saat hadir maupun alpa Dalam tulisan yg tak menentu
Dialah peri Karna kerinduan itu begitu cepat
Menjelma mimpi berseri Menggerogoti setiap pembuluh darah
Hilangkan luka yang nyeri Dan telah bersemayam bagaikan tumor
Hadapi hidup tanpa ngeri yang siap merenggut nafasku
Dialah rab’ah Kaulah kerinduanku yang slalu
Isteri yang salehah kurindukan….
Ibu yang mujtahidah GG (Gadysa & Gelbina)
Kekasih penuh mahabbah
Dialah surga ALPAMU
Nikmat yang patut dibangga Saidna Zulfiqar bin Tahir
Idaman dalam keluarga
Semoga dan semoga Alpamu hanyutkan kepercayaan
Dialah karsa Kebimbangan yang terseret arus zaman
Penyulam segala rasa Melilit ranting hari kerapuhan tanpa
Asa yang tak putus asa harapan
Hingga akhir masa Meski hadiranmu terparafkan dalam
absen keyakinan
CATATAN KERINDUAN Yang terciplak rapih dalam daftar putih
Saidna Zulfiqar bin Tahir tanpa tipe-x dan noda
Namun lembaran hati terbuka oleh
Hari-harimu adalah hari-hariku sepoian lembut angin
Yang slalu terperangkap kemacetan Membisikan kenangan yang
sang waktu terkungkung penantian pasti tanpa
Antrean kendaraan yang kepastian
menghantarkan perasaanku Hanyalah risau….
Terasa begitu lambat Yakinkan keraguan yang lama
Hingga kerinduan itu berteriak terpresentasikan
Membakar suasana hati Di dalam ruang fikir tanpa kesimpulan
Walau peluh berkristal ria Kupanggil hati dan menanyakan alasan
Jariku nakal memencet keypad Maupun surat keterangan izin sebagai
Lantumkan debaran kerinduan penguat keyakinan
Yang slalu haus Adalah kepasrahan terhembus lirih
Tatkala melirik pajangan minuman dalam potret malaikat
dingin di pinggir jalan Sebagai balasan kejujuran yang
Entah mengapa…? mengada dan menenangkan keadaan
Tak satupun rambu lalulintas yang Saat pembahasan materi seminar segera
mampu hentikan ingatanku akan disimpulkan
bayangmu Sumpalan kue berkotak dan aqua kan
Yang kerap gentayangan menakuti mengakhiri penat dahaga kejenuhan
hari-hariku Bercampur peluh yang terlukis dgn
Hingga kusadari ketikanku terhenti keringat lusuh kian bugar tanpa kerutan
oleh suara halus Mungkinkah kehadiran itu mutlak
Membisikan kedamaian dalam diabsenkan
kehancuran Sebagai wujud kedisiplinan hati temani
Tak sedetikpun jariku terbesit bisikan raga yg tak pernah berolah raga

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 13


Apakah itu yg dinamakan formalitas Meski hasil dari mimpi buruk
dan dinamika Dia tetap ikut nimbrung
Rasa terkontaminasi formalin pengawet Dalam kekalutan otak
relasi dalam ikatan ikrar? Antara sadar dan tidak
Ataukah bunga yang kadang mekar Hati melaui menginterogasi
semerbak Pantaskah di usia ini masih begitu
dan kadang layu tersengat matahari Semangat itu semakin kuat menguasai
sore diri
Mudah-mudahan semua mudah dan Membuatku sering lupa diri
dimudahkan Bagaikan kuda liar kehilangan tali
Karna kunci jawaban ujian akhir telah kekangnya
tebocorkan Bebas berkenalan hilang kendali
Sukseslah dengan kemampuan Hingga kadang kuberdoa
menjawab soal dari orang lain Agar si Anu tidak lagi ber-anu-anu
Semoga itu adalah awal pembelajaran Agar si Anu tidak lagi mencari si Anu
Damai dalam singgasananya
SETIA Meski tanpa kursi mahkota
Saidna Zulfiqar bin Tahir Kusadar….
Akulah manusia terbaik
Dulu aku setia Selalu berbuat baik dan ingin kebaikan
Karena si dia selalu setia Semua sudah membaik
Dulu aku bersedia Semua sisi dalam diriku telah membaik
Karena si dia masih belia Kecuali si Anu
Dulu aku aku ceria Yang selalu membuatku berdosa
Karena si dia sangat mulia Terpeleset dalam lubang sempit
Kini aku bahagia Yang licin dan berair
Karena si dia tetap setia Itulah kejelekanku yang tersisa
Kini aku bersuka-ria Hanya itulah lubang dosa diri
Karena kami selalu se-iya Menjajah dan selalu ingin menjajal
Tak sedetikpun ada niat menduakanmu Membuat hati ini gelap tanpa hidayah
Tak sehelai kainpun menghalangi Aku butuh saranmu
ingatanku padamu Yang mampu membuat Anu-ku
Tak seorangpun yang dapat bersarang
menggantikanmu Terkurung dalam sangkarnya
Karena cintamu adalah nafasku Hingga Ia tunduk dan tawadhu
Karena dirimu adalah diriku Saranmu….
Kami satu yang sengaja disatukan Saran ustadz untuk berpuasa
Dalam meraih Ridha-Mu Justru puasa semakin membuatku
bergairah
RENUNGAN PAGI Saran dokter untuk ber-onani
Saidna Zulfiqar bin Tahir Justru onani membuatku ingin yang
sesungguhnya
Pagi bangunkan tidurku Harusnya kujepit si Anu di sela pintu
Kaget terperanjat bagaikan kebakaran Agar Ia kapok tak bisa berdiri
Bergelut bersama nightmare Ataukah harus dikebiri
Membuatku letih berkeringat Agar Ia tetap sendiri
Anehnya…. Kayaknya aku tak boleh sendiri
Si Anu ikut terbangun Selalu dekat bersama istriku

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 14


Kemanapun harus membawanya Menghisap dosa yang tak mampu
Menyertai setiap langkahku dipertanggungjawabkan
Bagaimana jika tidak Roxy, aguza, begitu jauh Ataba,
Ohhh…emang sih pasi wanita muhandisin terasa dekat
Sibuk…. Jabal muqattam mudah didaki
Anakku harus menemaniku Terusan suez terbentang banyak cabo
Kemanapun mereka ada di sisiku Di atas tower aku bangga
Agar aku tak lagi ber-anu-anu Di dalam pyramid ku terjepit
Karena ada malaikat-malaikat kecilku Di atas bukuit Sinai kuterpaku
Yang selalu mengingatkanku Di sungai nil kutenggelamkan nista
Mengontrol tindakanku Di mesjid Husein kudapai diri
Meremote setiap keinginan Di Al-Azhar kulahir kembali
Dan mempause gerakan si Anu Engkaulah ummu dunia
Semoga ini akan berhasil Darimu segala tarbiyah
Untuk meraih kebaikan abadi Engkaulah ummul balad
Tanpa cacat dan dosa lagi Padamu kumerindu
Amien.. Engkaulah negeri kinanah
Bersamamu tentukan arah
GELAP TERANG (KAIRO) Engkaulah pahlawan tanpa gaji
Saidna Zulfiqar bin Tahir Untukmu segala bintang satya

Inilah tempat para Nabi ANDAI TAK MALU


Inilah tempat kaum pembangkan Aman 30 October 2004
Inilah tajuk kemuliaan
Inilah kota penuh kedamaian Andai tak malu
Disinilah pyramid berdiri Kan deras derai air mata
Disnilah nil mengalir Kan kukunjungi persemayamanmu
Disinilah firaun mengtuhankan diri Duhai kau yang telah pergi
Disinilah Asia gigih mengabdikan diri Ku tatap sejenak terakhir kali
Tubuh sayu terbaring lesu di samping
Inilah aku tanah galian yang terbuka luas dan
Disinilah aku terapung dalam
Antara dua kubu di hati
Kadang lurus dan mulus Kau tinggalkan diriku
Sering melenceng dan sesat Kau ciptakan bingung dan sedih di hati
Arahku jauh dari tujuan Saat rambutku telah memutih dan
Meraih api membakar niat tulang yang lemah tersisa
Yang dihadapi bukanlah mimpi Ditemanin anak-anak kecil masih
Namun kenyataan yang sangat asin berselendang azimat
Penoreh aroma kehidupan Tak lagi ada semangat habis waktu
Pelita hidup redup malamku mengawasi bintang-bintang
Gelap segelap kehidupan malam yang terang lalu pudar bersama dirimu
Susuri tempat ke tempat
Habiskan waktu terbang ke langit Kau bagai permata di jiwaku rebutan
Pudar bersama datangnya pagi setiap orang tempo itu dan kini terlihat
Inilah vampire kehidupan di sana
Hidup diantara dua alam Hanya tumpukan tanah dan batu
Menghirup kebaikan sesaat (Cairo, 1997)

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 15


ANDAI TAK MALU SAHABAT
Saidna Zulfiqar bin Tahir Saidna Zulfiqar bin Tahir

Andai Tak malu Sahabat


Kan terkepak sayapku Kau begitu dekat
Terbang bersama sangkar Karena kita sederajat
Hinggap tak berpijak Saat hidupku meningkat
Dimana kakiku beranjak Senyummu kian berat
Lupa akan diriku Kukira kau turut bahagia dan melompat
Bersayap tak bisa terbang Gak taunya kau bangsat
Berkata tak ada ketenangan Pandai lidahmu bersilat
Hasrat tersumbat dosa Karena kau penjilat
Luapan kicauan merpati berirama tanpa Fitnah kau rekat
arti Actingmu merangkul erat
Percayaku berkarat
Andai tak malu Milikku pun kau sikat
Kan deras air mata mengalir Pacarku minggat
Basahi hati bagaikan gincu Karena kau berkhianat
Kan kering tenggorokan terngiang Alasanmu singkat
Tanapa ada balasan iba Seakan tak berserat
Dimanakah aku saat Kau memanggil Ku tau perasaanmu dipantat
Dimanakah Kau saat ku menangis Hingga kau begitu bejat
Semua terasa percuma Jalanmu terlalu sesat
Air mata bukanlah azimat Bagimu tak ada sesuatupun yang
Yang kau tawarkan hanyalah irisan keramat
Pahit getir adalah kodrat Kini kau terjerat
Aku lemah saat Kau kuat Saat ku Mulai kembali merapat
kuat…… Istrimu berangkat
Kau pun mencoba melemahkanku Kaupun melarat
Dimanakah airmataku Orang tuamu wafat
Yang menangis curahkan kristal Menunggumu di hari kiamat
Kering bersama unek di dada
huuhhhh….desahan penuh arti SIAPA AKU
Hanya Kaulah yang tau Saidna Zulfiqar bin Tahir

Andai tak malu Inilah aku dalam diriku


Kan ku caci maki diri-MU Yang menanam jati tanpa diri
Namun kusadar…. Inilah diriku yang selalu mengaku
Aku makhluk pemula dan pemalu Bahwa jati diriku adalah aku
Kini kudatang tanpa berandai Siapakah aku?
Bugil tanpa malu dihadap MU Siapakah diriku?
Terbang mendekap sayap MU Ternyata aku hanyalah diriku
Menangis hanya dipangkuan MU Yang bias iri dan berdiri
Kutau kicinta padaMU Marah abaikan akibat
Dan Kau pun cinta padaku Ngotot menuntut keinginan
Terimalah aku Sedangkan aku hanya dapat
Dan maafMU mahkotaku menyaksikan
Tanpa mampu tuk berbuat

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 16


Aku hanyalah aku Buktikan dunk!!
Yang suka berlebihan ber-aku-aku Masa gak pernah ada bukti
Sok tau dalam mengaku Bicaramu sudah melebihi takdir
Karena aku belum mengenal siapa Tuhanpun harus kukalahkan
diriku Tapi gimana…?
Semua cermin membohongi aku Hijrah sudah
Menutup kedok jati diriku Usaha dan ikhtiar sudah
Yang kupandang hanyalah bayangan Berdoa juga sudah
diriku Pasrah pasti gak diragukan lagi
Sedangkan aku hanya tersenyum puas Lalu..????
Cengar cengir sendiri dalam diri Apakah aku stress
Bahwa itulah aku Tenang dunk!!
Itu semua hanyalah jawabanmu Semua belum berakhir
Yang tiada beda dengan pujian cermin Semua ini hanyalah rutinitas
Itulah diriku yang ada dimatamu Berputar dan terus berputar
Bukanlah aku yang ada pada diriku Bagaikan roda
Karena diriku belum mengenal siap aku Kadang di atas kadang di bawah
Karena aku belum mencintai diriku Sungguh kasian
Ibakan rgo dalam kesendirian
BOSAN Menerawang tilas kehidupan
Saidna Zulfiqar bin Tahir Seakan tergilas di bawah perut bumi
Ketika roda itu di bawah tertusuk paku
Bosan….. Dah kaya arisan dan togel aja nih hidup
Sungguh ini sangat membosankan Tinggal mengundi
Ini lagi…itu lagi…. Dan mengadu nasib
Sungguh sangat memuakkan Menanti keberuntungan tak pasti
Mengapa aku masih di sini Apakah selamanya begini
Mengapa aku masih berbuat ini Mungkin ya..mungkin tidak
Dan mengapa aku masih saja begini
Begini kek…begitu kek… PURE
Semua tetap saja salah Saidna Zulfiqar bin Tahir
Semua terus saja menjijikkan
Itu lagi…dan itu lagi… Engkau yang benar pure
Tiada perubahan Kini berubah syur
Tiada perkembangan Oleh ungkapan sure
Bahkan tiada lagi harapan Yang belum pasti swear
Pupus….. Rela to be wear
Masa tidak lagi bersahabat Meski tubuhmu wearier
Mereka itu tidak lagi tersenyum Engkau tetap super
Tempat ini hanya cemooh Harusku admire
Ruang ini….. Bahwa engkau less wary
Ruang ini lagi..ruang ini lagi Dan memang kurang care
Pergi….pergi..pergi..!!! Mudah fulfill my desire
Mengapa masih tetap di sini Hingga lupa akan purity
Bodoh… Langkahi suatu boundry
Goblok kok dipelihara Yang tak mungkin kembali
Maju dunk!! Semua telah occure
Masa selamanya kek gini Semua telah terecorded

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 17


Dan tak mungkin direcure Lupakan diri rusaki mentaL
Ataupun di recuver Antara kau dan aku saling mengantar
Terima kasih atas segala proof Antara kau dan aku hanya kita yang
Semoga cinta itu tak lagi blind rasa
Walau berlalu dalam kegelapan Antara kau dan aku hanya mereka yang
Hingga terang itu datang tau
Meraih tanganmu dalam gandengan Antara kau dan aku tidak akan
Berdendang menyusuri jalan setapak ketahuan
Dalam keramaian penuh bahagia Selingkuhi aku dalam selangkanganmU
Sesuai keinginan dan harapan Bujukmu pasti terdengar merdU
At the end Ratapi takdir cepat berlalU
Serasa lemah remotkan waktU
ANTAR USIL DAN UNYIL You ‘re my maN
Saidna Zulfiqar bin Tahir Fasih ucapmu membuatku dingiN
Terbaring laksana seorang pasieN
Resah tersungging di bibir kalbU Bertarung hadapi Tanya di batiN
Rangkaian kata pun menjadi kakU Open up n lick mine pls honeY
Berbaur bisikan yang penuh rayU Over kau dan aku begitu crazY
Terkurung dalam hayalan semU Bergulat hari tak hiraukan bodY
Putihnya niat seputih kertaS Mengulang kembali sejarahmu babY
Mudah menuai tatkala panaS Datangnya sesal saat mengakhirI
Terbakar sengatan api ibliS Sadarkan diri telah dimilikI
Rentangkan kaki di luar gariS Perasaan dosa telah terkebirI
Mendulang rasa di atas nilaI Pintu maaf hanyalah sekalI
Tiada kewburukan yang belum pastI Usil berbuat karena unyiL
Tersimpan rapat di dalam hatI Usai tontonan ingin menjajaL
Merenggut nyawa tiada bersenI Usai bertobat kembali normaL
Kerasnya keinginan tidaklah labiL Usia mentok kan disambut ajaL
Mudah hanyut terterpa badai kesaL
Imunisasi bukanlah kebaL DOAKU
Mudah terinfeksi di saat gataL Saidna Zulfiqar bin Tahir
Usil mencoba tiupkan debU
Bara terpendam kembali menggebU Tuhanku yang Esa
Tuangkan air di atas tungkU Dulu hidupku sentosa
Nada resak kini terdengar syahdU Mengapa kini jadi pendosa
Gambramu terlukis tak beralaskan Hanya karena ulah si nisa
kanvaS Harus menanggung semua siksa
Serasa dekat sedekat deruan nafaS Tanpa menunggu hari periksa
Menderu-deru memanggil jelaS Hancur lebur dalam binasa
Kembangkan bakat puas dengan buaS Oleh AzabMu yang sangat luar biasa
Yang dijamah bukanlah mimpI Ya Rahmanu Ya Rahimu
Malu berbuat kecilkan nyalI Tenggelamkanlah aku dalam
Yang dipegang hanyalah janjI hidayahMu
Ragu melangkah kecebur kalI Azablah aku dengan RahmatMu
Ramuan kopi yang terhidang begitu Jatuhkan aku dalam lembah cintaMu
kentaL Rapuhkan aku dengan keagungan
Dekapan tubuh terasa kenyaL asmaMu
Laksana terbuai di atas bantaL Jauhkanlah aku dari setiap murkaMu

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 18


Kembalikan aku dalam anugerah Sedang aku sering menduakanMu
fitrahMu Pantaskah aku berpaling dariMu
Agar langkah selalu pada jalanMu Sedang aku akan kembali padaMu
Tuhanku yang maha perkasa Pantaskah aku menjauh dariMu
Bukanlah aku mahluk berbisa Sedang aku selalu membutuhkanMu
Mencuri hati agar leluasa Pantaskah aku bertanya padaMu
Mengumbar janji dalam sebuah sketsa Sedang aku hanyalah budakMu
Yang slalu berakhir setiap Pantaskah aku memohon maafMu
mendapatkan mangsa Sedang aku banyak meragukanMu
Namun inilah yang kubisa Astagfiruka yaa rabbiyal a’la bijami’il
Agar di hari esok atau lusa hamd
Semua kan kembali seperti biasa Laa syariika laka wa ilaykal ma’buud
Hanya Engkau yang Maha pantas dari
AKU DAN SATU dan atas segalanya
Saidna Zulfiqar bin Tahir
DEMI PALESTINA
Aku satu yang menyatu Saidna Zulfiqar bin Tahir
Aku ragu dan mendua
Aku satu ingin bersatu Aku lemah
Aku hantu berhias nol sejuta Aku penakut
Aku satu harapkan sesuatu Apa yang dapat kusumbangkan?
Aku debu terbalut riya Doa ?
Aku satu lupakan yang Satu Apa hanya dengan doa?
Aku malu berlimang dosa Puisi?
Aku satu dengan Yang Satu Apakah cukup dengan puisi?
Aku rindu pada yang Esa Sungguh pelitnya diriku
Satukan aku dalam kesatuanMu Dzaalika min adh’afil imaan
Duakan aku dengan cintaMu Sementara aku sanggup
Hantui aku dengan azabMu Harta?
Lupakan aku untuk tidak melupakanMu Aku punya
Dan esakan aku dalam keesaanMU Ilmu?
Amin… Saudara?
Ya Allah Ya Rabbi
PANTASNYA RIYA Apakah aku saudara yang baik?
Saidna Zulfiqar bin Tahir Apakah aku hambaMu yang beriman?
Teganya aku
Tuhanku… Pelitnya aku
Pantaskah aku takut kepadaMu Yang hanya mampu membantu dengan
Sedang aku hanya takut azabMu doa
Pantaskah aku merayuMu Padahal banyak kemampuanku
Sedang aku hanya mengincar pahalaMu Terbentang kepicikan secuil islami
Pantaskah aku malu padaMu Menganggapnya tabdziir
Sedang aku hanya malu dicemooh Maafkanlah aku hai saudaraku
Pantaskah aku mengabdi padaMu Karena kusadar kini
Sedang aku hanya terbuai janjiMu Bukan doa yang engkau butuhkan
Pantaskah aku mencintaiMU Engkau membutuhkan lebih
Sedang aku naksir diriKu Dalam meraih damaimu
Pantaskah aku menjadi kekasihMu Amin…

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 19


PALESTINA BANGKIT PASCA KONFLIK
Saidna Zulfiqar bin Tahir Saidna Zulfiqar bin Tahir

Palestin Enaknya jadi mahasiswa


Cukup sudah engkau diplorotin Pastinya banyak kawan dan lawan
Dengan janji yang slalu diplesetin Semua harus dijalani
Kata damai kian dipolesin Karna hidup adalah tantangan
Tak akan sembuh luka dipelesterin Yang harus dihadapi
Persetan dengan damai Dijalani dan dimaknai
Jika akan membawa kehancuran Makna di balik makna
Persetan dengan kehancuran Sense di balik sensasi
Jika akan mendatangkan kedamaain Kusadar…..
Maju…!!! Ternyata aku masih kurang ajar
Mengapa harus bertahan ? Butuh banyak diajar
Perangilah orang-orang yang telah Harusnya sekalian dihajar
memerangimu Biar semakin sadar
Bangkitlah !!! Agar hidup bermodal kepintaran
Kuburkanlah bangkai-bangkai hidup Berbau kelicikan berlogika
Kami bersamamu Agar tetap survive
Dan Allah pasti bersama kita Sebagai pria jelek yang intelek
Aku orang kecil
GILA Bertubuh kecil
Saidna Zulfiqar bin Tahir Ingin menjadi besar
Paling tidak menjadi guru besar
Aku gilaa… Paling iya jadi duta besar
Gila karena hadirmu… Sebagai target dalam hidup
Gila karena alpamu… Yang harus kuraih
Gila karena ketidakberdayaanku… Semoga…dan semoga
Gila karena sombongku pendamkan Amien…
rasa…
Gila karena kealpaanku sendiri… TENSCA
Gila karena ternyata aku masih Saidna Zulfiqar bin Tahir
waras…
Waras untuk tidak menjadi orang gila Bertemu kita di Pasca
Aku benar-benar gila… Bersatu kita di Tensca
Gila oleh kegilaanmu… Berpisah kita di Lamacca
Gila karena hadirmu… Berlinang mata bekaca-kaca
Gila karena bodymu…. Karena hati bukanlah panca
Gila karena kusadar kamu yang lebih Yang indranya hanya ada di Mecca
gila… Teringat akan ibu Anca
Gila karena ternyata aku masih Yang kutemui hanya Ibu Ribca
normal.. Ow Iraaa, mengapa miripko Ica
Normal untuk menjadi pria sejati Padahal Ela dan Aliya tidak suka
Merica
Ajaklah aku menjadi waras Misma & Nisba sukanya minum Coca
Buatlah aku semakin normal Sedangkan Ani, Tati dan Tami kaya
Layaknya Engkau dan aku pasukan Nica
sebagai orang waras dan normal Sukanya Anti dan Dewi nonton Barca

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 20


Biarpun tua bu Fahria tetap Mica Tegurannya kadang specifik
Masih sukaji itu Vivit berkaca Nasehatnya adalah munafik
Hingga Prof Dj mengoles rica Perangainya beda
Kalian bagaikan gadis Casablanca Adatnya susah terbaca
Manami itu kelompok ular sanca? Sobat…
Yang suka nonton filemnya Bianca Jangan suka membabat
Apalagi Mido yang suka Agnes Monica Karena kita hanyalah classmate
Kapan-kapan ketemuki lagi di Pasca Bukan untuk diskakmate
Jangki lupakanka nah ca Mengapa harus berteman
Biar adamako semua di America Jika hatimu masih saja preman
I love u all Tensca Membuat hatiku bopeng
Sembunyi di balik topeng
2 IN 1 Engkau egois
Saidna Zulfiqar bin Tahir Gayamu terlalu borjois
Padahal aslinya kampungan
Hari ini menuai dosa Di kampong tetap saja gelandangan
Hari ini diduai moza Lebih baik kita berpisah
Hari ini digodai mangsa Biar hati tak lagi resah
Hari ini perangai diperkosa Selamat tinggal kawan
Hari ini naluri tersiksa Semoga engkau menjadi ilmuwan
Hari ini hati nelangsa
Meski sesaat sentosa IN A YUNCHU
Bangga seakan perkasa Saidna Zulfiqar bin Tahir
Menghantar kemerdekaan bangsa
Namun selamanya jadi pendosa Suatu tanda tak terlupakan
Dua selimut tawarkan jasa Di antara hidung dan bibirmu
Hasrat hati seperti terpaksa Kecil hitam mengembung
Menolakpun tiada kuasa Warnai corak karaktermu
Si kecil semakin berbusa Indah namamu
Bagaikan musang berbulu rusa Meninabobokkanku di sampingmu
Berubah menjadi raksasa Manis senyummu
Mencoba untuk merasa Mengherankanku dalam lamunan
Pengalaman baru dalam karsa Terbayang wajahmu
Hati ini paksakan puasa Ketika duka itu terpajang
Rasa itu ingin tetap memangsa Sesuatu tlah menimpamu
Meski kutau itu racun berbisa Tatkala lama kumelupakanmu
Yang akan membuatku binasa Engkaulah adikku
Dalam percintaan semasa Pantas Engkau menjadi adikku
Yang mungkin kan terbiasa Yang lama kuidamkan
Ketika nafsu itu berbahasa Engkaulah sayangku
Yang slalu kuabaikan
SOBAT Karna Engkau ingin sendiri
Saidna Zulfiqar bin Tahir Berkarya penuh idealisme
Mencoba mambuktikan diri
Sahabat bukanlah kerabat Meraih impianmu dengan jerihmu
Sukanya hanya pejabat Menantang aral yang berombak
Maunya menang Di balik lembutmu ada ketegaran
Kalahnya pasti perang Kuat mendukung sgala rencana

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 21


Lemahmu adalah kekuatan Melalui jendela yang tersembunyi
Semua itu akan teraih Bertanya dan bertanya
Doaku slalu untukmu Yakinkan sejatinya keinginan
Meski jauh jarak dan batas Terkungkung antara sayang dan cinta
Dukunganku slalu untukmu Sadar akan luasnya lautan
Keyakinanku pasti ada kesuksesanmu Berat muatan kapal masing-masing
Terlalu berat jangkar itu
SURAT AN-NISA Terkaram selamanya di hati
Saidna Zulfiqar bin Tahir Karena pelabuhanmu telah ada
Bukan pada pelabuhanku
Hitam bagaikan manggis Hingga saatnya tiba merela
Isimu putih dan manis Perlayaranmu kan kembali
Senyummu teramat feminis Berlabuh pada pelabuhan
Biarpun kau sinis sesungguhnya
Dan ucapanmu terdengar sadis Hanya ciuman itu yang kuberi
Namun kau tetap kelihatan manis Tuk selalu mengenangmu
Nis…. Dengan sayang yang tersisa
Sapaan sayangku padamu Yang pernah sesaat berlabuh di
Memintamu menunggu pelabuhanku
Hanya untuk melihat secuil senyummu Kukan slalu merindukanmu
Obat pelipur lara Walau dirimu sengaja melupakanku
Ketika tegang oleh tugas Dan mengharamkanku tuk
Membuatku tenang dan konsen menelponmu
Nis… Namun kurasakan kedekatan itu
Kaulah adikku yang imut Selalu dan selalu ada
Pesona keibuan tak rumit Thanks hon….
Memberikan kedamaian
Yang tak mungkin kulupakan MELINGKUH
Semoga Engkau tetap adikku Saidna Zulfiqar bin Tahir
Wanita sempurna seperti namamu
I will miss u Selama denyut nadi berdetak
Engkau sejatinya cinta sejatiku
KARTIKA 2 Lebih murni dibanding emas
Saidna Zulfiqar bin Tahir Indah mengkristalkan hati dan hari
Namun aku bukanlah malaikat
Berlabuh tanpa sauh Gampang terusik dalam kesendirian
Terhempas oleh gelombang Karena jarak mengasingkan hasrat
Tegar hadapi tantangan Untaian gelora mengeram rasa
Tanpa nakoda yang mengemudi Hamburkan rayu mencari mangsa
Tangguh hadapi ombak Sungguh aku tlah bersalah
Tibalah Engkau di pelabuhanku Enggan menolak bisikan iblis
Berlabuh dengan setengah sauh Lunturlah iman yang dulu terjaga
Terkaram di palung hati Ingin sekali malah jadinya berkali-kali
Yang tak mungkin kuungkapkan Namun apa yang kucari belum kudapati
Demi menjaga keegoan Galau meratapi kegalauan tanpa sebab
Yang terlanjur terlontarkan Kuhancurankan kepercayaan yang
Keterusterangan patut dihamparkan diberikan
Karena hasrat ini telah mengintip Untung sisa sisa harapan itu masih ada

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 22


Hingga kutau semua itu hanyalah dosa Meski kuakui bahwa aku pecandu cinta
Sudikah aku dimaafkan? Namun semua itu tak kutemui darimu
Emang tak pantas diriku dimaafkan Karena niatmu hanyalah kepulan asap
Lebih baik aku pergi Pasti menghilang entah kemana
Insyafkan diri dengan bertobat Kusadar engkau hanyalah tembakau
Niscaya harapan itu masih ada Yang belum mampu memarlborokan
Gubriskan hatimu tuk menerima hatiku
Keikhlasan dalam memaafkan Engkau hanyalah rokok
Untuk memulai hidup yang baru Temani lamunanku dalam kesendirian
Hingga ajal itu tiba di tapak kakimu Tatkala aku kehabisan marlboroku
Selamat tinggal asapku
TERNYATA PARNO Kutak mau mengidap batuk olehmu
Saidna Zulfiqar bin Tahir Karena aku hanya pecinta Marlboro
Tak ada lain selain Marlboroku
Kutau sense tatapanmu Maafkan aku mencampakkanmu
Kutau makna ucapanmu Maafkan aku dengan maafmu
Namun tak kutahu isi hatimu Semoga harimu kan selalau indah
Meski katamu “itulah cintamu”
Ternyata…. PLAYBOY CAP KODOK
Kutau berapa besar cinta dibalik BH- Saidna Zulfiqar bin Tahir
mu
Kutau berapa dalam cinta dibalik CD- Aku hanyalah playboy cap kodok
mu Yang suka memangsa kacang cap
Namun tak kutahu luas cinta di hatimu kelinci
Meski katamu “itulah cintamu” Karna kutahu….
Ternyata….. Kelinci suka memakan wortel
CINTAMU ADALAH ANUGERAH Kelinci suka silver queen
Yang mampu membuat Anu-ku gerah Kelinci suka kacang panjang
Tak kenal lelah dan jerah Dan kelinci lebih suka mentimun
Meski dipaksa menyerah Keinginan kelinci adalah kegemaranku
Ku tetap ANU-GERAH Meski kelinci suka berdusta
Demi mendapatkan keinginannya
SMOKER ADDICT Namun aku lebih pandai menipunya
Saidna Zulfiqar bin Tahir Kutahu kelemahan kelinci
Keberikan kelebihanku menutupi
Setiap tarik-isapan rokok di bibir kelemahannya
Engkau bagaikan bara di ujungnya Hingga kelinci tak sadarkan diri
Nyalamu meredup suram dan berdebu Dirinya telah dikeranjangi
Bersama tusukan tajammu ke paru- Dirinya telah dibungkus plastik
paruku Yang siap untuk disantap
Kepulan asap menghilang Begitu banyak kelinci kukeranjangi
Namun rasamu masih berbekas di Banyak kelinci kutelanjangi
sanubari Dan banyak sudah kelinci yang ku-
Saat fikiran menjadi tenang abonin
Puluhan saat kemudian galau Semua itu telah menyadarkanku
menghampiri Bahwa aku hanyalah kodok
Cita cintamu tiada sense of belonging Siap menerkam dan menelan
Yang mampu membuatku kecanduan Tanpa tahu akibat dari yang tertelan

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 23


Telah berani memainkan banyak api Lagi-lagi aku jatuh cinta
Dan pasti akan terbakar sendiri Lagi-lagi aku gila karna cinta
Pasti akan kena batunya nanti Mengapa lagi dan lagi
Sadarlah…sadarkan aku!!! Mengapa gila lagi gila lagi
Aku telah terperangkap oleh Padahal aku jelas-jelas tak mau
perangkapku sendiri membagi
Cinta bukanlah berbagi
RT–DORAEMON Karna cinta bukanlah zakat untuk
Saidna Zulfiqar bin Tahir dibagi
Cinta tak pantas di kali
Awalnya Doraemon Karna akan hanyut tak bertepi
Akhirnya baling-baling bambu Minus plus kadarnya cinta
Tengahnya dorongan Bila kurang ditambah lagi
Buntutnya terjatuh Bila tambah akan menjadi gila lagi
Ekornya di Ncc
Kepalanya seputar GS BUAH TIEN
Ujungnya ada di hati Saidna Zulfiqar bin Tahir
Sejauh rasa menyelam
Setinggi pesawat terbang Buah Zaitun buah Tien
Pendaratannya hanya ada di hati Terbuai aku karena vitamien
Semua bukan teka teki Bukti agung bukit Tursina
Berlalu penuh berjuta kesan Membuatku terus mencinta
Tiada penghujung dan akhir Dalam keremangan terusan Suez
Hanya takdir hakim pemisah Rasa hati tak akan pernah mulez
Engkaulah RT Tinggi menjulang menara St. Caterien
Karna ayahmu ketua RT Kau tetap sebagai vitamien
Membuatku terpaku di hatimu Fresh melebihi fresh tea
Bagaikan pajangan dinding Hingga fasihku membuatku frustrasi
Yang tak mungkin dipindahkan Mustahil kau kumiliki
Karena kutahu… Karena kutahu siapa pemilikmu
Hatiku rutan hatimu Aku menyatu denganya
Terpenjara penuh resiko Tak mampu menduakannya
Meski rengekmu minta kebebasan Namun Engkau tetap buah Tien
Sipir tak pernah menghiraukannya Yang hadir di setiap scene
Jalani masa tahananmu Menghias dinding kamar pengantien
Hingga tiba saatnya bebas Dengan beribu hiasan di tangan
Bebas tanpa syarat Berpanggul pinggul kehangatan
Dikenang sepanjang hayat Hingga fajar datang menjemput
Seperti keinginan ketua RT Mengendarai sinar kekristalan
Dalam meraih kedamaiannya Akhiri semua hayalan
Dalam bab kehidupan baru
LAGI GILA CINTA Tanpa sampulan dan simpulan
Saidna Zulfiqar bin Tahir Dan Engkaupun memahaminya
Bahwa aku hanyalah pasien
Lagi-lagi cinta yang kutuliskan Yang masih membutuhkan vitamien
Lagi-lagi cinta yang kurasakan Hanya darimu…
Lagi-lagi cinta yang kumainkan Dan hanya dirimu…
Lagi-lagi cinta yang kukorbankan

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 24


MESIR (EGYPT) Sadar tubuhku berlinang kopi
Saidna Zulfiqar bin Tahir Mungkin letih
Itulah jawaban menghibur
Engkau ibu dunia tanpa abi Agar harapan itu selalu ada
Lahirkan ulama tanpa asi Mungkin penyakit
Ciptakan intelek tanpa imunisasi Itulah jawaban bijak
Berkembang biakan tanpa kasih Agar kusadar peringatan itu
Semua kini menjadi sangsi Mungkin tak lama lagi
Dalam kedewasaan penuh benci Malaikat kan datang merenggut
Pertanyakan status sang abi Memaksa aku melepaskan
Goncangkan kedamaian tanpa hati Dengan siksa sebelum disiksa
Oh… ibu pertiwi Atas segala kesalahanku
Engkaulah ibu yang sejati Cukuplah petualangan ini
Tak pilih kasih dalam mengabdi Cukupkan dosa-dosa ini
Tak kenal lelah mencari sesuap nasi Dengan kembali ke jalanMu
Lihatlah kini… Melalui pintu tobatMu
Kedewasaan anak-anakmu suci
Kepintaran mereka sering dipuji KORUPSI
Semua telah teruji Saidna Zulfiqar bin Tahir
Tiba saat mereka membalas budi
Nyatanya kini… Korupsi itu…
Keangkuhan adalah kunci Kata orang, puisi itu indah
Mudah terseret arus dengki Korupsi itu…
Perebutan warisan menjadi saksi Kata orang, pria itu seksi
Kehancuran siap menanti Korupsi itu…
Usiamu semakin menjadi Kata orang, perempuan itu suci
Tiada daya untuk melerai Korupsi itu…
Namun janjimu itu pasti Kata orang, posisi itu singgasana
Kelak mereka mampu mandiri Korupsi itu…
Selesaikan masalah mereka sendiri Kata orang, penjajah itu singa
Dalam ukhuwah penuh damai Korupsi itu…
Dan aman itu akan abadi Kata orang, polisi itu sinis
Korupsi itu…
SYMPTOM Kata orang, pejabat itu sinting
Saidna Zulfiqar bin Tahir Korupsi itu…
Kata orang, pemimpin itu shalih
Risau hati bertanya Korupsi itu…
Gelisah hati menanti jawaban Kata orang, pendeta itu sirik
Apakah yang tlah terjadi Korupsi itu…
Dan apa yang kelak terjadi Kata orang, penceramah itu sufi
Apakah aku sakit Korupsi itu…
Adakah penyakit berbahaya Kata orang, pedagang itu sialan
Hingga kadang jatuh tak sadarkan diri Korupsi itu…
Pingsan beberapa menit Kata orang, penjudi itu sial
Bagaikan mati sesaat Korupsi itu…
Nafasku sesak Kata orang, pezinah itu seks affair
Tatapan mataku berkunang-kunang Korupsi itu…
Sadar tubuhku berlimang susu Kata orang, pelacur itu simpanan

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 25


Korupsi itu… ENGAGING
Kata orang, pencuri itu salah Saidna Zulfiqar bin Tahir
Korupsi itu…
Kata orang, pendemo itu mencari Those feelings were small like an ant
sensasi Spreading as a root plant
Korupsi itu… Occupying multiplicity intentions
Kata orang, pasien itu sekarat Might not be described the whole
Korupsi itu… Till we fell into the hole
Kata orang, penipuan itu sakit Pinned under a hazy relationship
Korupsi itu… Biased in a partnership
Kata orang, penyuapan itu sekali-kali Running after pseudo imagination
Korupsi itu… To fu*k off the wild world
Kata orang, penyogokan itu stimulus Instead the desired locked up
Korupsi itu… Pursue uncertainty wedlock
Kata orang, pemakaman itu sunyi Facing many deadlock
Korupsi itu… Up to the saturation
Kata orang, perangai itu sikap We were small
Korupsi itu… Like a small insect
Kata orang, pedang itu iman Lived behind colonies
Korupsi itu… Seeking for some supplies
Kata orang, pegangan itu sunni To resist in a drizzling rain
Korupsi itu… We were blind
Kata orang, pemaaf itu simpati Reach out permanent hope
Korupsi itu… Dancing on other painfulness
Kotoran upah sisa No way back and forth
Korupsi itu korban singgasana Played game without end
Korupsi itu korban posisi Only buried inside reality
Korupsi itu korban upah sedikit Like complicated crossword puzzle
Korupsi itu korban upaya stimulasi Fulfill the feeling without answer
Korupsi itu korban usaha sambilan What we did beyond the limits
Korupsi itu korban urusan si bos What we expected more than needed
Korupsi itu korban uang stimulus All acts were left over
Korupsi itu korban penggerebekan This kind love was so overlaps
polisi Among lover, sister and daughter
Korupsi itu korban pengguna sisa Colored the sky of my heart
anggaran Sometime it turned to blue
Korupsi itu korban pelihara simpanan And sometimes it turned to black
Korupsi itu korban pencitraan sikap The white one was hidden
Korupsi itu korban perusak system Behind the sexual drive and passion
Ketika terjepit dipaksa korupsi Coz everything’s burned when we met
Ketika kontradik difitnah kolusi You loved me more than I have
Ketika berada dalam satu system Hand over what you have
Ketika itu pula terinfeksi korupsi Forget sentence before and death
Sekarang lantang berkoar sentence
Besok lusa tubuh berkalori Break the law to a lower class
Sekarang lantang menentang It happened simply
Besok lusa Andapun ditendang Easy to recognize
Sebagai korban korupsi tanpa korupsi Ticklish to request forgiveness

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 26


This love was an assassin HP ini non-active
There must be solution Bukannya rasa terdestructive
Toward both of our goodness Karena ingatan terus berimajinative
Albeit it was difficult Hati ini tidaklah passive
Have to face and accept it Karna Engkau selalu attractive
Let it flow like a water Cintamu kekal terconstructive
Thus no one hurt
Before too late JENUH
Definitely convoluted and disordered Saidna Zulfiqar bin Tahir
No use to ask your forgiveness
Coz we were already voluntary Hati ini lebih berhati-hati
Swimming on a sin Mudah terbolak-balik
That can’t be avoided Mondar-mandir bagaikan setrika
Stored in our brain Telat sedikit hangus
Recorded by an angel Gosong bercampur kesal
Waiting for payback Tertutupi hitam bekas terbakar
In the doomsday Gelap dan semain menjadi angker
Seakan penunggu itu berpesta
NON ACTIVE Menari di setiap sela kamarku
Saidna Zulfiqar bin Tahir Menggelitik setiap tubuhku
Mengganggu hari-hari
Semua terjadi tanpa sengaja Tiada mampu berkonsentrasi
Ketika rasa tak lagi bersahaja Hingga bosan datang memanggil
Tubuhpun tak lagi sekuat baja Semua harapan dan impian lenyap
Berlalu di usia senja seketika
Ketika hati ingin dimanja Harapkan sesuatu datang mengusik
Lemahku tiada sempat dipuja Namun kebrisikan semakin nyaring
Sadar diri bukanlah raja Gendang telinga terasa bergema
Telanjang tanpa kemeja Alaram tanda bencana alam
Keinginanpun terjepit oleh meja Bersiaplah untuk mengungsi
Tugas tak dapat dikerja Hati itu telah mencair
Ketika hatimu dilanda durja Tiada bekas yang mengesankan
Haruskah dibiarkan begitu saja Cinta pamit tanpa kompromi
Sedangkan kata tetap mengeja Karena manis menjadi pahit
Semua terjadi tanpa diduga Cinta itu hanyalah keinginan sesaat
Ketika HP tak lagi terjaga Sesaat senang sesaat melayang
Sinyalpun hilang dari raga Beribu saat kesal, saat itupun menyesal
Lenyap tertelan oleh mega Mengapa semua ini dijalani
Pitam kelam berwarna jingga Sedangkan semua jalan terkunci
Meraung bagaikan singa Mengapa masih dipertahankan
Menyembur seperti naga Sedangkan polisi-polisi di hati telah
Menusuk sukma di dalam rongga cuti
Asam dan kecut bagaikan mangga Namun itulah harapan
Namun kutetap saja bangga Tak mungkin tercapai 100 persen
Karena cintamu masih berbunga Jika tercapai maka bukanlah harapan
Bergema merdu di telinga Berhentilah berharap
Mengalir indah di sungai gangga Selagi mimpi dan cita menanti
Kembali bertepi di dermaga Semoga impian kan jadi nyata

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 27


Berhentilah bersungut Tangan ini menebar butiran dosa
Karna kejenuhan hanyalah rasa Lemah sudah…
Yang timbul karena harapan Kalkulator ini menghitung total dosa
Dan hilang bersama impian Lesu sudah…
Berubah menjadi hantu Mata ini menatap kembali sisa dosa
Selalu menghantuiku Lunglai sudah…
Paksakan sesuatu dalam permintaan Sensor ini menebang pohon dosa
Hingga bosan melihatmu Stopppp….!!!!
Engkaulah sejatinya hantu Stop illegal loving
Maafkan bila aku bosan diganggu Sebelum burung tak mampu kencing
Maafkan bila kau kutinggalkan Biarkan rasa itu terkancing
Putus segera diputuskan Karena hati bukanlah pancing
Semoga harapan itu masih ada Datang dan pergi melalui samping
Meski kejenuhan merongrong kamarku Hilang seketika disantap kucing
Semangat!!! Stopppp….!!!!
Stop illegal loving
MA’ NIS Meski surat ter- acc bupati
Saidna Zulfiqar bin Tahir Stop illegal loving
Meski rasa ter-acc simpati
Setengah galau kubahagia Stop illegal loving
Seperempat sadar terperanjat gembira Sebelum RT ter-acc tsunami
Jam dinding terpaku setengah empat Sadarilah… dan sadarkan diri
Jantung terasa ingin melompat Ketika rasa itu ereksi
Ketika ma’ Nis menelfon Bendungan cinta mengalami erosi
Jemuran itu hilang di balkon Meski hati telah direformasi
Teringat jemuran Yunchu yang hilang Namun dosa tak dapat dikompromi
Kerumunan rindu berdemo girang Bosan sudah…
Terganti orasi adikku yang manis Mulut ini mengumbar dusta
Hingga hati tak lagi gerimis Bosan sudah…
Keadaannya baik-baik saja Tangan ini mengidap kusta
Tenangku semakin bersahaja Bosan sudah…
Meski Yunchu tak ada berita Tubuh ini bertatokan nista
Doaku agar Ia bahagia Bosan sudah…
Dua wanita yang kupuja Otak ini terbius rasta
Dalam ingatan sperti kamboja Bosan sudah…
Menuai ketika lahanku gersang Ranjang ini dijadikan pesta
Sirami hati tak lagi bimbang Meski cinta tak bermuara
Ku ‘kan tetap menjadi kakak Rasa itu tak boleh dipelihara
Meski usia t’lah mendekati kakek Biarkan kujadi biara
Doaku untuk mereka berdua Akhiri semua sandiwara
Semoga selalu gembira dan bahagia Hindari kuil dari prahara
Sebelum tobat tak mampu bicara
STOP ILLEGAL LOVING Maaf tak lagi bersuara
Saidna Zulfiqar bin Tahir Ketika maut datang mewawancara
Sebelum sesal menjadi kesal
Lelah sudah… STOP….!!!!
Langkah ini menapak ion dosa STOP ILLEGAL LOVING
Letih sudah…

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 28


KEAYUAN TERPENDAM Karena pasti…
Saidna Zulfiqar bin Tahir Kebisuan itu tetap ada
Tergembok kepastian tersembunyi
Dunia terus berputar Hanya rasa yang mampu berdendang
Roda takdir kian bergulir Mengukir tembok hati
Irama kehidupan slalu berubah Yang dapat dirasa jika Engkau merasa
Tak ada yang statis Jika tidak…..???
Karena manusia tidak otomatis Hmm……
Tak ada yang istiqamah Biarkan cinta itu tetap kupendam
Karena setiap perputaran …. Biarkan rasa itu tetap kurendam
Pasti ada sedikit perubahan Biarkan semua ini terlarut dalam
Ketika ingin memulai… genggam
Terbesit niat ingin mengakhiri Hingga akhirnya basah, bau dan koyak
Ketika niat ingin mengakhiri… Karena semua telah berubah
Hadirmu memintaku tuk memulai Dan semua harus diubah
Masa lalu itu kembali bergema Asalkan Engkau statis berbahagia
Asa yang dulu hampir redup Ku ‘kan tetap bahagia
Kini bersinar terangi hari Doaku slalu untukmu…Amien!!
Rasa yang lama terpendam
Terbalut gelapnya dinding hati STRUGGLE
Kini berpelangi di musim semi Saidna Zulfiqar bin Tahir
Meski status terswitch off
Vibrasi itu keras getarkan dada Oh masalah…
Kusadar, Engkau yang pertama dan Salahkah aku bila bermasalah
terakhir Padahal Engkaulah yang salah
Yang ‘kan hadir at the end of shows Tudingkan aku dengan berjuta salah
Cinta Terpendam Mengamuk Lagi… Sedangkan aku hanya bisa mengalah
Lagu Lama Terrilis Lagi… Engkau mengamuk penuh amarah
Kisah Lama didongengkan Lagi… Hati ini menunduk tabah
Cinta Lama Bersemi Kembali… Penuh luka begitu parah
Cinta pertama hadir tuk mengulangi… Namun masih saja mengalah
Tersiksa jika disimpan Karena kutau Engkau pemarah
Membusuk jika tak mengalir Tak kan terima saran dan syarah
Karna gumpalan itu terlalu besar Kutukanmu penuh serapah
Menutup rongga nafas tuk berbicara Padahal aku bukanlah sampah
Hingga penyakit itu bertahun kuidap Bicaramu naikkan darah
Vonis dokter… Sikap ini tetap saja peramah
Aku asma karena cintamu Oh masalah….
Harusnya rasa itu tlah lama terkubur Haruskah aku marah
Agar tak ada lagi reinkarnasi Ketika berani kau semprotkan nanah
Harusnya rasa itu tetap dipendam Begitu panas bagaikan timah
Agar tak ada lagi remunerasi hati Membakar kulit yang tak pernah basah
Harusnya kita tak lagi bertemu Membuat rasa semakin gundah
Agar hati tak lagi berrevolusi Hingga harapan itu punah
Harusnya tak ada lagi kenangan Engkau datang mencari celah
Agar rasa itu tak lagi berefolusi Engkau datang gelapkan arah
Biarkan ia tetap menjadi ilusi Engkau buat wajahku merah
Karena semua ini tak ‘kan ada solusi Engkau rampas hidupku sudah

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 29


Semua itu tak bisa dijumlah Dada ini semakin sesak
Oh masalah… Niat itu semakin bejat
Tak bosannya kau datang berziarah Haruskah aku…?
Mondar-mandir tak bawa hadiah Bodohnya aku…?
Padahal kata orang Engkau bertuah Dalam galau terus salahkan diri
Tak pernah menerima upah Penuh sesal robohkan diri
Hanya datang menggoda dan Hanya bisa memaki diri
menjamah Terus saja mencaci diri
Namun kadang hidupku kau jarah Benturkan kepala sendiri
Oh masalah… Karena begitu berat…
Cukuplah sudah Berat semua kurasa
Cukuplah aku mengalah Gelap arah yang kupandang
Dan tak mau lagi menyerah Haruskah aku membunuh bapak
Meski salah ku tak mau lagi mengalah anakmu
Karena kutau engkaulah masalah Gilaaa…
Yang membuatku salah Fikiran ini memang gila
Menyalahkan diri dalam salah Tak waras hati berbicara
Padahal Engkaulah yang bersalah Tak sedap bibir berucap
Lebih baik aku menghilang
KU HARUS PERGI Maafkan ku harus pergi
Saidna Zulfiqar bin Tahir Maafkan segala salahku
Maafkan aku mendeletemu
Jauh sudah… Serta orang-orang dekatmu
Jauh sudah kaki melangkah Demi kebaikan kita berdua
Berat… Biarkan aku pergi
Berat beban ini kurasa Mencoba tenangkan diri
Membawa bekal di dada Hingga tenang itu tiba
Cinta yang kupanggul Kelak aku kembali
Rasa yang kugendong Jagalah dirimu
Buntalan hati yang kutenteng Ku ‘kan slalu mencintaimu
Harapan yang kukuda Walau hati ini koyak
Kini berat kurasa Namun Engkau tetap cintaku
Semakin dekat tujuan
Semakin sesak di dada MAAFKAN AKU
Asma kini sahabatku Saidna Zulfiqar bin Tahir
Pernah kubayangkan
Dan sempat terfikir Alpa dalam kehilafan
Setelah berbagi beban itu Yakin penuh penyesalan
Hati ini terasa lega Ulah siasat kebodohan
Sebagian telah Engkau ambil Takdir ini pun disalahkan
Paling tidak telah berbagi Janji mulai terabaikan
Namun ternyata ‘Tidak’ Emosi jiwa tiada tertahan
Hati semakin terbebani Aku salah mengambil keputusan
Rasa kian memberontak Yahudi tertawa penuh kepuasan
Hampa slalu tanpamu Untung nomor masih tersimpan
Resah tanpa kehadiranmu Tuk mengetuk pintu permohonan
Setelah fakta kutemui Jendela hati merajuk tangisan
Rasa ini semakin gila Endapkan maaf penuh keikhlasan

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 30


Andai tiada kebersamaan Demi keutuhan yang belum utuh
Yang ada hanya kegilaan Dalam harap kupinta izinmu
Usil ajukan gagasan Damaikan rasa di telapakmu
Tenggelamkan diri dalam lautan Demi memaafkan keakuanku
Jahat mengambil tindakan Nada ini hanya untukmu
Enggan meminta pertimbangan Nama Yuku adalah jiwaku
Ada apa gerangan Nadi ini tak berkutik tanpamu
Yang kuperoleh kegelapan Nazar ini kan kusimpan selalu
Usia tlah mengalami penuaan Akan kujaga rasa ini
Tabur benih-benih permusuhan Asalkan Engkau mengizinkanku
Jelas aku telah kerasukan Agar aksi tak lagi salah
Emang dasar aku kesetanan Akhiri cerita penuh bahagia
Apa yang aku inginkan
Yayu selalu saja berikan TAK INGIN
Untung masih ada harapan Saidna Zulfiqar bin Tahir
Terus berbagi kebahagiaan
Jangankan melalui BBMan Tak ingin menggaggu ketika menunggu
Emailpun masih dipersilahkan Tak ingin merayu ketika dirimu meraju
Anggaplah aku keliru Tak ingin berlabuh jika ombak
Yang siap untuk ditinju menderu
Urusan hati selalu kutuju Tak ingin menaruh jika pinta tanpa
Tuliskan semua rasa tentangmu restu
Jewerlah kupingku ini Tak ingin berguru meski adanya di
Enyahkanlah sgala kebodohanku surau
Aku hanya bisa memohon Tak ingin bergurau meski rasa itu
Yang berhak hanyalah kamu kacau
Untuk memberiku kesempatan Tak ingin memandu pabila rasa
Temani hari dalam kesendirian membeku
Jalani hidup ini bersamamu Tak ingin berpangku pabila tangan di
Ending penuh kebahagiaan dagu
Azan isya telah memanggil Tak ingin menggerutu walau hati
Yang kuingat hanya salahku cemburu
Upaya untuk perbaiki diri Tak ingin menjamu walau rasa ini
Telfon meminta sudisediamu bertalu
Jadikan aku kekasih hatimu Tak ingin berburu saat bibir tak
Eratkan ikatan itu tuk selamanya bergincu
Sengaja kuukir namamu Tak ingin bertemu saat mata mulai sayu
Saat sesal datang memanggil Tak ingin menunggu ketika itu
Sejenak cinta terpause kaku mengganggu
Selama maaf belum bergulir Tak ingin meraju ketika semua hanya
Aku salah dalam mengira rayu
Aku bodoh tiada terkira Tak ingin menderu jika sauh kan
Aku kalah ketika bertahan berlabu
Aku bertahan ketika kalah Tak ingin restu jika pinta sekedar ditaru
Inilah aku datang meminta Tak ingin menyurau meski sekedar
Indahnya maaf dari yang dicinta berguru
Inilah aku datang memohon Tak ingin mengacau meski sekedar
Iklasnya cinta tuk dimaafkan bergurau

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 31


Tak ingin membeku pabila arah Tak ingin pilu meski cinta tak lagi
terpandu berkilau
Tak ingin mendagu pabila rasa itu Tak ingin merdumu pabila suaramu
berpangku melagu
Tak ingin cemburu walau hati Tak ingin kaku pabila kaki lincah
menggerutu melaju
Tak ingin bertalu walau hidangan Tak ingin tertuju walau arahanmu pasti
terjamu tertuju
Tak ingin bergincu saat langkahmu Tak ingin jemu walau rasa ini slalu
terburu merindu
Tak ingin sayu saat pandangan mata Tak ingin berdebu saat harapan itu
bertemu berabu
Tak ingin layu saat pintamu lemas dan
Tak ingin menyeru ketika resah parau
menghalau Tak ingin alpamu ketika hati ini
Tak ingin mengadu ketika hasrat ini memanggilmu
galau Tak ingin memanggilmu ketika sadar
Tak ingin memadu jika keberadaan itu alpamu
terpadu Tak ingin hadirmu saat keinginan itu
Tak ingin meramu jika takaran telah meragu
baku Tak ingin meragu saat menginginkan
Tak ingin menyusu meski kadang hadirmu
belagu Tak ingin melayu walau seram terlihat
Tak ingin berkilau meski cinta menjadi kemayu
pilu Tak ingin kemayu walau senyummu
Tak ingin melagu pabila nada terdengar tetap ayu
merdu
Tak ingin melaju pabila kaki semakin SUARA SUMBANG
kaku Saidna Zulfiqar bin Tahir
Tak ingin menuju walau arah pasti
tertuju Sumbang tandukmu sumbangkan tanya
Tak ingin merindu walau rasa ini kan Senyum sapamu siapa yang terima
jemu Lembut tuturmu lentur lemburkan asa
Tak ingin berabu saat paras tertimpa Labil tawamu tak labil ketika tertawa
debu Bahagia katamu tapat bahagiakan dada
Tak ingin berparau saat suara mulai Bahagian akhir pesanmu satu terbagi
layu dua
Tak ingin menghalau ketika rasa Jawaban singkatmu jawabkan kata
menyeru tanya
Tak ingin galau ketika hasrat ini Jaringan sosialmu terjaring triad
mengadu keluarga
Tak ingin terpadu jika keberadaan itu Kata manis kini tinggal sasa pelaris
memadu rasa
Tak ingin bahan baku jika pintar tuk Karang terjal menjajal obral karangan
meramu baja
Tak ingin belagu meski kembali lagi Sibuk akalku menerawang jauh ke
menyusu angkasa

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 32


Sabuk harimu terlucuti paksa oleh Biarkan laminan itu berlayar tanpa
prahara bahtera
Kental panggilmu tak lagi biasa Berikan lamunan itu tahta tanpa
bersahaja mahkota
Keram langkah pasti karam di Semua kembali padamu seperti semula
samudera Semula engkau kembalikan maunya
Beku hatimu cairkan salju para dewata semua
Bekuk diri kepincut rasa hati terpenjara
Dunia dalam berita di tvri telah lama PUPUS
tiada Saidna Zulfiqar bin Tahir
Duka dalam derita selamanya tetap
tersisa Aku bukanlah lupus
Warna pagi buta membiru di kelopak Pengidap penyakit tipus
mata Bukan pula homo erectus
Wangi kasturi harum semerbak antara Pelestari alam imaji kaktus
rongga Dan bukan juga kakus
Mawar melati melayu-layu di taman Menelan apa saja bagai paus
eden dunia Karna aku masih miliki focus
Mawas hati kaku menanam ganja di Yang mesti selalu serius
kolombia Aku bukanlah dewa Zeus
Pintamu dulu mendahului pita Bukan pula seperti Darius
pelantikan raja Yang punya daya radius
Pintu kebahagiaanmu kembali seperti Mendorongmu terjerumus
sedia kala Hanyut terbawa arus
Canda itu pasti jelas memberikan suatu Yang timbul bagai kardus
makna Terbukukan di dalam kamus
Candi prasasti sebagai tanda peradaban Dan disimpan di perpus kampus
purba kala Aku bukanlah virus
Nama indahmu tertato kekal di tembok Bukan pula kapur barus
asmara Yang membuatmu diinfus
Namun mengapa tembok asrama auri Lantaran tertelan gabus
yang kuasa Hingga tubuhmu begitu kurus
Obrolan malam tak lagi kunjung kabar Hasrat bukan tubuhmu mulus
berita Namun semua dapat berjalan terus
Obralan penggalan kata tak mungkin Meski tak pernah diurus
dicerita Meski aku memang rakus
Tiada maumu yang tak mungkin Doyan mengunyah asparagus
diterima Apalagi di bulan Agustus
Tiap saat langkahmu jauh melanglang Sudah menjadi tradisi siklus
buana Karena engaku adalah venus
Usia manusia memanusiakan segala Slalu kompromi dengan minus
raga Kembalimu hanya ke firdaus
Usai lansia pasti tak usah lagi Karena itulah jalan yang lurus
berolahraga
Kapasitas diri tak mampu berkipas Aku hanya seorang alumnus
neraca Kadang penilaianmu padaku bagus
Kepastian nanti tak ada yang bisa Karena semua itu memang harus
menduga Bukan sekedar suatu jurus

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 33


Yang slalu dikenang terus Andaikan semua hayal itu kembali
Karena semua itu telah pupus berdiri
Biarlah tubuh ini menjadi kurus Biarkan semua angan itu terbunuh
Biarkan focus ini slalu diinfus sendiri
Biarlah rasa itu hangus Andaikan sikap ini terlalu jauh dari jati
Biarkan bara itu mampus diri
Biarlah semua itu pupus Biarkan maafku menyalahkan diri
Semua ‘kan pasti terputus sendiri
Bagai deretan seri terputus Biarlah kesalahan itu tanggungan
Terus dan slalu saja terus sendiri
Lenyap sendirinya dan terhapus
WARNA-WARNI
SENDIRI DI BANK MANDIRI Saidna Zulfiqar bin Tahir
Saidna Zulfiqar bin Tahir
Merah lambang keberanian
Andaikan kesendirian itu bisa sendiri Merah padam wajah itu
Tak perlu repot antri di bank mandiri Merah muda pesonamu
Andaikan pendirian itu bisa berdiri Merahmu itu kemaluemosian
Tak perlu melamun dan duduk sendiri Merah ini menakutkanku
Andaikan aku mampu berdiri sendiri Merahku semakin mengerikan
Tentu ‘kan kupilih untuk tetap mandiri Merah ini membuatku merah
Andaikan waktu terbuang di bank Merah itu semakin merah
mandiri Merah yang tak pernah diduga
Tentu ‘kan kupilih untuk tetap sendiri Memerah tanpa sebab
Aku butuh kesendirian dalam sendiri Merah gincu memerahkan asa
Menyendiri merenungi bekas tapak diri Merah lambang ketakutan
Yang lama tlah hilang label harga diri Merah lambang kematian
Usang termakan akar serabut jati diri Merah itu kan menjadi kain putih
Hingga keinginan itu memaksa berdiri Putih kan selalu suci
Di sini pantasnya aku memosisikan diri Putih dan halus seperti kapas
Di sini harusnya berdikari dan mandiri Putih hasrat tanpa noda
Walau kesendirian ‘kan menyiksa diri Putih slalu dalam kelembutan
Izinkan aku sendiri Putih niatmu merasa
Biarkan aku menyendiri Putih tulangku mulai rapuh
Perkenankan aku perbaiki diri Putih pintamu berbisik
Jauhkan aku dari penyiksaan diri Putih rambutku terwarnai
Biar tak ada lagi pembunuhan diri Putih pintaku beranjak
Hingga saatnya aku dapat berdiri Putih harapmu kelam
Terbebas dari segala kesombongan diri Hitam itu harus kugenggam
Sendiri penuh mandiri Hitam pitammu meraung
Andaikan kesendirianku duri bagi diri Hitam tindakku tertunduk
Biarkan aku yang mengangkatnya Hitam hasil karyaku tercoreng
sendiri Hitam kesucianmu olehku
Andaikan kemandirian membuatmu Hitam warna hatiku bagai kopi
sendiri Hitam tatapmu tak berkedip
Biarkan kemuliaan itu pelihara harga Hitam ragaku yang engkau damba
diri Hitam raut wajahmu aibku
Hitam kelam harus berakhir

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 34


Hitam itu kian menghitamkan hari Kekecewaanmu patut diterima
Hitam legam memar membiru Biarlah kebencianmu kusimpan
Biru hatimu dengan hitamku Sebagai tanda mata darimu
Biru laut asmaramu oleh tinta Meski rasa itu ada
Biru tatapmu memburu angan Namun semua menahan dada
Biru hasratmu oleh cintaku Biarlah cerita itu berlalu
Biru rasamu tak berkesudahan Biarlah kan kusimpan selalu
Birukan aku dengan kebiruanmu Karna rasa seperti bolu
Biru itu biarlah menjadi merah Namun kini t’lah berlalu
Merah yang slalu menakutkanku Di antara belahan hati bertalu
Merah yang mematikan Kini kan menjadi masa lalu
Memerahpadamkan wajah ini Yang terus dikenang selalu
Merah karena mimisan Meski belum tiba saat pemilu
Merah karena merahnya urin Putusan takdir ada di deplu
Merah sebagai hantu merah Biarlah asa itu menjadi benalu
Merah karna mungkin ulahku Meluka dan terluka oleh sulu
Merah yang kan menghabisiku Pahit getir bukanlah pilu
Merah itu kan mewarnai hidup Sebelum semua berakibat malu
Merah itu merah pendammu Kutau murkamu padaku slalu
Merah itu merah padammu Tudinganmu menyisakan pilu
Merahmu itu merah padaku Wajar karena dirimu pemalu
Merahmu itu tersimpan selalu Sesuatu darimu kan kuingat slalu
Merah yang telah menghitamkan Rasa itu tetap berasa bolu
Merah yang telah membirukan Ku kan ada untukmu slalu
Merah-putih niatmu Meski masa itu tlah berlalu
Merah karena hitam biru warnaku Kebahagianmu kudoakan slalu

BIARLAH BERLALU BANGUNKAN MIMPI


Saidna Zulfiqar bin Tahir Saidna Zulfiqar bin Tahir

Kutau kumenyakitimu Ketika mata ini terpejam


Kusadar kumenghianatinya Sesaat hati mulai terkekang
Antara aku, engaku dan dia Perasaan ini semakin tak keruan
Harusnya tak ada kamu Otak semakin tak masuk di akal
Adanya aku karena adanya Bertanya meminta jawaban
Adanya kamu karena ketiadaannya Pikiran selalu saja menginterupsi
Mestinya dia di sampingku Berharap adanya kepastian
Namun engkau ada di dekatku Nalar ini selalu saja berdalih
Patutnya dia yang menemaniku Perang otak dan hati berkecamuk
Bukan engkau menjagaku Tiada kesimpulan dan kedamaian
Semua itu memang salahku Tersampul erat dengan simpul mati
Yang tak mampu berbagi Tiada pangkal dan ujung
Berani mengambil resiko Tumpang tindih nomenon-fenomenon
Bermain di anatara ples dan mines Mengalah pasti keterpaksaan
Yang belum pasti sama dengannya Kepasrahan hanyalah hasil
Berkali mencoba mengali Semua itu ‘kan menjadi harapan
Hasilnyapun kan hanyut di kali Yang maybe not maybe yes
Keegoanku dalam bertindak Di penghunjung akhir cerita

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 35


Ketika tubuh ini tergulai Rasa terjambak ketika tercampak
Semangat datang menghampiri diri Tercampak itu hanyalah perasaan
Bangkit adalah suara yang terdengar Perasaan kecewa yang mungkin ada
Kata Sadar semakin keras menggertak Ada sesuatu di balik ini semua
Paksakan diri meraih tujuan Semua itu demi kebaikan kamu
Yang tlah diniatkan ketika melangkah Kamu yang telah menyadarkan aku
Cita awal bukanlah angan Aku yang tlah lama lupa diri
Yang terlupakan di saat alpa Diri ini tak pantas untukmu
Mungkin hasrat itu mulai melemah Untukmu segala kebaikan
Namun bukan alasan tuk diabaikan Kebaikan itu adalah kebahagiaan
Karena keabaian tak selamanya abadi Kebahagiaan yang engkau harapkan
Sesaat datang menggoda Harapkan seorang pangeran berkuda
Merayu dan pergi berlalu Berkuda membawa semua impianmu
Ketika semua itu tak digubriskan Impianmu sejak kecil di setiap mimpi
Diamlah dan jangan terpancing Mimpi yang kelak menjadi nyata
Karna umpan itu kan menjerat Nyata engkau dapatkan dalam duniamu
Pikun pasti kan menyerang Duniamu yang sulit aku ciptakan
Berantakan hasil yang diperoleh Ciptakan kehangatan dalam mendua
Ketika otak ini terbangun Mendua yang tak mungkin menyatu
Spontan mata ini terbelalak Menyatu dalam ikatan yang suci
Begitu banyak paku dan duri Suci seperti dirimu semula
Ciutkan nyali dalam beraksi Semula engkau begitu adanya
Langkah tertahan ragu tuk maju Adanya dirimu bukan untukku
Mundur hanyalah pembedohan diri Untukku hanyalah banyangmu
Bertahan adalah upaya dalam meraih Bayangmu kan slalu menyertai
Sungguh proses ini hanyalah rel Menyertai setiap kata terucap
Yang pasti akan ada akhir Terucap ketika engkau meminta
Bahagia atau tidak itu cuma rasa Memintaku menjauh dari hal itu
Siap diterima tatkala diraih Itulah pintamu padaku slalu
Selama arus itu tidak dilawan Slalu kuingat di setiap waktu
Kebahagiaan kan menjadi piala Waktu yang tlah kita lalui bersama
Dan kesuksesan itu harga mati Bersama berbagi untuk terima
Terima kasih selalu untukmu
TERIMA KASIH Untumu selalu ku kasihi
Saidna Zulfiqar bin Tahir Kasihi sebelum semua terlambat
Terlambat tobat masuk neraka
Kau yang membuatku berhenti Neraka yang selalu engkau bicarakan
Berhenti bercanda dan bermain Bicarakan untuk senantiasa kujauhi
Bermain api di dalam kamar Jauhi segala keburukan dulu
Kamar bergas mudah terbakar Dulu yang engkau takutkan dariku
Terbakar kapok sulit tuk padam Dariku semua ulah dan cerita
Padam keinginan untuk merasa Cerita yang pasti terjaga
Merasa kehangatan di dalam dosa Terjaga ketika pulas bermimpi
Dosa besar yang tiada maaf Bermimpi tentang diriku yang pergi
Maafkan aku ketiak meminta Pergi dan jauh meninggalkanmu
Meminta itu lagi dan lagi Meninggalkanmu untukmu tenang
Lagi lagi derita itu terukir Tenang jalani hidup
Terukir indah pahit itulah rasa Hidup yang normal seperti niatmu

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 36


Niatmu yang suci menyadarkan aku Kini, kita telah terpisah oleh ruang dan
Aku sadar dengan adamu waktu
Adamu pasti kan kukenang Kutelah kehilangan cinta sucimu yang
Kukenang dari semua tulisanmu telah pergi
Tulisanmu tentang kepedihanmu Begitu jauh membuatku tak mampu
Kepedihanmu karena ulahku mengejarnya
Ulahku sembrono menyakitkan Begitu tinggi membuatku tak mampu
Menyakitkan rasamu ketika tenang menggapainya
Tenang dekat di sisiku Cinta itu telah pergi, cinta yang
Di sisiku semua engkau dapatkan merasuki jiwaku
Dapatkan semua macam kasih Tinggal bayangan yang menyelinap
Kasih yang ingin engkau terima dalam rongga hati yang sekarat
Terima kasih tulus dariku Aku yang telah membuatmu beranjak
Dariku ku sangat berterima kasih pergi dariku
Ini salahku, ini bukan salahmu
PENYESALAN Aku yang meragukan ketulusan asamu
Saidna Zulfiqar bin Tahir (TK) Ini salahku, ini bukan salahmu
Aku yang mengabaikan kesucian
Kucoba menilik tabir itu, tabir yang cintamu
mengisahkan kita Ini salahku, ini bukan salahmu
Kisah yang berderai senyuman dan Aku yang melemahkan kekuatan
tangisan kita kasihmu
Senyuman yang hanya kita Ini salahku, ini bukan salahmu
menggilainya Asmara kelabu ini telah memisahkan
Tangisan yang hanya kita meresapinya kita
Hanya kita yang merasa segala gelora Meninggalkan jejak menganga perih
misteri itu Jejak itu akan selalu terukir kalut di
hatiku
Di balik bilik itu, kita selalu bergelayut Selalu kujaga dengan derai air mata
indera Kupagari dengan keris-keris
Merasakan segala saripati cinta kita penyesalanku
Hanya kita yang menyadari lenyapnya Kuharap selalu ada terpatri di prasasti
akal itu hatiku selamanya
Hanya kita yang merasakan debaran Seandainya Sang waktu dapat kembali
kalbu itu Kuingin engkau selalu berada di
Sungguh aku telah jatuh dalam sampingku
kemesraanmu Bersandar dibahumu, melepaskan
segala beban jiwaku
Hatiku bertaut pada pesonamu yang Mendengarkan segala butiran mutiara
menggoda bijaksanamu yang menyejukkanku
Tatapanku melekat pada indahnya Seandainya Sang waktu dapat terulang
parasmu Akan kuhidupi cintamu dengan
Senyuman oh senyumanmu denyutan nadiku
membuatku jatuh rasa Akan kusirami cintamu dengan tetesan
Detak jantungku seakan berhenti ketika darahku
kita beradu indera Cintamu yang sebening embun
Aku telah lunglai dalam pelukan hamparan savanah
hasratmu

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 37


Sejujurnya aku tak bisa bernapas tanpa Aku gila, aku sedih, aku merana
ada dirimu Aka tak tahu apa yang berniang
Aku gila tanpa dekapan cintamu yang dihatimu tentangku
hangat Lama itu mengeringkan raga
Kembalilah ke singgasana cinta kita Tahukah engkau akan ketidakpastian
Hanya ada kamu dan aku bergelayut wahai yang disana
manja dalam mahkota kasmaran Malam tambah merasuk, langit kelam
Tapi semua hanyalah rajutan mimpi mati
dalam selendang harapan hampa Busur tajam menusuk, engkau yang tak
Aku menyesal atas penindasan cinta membidik hati
dan hatimu Matamu menceritakan akan rasa
Jujurku hati ini bersemayam hanya padaku
untukmu Tapi aku ragu akan penglihatanku
Lalaiku diam membisu akan Senyummu melukiskan akan cinta
keraguanku padamu yang bias padaku
Tapi aku ragu akan firasatku
RISAU Tubuhmu menari akan hasrat kepadaku
Saidna Zulfiqar bin Tahir (TK) Tapi aku ragu akan pikiranku
Hatimu melontarkan kasih padaku
Cinta itu kuramu dalam bilik hatiku Tapi aku ragu akan perasaanku
dengan sumringah Aku ingin engkau menjadi Arjuna
Kujaga dengan seluruh hidup agar tak untuk Srikandi
seorang pun menjamah Meluncurkan panah kasih di ulu hati
Kesetiaan itu kuhanturkan untuk dirimu Aku ingin engkau merangkai kata-kata
seorang di pinggir bibir
Tanpa perhitungan yang menggoda Menyejukkan telinga akan cinta
ruang akalku indahmu
Tanpa berfirasat lentera membakar Tetapi engkau hanya diam membisu
kalbuku Engkau hanya diam mematung
Kubiarkan palung itu menancap Seakan engkau menyimpan ketakutan
dilautan kepasrahanku dalam peti hidupmu
Hanya pelitamu menyinari rongga Bahwa aku adalah kepingan cerita
hatiku bidadari-bidadari masa lalumu
Kuabaikan setiap nakhkoda yang Tubuhku diam membeku akan
merapat dinginnya dirimu
karena hanya perahumu di hati yang Kelelahan itu meremukkan hatiku
terpahat Menelusiri terowongan keraguan yang
Bintang berpencar, bulan memencar memuncak
Di hatiku, hanya dirimu melancar Kesedihan itu mencekik cintaku
Kadang ragu, kadang bimbang Menjatuhkanku dari awan penyerahan
Tentang neraca cintamu ketika yang menghitam
kumenimbang Kesunyian itu mematahkanku
Kuhanya menanti, menanti dan menanti Mendiamkan di dalam ruang
Untuk aku menjadi berarti penghampaan yang menyepi
Sepi begitu mendesak, sunyi begitu
Rasa sepi itu menyelinap dalam menekan
pelupuk sendiku Kumenyelubung rasa yang tak
Ketika asaku tak lagi terjaga terungkap

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 38


Seharusnya roh beranjak dari ragaku Dosa yang melilit diriku tanpa memberi
Agar aku tidak ketagihan dengan kesempatan untuk memilih
candu-candu suram ini Kenapa engkau begitu memabukkan
Pergilah….beranjaklah….hilanglah hidupku?
Kekuatanku telah pergi jauh terbang ke Dosa yang mencengkram diriku
jahannam Tanpa memberiku kesempatan untuk
Mencambuk setiap kepingan hatiku merintih
padamu Kenapa engkau begitu menyesakkan
Dan engkau hanya diam membeku napasku?
dengan mata berkaca Aku mulai merasa terbuai dengan dosa
Maafkan aku yang tak berdaya akan itu
hati ini Wahai dosa, tebarkanlah kemurahan
Ingin kunyanyikan nada-nada kasih ini hatimu padaku
Tapi aku adalah hawa, kamu adalah Atas kepatuhan yang menyelinap dalam
adam diriku
Maafkan aku yang linglung karena Setiap menaati gemulai tubuhmu
perangaimu Wahai dosa, nampakkanlah belas
Yang bagaikan Rama ketika berucap kasihmu padaku
cinta dalam bisu Atas kebahagiaan yang meresapi diriku
Tapi aku memiliki telinga untuk Setiap menelusuri lekuk tubuhmu
mendengar nyaring Kuharap engkau menelantarkanku di
Maafkan aku yang tak memahami jalan penuh terjal
dirimu Untuk memberiku kesempatan
Pandangan cintamu selalu menemui jalanku
melumpuhkan saraf-sarafku Mungkinkah engkau akan pergi dariku?
Tapi aku membutuhkan pelukan hangat Sejujurnya, engkau adalah candu yang
yang tersentuh memabukkanku
Maafkan aku yang melepas tali cinta Mungkinkah engkau akan lepas dariku?
kita Sejujurnya, engkau adalah sepoi yang
Karena aku tak memahami akalmu menyejukkanku
Karena aku tak memahami batinmu Pelanggaran yang tidak membiarkanku
Aku tersesat menyelinap dalam labirin jera untuk mengulanginya
rasamu Dosa, Kenapa aku harus mencintaimu?
Engkau menyelinap dalam lubuk asaku
SANG DOSA terdalam
Saidna Zulfiqar bin Tahir (TK) Membawaku terbang ke langit ke tujuh
Menari-nari bersama bidadara-bidadara
Katanya, sesuatu yang dilarang oleh nirwana
Tuhan itu dosa Terkadang aku ragu apakah engkau
Tetapi kenapa Tuhan membiarkannya benar-benar dosa?
meresapi jiwa ragaku Terkadang, melakonkan dirimu bagai
Kuucapkan seluruh mantera-mantera hati tersayat sembilu
Tuhanku untuk menangkal dosa Terkadang, menyatu denganmu bagai
Namun kenapa Tuhan tidak makan buah simalakama
mengizinkannya beranjak dari Tetapi, aku tak mampu memaksamu
singgasanaku untuk berhenti
Aku mulai ragu dengan apa dosa itu Tetapi, aku tak mampu menolakmu
sebenarnya untuk berhenti

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 39


Engkau begitu memujaku dengan Aku yang merasa berada dalam
menyuramkan nuraniku kebimbangan tak berujung
Setiap detak jantungku, kuberdoa Kutelah mengaburkan kemurnianku
kepada Sang Penciptaku Kutelah mendustai kenuranianku
Agar aku mampu melepaskan jeratan Kubiarkan diriku tenggelam
nikmat dosa itu dalam lautan penyayatan
Setiap denyut nadiku, keberharap Walau kusadari rohku telah terampas
kepada Sang Pemilikku tak berbelas
Agar aku tidak dirasuki oleh pesona Kubiarkan diriku meneguk racun
dosa itu berbisa pilu
Tuhan, Engkaulah Sang Pencipta dosa Walau kusadari telah melemahkan
itu, maka lenyapkanlah dariku jasadku yang membiru lunglai
Dosa, sang pemilik pesona yang Telah kuterima penindasan hati ini
memikat dan menghancurkan Dari titik kelam terdalam perihku
Aku mencintai dan membenci mu Telah kupasrahkan diriku kepada
dalam satu masa ketentuan cerita hidup yang meletihkan
Engkau sepertinya tidak akan pernah Akankah semua berakhir?
melepaskanku Iya, semua berakhir dengan serpihan
Hanya karena satu alasan, aku manusia kalbu
yang hidup Akankah semua pergi?
Kukira Tuhan pun menyetujui Iya, semua telah pergi meninggalkan
pendapatku jejak luka
Hanya sendiri kubermukim dalam
CERITA HATI lingkaran kelam yang tak seharusnya
Saidna Zulfiqar bin Tahir (TK) ada
Lingkaran yang melemaskan hati
Kumenusuri koloni pasir yang hitam Tiada henti untuk mengakhiri
pekat itu tanpa perisai
Kuizinkan tubuhku disengat kaisar hari SLAMAT JALAN
dengan penuh gairah Saidna Zulfiqar bin Tahir
Kubelai kaktus berduri racun yang (Dedicated to Jazuly Hasan)
melemahkan insanku
Kulepas dahagaku dari fatamorgana Sekian lama tiada kabar
inderaku Berita tentang dirimu
Kubiarkan diriku melebur dalam api Sekian tahun kau menghilang
harapan sendu Bagaikan ditelan waktu
Kusesatkan jiwaku dalam setapak Tiada seorangpun tau
kabur yang muram Dimanakah engkau kini
Oh Tuhan, apakah akalku telah terbang Hingga tiba suatu waktu
ke firdaus? Duka datang mengusikku
Yang membuatku tak mampu Slamat jalan kawan smoga engkau
mengecap asa pahit dan manis tenang
Oh Sang pencipta, apakah jiwaku telah Slamat jalan teman dirimu ‘kan
bersemayam di langit? dikenang
Yang memberanikanku tak tahu arti Sekian tahun kita bersama
dari sebuah arti Penuh canda dan penuh suka
Aku yang merasa bukan bayangku, Secapat itu berakhir
Oleh duka yang tak terduga

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 40


Hanya doa kupanjatkan Arah yang terbayangkan
Semoga engkau bahagia Bersama bayangmu
Dalam kasih dan rahmat-Nya Dalam bayangmu
Surga itu ‘kan jadi milikmu
Slamat jalan kawan smoga engkau BIARLAH REDUP
tenang Saidna Zulfiqar bin Tahir
Slamat jalan teman dirimu ‘kan
dikenang Redup…semuanya redup
Slalu bersama dalam kenangan Hati tak lagi berdegup
Menitip masa depan Tak ada lagi bintang bersinar
Tak ‘kan ada lagi sinar menyilaukan
BAYANGAN Kembali gelap seperti semula
Saidna Zulfiqar bin Tahir Tanpa ada risau membisingi hari
Biarlah kokok ayam menemani
Cinta itu bayangan Biarlah kicauan burung menghiasi pagi
Cinta akan bayangan itu Hidup dalam persemedian sementara
Bayangan itu cinta Meraih ketenangan pengukir jiwa
Bayangan itulah yang kucinta Hingga larut dalam kedamaian
Itulah bayangan cinta Menyatu dalam asanya cita
Itulah cinta akan bayangan Redup…cahaya itupun redup
Cinta membuat terbayang Cinta tak lagi bertepuk
Terbayang membuat cinta Tak ada lagi rasa untuk merasa
Melayang bagaikan layangan Tak ada lagi harapan tuk berharap
Terjatuh perlahan Normal seperti sedia mula
Di dataran hati yang rentan Tanpa ada beban janji menagih
Dan tak terbayangkan Biarlah kesendirian menemani
Karena itu hanya bayangan Biarlah kesunyian lorong ini memapah
Yang tak pernah terbayangkan Hingga jenuh datang menghampiri
Biarlah kumaknai bayangan Berpaling dari asa ke nyata
Membayangi setiap makna Redup…harapku harapanmu redup
Damai dalam bayangan Rasa hati semakin meredup
Bayangan akan kedamaian Rasa ini tlah bebal merasa
Membayang-bayangi sengatan Hati ini tlah keram kesemutan
Member bayangan kesejukan Biarlah darah ini lancar mengalir
Meski semua terbayang Biarlah keluangan menghilangkan kaku
Nyata namun bayangan Hingga sadar hadapai kenyataan
Bayangan itu kenyataan Tiada harapan tertitip padamu
Kenyataan yang terbayangkan Semua biasa karena terbiasa
Bayangan cinta terbayang Jalani hidup manusia normal
Karena engkaulah bayangan Dalam kesuksesan yang diimpikan
Membayangi dosa Redup…semuanya redup
Mengakhiri bayangan dosa Redupkan perasaanmu tuk berdegup
Biarlah hidup dalam bayangan Karena hati tak selamanya dag dig dug
Bermain bersama bayangan Biarlah redupku meredupkanmu
Agar kenyataan tidak membayangi Karena semua pasti meredup
Trima kasih bayangan Letih hati berdegub
Bayangilah aku dalam bayang-bayang Reduplah…reduplah…!!!
Bayangan menuntun arah

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 41


KONDOMISASI HATI Dicabik dan tercabik
Saidna Zulfiqar bin Tahir Tak seorangpun menghiraukan
Kepingan malu tak dapat disatukan
Hati ini laksana balon Meski alteko perekat skandal reputasi
Terisi namun hampa berudara Semua tlah bertebaran bagai kapas
Ditiup meninggalkan virus Tertiup angin dan tak kembali
Peniuppun mengidap enceng gondok Dalam sesalan tanpa henti
Bangga dalam ngos-ngosan menatap
ukuran AROMA TERAPI
Inilah balonku…. Saidna Zulfiqar bin Tahir
Berwarna merah bercorak HBD
Mengembung mudah terbawa angin Dunia bagaikan ruang kecil
Melayang tinggi tinggalkan penguasa Berukuran mungil 3x2 cm
Tersangkut ranting dahanpun jadi Tiada jendela tiada fentilasi
Tak sadar ukuran mulai mengempis Semua orang pengap di dalamnya
Enggan jatuh menyentuh bumi Susah bernafas dan bergerak
Malu dan gengsi turun kembali Menindis dan menindas
Mengendap anjlok kedap suara Berlomba mendekati pintu
Sensitif meledak tertusuk duri Kadang menggali pintu rahasia
Hebohkan massa karena ulahmu Sesak…
Ternyata oh ternyata… Penat…
Puingmu tak berguna lagi Ruang kecil
Selain santapan ayam kelaparan Ruang sempit
Dicabik dan tercabik Kita terkurung di dalamnya
Tak seorangpun menghiraukan Kita berputar di dalamnya
Dan kita berakting di dalamnya
Hati ini bagaikan kondom Semua orang menabur
Terlipat rapih tiada yang tau Mengoles aroma terapi
Terkemas indah wajah Julia peres Memoles aroma ter-api
Keluguan bocah menyangkanya balon Hangus terbakar
Besar kecil ukuran bukan masalah Demi kemenangan di ruang sempit
Hitam putih boleh memilih rasa Dengan secuil kemenangan
Tipis kulit arimu meragukan Aroma terapi menjadi api
Namun elastismu kuat menampung Senyum penuh alasan tetapi
beban Karena ruang ingin dikuasai
Benci dan dengki tertampung safety Mencekik..
Meski nikmat kurang dinikmati Membunuh...
Karenamu penghalang EDI (ejakulasi Yang penting ada udara
dini) Menjual air segar
Cinta dan nafsu bobolkan tembok Menggadai udara sehat
Banjir adalah luapan perasaan Dikikis dari tembok kamar
Menggebu tatkala lupa posisi Hingga ruang semakin beruang
Langit-langitpun bocor tersiram air Bicara penuh aroma terapi
Dua minggu kemudian ajal kan tiba Sikap terpoles aroma terapi
Heboh massa karena ulahmu Gaya bak penjual aroma terapi
Ternyata oh ternyata… Semua topeng yang ber-api
Kondommu tak berguna lagi Semakin memanaskan ruang
Selain santapan anjing kelaparan Dengan keharuman palsu

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 42


Menyengat seluruh tubuh Aku bangga dengan cantikmu
Berdalih obat penyehat Engkau yang awalnya kuundang
Menyengat ruang Aku lupa diri sendiri
Bercampur peluh dan minyak Aku lupa Tuhanku sendiri
Sesak di dada Aku lupa undangan Tuhanku
Tak lama lagi Aku abaikan mengundang Tuhanku
Ruang ini kan hangus terbakar Karena kebanggan aku bangga
Tak dijamin lagi Dibalik kebanggaan aku merugi
Aroma ini kan menjadi lidah api Tolong tebuskan kerugianku
Lenyapkan ruang Ternyata kamu tetap membisu
Sisakan puing dan debu Ternyata kamu bukan penolong
Tiada warisan Melainkan setan
Tiada harapan Beranak sejuta pemuja setan
Semua pasti binasa Mengejar segala pujaan
Oleh harapan penjajal aroma terapi Merebut hati demi pujian
Oleh sikap yang berapi Tak ubah laksana setan
Berpoles keinginan pribadi
PAIN IS FINE
PEMUJA SETAN Saidna Zulfiqar bin Tahir
Saidna Zulfiqar bin Tahir
Musim buah telah tiba
Harta adalah ukuran Lagu itu seakan tak bernada
Jabatan sebatas kuburan Jelas liriknya menggoda
Kecantikan hanyalah ukiran Iramanya mengundang laga
Semua lahan pujian Sedikit sinis dalam menghina
Semua bahan pujaan “Sakitnya tuh di sini”
Puja pujian laksana mantera Sadar diri telah berusia tua
Mendekatkan diri pada setan Mudah sakit dan malaria
Jadikan engkau setan Tipes langganan setia
Yang suka dipuja dan dipuji Tawakkal sejenak hati berkata
Engkaulah wanita pujaan “Nikmatnya tuh di sini”
Karena setan dalam kecantikanmu Sakit menyadarkan alpa
Akulah pemuja setan Sakit menegur angkuh yang suka lupa
Engkaulah hartawan tiada tandingan Bersyukur akan nikmat-Nya
Karena setan dalam hartamu Indah dalam ketentraman
Akulah pemuja setan Dapatkan segala kekurangan
Engkaulah pejabat teras Sadar masa yang kan tiba
Karena setan dalam jabatanmu Bersiap dalam ketidaksiapan
Akulah pemuja setan Ragu….
Engkaulah si penjerumus Deg-degan…
Perangkapkan aku dalam lingkaran Takut…
setan Semua menghardik kerisauan
Aku hanyalah setan Hati mencoba bersabar
Yang kesetanan oleh setanmu Fikiran paksa ketenangan
Aku bangga dengan hartamu Terima segalanya dengan pasrah
Engkau yang utama kuundang Siap menghadapi
Aku bangga dengan jabatanmu Siap menyongsong
Engkau yang pertama kuundang Itulah pertanggungjawaban

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 43


Hingga mulut berani berkata Biarlah aku mual dalam berliku
“Tentramnya tuh di sini” Tanpa belas kasih dan ridhaMu
Sakit itu nikmat Karena tujuanku semata diriMu
Pain itu terasa Fine-fine saja Dan bukan sifat yang melekat padaMu
Karena semua ‘kan luarbiasa Meski surga Engkau jadikan rayuan
Jika dihadapi dengan pasrah Dan neraka Engkau jadikan ancaman
Tawakkal menerima Tapi aku tidak tergiur rayuanMu
Jalani sakit sebagai nikmat Dan tidak pula takut ancamanMu
Semua terasa indah Karena Engkaulah pemikat hati
“Indahnya tuh di sini” Cahaya penerang setiap jalan
Yang akan dan terus menuntun
KEMATIAN Setiap langkah bergerak menujuMu
Saidna Zulfiqar bin Tahir Meraih keharibaanMu
Dan selalu dekat denganMu
Dawai maut menggemuruh
Takut menghampiri pembuluh UZLAH
Cahaya raga terredup peluh Saidna Zulfiqar bin Tahir
Nanar mata menatap keruh
Bayangan diri kian rapuh Sendiri menyendirikan diri
Tak menyangka usia tlah separuh Terasingkan oleh diri yang menyindir
Sisakan hitungan hari kesepuluh Masa lalu yang lekat bersandar di diri
Tak dapat mengelak hanya mengeluh Yang slalu terasa asin di lendir sendiri
Karena panggilan itu menyeluruh Perangkat hias diri harus disingkirkan
Semua menerima dengan patuh Sendiri menyendirikan diri
Ajal itu pun mulai berlabuh Mengasingkan label yang terasa asin
Ketika akal melambai tubuh Bersandar langsung pada pemilik diri
Nafas terengah renyuh Pemilik Yasin pada nadi leher sendiri
Jasmani semakin lumpuh Penjaga diri meski dipaksa singkirkan
Tiada lagi congkak dan angkuh Sendiri menyendirikan diri
Semua akan ditempuh Berteman kesendirian mengoreksi diri
Jasad pun berpamitan kepada ruh Mengingat masalalu coba sadarkan diri
Tapi tubuh erat merengkuh Dari segala hal yang membuat lupa diri
Ada sesuatu yang belum sembuh Hingga kesendirian adalah cermin diri
Dosa itu tiada lagi bisa terbasuh Sendiri menyendirikan diri
Tinggal penyesalan mengaduh Uzlah dari segala hiasan penyindir diri
Karena arwah tak mungkin bersimpuh Uzlah dari sandaran pembentukan diri
Dan permohonan tak lagi ampuh Uzlah dari godaan kesombongan diri
Semua ‘kan ditangguh Uzlah dari pelunak kesangsian sendiri
Hingga tiba hisab yang teguh Sendiri menyendirikan diri
Menerawang diri dari lingkar kenduri
HIJRAH Bebaskan duri kehidupan diri sendiri
Saidna Zulfiqar bin Tahir Hingga kemerdekaan diri tiada berduri
Polos diri menjadi poros persendirian
Perjalanan taubatMu penuh duri Sendiri menyendirikan diri
Sedangkan aku berharap rahmatMu Mengasingkan sebelum diri terasingkan
Perjalanan hidayahMu penuh berliku Menjauhkan sebelum diri ini terjauhkan
Sedangkan aku menginginkan ridhaMu Menanggalkan seblm diri ditanggalkan
Biarlah aku hijrah di atas duri Meninggalkan seblum diri ditinggalkan

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 44


Uzlah…Uzlah…Uzlah Terdapat sumber kesucian pemilik hati
Biarlah di kesendirian diri bisa berubah Bersihkanlah semua junubnya hati
Cukuplah diri sendiri memperoleh tuah Mandikanlah segala junubnya hati
Hiaslah hasil kesendirian dengan buah Sucikanlah junub janabahnya hati
Yang tak akan mendatangkan pula ulah Wangi itu ‘kan beraroma di hati
Uzlah…Uzlah…Uzlah Sinar rupa ‘kan terpancar dari hati
Jauhkanlah segala perhiasan duniawiah Perbuatan itu tak perlu lagi berhati-hati
Tanggalkanlah semua seragam ananiah Karena semua tlah terkontrol hati
Sebelum diri tenggelam di lautan asin
Sebelum diri terperangkap di atas duri Pandanglah hati di penjuru pesisir
Sendiri menyendirikan diri Memainkan rasa di teriknya pasir
Kesendirian ini akan menyadarkan diri Mudah diduga ketika menaksir
Kesunyian ini smakin meramaikan diri Terarah rupa keahlian sang kusir
Keterasingan ini adalah pelajaran diri Tak ada lagi kesalahtiruan tafsir
Berharga demi segala penghargaan diri Tak ada lagi noda akan terlansir
Segalanya ‘kan benar-benar tathir
THAHARAH
Saidna Zulfiqar bin Tahir IKHLAS
Saidna Zulfiqar bin Tahir
Hati itu laksana pasir
Bersemayam bagaikan kusir Tersungkur takdir itu menukik
Kecil mungil tak ter taksir Tiada asa termaktub di mahfuz
Tak dapat diangkakan dan ditafsir Bersyukur tawakkal itu mencekik
Ret dan rit hanya hitungan kasir Biarlah rasa terkatub di awal juz
Jumlah satuan terlalu mubasir Terbuka bibir melafal fatehah
Sebagai peringatan yang terlansir Seraya mengetuk pintu pembuka
Bagi orang yang berharap munsir Alhamdulillah pin itu mudah terbaca
Ikhtiyar berdzikir hati menyisir Namun rekening hati tak lagi bersaldo
Penjuru kesucian penuh tathhir Impossible mentrasfer al-ikhlas
Meski lisan desak paksa menagih
Berkecil hati dengan kecilnya hati Namun hati membungkam ngambek
Tak dapat ditaksir dalam maunya hati Mengelus dada berdalih ikhlas
Berdosa besar ulah kecilnya hati Menerima qadar dengan berat hati
Tersebar titah fitnah si raja hati Pemrih berbalas budi
Kotor perbuatan lahirnya di hati Budi yang tak terbalaskan
Laba bersih investasi perusahaan hati Rangkaian simbiosis take and give
Kesalahan kecil produk original hati Inspirasi berbagai stimulus
Terdistribusi luas dosa sang hati Punahkan sejatinya keikhlasan
Salahmu menafsir sempit makna hati Terjepit budi takdir berbalik
Salahku pendamkan niat di balik hati Tiada upaya hindarkan pamrih
Kamu pantas untuk berhati-hati Bersyukur tawakkal itu menghardik
Mendagu-duga semua keinginan hati Biarlah pahala urusan Sang Pengasih
Seribu kejahatan ‘kan merampok hati Berserah diri setalah berikhtiyar
Akupun semakin takut berhati-hati Seraya memohon kunci rahasia
Terjajah oleh segala kegundahan hati Alhamdulillah jika terkabulkan
Nampakkan kesembunyian minat hati Agar hati terdidik tuk menerima
Sembunyikan penampakan setan hati Memaknai dalamnya arti keihlasan
Karna kusadar bahwa di dalam hati Menerapkannya dalam perbuatan

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 45


Ikhlas berkata dan berbuat Kumpul bukti tentukan tersangka
Ikhlas memberi dan menerima Ka’ Peka bukan tersangka
Dalam simbiosis mukhlishiin Ka’ Peka juga bukan mereka
Yang khaalish tanpa khulaashah Karena Ka’ Peka bagi mereka neraka
Suci tak berembel-embel
Bersih tanpa bauksit Wibawa Ka’ Peka tak lagi top
Apakah semua itu karena amplop
BIMBINGAN Yang disisipkan dibalik leptop
Saidna Zulfiqar bin Tahir Hingga langkah Ka’ peka terstop
Figur Ka’ Peka juga terkena secop
Bimbing aku dari bimbangku Perang dingin bombing molotop
Bimbing aku dalam bimbingmu Oleh penguasa mengandal brimop
Pandu aku ke tepi ketidaktahuanku Kisah surrender menjadi sebuah mop
Pandu aku raih pengetahuanku Lezat disantap bersama sop
Tunjukan bimbang ketahuanku
Tunjukan minus ketidaktahuanku Semangat Ka’ Peka semakin ngetop
Hantarkan aku menyongsong pagi Sabang-merauke tak dapat disetop
Hantarkan aku merajut impian Jangan pasrah terkena molotop
Karna engkaulah wasilah Tak pernah sakit meskipun drop
Petunjuk menuju islah Jangan risau dikepung pasukan brimop
Karena engkau adalah penyetop
KPK
Saidna Zulfiqar bin Tahir WINNER
Saidna Zulfiqar bin Tahir
Rambut Ka’ Peka kok rontok
Apakah Ka’ Peka tlah kapok Kabar hari menjelang kabur
Hanya karena ulah si akhlak bobrok Tiada terik memikat pandang
Hingga takut terkena bacok Pesona silam berlalu-lalang
Padahal Ka’ peka diolok-olok Mengunduh kisah tak berulang
Masih mending dong si Ahok Wajah lugu lembut tak bertulang
Berani mendobrak berbagai blok Fikiran melambung terkena tilang
Meskipun Ia terus ditotok Mendung langit kian merinding
Dicaci sebagai orang yang sok Lekat menempel di setiap dinding
Tetap berjuang demi semua stok Bayangan buram tak lagi kabur
Terpampang jelas di nisan kubur
Gigi ka’ Peka kok anjlok Tinggal kenangan menjalar subur
Apakah impian ka’ Peka mentok Merangkai kejadian yang berhambur
Hanya karena ulah si perut montok Satu persatu mulai tersembur
Melemahkan Ka’ Peka dalam mendok Melanglang angan dalam lembur
Takut terancam hunusan golok Ingatan itu kembali mundur
Padahal Ka’ Peka diobok-obok Terakhir bayanganmu melambai
Terhempas bugil dibalik jok Hati merunduk perasaan lebai
Bukankah itu sikap goblok Terlalu cepat semua itu menjamur
Menyerah duluan sebelum ditonjok Padahal nasi belum menjadi bubur
Terlambat sudah kabar memberita
Ka’ Peka mestinya peka Terlambat sudah kisah bercerita
Karena Ka’ Peka tidak menerka Terlambat sudah hati menderita
Ka’ Peka orang yang merdeka Terlambat sudah janji terlilit gurita

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 46


Meski akhirnya engkaulah the winner Menghirup piranti kantong udara
Engkaulah sejuknya winter Menatap rimbun sterilnya ionosfir
Bersemayam tatkala summer Mencapai puncak arca liberty
Terbebas derita berkelanjutan Kemerdekaan hati menjadi iktikad
Bersama kasih penuh kejutan Curia belenggu rantai pelilit lekum
Dalam pelukan pemilik keajaiban Tiada lagi giring-giring gemerincing
Bersama damaianmu dalam keabadian Membahana dalam koroner aorta
Recok gaduh lucuti artistik nurani
ISTIQAMAH Menjemukkan jemuan bufet aurora
Saidna Zulfiqar bin Tahir Dalam tambatan aliansi kohabitas
Yang tiada berkulup di milis cula
Derai kaskade mengalir deras Saatnya ekspatriat melacak freedom
Kesyahduan berselimutkan pedih Obsesi ekspresif itu tlah kadaluarsa
Berkamuflase di ambang ambisi Tervaksinasi semprotan anastesia
Bertawaf mengedari dinding hati Memustahilkan segala kontigensi
Pejalkan aspirasi dalam fabrikasi Tak mungkin lagi berkoeksistensi
Konstan pengawakan beranalekta Platonis curai manuver lepas landas
Tiada lagi senewen plintat-plintut Mengedrop out antipati melankolis
Dalam mendiagnosa spekulasi aksi Menggencatkan obsesi kebengalan
Karena istiqamah itu pilihan prima Autodidak swatantra beregosentris
Justifikasi berdasarkan de jure Demi asuransi koor grup kebahagiaan
Yang termaktub pada sunan & rasail Senandung oktaf not nada kehidupan
Secuil tindak tandukkan kronis
Selaras asas kompas religy TAWAKKAL
Superior dibanding tak direkomendasi Saidna Zulfiqar bin Tahir
Determinasi berlapang dada
Prospek premi berlabel jempolan Tiada lagi seringai kernyih
Istiqamah dalam beraltruistik Pembalut durja penghias rupa
Beramal mengamalkan darma & derma Tiada lagi periang berluap kans
Doktrin hati berpadu keyakinan Penopang pancang pilar layar
Tiada kemelaratan dan kemudharatan Pekat gerhana mengapit lentera
Mereduksi resiko kemerosotan Suram, muram nampak kusam
Mengakuisisi ketenangan hati Sendu dalam dekade krisis yais
Konstan berriuk dinamika Biopsi sel bersenyawa satwa
Dalam semua gerak dan pergaulan Sinis pesimis meniti prospek
Siklus puritan tidak berselaras
INDEPENDENT Berdaur dan berbaur pengulangan
Saidna Zulfiqar bin Tahir Semua terasa konyol dan sia-sia
Mengarispkan karaf piranti sukses
Kolonialisasi petirahan hati Mengalengkan dokumen kecewa
Terhambakan ambisi vilirisme Beban itu arteleri proyekti jauh
Sungkem di bawah telapak dukana Remukkan tembok cina dan pyramida
Jejali pelesir tiada ada terminasi Kepingan itu sangat menyayat
Gerilya dalam perang berkubang Benamkan niat dalam celupan pilu
Mengidap angina sanggupkah berontak Bercampur cuka dan jeruk nipis
Kapankah gencatan itu mangkat Lesu masygul cabar hati
Hingga pasifisme itu benar pasif Putus asa bagaikan layangan
Terbebas dari gari dan kekangan Tiada wadah mengait dan menadah

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 47


Berdiet menurunkan lemak cita BILA AJAL TIBA
Hanya pasrah dan tawakkal Saidna Zulfiqar bin Tahir
Berserah diri dan menyerah
Fatalism takdir terus menghardik Bila ajal itu tiba..
Pasrah, pasrah dan pasrah Iakan ruh ini tersalib di dalam sulbi
Tawakkal senandung sendu Izinkan akal ini mensulih suara hati
Telaah hati ‘tuk berpelipurlara Agar kehidupan kudubbing kembali
Mungkin semua tlah terikhtisar Biar kematian kusabung dalam nadi
Dalam silaby dan RPP ketuhanan Bila ajal itu tiba..
Tak dapat disangkal dan disanggah Anggukkan cross di median dahi
Itulah predestinasi nasib abdi Iyakan ulem-ulem itu secara resmi
Patut bertekuk lutut berserah diri Agar kesiapan itu benar terpatri
Dalam sayatan penghambaan Biar kesempatan itu bisa kunikmati
Seringai bibir mencoba berbesar diri Bila ajal itu tiba..
Kilapan asa tergantung di atas doa Iakan kesempatan untukku mengaji
Bersemayam khusuk bersembahyang Perkenankan lidah ini fasih kembali
Kepada Dia yang Maha Besar Agar pengakhiran ini terkawal nanti
Dengan segala kebesaran-Nya Biar pengakhiran ini seperti terawali
Meringankan setiap bahara pikulan Bila ajal itu tiba..
Lembut tangan tengadah meminta Iakan nafas terengah itu mengabdi
Merengek pilu harapkan simpati Perkenankan lidah mengucap lagi
Berserah terima diri dalam tabah Agar keimanan menunjukkan bukti
Semoga Engkau menyayangiku Biar kematianku ini selalu diridhai
Bila ajal itu tiba..
JAHANNAM Iakan panggilanMu panggilan suci
Saidna Zulfiqar bin Tahir Izinkan lafalan menyelamatkan diri
Agar husnul khatimah sebagai cirri
Bugar jasmani itu dengan senam Biar khatimahku ini selalu diberkahi
Sehat ruhani itu dengan jahanam Bila ajal itu tiba..
Bugar akhlak dengan menanam Kapanpun ia akan tiba tiba-tiba
Bibit unggul rukun Islam terbenam Merazia implusif segera
Sehat keyakinan dengan enam Menyergap aksi dengan tiba-tiba
Format kegaiban neraka jahanam Saatnyapun ‘kan melawat
Tereduplikasi di surah al-Anam Firasat tak mampu meramal
Bagi pecandu dosa delik jahanam Sogokan tak mampu menghelat
Pedih panas walau dalam manam Hanya amal sebagai bukti
Keringat pasi mengidap demam Hanya derma sebagai bakti
Panglong serbuk api jahannam Berbelaslah kasih anugerah
Pelakon jahanam lupa jahannam Sayangi aku dalam hidayahMu
Gaharu tobat harus mulai ditanam Ampunilah aku!
Tak boleh lagi digenggam Dengan segala ridha
Hingga ambisi itu berantam Dan juga rahmatMu
Agar jahanam benar terbenam Dalam ending penuh blasting
Takutlah hai jahannam Semoga ber-happy ending
Karena tempat kembalimu naar Amien!!
jahannam
Kekal di dalmnya terendam dan
terbenam

Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 48

Anda mungkin juga menyukai