Antara Rayuan Gombal dan Nafsu Mau dibilang puisi, tapi bukan. Sajak, juga bukan. Karena ini cuman sekedar curhatan hati tatkala perasaan cinta dan benci itu memaksa jari menari dan mendendangkan ide-ide yang belum terkonsepkan oleh hati dengan menggunakan pernyataan dan pertanyaan bercampur bisikan iblis ke dalam cangkir tulisan ini sebagai teman curhat passive. Boleh diminum dan boleh juga dibiarkan atau dibuang, tergantung pada rasa kehausan di rongga leher. Yang jelas, curhatan ini tidak akan membunuh karakter Anda ketika membacanya…..Pissss!!!!! those poetries took from https://saidnazulfiqar.wordpress.com
Saidna Zulfiqar bin Tahir
SAIDNA ZULFIQAR BIN TAHIR
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 2
DAFTAR ISI 48. Lagi Gila Cinta 1. Cinta 49. Buah Thien 2. Sepucuk Surat Untukmu 50. Mesir (Egypt) 3. Perjalanan tak sia-sia 51. Symptom 4. Monkey’s Love 52. Korupsi 5. Cinta Pertama 53. Engaging 6. Ya…Yuk 54. Gejala Aneh 7. Nyanyian Jiwa 55. Non-Aktif 8. Suraman Rohani 56. Jenuh 9. Racun Vs Madu 57. Ma’Nis 10. Rindu Itu 58. Stop Illegal Loving 11. Peculiar 59. Keayuan Terpendam 12. Cyber 60. Struggle 13. Samah 61. Ku harus Pergi 14. Tanteku 62. Maafkan Aku 15. Ada-ada saja 63. Tak ingin 16. Akhir Persimpangan 64. Pupus 17. Lu’luah 65. Suara Sumbang 18. Sang Istri 66. Sendiri di Bank Mandiri 19. Catatan Kerinduan 67. Warna-Warni 20. Alpamu 68. Biarlah Berlalu 21. Renungan Pagi 69. Bangunkan Mimpi 22. Setia 70. Terima Kasih 23. Gelap Terang Cairo 71. Penyesalan 24. Andai tak Malu 72. Risau 25. Sahabat 73. Sang Dosa 26. Siapa Aku 74. Cerita Hati 27. Bosan 75. Slamat Jalan 28. Pure 76. Bayangan 29. Antara Usil dan Unyil 77. Biarlah Redup 30. Doaku 78. Kondomisasi Hati 31. Aku dan Satu 79. Aroma Terapi 32. Pantasnya Riya 80. Pemuja Setan 33. Demi Palestina 81. Pain is Fine 34. Palestina Bangkit 82. Kematian 35. Gila 83. Hijrah 36. Pasca Conflik 84. Uzlah 37. Tensca 85. Thaharah 38. 2 in 1 86. Ikhlas 39. Sobat 87. Bimbingan 40. In a Yunchu 88. KPK 41. Surat An-Nisa 89. Winner 42. Kartika 2 90. Istiqamah 43. Melingkuh 91. Independent 44. Ternyata Parno 92. Tawakkal 45. Smokker Addict 93. Jahannam 46. Playboy Cap Kodok 94. Bila Ajal Tiba 47. RT Doraemon 95. Ending
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 3
CINTA Saidna Zulfiqar bin Tahir Cinta itu rasa Yang slalu ingin dirasa Cinta itu imajinasi… Hadir di dalam dada Sekedar hayalan tingkat tinggi Tak tau kapan dan mengapa Cinta itu privasi… Tiada kompromi oleh panca indra Sebatas rahasia hati Yang sakit di dalam dada Cinta itu inspirasi… Denganya hati berbunga Wahyu yang tak terilhami Olehnya bisa terluka Cinta itu tendensi… Indrapun tak bertanggungjawab Karena Inklinasi kecondongan naluri itulah rasa Cinta itu motivasi… Hadir tanpa diundang Dorongan diri untuk ereksi Disadari ketika terjatuh Cinta itu ilusi… Semakin dirasakan ketika jauh Sebatas kemayaan tak terjamahi Dan kecewa ketika kehilangan Cinta itu reinkarnasi… Dengan cinta kita mencintai Akan lahir dan menjelma kembali Tanpa cinta tetap dicinta Cinta itu seleksi… Bagaikan ilham yang tak tersabdakan Pilihan yang sulit dimiliki Dan Gharizah yang terabaikan Cinta itu destruksi… Sebagai cinta yang hakiki Ketika rakus kerusakan merasuki Cinta itu bibit Cinta itu indah Selalu tumbuh dan berkembang Indah diucapkan Berbagi dalam kebutuhan Indah dituliskan Tetap statis dalam kestabilan Indah dilagukan Tak kan pernah mengalami inflasi Indah dirasakan Tak ‘kan mudah luntur Indah dibayangkan Bertahan dan terus bertahan Indah dikenang Meski hati dirundung duka Namun sulit diungkapkan Meski wajah terbelut mendung Mulut seakan terkunci Namun cinta tetaplah cinta Mata tertunduk malu Darinya melahirkan berjuta cinta Tangan tak mampu melambai Dengannya belajar mencinta Bagaikan bayi balajar bicara dan Berbagi cinta penuh cinta melangkah Dari orang yang dicinta Terbata dan tertatih Yang telah mengajarkan cinta Tak seorangpun yang tau Mengorbankan rasa dan raga Bagaimana jurus hingga ia mampu Meneteskan air mata Semua terlupakan Demi cinta yang lebih dicinta Semua tak lagi disadari Sebagai abdi anak bangsa Keindahannya sulit terungkap Mau ataupun terpaksa Selalu tersimpan Meski cita itu tak tercipta Kadang terpendam Rasa itu ‘kan terus terbina Kadang menghasilkan dendam Abadi di alam nyata dan maya Kadang pula membenci diri sendiri Hingga ajalpun tiba Yang pintar dalam kebodohan Raib bersama masa Dan terlalu cacat dalam kebisuan Karna cinta hanyalah masa Sadar dimaki oleh diri sendiri Masa dimana ada suka
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 4
Masa dimana ada bahagia Yang selalu datang mengintip Masa dimana ada luka dan duka Berkunjung tanpa undangan tawakan Masa dimana rasa itu terbina kesendirianku Masa dimana masalah itu tercipta Kebijakan sadarkan besar arti Masa dan masa-masa yang lain kesendirian Hingga keyakinan itu ada Kutemukan padanya rasa kehilangan Masa itu ‘kan tiba Sadar siapa aku untukmu Dalam saat yang berbeda Penting artimu bagiku Dimana ‘kan kembali bersua Sedetikpun tak pernah terlintas Jauhmu akan lebih mendekatkan hati SEPUCUK SURAT UNTUKMU Tersiksa oleh bayang-bayang kelabu Saidna Zulfiqar bin Tahir Goncangkan hari hingga tak menentu Tanpamu hidup hanyalah kematian Bersamamu segalanya menjadi indah tanpa pemakaman Menerawang tinggi di atas ubun-ubun Tanpamu aku hanyalah bayi atau banci Memetik bintang pandangi indah Aku butuh dirimu dan cintamu rembulan Di sisiku selalu bersama Menanti datangnya mentari Coz I do Love U Hon….. Kokok ayam umumkan pagi Merah bibir langit tersungging manis PERJALANAN TAK SIA-SIA Mulaikan mimpi dalam mencari Saidna Zulfiqar bin Tahir Keindahan abadi adalah cita Kudapatkan dalam cintamu yang suci Aku ada karena cinta dibesarkan Bersamamu bergandengan tangan dengan penuh cinta Naiki tangga nada kehidupan Tuk menyingkap kelambu hati Sebelum lagu terdengar sumbang Merabanya dan coba memeluknya Rekaman takdir bukanlah kunci Cinta datang tanpa mengetuk Yang menciutkan minat di kala sunyi Pergi meningglakan berjuta kutukan Niat di hati adalah pintu Berlabuh menumpahkan rasa Yang dapat dibuka jika ada kemauan Berlayar serasa tak pernah merasa Semua telah terpampang rapih di depan Biarkan angin tunjukan arah mata Terdampar temukan rasa Mengapa menghindar sebelum Cinta membuatku bangun dalam mencoba kebingungan Jika cobaan masih dapat dihindari Sadar dalam kealpaan diri sesaat Mengapa harus lari dari kenyataan Bergetar tanpa sebab meninggalkan Jika kenyataan sendiri tak pernah bekas bergerak dan berlari Lupa akan tapak dimana kaki berpijak Pintu belakang selalu terbuka Seakan melayang tak pernah mendarat Jendela pun belum pasti terkunci Cinta membuatku basah bermandikan Karena Lamabang restu dan sayang keringat selalu ada Peluh hanyalah keluhan berirama Berkalungkan emas di dalam dada Hampir bersandalkan darah dalam Bermatakan satu kata kepastian pengejaran Yakinkan arah dalam meraih Tak peduli duri dan beling mensayat Kuyakin cintamu tak akan pernah basi Dapatkan sayap terbangkan angan Kecanduan akan cintamu adalah obat Tubuh-tubuh tergolek di sisi penawar sedih
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 5
Kemulusan hanyalah pameran Terang… Mentari pagi silaukan mata lokomotif Tawarkan senyum mulaikan hari Nampakkan noda dan panu yang Mengisi celah hati dengan berbagai menghias rasa Butakan mata dalam kedipan tak Koleksi cinta dapatkan yang terbaik berkedip Hilang gairah tertelan masa Semua hanyalah topeng kesenangan Di balik lembaran hari Lambang ketidak puasan Mutiara hatimu tersimpan rapih Semakin jauh ku menggapai cinta Memanggil tanpa ada jawaban Semakin dekat tembok pemisah Menanti penuh kesabaran dan kecewa Parau suara lolongkan cinta Buktikan dalamnya asal mutiaramu Rapuhkan hati tanpa permisi Yang terkubur lama di dasar samudera Kesal datang menggoda Cinta adalah benci Keruhkan hati yang sedang gelisah Karena kebencian melahirkan cinta Tanah adalah sasaran emosi Dan cinta dapat berakibat benci Yang tak berdosa menanggung siksa Namun cinta yang tumbuh dari benih Lengking teriakku senyapkan suasana kebencian Perlahan mengusap dada Lebih subur dibanding dari benih cinta Kusadar….dan mulai menyadari terlalu Yang mudah gugur dan layu tergantung dalam keterperangkapanku masa Jatuh ke dalam lembah tak berujung Habis manis hambar terasa Larut bersama hayalan-hayalan indah Warna baru yang engkau tawarkan Yang terpoles dongeng dan legenda Menarik perhatian sesaat Dalam kegelapan mencoba meraba Ku sadar ku telah jatuh cinta Sayup terdengar bisikan hati penuh Jujur ku kata… Aku memang cinta bimbang padamu Keyakinan kuatkan niat menguping Hatiku bukanlah hatiku Apa salahnya mencoba dan mencoba Kutemukan diriku di matamu Cinta hanyalah nyanyian hati Di dada tergetar rasamu Dan permainan perasaan sementara Di ingatanku tertonton videomu Mudah terombang ambing oleh Sesak nafasku tanpamu gelombang Karena engkau adalah nadiku Mengarah dan diarah sesuka hati Bersamamulah mendayung hari Bagaikan nakoda memalingkan haluan Hingga saat ku berjanji Kekecewaan bukanlah tamparan Engkaulah awal tanpa akhir Melainkan musuh yang baik melebihi Terang tanpa kegelapan kawan Sinari hari hingga gelap datang Dari dialah pelajaran berharga kusimak memanggil Hingga akhirnya… Ku tak pernah Menutup mata dengan senyum bahagia kecewa memainkan rasa Perjalananku…. memang panjang dan Perasaan laksana tanah berkolam masih belum berakhir Becek dan berair di musim hujan Terukir dalam seribu kesan Retak berhamburan saat panas Yang terpesan dalam tulisan menyengat Agenda dari legenda kehidupan Namun para petani mampu Tiada berpangkal dan berhujung menggarapnya Terus dan masih terus berlanjut Tumbuhlah di atasnya beraneka Namun semua bukan kesia-siaan tanaman Semoga…..
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 6
MONKEY’S LOVE Cinta pertama adalah citra Saidna Zulfiqar bin Tahir Impresi meninggalkan tilas Berparut bopeng yang membilur Ada monyet melempar pisang Tiada dosis param antidota Bersampul amplop berisi kutu Sebagai pengidap terminasi hidup Kepada kera yang akut berkuku Terbaring di ranjang memoar Menyeringai cergas ajak bersekutu Bernostalgia dalam sensasi mimpi Karena katanya aku kutu buku Semua tingga reminisensi Lugu mengangguk mencari kutu Tiada perulangan itu kembali Tersimpuh lunglai di atas bangku Senewen mengeliru dalam berpangku YA…YUK!! Kebungkaman terus membelenggu Saidna Zulfiqar bin Tahir Lugas pilon kera tiada menentu Menghela minat mencari tahu Polosnya aku Tiada jawaban menjajak laku Tabu oleh rasa sendiri Karena ini afeksi usia tertentu Ragu oleh kepolosanmu Alamiah sebagai ketentuan baku Namun yakin oleh perasaan ini Kemasygulan usil mengganggu Cinta yang tak mungkin kuucap Trial dan error menjadi perunggu Rasa yang sulit diungkap Merenggut pisang ketusuk paku Membisu dalam kebodohan sendiri Memanjat kelapa ketimpuk sagu Menyapapun sulit Monyet kera semakin bersatu Tangan ini serasa kesemutan Menyisir jurang tanpa arah menentu Mulut ini terkunci Semua itu tak mungkin terbantu Hanya untuk satu kata Licinnya pinus berlendir paku Tuk mengantongi satu kata darimu Yang kebetulan cengang terpaku Aku terperangkap keayuanmu Lagu pembuka yang amat merdu Matamu sayu Tak mampu kurayu CINTA PERTAMA Tuturmu kemayu Saidna Zulfiqar bin Tahir Membuat mulut ini layu Bodohnya aku hingga tak mampu Cinta itu kesan merayu Kesan pertama saat berkuala Padahal kutau Engkau pemalu Berpapasan antar intermuka Yang juga menyimpan mau Membisu bagai kamus seribu bahasa Karena Engkau juga ragu Pesona denyutkan nadi memukau Engkau yang pertama Spekulasi akal tak menentu Hadir dalam mimpiku Bilabial mencibir anak kata Engkau yang pertama Membisu dalam bahasa hati Menghias dinding jiwa Gemuruh rasa lupakan motif Engkau yang pertama Utarakan iktikad di kitab utara Mengontrak kamar hati Terkatup tiada kata terucap Engkau yang pertama Seniah rasa getir terpendam Nyalakan lampu kehidupan Berharap pandang mata terselami Hanya kamu… Mencuri pandang utarakan hasrat Karena kamu… Reparasi sikap tunjukkan genial Untukmu aku ada Kiranya keinginan dimaklumi Kepadamu semua harapan itu Namun semua sia-sia Kini Engkau tiada
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 7
Entah kemana dan dimana Rintih nasib saat sembahyang Tiada kabar…tiada berita Menanti takdir datang menjelang Kemana harusku mencari Sebelum nafas mengerang Hingga kecewa menghampiri Persiapkan diri untuk berdendang Kutau Engkau telah dimiliki Keinginan terpalang deadlock SURAMAN ROHANI Biarlah rasa itu tetap kusimpan Saidna Zulfiqar bin Tahir Biarlah rasa itu tetap kupendam Dan ‘kan slalu kukenang Culun penuh keluguan Hingga akhir… Polos dalam kedunguan Tiada tau tiada curiga NYANYIAN JIWA Tiada sadar ketimpuk mangga Saidna Zulfiqar bin Tahir Ajakan itu kusangka ikhlas Ajaran itu semakin tak jelas Kesendirian bertabur bintang Terperangkap dalam dekapan Menatap bulan penuh bimbang Tante-tante yang kesepian Di balik awan tertutup ladang Yang kutau hanyalah diam Di atas bumi terus begadang Yang kurasa badan meriang Kalut asa dalam bimbang Badan ini seakan kejang Kemelut hati tiada berimbang Mata ini bengong terpejam Meski kata telah terdendang Barang ini mulai terpancing Namun fakta terus menentang Rasa itu bagaikan mau kencing Ketika tangan mulai terentang Digerayangi di atas sofa Kaki ini ikut menendang Dihadiahi uang sejuta Rasa itu tiggallah gendang Tak tau apa yang terjadi Bertabu ria sekedar lambang Tak sadar datangnya pagi Jari jemari terasa kejang Kembali itu terjadi Jeruji hati semakin terpajang Terjadi akhirnya kembali Meski diri telah telanjang Tante itu menjemput lagi Hasrat itu tataplah lajang Rasa itu kurasa lagi Mata ini mampu memandang Lagi-lagi aku mau Mulut ini sulit berbincang Ketagihan siapa tak mau Kaku gerak serasa pincang Jadilah aku hewan peliharaan Rasa di dada kian mengguncang Siap sedia tuk memuaskan Senyum ini terasa sumbang Sadar diri nurani tlah suram Pendamkan rasa dalam gelombang Hidup ini smakin tak keruan Badai datang terus menghadang Semua impian kini tlah bocor Semua itu kan slalu dikenang Diri ini terasa semakin kotor Cinta itu tlah merajut benang Hidup ini kian membrutal Rindu itu berbunga senang Cita cinta haruslah batal Meski rasa selalu terkekang Siraman rohaniku selama ini Mungkin kita bukanlah sepasang Sekejap itu suramkan rohani Saat suka Engkau melayang Aku najis yang ternajisi Saat duka Engkau terbayang Aku jijik tak termajasi Meski aku bukanlah abang Tak pantas memiliki tuan Namun Engkaulah yang tersayang Tak layak menghadap Tuhan Hati ini bukan keranjang Dengan kecompangan diri Kala tangis mulai berkumandang Semraut termorat-marit
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 8
RACUN vs MADU Aku tersesat dalam kesendirian Saidna Zulfiqar bin Tahir Di bawah bayangmu kutersiksa Terik matahari kian membakar Andai kesendirian adalah racun keinginan Hanya Engkaulah obatnya Mualkan isi kepala seakan rontok Andai kebersamaan adalah madu Kusadar kutelah botak karenamu Akulah yang tolol mengabaikanmu Aku terjepit oleh keinginan Kuracuni kesendirianku Di bawah perut berkata lain Hanya dengan obat sementara Bisikan hati mencoba tegap Kumadui kebersamaanmu Pusingkan kepala atas – bawah Dengan ketololan menduakanmu Yang sama botak berpeluh keringat Andai ketiadaanmu adalah racun Menahan sesuatu yang lama tak Hanya Engkaulah keyakinanku tertahankan Andai kehadiranmu madu Menyentuh sesuatu yang ingin disentuh Akulah yang alpa dalam pertemuan itu Di balik kekeramatan itu… Kuracuni ketiadaanmu di saat adamu Aku terperangkap oleh nafsu Murtadkan jaminan keyakinan Di dalam penjara yang tak terkunci Memadu kasih dalam ketiadaan Leluasa berlalu lalang sesuka hati Lupa akan posisi dan status Tanpa penjagaan ketat Andai kematian adalah racun Di balik benda yang kadang ketat Hanya Engkaulah yang meracuniku Namun selalu tertekan Andai kehidupan adalah madu Oleh licinnya rayuan Hanya akulah yang hidup selamanya Aku terendam oleh air sabun Memadu kasih bersama Bagaikan cucian yang bisa menertawai Dalam dunia pengandaian semu Seakan mencibir dan berkata Racunilah aku dengan cintamu Cucian deh loee….!!! Madukanlah aku di dalam lebahmu Memang…. Agar tiada lagi mengandai-andai Namun itu hanyalah iblis Hadapi kenyataan yang pahit Yang mencoba memberikan kunci Sebagai obat kekekalan kasih Aku terkunci dalam kegelapan Dalam keabadian yang nyata Mencoba meraba pintu Andai tulisan ini adalah racun Yang kudapati hanyalah kursi Hanya aku yang gak mau menjadi Tanpa harus melalui pemilihan umum Romeo Kumampu bersandar sesaat Andai tulisan ini adalah madu Beristigfar atas kesalahan Hanya Engkaulah induknya madu Yang tak mungkin Engkau fahami Yang siap menyengat jari ini Untuk hentikan semua pengandaian PECULIAR Sebelum lahir pengandaian baru Saidna Zulfiqar bin Tahir
RINDU ITU Lost in a light
Saidna Zulfiqar bin Tahir Seeking for a sin Live in a liar Aku terseret dalam kerinduan Truth will free my soul Di bawah ketekmu kutergilas Living in agony Roda kehidupan berkembangkempis Find my way home Menindih membuatku demam tulang It’s truly the fear Tak berdaya dalam kemanyunan The fear of the dark
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 9
It’s growing inside me ﺳﻤﺎح They won, they will come to life ﺳﻌﺪﻧﺎ ذواﻟﻔﻘﺎر ﺑﻦ طﺎھﺮ And I was a looser I am losing the struggle within أﻧﺖ ﻧﺠﻮم ﺑﻼ ﺳﻤﺎء My fate was horror and doom ﺗﻨﻮّر اﻟﻘﻠﻮب ﺑﻼ رﺧﺎء My strength was fading أﻧﺖ ﻛﻮﻛﺐ ﻣﻦ ﻏﯿﺮ ﺿﯿﺎء Just let me pass by ﺗﻘﻠ ّﺐ اﻟﻘﻠﻮب ﺑﻼ ﺳﻤﺎح Don’t feed my fear إذا رأﺗﻚ اﻟﺮﺟﻞ اﻟﻌﻤﯿﺎء If you don’t want it out ﻟﻘﺎل أﻧﻚ ﺑﯿﻀﺎء Have to save Save me please dear وإذا رأﺗﻚ اﻟﻌﻘﻼء Even there was no escaping ﻟﻘﺎل أﻧﻚ ﺳﻤﺮاء Never stop hoping ﻟﻘﯿﺘﻚ ﺗﻠﻘﺎء Need more for your help ﺣﯿﻨﻤﺎ ﻳﻨﺰل اﻟﺸﺘﺎء Coz one thing’s for sure ﺗﺮﻓﺮف ﻗﻠﺒﻲ ﺗﺠﺎھﻚ ﺣﻤﺮاء You are always in my heart وﻗﺪ وﻗﻌﺖ ﻓﻲ ﺣﺒﻚ ﻣﺮﺗﺎح ﺳﻠﻤﺖ ﻧﻔﺴﻲ ﺧﻠﺼﺎء CYBER وظﻠﻤﺖ ﺣﺒﻲ ﻓﯿﻚ ﺳﻮداء Saidna Zulfiqar bin Tahir ﻻ ﺷﯿﺊ دوﻧﻚ ﻓﻨﺎء وﻻ ﻋﯿﺶ ﺑﺠﻮارك إﻻ رﺟﺎء Realitas virtual alam cyber ﻓﻲ ﺣﺒﻚ ﺷﯿﺊ ﻏﺮاء Menyatakan maya dalam realitas ﻲ اﻟﻔﺼﻼء ّ ﻻ ﻗﺪرة ﻋﻠ Dungu mengejawantah ujud ﻓﻲ ﺧﯿﺎﻧﺘﻚ ﺻﻼح Gejala optis menerpa fatamorgana وﻻ ﻋﯿﺐ إﻻ اﻟﻮﻓﺎء Lugas jelas tak berdaya ﺗﻌﺎﻟﺠﻨﻲ ﻣﻌﺎﻣﻠﺔ ﻣﺜﻨﺎء Terjebak macetnya arus melankolia ﺗﺘﺮك ﻓﯿﺎ اﻟﻮﺑﺎء Eksotis menjanggi bak abnormal ﻻ أﻧﺴﺎه إﻻ اﻟﺒﻘﺎء Genderang ditabuh oleh trubadur وﻻ ﻣﻌﺎوﻧﺔ ﻟﻠﺸﻔﺎء Nyanyian rasa indah mengaung ﺣﺘﻰ ﺗﻮھﺒﻨﻲ اﻟﺪواء Hati amblas termabuk suasana اﻟﺠﻼء ﻻ ﺣﻮل Anonym nonix terkonsep nona ﺑﻌﻔﻮه ﻟﻚ ﺳﻤﺎح Dalam imajinasi bergaris lintang Ngakunya empu pencabut hati TANTEKU Dungunya empu tertular tantular Saidna Zulfiqar bin Tahir Terasah kerekan ambruk di lantai Nyeri belaian meruncing iba Keping bundar pipih bermain Tak kuasa mengelak pinta Mendekar jetos dalam canda Asoy menjamah batas kemayaan Asmara bercatur di atas chessboard Menyeluk rimba berongga artificial Terbina dalam asrama keluarga Dalam blangko kosong tak bernilai Karena engkaulah tanteku Tolol kebodohan membuat telmi Bergeriatrik renta dalam sebaya Karena angan berenang dalam imaji Menjelma menjadi pacarku Tiada daya menanggalkan isolasi Berkohabitasi seatap penuh intrik Tiada daya memencilkan perasaan Helat trik pesona alam misterius Kedewasaan cermat menyahut Mendekap kesuaman memuai ereksi Respon waras dianggap sinting Taktil gelitik beringas menjamah Akal kancil tak masuk di akal Euphoria cita spontan berpelaminan Karena semua hanyalah maya Aspirasi selera ambisi terblok
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 10
Mustahil berimpit dalam manunggal AKHIR PERSIMPANGAN Karena sanggahan itu tiada lawan Saidna Zulfiqar bin Tahir Rute itu pasti terjelajahi takdir Trayek memutar tak dapat dituruti Akustika nada hidup beranting Meski memforsir tenaga mendobrak Luas kosmologi bagai dasalomba Atrisi kewaskitaan pasti melentur Seribu cagak membelah samudera Karena kau tetaplah tanteku Bergelombang sendeng dalam pesong kursif banyaknya persimpangan ADA-ADA SAJA Berhenti sejenak lalu mengakhiri Saidna Zulfiqar bin Tahir Bermuram dalam bergontai Pemucatan distorsi masa silam Ada niat terencana… Dalam keruh kelamnya lata Ada rasa yang terbina… Luncah menistakan diri yang rampus Ada asa yang terlena… Terjaga dari koma berkepanjangan Ada kata yang tercipta… Menuangkan konsep baru renungan Ada karya menjadi realita… Kesendirian bergumul di Sahara Ada tangis yang tersisa… Experimentasi menyandarkan peluh Ada cita bersuka cita… Menyudahi pengembaraan semu Ada ambisi bereforia… Dalam perpaduan belahan koin Ada kronologi peristiwa… Melebur kemanunggalan diaktrik Ada gosip terberita… Kurs dalam tangga nada graf Ada rahasia yang terjaga… Persentil apresiasi merevaluasi Ada ruang dan waktu sebagai fakta… Amandemen deklinasi kehidupan Antara aku, kamu dan dia Penguapan harapan baru mengalir Hanya akulah yang rasa Pembaharuan radikal meraih cita Karena kamu tak pernah percaya Di persimpangan ini meneguh tekad Biarlah rasa teraniyaya Di sinilah titik kulminasi katam Bersayat luka tersiksa Di nokta inilah saat berkreasi Agar tiada hati yang luka Keakuan diskersi kebijaksanaan Harmoni tetap terjaga Menganyam relasi kolega tali salasilah Meski ini hanyalah dusta Dalam bahtera bungalo patriarki Pembokongan kriptik berrahasia Ekspektasi bujang tak ingin lapuk Tanpa uraian panjang logika Sebelum berubah menjadi kapuk Agar slalu bisa diterima Dengan kelenggangan tanpa kompas Meski semua hanyalah nista Pedoman jarum jam kebahagiaan Yang slalu datang membawa derita Peluang mustahil yang lengkara Namun sulit untuknya sirna Mumpungisme meraih perubahan Walau hati berlimang dosa Berperibudi hidup yang lebih bernilai Mengusung beban api neraka Penyempurnaan sebahagian ritual Bagi mucikari durjana Tambatkan tali kekerabatan Penebus dosa dari malapetaka Simpul liga perserikatan hidup Transaksi kans penuh berbahaya Akte traktat resepsi persepsi Semua ada tanpa terencana Terkebat pasak sutas cincin di jari Semua ada bukanlah bencana Dalam keberkahan penuh mawaddah Semua harus diterima Sakinah warahmah… Semua ada… Langgen penuh lestari Karena kita mengada-ada Abadi slamanya…. Karena kita ingin berada Amien…!!!
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 11
ﻟﺆﻟـــﺆة SANG ISTRI ﺳﻌﺪﻧﺎ ذواﻟﻔﻘﺎر ﺑﻦ طﺎھﺮ Saidna Zulfiqar bin Tahir
طﺎل اﻟﻠﯿﻞ Dialah mutiara
ﺖ ﻣﺴﺘﮫﺮا ّ ﺑ Bersinar tiada tara ﺣﯿﺮان ﺑﻐﯿﺎﺑﻚ Terangi aku dalam penjara ﻣﺸﺘﺎق ﻟﺤﻀﻨﻚ ﺟﺎﻣﺪ Untuk hidup lebih sejahtera Dialah sang isteri ﻻ ﺷﯿﺊ ﺳﻮاك Penggugah hati berseri ﺑﺤﺒﻚ ﻧﺎﺿﺞ Pembuka tabir misteri ﺑﺪوﻧﻚ ﻣﯿّﺖ Pelipur hati yang nyeri ﻻ أﻣﻞ ﺑﺪوﻧﻚ Dialah bidadari ﻻ ﺣﻤﺎﺳﺔ ﻟﺒﻌﺪك Turun bersama mentari أﻧﺖ اﻟﻮﺣﯿﺪة Hadir tanpa disadari ﻣﺎﻟﻜﺔ اﻟﻘﻠﺐ ﺧﺎﺿﻊ Lahirnya cinta tak mampu dikomentari ﺑﺄﻟﻄﻒ اﻟﻤﻮﻗﻒ أﺳﻠﻢ Dialah impian ﺑﺄﺣﺴﻦ اﻟﺴﻠﻮك راض Membawa berjuta harapan ﺑﺰواﺟﻚ إﻧﻲ ﻓﺎرح Merajut semua kenangan أﻧﺖ أﺣﻠﻰ ﻣﺎ ﻓﯿﺎ Mimpi itu adalah kenyataan طﻮل اﻟﻌﻤﺮ Dialah permaisuri ﻓﻲ ﺣﺒﻚ وﻋﺪا Harum semerbak kasturi ﻻ ﻣﺮأة ﺑﻌﺪك Mekar di taman puri وﻟﻮ ﻛﺎن اﻟﻌﻤﺮ ُﺑﻌﺪك Mata hati tak lagi mencuri ﻋﻠﻲ ﻟﻮﺣﺔ اﻟﺬھﻦ ﻛﺎﺗﺐ Dialah motivasi وﻣﻦ ﺻﻤﯿﻤﻲ ﻗﻠﺒﻲ ﻣﻌﺘﺮف Penggerak hati berimprovisasi ﻟﻦ أك ﺑﺄﻣﺎﻧﺘﻚ ﺧﺎﺋﻦ Penopang asa penuh sensasi ﻣﺎ أﺣﻠﻰ ﻣﺎ ﻛﺎن Harapan itu kan terealisasi وﻣﺎ أروع ﻣﺎﻳﻜﻮن Dialah bintang Terpampang diantara gemintang أﻧﺖ ﻟﺆﻟﺆة Kedipkan cita-cita gemilang أﻧﺖ ذھﺐ ﻗﻠﺒﻲ Hari esok kan lebih cemerlang زﻳﻨﺔ ﺣﯿﺎﺗﻲ ﻛﻠﮫﺎ Dialah rembulan ﺗﻠﻮن اﻷﻳﺎم ﺑﻨﻮرك Cahaya wanita unggulan ﻤﻨﺘﯿﻨﻲ ﺑﻮﺟﻮدك ّ ط Dibanding wajah sanggulan ﻻ ﻧﺴﺎء ﻏﯿﺮك Menikahinya adalah akhir kesimpulan وﻻ ﻣﺮوؤه دوﻧﻚ Dialah malaikat ﺑﺤﻖ اﻟﺴﻤﺎء ﻓﻲ ﺣﺒﻚ Membuat hatiku terpikat ﻣﻠﯿﺎن ﺑﺮوﺣﻲ ﺑﯿﻄﻔﯿﺾ Dalam anugerah yang terikat ﻣﺎ ﺳﻮّك أﺣﺪ Cinta pun semakin mengkilat وﻣﺎ أﺣﻠﻰ ﻣﻨﻚ أﺣﺪ Dialah ibu anak-anak ﻣﺮاﻓﻘﺔ ﺗﺠﺎه اﻟﺤﯿﺎة Pandai beternak dan menanak ھﺎھﻮ وﻋﺪي ﻟﻚ Hati semakin terkesimak ھﺎھﻮ اﻟﻌﮫﺪ ﺑﯿﻨﻲ وﺑﯿﻨﻚ Wajar aku menjadi jinak ﺑﻤﺼﺎﺣﺒﺔ اﻟﺤﺐ اﻟﺤﻘﯿﻘﻲ Dialah mustika ﻟﻸﺑﺪ اﻵﺑﺪﻳﻦ Langka bagai pusaka إﻟﻰ ﻣﺎ ﺷﺎء اﻟﺮب Harga tak terhitung angka ﺑﻤﻔﺎرﻗﺔ اﻟﺮوح ﻣﻠﺠﺴﺪ Memiliki tak pernah kusangka Dialah puspa
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 12
Pewarna bentuk rupa Dan memaksaku terus alirkan Yang tak mungkin terlupa kerinduan Saat hadir maupun alpa Dalam tulisan yg tak menentu Dialah peri Karna kerinduan itu begitu cepat Menjelma mimpi berseri Menggerogoti setiap pembuluh darah Hilangkan luka yang nyeri Dan telah bersemayam bagaikan tumor Hadapi hidup tanpa ngeri yang siap merenggut nafasku Dialah rab’ah Kaulah kerinduanku yang slalu Isteri yang salehah kurindukan…. Ibu yang mujtahidah GG (Gadysa & Gelbina) Kekasih penuh mahabbah Dialah surga ALPAMU Nikmat yang patut dibangga Saidna Zulfiqar bin Tahir Idaman dalam keluarga Semoga dan semoga Alpamu hanyutkan kepercayaan Dialah karsa Kebimbangan yang terseret arus zaman Penyulam segala rasa Melilit ranting hari kerapuhan tanpa Asa yang tak putus asa harapan Hingga akhir masa Meski hadiranmu terparafkan dalam absen keyakinan CATATAN KERINDUAN Yang terciplak rapih dalam daftar putih Saidna Zulfiqar bin Tahir tanpa tipe-x dan noda Namun lembaran hati terbuka oleh Hari-harimu adalah hari-hariku sepoian lembut angin Yang slalu terperangkap kemacetan Membisikan kenangan yang sang waktu terkungkung penantian pasti tanpa Antrean kendaraan yang kepastian menghantarkan perasaanku Hanyalah risau…. Terasa begitu lambat Yakinkan keraguan yang lama Hingga kerinduan itu berteriak terpresentasikan Membakar suasana hati Di dalam ruang fikir tanpa kesimpulan Walau peluh berkristal ria Kupanggil hati dan menanyakan alasan Jariku nakal memencet keypad Maupun surat keterangan izin sebagai Lantumkan debaran kerinduan penguat keyakinan Yang slalu haus Adalah kepasrahan terhembus lirih Tatkala melirik pajangan minuman dalam potret malaikat dingin di pinggir jalan Sebagai balasan kejujuran yang Entah mengapa…? mengada dan menenangkan keadaan Tak satupun rambu lalulintas yang Saat pembahasan materi seminar segera mampu hentikan ingatanku akan disimpulkan bayangmu Sumpalan kue berkotak dan aqua kan Yang kerap gentayangan menakuti mengakhiri penat dahaga kejenuhan hari-hariku Bercampur peluh yang terlukis dgn Hingga kusadari ketikanku terhenti keringat lusuh kian bugar tanpa kerutan oleh suara halus Mungkinkah kehadiran itu mutlak Membisikan kedamaian dalam diabsenkan kehancuran Sebagai wujud kedisiplinan hati temani Tak sedetikpun jariku terbesit bisikan raga yg tak pernah berolah raga
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 13
Apakah itu yg dinamakan formalitas Meski hasil dari mimpi buruk dan dinamika Dia tetap ikut nimbrung Rasa terkontaminasi formalin pengawet Dalam kekalutan otak relasi dalam ikatan ikrar? Antara sadar dan tidak Ataukah bunga yang kadang mekar Hati melaui menginterogasi semerbak Pantaskah di usia ini masih begitu dan kadang layu tersengat matahari Semangat itu semakin kuat menguasai sore diri Mudah-mudahan semua mudah dan Membuatku sering lupa diri dimudahkan Bagaikan kuda liar kehilangan tali Karna kunci jawaban ujian akhir telah kekangnya tebocorkan Bebas berkenalan hilang kendali Sukseslah dengan kemampuan Hingga kadang kuberdoa menjawab soal dari orang lain Agar si Anu tidak lagi ber-anu-anu Semoga itu adalah awal pembelajaran Agar si Anu tidak lagi mencari si Anu Damai dalam singgasananya SETIA Meski tanpa kursi mahkota Saidna Zulfiqar bin Tahir Kusadar…. Akulah manusia terbaik Dulu aku setia Selalu berbuat baik dan ingin kebaikan Karena si dia selalu setia Semua sudah membaik Dulu aku bersedia Semua sisi dalam diriku telah membaik Karena si dia masih belia Kecuali si Anu Dulu aku aku ceria Yang selalu membuatku berdosa Karena si dia sangat mulia Terpeleset dalam lubang sempit Kini aku bahagia Yang licin dan berair Karena si dia tetap setia Itulah kejelekanku yang tersisa Kini aku bersuka-ria Hanya itulah lubang dosa diri Karena kami selalu se-iya Menjajah dan selalu ingin menjajal Tak sedetikpun ada niat menduakanmu Membuat hati ini gelap tanpa hidayah Tak sehelai kainpun menghalangi Aku butuh saranmu ingatanku padamu Yang mampu membuat Anu-ku Tak seorangpun yang dapat bersarang menggantikanmu Terkurung dalam sangkarnya Karena cintamu adalah nafasku Hingga Ia tunduk dan tawadhu Karena dirimu adalah diriku Saranmu…. Kami satu yang sengaja disatukan Saran ustadz untuk berpuasa Dalam meraih Ridha-Mu Justru puasa semakin membuatku bergairah RENUNGAN PAGI Saran dokter untuk ber-onani Saidna Zulfiqar bin Tahir Justru onani membuatku ingin yang sesungguhnya Pagi bangunkan tidurku Harusnya kujepit si Anu di sela pintu Kaget terperanjat bagaikan kebakaran Agar Ia kapok tak bisa berdiri Bergelut bersama nightmare Ataukah harus dikebiri Membuatku letih berkeringat Agar Ia tetap sendiri Anehnya…. Kayaknya aku tak boleh sendiri Si Anu ikut terbangun Selalu dekat bersama istriku
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 14
Kemanapun harus membawanya Menghisap dosa yang tak mampu Menyertai setiap langkahku dipertanggungjawabkan Bagaimana jika tidak Roxy, aguza, begitu jauh Ataba, Ohhh…emang sih pasi wanita muhandisin terasa dekat Sibuk…. Jabal muqattam mudah didaki Anakku harus menemaniku Terusan suez terbentang banyak cabo Kemanapun mereka ada di sisiku Di atas tower aku bangga Agar aku tak lagi ber-anu-anu Di dalam pyramid ku terjepit Karena ada malaikat-malaikat kecilku Di atas bukuit Sinai kuterpaku Yang selalu mengingatkanku Di sungai nil kutenggelamkan nista Mengontrol tindakanku Di mesjid Husein kudapai diri Meremote setiap keinginan Di Al-Azhar kulahir kembali Dan mempause gerakan si Anu Engkaulah ummu dunia Semoga ini akan berhasil Darimu segala tarbiyah Untuk meraih kebaikan abadi Engkaulah ummul balad Tanpa cacat dan dosa lagi Padamu kumerindu Amien.. Engkaulah negeri kinanah Bersamamu tentukan arah GELAP TERANG (KAIRO) Engkaulah pahlawan tanpa gaji Saidna Zulfiqar bin Tahir Untukmu segala bintang satya
Inilah tempat para Nabi ANDAI TAK MALU
Inilah tempat kaum pembangkan Aman 30 October 2004 Inilah tajuk kemuliaan Inilah kota penuh kedamaian Andai tak malu Disinilah pyramid berdiri Kan deras derai air mata Disnilah nil mengalir Kan kukunjungi persemayamanmu Disinilah firaun mengtuhankan diri Duhai kau yang telah pergi Disinilah Asia gigih mengabdikan diri Ku tatap sejenak terakhir kali Tubuh sayu terbaring lesu di samping Inilah aku tanah galian yang terbuka luas dan Disinilah aku terapung dalam Antara dua kubu di hati Kadang lurus dan mulus Kau tinggalkan diriku Sering melenceng dan sesat Kau ciptakan bingung dan sedih di hati Arahku jauh dari tujuan Saat rambutku telah memutih dan Meraih api membakar niat tulang yang lemah tersisa Yang dihadapi bukanlah mimpi Ditemanin anak-anak kecil masih Namun kenyataan yang sangat asin berselendang azimat Penoreh aroma kehidupan Tak lagi ada semangat habis waktu Pelita hidup redup malamku mengawasi bintang-bintang Gelap segelap kehidupan malam yang terang lalu pudar bersama dirimu Susuri tempat ke tempat Habiskan waktu terbang ke langit Kau bagai permata di jiwaku rebutan Pudar bersama datangnya pagi setiap orang tempo itu dan kini terlihat Inilah vampire kehidupan di sana Hidup diantara dua alam Hanya tumpukan tanah dan batu Menghirup kebaikan sesaat (Cairo, 1997)
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 15
ANDAI TAK MALU SAHABAT Saidna Zulfiqar bin Tahir Saidna Zulfiqar bin Tahir
Andai Tak malu Sahabat
Kan terkepak sayapku Kau begitu dekat Terbang bersama sangkar Karena kita sederajat Hinggap tak berpijak Saat hidupku meningkat Dimana kakiku beranjak Senyummu kian berat Lupa akan diriku Kukira kau turut bahagia dan melompat Bersayap tak bisa terbang Gak taunya kau bangsat Berkata tak ada ketenangan Pandai lidahmu bersilat Hasrat tersumbat dosa Karena kau penjilat Luapan kicauan merpati berirama tanpa Fitnah kau rekat arti Actingmu merangkul erat Percayaku berkarat Andai tak malu Milikku pun kau sikat Kan deras air mata mengalir Pacarku minggat Basahi hati bagaikan gincu Karena kau berkhianat Kan kering tenggorokan terngiang Alasanmu singkat Tanapa ada balasan iba Seakan tak berserat Dimanakah aku saat Kau memanggil Ku tau perasaanmu dipantat Dimanakah Kau saat ku menangis Hingga kau begitu bejat Semua terasa percuma Jalanmu terlalu sesat Air mata bukanlah azimat Bagimu tak ada sesuatupun yang Yang kau tawarkan hanyalah irisan keramat Pahit getir adalah kodrat Kini kau terjerat Aku lemah saat Kau kuat Saat ku Mulai kembali merapat kuat…… Istrimu berangkat Kau pun mencoba melemahkanku Kaupun melarat Dimanakah airmataku Orang tuamu wafat Yang menangis curahkan kristal Menunggumu di hari kiamat Kering bersama unek di dada huuhhhh….desahan penuh arti SIAPA AKU Hanya Kaulah yang tau Saidna Zulfiqar bin Tahir
Andai tak malu Inilah aku dalam diriku
Kan ku caci maki diri-MU Yang menanam jati tanpa diri Namun kusadar…. Inilah diriku yang selalu mengaku Aku makhluk pemula dan pemalu Bahwa jati diriku adalah aku Kini kudatang tanpa berandai Siapakah aku? Bugil tanpa malu dihadap MU Siapakah diriku? Terbang mendekap sayap MU Ternyata aku hanyalah diriku Menangis hanya dipangkuan MU Yang bias iri dan berdiri Kutau kicinta padaMU Marah abaikan akibat Dan Kau pun cinta padaku Ngotot menuntut keinginan Terimalah aku Sedangkan aku hanya dapat Dan maafMU mahkotaku menyaksikan Tanpa mampu tuk berbuat
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 16
Aku hanyalah aku Buktikan dunk!! Yang suka berlebihan ber-aku-aku Masa gak pernah ada bukti Sok tau dalam mengaku Bicaramu sudah melebihi takdir Karena aku belum mengenal siapa Tuhanpun harus kukalahkan diriku Tapi gimana…? Semua cermin membohongi aku Hijrah sudah Menutup kedok jati diriku Usaha dan ikhtiar sudah Yang kupandang hanyalah bayangan Berdoa juga sudah diriku Pasrah pasti gak diragukan lagi Sedangkan aku hanya tersenyum puas Lalu..???? Cengar cengir sendiri dalam diri Apakah aku stress Bahwa itulah aku Tenang dunk!! Itu semua hanyalah jawabanmu Semua belum berakhir Yang tiada beda dengan pujian cermin Semua ini hanyalah rutinitas Itulah diriku yang ada dimatamu Berputar dan terus berputar Bukanlah aku yang ada pada diriku Bagaikan roda Karena diriku belum mengenal siap aku Kadang di atas kadang di bawah Karena aku belum mencintai diriku Sungguh kasian Ibakan rgo dalam kesendirian BOSAN Menerawang tilas kehidupan Saidna Zulfiqar bin Tahir Seakan tergilas di bawah perut bumi Ketika roda itu di bawah tertusuk paku Bosan….. Dah kaya arisan dan togel aja nih hidup Sungguh ini sangat membosankan Tinggal mengundi Ini lagi…itu lagi…. Dan mengadu nasib Sungguh sangat memuakkan Menanti keberuntungan tak pasti Mengapa aku masih di sini Apakah selamanya begini Mengapa aku masih berbuat ini Mungkin ya..mungkin tidak Dan mengapa aku masih saja begini Begini kek…begitu kek… PURE Semua tetap saja salah Saidna Zulfiqar bin Tahir Semua terus saja menjijikkan Itu lagi…dan itu lagi… Engkau yang benar pure Tiada perubahan Kini berubah syur Tiada perkembangan Oleh ungkapan sure Bahkan tiada lagi harapan Yang belum pasti swear Pupus….. Rela to be wear Masa tidak lagi bersahabat Meski tubuhmu wearier Mereka itu tidak lagi tersenyum Engkau tetap super Tempat ini hanya cemooh Harusku admire Ruang ini….. Bahwa engkau less wary Ruang ini lagi..ruang ini lagi Dan memang kurang care Pergi….pergi..pergi..!!! Mudah fulfill my desire Mengapa masih tetap di sini Hingga lupa akan purity Bodoh… Langkahi suatu boundry Goblok kok dipelihara Yang tak mungkin kembali Maju dunk!! Semua telah occure Masa selamanya kek gini Semua telah terecorded
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 17
Dan tak mungkin direcure Lupakan diri rusaki mentaL Ataupun di recuver Antara kau dan aku saling mengantar Terima kasih atas segala proof Antara kau dan aku hanya kita yang Semoga cinta itu tak lagi blind rasa Walau berlalu dalam kegelapan Antara kau dan aku hanya mereka yang Hingga terang itu datang tau Meraih tanganmu dalam gandengan Antara kau dan aku tidak akan Berdendang menyusuri jalan setapak ketahuan Dalam keramaian penuh bahagia Selingkuhi aku dalam selangkanganmU Sesuai keinginan dan harapan Bujukmu pasti terdengar merdU At the end Ratapi takdir cepat berlalU Serasa lemah remotkan waktU ANTAR USIL DAN UNYIL You ‘re my maN Saidna Zulfiqar bin Tahir Fasih ucapmu membuatku dingiN Terbaring laksana seorang pasieN Resah tersungging di bibir kalbU Bertarung hadapi Tanya di batiN Rangkaian kata pun menjadi kakU Open up n lick mine pls honeY Berbaur bisikan yang penuh rayU Over kau dan aku begitu crazY Terkurung dalam hayalan semU Bergulat hari tak hiraukan bodY Putihnya niat seputih kertaS Mengulang kembali sejarahmu babY Mudah menuai tatkala panaS Datangnya sesal saat mengakhirI Terbakar sengatan api ibliS Sadarkan diri telah dimilikI Rentangkan kaki di luar gariS Perasaan dosa telah terkebirI Mendulang rasa di atas nilaI Pintu maaf hanyalah sekalI Tiada kewburukan yang belum pastI Usil berbuat karena unyiL Tersimpan rapat di dalam hatI Usai tontonan ingin menjajaL Merenggut nyawa tiada bersenI Usai bertobat kembali normaL Kerasnya keinginan tidaklah labiL Usia mentok kan disambut ajaL Mudah hanyut terterpa badai kesaL Imunisasi bukanlah kebaL DOAKU Mudah terinfeksi di saat gataL Saidna Zulfiqar bin Tahir Usil mencoba tiupkan debU Bara terpendam kembali menggebU Tuhanku yang Esa Tuangkan air di atas tungkU Dulu hidupku sentosa Nada resak kini terdengar syahdU Mengapa kini jadi pendosa Gambramu terlukis tak beralaskan Hanya karena ulah si nisa kanvaS Harus menanggung semua siksa Serasa dekat sedekat deruan nafaS Tanpa menunggu hari periksa Menderu-deru memanggil jelaS Hancur lebur dalam binasa Kembangkan bakat puas dengan buaS Oleh AzabMu yang sangat luar biasa Yang dijamah bukanlah mimpI Ya Rahmanu Ya Rahimu Malu berbuat kecilkan nyalI Tenggelamkanlah aku dalam Yang dipegang hanyalah janjI hidayahMu Ragu melangkah kecebur kalI Azablah aku dengan RahmatMu Ramuan kopi yang terhidang begitu Jatuhkan aku dalam lembah cintaMu kentaL Rapuhkan aku dengan keagungan Dekapan tubuh terasa kenyaL asmaMu Laksana terbuai di atas bantaL Jauhkanlah aku dari setiap murkaMu
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 18
Kembalikan aku dalam anugerah Sedang aku sering menduakanMu fitrahMu Pantaskah aku berpaling dariMu Agar langkah selalu pada jalanMu Sedang aku akan kembali padaMu Tuhanku yang maha perkasa Pantaskah aku menjauh dariMu Bukanlah aku mahluk berbisa Sedang aku selalu membutuhkanMu Mencuri hati agar leluasa Pantaskah aku bertanya padaMu Mengumbar janji dalam sebuah sketsa Sedang aku hanyalah budakMu Yang slalu berakhir setiap Pantaskah aku memohon maafMu mendapatkan mangsa Sedang aku banyak meragukanMu Namun inilah yang kubisa Astagfiruka yaa rabbiyal a’la bijami’il Agar di hari esok atau lusa hamd Semua kan kembali seperti biasa Laa syariika laka wa ilaykal ma’buud Hanya Engkau yang Maha pantas dari AKU DAN SATU dan atas segalanya Saidna Zulfiqar bin Tahir DEMI PALESTINA Aku satu yang menyatu Saidna Zulfiqar bin Tahir Aku ragu dan mendua Aku satu ingin bersatu Aku lemah Aku hantu berhias nol sejuta Aku penakut Aku satu harapkan sesuatu Apa yang dapat kusumbangkan? Aku debu terbalut riya Doa ? Aku satu lupakan yang Satu Apa hanya dengan doa? Aku malu berlimang dosa Puisi? Aku satu dengan Yang Satu Apakah cukup dengan puisi? Aku rindu pada yang Esa Sungguh pelitnya diriku Satukan aku dalam kesatuanMu Dzaalika min adh’afil imaan Duakan aku dengan cintaMu Sementara aku sanggup Hantui aku dengan azabMu Harta? Lupakan aku untuk tidak melupakanMu Aku punya Dan esakan aku dalam keesaanMU Ilmu? Amin… Saudara? Ya Allah Ya Rabbi PANTASNYA RIYA Apakah aku saudara yang baik? Saidna Zulfiqar bin Tahir Apakah aku hambaMu yang beriman? Teganya aku Tuhanku… Pelitnya aku Pantaskah aku takut kepadaMu Yang hanya mampu membantu dengan Sedang aku hanya takut azabMu doa Pantaskah aku merayuMu Padahal banyak kemampuanku Sedang aku hanya mengincar pahalaMu Terbentang kepicikan secuil islami Pantaskah aku malu padaMu Menganggapnya tabdziir Sedang aku hanya malu dicemooh Maafkanlah aku hai saudaraku Pantaskah aku mengabdi padaMu Karena kusadar kini Sedang aku hanya terbuai janjiMu Bukan doa yang engkau butuhkan Pantaskah aku mencintaiMU Engkau membutuhkan lebih Sedang aku naksir diriKu Dalam meraih damaimu Pantaskah aku menjadi kekasihMu Amin…
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 19
PALESTINA BANGKIT PASCA KONFLIK Saidna Zulfiqar bin Tahir Saidna Zulfiqar bin Tahir
Palestin Enaknya jadi mahasiswa
Cukup sudah engkau diplorotin Pastinya banyak kawan dan lawan Dengan janji yang slalu diplesetin Semua harus dijalani Kata damai kian dipolesin Karna hidup adalah tantangan Tak akan sembuh luka dipelesterin Yang harus dihadapi Persetan dengan damai Dijalani dan dimaknai Jika akan membawa kehancuran Makna di balik makna Persetan dengan kehancuran Sense di balik sensasi Jika akan mendatangkan kedamaain Kusadar….. Maju…!!! Ternyata aku masih kurang ajar Mengapa harus bertahan ? Butuh banyak diajar Perangilah orang-orang yang telah Harusnya sekalian dihajar memerangimu Biar semakin sadar Bangkitlah !!! Agar hidup bermodal kepintaran Kuburkanlah bangkai-bangkai hidup Berbau kelicikan berlogika Kami bersamamu Agar tetap survive Dan Allah pasti bersama kita Sebagai pria jelek yang intelek Aku orang kecil GILA Bertubuh kecil Saidna Zulfiqar bin Tahir Ingin menjadi besar Paling tidak menjadi guru besar Aku gilaa… Paling iya jadi duta besar Gila karena hadirmu… Sebagai target dalam hidup Gila karena alpamu… Yang harus kuraih Gila karena ketidakberdayaanku… Semoga…dan semoga Gila karena sombongku pendamkan Amien… rasa… Gila karena kealpaanku sendiri… TENSCA Gila karena ternyata aku masih Saidna Zulfiqar bin Tahir waras… Waras untuk tidak menjadi orang gila Bertemu kita di Pasca Aku benar-benar gila… Bersatu kita di Tensca Gila oleh kegilaanmu… Berpisah kita di Lamacca Gila karena hadirmu… Berlinang mata bekaca-kaca Gila karena bodymu…. Karena hati bukanlah panca Gila karena kusadar kamu yang lebih Yang indranya hanya ada di Mecca gila… Teringat akan ibu Anca Gila karena ternyata aku masih Yang kutemui hanya Ibu Ribca normal.. Ow Iraaa, mengapa miripko Ica Normal untuk menjadi pria sejati Padahal Ela dan Aliya tidak suka Merica Ajaklah aku menjadi waras Misma & Nisba sukanya minum Coca Buatlah aku semakin normal Sedangkan Ani, Tati dan Tami kaya Layaknya Engkau dan aku pasukan Nica sebagai orang waras dan normal Sukanya Anti dan Dewi nonton Barca
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 20
Biarpun tua bu Fahria tetap Mica Tegurannya kadang specifik Masih sukaji itu Vivit berkaca Nasehatnya adalah munafik Hingga Prof Dj mengoles rica Perangainya beda Kalian bagaikan gadis Casablanca Adatnya susah terbaca Manami itu kelompok ular sanca? Sobat… Yang suka nonton filemnya Bianca Jangan suka membabat Apalagi Mido yang suka Agnes Monica Karena kita hanyalah classmate Kapan-kapan ketemuki lagi di Pasca Bukan untuk diskakmate Jangki lupakanka nah ca Mengapa harus berteman Biar adamako semua di America Jika hatimu masih saja preman I love u all Tensca Membuat hatiku bopeng Sembunyi di balik topeng 2 IN 1 Engkau egois Saidna Zulfiqar bin Tahir Gayamu terlalu borjois Padahal aslinya kampungan Hari ini menuai dosa Di kampong tetap saja gelandangan Hari ini diduai moza Lebih baik kita berpisah Hari ini digodai mangsa Biar hati tak lagi resah Hari ini perangai diperkosa Selamat tinggal kawan Hari ini naluri tersiksa Semoga engkau menjadi ilmuwan Hari ini hati nelangsa Meski sesaat sentosa IN A YUNCHU Bangga seakan perkasa Saidna Zulfiqar bin Tahir Menghantar kemerdekaan bangsa Namun selamanya jadi pendosa Suatu tanda tak terlupakan Dua selimut tawarkan jasa Di antara hidung dan bibirmu Hasrat hati seperti terpaksa Kecil hitam mengembung Menolakpun tiada kuasa Warnai corak karaktermu Si kecil semakin berbusa Indah namamu Bagaikan musang berbulu rusa Meninabobokkanku di sampingmu Berubah menjadi raksasa Manis senyummu Mencoba untuk merasa Mengherankanku dalam lamunan Pengalaman baru dalam karsa Terbayang wajahmu Hati ini paksakan puasa Ketika duka itu terpajang Rasa itu ingin tetap memangsa Sesuatu tlah menimpamu Meski kutau itu racun berbisa Tatkala lama kumelupakanmu Yang akan membuatku binasa Engkaulah adikku Dalam percintaan semasa Pantas Engkau menjadi adikku Yang mungkin kan terbiasa Yang lama kuidamkan Ketika nafsu itu berbahasa Engkaulah sayangku Yang slalu kuabaikan SOBAT Karna Engkau ingin sendiri Saidna Zulfiqar bin Tahir Berkarya penuh idealisme Mencoba mambuktikan diri Sahabat bukanlah kerabat Meraih impianmu dengan jerihmu Sukanya hanya pejabat Menantang aral yang berombak Maunya menang Di balik lembutmu ada ketegaran Kalahnya pasti perang Kuat mendukung sgala rencana
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 21
Lemahmu adalah kekuatan Melalui jendela yang tersembunyi Semua itu akan teraih Bertanya dan bertanya Doaku slalu untukmu Yakinkan sejatinya keinginan Meski jauh jarak dan batas Terkungkung antara sayang dan cinta Dukunganku slalu untukmu Sadar akan luasnya lautan Keyakinanku pasti ada kesuksesanmu Berat muatan kapal masing-masing Terlalu berat jangkar itu SURAT AN-NISA Terkaram selamanya di hati Saidna Zulfiqar bin Tahir Karena pelabuhanmu telah ada Bukan pada pelabuhanku Hitam bagaikan manggis Hingga saatnya tiba merela Isimu putih dan manis Perlayaranmu kan kembali Senyummu teramat feminis Berlabuh pada pelabuhan Biarpun kau sinis sesungguhnya Dan ucapanmu terdengar sadis Hanya ciuman itu yang kuberi Namun kau tetap kelihatan manis Tuk selalu mengenangmu Nis…. Dengan sayang yang tersisa Sapaan sayangku padamu Yang pernah sesaat berlabuh di Memintamu menunggu pelabuhanku Hanya untuk melihat secuil senyummu Kukan slalu merindukanmu Obat pelipur lara Walau dirimu sengaja melupakanku Ketika tegang oleh tugas Dan mengharamkanku tuk Membuatku tenang dan konsen menelponmu Nis… Namun kurasakan kedekatan itu Kaulah adikku yang imut Selalu dan selalu ada Pesona keibuan tak rumit Thanks hon…. Memberikan kedamaian Yang tak mungkin kulupakan MELINGKUH Semoga Engkau tetap adikku Saidna Zulfiqar bin Tahir Wanita sempurna seperti namamu I will miss u Selama denyut nadi berdetak Engkau sejatinya cinta sejatiku KARTIKA 2 Lebih murni dibanding emas Saidna Zulfiqar bin Tahir Indah mengkristalkan hati dan hari Namun aku bukanlah malaikat Berlabuh tanpa sauh Gampang terusik dalam kesendirian Terhempas oleh gelombang Karena jarak mengasingkan hasrat Tegar hadapi tantangan Untaian gelora mengeram rasa Tanpa nakoda yang mengemudi Hamburkan rayu mencari mangsa Tangguh hadapi ombak Sungguh aku tlah bersalah Tibalah Engkau di pelabuhanku Enggan menolak bisikan iblis Berlabuh dengan setengah sauh Lunturlah iman yang dulu terjaga Terkaram di palung hati Ingin sekali malah jadinya berkali-kali Yang tak mungkin kuungkapkan Namun apa yang kucari belum kudapati Demi menjaga keegoan Galau meratapi kegalauan tanpa sebab Yang terlanjur terlontarkan Kuhancurankan kepercayaan yang Keterusterangan patut dihamparkan diberikan Karena hasrat ini telah mengintip Untung sisa sisa harapan itu masih ada
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 22
Hingga kutau semua itu hanyalah dosa Meski kuakui bahwa aku pecandu cinta Sudikah aku dimaafkan? Namun semua itu tak kutemui darimu Emang tak pantas diriku dimaafkan Karena niatmu hanyalah kepulan asap Lebih baik aku pergi Pasti menghilang entah kemana Insyafkan diri dengan bertobat Kusadar engkau hanyalah tembakau Niscaya harapan itu masih ada Yang belum mampu memarlborokan Gubriskan hatimu tuk menerima hatiku Keikhlasan dalam memaafkan Engkau hanyalah rokok Untuk memulai hidup yang baru Temani lamunanku dalam kesendirian Hingga ajal itu tiba di tapak kakimu Tatkala aku kehabisan marlboroku Selamat tinggal asapku TERNYATA PARNO Kutak mau mengidap batuk olehmu Saidna Zulfiqar bin Tahir Karena aku hanya pecinta Marlboro Tak ada lain selain Marlboroku Kutau sense tatapanmu Maafkan aku mencampakkanmu Kutau makna ucapanmu Maafkan aku dengan maafmu Namun tak kutahu isi hatimu Semoga harimu kan selalau indah Meski katamu “itulah cintamu” Ternyata…. PLAYBOY CAP KODOK Kutau berapa besar cinta dibalik BH- Saidna Zulfiqar bin Tahir mu Kutau berapa dalam cinta dibalik CD- Aku hanyalah playboy cap kodok mu Yang suka memangsa kacang cap Namun tak kutahu luas cinta di hatimu kelinci Meski katamu “itulah cintamu” Karna kutahu…. Ternyata….. Kelinci suka memakan wortel CINTAMU ADALAH ANUGERAH Kelinci suka silver queen Yang mampu membuat Anu-ku gerah Kelinci suka kacang panjang Tak kenal lelah dan jerah Dan kelinci lebih suka mentimun Meski dipaksa menyerah Keinginan kelinci adalah kegemaranku Ku tetap ANU-GERAH Meski kelinci suka berdusta Demi mendapatkan keinginannya SMOKER ADDICT Namun aku lebih pandai menipunya Saidna Zulfiqar bin Tahir Kutahu kelemahan kelinci Keberikan kelebihanku menutupi Setiap tarik-isapan rokok di bibir kelemahannya Engkau bagaikan bara di ujungnya Hingga kelinci tak sadarkan diri Nyalamu meredup suram dan berdebu Dirinya telah dikeranjangi Bersama tusukan tajammu ke paru- Dirinya telah dibungkus plastik paruku Yang siap untuk disantap Kepulan asap menghilang Begitu banyak kelinci kukeranjangi Namun rasamu masih berbekas di Banyak kelinci kutelanjangi sanubari Dan banyak sudah kelinci yang ku- Saat fikiran menjadi tenang abonin Puluhan saat kemudian galau Semua itu telah menyadarkanku menghampiri Bahwa aku hanyalah kodok Cita cintamu tiada sense of belonging Siap menerkam dan menelan Yang mampu membuatku kecanduan Tanpa tahu akibat dari yang tertelan
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 23
Telah berani memainkan banyak api Lagi-lagi aku jatuh cinta Dan pasti akan terbakar sendiri Lagi-lagi aku gila karna cinta Pasti akan kena batunya nanti Mengapa lagi dan lagi Sadarlah…sadarkan aku!!! Mengapa gila lagi gila lagi Aku telah terperangkap oleh Padahal aku jelas-jelas tak mau perangkapku sendiri membagi Cinta bukanlah berbagi RT–DORAEMON Karna cinta bukanlah zakat untuk Saidna Zulfiqar bin Tahir dibagi Cinta tak pantas di kali Awalnya Doraemon Karna akan hanyut tak bertepi Akhirnya baling-baling bambu Minus plus kadarnya cinta Tengahnya dorongan Bila kurang ditambah lagi Buntutnya terjatuh Bila tambah akan menjadi gila lagi Ekornya di Ncc Kepalanya seputar GS BUAH TIEN Ujungnya ada di hati Saidna Zulfiqar bin Tahir Sejauh rasa menyelam Setinggi pesawat terbang Buah Zaitun buah Tien Pendaratannya hanya ada di hati Terbuai aku karena vitamien Semua bukan teka teki Bukti agung bukit Tursina Berlalu penuh berjuta kesan Membuatku terus mencinta Tiada penghujung dan akhir Dalam keremangan terusan Suez Hanya takdir hakim pemisah Rasa hati tak akan pernah mulez Engkaulah RT Tinggi menjulang menara St. Caterien Karna ayahmu ketua RT Kau tetap sebagai vitamien Membuatku terpaku di hatimu Fresh melebihi fresh tea Bagaikan pajangan dinding Hingga fasihku membuatku frustrasi Yang tak mungkin dipindahkan Mustahil kau kumiliki Karena kutahu… Karena kutahu siapa pemilikmu Hatiku rutan hatimu Aku menyatu denganya Terpenjara penuh resiko Tak mampu menduakannya Meski rengekmu minta kebebasan Namun Engkau tetap buah Tien Sipir tak pernah menghiraukannya Yang hadir di setiap scene Jalani masa tahananmu Menghias dinding kamar pengantien Hingga tiba saatnya bebas Dengan beribu hiasan di tangan Bebas tanpa syarat Berpanggul pinggul kehangatan Dikenang sepanjang hayat Hingga fajar datang menjemput Seperti keinginan ketua RT Mengendarai sinar kekristalan Dalam meraih kedamaiannya Akhiri semua hayalan Dalam bab kehidupan baru LAGI GILA CINTA Tanpa sampulan dan simpulan Saidna Zulfiqar bin Tahir Dan Engkaupun memahaminya Bahwa aku hanyalah pasien Lagi-lagi cinta yang kutuliskan Yang masih membutuhkan vitamien Lagi-lagi cinta yang kurasakan Hanya darimu… Lagi-lagi cinta yang kumainkan Dan hanya dirimu… Lagi-lagi cinta yang kukorbankan
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 24
MESIR (EGYPT) Sadar tubuhku berlinang kopi Saidna Zulfiqar bin Tahir Mungkin letih Itulah jawaban menghibur Engkau ibu dunia tanpa abi Agar harapan itu selalu ada Lahirkan ulama tanpa asi Mungkin penyakit Ciptakan intelek tanpa imunisasi Itulah jawaban bijak Berkembang biakan tanpa kasih Agar kusadar peringatan itu Semua kini menjadi sangsi Mungkin tak lama lagi Dalam kedewasaan penuh benci Malaikat kan datang merenggut Pertanyakan status sang abi Memaksa aku melepaskan Goncangkan kedamaian tanpa hati Dengan siksa sebelum disiksa Oh… ibu pertiwi Atas segala kesalahanku Engkaulah ibu yang sejati Cukuplah petualangan ini Tak pilih kasih dalam mengabdi Cukupkan dosa-dosa ini Tak kenal lelah mencari sesuap nasi Dengan kembali ke jalanMu Lihatlah kini… Melalui pintu tobatMu Kedewasaan anak-anakmu suci Kepintaran mereka sering dipuji KORUPSI Semua telah teruji Saidna Zulfiqar bin Tahir Tiba saat mereka membalas budi Nyatanya kini… Korupsi itu… Keangkuhan adalah kunci Kata orang, puisi itu indah Mudah terseret arus dengki Korupsi itu… Perebutan warisan menjadi saksi Kata orang, pria itu seksi Kehancuran siap menanti Korupsi itu… Usiamu semakin menjadi Kata orang, perempuan itu suci Tiada daya untuk melerai Korupsi itu… Namun janjimu itu pasti Kata orang, posisi itu singgasana Kelak mereka mampu mandiri Korupsi itu… Selesaikan masalah mereka sendiri Kata orang, penjajah itu singa Dalam ukhuwah penuh damai Korupsi itu… Dan aman itu akan abadi Kata orang, polisi itu sinis Korupsi itu… SYMPTOM Kata orang, pejabat itu sinting Saidna Zulfiqar bin Tahir Korupsi itu… Kata orang, pemimpin itu shalih Risau hati bertanya Korupsi itu… Gelisah hati menanti jawaban Kata orang, pendeta itu sirik Apakah yang tlah terjadi Korupsi itu… Dan apa yang kelak terjadi Kata orang, penceramah itu sufi Apakah aku sakit Korupsi itu… Adakah penyakit berbahaya Kata orang, pedagang itu sialan Hingga kadang jatuh tak sadarkan diri Korupsi itu… Pingsan beberapa menit Kata orang, penjudi itu sial Bagaikan mati sesaat Korupsi itu… Nafasku sesak Kata orang, pezinah itu seks affair Tatapan mataku berkunang-kunang Korupsi itu… Sadar tubuhku berlimang susu Kata orang, pelacur itu simpanan
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 25
Korupsi itu… ENGAGING Kata orang, pencuri itu salah Saidna Zulfiqar bin Tahir Korupsi itu… Kata orang, pendemo itu mencari Those feelings were small like an ant sensasi Spreading as a root plant Korupsi itu… Occupying multiplicity intentions Kata orang, pasien itu sekarat Might not be described the whole Korupsi itu… Till we fell into the hole Kata orang, penipuan itu sakit Pinned under a hazy relationship Korupsi itu… Biased in a partnership Kata orang, penyuapan itu sekali-kali Running after pseudo imagination Korupsi itu… To fu*k off the wild world Kata orang, penyogokan itu stimulus Instead the desired locked up Korupsi itu… Pursue uncertainty wedlock Kata orang, pemakaman itu sunyi Facing many deadlock Korupsi itu… Up to the saturation Kata orang, perangai itu sikap We were small Korupsi itu… Like a small insect Kata orang, pedang itu iman Lived behind colonies Korupsi itu… Seeking for some supplies Kata orang, pegangan itu sunni To resist in a drizzling rain Korupsi itu… We were blind Kata orang, pemaaf itu simpati Reach out permanent hope Korupsi itu… Dancing on other painfulness Kotoran upah sisa No way back and forth Korupsi itu korban singgasana Played game without end Korupsi itu korban posisi Only buried inside reality Korupsi itu korban upah sedikit Like complicated crossword puzzle Korupsi itu korban upaya stimulasi Fulfill the feeling without answer Korupsi itu korban usaha sambilan What we did beyond the limits Korupsi itu korban urusan si bos What we expected more than needed Korupsi itu korban uang stimulus All acts were left over Korupsi itu korban penggerebekan This kind love was so overlaps polisi Among lover, sister and daughter Korupsi itu korban pengguna sisa Colored the sky of my heart anggaran Sometime it turned to blue Korupsi itu korban pelihara simpanan And sometimes it turned to black Korupsi itu korban pencitraan sikap The white one was hidden Korupsi itu korban perusak system Behind the sexual drive and passion Ketika terjepit dipaksa korupsi Coz everything’s burned when we met Ketika kontradik difitnah kolusi You loved me more than I have Ketika berada dalam satu system Hand over what you have Ketika itu pula terinfeksi korupsi Forget sentence before and death Sekarang lantang berkoar sentence Besok lusa tubuh berkalori Break the law to a lower class Sekarang lantang menentang It happened simply Besok lusa Andapun ditendang Easy to recognize Sebagai korban korupsi tanpa korupsi Ticklish to request forgiveness
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 26
This love was an assassin HP ini non-active There must be solution Bukannya rasa terdestructive Toward both of our goodness Karena ingatan terus berimajinative Albeit it was difficult Hati ini tidaklah passive Have to face and accept it Karna Engkau selalu attractive Let it flow like a water Cintamu kekal terconstructive Thus no one hurt Before too late JENUH Definitely convoluted and disordered Saidna Zulfiqar bin Tahir No use to ask your forgiveness Coz we were already voluntary Hati ini lebih berhati-hati Swimming on a sin Mudah terbolak-balik That can’t be avoided Mondar-mandir bagaikan setrika Stored in our brain Telat sedikit hangus Recorded by an angel Gosong bercampur kesal Waiting for payback Tertutupi hitam bekas terbakar In the doomsday Gelap dan semain menjadi angker Seakan penunggu itu berpesta NON ACTIVE Menari di setiap sela kamarku Saidna Zulfiqar bin Tahir Menggelitik setiap tubuhku Mengganggu hari-hari Semua terjadi tanpa sengaja Tiada mampu berkonsentrasi Ketika rasa tak lagi bersahaja Hingga bosan datang memanggil Tubuhpun tak lagi sekuat baja Semua harapan dan impian lenyap Berlalu di usia senja seketika Ketika hati ingin dimanja Harapkan sesuatu datang mengusik Lemahku tiada sempat dipuja Namun kebrisikan semakin nyaring Sadar diri bukanlah raja Gendang telinga terasa bergema Telanjang tanpa kemeja Alaram tanda bencana alam Keinginanpun terjepit oleh meja Bersiaplah untuk mengungsi Tugas tak dapat dikerja Hati itu telah mencair Ketika hatimu dilanda durja Tiada bekas yang mengesankan Haruskah dibiarkan begitu saja Cinta pamit tanpa kompromi Sedangkan kata tetap mengeja Karena manis menjadi pahit Semua terjadi tanpa diduga Cinta itu hanyalah keinginan sesaat Ketika HP tak lagi terjaga Sesaat senang sesaat melayang Sinyalpun hilang dari raga Beribu saat kesal, saat itupun menyesal Lenyap tertelan oleh mega Mengapa semua ini dijalani Pitam kelam berwarna jingga Sedangkan semua jalan terkunci Meraung bagaikan singa Mengapa masih dipertahankan Menyembur seperti naga Sedangkan polisi-polisi di hati telah Menusuk sukma di dalam rongga cuti Asam dan kecut bagaikan mangga Namun itulah harapan Namun kutetap saja bangga Tak mungkin tercapai 100 persen Karena cintamu masih berbunga Jika tercapai maka bukanlah harapan Bergema merdu di telinga Berhentilah berharap Mengalir indah di sungai gangga Selagi mimpi dan cita menanti Kembali bertepi di dermaga Semoga impian kan jadi nyata
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 27
Berhentilah bersungut Tangan ini menebar butiran dosa Karna kejenuhan hanyalah rasa Lemah sudah… Yang timbul karena harapan Kalkulator ini menghitung total dosa Dan hilang bersama impian Lesu sudah… Berubah menjadi hantu Mata ini menatap kembali sisa dosa Selalu menghantuiku Lunglai sudah… Paksakan sesuatu dalam permintaan Sensor ini menebang pohon dosa Hingga bosan melihatmu Stopppp….!!!! Engkaulah sejatinya hantu Stop illegal loving Maafkan bila aku bosan diganggu Sebelum burung tak mampu kencing Maafkan bila kau kutinggalkan Biarkan rasa itu terkancing Putus segera diputuskan Karena hati bukanlah pancing Semoga harapan itu masih ada Datang dan pergi melalui samping Meski kejenuhan merongrong kamarku Hilang seketika disantap kucing Semangat!!! Stopppp….!!!! Stop illegal loving MA’ NIS Meski surat ter- acc bupati Saidna Zulfiqar bin Tahir Stop illegal loving Meski rasa ter-acc simpati Setengah galau kubahagia Stop illegal loving Seperempat sadar terperanjat gembira Sebelum RT ter-acc tsunami Jam dinding terpaku setengah empat Sadarilah… dan sadarkan diri Jantung terasa ingin melompat Ketika rasa itu ereksi Ketika ma’ Nis menelfon Bendungan cinta mengalami erosi Jemuran itu hilang di balkon Meski hati telah direformasi Teringat jemuran Yunchu yang hilang Namun dosa tak dapat dikompromi Kerumunan rindu berdemo girang Bosan sudah… Terganti orasi adikku yang manis Mulut ini mengumbar dusta Hingga hati tak lagi gerimis Bosan sudah… Keadaannya baik-baik saja Tangan ini mengidap kusta Tenangku semakin bersahaja Bosan sudah… Meski Yunchu tak ada berita Tubuh ini bertatokan nista Doaku agar Ia bahagia Bosan sudah… Dua wanita yang kupuja Otak ini terbius rasta Dalam ingatan sperti kamboja Bosan sudah… Menuai ketika lahanku gersang Ranjang ini dijadikan pesta Sirami hati tak lagi bimbang Meski cinta tak bermuara Ku ‘kan tetap menjadi kakak Rasa itu tak boleh dipelihara Meski usia t’lah mendekati kakek Biarkan kujadi biara Doaku untuk mereka berdua Akhiri semua sandiwara Semoga selalu gembira dan bahagia Hindari kuil dari prahara Sebelum tobat tak mampu bicara STOP ILLEGAL LOVING Maaf tak lagi bersuara Saidna Zulfiqar bin Tahir Ketika maut datang mewawancara Sebelum sesal menjadi kesal Lelah sudah… STOP….!!!! Langkah ini menapak ion dosa STOP ILLEGAL LOVING Letih sudah…
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 28
KEAYUAN TERPENDAM Karena pasti… Saidna Zulfiqar bin Tahir Kebisuan itu tetap ada Tergembok kepastian tersembunyi Dunia terus berputar Hanya rasa yang mampu berdendang Roda takdir kian bergulir Mengukir tembok hati Irama kehidupan slalu berubah Yang dapat dirasa jika Engkau merasa Tak ada yang statis Jika tidak…..??? Karena manusia tidak otomatis Hmm…… Tak ada yang istiqamah Biarkan cinta itu tetap kupendam Karena setiap perputaran …. Biarkan rasa itu tetap kurendam Pasti ada sedikit perubahan Biarkan semua ini terlarut dalam Ketika ingin memulai… genggam Terbesit niat ingin mengakhiri Hingga akhirnya basah, bau dan koyak Ketika niat ingin mengakhiri… Karena semua telah berubah Hadirmu memintaku tuk memulai Dan semua harus diubah Masa lalu itu kembali bergema Asalkan Engkau statis berbahagia Asa yang dulu hampir redup Ku ‘kan tetap bahagia Kini bersinar terangi hari Doaku slalu untukmu…Amien!! Rasa yang lama terpendam Terbalut gelapnya dinding hati STRUGGLE Kini berpelangi di musim semi Saidna Zulfiqar bin Tahir Meski status terswitch off Vibrasi itu keras getarkan dada Oh masalah… Kusadar, Engkau yang pertama dan Salahkah aku bila bermasalah terakhir Padahal Engkaulah yang salah Yang ‘kan hadir at the end of shows Tudingkan aku dengan berjuta salah Cinta Terpendam Mengamuk Lagi… Sedangkan aku hanya bisa mengalah Lagu Lama Terrilis Lagi… Engkau mengamuk penuh amarah Kisah Lama didongengkan Lagi… Hati ini menunduk tabah Cinta Lama Bersemi Kembali… Penuh luka begitu parah Cinta pertama hadir tuk mengulangi… Namun masih saja mengalah Tersiksa jika disimpan Karena kutau Engkau pemarah Membusuk jika tak mengalir Tak kan terima saran dan syarah Karna gumpalan itu terlalu besar Kutukanmu penuh serapah Menutup rongga nafas tuk berbicara Padahal aku bukanlah sampah Hingga penyakit itu bertahun kuidap Bicaramu naikkan darah Vonis dokter… Sikap ini tetap saja peramah Aku asma karena cintamu Oh masalah…. Harusnya rasa itu tlah lama terkubur Haruskah aku marah Agar tak ada lagi reinkarnasi Ketika berani kau semprotkan nanah Harusnya rasa itu tetap dipendam Begitu panas bagaikan timah Agar tak ada lagi remunerasi hati Membakar kulit yang tak pernah basah Harusnya kita tak lagi bertemu Membuat rasa semakin gundah Agar hati tak lagi berrevolusi Hingga harapan itu punah Harusnya tak ada lagi kenangan Engkau datang mencari celah Agar rasa itu tak lagi berefolusi Engkau datang gelapkan arah Biarkan ia tetap menjadi ilusi Engkau buat wajahku merah Karena semua ini tak ‘kan ada solusi Engkau rampas hidupku sudah
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 29
Semua itu tak bisa dijumlah Dada ini semakin sesak Oh masalah… Niat itu semakin bejat Tak bosannya kau datang berziarah Haruskah aku…? Mondar-mandir tak bawa hadiah Bodohnya aku…? Padahal kata orang Engkau bertuah Dalam galau terus salahkan diri Tak pernah menerima upah Penuh sesal robohkan diri Hanya datang menggoda dan Hanya bisa memaki diri menjamah Terus saja mencaci diri Namun kadang hidupku kau jarah Benturkan kepala sendiri Oh masalah… Karena begitu berat… Cukuplah sudah Berat semua kurasa Cukuplah aku mengalah Gelap arah yang kupandang Dan tak mau lagi menyerah Haruskah aku membunuh bapak Meski salah ku tak mau lagi mengalah anakmu Karena kutau engkaulah masalah Gilaaa… Yang membuatku salah Fikiran ini memang gila Menyalahkan diri dalam salah Tak waras hati berbicara Padahal Engkaulah yang bersalah Tak sedap bibir berucap Lebih baik aku menghilang KU HARUS PERGI Maafkan ku harus pergi Saidna Zulfiqar bin Tahir Maafkan segala salahku Maafkan aku mendeletemu Jauh sudah… Serta orang-orang dekatmu Jauh sudah kaki melangkah Demi kebaikan kita berdua Berat… Biarkan aku pergi Berat beban ini kurasa Mencoba tenangkan diri Membawa bekal di dada Hingga tenang itu tiba Cinta yang kupanggul Kelak aku kembali Rasa yang kugendong Jagalah dirimu Buntalan hati yang kutenteng Ku ‘kan slalu mencintaimu Harapan yang kukuda Walau hati ini koyak Kini berat kurasa Namun Engkau tetap cintaku Semakin dekat tujuan Semakin sesak di dada MAAFKAN AKU Asma kini sahabatku Saidna Zulfiqar bin Tahir Pernah kubayangkan Dan sempat terfikir Alpa dalam kehilafan Setelah berbagi beban itu Yakin penuh penyesalan Hati ini terasa lega Ulah siasat kebodohan Sebagian telah Engkau ambil Takdir ini pun disalahkan Paling tidak telah berbagi Janji mulai terabaikan Namun ternyata ‘Tidak’ Emosi jiwa tiada tertahan Hati semakin terbebani Aku salah mengambil keputusan Rasa kian memberontak Yahudi tertawa penuh kepuasan Hampa slalu tanpamu Untung nomor masih tersimpan Resah tanpa kehadiranmu Tuk mengetuk pintu permohonan Setelah fakta kutemui Jendela hati merajuk tangisan Rasa ini semakin gila Endapkan maaf penuh keikhlasan
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 30
Andai tiada kebersamaan Demi keutuhan yang belum utuh Yang ada hanya kegilaan Dalam harap kupinta izinmu Usil ajukan gagasan Damaikan rasa di telapakmu Tenggelamkan diri dalam lautan Demi memaafkan keakuanku Jahat mengambil tindakan Nada ini hanya untukmu Enggan meminta pertimbangan Nama Yuku adalah jiwaku Ada apa gerangan Nadi ini tak berkutik tanpamu Yang kuperoleh kegelapan Nazar ini kan kusimpan selalu Usia tlah mengalami penuaan Akan kujaga rasa ini Tabur benih-benih permusuhan Asalkan Engkau mengizinkanku Jelas aku telah kerasukan Agar aksi tak lagi salah Emang dasar aku kesetanan Akhiri cerita penuh bahagia Apa yang aku inginkan Yayu selalu saja berikan TAK INGIN Untung masih ada harapan Saidna Zulfiqar bin Tahir Terus berbagi kebahagiaan Jangankan melalui BBMan Tak ingin menggaggu ketika menunggu Emailpun masih dipersilahkan Tak ingin merayu ketika dirimu meraju Anggaplah aku keliru Tak ingin berlabuh jika ombak Yang siap untuk ditinju menderu Urusan hati selalu kutuju Tak ingin menaruh jika pinta tanpa Tuliskan semua rasa tentangmu restu Jewerlah kupingku ini Tak ingin berguru meski adanya di Enyahkanlah sgala kebodohanku surau Aku hanya bisa memohon Tak ingin bergurau meski rasa itu Yang berhak hanyalah kamu kacau Untuk memberiku kesempatan Tak ingin memandu pabila rasa Temani hari dalam kesendirian membeku Jalani hidup ini bersamamu Tak ingin berpangku pabila tangan di Ending penuh kebahagiaan dagu Azan isya telah memanggil Tak ingin menggerutu walau hati Yang kuingat hanya salahku cemburu Upaya untuk perbaiki diri Tak ingin menjamu walau rasa ini Telfon meminta sudisediamu bertalu Jadikan aku kekasih hatimu Tak ingin berburu saat bibir tak Eratkan ikatan itu tuk selamanya bergincu Sengaja kuukir namamu Tak ingin bertemu saat mata mulai sayu Saat sesal datang memanggil Tak ingin menunggu ketika itu Sejenak cinta terpause kaku mengganggu Selama maaf belum bergulir Tak ingin meraju ketika semua hanya Aku salah dalam mengira rayu Aku bodoh tiada terkira Tak ingin menderu jika sauh kan Aku kalah ketika bertahan berlabu Aku bertahan ketika kalah Tak ingin restu jika pinta sekedar ditaru Inilah aku datang meminta Tak ingin menyurau meski sekedar Indahnya maaf dari yang dicinta berguru Inilah aku datang memohon Tak ingin mengacau meski sekedar Iklasnya cinta tuk dimaafkan bergurau
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 31
Tak ingin membeku pabila arah Tak ingin pilu meski cinta tak lagi terpandu berkilau Tak ingin mendagu pabila rasa itu Tak ingin merdumu pabila suaramu berpangku melagu Tak ingin cemburu walau hati Tak ingin kaku pabila kaki lincah menggerutu melaju Tak ingin bertalu walau hidangan Tak ingin tertuju walau arahanmu pasti terjamu tertuju Tak ingin bergincu saat langkahmu Tak ingin jemu walau rasa ini slalu terburu merindu Tak ingin sayu saat pandangan mata Tak ingin berdebu saat harapan itu bertemu berabu Tak ingin layu saat pintamu lemas dan Tak ingin menyeru ketika resah parau menghalau Tak ingin alpamu ketika hati ini Tak ingin mengadu ketika hasrat ini memanggilmu galau Tak ingin memanggilmu ketika sadar Tak ingin memadu jika keberadaan itu alpamu terpadu Tak ingin hadirmu saat keinginan itu Tak ingin meramu jika takaran telah meragu baku Tak ingin meragu saat menginginkan Tak ingin menyusu meski kadang hadirmu belagu Tak ingin melayu walau seram terlihat Tak ingin berkilau meski cinta menjadi kemayu pilu Tak ingin kemayu walau senyummu Tak ingin melagu pabila nada terdengar tetap ayu merdu Tak ingin melaju pabila kaki semakin SUARA SUMBANG kaku Saidna Zulfiqar bin Tahir Tak ingin menuju walau arah pasti tertuju Sumbang tandukmu sumbangkan tanya Tak ingin merindu walau rasa ini kan Senyum sapamu siapa yang terima jemu Lembut tuturmu lentur lemburkan asa Tak ingin berabu saat paras tertimpa Labil tawamu tak labil ketika tertawa debu Bahagia katamu tapat bahagiakan dada Tak ingin berparau saat suara mulai Bahagian akhir pesanmu satu terbagi layu dua Tak ingin menghalau ketika rasa Jawaban singkatmu jawabkan kata menyeru tanya Tak ingin galau ketika hasrat ini Jaringan sosialmu terjaring triad mengadu keluarga Tak ingin terpadu jika keberadaan itu Kata manis kini tinggal sasa pelaris memadu rasa Tak ingin bahan baku jika pintar tuk Karang terjal menjajal obral karangan meramu baja Tak ingin belagu meski kembali lagi Sibuk akalku menerawang jauh ke menyusu angkasa
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 32
Sabuk harimu terlucuti paksa oleh Biarkan laminan itu berlayar tanpa prahara bahtera Kental panggilmu tak lagi biasa Berikan lamunan itu tahta tanpa bersahaja mahkota Keram langkah pasti karam di Semua kembali padamu seperti semula samudera Semula engkau kembalikan maunya Beku hatimu cairkan salju para dewata semua Bekuk diri kepincut rasa hati terpenjara Dunia dalam berita di tvri telah lama PUPUS tiada Saidna Zulfiqar bin Tahir Duka dalam derita selamanya tetap tersisa Aku bukanlah lupus Warna pagi buta membiru di kelopak Pengidap penyakit tipus mata Bukan pula homo erectus Wangi kasturi harum semerbak antara Pelestari alam imaji kaktus rongga Dan bukan juga kakus Mawar melati melayu-layu di taman Menelan apa saja bagai paus eden dunia Karna aku masih miliki focus Mawas hati kaku menanam ganja di Yang mesti selalu serius kolombia Aku bukanlah dewa Zeus Pintamu dulu mendahului pita Bukan pula seperti Darius pelantikan raja Yang punya daya radius Pintu kebahagiaanmu kembali seperti Mendorongmu terjerumus sedia kala Hanyut terbawa arus Canda itu pasti jelas memberikan suatu Yang timbul bagai kardus makna Terbukukan di dalam kamus Candi prasasti sebagai tanda peradaban Dan disimpan di perpus kampus purba kala Aku bukanlah virus Nama indahmu tertato kekal di tembok Bukan pula kapur barus asmara Yang membuatmu diinfus Namun mengapa tembok asrama auri Lantaran tertelan gabus yang kuasa Hingga tubuhmu begitu kurus Obrolan malam tak lagi kunjung kabar Hasrat bukan tubuhmu mulus berita Namun semua dapat berjalan terus Obralan penggalan kata tak mungkin Meski tak pernah diurus dicerita Meski aku memang rakus Tiada maumu yang tak mungkin Doyan mengunyah asparagus diterima Apalagi di bulan Agustus Tiap saat langkahmu jauh melanglang Sudah menjadi tradisi siklus buana Karena engaku adalah venus Usia manusia memanusiakan segala Slalu kompromi dengan minus raga Kembalimu hanya ke firdaus Usai lansia pasti tak usah lagi Karena itulah jalan yang lurus berolahraga Kapasitas diri tak mampu berkipas Aku hanya seorang alumnus neraca Kadang penilaianmu padaku bagus Kepastian nanti tak ada yang bisa Karena semua itu memang harus menduga Bukan sekedar suatu jurus
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 33
Yang slalu dikenang terus Andaikan semua hayal itu kembali Karena semua itu telah pupus berdiri Biarlah tubuh ini menjadi kurus Biarkan semua angan itu terbunuh Biarkan focus ini slalu diinfus sendiri Biarlah rasa itu hangus Andaikan sikap ini terlalu jauh dari jati Biarkan bara itu mampus diri Biarlah semua itu pupus Biarkan maafku menyalahkan diri Semua ‘kan pasti terputus sendiri Bagai deretan seri terputus Biarlah kesalahan itu tanggungan Terus dan slalu saja terus sendiri Lenyap sendirinya dan terhapus WARNA-WARNI SENDIRI DI BANK MANDIRI Saidna Zulfiqar bin Tahir Saidna Zulfiqar bin Tahir Merah lambang keberanian Andaikan kesendirian itu bisa sendiri Merah padam wajah itu Tak perlu repot antri di bank mandiri Merah muda pesonamu Andaikan pendirian itu bisa berdiri Merahmu itu kemaluemosian Tak perlu melamun dan duduk sendiri Merah ini menakutkanku Andaikan aku mampu berdiri sendiri Merahku semakin mengerikan Tentu ‘kan kupilih untuk tetap mandiri Merah ini membuatku merah Andaikan waktu terbuang di bank Merah itu semakin merah mandiri Merah yang tak pernah diduga Tentu ‘kan kupilih untuk tetap sendiri Memerah tanpa sebab Aku butuh kesendirian dalam sendiri Merah gincu memerahkan asa Menyendiri merenungi bekas tapak diri Merah lambang ketakutan Yang lama tlah hilang label harga diri Merah lambang kematian Usang termakan akar serabut jati diri Merah itu kan menjadi kain putih Hingga keinginan itu memaksa berdiri Putih kan selalu suci Di sini pantasnya aku memosisikan diri Putih dan halus seperti kapas Di sini harusnya berdikari dan mandiri Putih hasrat tanpa noda Walau kesendirian ‘kan menyiksa diri Putih slalu dalam kelembutan Izinkan aku sendiri Putih niatmu merasa Biarkan aku menyendiri Putih tulangku mulai rapuh Perkenankan aku perbaiki diri Putih pintamu berbisik Jauhkan aku dari penyiksaan diri Putih rambutku terwarnai Biar tak ada lagi pembunuhan diri Putih pintaku beranjak Hingga saatnya aku dapat berdiri Putih harapmu kelam Terbebas dari segala kesombongan diri Hitam itu harus kugenggam Sendiri penuh mandiri Hitam pitammu meraung Andaikan kesendirianku duri bagi diri Hitam tindakku tertunduk Biarkan aku yang mengangkatnya Hitam hasil karyaku tercoreng sendiri Hitam kesucianmu olehku Andaikan kemandirian membuatmu Hitam warna hatiku bagai kopi sendiri Hitam tatapmu tak berkedip Biarkan kemuliaan itu pelihara harga Hitam ragaku yang engkau damba diri Hitam raut wajahmu aibku Hitam kelam harus berakhir
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 34
Hitam itu kian menghitamkan hari Kekecewaanmu patut diterima Hitam legam memar membiru Biarlah kebencianmu kusimpan Biru hatimu dengan hitamku Sebagai tanda mata darimu Biru laut asmaramu oleh tinta Meski rasa itu ada Biru tatapmu memburu angan Namun semua menahan dada Biru hasratmu oleh cintaku Biarlah cerita itu berlalu Biru rasamu tak berkesudahan Biarlah kan kusimpan selalu Birukan aku dengan kebiruanmu Karna rasa seperti bolu Biru itu biarlah menjadi merah Namun kini t’lah berlalu Merah yang slalu menakutkanku Di antara belahan hati bertalu Merah yang mematikan Kini kan menjadi masa lalu Memerahpadamkan wajah ini Yang terus dikenang selalu Merah karena mimisan Meski belum tiba saat pemilu Merah karena merahnya urin Putusan takdir ada di deplu Merah sebagai hantu merah Biarlah asa itu menjadi benalu Merah karna mungkin ulahku Meluka dan terluka oleh sulu Merah yang kan menghabisiku Pahit getir bukanlah pilu Merah itu kan mewarnai hidup Sebelum semua berakibat malu Merah itu merah pendammu Kutau murkamu padaku slalu Merah itu merah padammu Tudinganmu menyisakan pilu Merahmu itu merah padaku Wajar karena dirimu pemalu Merahmu itu tersimpan selalu Sesuatu darimu kan kuingat slalu Merah yang telah menghitamkan Rasa itu tetap berasa bolu Merah yang telah membirukan Ku kan ada untukmu slalu Merah-putih niatmu Meski masa itu tlah berlalu Merah karena hitam biru warnaku Kebahagianmu kudoakan slalu
BIARLAH BERLALU BANGUNKAN MIMPI
Saidna Zulfiqar bin Tahir Saidna Zulfiqar bin Tahir
Kutau kumenyakitimu Ketika mata ini terpejam
Kusadar kumenghianatinya Sesaat hati mulai terkekang Antara aku, engaku dan dia Perasaan ini semakin tak keruan Harusnya tak ada kamu Otak semakin tak masuk di akal Adanya aku karena adanya Bertanya meminta jawaban Adanya kamu karena ketiadaannya Pikiran selalu saja menginterupsi Mestinya dia di sampingku Berharap adanya kepastian Namun engkau ada di dekatku Nalar ini selalu saja berdalih Patutnya dia yang menemaniku Perang otak dan hati berkecamuk Bukan engkau menjagaku Tiada kesimpulan dan kedamaian Semua itu memang salahku Tersampul erat dengan simpul mati Yang tak mampu berbagi Tiada pangkal dan ujung Berani mengambil resiko Tumpang tindih nomenon-fenomenon Bermain di anatara ples dan mines Mengalah pasti keterpaksaan Yang belum pasti sama dengannya Kepasrahan hanyalah hasil Berkali mencoba mengali Semua itu ‘kan menjadi harapan Hasilnyapun kan hanyut di kali Yang maybe not maybe yes Keegoanku dalam bertindak Di penghunjung akhir cerita
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 35
Ketika tubuh ini tergulai Rasa terjambak ketika tercampak Semangat datang menghampiri diri Tercampak itu hanyalah perasaan Bangkit adalah suara yang terdengar Perasaan kecewa yang mungkin ada Kata Sadar semakin keras menggertak Ada sesuatu di balik ini semua Paksakan diri meraih tujuan Semua itu demi kebaikan kamu Yang tlah diniatkan ketika melangkah Kamu yang telah menyadarkan aku Cita awal bukanlah angan Aku yang tlah lama lupa diri Yang terlupakan di saat alpa Diri ini tak pantas untukmu Mungkin hasrat itu mulai melemah Untukmu segala kebaikan Namun bukan alasan tuk diabaikan Kebaikan itu adalah kebahagiaan Karena keabaian tak selamanya abadi Kebahagiaan yang engkau harapkan Sesaat datang menggoda Harapkan seorang pangeran berkuda Merayu dan pergi berlalu Berkuda membawa semua impianmu Ketika semua itu tak digubriskan Impianmu sejak kecil di setiap mimpi Diamlah dan jangan terpancing Mimpi yang kelak menjadi nyata Karna umpan itu kan menjerat Nyata engkau dapatkan dalam duniamu Pikun pasti kan menyerang Duniamu yang sulit aku ciptakan Berantakan hasil yang diperoleh Ciptakan kehangatan dalam mendua Ketika otak ini terbangun Mendua yang tak mungkin menyatu Spontan mata ini terbelalak Menyatu dalam ikatan yang suci Begitu banyak paku dan duri Suci seperti dirimu semula Ciutkan nyali dalam beraksi Semula engkau begitu adanya Langkah tertahan ragu tuk maju Adanya dirimu bukan untukku Mundur hanyalah pembedohan diri Untukku hanyalah banyangmu Bertahan adalah upaya dalam meraih Bayangmu kan slalu menyertai Sungguh proses ini hanyalah rel Menyertai setiap kata terucap Yang pasti akan ada akhir Terucap ketika engkau meminta Bahagia atau tidak itu cuma rasa Memintaku menjauh dari hal itu Siap diterima tatkala diraih Itulah pintamu padaku slalu Selama arus itu tidak dilawan Slalu kuingat di setiap waktu Kebahagiaan kan menjadi piala Waktu yang tlah kita lalui bersama Dan kesuksesan itu harga mati Bersama berbagi untuk terima Terima kasih selalu untukmu TERIMA KASIH Untumu selalu ku kasihi Saidna Zulfiqar bin Tahir Kasihi sebelum semua terlambat Terlambat tobat masuk neraka Kau yang membuatku berhenti Neraka yang selalu engkau bicarakan Berhenti bercanda dan bermain Bicarakan untuk senantiasa kujauhi Bermain api di dalam kamar Jauhi segala keburukan dulu Kamar bergas mudah terbakar Dulu yang engkau takutkan dariku Terbakar kapok sulit tuk padam Dariku semua ulah dan cerita Padam keinginan untuk merasa Cerita yang pasti terjaga Merasa kehangatan di dalam dosa Terjaga ketika pulas bermimpi Dosa besar yang tiada maaf Bermimpi tentang diriku yang pergi Maafkan aku ketiak meminta Pergi dan jauh meninggalkanmu Meminta itu lagi dan lagi Meninggalkanmu untukmu tenang Lagi lagi derita itu terukir Tenang jalani hidup Terukir indah pahit itulah rasa Hidup yang normal seperti niatmu
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 36
Niatmu yang suci menyadarkan aku Kini, kita telah terpisah oleh ruang dan Aku sadar dengan adamu waktu Adamu pasti kan kukenang Kutelah kehilangan cinta sucimu yang Kukenang dari semua tulisanmu telah pergi Tulisanmu tentang kepedihanmu Begitu jauh membuatku tak mampu Kepedihanmu karena ulahku mengejarnya Ulahku sembrono menyakitkan Begitu tinggi membuatku tak mampu Menyakitkan rasamu ketika tenang menggapainya Tenang dekat di sisiku Cinta itu telah pergi, cinta yang Di sisiku semua engkau dapatkan merasuki jiwaku Dapatkan semua macam kasih Tinggal bayangan yang menyelinap Kasih yang ingin engkau terima dalam rongga hati yang sekarat Terima kasih tulus dariku Aku yang telah membuatmu beranjak Dariku ku sangat berterima kasih pergi dariku Ini salahku, ini bukan salahmu PENYESALAN Aku yang meragukan ketulusan asamu Saidna Zulfiqar bin Tahir (TK) Ini salahku, ini bukan salahmu Aku yang mengabaikan kesucian Kucoba menilik tabir itu, tabir yang cintamu mengisahkan kita Ini salahku, ini bukan salahmu Kisah yang berderai senyuman dan Aku yang melemahkan kekuatan tangisan kita kasihmu Senyuman yang hanya kita Ini salahku, ini bukan salahmu menggilainya Asmara kelabu ini telah memisahkan Tangisan yang hanya kita meresapinya kita Hanya kita yang merasa segala gelora Meninggalkan jejak menganga perih misteri itu Jejak itu akan selalu terukir kalut di hatiku Di balik bilik itu, kita selalu bergelayut Selalu kujaga dengan derai air mata indera Kupagari dengan keris-keris Merasakan segala saripati cinta kita penyesalanku Hanya kita yang menyadari lenyapnya Kuharap selalu ada terpatri di prasasti akal itu hatiku selamanya Hanya kita yang merasakan debaran Seandainya Sang waktu dapat kembali kalbu itu Kuingin engkau selalu berada di Sungguh aku telah jatuh dalam sampingku kemesraanmu Bersandar dibahumu, melepaskan segala beban jiwaku Hatiku bertaut pada pesonamu yang Mendengarkan segala butiran mutiara menggoda bijaksanamu yang menyejukkanku Tatapanku melekat pada indahnya Seandainya Sang waktu dapat terulang parasmu Akan kuhidupi cintamu dengan Senyuman oh senyumanmu denyutan nadiku membuatku jatuh rasa Akan kusirami cintamu dengan tetesan Detak jantungku seakan berhenti ketika darahku kita beradu indera Cintamu yang sebening embun Aku telah lunglai dalam pelukan hamparan savanah hasratmu
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 37
Sejujurnya aku tak bisa bernapas tanpa Aku gila, aku sedih, aku merana ada dirimu Aka tak tahu apa yang berniang Aku gila tanpa dekapan cintamu yang dihatimu tentangku hangat Lama itu mengeringkan raga Kembalilah ke singgasana cinta kita Tahukah engkau akan ketidakpastian Hanya ada kamu dan aku bergelayut wahai yang disana manja dalam mahkota kasmaran Malam tambah merasuk, langit kelam Tapi semua hanyalah rajutan mimpi mati dalam selendang harapan hampa Busur tajam menusuk, engkau yang tak Aku menyesal atas penindasan cinta membidik hati dan hatimu Matamu menceritakan akan rasa Jujurku hati ini bersemayam hanya padaku untukmu Tapi aku ragu akan penglihatanku Lalaiku diam membisu akan Senyummu melukiskan akan cinta keraguanku padamu yang bias padaku Tapi aku ragu akan firasatku RISAU Tubuhmu menari akan hasrat kepadaku Saidna Zulfiqar bin Tahir (TK) Tapi aku ragu akan pikiranku Hatimu melontarkan kasih padaku Cinta itu kuramu dalam bilik hatiku Tapi aku ragu akan perasaanku dengan sumringah Aku ingin engkau menjadi Arjuna Kujaga dengan seluruh hidup agar tak untuk Srikandi seorang pun menjamah Meluncurkan panah kasih di ulu hati Kesetiaan itu kuhanturkan untuk dirimu Aku ingin engkau merangkai kata-kata seorang di pinggir bibir Tanpa perhitungan yang menggoda Menyejukkan telinga akan cinta ruang akalku indahmu Tanpa berfirasat lentera membakar Tetapi engkau hanya diam membisu kalbuku Engkau hanya diam mematung Kubiarkan palung itu menancap Seakan engkau menyimpan ketakutan dilautan kepasrahanku dalam peti hidupmu Hanya pelitamu menyinari rongga Bahwa aku adalah kepingan cerita hatiku bidadari-bidadari masa lalumu Kuabaikan setiap nakhkoda yang Tubuhku diam membeku akan merapat dinginnya dirimu karena hanya perahumu di hati yang Kelelahan itu meremukkan hatiku terpahat Menelusiri terowongan keraguan yang Bintang berpencar, bulan memencar memuncak Di hatiku, hanya dirimu melancar Kesedihan itu mencekik cintaku Kadang ragu, kadang bimbang Menjatuhkanku dari awan penyerahan Tentang neraca cintamu ketika yang menghitam kumenimbang Kesunyian itu mematahkanku Kuhanya menanti, menanti dan menanti Mendiamkan di dalam ruang Untuk aku menjadi berarti penghampaan yang menyepi Sepi begitu mendesak, sunyi begitu Rasa sepi itu menyelinap dalam menekan pelupuk sendiku Kumenyelubung rasa yang tak Ketika asaku tak lagi terjaga terungkap
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 38
Seharusnya roh beranjak dari ragaku Dosa yang melilit diriku tanpa memberi Agar aku tidak ketagihan dengan kesempatan untuk memilih candu-candu suram ini Kenapa engkau begitu memabukkan Pergilah….beranjaklah….hilanglah hidupku? Kekuatanku telah pergi jauh terbang ke Dosa yang mencengkram diriku jahannam Tanpa memberiku kesempatan untuk Mencambuk setiap kepingan hatiku merintih padamu Kenapa engkau begitu menyesakkan Dan engkau hanya diam membeku napasku? dengan mata berkaca Aku mulai merasa terbuai dengan dosa Maafkan aku yang tak berdaya akan itu hati ini Wahai dosa, tebarkanlah kemurahan Ingin kunyanyikan nada-nada kasih ini hatimu padaku Tapi aku adalah hawa, kamu adalah Atas kepatuhan yang menyelinap dalam adam diriku Maafkan aku yang linglung karena Setiap menaati gemulai tubuhmu perangaimu Wahai dosa, nampakkanlah belas Yang bagaikan Rama ketika berucap kasihmu padaku cinta dalam bisu Atas kebahagiaan yang meresapi diriku Tapi aku memiliki telinga untuk Setiap menelusuri lekuk tubuhmu mendengar nyaring Kuharap engkau menelantarkanku di Maafkan aku yang tak memahami jalan penuh terjal dirimu Untuk memberiku kesempatan Pandangan cintamu selalu menemui jalanku melumpuhkan saraf-sarafku Mungkinkah engkau akan pergi dariku? Tapi aku membutuhkan pelukan hangat Sejujurnya, engkau adalah candu yang yang tersentuh memabukkanku Maafkan aku yang melepas tali cinta Mungkinkah engkau akan lepas dariku? kita Sejujurnya, engkau adalah sepoi yang Karena aku tak memahami akalmu menyejukkanku Karena aku tak memahami batinmu Pelanggaran yang tidak membiarkanku Aku tersesat menyelinap dalam labirin jera untuk mengulanginya rasamu Dosa, Kenapa aku harus mencintaimu? Engkau menyelinap dalam lubuk asaku SANG DOSA terdalam Saidna Zulfiqar bin Tahir (TK) Membawaku terbang ke langit ke tujuh Menari-nari bersama bidadara-bidadara Katanya, sesuatu yang dilarang oleh nirwana Tuhan itu dosa Terkadang aku ragu apakah engkau Tetapi kenapa Tuhan membiarkannya benar-benar dosa? meresapi jiwa ragaku Terkadang, melakonkan dirimu bagai Kuucapkan seluruh mantera-mantera hati tersayat sembilu Tuhanku untuk menangkal dosa Terkadang, menyatu denganmu bagai Namun kenapa Tuhan tidak makan buah simalakama mengizinkannya beranjak dari Tetapi, aku tak mampu memaksamu singgasanaku untuk berhenti Aku mulai ragu dengan apa dosa itu Tetapi, aku tak mampu menolakmu sebenarnya untuk berhenti
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 39
Engkau begitu memujaku dengan Aku yang merasa berada dalam menyuramkan nuraniku kebimbangan tak berujung Setiap detak jantungku, kuberdoa Kutelah mengaburkan kemurnianku kepada Sang Penciptaku Kutelah mendustai kenuranianku Agar aku mampu melepaskan jeratan Kubiarkan diriku tenggelam nikmat dosa itu dalam lautan penyayatan Setiap denyut nadiku, keberharap Walau kusadari rohku telah terampas kepada Sang Pemilikku tak berbelas Agar aku tidak dirasuki oleh pesona Kubiarkan diriku meneguk racun dosa itu berbisa pilu Tuhan, Engkaulah Sang Pencipta dosa Walau kusadari telah melemahkan itu, maka lenyapkanlah dariku jasadku yang membiru lunglai Dosa, sang pemilik pesona yang Telah kuterima penindasan hati ini memikat dan menghancurkan Dari titik kelam terdalam perihku Aku mencintai dan membenci mu Telah kupasrahkan diriku kepada dalam satu masa ketentuan cerita hidup yang meletihkan Engkau sepertinya tidak akan pernah Akankah semua berakhir? melepaskanku Iya, semua berakhir dengan serpihan Hanya karena satu alasan, aku manusia kalbu yang hidup Akankah semua pergi? Kukira Tuhan pun menyetujui Iya, semua telah pergi meninggalkan pendapatku jejak luka Hanya sendiri kubermukim dalam CERITA HATI lingkaran kelam yang tak seharusnya Saidna Zulfiqar bin Tahir (TK) ada Lingkaran yang melemaskan hati Kumenusuri koloni pasir yang hitam Tiada henti untuk mengakhiri pekat itu tanpa perisai Kuizinkan tubuhku disengat kaisar hari SLAMAT JALAN dengan penuh gairah Saidna Zulfiqar bin Tahir Kubelai kaktus berduri racun yang (Dedicated to Jazuly Hasan) melemahkan insanku Kulepas dahagaku dari fatamorgana Sekian lama tiada kabar inderaku Berita tentang dirimu Kubiarkan diriku melebur dalam api Sekian tahun kau menghilang harapan sendu Bagaikan ditelan waktu Kusesatkan jiwaku dalam setapak Tiada seorangpun tau kabur yang muram Dimanakah engkau kini Oh Tuhan, apakah akalku telah terbang Hingga tiba suatu waktu ke firdaus? Duka datang mengusikku Yang membuatku tak mampu Slamat jalan kawan smoga engkau mengecap asa pahit dan manis tenang Oh Sang pencipta, apakah jiwaku telah Slamat jalan teman dirimu ‘kan bersemayam di langit? dikenang Yang memberanikanku tak tahu arti Sekian tahun kita bersama dari sebuah arti Penuh canda dan penuh suka Aku yang merasa bukan bayangku, Secapat itu berakhir Oleh duka yang tak terduga
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 40
Hanya doa kupanjatkan Arah yang terbayangkan Semoga engkau bahagia Bersama bayangmu Dalam kasih dan rahmat-Nya Dalam bayangmu Surga itu ‘kan jadi milikmu Slamat jalan kawan smoga engkau BIARLAH REDUP tenang Saidna Zulfiqar bin Tahir Slamat jalan teman dirimu ‘kan dikenang Redup…semuanya redup Slalu bersama dalam kenangan Hati tak lagi berdegup Menitip masa depan Tak ada lagi bintang bersinar Tak ‘kan ada lagi sinar menyilaukan BAYANGAN Kembali gelap seperti semula Saidna Zulfiqar bin Tahir Tanpa ada risau membisingi hari Biarlah kokok ayam menemani Cinta itu bayangan Biarlah kicauan burung menghiasi pagi Cinta akan bayangan itu Hidup dalam persemedian sementara Bayangan itu cinta Meraih ketenangan pengukir jiwa Bayangan itulah yang kucinta Hingga larut dalam kedamaian Itulah bayangan cinta Menyatu dalam asanya cita Itulah cinta akan bayangan Redup…cahaya itupun redup Cinta membuat terbayang Cinta tak lagi bertepuk Terbayang membuat cinta Tak ada lagi rasa untuk merasa Melayang bagaikan layangan Tak ada lagi harapan tuk berharap Terjatuh perlahan Normal seperti sedia mula Di dataran hati yang rentan Tanpa ada beban janji menagih Dan tak terbayangkan Biarlah kesendirian menemani Karena itu hanya bayangan Biarlah kesunyian lorong ini memapah Yang tak pernah terbayangkan Hingga jenuh datang menghampiri Biarlah kumaknai bayangan Berpaling dari asa ke nyata Membayangi setiap makna Redup…harapku harapanmu redup Damai dalam bayangan Rasa hati semakin meredup Bayangan akan kedamaian Rasa ini tlah bebal merasa Membayang-bayangi sengatan Hati ini tlah keram kesemutan Member bayangan kesejukan Biarlah darah ini lancar mengalir Meski semua terbayang Biarlah keluangan menghilangkan kaku Nyata namun bayangan Hingga sadar hadapai kenyataan Bayangan itu kenyataan Tiada harapan tertitip padamu Kenyataan yang terbayangkan Semua biasa karena terbiasa Bayangan cinta terbayang Jalani hidup manusia normal Karena engkaulah bayangan Dalam kesuksesan yang diimpikan Membayangi dosa Redup…semuanya redup Mengakhiri bayangan dosa Redupkan perasaanmu tuk berdegup Biarlah hidup dalam bayangan Karena hati tak selamanya dag dig dug Bermain bersama bayangan Biarlah redupku meredupkanmu Agar kenyataan tidak membayangi Karena semua pasti meredup Trima kasih bayangan Letih hati berdegub Bayangilah aku dalam bayang-bayang Reduplah…reduplah…!!! Bayangan menuntun arah
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 41
KONDOMISASI HATI Dicabik dan tercabik Saidna Zulfiqar bin Tahir Tak seorangpun menghiraukan Kepingan malu tak dapat disatukan Hati ini laksana balon Meski alteko perekat skandal reputasi Terisi namun hampa berudara Semua tlah bertebaran bagai kapas Ditiup meninggalkan virus Tertiup angin dan tak kembali Peniuppun mengidap enceng gondok Dalam sesalan tanpa henti Bangga dalam ngos-ngosan menatap ukuran AROMA TERAPI Inilah balonku…. Saidna Zulfiqar bin Tahir Berwarna merah bercorak HBD Mengembung mudah terbawa angin Dunia bagaikan ruang kecil Melayang tinggi tinggalkan penguasa Berukuran mungil 3x2 cm Tersangkut ranting dahanpun jadi Tiada jendela tiada fentilasi Tak sadar ukuran mulai mengempis Semua orang pengap di dalamnya Enggan jatuh menyentuh bumi Susah bernafas dan bergerak Malu dan gengsi turun kembali Menindis dan menindas Mengendap anjlok kedap suara Berlomba mendekati pintu Sensitif meledak tertusuk duri Kadang menggali pintu rahasia Hebohkan massa karena ulahmu Sesak… Ternyata oh ternyata… Penat… Puingmu tak berguna lagi Ruang kecil Selain santapan ayam kelaparan Ruang sempit Dicabik dan tercabik Kita terkurung di dalamnya Tak seorangpun menghiraukan Kita berputar di dalamnya Dan kita berakting di dalamnya Hati ini bagaikan kondom Semua orang menabur Terlipat rapih tiada yang tau Mengoles aroma terapi Terkemas indah wajah Julia peres Memoles aroma ter-api Keluguan bocah menyangkanya balon Hangus terbakar Besar kecil ukuran bukan masalah Demi kemenangan di ruang sempit Hitam putih boleh memilih rasa Dengan secuil kemenangan Tipis kulit arimu meragukan Aroma terapi menjadi api Namun elastismu kuat menampung Senyum penuh alasan tetapi beban Karena ruang ingin dikuasai Benci dan dengki tertampung safety Mencekik.. Meski nikmat kurang dinikmati Membunuh... Karenamu penghalang EDI (ejakulasi Yang penting ada udara dini) Menjual air segar Cinta dan nafsu bobolkan tembok Menggadai udara sehat Banjir adalah luapan perasaan Dikikis dari tembok kamar Menggebu tatkala lupa posisi Hingga ruang semakin beruang Langit-langitpun bocor tersiram air Bicara penuh aroma terapi Dua minggu kemudian ajal kan tiba Sikap terpoles aroma terapi Heboh massa karena ulahmu Gaya bak penjual aroma terapi Ternyata oh ternyata… Semua topeng yang ber-api Kondommu tak berguna lagi Semakin memanaskan ruang Selain santapan anjing kelaparan Dengan keharuman palsu
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 42
Menyengat seluruh tubuh Aku bangga dengan cantikmu Berdalih obat penyehat Engkau yang awalnya kuundang Menyengat ruang Aku lupa diri sendiri Bercampur peluh dan minyak Aku lupa Tuhanku sendiri Sesak di dada Aku lupa undangan Tuhanku Tak lama lagi Aku abaikan mengundang Tuhanku Ruang ini kan hangus terbakar Karena kebanggan aku bangga Tak dijamin lagi Dibalik kebanggaan aku merugi Aroma ini kan menjadi lidah api Tolong tebuskan kerugianku Lenyapkan ruang Ternyata kamu tetap membisu Sisakan puing dan debu Ternyata kamu bukan penolong Tiada warisan Melainkan setan Tiada harapan Beranak sejuta pemuja setan Semua pasti binasa Mengejar segala pujaan Oleh harapan penjajal aroma terapi Merebut hati demi pujian Oleh sikap yang berapi Tak ubah laksana setan Berpoles keinginan pribadi PAIN IS FINE PEMUJA SETAN Saidna Zulfiqar bin Tahir Saidna Zulfiqar bin Tahir Musim buah telah tiba Harta adalah ukuran Lagu itu seakan tak bernada Jabatan sebatas kuburan Jelas liriknya menggoda Kecantikan hanyalah ukiran Iramanya mengundang laga Semua lahan pujian Sedikit sinis dalam menghina Semua bahan pujaan “Sakitnya tuh di sini” Puja pujian laksana mantera Sadar diri telah berusia tua Mendekatkan diri pada setan Mudah sakit dan malaria Jadikan engkau setan Tipes langganan setia Yang suka dipuja dan dipuji Tawakkal sejenak hati berkata Engkaulah wanita pujaan “Nikmatnya tuh di sini” Karena setan dalam kecantikanmu Sakit menyadarkan alpa Akulah pemuja setan Sakit menegur angkuh yang suka lupa Engkaulah hartawan tiada tandingan Bersyukur akan nikmat-Nya Karena setan dalam hartamu Indah dalam ketentraman Akulah pemuja setan Dapatkan segala kekurangan Engkaulah pejabat teras Sadar masa yang kan tiba Karena setan dalam jabatanmu Bersiap dalam ketidaksiapan Akulah pemuja setan Ragu…. Engkaulah si penjerumus Deg-degan… Perangkapkan aku dalam lingkaran Takut… setan Semua menghardik kerisauan Aku hanyalah setan Hati mencoba bersabar Yang kesetanan oleh setanmu Fikiran paksa ketenangan Aku bangga dengan hartamu Terima segalanya dengan pasrah Engkau yang utama kuundang Siap menghadapi Aku bangga dengan jabatanmu Siap menyongsong Engkau yang pertama kuundang Itulah pertanggungjawaban
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 43
Hingga mulut berani berkata Biarlah aku mual dalam berliku “Tentramnya tuh di sini” Tanpa belas kasih dan ridhaMu Sakit itu nikmat Karena tujuanku semata diriMu Pain itu terasa Fine-fine saja Dan bukan sifat yang melekat padaMu Karena semua ‘kan luarbiasa Meski surga Engkau jadikan rayuan Jika dihadapi dengan pasrah Dan neraka Engkau jadikan ancaman Tawakkal menerima Tapi aku tidak tergiur rayuanMu Jalani sakit sebagai nikmat Dan tidak pula takut ancamanMu Semua terasa indah Karena Engkaulah pemikat hati “Indahnya tuh di sini” Cahaya penerang setiap jalan Yang akan dan terus menuntun KEMATIAN Setiap langkah bergerak menujuMu Saidna Zulfiqar bin Tahir Meraih keharibaanMu Dan selalu dekat denganMu Dawai maut menggemuruh Takut menghampiri pembuluh UZLAH Cahaya raga terredup peluh Saidna Zulfiqar bin Tahir Nanar mata menatap keruh Bayangan diri kian rapuh Sendiri menyendirikan diri Tak menyangka usia tlah separuh Terasingkan oleh diri yang menyindir Sisakan hitungan hari kesepuluh Masa lalu yang lekat bersandar di diri Tak dapat mengelak hanya mengeluh Yang slalu terasa asin di lendir sendiri Karena panggilan itu menyeluruh Perangkat hias diri harus disingkirkan Semua menerima dengan patuh Sendiri menyendirikan diri Ajal itu pun mulai berlabuh Mengasingkan label yang terasa asin Ketika akal melambai tubuh Bersandar langsung pada pemilik diri Nafas terengah renyuh Pemilik Yasin pada nadi leher sendiri Jasmani semakin lumpuh Penjaga diri meski dipaksa singkirkan Tiada lagi congkak dan angkuh Sendiri menyendirikan diri Semua akan ditempuh Berteman kesendirian mengoreksi diri Jasad pun berpamitan kepada ruh Mengingat masalalu coba sadarkan diri Tapi tubuh erat merengkuh Dari segala hal yang membuat lupa diri Ada sesuatu yang belum sembuh Hingga kesendirian adalah cermin diri Dosa itu tiada lagi bisa terbasuh Sendiri menyendirikan diri Tinggal penyesalan mengaduh Uzlah dari segala hiasan penyindir diri Karena arwah tak mungkin bersimpuh Uzlah dari sandaran pembentukan diri Dan permohonan tak lagi ampuh Uzlah dari godaan kesombongan diri Semua ‘kan ditangguh Uzlah dari pelunak kesangsian sendiri Hingga tiba hisab yang teguh Sendiri menyendirikan diri Menerawang diri dari lingkar kenduri HIJRAH Bebaskan duri kehidupan diri sendiri Saidna Zulfiqar bin Tahir Hingga kemerdekaan diri tiada berduri Polos diri menjadi poros persendirian Perjalanan taubatMu penuh duri Sendiri menyendirikan diri Sedangkan aku berharap rahmatMu Mengasingkan sebelum diri terasingkan Perjalanan hidayahMu penuh berliku Menjauhkan sebelum diri ini terjauhkan Sedangkan aku menginginkan ridhaMu Menanggalkan seblm diri ditanggalkan Biarlah aku hijrah di atas duri Meninggalkan seblum diri ditinggalkan
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 44
Uzlah…Uzlah…Uzlah Terdapat sumber kesucian pemilik hati Biarlah di kesendirian diri bisa berubah Bersihkanlah semua junubnya hati Cukuplah diri sendiri memperoleh tuah Mandikanlah segala junubnya hati Hiaslah hasil kesendirian dengan buah Sucikanlah junub janabahnya hati Yang tak akan mendatangkan pula ulah Wangi itu ‘kan beraroma di hati Uzlah…Uzlah…Uzlah Sinar rupa ‘kan terpancar dari hati Jauhkanlah segala perhiasan duniawiah Perbuatan itu tak perlu lagi berhati-hati Tanggalkanlah semua seragam ananiah Karena semua tlah terkontrol hati Sebelum diri tenggelam di lautan asin Sebelum diri terperangkap di atas duri Pandanglah hati di penjuru pesisir Sendiri menyendirikan diri Memainkan rasa di teriknya pasir Kesendirian ini akan menyadarkan diri Mudah diduga ketika menaksir Kesunyian ini smakin meramaikan diri Terarah rupa keahlian sang kusir Keterasingan ini adalah pelajaran diri Tak ada lagi kesalahtiruan tafsir Berharga demi segala penghargaan diri Tak ada lagi noda akan terlansir Segalanya ‘kan benar-benar tathir THAHARAH Saidna Zulfiqar bin Tahir IKHLAS Saidna Zulfiqar bin Tahir Hati itu laksana pasir Bersemayam bagaikan kusir Tersungkur takdir itu menukik Kecil mungil tak ter taksir Tiada asa termaktub di mahfuz Tak dapat diangkakan dan ditafsir Bersyukur tawakkal itu mencekik Ret dan rit hanya hitungan kasir Biarlah rasa terkatub di awal juz Jumlah satuan terlalu mubasir Terbuka bibir melafal fatehah Sebagai peringatan yang terlansir Seraya mengetuk pintu pembuka Bagi orang yang berharap munsir Alhamdulillah pin itu mudah terbaca Ikhtiyar berdzikir hati menyisir Namun rekening hati tak lagi bersaldo Penjuru kesucian penuh tathhir Impossible mentrasfer al-ikhlas Meski lisan desak paksa menagih Berkecil hati dengan kecilnya hati Namun hati membungkam ngambek Tak dapat ditaksir dalam maunya hati Mengelus dada berdalih ikhlas Berdosa besar ulah kecilnya hati Menerima qadar dengan berat hati Tersebar titah fitnah si raja hati Pemrih berbalas budi Kotor perbuatan lahirnya di hati Budi yang tak terbalaskan Laba bersih investasi perusahaan hati Rangkaian simbiosis take and give Kesalahan kecil produk original hati Inspirasi berbagai stimulus Terdistribusi luas dosa sang hati Punahkan sejatinya keikhlasan Salahmu menafsir sempit makna hati Terjepit budi takdir berbalik Salahku pendamkan niat di balik hati Tiada upaya hindarkan pamrih Kamu pantas untuk berhati-hati Bersyukur tawakkal itu menghardik Mendagu-duga semua keinginan hati Biarlah pahala urusan Sang Pengasih Seribu kejahatan ‘kan merampok hati Berserah diri setalah berikhtiyar Akupun semakin takut berhati-hati Seraya memohon kunci rahasia Terjajah oleh segala kegundahan hati Alhamdulillah jika terkabulkan Nampakkan kesembunyian minat hati Agar hati terdidik tuk menerima Sembunyikan penampakan setan hati Memaknai dalamnya arti keihlasan Karna kusadar bahwa di dalam hati Menerapkannya dalam perbuatan
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 45
Ikhlas berkata dan berbuat Kumpul bukti tentukan tersangka Ikhlas memberi dan menerima Ka’ Peka bukan tersangka Dalam simbiosis mukhlishiin Ka’ Peka juga bukan mereka Yang khaalish tanpa khulaashah Karena Ka’ Peka bagi mereka neraka Suci tak berembel-embel Bersih tanpa bauksit Wibawa Ka’ Peka tak lagi top Apakah semua itu karena amplop BIMBINGAN Yang disisipkan dibalik leptop Saidna Zulfiqar bin Tahir Hingga langkah Ka’ peka terstop Figur Ka’ Peka juga terkena secop Bimbing aku dari bimbangku Perang dingin bombing molotop Bimbing aku dalam bimbingmu Oleh penguasa mengandal brimop Pandu aku ke tepi ketidaktahuanku Kisah surrender menjadi sebuah mop Pandu aku raih pengetahuanku Lezat disantap bersama sop Tunjukan bimbang ketahuanku Tunjukan minus ketidaktahuanku Semangat Ka’ Peka semakin ngetop Hantarkan aku menyongsong pagi Sabang-merauke tak dapat disetop Hantarkan aku merajut impian Jangan pasrah terkena molotop Karna engkaulah wasilah Tak pernah sakit meskipun drop Petunjuk menuju islah Jangan risau dikepung pasukan brimop Karena engkau adalah penyetop KPK Saidna Zulfiqar bin Tahir WINNER Saidna Zulfiqar bin Tahir Rambut Ka’ Peka kok rontok Apakah Ka’ Peka tlah kapok Kabar hari menjelang kabur Hanya karena ulah si akhlak bobrok Tiada terik memikat pandang Hingga takut terkena bacok Pesona silam berlalu-lalang Padahal Ka’ peka diolok-olok Mengunduh kisah tak berulang Masih mending dong si Ahok Wajah lugu lembut tak bertulang Berani mendobrak berbagai blok Fikiran melambung terkena tilang Meskipun Ia terus ditotok Mendung langit kian merinding Dicaci sebagai orang yang sok Lekat menempel di setiap dinding Tetap berjuang demi semua stok Bayangan buram tak lagi kabur Terpampang jelas di nisan kubur Gigi ka’ Peka kok anjlok Tinggal kenangan menjalar subur Apakah impian ka’ Peka mentok Merangkai kejadian yang berhambur Hanya karena ulah si perut montok Satu persatu mulai tersembur Melemahkan Ka’ Peka dalam mendok Melanglang angan dalam lembur Takut terancam hunusan golok Ingatan itu kembali mundur Padahal Ka’ Peka diobok-obok Terakhir bayanganmu melambai Terhempas bugil dibalik jok Hati merunduk perasaan lebai Bukankah itu sikap goblok Terlalu cepat semua itu menjamur Menyerah duluan sebelum ditonjok Padahal nasi belum menjadi bubur Terlambat sudah kabar memberita Ka’ Peka mestinya peka Terlambat sudah kisah bercerita Karena Ka’ Peka tidak menerka Terlambat sudah hati menderita Ka’ Peka orang yang merdeka Terlambat sudah janji terlilit gurita
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 46
Meski akhirnya engkaulah the winner Menghirup piranti kantong udara Engkaulah sejuknya winter Menatap rimbun sterilnya ionosfir Bersemayam tatkala summer Mencapai puncak arca liberty Terbebas derita berkelanjutan Kemerdekaan hati menjadi iktikad Bersama kasih penuh kejutan Curia belenggu rantai pelilit lekum Dalam pelukan pemilik keajaiban Tiada lagi giring-giring gemerincing Bersama damaianmu dalam keabadian Membahana dalam koroner aorta Recok gaduh lucuti artistik nurani ISTIQAMAH Menjemukkan jemuan bufet aurora Saidna Zulfiqar bin Tahir Dalam tambatan aliansi kohabitas Yang tiada berkulup di milis cula Derai kaskade mengalir deras Saatnya ekspatriat melacak freedom Kesyahduan berselimutkan pedih Obsesi ekspresif itu tlah kadaluarsa Berkamuflase di ambang ambisi Tervaksinasi semprotan anastesia Bertawaf mengedari dinding hati Memustahilkan segala kontigensi Pejalkan aspirasi dalam fabrikasi Tak mungkin lagi berkoeksistensi Konstan pengawakan beranalekta Platonis curai manuver lepas landas Tiada lagi senewen plintat-plintut Mengedrop out antipati melankolis Dalam mendiagnosa spekulasi aksi Menggencatkan obsesi kebengalan Karena istiqamah itu pilihan prima Autodidak swatantra beregosentris Justifikasi berdasarkan de jure Demi asuransi koor grup kebahagiaan Yang termaktub pada sunan & rasail Senandung oktaf not nada kehidupan Secuil tindak tandukkan kronis Selaras asas kompas religy TAWAKKAL Superior dibanding tak direkomendasi Saidna Zulfiqar bin Tahir Determinasi berlapang dada Prospek premi berlabel jempolan Tiada lagi seringai kernyih Istiqamah dalam beraltruistik Pembalut durja penghias rupa Beramal mengamalkan darma & derma Tiada lagi periang berluap kans Doktrin hati berpadu keyakinan Penopang pancang pilar layar Tiada kemelaratan dan kemudharatan Pekat gerhana mengapit lentera Mereduksi resiko kemerosotan Suram, muram nampak kusam Mengakuisisi ketenangan hati Sendu dalam dekade krisis yais Konstan berriuk dinamika Biopsi sel bersenyawa satwa Dalam semua gerak dan pergaulan Sinis pesimis meniti prospek Siklus puritan tidak berselaras INDEPENDENT Berdaur dan berbaur pengulangan Saidna Zulfiqar bin Tahir Semua terasa konyol dan sia-sia Mengarispkan karaf piranti sukses Kolonialisasi petirahan hati Mengalengkan dokumen kecewa Terhambakan ambisi vilirisme Beban itu arteleri proyekti jauh Sungkem di bawah telapak dukana Remukkan tembok cina dan pyramida Jejali pelesir tiada ada terminasi Kepingan itu sangat menyayat Gerilya dalam perang berkubang Benamkan niat dalam celupan pilu Mengidap angina sanggupkah berontak Bercampur cuka dan jeruk nipis Kapankah gencatan itu mangkat Lesu masygul cabar hati Hingga pasifisme itu benar pasif Putus asa bagaikan layangan Terbebas dari gari dan kekangan Tiada wadah mengait dan menadah
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 47
Berdiet menurunkan lemak cita BILA AJAL TIBA Hanya pasrah dan tawakkal Saidna Zulfiqar bin Tahir Berserah diri dan menyerah Fatalism takdir terus menghardik Bila ajal itu tiba.. Pasrah, pasrah dan pasrah Iakan ruh ini tersalib di dalam sulbi Tawakkal senandung sendu Izinkan akal ini mensulih suara hati Telaah hati ‘tuk berpelipurlara Agar kehidupan kudubbing kembali Mungkin semua tlah terikhtisar Biar kematian kusabung dalam nadi Dalam silaby dan RPP ketuhanan Bila ajal itu tiba.. Tak dapat disangkal dan disanggah Anggukkan cross di median dahi Itulah predestinasi nasib abdi Iyakan ulem-ulem itu secara resmi Patut bertekuk lutut berserah diri Agar kesiapan itu benar terpatri Dalam sayatan penghambaan Biar kesempatan itu bisa kunikmati Seringai bibir mencoba berbesar diri Bila ajal itu tiba.. Kilapan asa tergantung di atas doa Iakan kesempatan untukku mengaji Bersemayam khusuk bersembahyang Perkenankan lidah ini fasih kembali Kepada Dia yang Maha Besar Agar pengakhiran ini terkawal nanti Dengan segala kebesaran-Nya Biar pengakhiran ini seperti terawali Meringankan setiap bahara pikulan Bila ajal itu tiba.. Lembut tangan tengadah meminta Iakan nafas terengah itu mengabdi Merengek pilu harapkan simpati Perkenankan lidah mengucap lagi Berserah terima diri dalam tabah Agar keimanan menunjukkan bukti Semoga Engkau menyayangiku Biar kematianku ini selalu diridhai Bila ajal itu tiba.. JAHANNAM Iakan panggilanMu panggilan suci Saidna Zulfiqar bin Tahir Izinkan lafalan menyelamatkan diri Agar husnul khatimah sebagai cirri Bugar jasmani itu dengan senam Biar khatimahku ini selalu diberkahi Sehat ruhani itu dengan jahanam Bila ajal itu tiba.. Bugar akhlak dengan menanam Kapanpun ia akan tiba tiba-tiba Bibit unggul rukun Islam terbenam Merazia implusif segera Sehat keyakinan dengan enam Menyergap aksi dengan tiba-tiba Format kegaiban neraka jahanam Saatnyapun ‘kan melawat Tereduplikasi di surah al-Anam Firasat tak mampu meramal Bagi pecandu dosa delik jahanam Sogokan tak mampu menghelat Pedih panas walau dalam manam Hanya amal sebagai bukti Keringat pasi mengidap demam Hanya derma sebagai bakti Panglong serbuk api jahannam Berbelaslah kasih anugerah Pelakon jahanam lupa jahannam Sayangi aku dalam hidayahMu Gaharu tobat harus mulai ditanam Ampunilah aku! Tak boleh lagi digenggam Dengan segala ridha Hingga ambisi itu berantam Dan juga rahmatMu Agar jahanam benar terbenam Dalam ending penuh blasting Takutlah hai jahannam Semoga ber-happy ending Karena tempat kembalimu naar Amien!! jahannam Kekal di dalmnya terendam dan terbenam
Saidna Zulfiqar bin Tahir | KUMPULAN PUISI CINTA 48