Disusun Oleh :
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
• Pravangesta Anggit A. 1713020014
• Wahyu Syafiati 1713020020
• Setyawan Aditya P. 1713020023
• Bayu Aji Wicaksono 1713020025
• Zaky Rabbani M. 1713020026
Disahkan oleh:
Dokter pembimbing,
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan
pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang dilakukan
terhadap seorang anak, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak
tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat
imunitas imun yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi.1
Imunisasi yang wajib diperoleh anak adalah imunisasi dasar, imunisasi ini
harus diperoleh sebelum usia 12 bulan. Imunisasi dasar lengkap adalah
tercapainya imunisasi untuk BCG, hepatitis B, DPT, polio, dan campak
secara lengkap pada anak sebelum usia satu tahun.2 Imunisasi merupakan
bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan Angka
Kematian Bayi dan Balita dan tidak dapat ditunda pelaksanaannya2.
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi antara lain TBC,
Difteri, Pertusis, Tetanus, 2 Hepatitis B, Poliomyelitis, dan Campak.
Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan
penyakit tertentu, tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas karena
dapat mencegah penularan penyakit untuk anak lain. Oleh karena itu
pengetahuan dan sikap orang tua terutama ibu sangat penting untuk
memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak Indonesia.3 Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2014 jumlah anak dengan
imunisasi lengkap baru mencapai 59,2%.3
Kebijakan imunisasi nasional menurut RPJMN-Kesehatan periode
2015- 2019 adalah tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap 93% pada
usia 0-11 bulan dengan rincian pada tahun 2015 diharapkan pencapaian
sebesar 91%, tahun 2016 (91,5%), tahun 2017 (92%), tahun 2018 (92,5%)
dan tahun 2019 diharapkan dapat memenuhi 93%. Oleh karena itu, untuk
mencapai hasil tersebut, maka dilakukan melalui program imunisasi. Salah
satu hasil kegiatan yang ingin dicapai dari RPJM-Kesehatan periode 2015-
4
2019 yaitu diharapkan semua desa telah mencapai Universal Child
Immunization.3 Universal Child Immunization (UCI) adalah gambaran suatu
desa atau kelurahan dimana ≥80% dari jumlah bayi 0-11 bulan yang ada di
desa atau kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap.4
Puskesmas Sumbang 1 merupakan Puskesmas yang terletak di
wilayah Sumbang yang memiliki 11 desa, dimana masing – masing desa
hanya memiliki 1 bidan desa yang bertugas dan bertanggungjawab dalam
penyelanggaraan imunisasi. Puskesmas Sumbang 1 memiliki luas wilayah
1.942,5 km2, dengan jumlah penduduk 47.061, dengan jumlah balita laki –
laki dan perempuan (0-4 tahun) adalah 2.996 dan usia 5-9 adalah 3.802.
Angka kematian pada tahun 2018 di Puskesmas 1 Sumbang adalah untuk bayi
dan neonatal berjumlah 10 dan kematian balita 3 anak. Untuk Kasus Penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi pada tahun 2018 adalah nihil. Pada
Cakupan UCI Puskesmas Sumbang 1 sudah 100 persen diikuti oleh 11 desa.
Untuk Cakupan Hepatitis B dan BCG diatas 90 persen dan imunisasi dasar
lengkap diatas 80 persen.
Berdasarkan data tersebut, peneliti merasa perlu untuk dilakukan
evaluasi mengenai sasaran imunisasi di Puskesmas Sumbang 1, dikarenakan
masih terdapat beberapa kelemahan selama kegiatan pelaksanaan imunisasi.
B. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan Program Imunisasi Dasar
Bayi di Puskesmas 1 Sumbang
1.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui cakupan pelayanan dan pelaksanaan Imunisasi Dasar Bayi
di Puskesmas 1 Sumbang
2. Mengetahui pelaksanaan kegiatan promosi Imunisasi Dasar Bayi di
Puskesmas 1 Sumbang
3. Mengetahui hasil pencatatan dan pelaporan dalam manajemen
program Imunisasi Dasar di Puskesmas 1 Sumbang
5
C. Manfaat
1. Bagi Evaluator
Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas mengenai
program Imunisasi Dasar di puskesmas.
2. Bagi Puskesmas yang dievaluasi
a. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan
program Imunisasi Dasar.
b. Memberi masukan dalam meningkatkan kerjasama dan membina
peran serta masyarakat dalam melaksanakan program Imunisasi
Dasar secara optimal.
c. Membantu kemandirian Puskesmas dalam upaya lebih
mengaktifkan program Imunisasi Dasar sehingga dapat memenuhi
target cakupan program.
3. Bagi Masyarakat
Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu khususnya bagi
penerima program Imunisasi Dasar di wilayah kerja Puskesmas 1
Sumbang
6
BAB II
PROFIL PUSKESMAS
A. Visi Puskesmas
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 2 Tahun
2001 tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kabupaten
Banyumas Tahun 2002-2006, bahwa pembangunan di bidang kesehatan
dan kesejahteraan sosial diarahkan pada masih rendahnya derajat
kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat Kabupaten Banyumas.
Visi Kabupaten Banyumas yang tertera dalam Instruksi Bupati
Banyumas Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Akuntabilitas
Kinerja Instansi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyumas yaitu
“KABUPATEN BANYUMAS MAMPU MEWUJUDKAN
MASYARAKAT YANG SEJAHTERA, TERPENUHI PELAYANAN
DASAR SECARA ADIL DAN TRANSPARAN YANG DIDUKUNG
DENGAN PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN APARAT YANG
BERSIH DENGAN TETAP MEMPERTAHANKAN BUDAYA
BANYUMAS”. Sedangkan VISI dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas adalah “BANYUMAS SEHAT DAN MANDIRI”.
Visi Puskesmas 1 Sumbang yang ditetapkan sejak tahun 2014
adalah “PELAYANAN KESEHATAN DASAR PARIPURNA MENUJU
MASYARAKAT SEHAT MANDIRI”.
Misi Puskesmas
Untuk mewujudkan VISI tersebut, maka ditetapkan MISI yang
diharapkan mampu mempercepat cita-cita tersebut. Adapun MISI yang
dimaksud adalah:
1. MENDORONG KEMANDIRIAN MASYARAKAT UNTUK HIDUP
SEHAT
2. MENINGKATKAN KINERJA DAN MUTU PELAYANAN
KESEHATAN
3. MENINGKATKAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA MANUSIA
7
4. MENINGKATKAN KERJASAMA LINTAS PROGRAM DAN LINTAS
SEKTORAL
5. MENINGKATKAN TERTIB ADMINISTRASI DAN KEUANGAN.
1. Keadaan Geografis
Puskesmas 1 Sumbang terletak di bagian utara kabupaten
Banyumas di kaki Gunung Slamet, berlokasi di Kecamatan Sumbang yang
memiliki 19 desa.
8
Secara geografis, Puskesmas 1 Sumbang terletak di antara 105o dan
190o30 garis bujur timur dan sekitar 7o30 garis lintang selatan dengan luas
wilayah 1.888 ha, yang meliputi 11 (sebelas) desa.
9
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk di wilah Puskesmas I Sumbang yang
meliputi 11 (sebelas) desa adalah 48.500 jiwa, dengan pertumbuhan
penduduk 2% dari jumlah tahun sebelumnya.
b. Kepadatan Penduduk
Penyebaran penduduk di wilayah kerja Puskesmas I Sumbang
belum merata, pada umumnya penduduk masih menumpuk didaerah
yang ramai. Rata-rata kepadatan penduduk di wilayah Puskwesmas I
Sumbang adalah sebesar 25 wilayah setiap kilometer persegi.
Desa yang paling padat penyebaran penduduknya adalah desa
Datar dengan tingkat kepadatan sebesar 29,5 jiwa setiap kilometer
persegi, sedangkan desa dengan tingkat tingkat kepadatan terendah
adalah Silado dengan tingkat kepadatan sebesar 13,64 per kilometer
perseginya.
4. Indek Pembangunan Manusia (IPM)
IMP merupakan ukuran kinerja pembangunan wilayah terhadap
pembangunan manusia itu sendiri, dengan upaya peningkatan kualitas
penduduk sebagai sumber daya baik aspek fisik (kesehatan), aspek
intelektual (pendidikan) dan aspek kesejahteraan ekonomi (daya beli).
Sebagaian besar penduduk di wilayah Puskesmas I Sumbang adalah
sebagai buruh tani, sebagai sarana penunjang laju perekonomian antara
lain adanya pasar tradisional, warung/toko, badan kredit, lumbung desa
dan koprasi unit desa, sedangkan sarana transportasi umum yang
mendukung aktifitas penduduk adalah angkutan pedesaan. Dengan letak
wilayah berada di lereng Gunung Slamet wilayah Sumbang I memiliki
potensi agro untuk pertanian, perternakan dan perkebunan sehingga dapat
dikembangkan secara maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi (daya beli) masyarakat.
11
e) Posyandu : 61 buah
f) Posyandu lansia : 41 buah
g) UKS : 20 buah
h) Posbindu : 17 buah
i) Poskestren : 1 buah
j) Pos UKK : 1 buah
2) Sumber dana
a) Operasional BLUD
b) Bantuan operasional kesehatan : BOK
c. Ketenagaan
Jumlah tenaga kesehatan pada Puskesmas 1 Sumbang pada
tahun 2017 berjumlah 52 orang dengan rincian sebagai berikut:
13
BAB III
PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNAIF PEMECAHAN
MASALAH
Keterangan :
14
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
15
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
1. Definisi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Imunisasi
merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga
apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya mengalami sakit ringan.4
2. Tujuan Pemberian Imunisasi
1) Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat
Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
2) Tujuan Khusus
1) Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi
di seluruh desa/ kelurahan pada tahun 2014.
2) Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden
di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada
tahun 2013.
3) Eradikasi polio pada tahun 2015
4) Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015
5) Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta
pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste
disposal management).3
16
3. Sasaran Imunisasi
17
(surviving infant) dihitung/ditentukan dengan rumus: Surviving
Infant (SI) = Jumlah bayi – (IMR x Jumlah bayi). Sasaran ini
digunakan untuk menghitung imunisasi yang diberikan pada bayi
usia 2–11 bulan. Jumlah batita dihitung berdasarkan jumlah
Surviving Infant (SI).4
b. Anak Sekolah Dasar pada Imunisasi Lanjutan
Jumlah sasaran anak sekolah didapatkan dari data yang dikeluarkan
oleh Kementerian Pendidikan atau Kementerian Agama (untuk siswa
MI) atau pendataan langsung pada sekolah.4
c. Wanita Usia Subur pada Imunisasi Lanjutan
Batasan Wanita Usia Subur (WUS) adalah antara 15–49 tahun.
Rumus untuk menghitung jumlah sasaran WUS = 21,9% x Jumlah
Penduduk. Wanita Usia Subur terdiri dari WUS hamil dan tidak
hamil.4
2. Sasaran Imunisasi Tambahan
Yang termasuk dalam kegiatan Imunisasi Tambahan adalah:
a. Backlog fighting
Merupakan upaya aktif di tingkat Puskesmas untuk melengkapi
Imunisasi dasar pada anak yang berumur di bawah tiga tahun.
Kegiatan ini diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa yang selama
dua tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
b. Crash program Kegiatan ini dilaksanakan di tingkat Puskesmas yang
ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat
untuk mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan daerah yang
akan dilakukan crash program adalah:
1) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi
2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang
3) Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis Imunisasi,
misalnya campak, atau campak terpadu dengan polio.
c. Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Merupakan kegiatan Imunisasi
massal yang dilaksanakan secara serentak di suatu negara dalam
18
waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata rantai
penyebaran suatu penyakit dan meningkatkan herd immunity
(misalnya polio, campak, atau Imunisasi lainnya). Imunisasi yang
diberikan pada PIN diberikan tanpa memandang status Imunisasi
sebelumnya.
d. Cath Up Campaign (Kampanye) Merupakan kegiatan Imunisasi
Tambahan massal yang dilaksanakan serentak pada sasaran
kelompok umur dan wilayah tertentu dalam upaya memutuskan
transmisi penularan agent (virus atau bakteri) penyebab PD3I.
Kegiatan ini biasa dilaksanakan pada awal pelaksanaan kebijakan
pemberian Imunisasi, seperti pelaksanaan jadwal pemberian
Imunisasi baru.
e. Sub PIN Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan
pada wilayah terbatas (beberapa provinsi atau kabupaten/kota).
f. Imunisasi dalam Penanggulangan KLB (Outbreak Response
Immunization/ORI) Pedoman pelaksanaan Imunisasi dalam
penanganan KLB disesuaikan dengan situasi epidemiologis penyakit
masingmasing.
19
3) Pencegahan dapat dilakukan dengan Imunisasi dan profilaksis
untuk orang-orang yang kontak dengan penderita meningitis dan
carrier.
4) Imunisasi meningitis meningokokus diberikan kepada masyarakat
yang akan melakukan perjalanan ke negara endemis meningitis, yang
belum mendapatkan Imunisasi meningitis atau sudah habis masa
berlakunya (masa berlaku 2 tahun).
5) Pemberian Imunisasi meningitis meningokokus diberikan minimal
30 (tiga puluh) hari sebelum keberangkatan. Setelah divaksinasi,
orang tersebut diberi ICV yang mencantumkan tanggal pemberian
Imunisasi.
6) Bila Imunisasi diberikan kurang dari 14 (empat belas) hari sejak
keberangkatan ke negara yang endemis meningitis atau ditemukan
adanya kontraindikasi terhadap Vaksin meningitis, maka harus
diberikan profilaksis dengan antimikroba yang sensitif terhadap
Neisseria Meningitidis.
7) Bagi yang datang atau melewati negara terjangkit meningitis
harus bisa menunjukkan sertifikat vaksin (ICV) yang masih berlaku
sebagai bukti bahwa mereka telah mendapat Imunisasi meningitis.
b. Imunisasi Yellow Fever (Demam Kuning)
1) Demam kuning adalah penyakit infeksi virus akut dengan durasi
pendek masa inkubasi 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) hari dengan
tingkat mortalitas yang bervariasi. Disebabkan oleh virus demam
kuning dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae, vektor
perantaranya adalah nyamuk Aedes aegypti.
2) Icterus sedang kadang ditemukan pada awal penyakit. Setelah
remisi singkat selama beberapa jam hingga 1 (satu) hari, beberapa
kasus berkembang menjadi stadium intoksikasi yang lebih berat
ditandai dengan gejala perdarahan seperti epistaksis (mimisan),
perdarahan ginggiva, hematemesis (muntah seperti warna air kopi
atau hitam), melena, gagal ginjal dan hati, 20%-50% kasus ikterus
berakibat fatal.
20
3) Secara keseluruhan mortalitas kasus di kalangan penduduk asli di
daerah endemis sekitar 5% tapi dapat mencapai 20% - 40% pada
wabah tertentu.
4) Pencegahan dapat dilakukan dengan Imunisasi demam kuning
yang akan memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang
akan melakukan perjalanan berasal dari negara atau ke negara/daerah
endemis demam kuning.
5) Vaksin demam kuning efektif memberikan perlindungan 99%.
Antibodi terbentuk 7-10 hari sesudah Imunisasi dan bertahan seumur
hidup.
6) Semua orang yang melakukan perjalanan, berasal dari negara atau
ke negara yang dinyatakan endemis demam kuning (data negara
endemis dikeluarkan oleh WHO yang selalu di update) kecuali bayi
di bawah 9 (sembilan) bulan dan ibu hamil trimester pertama harus
diberikan Imunisasi demam kuning, dan dibuktikan dengan
International Certificate of Vaccination (ICV).
7) Bagi yang datang atau melewati negara terjangkit demam kuning
harus bisa menunjukkan sertifikat vaksin (ICV) yang masih berlaku
sebagai bukti bahwa mereka telah mendapat Imunisasi demam
kuning. Bila ternyata belum bisa menunjukkan ICV (belum
diImunisasi), maka terhadap mereka harus dilakukan isolasi selama 6
(enam) hari, dilindungi dari gigitan nyamuk sebelum diijinkan
melanjutkan perjalanan mereka. Demikian juga mereka yang surat
vaksin demam kuningnya belum berlaku, diisolasi sampai ICVnya
berlaku.
8) Pemberian Imunisasi demam kuning kepada orang yang akan
menuju negara endemis demam kuning selambatlambatnya 10
(sepuluh) hari sebelum berangkat, bagi yang belum pernah
diImunisasi. Setelah divaksinasi, diberi ICV dan tanggal pemberian
vaksin dan yang bersangkutan setelah itu harus menandatangani di
ICV. Bagi yang belum dapat melakukan tanda tangan (anak-anak),
21
maka yang menandatanganinya orang tua yang mendampingi
bepergian.
c. Imunisasi Rabies
1) Penyakit anjing gila atau dikenal dengan nama rabies merupakan
suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies yang ditularkan oleh anjing, kucing dan
kera.
2) Penyakit ini bila sudah menunjukkan gejala klinis pada hewan dan
manusia selalu diakhiri dengan kematian, sehingga mengakibatkan
timbulnya rasa cemas dan takut bagi orang-orang yang terkena
gigitan dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada
umumnya. Vaksin rabies dapat mencegah kematian pada manusia
bila diberikan secara dini pasca gigitan.
3) Vaksin anti rabies (VAR) manusia diberikan kepada seluruh kasus
gigitan hewan penular rabies (HPR) yang berindikasi, sehingga
kemungkinan kematian akibat rabies dapat dicegah.
d. Imunisasi Polio
1) Polio adalah penyakit lumpuh layu yang disebabkan oleh virus
Polio liar yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian
2) Pencegahan dapat dilakukan dengan Imunisasi untuk orang-orang
yang kontak dengan penderita polio dan carrier.
3) Imunisasi Polio diberikan kepada orang yang belum mendapat
Imunisasi dasar lengkap pada bayi atau tidak bisa menunjukkan
catatan Imunisasi/buku KIA, yang akan melakukan perjalanan ke
negara endemis atau terjangkit polio. Imunisasi diberikan minimal
14 (empat belas) hari sebelum keberangkatan, dan dicatatkan dalam
sertifikat vaksin (International Certificate of Vaccination).
4) Bagi yang datang dari negara endemis atau terjangkit polio atau
transit lebih dari 4 minggu di negara endemis polio harus bisa
menunjukkan sertifikat vaksin (International Certificate of
Vaccination) yang masih berlaku sebagai bukti bahwa mereka telah
mendapat Imunisasi polio.
22
Sasaran imunisasi khusus ditetapkan dengan keputusan tersendiri
(misalnya: jemaah haji, masyarakat yang akan pergi ke negara
tertentu).4
23
pencapaian cakupan imunisasi dan indikator sistem lainnya. Misalnya,
pemberian imunisasi yang aman, manajemen vaksin, dan lain-lain.
Pemantauan berkaitan dengan pelaporan karena melibatkan kegiatan
pengumpulan data dan prosesnya. DQS bertujuan untuk mendapatkan
masalah-masalah melalui analisis dan mengarah pada peningkatan
kinerja pemantauan kabupaten/kota dan data untuk perbaikan.4
3. Effective Vaccine Management (EVM)
EVM adalah suatu cara untuk melakukan penilaian terhadap
manajemen penyimpanan vaksin, sehingga dapat mendorong suatu
provinsi untuk memelihara dan melaksanakan manajemen dalam
melindungi vaksin. EVM didasarkan pada prinsip jaga mutu. Kualitas
vaksin hanya dapat dipertahankan dan ditangani dengan tepat mulai dari
pembuatan hingga penggunaan. Manajer dan penilai luar hanya dapat
menetapkan bahwa kualitas terjaga apabila rincian data arsip dijaga dan
dapat dipercaya. Jika arsip tidak lengkap atau tidak akurat, sistem
penilaian tidak dapat berjalan dengan baik. Walaupun vaksin disimpan
dan didistribusikan secara benar, sistem tidak dapat dinilai. Dengan
demikian, vaksin tidak terjamin mutunya dan tidak dapat dinilai
memuaskan dalam EVM.4
4. Supervisi Suportive
Supervisi suportif merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara
berkala dan berkesinambungan, meliputi pemantauan, pembinaan, dan
pemecahan masalah, serta tindak lanjut. Kegiatan ini sangat berguna
untuk melihat bagaimana program atau kegiatan dilaksanakan sesuai
dengan standar dalam rangka menjamin tercapainya tujuan kegiatan
imunisasi. Supervisi suportif didorong untuk dilakukan dengan terbuka,
komunikasi dua arah, dan membangun pendekatan tim yang
memfasilitasi pemecahan masalah. Kegiatan supervisi dimanfaatkan
untuk melaksanakan “on the job training” terhadap petugas di lapangan.
Supervisi diharapkan akan menimbulkan motivasi untuk meningkatkan
kinerja petugas lapangan.4
24
D. Evaluasi
1. Evaluasi Data Sekunder
Angka-angka yang dikumpulkan oleh puskesmas, selain dilaporkan
perlu pula dianalisis. Cara menganalisis data harus baik dan teratur
sehingga akan memberikan banyak informasi penting yang dapat
menentukan kebijaksanaan program.4
a. Stok Vaksin
Stok vaksin dilaporkan oleh petugas puskesmas, kabupaten dan
provinsi ke tingkat yang di atasnya untuk pengambilan atau
distribusi vaksin. Grafik dibuat menurut waktu, dapat dibandingkan
dengan cakupan dan batas stok maksimum dan minimum untuk
menilai kesiapan stok vaksin menghadapi kegiatan program. Data
stok vaksin menghadapi kegiatan program. Data stok vaksin diambil
dari kartu stok.4
b. Indeks Pemakaian Vaksin (IP)
Dari pencatatan stok vaksin setiap bulan diperoleh jumlah vial/ampul
vaksin yang digunakan. Untuk mengetahui berapa rata-rata jumlah
dosis diberikan untuk setiap vial/ampul, yang disebut indeks
pemakaian vaksin (IP). Perhitungan IP dilakukan untuk setiap jenis
vaksin. Nilai IP biasanya lebih kecil dari jumlah dosis per
vial/ampul. Hasil perhitungan IP menentukan berapa jumlah vaksin
yang harus disediakan untuk tahun berikutnya. Apabila hasil
perhitungan IP dari tahun ke tahun untuk tiap-tiap vaksin
divisualisasikan, pengelola program akan lebih mudah menilai
apakah strategi operasional yang diterapkan di puskesmas sudah
memperhatikan masalah efisiensi program tanpa mengurangi
cakupan dan mutu pelayanan.4
c. Suhu Lemari Es
Pencatatan suhu lemari es atau freezer dilakukan setiap hari pada
grafik suhu yang tersedia untuk tiap-tiap unit. Pencatatan suhu
dilakukan 2 kali setiap pagi dan sore hari..4
d. Perencanaan Kebutuhan Logistik5
25
Logistik Imunisasi terdiri dari vaksin, Auto Disable Syringe dan
safety box. Ketiga kebutuhan tersebut harus direncanakan secara
bersamaan dalam jumlah yang berimbang (system bundling). 5
1) Perencanaan Vaksin Dalam menghitung jumlah kebutuhan
vaksin, harus diperhatikan beberapa hal, yaitu jumlah sasaran,
jumlah pemberian, target cakupan 100% dan indeks pemakaian
vaksin dengan memperhitungkan sisa vaksin (stok)
sebelumnya.5
26
Untuk Tingkat Pusat, berdasarkan sistem bundling maka
perencanaan dan penyediaanADS mengikuti jumlah vaksin dan
indeks pemakaian vaksin.
3) Perencanaan Safety Box Safety box digunakan untuk
menampung alat suntik bekas pelayanan Imunisasi sebelum
dimusnahkan. Safety box ukuran 2,5 liter mampu menampung
50 alat suntik bekas, sedangkan ukuran 5 liter menampung 100
alat suntik bekas. Limbah Imunisasi selain alat suntik bekas
tidak boleh dimasukkan ke dalam safety box. Berdasarkan
sistem bundling maka penyediaansafety box mengikuti jumlah
ADS. Safety box yang sudah berisi alat suntik bekas tidak boleh
disimpan lebih dari 2 x 24 jam.5
4) Perencanaan Kebutuhan Peralatan Cold Chain Vaksin
merupakan bahan biologis yang mudah rusak sehingga harus
disimpan pada suhu tertentu (pada suhu 2 s/d 8 ºC untuk vaksin
sensitif beku atau pada suhu -15 s/d -25 ºC untuk vaksin yang
sensitif panas). Sesuai dengan tingkat administrasi, maka sarana
coldchain yang dibutuhkan adalah: Provinsi : Coldroom, freeze
room, Vaccine Refrigerator dan freezer Kabupaten/kota :
Coldroom, Vaccine Refrigerator dan freezer Puskesmas :
Vaccine Refrigerator
Maksimal stok vaksin provinsi adalah 2 bulan kebutuhan
ditambah 1 bulan cadangan, kabupaten/kota 1 bulan kebutuhan
ditambah 1 bulan cadangan, Puskesmas 1 bulan kebutuhan
ditambah dengan 1 minggu cadangan.5
e. Cakupan per Tahun
Untuk setiap antigen grafik cakupan per tahun dapat memberikan
gambaran secara keseluruhan tentang adanya kecenderungan:
1) Tingkat pencapaian cakupan imunisasi
2) Indikasi adanya masalah
3) Acuan untuk memperbaiki kebijaksanaan atau strategi yang perlu
diambil untuk tahun berikutnya.4
27
2. Evaluasi Data Primer
a. Survei Cakupan (Coverage Survey)
Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat cakupan
imunisasi. Adapun tujuan lainnya adalah untuk memperoleh
informasi tentang distribusi umur saat diimunisasi, mutu pencatatan
dan pelaporan, sebab kegagalan imunisasi dan tempat memperoleh
imunisasi.4
b. Survei Dampak
Tujuan utamanya adalah untuk menilai keberhasilan imunisasi
terhadap penurunan morbiditas penyakit tertentu, misal:
1) Pencapaian eliminasi tetanus neonatorum yang ditunjukkan oleh
insidens rate<1/1000 kelahiran hidup.
2) Pencapaian eradikasi polio yang ditunjukkan oleh insiden rate 0.
3) Pencapaian reduksi mortalitas campak sebesar 90% dan
morbiditas sebesar 50% dari keadaan sebelum program.
Tujuan lainnya adalah untuk memperoleh gambaran epidemiologis
PD3I, seperti distribusi penyakit menurut umur, tempat tinggal, dan
faktor-faktor risiko.4
c. Uji Potensi Vaksin
Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui potensi dan keamanan
dari vaksin serta untuk mengetahui kualitas cold chain/pengelolaan
vaksin.4
28
BAB IV
ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
A. Analisis SWOT
1. Strength
a. Antusias sebagian besar warga untuk imunisasi sudah baik, karena
cakupan imunisasi di desa desa di Kecamatan Sumbang sudah 90
persen.
b. Distribusi beberapa vaksin sudah terlaksana dengan baik. Kecuali
memang terdapat hambatan dari pihak pusat contoh kehabisan vaksin.
c. Cold chain sudah terlaksana dengan baik, baik itu dari dinas kesehatan
ke puskesmas maupun dari puskesmas ke area sasaran, sehingga
kualitas vaksin sudah terjaga dengan baik.
2. Weakness
a. Tenaga medis pada tiap desa kurang, karena hanya ada 1 bidan desa
yang mengurus imunisasi, sehingga agak kewalahan, dan beberapa
warga akhirnya kembali kerumah karena menunggu waktu yang lama.
b. Terdapat warga yang menolak imunisasi di desa silado ini dengan
alasan haram hukumnya, tetapi tidak banyak
c. Vaksin IPV dari dinas kesehatan seringkali stoknya terbatas dan tidak
setiap saat tersedia,sehingga harus menunggu stok tersedia terlebih
dahulu
d. Kurangnya komputerisasi pada sistem pencatatan, sehingga akan lebih
rentan untuk berkas hilang / rusak, karena tidak adanya back up data.
3. Opportunity
a. Ibu-ibu di Kecamatan Sumbang saat pelaksanaan cukup kooperatif
dalam mengkondisikan bayinya untuk program imunisasi
b. Sudah terjalin hubungan antara puskemas dengan desa desa di
Sumbang.
4. Threat
a. Dapat terjadi penyakit KLB jika banyak warga yang menolak yang
dapat menurunkan HERD immunity.
29
5. Plan of Action
a. Penambahan Tenaga medis saat pelaksanaan imunisasi, dikarenakan di
beberapa desa terdapat desa dengan wilayah yang sangat luas.
b. Dilakukan penyuluhan maupun kunjungan rumah terhadap warga yang
menolak.
c. Diperlukan sistem informasi yang mengakomodasi sistem pengadaan,
penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian dan memperbaiki rantai
vaksin terutama di Dinkes Kab/Kota dan puskesmas dengan melakukan
pengawasan terhadap laporan persediaan vaksin secara intensif,
sehingga stok vaksin dapat terjaga dengan baik.
d. Memberikan fasilitas alat dan sumber daya manusia untuk
komputerisasi data.
30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
32
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BANYUMAS
TAHUN 2018
1 2 3 4 5 6
1 PUSKESMAS SILADO 1 1 100,0
2 SUMBANG I KARANGTURI 1 1 100,0
3 KARANGCEGAK 1 1 100,0
4 SUMBANG 1 1 100,0
5 TAMBAKSOGRA 1 1 100,0
6 KEBANGGAN 1 1 100,0
7 KAWUNGCARANG 1 1 100,0
8 KARANGGINTUNG 1 1 100,0
9 DATAR 1 1 100,0
10 BANTERAN 1 1 100,0
11 KEDUNGMALANG 1 1 100,0
33
CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN BANYUMAS 2018
BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH
Hb < 7 hari BCG
LAHIR HIDUP
NO PUSKESMAS DESA
L P L+P L P L+P
L+ JUML JUML JUML JUML JUML JUML
L P % % % % % %
P AH AH AH AH AH AH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
143, 102, 85,0 87,5 86,1
1 SILADO 20 16 36 14 70,00 23 37 17 14 31
PUSKESMAS 75 78 0 0 1
SUMBANG I 70,3 85,1 105, 66,6 82,9
2 KARANGTURI 20 27 47 21 105,00 19 40 21 18 39
7 1 00 7 8
58,3 109, 172, 66,6 111,
3 KARANGCEGAK 18 24 42 32 177,78 14 46 31 16 47
3 52 22 7 90
10 105, 99,0 82,7 100, 90,8
4 SUMBANG 58 51 54 93,10 54 108 48 51 99
9 88 8 6 00 3
11 96,5 84,9 74,5 89,6 82,3
5 TAMBAKSOGRA 55 58 40 72,73 56 96 41 52 93
3 5 6 5 6 0
89,1 92,1 111, 81,0 93,7
6 KEBANGGAN 27 37 64 26 96,30 33 59 30 30 60
9 9 11 8 5
100, 86,9 63,6 100, 82,6
7 KAWUNGCARANG 11 12 23 8 72,73 12 20 7 12 19
00 6 4 00 1
121, 89,0 71,7 126, 94,5
8 KARANGGINTUNG 53 38 91 35 66,04 46 81 38 48 86
05 1 0 32 1
65,2 84,0 95,2 69,5 81,8
9 DATAR 21 23 44 22 104,76 15 37 20 16 36
2 9 4 7 2
15 110, 95,4 94,3 105, 99,3
10 BANTERAN 88 67 74 84,09 74 148 83 71 154
5 45 8 2 97 5
92,3 101, 119, 100, 109,
11 KEDUNGMALANG 26 26 52 29 111,54 24 53 31 26 57
1 92 23 00 62
JUMLA
H 39 37 77 97,6 93,4 92,4 93,4 92,9
355 89,42 370 725 367 354 721
(KAB/K 7 9 6 3 3 4 0 1
OTA)
34
CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 1 SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS
BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH
BAYI IMUNISASI DASAR
DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 POLIO 4a CAMPAK
(SURVIVING LENGKAP
PUSKE
NO DESA INFANT)
SMAS
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
L
JUM JUM JUM JUM JUM JUM JUM JUM JUM JUM JUM JUM
L P + % % % % % % % % % % % %
LAH LAH LAH LAH LAH LAH LAH LAH LAH LAH LAH LAH
P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
35
JUMLAH 4 4 8
83, 78, 80, 78, 81, 80, 85, 84, 84,
(KAB/KOTA 5 3 8 375 340 715 375 340 715 355 355 710 385 367 752
83 78 81 333 161 791 889 609 226 556 368 972
) 0 5 5