HERPES GENITAL
Pembimbing :
dr. Ayu Nur Ain H., Sp.KK
Disusun Oleh :
Wahyu Syafiyati (1713020020)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. C
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 24 tahun
Alamat : Balaradin RT05/06 Lebaksiu
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada hari Selasa, 16 Juli
2019 pukul 12.00 WIB di Poli Kulit dan Kelamin RSUD dr. Soeselo Slawi.
Keluhan Utama
Nyeri pada alat kelamin disertai luka
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien perempuan berusia 24 tahun datang ke poli kulit dan kelamin
RSUD Soeselo Slawi dengan keluhan nyeri pada daerah kemaluannya. Pasien
mengatakan terasa nyeri pada saat kencing, terasa perih, dan mengeluarkan
nanah saat kencing. Keluhan nyeri dirasakannya sejak kurang lebih 10 hari
yang lalu, dan membaik setelah diberi obat. Keluhan melenting – melenting
sudah membaik. Pasien sudah tidak mengeluh demam.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan awalnya pasien mengeluh nyeri pada daerah
kelamin disertai muncul benjolan melenting – melenting di alat kelamin.
Keluhan muncul + 4 hari setelah berhubungan seksual dengan suami. Keluhan
dirasa semakin lama semakin memberat, dirasa perih dan keluar nanah dari
2
alat kelamin. Munculnya luka juga disertai dengan demam + 2 hari. Riwayat
alergi, diabetes mellitus, kolesterol, gangguan ginjal,asma disangkal pasien.
Riwayat Kebiasaan
Pasien mandi 2 kali sehari. Pasien berganti pakaian dalam 2 kali sehari.
Pasien tidak menggunakan cairan pembersih vagina.
Riwayat sosial
Riwayat hubungan seksual:
Hubungan seksual hanya dengan suami, frekuensi 1x/minggu, terakhir 4 hari
sebelum muncul gejala di daerah kemaluan tersebut. Tidak muncul gejala
serupa atau keluhan yang sama pada suami, baik pada alat kelaminnya
maupun pada bagian mulut. Suami tidak menggunakan kondom
3
Berat badan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kepala : Rambut hitam distribusi rata
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, alis
mata distribusi normal
Telinga : Normotia, tidak terdapat kelainan kulit
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-),saddle nose (-) tidak
terdapat kelainan kulit
Mulut : Bibir tidak pucat dan sianosis, tidak ada kelainan kulit
maupun mukosa
Thorax : Inspeksi: tidak terdapat kelainan kulit. Cor/Pulmo
tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Inspeksi: tidak terdapat kelainan kulit. Hepar, lien
tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, tidak
terdapat kelainan kulit, sensorik kelainan kulit baik
Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, tidak
terdapat kelainan kulit, sensorik kelainan kulit baik
Status Dermatologikus
Distribusi : Regional
Ad Regio : Inguinal
Lesi : ulkus multipel di atas kulit yang eritematous, bentuk tak
teratur, batas rata, tepi datar, dasar kotor, nyeri tekan
(+), indurasi (-).
Efloresensi : Plak eritem
Status Dermatologikus
Distribusi : Regional
Ad Regio : Genital (Vulva, Labia, Perineum)
Lesi : ulkus multipel di atas kulit yang eritematous, bentuk tak
teratur, batas rata, tepi datar, dasar kotor, nyeri tekan
(+), indurasi (-).
Efloresensi : Plak eritem
4
IV. RESUME
Seorang perempuan berusia 24 tahunlaki-laki usia 48 tahun datang
dengan keluhan bercak merah pada hampir seluruh bagian tubuh. Bercak
timbul sejak 1 minggu yang lalu, awalnya bercak berada pada perut knana
Bercak timbul mendadak. Bercak tidak terasa gatal dan nyeri. Awalnya bercak
hanya di perut sebelah kiri, berupa bercak merah yang sama dengan saat ini.
Semakin lama bercak bertambah banyak hingga wajah dan seluruh tubuh.
Pasien belum meminum obat atau mengoleskan apapun ke bercak. Keluhan
lain seperti pusing, lemas, pusing, dan demam disangkal oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan terdapat kelainan pada alis dimana
pada bagian lateral kedua alis mengalami penipisan. Terdapat kelainan kulit
berupa plak eritema pada kepala, leher, dada, perut, kedua lengan atas dan
kedua lengan bawah berupa plak eritema. Pada ektremitas inferior didapatkan
lesi macula hipopigmentasi. Pemeriksaan sensoris pada seluruh lesi
didapatkan sesnsori baik. Pada pemeriksaan saraf perifer auricular magnus,
ulnaris dan peroneus communis didapatkan tidak mengalami pembesaran.
Pada pemeriksaan fungsi saraf sensoris, motorik didapatkan hasil seluruhnya
dalam batas normal. Sedangka pemeriksaan fungsi saraf autonomy tidak
dilakukan.
V. DIAGNOSIS BANDING
Morbus Hansen
Pytiriasis alba
Pytriasis versicolor
Tinea corporis
5
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. Diminum di depan petugas
1) Rifampisin 600 mg/bulan
2) DDS (Diaminodiphenylsufone) 100 mg/ bulan
3) Clofazimine 300 mg/bulan
b. Diminum di rumah
1) DDS 100 mg.hari
2) Clofazimine 50 mg/hari
Jangka waktu pengobatan 12-18 bulan
2. Nonmedikamentosa
a. Jelaskan mengenai penyakit yang diderita pasien dan pengobatan
yang akan dijalani
b. Mematuhi pengobatan yang diberikan untuk mencegah resistensi
obat
c. Segera periksakan diri apabila terdapat kelainan fungsi raba,
kelemahan anggota gerak, atau kulit terasa kering
d. Jelaskan pada pasien apabila cacat baru pada saat atau setelah
pengobatan melakukan pengobatan MDT, cacat dapat disembuhkan.
Namun apabila sebelum pengobatan MDT tergantung pada tingkat
kecacatan.
e. Edukasi efek samping obat yang perlu diwaspadai dan tidak perlu
f. Edukasi apabila lesi bertambah, dan bertambah buruk segera periksa
(gejala dan tanda reaksi kusta)
g. Untuk narakontak disarankan untuk rutin berkaca melihat apakah
bercak kemerahan atau kelainan kulit lainnya setiap hari
h. Makan makanan yang sehat dan bergizi
IX. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada Morbus Hansen adalah :
Kerusakan fungsi sesnsibilitas, motorik dan autonom yang permanen
Reaksi Kusta
6
Skin discoloration
Relaps
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia Ad bonam
Quo ad fungtionam : Dubia ad bonam hingga dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam hingga dubia ad malam
Quo ad kosmetikum : Dubia ad malam
7
8