Anda di halaman 1dari 45

PRESENTASI REFERAT

INFEKSI SALURAN KEMIH

DI SUSUN OLEH :
WAHYU SYAFIYATI
1713020020

PEMBIMBING :
dr. Fajar Danu, Sp.A
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

ISK Infeksi yang sering menimbulkan penyakit


pada anak.

ISK pada anak Menimbulkan


memiliki gejala komplikasi jangka
panjang
yang tidak khas
 penentuan
diagnosis
mengalami
kesulitan
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Infeksi saluran kemih (Urinary Tract Infection=UTI) adalah
bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau
mikroba dalam jumlah bermakna, sepanjang saluran
kemih meliputi: ginjal, ureter, buli – buli dan uretra

EPIDEMIOLOGI
ISK terjadi pada 3-5% anak perempuan dan 1% dari anak laki-
laki.
Escherichia coli

Candida Proteus
albicans mirabilis

Staphylococcus Klebsiella
epidermidis ETIOLOGI pneumonia

Streptococcus Pseudomonas
viridians aeruginosa

Streptococcus
faecalis
KLASIFIKASI
Gejala Klinis Lokasi Infeksi

Kelainan Atipikal dan


Saluran Kemih Berulang
GEJALA KLINIS
• ISK Asimtomatik
• ISK Simtomatik
• Demam
• Disuria, Polakisuria, Urgency, Frequency

LOKASI INFEKSI
• Upper UTI
• Lower UTI
KELAINAN SALURAN KEMIH
• ISK Simplek
• ISK Komplek
• BSK, Obstruksi, Anomali saluran kemih, kista ginjal,
neurogenik.
ATIPIKAL DAN BERULANG
• Atipikal
pasien yang sakit berat, diuresis sedikit, terdapat
massa abdomen atau kandung kemih, peningkatan
kreatinin darah, septikemia, tidak memberikan
respon terhadap antibiotik dalam 48 jam, serta
disebabkan oleh kuman non E. Coli

• Berulang
dua kali atau lebih episode pielonefritis akut atau ISK
atas, atau satu episode pielonefritis akut atau ISK
atas disertai satu atau lebih episode sistitis atau ISK
bawah, atau tiga atau lebih episode sistitis atau ISK
bawah.
PATOFISIOLOGI
Faktor Penjamu
Virulensi Kuman
PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui
beberapa cara, yaitu:
• Hematogen seperti pada M tubercullosis dan S
aureus
• Ascending
• Limfogen
FAKTOR PENJAMU
Kemih merupakan media biakan yang ideal, terlebih
dalam suhu 37 derajat celcius
Kemampuan Host : pertahanan lokal dari host, dan
sistem kekebalan tubuh humoral maupun selular
FAKTOR PENJAMU

Pertahanan lokal :
• Antibodi Tomm – Horsfall glikoprotein
• Mekanisme pengosongan urine yang teratur dari
buli-buli dan gerakan peristaltik ureter ( wash
out mechanism)
• derajat keasaman (pH) urine yang rendah
FAKTOR PENJAMU
• Antibodi
Tomm- Horsfall glikoprotein dan IgA sekretori
 mencegah perlekatan ke uroepitel
• Refluks Vesiko Ureter
Mempermudah terjadinya pielonefritis
• Stagnansi Urin
Mempermudah perkembangbiakan kuman
VIRULENSI
Perlekatan bakteri pada sel epitel buli-buli
Penetrasi bakteri ke jaringan, inflamasi, kerusakan sel
Strain E. coli uropatogenik sangat virulen

Faktor virulensi:
Fimbria (pili): pada ujungnya terdapat adhesin untuk melekat
pada sel uroepitel
Antigen K: melindungi lisis oleh komplemen dan fagositosis
Antigen O: bersifat toksik, menyebabkan demam dan inflamas
Colisin-V: protein yang dapat membunuh bakteri lain
PATOGENESIS
PENEGAKAN DIAGNOSIS

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG
MANIFESTASI KLINIS
• gejala klinik tidak spesifik dapat berupa apati, anoreksia, ikterus atau
kolestatis, muntah, diare, demam, hipotermia, tidak mau minum.
Neonatus

• gejala klinik dapat berupa demam, penurunan berat badan, gagal tumbuh, nafsu
makan berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus, dan distensi abdomen.
< 1 Tahun • Pada palpasi ginjal anak merasa kesakitan. Demam yang tinggi dapat disertai kejang.

• demam yang tinggi hingga menyebabkan kejang, muntah dan diare bahkan dapat
1–4 timbul dehidrasi.

Tahun

• gejala klinik umum biasanya berkurang dan lebih ringan, mulai tampak gejala klinik
lokal saluran kemih berupa polakisuria, disuria, urgency, frequency, ngompol dan
> 4 Tahun demam jika infeksi saluran kemih atas.
PENEGAKAN DIAGNOSIS

Anamnesis
• ISK bawah (infeksi terjadi pada buli-buli dan urethra)
berupa disuria, frekuensi, inkontinensia , polakisuria,
atau urgency
• ISK atas (infeksi terjadi pada parenkim ginjal:
pielonefritis) berupa demam
• Gejala klinik yang sering dikeluhkan : demam, disuria,
anoreksia, sering kencing, polakisuria, muntah, kencing
berbau, kencing keruh, kolik, diare, eneuresis, dan
kejang.
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan dilakukan secara cermat
mengingat tingginya angka kelainan saluran
kemih yang menyertai, misalnya adanya
fimosis, undecensus testis dsb.
Pemeriksaan Penunjang

Px Px Biakan Px
Px Darah
Urinalisis Kemih Radiologi
Pemeriksaan Penunjang
Pemriksaan Darah
- Leukositosis
- LED >>>
- C-Reactive protein (+)
Biakan Kemih
Penemuan setiap bakteri bermakna (dalam urin dari
kandung kemih atau pelvis ginjal) menunjukkan
adanya infeksi
Bila kuman mampu bertahan dan berkembangbiak
dalam buli-buli , dalam biakan kemih akan terdapat >
100.000 CFU/ml
CFU ( Colony Forming Unit, unit pembentukan koloni )

Cara pengambilan sampel urin :


- Aspirasi buli-buli suprapubik
- Kateterisasi
- mid stream
- urine collector
Urinalisis

Pemeriksaan mikroskop
meliputi leukosituria, nitrit, leukosit esterase, protein, dan darah
Urinalisis tidak bisa menggantikan kultur urin untuk
menegakkan diagnosa ISK, namun dapat membantu untuk
mengidentifikasi anak yang membutuhkan terapi antibiotik
selama menunggu hasil dari kultur urin
ditemukan 3 kuman per lapang pandang
Urinalisis
Radiologi
• Ultrasonografi
• Urografi intravena
• Voiding Cystourethrography
Diagnosis Banding

Nyeri waktu kencing perlu di DD :


Demam tinggi harus di DD :
Batu saluran kencing
ISPA
Infeksi di saluran kemih
Demam (berdarah) Dengue
Pada bayi fimosis
Malaria
Penatalaksanaan
Eradikasi Infeksi Akut
Deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan
fungsional pada ginjal dan saluran kemih
Deteksi dan mencegah infeksi berulang.
Penatalaksanaan
Penatalaksaan akut :
1. Bayi usia < 3 bulan
rujuk ke spesialis
2. Bayi usia > 3 bulan dengan ISK atas
antibiotik oral selama 7-10 hari : golongan sepalosporin.
atau antibiotik IV selama 2 sampai 4 hari, dilanjutkan
antibiotik oral sampe 10 hari.
contoh : sefotaksim (100 mg/kgBB/hari) atau ampisilin (100
mg/kgBB/hari) dengan gentamisin (3 mg/kgBB/hari)
3. Bayi usia > 3 bulan dengan ISK bawah
antibiotik oral selama 3 hari
contoh : kombinasi sulfametoksasol (20 mg/kgBB/hari)
dengan trimetoprim (4mg/kgBB/hari), nitrofurantoin (5-7
mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 dosis), atau amoksisilin (50
mg/kgBB/hari)
Penatalaksanaan
Sistitis Akut
Untuk sistitis akut, direkomendasikan pemberian
antibiotik oral seperti trimetoprim-sulfametoksazol,
nitrofurantoin, amoksisilin, amoksisilinklavulanat,
sefaleksin,sefalosporin dan sefiksim.

Pielonefritis Akut
• antibiotik parenteral dilanjutkan dengan oral setelah 5 hari
pengobatan bila respons klinik terlihat dengan nyata atau
setidak-tidaknya demam telah turun dalam 48 jam pertama.
• Bisa diberikan seftriakson parenteral (50 mg/kgbb/hari dosis
tunggal) selama 3 hari, dilanjutkan dengan pemberian ko-
amoksiklav peroral (50 mg/kgbb/hari dalam 3 dosis) selama
7 hari.
Penatalaksanaan
Pengobatan ISK pada neonatus
Pengobatan terutama ditujukan untuk mengatasi infeksi
bakteri Gram negatif.
Antibiotik harus segera diberikan secara intravena. Kombinasi
aminoglikosida dan ampisilin pada umumnya cukup memadai.
Lama pemberian antibiotik pada neonatus dengan ISK adalah
10-14 hari.
Pemberian profilaksis antibiotik segera diberikan setelah
selesai pengobatan fase akut.
Penatalaksanaan

Bakteri Asimptomatik
Secara umum disepakati bahwa bakteriuria asimtomatik
tidak memerlukan terapi antibiotik, malah pemberian
antibiotik dapat menambah risiko komplikasi antara lain
meningkatkan rekurensi pada 80% kasus. Kuman
komensal dan virulensi rendah pada saluran kemih dapat
menghambat invasi kuman patogen, dengan demikian
kuman komensal tersebut dianggap berfungsi sebagai
profilaksis biologik terhadap kolonisasi kuman patogen.
Penatalaksanaan

Pengobatan suportif
Selain terapi kausal terhadap infeksi, pengobatan suportif dan simtomatik
juga perlu diperhatikan, misalnya pengobatan terhadap demam dan muntah.
Terapi cairan harus adekuat untuk menjamin diuresis yang lancar. Anak yang
sudah besar dapat disuruh untuk mengosongkan kandung kemih setiap
miksi. Higiene perineum perlu ditekankan terutama pada anak perempuan.
Untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin HCl (Pyridium)
dengan dosis 7 – 10 mg/kgbb/hari. Perawatan di rumah sakit diperlukan bagi
pasien sakit berat seperti demam tinggi, muntah, sakit perut maupun sakit
pinggang.
Deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan
fungsional
Deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan
fungsional
Deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan
fungsional
Deteksi dan Mencegah Infeksi
Berulang
 Deteksi ISK berulang dilakukan dengan biakan
urin berkala, misalnya setiap bulan, kemudian
dilanjutkan dengan setiap 3 bulan. Jika terdapat
ISK berulang, berikan antibiotik yang sesuai
dengan hasil biakan urin.
 direkomendasikan juga bahwa jika bayi dan anak
yang mendapat antiboitik profilaksis mengalami
reinfeksi, maka infeksi diterapi dengan antibiotik
yang berbeda dan tidak dengan menaikkan dosis
antibiotik profilaksis tersebut.
Penatalaksanaan jangka panjang :
1. Mencegah kekambuhan
2. Antibiotik profilaksis
Diberikan antibiotik kombinasi sulfametoksasol-trimetoprim
atau nutrofurantoin. Dosis yang diberikan adalah sepertiga
dosis terapetik dan diberikan sekali sehari
3. Pemeriksaan mikrobiologis
Diperiksa 1 minggu setelah selesai pengobatan
Setiap 3 bulan selama 1 sampai 2 tahun
4. Pemeriksaan USG
indikasinya adalah :
a. Bayi atau anak yang mengalami atypical urinary tract
infection.
b. Bayi yang berusia kurang dari 6 bulan yang pertama kali
mengalami infeksi saluran kemih dan respon terhadap
pengobatan. .
c, Bayi berusia kurang dari 6 bulan yang mengalami infeksi
saluran kemih bawah berulang
Komplikasi

Reaksi Jaringan
alergi parut

Gangguan
hipertensi fungsi ginjal
Prognosis

 Ad Vitam : Dubia ad bonam


 Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
 Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Daftar Pustaka
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Unit Kerja Koordinasi Nefrologi. Konsensus
Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2011.
2. Elder JS. Urinary tract infections. Dalam : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB,
Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatric. Edisi Ke-18. Philadelphia:
Saunders Elsevier; 2007.
3. Alatas Husein. Diagnosa Dan Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih Pada Anak dalam
Hot Topics In pediatrics II, pp 162-179, PKB IKA XLV, Balai Penerbit FKUI Jakarta.
2002
4. Fisher JD, Howes DS, Thornton SL. Pediatric urinary tract infection. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/. Accessed on July 3rd, 2015.
5. Edlich RF,. Hill LG,. Mahler CA, Cox MJ,. Becker G,. Horowitz J H,. Nichter LS,
Martin ML, &. Lineweaver WC. Management and Prevention of Tractus Urinarius
Infection. Journal of Long-Term Effects of Medical Implants.2003. 13(3):139–154
6. Ahmed SM, Swedlund SK. Evaluation and treatment of urinary tract infection in
children. Available at: http://www.aafp.org/afp/. Accessed on July 3rd, 2015.
Daftar Pustaka
7. Kanellopoulos TA, Salakos C, Spiliopoulou I, Ellina A, Nikolakopoulou NM, Papanastasiou
DM. First urinary tract infection in neonate, infants, and young children: a comparative
study. Pediatr Nephrol 2006;21;1131-7.
8. Baerton M, Bell Y, Thame M, Nicholson A, Trotman H. Urinary tract infection in neonates
with serious bacterial infections admitted to the University Hospital of the West Indies.
West Indian Med J 2008;57:Diunduh dari: http://caribbean.scielo.org/scielo.php?
script=sci_aettext&pid=S0043.
9. Bensman A, Dunand O, Ulinski T. Urinary tract infection. Dalam: Avner ED, Harmon WE,
Niaudet P, Yoshikawa N, penyunting. Pediatric Nephrology, edisi ke-6, SpringerVerlag,
Berlin Heidelberg, 2009,h.1229-310.
10. National Institute for Health and Clinical Excellence. (2007): Urinary tract infection in
children. http://guidance.nice.org.uk..CG054.
11. Garin EH, Olavarria F, Araya C, Broussain M, Barrera C, Young L. Diagnostic significance of
clinical and laboratory findings to localize site of urinary infection. Pediatr Nephrol
2007;22:1002-6.
12. Montini G, Toffolo A, Zuccheta P. Antibiotic treatment for pyelonephritis in
children:multicentre randomized controlled non-inferiority trial. Br Med J 2007;335:386-9.
13. Goldman M, Lahat E, Strauss S, Reisler G, Livne A, Gordings L, Aladjem M. Imaging after
urinary tract infection in male neonates. Pediatrics 2000;105:1232-5.
14. Lambert H, Coultard M. The child with urinary tract infection. Dalam: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, penyunting, Clinical Paediatric Nephrology, edisi ke-3, Oxford, Oxford
University Press, 2003,h.197-225
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai

  • JJJG
    JJJG
    Dokumen5 halaman
    JJJG
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Wawancara Psikiatri, Anamnesis, Dan Pemeriksaan Status Mental
    Wawancara Psikiatri, Anamnesis, Dan Pemeriksaan Status Mental
    Dokumen67 halaman
    Wawancara Psikiatri, Anamnesis, Dan Pemeriksaan Status Mental
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Checklist Neuro
    Checklist Neuro
    Dokumen4 halaman
    Checklist Neuro
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • JJJG
    JJJG
    Dokumen5 halaman
    JJJG
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • TTF
    TTF
    Dokumen11 halaman
    TTF
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Checklist Neuro
    Checklist Neuro
    Dokumen4 halaman
    Checklist Neuro
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Wawancara Psikiatri, Anamnesis, Dan Pemeriksaan Status Mental
    Wawancara Psikiatri, Anamnesis, Dan Pemeriksaan Status Mental
    Dokumen67 halaman
    Wawancara Psikiatri, Anamnesis, Dan Pemeriksaan Status Mental
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • GDHJK
    GDHJK
    Dokumen31 halaman
    GDHJK
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Fsvertui
    Fsvertui
    Dokumen8 halaman
    Fsvertui
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • XXGHJ
    XXGHJ
    Dokumen16 halaman
    XXGHJ
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Bab II S Coccus
    Bab II S Coccus
    Dokumen26 halaman
    Bab II S Coccus
    bahrudin
    Belum ada peringkat
  • Dfhjtryt
    Dfhjtryt
    Dokumen13 halaman
    Dfhjtryt
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • GFHGJHBKJNK
    GFHGJHBKJNK
    Dokumen76 halaman
    GFHGJHBKJNK
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • DFDGVBN
    DFDGVBN
    Dokumen9 halaman
    DFDGVBN
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Ygwevfa SF V
    Ygwevfa SF V
    Dokumen7 halaman
    Ygwevfa SF V
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Tiva
    Tiva
    Dokumen12 halaman
    Tiva
    dwi
    Belum ada peringkat
  • GVHBKJN
    GVHBKJN
    Dokumen8 halaman
    GVHBKJN
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Ygwevfa SF V
    Ygwevfa SF V
    Dokumen7 halaman
    Ygwevfa SF V
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • CGVJHBK
    CGVJHBK
    Dokumen4 halaman
    CGVJHBK
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • XFXGCHVJBK
    XFXGCHVJBK
    Dokumen10 halaman
    XFXGCHVJBK
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • CGVJHBK
    CGVJHBK
    Dokumen4 halaman
    CGVJHBK
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • FGHBJ
    FGHBJ
    Dokumen15 halaman
    FGHBJ
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • HGVHGKJBHH
    HGVHGKJBHH
    Dokumen108 halaman
    HGVHGKJBHH
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Tipoid-OSLER-stase-IKM FIX
    Tipoid-OSLER-stase-IKM FIX
    Dokumen62 halaman
    Tipoid-OSLER-stase-IKM FIX
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Svdvs
    Svdvs
    Dokumen35 halaman
    Svdvs
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • HVGCG
    HVGCG
    Dokumen27 halaman
    HVGCG
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • VFGH
    VFGH
    Dokumen10 halaman
    VFGH
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • STBM Puskesmas
    STBM Puskesmas
    Dokumen39 halaman
    STBM Puskesmas
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Implant Afi
    Implant Afi
    Dokumen13 halaman
    Implant Afi
    wahyua
    Belum ada peringkat