Anda di halaman 1dari 27

CASE BASED DISCUSSION

HIPERTENSI

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas 1 Sumbang

Disusun oleh:
Wahyu Syafiati 1713020020

Pembimbing :
dr. Christina Iskandar

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
PERIODE 17 JANUARI 2019 - 23 MARET 2019
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan, presentasi kasus dengan judul

HIPERTENSI

Telah dipresentasikan
Hari, tanggal:Jumat, 15 Maret 2019

Disahkan oleh:
Dokter pembimbing,

dr. Christina Iskandar

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................. 1

Lembar pengesahan ...................................................................................... 2

Daftar Isi ....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................4

BAB II STATUS PASIEN ...........................................................................6

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................29

3
BAB I
PENDAHULUAN

Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.


Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. 1
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain
mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal
maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap
tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka kunjungan ke
dokter, perawatan di rumah sakit dan / atau penggunaan obat jangka panjang.
Makin meningkatnya harapan hidup makin kompleks penyakit yang
diderita oleh orang lanjut usia, termasuk lebih sering terserang hipertensi.
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi
(HST), dan pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya hipertensi, baik
HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas
dan mortalitas pada pasien usia lanjut.2
Hipertensi pada usia lanjut mempunyai beberapa kekhususan, umumnya
disertai dengan faktor risiko yang lebih berat, sering disertai penyakit-penyakit
lain yang mempengaruhi penanganan seperti dosis obat, pemilihan obat, efek
samping atau komplikasi karena pengobatan lebih sering terjadi, terdapat
komplikasi organ target, kepatuhan berobat yang kurang, sering tidak mencapai
target pengobatan dan lain-lain. Kesemua ini menjadikan hipertensi usia lanjut
tergolong dalam risiko kardiovaskular yang tinggi atau sangat tinggi. Oleh karena
itu penanganan hipertensi pada usia lanjut membutuhkan perhatian yang besar.3
Hipertensi khususnya pada usia lanjut sangat sering dijumpai. Dari hasil
riset dasar kesehatan nasional (RISKESDAS) 2007 didapatkan prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 31,7% yang meningkat semakin banyak, sehingga
di atas 55 tahun melebihi 50%. Data dari negara maju tak jauh berbeda, di
Amerika Serikat prevalensi hipertensi pada usia diatas 65 tahun adalah 72%.
Dalam penelitian Framingham, pada yang mempunyai tekanan darah normal di
usia 50 tahun, hampir seluruhnya (90%), kemudian menjadi hipertensi.

4
Komplikasu hipertensi yang utama adalah penyakit kardiovaskular, yang dapat
berupa penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, penyakit ginjal kronik,
kerusakan retina mata, maupun penyakit vaskuar perifer.4

5
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. B
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Sumbang RT 04/ RW 04
Waktu Pemeriksaan : 26 Februari 2019
II. Anamnesis
a. Keluhan utama : Nyeri kepala
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri kepala dikeluhakan ± 3 minggu yang lalu. Keluhan ini diakui
berlangsung terus menerus dan semakin memberat ketika os sedang
banyak pikiran dan saat kelelahan. Os juga mengeluhkan nyeri pada
bagian belakang leher. Os juga merasa kelelahan, kesemutan ditangan dan
kaki, namun os mengaku tidak merasa mual atau sampai muntah. Jantung
berdebar-debar (-), gangguan penglihatan (-), BAB dan BAK normal.
c. Riwayat Pengobatan :
Os mengaku bahwa ia sering mengkonsumsi obat sakit kepala yang
dijual di warung untuk mengatasi nyeri kapala yang dialaminya.
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit jantung (-), DM (-), riwayat operasi (-), asma (-),
bronkitis (-).
e. Riwayat Penyakit Keluarga :
Os mengaku ibunya dulu pernah menderita tekanan darah tinggi.
Saat ini tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama
seperti os.
f. Riawayat Alergi :
Os tidak mempunyai riwayat alergi.
g. Riwayat Psikososial :
Os mengaku seringkali mengkonsumsi makanan yang asin seperti
ikan asin dan hampir setiap hari untuk lauk. Os jarang mengkonsumsi
buah dan sayur serta jarang berolahraga. Os mengaku mengkonsumsi
rokok sehari 1/2 bungkus, mengkonsumsi kopi 2 gelas perhari, alkohol
(-),ventilasi rumah yang kurang dan udara dalam ruangan yang panas.
III. Pemeriksaan Fisik

6
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 160/110 mmHg
Frekuensi nadi : 91 x/menit
Frekuensi nafas : 22 x/menit
Suhu : 36,5oC
Berat badan : 92 Kg
Tinggi badan : 167 cm
Status gizi : Obes II
Status generalis
Kepala-Leher
Kulit : Berwarna sawo matang, ikterus (-), sianosis (-)

Kepala : Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut


berwarna hitam terdistribusi merata, tidak mudah
dicabut

Mata OD : Bentuk normal, Konjungtiva anemis, sklera


tidak ikterik, palpebral superior et inferior tidak
edema, pupil bulat dengan diameter kurang lebih 3
mm, reflek cahaya (+), mata cekung (-)
OS : Bentuk normal, Konjungtiva anemis, skelra
tidak ikterik, palpebral superior et inferior tidak
edema, pupil bulat dengan diameter kurang lebih 3
mm, reflek cahaya (+), mata cekung (-)
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada
sekret, tidak ada serumen
Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi,
tidak ada sekret
Mulut : Bentuk normal, perioral tidak sianosis, bibir
lembab, lidah tidak kotor, arkus faring simetris,
letak uvula di tengah, faring tidak hiperemis, tonsil
T1-T1, mukosa mulut tidak ada kelainan
Leher : Pembesaran KGB -/-

Thorax
Inspeksi :
a. Bentuk dan ukuran : Bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel
chest (-), pergerakan dinding dada simetris

7
b. Permukaan dada : Papula (-), purpura (-), ekimosis (-), spider
naevi (-), vena kolateral (-), massa (-).
c. Iga dan sela iga : Pelebaran ICS (-)
d. Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis : cekung, simetris kiri
dan kanan
Fossa jugularis : Tidak tampak deviasi
e. Tipe pernafasan : Torako-abdominal

Palpasi

a. Trakea : Tidak ada deviasi trakea, iktus kordis


teraba di ICS V linea parasternal sinistra
b. Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
c. Gerakan dinding dada : Simetris kiri dan kanan
d. Fremitus vocal : Simetris kiri dan kanan

Perkusi

a. Sonor seluruh lapang paru


b. Batas paru-hepar : Inspirasi ICS VI, Ekspirasi ICS VI
c. Batas paru-jantung :
i. Kanan : ICS II linea parasternalis dekstra
ii. Kiri : ICS IV linea mid clavicula sinistra

Auskultasi

a. Cor : S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).


b. Pulmo :
i. Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru
ii. Rhonki (-/-)
iii. Wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi :

a. Bentuk : Simetris
b. Umbilicus : Masuk merata

8
c. Permukaan Kulit : Tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi
(-),massa (-), vena kolateral (-), papula (-), petekie (-), purpura (-),
ekimosis (-),spider navy (-).
d. Distensi (-)
e. Ascites (-)

Auskultasi

a. Bising usus (+) normal


b. Metallic sound (-)
c. Bising aorta (-)

Perkusi

a. Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)


b. Nyeri ketok (-)

Palpasi

a. Nyeri tekan epigastrium (-)


b. Massa (-)
c. Hepar / lien : tidak teraba

9
Ekstremitas

Inguinal-genitalia-anus : tidak diperiksa

IV. Pemeriksaan Penunjang


Cholestrol : 145 mg/dL
V. Diagnosis Kerja
Hipertensi derajat II
VI. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit
a. Promotif : Menjelaskan tentang penyakit hipertensi
b. Preventif : Diet rendah garam, olahraga teratur, menghindari faktor
risiko seperti merokok, alkohol dan stress
c. Kuratif :
 Terapi Medikamentosa :
- Captopril 25 mg 3x1
- Amlodipin 5 mg 1x1
- Parasetamol 500 mg 3x1 tab/2 tab
 Terapi nonmedikamentosa :
- Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan
kebiasaan makan penderita hipertensi

10
- Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi
pasien penderita hipertensi
- Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada
pasien penderita hipertensi untuk melakukan olahraga senam
aerobic atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali
seminggu. Selain itu menghentikan kebiasaan merokok dan
mengurangi minum minuman beralkohol.
d. Rehabilitatif :-
VII. Prognosis : Dubia at bonam
VIII. Konseling :
a. Penyakit yang diderita adalah penyakit hipertensi yang tidak
menular dan tidak bisa sembuh dan hanya bisa di kontrol
b. Menjelaskan kepada os tentang gejala-gejala pada penyakit
hipertensi dan risiko penyulit yang mungkin terjadi
c. Menganjurkan pasien agar mengurangi konsumsi makanan yang
asin, serta mengurangi konsumsi makanan yang digoreng dan
makanan yang berlemak
d. Menjelaskan kepada os agar tekun meminum obat dan rutin
memerikasan dirinya di Puskesmas 1 Sumbang, meskipun os sudah
merasa sehat.
e. Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Klasifikasi


Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir
konstan pada arteri. Tekanan tersebut dihasilkan oleh kekuatan jantung
ketika memompa darah. Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan
diastolik, tekanan sistolik, atau kedua-duanya secara terus-menerus.
Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila
jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan darah diastolik berkaitan
dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi
di antara dua denyutan.5,6
The Joint National Community on Preventation,
Detection,Evaluation and Treatment of High Blood Preassure 7 (JNC-7),
WHO dan European Society of Hipertension mendefinisikan hipertensi
sebagai kondisi dimana tekanan darah sistolik seseorang lebih dari 140
mmHg atau tekanan darah diastoliknya lebih dari 90 mmHg.6
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥
18 tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih
pada dua atau lebih kunjungan klinis2 (Tabel 1). Klasifikasi tekanan darah
mencakup 4 kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik
(TDS) < 120 mm Hg dan tekanan darah diastolik (TDD) < 80 mm Hg.
Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi
mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung
meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua
tingkat (stage) hipertensi , dan semua pasien pada kategori ini harus diberi
terapi obat.

12
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur ≥ 18 tahun
menurut JNC 7.2

a. Isolated Sistolik Hypertension


Sesuai dengan panduan JNC-VII, ISH didefinisikan sebagai Tekanan
Darah Sistolik ≥140 mmHG dengan Tekanan Darah Diastol 90 mmHg atau
kurang. Kenaikan tekanan darah sistolik dan penurunan tekanan darah
diastolik umumnya terjadi diatas usia 60 tahun. Hal ini sejalan dengan
berkurangnya elastisitas pembuluh darah besar (aorta) dan proses
aterosklerosis. ISH didapatkan pada usia 60-70 dari kasus hipertensi pada usia
lanjut dengan risiko 2-4 kali lipat untuk terjadinya infark miokard, LVH,
gangguan fungsi ginjal, stroke, dan mortalitas kardiovaskuler.3
Komplikasi KV berbanding lurus dengan peningkatan tekanan darah
sistolik dan tekanan nadi serta berbanding terbalik dengan penurunan tekanan
darah diastolik. Semakin tinggi tekanan darah sistolik atau tekanan nadi
semakin berat risiko komplikasi kardiovaskular. Selain itu penurunan tekanan
darah dioastolik yang terlalu rendah berisiko mengurangi aliran darah ke
arteri koroner.3
b. Krisis Hipertensi
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh
tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau
telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah
>180/120 mmHg; dikategorikan sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi
urgensi. Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai
dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan
darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit – jam) untuk mencegah
kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut:
encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai
edema paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan

13
eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan.. Hipertensi urgensi adalah
tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan organ target yang progresif.
Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke nilai tekanan
darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa jam s.d. beberapa hari.
B. Epidemiologi
Di Amerika, diperkirakan 30% penduduknya (± 50 juta jiwa) menderita
tekanan darah tinggi (≥ 140/90 mmHg); dengan persentase biaya kesehatan
cukup besar setiap tahunnya.4 Menurut National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES), insiden hipertensi pada orang dewasa di
Amerika tahun 1999-2000 adalah sekitar 29-31%, yang berarti bahwa
terdapat 58-65 juta orang menderita hipertensi, dan terjadi peningkatan 15
juta dari data NHNES III tahun 1988-1991.
Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya
tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko
untuk menderita hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan
darahnya normal adalah 90%.2 Kebanyakan pasien mempunyai tekanan darah
prehipertensi sebelum mereka didiagnosis dengan hipertensi, dan kebanyakan
diagnosis hipertensi terjadi pada umur diantara dekade ketiga dan dekade
kelima. Sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita
hipertensi dibanding perempuan. Dari umur 55 - 74 tahun, sedikit lebih
banyak perempuan dibanding laki-laki yang menderita hipertensi. Pada
populasi lansia (umur ≥ 60 tahun), prevalensi untuk hipertensi sebesar 65.4
%.8
C. Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.
Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial
atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah
mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder.
Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila
penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-
pasien ini dapat disembuhkan secara potensial.8
a. Hipertensi primer (essensial).
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial
(hipertensi primer).5 Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial

14
merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang
mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi,
namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi
primer tersebut.
Hipertensi sering turun-temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya
menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada
patogenesis hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk
disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenik mempunyai
kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik
dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga
didokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi
kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal,
dan angiotensinogen.
b. Hipertensi sekunder.
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.10 Obat-
obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan
hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah.
Obat-obat ini dapat dilihat pada tabel 2.
Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan
menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati/mengoreksi kondisi
komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam
penanganan hipertensi sekunder.
Tabel 2. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi8
Penyakit Obat
 penyakit ginjal kronis  Kortikosteroid, ACTH
 hiperaldosteronisme primer  Estrogen (biasanya pil KB dg
 penyakit renovaskular  kadar estrogen tinggi)
 sindroma Cushing  NSAID, cox-2 inhibitor
 pheochromocytoma  Fenilpropanolamine dan analog
 koarktasi aorta  Cyclosporin dan tacrolimus
 penyakit tiroid atau paratiroid  Eritropoetin
 Sibutramin
 Antidepresan (terutama

15
venlafaxine)
NSAID: non-steroid-anti-inflammatory-drug, ACTH: adrenokortikotropik
hormon
D. Patogenesis
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan
darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh
selama kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik
jantung diisi.

Gambar 1. Fisiologi pengaturan tekanan darah


Pengaturan tekanan darah sangat kompleks dan mencakup interaksi antara
berbagai faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi dua variabel
hemodinamik yakni curah jantung dan resistensi perifer. Curah jantung
dipengaruhi oleh volume darah yang sangat tergantung secara independen
dengan konsentrasi natrium serum. Resistensi perifer diatur pada tingkat
arteriol dan dipengaruhi oleh faktor neuronal dan hormonal. Tonus vaskulur
normal dipengaruhi oleh zat vasokonstriktor (angiotensin II dan katekolamin)
dan vasodilator (kinin, prostaglandin dan nitrit oksida). Resistensi pembuluh
darah diatur oleh autoregulasi dimana peningkatan tekanan darah akan
memicu vasokonstriksi untuk mencegah hiperperfusi jaringan. Faktor lokal
seperti pH dan hipoxi serta interaksi neuronal antara α dan β adrenerdik juga
terlibat.

16
Gambar 2. Autoregulasi tekanan darah oleh sistem RAAS
Ginjal dan kelenjar adrenal berperan penting pada regulasi tekanan darah
dan berinteraksi satu sama lain untuk mengatur tonus tekanan darah dan
volume tekanan darah. Ginjal mempengarhi resistensi perifer dan homeostasis
natrium secara langsung melalui sistem RAAS. Renin merupakan enzim
proteolitik yang dihasilkan di ginjal oleh sel jukstaglomerular di arterior
aferen. Saat volume atau tekanan darah turun terjadi penurunan tekanan pada
arteriol aferen, penurunan GFR dan peningkatan resorpsi natrium tubulus
proksima sehingga terjadi konservasi natrium dan ekspansi voume darah. Sel
jukstaglomerular berespn dengan melepaskan renin. Renin mengkatabolisme
angiotensinogen plasma menjadi angiotensin I yang kemudia dikonversi
menjadi angiotensin II oleh Angiotensin converting enzyme di perifer.
Angiotensin II meningkatkan tekanan arah dengan meningkatkan resistensi
perifer dengan merangsang kontraksi sel otot polos vaskular, meningkatkan
volume plasma dengan merangsang sekresi aldosteron pada adrenal,
meningatkan reabsorbsi natrium tubulus. Atrium jantung juga mensekresika
atrial natriuretik peptita (ANP) sebagai respon terhadap ekspansi volume
jantung pada gagal jantung dan menghambat reabsorbi natrium di tubulus
ginjal dan menyebabkan vasodilatasi sistemik.
Hampir 95% hipertensi adalah idiopatik (hipertensi esensial) . Kebanyakan
pasien tetap stabil seumur hidup dan sebagian mengalami komplikasi infark
miokard, strokea tau komplikasi lain. Sisanya adalah hipertensi sekunder
yang disebabkan oleh penyempitan arteri renalis biasanya oleh plak

17
aterosklerosis (hipertensi renovaskular). Yang jarang terjadi adalah hipertensi
akibat penyakit adrenal seperti aldosteronisme perifer, sindrom cushing,
feokromositoma atau penyakit lain
Sekitar 5% hipertensi menunjukkan peningkatan tekanan darah cepat yang
jika tidak terdeteksi dapat menyebaban kematian dalam 1-2tahun. Hipertensi
maligna atau accelerated secara klinis ditandai oleh hipertensi berat (DBP
>120mmHg), gagal ginjal, perdarahan retina dan eksudat dengan atau tanpa
papiledema. Hipertensi maligna dapat terjadi pada hipertensi yang sudah ada,
esensial maupun sekunder.
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial
dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah 10
a) Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi
diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress
psikososial dll
b) Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor
c) Asupan natrium (garam) berlebihan
d) Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
e) Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi
angiotensin II dan aldosteron
f) Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide
natriuretik
g) Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus
vaskular dan penanganan garam oleh ginjal
h) Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh
darah kecil di ginjal
i) Diabetes mellitus
j) Resistensi insulin
k) Obesitas
l) Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
m) Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular
n) Berubahnya transpor ion dalam sel
E. Diagnosis
Ada 3 tujuan evaluasi pasien dengan hipertensi:
- Menilai gaya hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular atau
penyakit penyerta yang mungkin dapat mempengaruhi prognosis sehingga
dapat memberi petunjuk dalam pengobatan
- Mencari penyebab tekanan darah tinggi

18
- Menetukan ada tidaknya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular
Data diperoleh melalui anamnesis mengenai keluhan pasien, riwayat penyakit
dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin, dan
prosedur diagnostik lainnya.
Hipertensi seringkali disebut sebagai “silent killer” karena pasien dengan
hipertensi esensial biasanya tidak ada gejala (asimptomatik). Penemuan fisik
yang utama adalah meningkatnya tekanan darah. Pengukuran rata-rata dua
kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol ditentukan untuk mendiagnosis
hipertensi.
Secara umum pasien dapat terlihat sehat atau beberapa diantaranya sudah
mempunyai faktor resiko tambahan (lihat tabel 3) tetapi kebanyakan
asimptomatik.
Tabel 3. Faktor-faktor resiko kardiovaskular2
Faktor resiko mayor Kerusakan organ target
→ Hipertensi → Jantung : Left ventricular
→ Merokok
hypertrophy
→ Obesitas (BMI ≥30) → Angina atau sudah pernah infark
→ Immobilitas
→ Dislipidemia miokard
→ Diabetes mellitus → Sudah pernah revaskularisasi
→ Mikroalbuminuria atau perkiraan koroner
GFR<60 ml/min → Gagal jantung
→ Umur (>55 tahun untuk laki-laki, → Otak : Stroke atau TIA
→ Penyakit ginjal kronis
>65 tahun untuk perempuan) → Penyakit arteri perifer
→ Riwayat keluarga untuk penyakit → Retinopathy
kardiovaskular prematur (laki-laki <
55 tahun atau perempuan < 65
tahun)
BMI = Body Mass Index; GFR= glomerular Filtration Rate; TIA = transient
ischemic attack
Pemeriksaan fisik termasuk pengukuran tekanan darah yang benar,
pemeriksaan funduskopi, perhitungan BMI (body mass index) yaitu berat
badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (meter kuadrat), auskultasi arteri
karotis, abdominal, dan bruit arteri femoralis; palpasi pada kelenjar tiroid;
pemeriksaan lengkap jantung dan paru-paru; pemeriksaan abdomen untuk

19
melihat pembesaran ginjal, massa intra abdominal, dan pulsasi aorta yang
abnormal; palpasi ektremitas bawah untuk melihat adanya edema dan denyut
nadi, serta penilaian neurologis. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik juga
perlu digali apakah sudah ada kerusakan organ target sebelumnya atau
disebabkan hipertensi. Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus meliputi hal-
hal seperti:
a) Otak: stroke, TIA, dementia
b) Mata: retinopati
c) Jantung: hipertropi ventrikel kiri, angina atau pernah infark miokard,
pernah revaskularisasi koroner
d) Ginjal: penyakit ginjal kronis
e) Penyakit arteri perifer
Pemeriksaan laboratorium rutin yang direkomendasikan sebelum memulai
terapi antihipertensi adalah urinalysis, kadar gula darah dan hematokrit;
kalium, kreatinin, dan kalsium serum; profil lemak (setelah puasa 9 – 12 jam)
termasuk HDL, LDL, dan trigliserida, serta elektrokardiogram. Pemeriksaan
opsional termasuk pengukuran ekskresi albumin urin atau rasio albumin /
kreatinin. Pemeriksaan yang lebih ekstensif untuk mengidentifikasi penyebab
hipertensi tidak diindikasikan kecuali apabila pengontrolan tekanan darah
tidak tercapai.
E. Penatalaksanaan
Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah : Penurunan mortalitas dan
morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi. Mortalitas dan morbiditas
ini berhubungan dengan kerusakan organ target (misal: kejadian
kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal).
Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan pilihan
terapi obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang menunjukkan
pengurangan resiko.
a. Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC VII.5
- Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg
- Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg
- Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg
b. Target nilai tekanan darah menurut JNC VIII12
- Pada populasi umum usia ≥60 tahun terapi farmakologi dimulai pada
SBP>150 dan DBP>90 mmHg dengan target tekanan darah
<150/90mmHg (Grade A)

20
- Pada populasi umum usia ≥60 tahun jika terapi farmakologi berhasil
mencapai SBP <140mmHg dan dapat ditoleransi secara baik tanpa efek
samping maka terapi tidak perlu diubah (Grade E)
- Pada populasi umum <60 tahun terapi farmakologi dimulai untuk
mencapai target DBP <90mmHg (Grade A untuk usia 30-59 tahun, grade
E untuk usia 18-29 tahun) dan SBP <140mmHg (Grade E)
- Pada populasi usia ≥18 tahun dengan CKD atau diabetes terapi
farmakologi bertujuan mencapai SBP <140 dan diastolik <90mmHg
(grade E)
c. Target nilai tekanan darah menurut ESH 20139
- Tekanan darah <140/90 untuk pasien hipertensi dengan faktor resiko
CVD rendah dan <130/80 pada pasien dengan resiko CVD tinggi
(diabetes, penyakit cerebrovaskular, kardiovaskular, ginjal)
- Pada orang tua <80 tahun target SBP 140-150mmHg dan pada kondisi fit
dapat <140mmHg atau disesuaikan dengan toleransi individual
- Pada orang tua <80tahun target SBP 140-150mmg
- Pada pasien diabetes melitus target DBP <85mmHg
- Pada kehamilan terapi diberikan pada TD >160/110mmHg

21
Tabel 4. Perbandingan target tekanan darah menurut JNC VII, JNC VIII,
ESH/ESC 2013, ISHIB 2010, ADA 2013, KDIGO 2102, NICE, CHEP 20138

Walaupun hipertensi merupakan salah satu kondisi medis yang umum


dijumpai, tetapi kontrol tekanan darah masih buruk. Kebanyakan pasien
dengan hipertensi tekanan darah diastoliknya sudah tercapai tetapi tekanan
darah sistolik masih tinggi. Diperkirakan dari populasi pasien hipertensi yang
diobati tetapi belum terkontrol, 76.9% mempunyai tekanan darah sistolik
≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≤90 mmHg. 12 Pada kebanyakan
pasien, tekanan darah diastolik yang diinginkan akan tercapai apabila tekanan
darah sistolik yang diiginkan sudah tercapai. Karena kenyataannya tekanan
darah sistolik berkaitan dengan resiko kardiovaskular dibanding tekanan
darah diastolik, maka tekanan darah sistolik harus digunakan sebagai petanda
klinis utama untuk pengontrolan penyakit pada hipertensi.5
Modifikasi gaya hidup saja bisa dianggap cukup untuk pasien dengan
prehipertensi, tetapi tidak cukup untuk pasien-pasien dengan hipertensi atau
untuk pasien-pasien dengan target tekanan darah ≤130/80 mmHg (DM dan
penyakit ginjal). Pemilihan obat tergantung berapa tingginya tekanan darah
dan adanya indikasi khusus. Kebanyakan pasien dengan hipertensi tingkat 1

22
harus diobati pertama-tama dengan diuretik tiazid. Pada kebanyakan pasien
dengan tekanan darah lebih tinggi (hipertensi tingkat 2), disarankan
kombinasi terapi obat, dengan salah satunya diuretik tipe tiazid.
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan: terapi nonfarmakologi
dan terapi farmakologi

Gambar 3. Penatalaksanaan hipertensi menurut JNC 75

23
Gambar 4. Penatalaksana hipertensi menurut JNC 811

Tabel 6. Obat-obat antihipertensi dan dosis rekomendasi JNC 811


a. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi
harus melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat
menurunkan tekanan darah dapat terlihat pada tabel 4 sesuai dengan
rekomendasi dari JNC VII. Disamping menurunkan tekanan darah pada
pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat
mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien
dengan tekanan darah prehipertensi.14 Modifikasi gaya hidup yang penting
yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan
untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH
(Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan
kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol
sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup
baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat
badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat.10 Program diet
yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan
secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obesitas disertai

24
pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan
ke pasien, dan dorongan moril.

25
BAB III
KESIMPULAN

Hipertensi dikenal sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita


memiliki tekanan darah diatas normal. Hipertensi merupakan salah satu faktor
risiko utama penyebab gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung,
hipertensi dapat juga berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit
serebrovaskular. Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler dan ginjal. Dengan menurunkan tekanan darah kurang
dari 140/90 mmHg diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang. Terapi non
farmakologi antara lain mengurangi asupan garam, olah raga, menghentikan rokok
dan mengurangi berat badan, dapat dimulai sebelum atau bersama-sama dengan
obat farmakologi.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. 2011 World Health Organization (WHO) / International Society of


Hypertension Statement on Management of Hypertension. J Hypertens
2011
2. Hajjar I, Kotchen TA. Trends In Prevalence, Awareness, Treatment, And
Control Of Hypertension In The United States. JAMA 2013;290:199-206
3. Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM, Simpson IA. Lecture Note:
kardiologi. Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga; 2013.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing;
2016Sudoyo AW,
5. Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2015
6. Chobaniam AV et al. Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.
JAMA 2016;289:2560-2572
7. Sherwood Lauralee, 2011 ; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Human
Physiology: From cells to systems) ; Edisi II, Jakarta, EGC.
8. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U.S.
Department of Health and Human Services. 2017.
9. Dosh SA. The diagnosis of essential and secondary hypertension in
adults. J.Fam Pract 2016;50:707-712
10. Oparil S et al. Pathogenesis of Hypertension. Ann Intern Med
2013;139:761-776
11. Vasan RS et al, Impact of High Normal Blood Pressure on the Risk of
Cardiovascular Disease, NEJM 2018;345:1291-1297
12. James, Paul et al. 201 Evidence based guideline for the managementof
high blood presure in adults report from the panel members appointed to
the english joint national commitee (JNC 8). JAMA 2014;311(5):507-520
13. Mancia et al. 2013 ESC/ESH guideline for the management of arterial
hypertension. Journal of Hypertension 2013; 31:1281-1357
14. Hyman DJ et al. Characteristic Of Patients With Uncontrolled
Hypertension In The United States. NEJM 2014;345:479-486
15. Sacks FM et al. Effects On Blood Pressure Of Reduced Dietary Sodium
And The Dietary Approaches To Stop Hypertension (Dash) Diet. DASH
Collaborative Research Group. NEJM 2015;344:3-10
16. Kabo, Peter. Hipertensi dalam Bagaimana menggunaka obat-obatan
kardiovaskular secara rasional. Edisi 1. 2017. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
17. Myceek, MJ et al. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2. 2016. Jakarta:
Widya Medika.

27

Anda mungkin juga menyukai

  • JJJG
    JJJG
    Dokumen5 halaman
    JJJG
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Wawancara Psikiatri, Anamnesis, Dan Pemeriksaan Status Mental
    Wawancara Psikiatri, Anamnesis, Dan Pemeriksaan Status Mental
    Dokumen67 halaman
    Wawancara Psikiatri, Anamnesis, Dan Pemeriksaan Status Mental
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • GFHGJHBKJNK
    GFHGJHBKJNK
    Dokumen76 halaman
    GFHGJHBKJNK
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • TTF
    TTF
    Dokumen11 halaman
    TTF
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • JJJG
    JJJG
    Dokumen5 halaman
    JJJG
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Wawancara Psikiatri, Anamnesis, Dan Pemeriksaan Status Mental
    Wawancara Psikiatri, Anamnesis, Dan Pemeriksaan Status Mental
    Dokumen67 halaman
    Wawancara Psikiatri, Anamnesis, Dan Pemeriksaan Status Mental
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Checklist Neuro
    Checklist Neuro
    Dokumen4 halaman
    Checklist Neuro
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • GCHBJ
    GCHBJ
    Dokumen45 halaman
    GCHBJ
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Dfhjtryt
    Dfhjtryt
    Dokumen13 halaman
    Dfhjtryt
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Tiva
    Tiva
    Dokumen12 halaman
    Tiva
    dwi
    Belum ada peringkat
  • Fsvertui
    Fsvertui
    Dokumen8 halaman
    Fsvertui
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • XXGHJ
    XXGHJ
    Dokumen16 halaman
    XXGHJ
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Checklist Neuro
    Checklist Neuro
    Dokumen4 halaman
    Checklist Neuro
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • DFDGVBN
    DFDGVBN
    Dokumen9 halaman
    DFDGVBN
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Ygwevfa SF V
    Ygwevfa SF V
    Dokumen7 halaman
    Ygwevfa SF V
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Bab II S Coccus
    Bab II S Coccus
    Dokumen26 halaman
    Bab II S Coccus
    bahrudin
    Belum ada peringkat
  • GDHJK
    GDHJK
    Dokumen31 halaman
    GDHJK
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • GVHBKJN
    GVHBKJN
    Dokumen8 halaman
    GVHBKJN
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • CGVJHBK
    CGVJHBK
    Dokumen4 halaman
    CGVJHBK
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • XFXGCHVJBK
    XFXGCHVJBK
    Dokumen10 halaman
    XFXGCHVJBK
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Ygwevfa SF V
    Ygwevfa SF V
    Dokumen7 halaman
    Ygwevfa SF V
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • VFGH
    VFGH
    Dokumen10 halaman
    VFGH
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • FGHBJ
    FGHBJ
    Dokumen15 halaman
    FGHBJ
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Svdvs
    Svdvs
    Dokumen35 halaman
    Svdvs
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Tipoid-OSLER-stase-IKM FIX
    Tipoid-OSLER-stase-IKM FIX
    Dokumen62 halaman
    Tipoid-OSLER-stase-IKM FIX
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • HGVHGKJBHH
    HGVHGKJBHH
    Dokumen108 halaman
    HGVHGKJBHH
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • CGVJHBK
    CGVJHBK
    Dokumen4 halaman
    CGVJHBK
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • HVGCG
    HVGCG
    Dokumen27 halaman
    HVGCG
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • Implant Afi
    Implant Afi
    Dokumen13 halaman
    Implant Afi
    wahyua
    Belum ada peringkat
  • STBM Puskesmas
    STBM Puskesmas
    Dokumen39 halaman
    STBM Puskesmas
    wahyua
    Belum ada peringkat