• Nama Lengkap : Lily Kresnowati, dr, M.Kes (Epid)
Alamat : Jl. Taman Kelud Selatan no 11B,
Semarang 50237
HP 081 2280 1191,
E-mail : lilysutopo93@gmail.com
centerofcodingexcellence2015@gmail.com
• PENDIDIKAN : S1 Kedokteran Umum
S2 Epidemiologi
TOT Rekam Medis & Coding(1999-2015)
• PEKERJAAN : Direktur Center Of Coding Excellence
Dosen D3 Rekam Medis
Dewan Pertimbangan DPD PORMIKI Jateng
Nara Sumber Pelatihan RM/Coding
CLINICAL DOCUMENTATION
IMPROVEMENT (CDI) DALAM
SISTEM PEMBAYARAN
KEMBALI BERBASIS CASE-MIX
LILY KRESNOWATI
Sistem Pembayaran di Era JKN
Pemberdayaan
Masyarakat PERUBAHAN
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) SISTEM
Perpres No 72/2012
PERUBAHAN PARADIGMA
REIMBURSEMENT
FEE FOR SERVICE PROSPECTIVE
PAYMENT SYSTEM
• Provider layanan kesehatan • Pembayaran layanan
menarik biaya pada pasien kesehatan menggunakan tarif
yang telah disepakati bersama
untuk tiap jenis pelayanan (di muka) untuk satu episode
yang diberikan. layanan kesehatan.
• Tarif ditentukan setelah • Tidak berdasarkan rincian
pelayanan dilakukan. tagihan melainkan
• Besaran biaya berdasarkan berdasarkan data dokumentasi
aktivitas atau kegiatan klinis dalam satuan
pelayanan kompleksitas kasus (Case-mix)
kode DRG
PERAN CODING ACCURACY
• Mengingat besaran klaim sangat ditentukan oleh
kode DRG yang merepresentasikan kompleksitas
kasus dan sumber daya yang dikeluarkan dalam
pelayanan pasien, maka proses koding ini
menjadi sangat vital dalam menentukan
pendapatan RS
• Akurasi koding akan menentukan apakah RS akan
menerima reimbursement yang sesuai dengan
sumber daya yang dikeluarkan atau tidak.
• Di sisi lain, ketidaksesuaian koding juga dapat
berdampak terhadap pembayaran klaim yang
tidak sesuai (kurang/berlebihan) dugaan fraud
PENTINGNYA CDI
• Dengan dimulainya implementasi dari Sistem
Pembayaran Prospektif INA CBGs, maka data klinis
terkode menjadi makin signifikan, guna kepentingan
reimbursement, pengukuran kualitas, dan juga profiling.
• Koding data klinis dilakukan semata-mata berdasarkan
apa yang terdokumentasi dalam rekam medis. Koder
hanya boleh menetapkan kode atas apa yang
didokumentasikan oleh dokter atau nakes lainnya.
• Oleh karena itu, ketidaklengkapan dan ketidakjelasan
dalam dokumentasi akan menyebabkan koder terpaksa
menggunakan kode tak-spesifik, sehingga
mengakibatkan kesalahan indeks case-mix dan
pembayaran klaim yang rendah/tidak sesuai.
PERMASALAHAN SEPUTAR
CLINICAL
DOCUMENTATION
TERKAIT REIMBURSEMENT
BERBASIS INA-CBGs
CONTOH KASUS
1. Seorang pasien masuk dirawat untuk operasi
tutup colostomi. Pasca pasien sesak nafas,
masuk ICU kemudian meninggal.
Dokter hanya mencantumkan diagnosis tutup
colostomi dan sesak nafas
Kode yang diberikan Z43 dan R06.0
?
2. Pasien datang ke UGD dengan keadaan
hematemesis berat, dilakukan bilas lambung
dan pemberian suntikan anti perdarahan.
Pasien kemudian di-opname atas indikasi
anemia, dilakukan transfusi
Dokter ruangan hanya menuliskan Anemia.
Kode yang diberikan D64.9 dan 99.03
?
PRINSIP DOKUMENTASI
We can’t code if it isn’t documented,
and thus we can’t bill for it
CLINICAL DOCUMENTATION IMPROVEMENT (acdis)
PENULISAN DIAGNOSIS
• Pasien Fraktur pasca ORIF 1 minggu yang
lalu, kontrol ulang untuk ganti balut
Atau untuk aff (remove) implant fraktur ?
Dx Utama ??
• Pasien Ca yang rutin mendapat kemoterapi,
dirawat untuk mual, muntah, lemas pasca
kemo
DIAGNOSIS UTAMA
• PRINSIP : Single-Condition Morbidity Analysis
• Kondisi utama yang digunakan dalam single-
condition morbidity analysis adalah kondisi utama
yang dirawat atau di-investigasi sepanjang
episode asuhan kesehatan yang terkait
• Kondisi utama (Dx Utama) kondisi yang,
didiagnosis pada akhir episode asuhan kesehatan,
terutama bertanggung jawab menyebabkan
seseorang (pasien) membutuhkan pengobatan
atau pemeriksaan.
Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, 4. Rules and guidelines for mortality and morbidity coding.
SEBALIKNYA
• Pasien dirawat karena diare akibat keracunan
makanan,
Pasien memiliki riwayat menderita penyakit
Hipertensi dengan Gagal Jantung Kongestif,
Tuberkulosis Paru, Diabetes mellitus, dan
?
Benign Prostat Hypertrophy (BPH)
Dokter menuliskan :
Dx Utama : Diare akibat keracunan makanan
Dx Sekunder : HHD , TB Paru, DM, BPH
DIAGNOSIS LAIN / SEKUNDER
Ø Kondisi Lain (Dx Lain/Dx Sekunder) Kondisi
yang coexist atau berkembang selama (dalam)
episode pelayanan kesehatan, dan
mempengaruhi manajemen pasien. Kondisi-
kondisi yang terkait episode sebelumnya yang
tidak membawa dampak terhadap episode
saat ini seharusnya tidak dicatat (di-kode).
• Extracted from ICD-10 , 2010 Edition, 4. Rules and guidelines for mortality
and morbidity coding.
Symptom & Sign sebagai
dx sekunder ?
?
ATURAN KODING LAINNYA
• Gejala & tanda yang merupakan bagian
integral dari suatu proses penyakit tidak
di-kode sekunder *
• Kecuali gejala & tanda yang bukan
merupakan bagian integral dari
penyakitnya, dapat di-kode sekunder
* ICD-9-CM/ICD-10-CM Coding Guidelines (2009)
CONTOH LAIN
?
Kesesuaian diagnosis & tindakan
• Prosedur utama adalah prosedur yang paling
signifikan, yang dilakukan untuk
mengobati/mengatasi diagnosis utama.
extracted from Clinical Casemix Handbook
Penulisan Terminologi Diagnosis
Penulisan diagnosis
dokter :
Spasmofilia
Neglected Fracture ? kelainannya apa ? Dx
adalah kondisi yg ditangani
Bekas Fraktur ? Malunion ?
Dx : Riwayat Obstetri jelek, primi tua
ANC
Kondisi Non-
Morbid
PRIMI TUA ?
Utk Rajal
PRIMI TUA
Ranap ?
Masalah / diagnosisnya apa ??
Terkait dg pengelolaan, resources
CLINICAL CODING
• Tujuan koding adalah untuk melaporkan dengan
tepat apa yang terjadi antara provider (pemberi
layanan) dan pasien dalam suatu episode
pelayanan. Laporan ini sepenuhnya tergantung
dari ketelitian dan kejernihan rekam medis dokter
• Kode yg diberikan harus merefleksikan isi dari
dokumen RM dokter. Termasuk di dalamnya
beberapa sumber dokumentasi yg sah ; asuhan
keperawatan, catatan teknisi, dan sisanya
berisikan catatan dan laporan dari dokter
• Dalam pendokumentasian episode klinis,
providers diharapkan dapat memberikan
dokumentasi riwayat kesehatan pasien secara
jelas terbaca, lengkap, konsisten, presisi dan
reliabel. Berisikan riwayat kesehatan pasien,
sakitnya sekarang dan perjalanan perawatan.
Dokumentasi ini meliputi observasi, bukti
adanya suatu proses pengambilan keputusan
dalam menetapkan suatu diagnosis, adanya
rencana pengobatan, dan semua hasil-hasil
tes, tindakan/operasi dan perawatan.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI AKURASI KODING
Kresnowati,L & Ernawati D., 2013
Apa itu CDI ?
• CDI (Clinical Documentation Improvement)
adalah suatu proses yang dijalankan di fasilitas
pelayanan kesehatan, dengan mempekerjakan
professional yang melakukan telaah terhadap
dokumen klinis dan memberikan umpan-balik
untuk para dokter (Mark Morsch, vice
president of technology at OptumInsight)
Mengapa perlu CDI ?
• Para pimpinan layanan kesehatan yg visioner
melaksanakan CDI untuk mendorong komunikasi
lebih baik, mengurangi risiko finansial,
meningkatkan kualitas pelaporan dan
menghasilkan lebih banyak layanan efektif bagi
pasien
1. Peningkatan efisiensi operasional
dalam organisasi layanan kesehatan
2. Antisipasi kesalahan dalam proses
dokumentasi yang dapat berakibat
kerugian finansial, aspek legal,
hingga potensi ganti rugi akibat
kesalahan dalam pemberian
layanan
3. Keluhan para klinisi yang dituntut
terlalu banyak administratif, di
tengah kesibukan melayani pasien
4. Kecenderungan kolaborasi antar
nakes (teamwork approach) yang
membutuhkan komunikasi yang
baik dalam pemberian layanan
kesehatan
TUJUAN CDI
• Fokus utama CDI adalah meningkatkan
kualitas pendokumentasian klinis ;
memfasilitasi suatu representasi yang akurat
dari pelayanan kesehatan melalui pelaporan
yang lengkap dan akurat tentang diagnosis
maupun tindakan yang diberikan.
• Tujuan ; mitigasi risiko, meningkatkan kualitas
pelayanan dan meningkatkan pendapatan RS
dari reimbursement.
REVIEW DOKUMENTASI KLINIS
• Tujuan dari suatu review dokumentasi klinis
adalah untuk mengidentifikasi adanya
kekurangan atau ketidak sesuaian catatan dokter
dengan kode yang ditetapkan.
• Review perlu dilakukan secara sistematis,
periodic dan konsisten
• Hasil review perlu ditindaklanjuti dengan
konfirmasi pada dokter penanggungjawab
perawatan untuk memperoleh kejelasan dan jika
diperlukan penyesuaian kode sesuai dengan hasil
klarifikasi PHYSICIAN QUERY
Kompetensi yang dibutuhkan dalam
melakukan review adalah :
• Pengetahuan tentang konsep dan pedoman
koding serta terminologi klinis
• Kemampuan untuk membaca dan menganalisis
semua informasi yang ada dalam rekam medis
pasien
• Pengetahuan klinis (anatomi-fisiologi,
patofisiologi, farmakologi, dan standar pelayanan
medis / clinical pathway)
• Mampu menyusun dan melakukan komunikasi
verbal maupun tertulis dengan provider dan
klinisi lain.
• Pengetahuan tentang regulasi, termasuk
reimbursement dan syarat dokumentasi.
TIMING
Review Dokumentasi Klinis ini dapat dilakukan
dengan cara :
1. Saat dilakukan koding (pre-billing).
2. Retrospektif ; setelah koding dan billing
dilakukan.
3. Yang saat ini banyak dilakukan dalam
program Clinical Documentation
Improvement adalah dilakukan secara
concurrent, atau ‘real time’ yaitu saat pasien
masih dirawat di RS, sehingga memungkinkan
proses klarifikasi lebih mudah.
HASIL REVIEW
• Tdak mencari pelaku kesalahan (liable
person/parties), melainkan lebih ke arah
menemukan risiko yang dapat dicegah (avoidable
risks)– sehingga arahnya benar-benar menuju
peningkatan kualitas dan safety.
• Dapat digunakan untuk mengembangkan
sejumlah pedoman / kebijakan untuk bagaimana
mendokumentasikan diagnosis dan prosedur
untuk memastikan bahwa RS telah di bayar dg
layak untuk pasien2 yg telah dirawatnya.
BEBERAPA CONTOH KEBIJAKAN
DALAM DOKUMENTASI
1. Kondisi yang dilaporkan dalam dokumen
didefinisikan sebagai kondisi yang menyebabkan
pasien dirawat, atau yang mempengaruhi
asuhan/pelayanan terhadap pasien, karena
menyebabkan tambahan :
- evaluasi klinis
- pengobatan / tindakan terapetik
- prosedur diagnostik
- LOS memanjang
- peningkatan pelayanan/asuhan keperawatan
dan atau monitoring
CLINICAL DOCUMENTATION IMPROVEMENT (acdis)
2. Hanya kode diagnosis yang jelas dan konsisten
didukung oleh dokumentasi pemberi pelayanan
yang dapat dikode dan dilaporkan
3. Perlu dilakukan konfirmasi bilamana
dokumentasi yang dibuat gagal memenuhi
kriteria sbb :
- terbaca
- lengkap PHYSICIAN QUERY
- jelas
- konsisten
- presisi CLINICAL DOCUMENTATION IMPROVEMENT (acdis)
Kapan diajukan PHYSICIAN QUERY
1. Jika ada ketidak sesuaian (disconnect) antara
clinical terminology dan sistem klasifikasi
2. ketiadaan dokumentasi yang cukup untuk
?
mendukung pengajuan klaim/biaya
3. Dokumentasi dan pembiayaan tidak
memenuhi medical necessity
4. Dokumentasi yang bertentangan atau ambigu
5. Dokumentasi yang non-spesifik
INGAT
• Suatu Queryform hanya dapat diterima sejauh
hanya memberikan klarifikasi dan konsisten
dengan dokumentasi yang ada dalam
dokumen RM
• tidak boleh mengarahkan dan juga tidak boleh
menambahkan suatu informasi baru yang
tidak ada dalam rekam medis.
DAMPAK
• Pemahaman yg lbh baik dari koder klinis
tentang proses penyakit, teknik-teknik intervensi,
dan praktik klinik yg relevan dg RS masing2
• Meningkatkan pemahaman tentang case-mix di
RS dan activity based funding profile
• Pemahaman yg lbh luas dari klinisi tentang hal-hal
apa saja yang dibutuhkan oleh koder dalam
ringkasan keluar dan catatan rawat inap, guna
menetapkan kode secara komprehensif terhadap
episode pelayanan pasien
• Pengertian yg lebih baik dari klinisi, koder dan
manajer informasi kesehatan tentang proses
alokasi kode DRG dan faktor-2 yg mempengaruhi
akurasi kode.
KENDALA CDI
1. Proses pendokumentasian data klinis belum
terstandar, belum terbentuk sistem dan tim
yang secara khusus dan intensif melaksanakan
CDI
2. Knowledge dan Kompetensi dari pihak-pihak
yang terlibat dalam pemberian pelayanan
kesehatan belum memadai
3. Komitmen Manajemen kurang akibat
ketidaktahuan atau ignorance
4. Regulasi dan Perangkat Penunjang belum
optimal
KESIMPULAN
1. CDI memerlukan komitmen dari pimpinan &
manajemen, dilakukan secara sistematis,
periodik dan konsisten.
2. CDI dilakukan oleh orang yang kompeten dan
memiliki kemampuan analisis serta
pemahaman tentang regulasi dan standar.
3. CDI perlu ditindaklanjuti untuk dapat
meningkatkan mutu pelayanan dan mitigasi
segala risiko