Anda di halaman 1dari 17

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

SEMARANG

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) KEGIATAN


BED SIDE TEACHING

1. Mata Kuliah/ Skill : Praktik Klinik Kebidanan

2. Tempat : Puskesmas Pegandon

3. Nama Mentee : Triska Helma Novita Sari

4. Semester (Mentee) : IV (empat)

5. Nama Mentor : Marya Cahya Dewanti

6. Waktu Pertemuan/ Jam : Rabu, 24 April 2019 / 30 Menit

7. Pertemuan ke : 13

8. Kompetensi :Mahasiswa mampu mendemontrasikan pendidikan

kesehatan tentang Tanda Bahaya pada Ibu Nifas

A. Tujuan Instruksional

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti kegiatan bedside teaching, Mentee diharapkan mampu untuk

melakukan pendidikan kesehatan dengan benar sesuai dengan Asuhan Kebidanan

pada Ibu Nifas

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti kegiatan bed side teaching ini Mentee diharapkan mampu:

a. Mentee dapat menjelaskan pengertian dan tujuan pendidikan kesehatan tentang


Tanda Bahaya pada Ibu Nifas.
b. Mentee dapat menyiapkan media yang digunakan untuk pendidikan kesehatan
tentang Tanda Bahaya pada Ibu Nifas.
c. Mentee dapat melakukan pendidikan kesehatan tentang Tanda Bahaya pada Ibu
Nifas.
d. Mentee dapat berpikir kritis secara sitematis tentang pendidikan kesehatan tentang
Tanda Bahaya pada Ibu Nifas.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG
B. Pokok Bahasan

Aplikasi Asuhan Kebidanan mengenai pendidikan kesehatan tanda bahaya pada ibu nifas.

C. Sub Pokok Bahasan

1. Tujuan pendidikan kesehatan tanda bahaya pada ibu nifas

2. Media yang digunakan untuk pendidikan kesehatan tanda bahaya pada ibu nifas.

3. Prosedur pendidikan kesehatan tentang kesehatan tanda bahaya pada ibu nifas

D. Kegiatan Belajar Mengajar

Jenis
No Kegiatan Mentor Kegiatan Mentee
Kegiatan
1 Tahap 1. Mempersiapkan SAP bimbingan -
Persiapan
± 5 menit
2. Mempersiapkan tempat yang baik -
dan cukup
3. Menanyakan persiapan mahasiswa Menjawab pertanyaan
untuk demonstrasi secara langsung yang diberikan
pada klien
4. Memilih pasien dan meminta ijin -
pasien untuk dilakukan tindakan
pendidikan kesehatan tanda bahaya
pada ibu nifas
5. Menyiapkan peralatanyang -
diperlukan untuk kegiatan
demontrasi pemberian pendidikan
kesehatan tanda bahaya pada ibu
nifas
6. Mengatur lingkungan fisik untuk -
demonstrasi yang mudah dilihat dan
didengar
2 Tahap 1 Memulai kegiatan bed side 1. Menjawab salam dan
Pelaksanaan teaching misalnya dengan Menyiapkan diri untuk
± 30 menit mengucapkan salam. pelaksanaan bedside
2 Menjelaskan pada Mentee teaching.
tentang kegiatan waktu dan 2. Mendengarkan
penjelasan yang
tujuan dari demontrasi pemberian
diberikan oleh mentor.
pendidikan kesehatan tanda
bahaya pada ibu nifas (dilakukan
tidak didepan pasien) 3. Mendiskusikan dengan
3 Menjelaskan pada Mentee media mentor dan menjalin
yang digunakan untuk pemberian komunikasi dengan
pendidikan kesehatan tanda mentor dan pasien
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG
bahaya pada ibu nifas. (dilakukan dengan baik.
tidak didepan pasien)
4 Mengajak Mentee menuju ruang 4. Mengikuti mentor
pasien yang akan dilakukan munuju ke ruang
pemberian pendidikan kesehatan pasien.
tanda bahaya pada ibu nifas.
5 Memulai kegiatan demontrasi 5. Memperhatikan
dengan seksama
pemberian pendidikan kesehatan
kegiatan demontrasi
tanda bahaya pada ibu nifas pemberian
sesuai dengan prosedur dan pendidikan
menggunakan tahap-tahap kesehatan tanda
interaksi pada pasien. bahaya pada ibu
nifas sesuai dengan
prosedur dan tahap-
tahap interaksi yang
dilakukan mentor pada
pasien.

6 Memberikan komentar yang jelas 6. Memperhatikan


mengenai prosedur yang dengan seksama
dilakukan. kegiatan demontrasi
yang dilakukan mentor

7 Memberikan kesempatan untuk 7. Mengajukan


bertanya dan berdiskusi pada pertanyaan dan hal
yang ingin didiskusikan
Mentee mengenai kegiatan yang
berkaitan dengan
telah dicontohkan. demonstrasi
pemberian pendidikan
kesehatan tentang
tanda bahaya pada
ibu nifas yang sudah
dilakukan mentor.
8 Memberikan kesempatan 8. Melakukan tindakan
redemontrasi pemberian pemberian
pendidikan kesehatan tanda pendidikan
bahaya pada ibu nifas pada kesehatan tanda
Mentee dan membantu bahaya pada ibu
mahasiswa bila diperlukan. nifas seperti yang
sudah dicontohkan
9 Memberikan reinforcement pada mentor.
pasien atas kerjasama dalam
melaksakan kegiatan. 9. -

Tahap 1. Memberi kesempatan pada mentee 1. Melakukan self


3 Evaluasi untuk self evaluasi mengenai evaluasi mengenai
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG
± 5 menit kegiatan yang telah dilakukan kegiatan yang telah
dilakukan.
2. Memberikan reinforcement pada 2. Berterimakasih
mentee terhadap reinforcement
yang telah diberikan.
3. Mengevaluasi kegiatan yang 3. Menerima evaluasi
dilakukan mentee yang diberikan dengan
seksama.
4. Membuat rencana tindak lanjut 4. Menyetujui rencana
mengenai pengalaman yang bimbingan selanjutnya.
diperlukan untuk membantu mentee
untuk meningkatkan kemampuan
5. Menutup kegiatan bed side teaching 5. Menjawab salam dari
mentor.

E. Evaluasi

Menyepakati untuk praktik hari ini sesuai dengan keinginan mentee:

1. Persiapan
a. Menyiapkan tempat Bed Side Teaching
b. Menyiapkan SAP
c. Menyiapkan Absensi
2. Proses
a. Mentee berperan aktif dan kooperatif dalam kegiatan bed side teaching
demonstrasi pendidikan kesehatan tanda bahaya pada ibu nifas.
b. Pasien bersedia bekerja sama dengan pelaksanaan bed side teaching
c. Kegiatan bed side teaching berjalan lancar
3. Hasil
a. Tersepakati pembelajaran hari ini yaitu pelaksanaan pendidikan kesehatan tanda
bahaya pada ibu nifas
b. Mentee mampu menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran
yang akan diambil

F. Referensi

Ambarwati, E.R. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.

Depkes. 2009. Menkes Buka Rakernas : Kebersamaan Pusat dan Daerah dalam

Kemandirian Pembangunan Kesehatan Menuju Rakyat Sehat dan Negara Kuat.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG
Eny. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.

Manuaba, I.B.G. 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Manuaba, I.B.G. 2008. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial untuk


Profesi Bidan. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Bagian Praktik. 2019. Modul Praktik Klinik MK Metodik Khusus (BD.F.6.312) Semarang:
Poltekkes Kebidanan Semarang.

Prawirohardjo. Sarwono. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. YBP-SP, Jakarta.

Runjati. 2017. Pengajaran Klinik Perceptorship dan Mentorship.

G. LAMPIRAN

1. Materi
2. Check List

Kendal, April 2019

Disahkan Oleh Disiapkan Oleh


Pembimbing Lahan Mahasiswa

Khoiriyah, S.ST. Keb Marya Cahya Dewanti


NIP.19680113 198903 2 006 NIM. P1337424416007

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Nur Khafidhoh, S. SiT, M. Kes


NIP. 19801026 200604 2 003
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG

MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA NIFAS

A. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) yaitu pemulihan dari perubahan
anatomis dan fisiologis yang berlangsung selama kira-kira 6-12 minggu setelah kelahiran
anak (Hutahaean, 2009; Sulistyawati, 2009).

B. Pengertian Tanda Bahaya Nifas


Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas,
apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes,
2003).

C. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas


1. Tanda infeksi masa nifas
a. Suhu tubuh ibu > 380C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik antara
37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya
laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu adalah normal. Namun
apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut selama 2 hari kemungkinan
terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan
alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar, 2002). Penanganan umum bila
terjadi demam :
1) Istirahat baring.
2) Rehidrasi peroral atau infuse.
3) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu.
4) Jika ada syok segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok harus
waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk dengan
cepat (Prawirohardjo, 2008).
Penyebab infeksi nifas adalah bakteri yang ada di jalan lahir, seperti:
1) Streptococcus haemolytycus aerobicus (biasanya karena peralatan
persalinan yang tidak steril serta di bawa melalui saluran pernafasan orang
lain)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG

2) Staphylococcus aureus (banyak ditemukan di rumah sakit dan merupakan


penyebab infeksi umum)
3) Eschericia colli (berasal dari kandung kemih/anus)
4) Clostradium welchii (biasanya terjadi pada kasus aborsi)
b. Lochea yang berbau busuk
Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas, sifat lochea alkalis, jumlah leih banyak dari pengeluaran
darah dan lendir, waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari
bekas melekatnya plasenta). Sedangkan lochea yang berbau busuk adalah
sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas yang
berupa cairan seperti nanah yang berbau busuk (Prawirohardjo, 2007).
Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Mochtar, 2002):
1) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks caseosa, lanugo dan meconium, selama 2 hari pasca
postpartum.
2) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi dan keluar pada hari ke 7-
14 pasca persalinan.
4) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Lachiostatis
Lochea tidak lancar keluarnya
a. Faktor penyebab
Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di
atas kemungkinan adanya:
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG

1) Tertinggalnya plasenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang


kurang baik
2) Ibu yang tidak menyusui anakanya, pengeluaran lochea rubra lebih
banyak karena kontraksi uterus lebih cepat.
3) Infeksi jalan lahir membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih
lama mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.
Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah
kemungkinan diagnosisnya adalah metritis. Metritis adalah infeksi uterus
setelah persalinan yang mmerupakan salah satu penyebab kematian
terbesar ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat terjadi
abses pelvik, peritonitis, syok septik (Mochtar, 2002).
b. Penanganan
Tindakan penanganan meliputi pemasangan infus profilaksis, pemberian
antibiotik adekuat, pemberian uterotonika (oksitosin atau metergin), dan tindakan
definitif dengan kuretase dan dilakukan pemeriksaan patologi-anatomik
(Notoatmodjo, 2008).

2. Perdarahan pasca persalinan (post partum)


a. Pengertian
Perdarahan pasca persalinan (post partum) adalah perdarahan yang
melebihi 500 – 600 ml setelah bayi lahir (Eny, 2009). Menurut waktu terjadinya
dibagi atas dua bagian yaitu :
1) Perdarahan post partum primer (Early post partum hemorrhage) yang terjadi
dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio
placenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.
2) Perdarahan post partum sekunder (Late post partum hemorrhage) yang terjadi
setelah 24 jam. Penyebab utamanya adalah sub involusi, infeksi nifas dan sisa
plasenta. Menurut Manuaba (2005), perdarahan post partum merupakan
penyebab penting kematian maternal.
b. Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum
1) Paritas lebih dari 5
2) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG

3) Persalinan yang dilakukan dengan tindakan yaitu pertolongan kala uri sebelum
waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan dengan tindakan
paksa (Notoatmodjo, 2008).
c. Penanganan
Untuk mengatasi kondisi ini dilakukan penanganan umum dengan
perbaikan keadaan umum dengan pemasangan infuse, transfuse darah,
pemberian antibiotic, dan pemberian uterotonika. Pada kegawatdaruratan
dilakukan rujukan ke rumah sakit (Manuaba, 2008).

3. Sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur


Menurut Manuba (2005), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada masa
nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena darah tinggi (sistol >140 mmHg dan diastole
>110 mmHg).
Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan
lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu
kelihatan pucat, tekanan darah rendah (sistol <100 mmHg diastole <60 mmHg).
Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya eklampsia post partum, bila
disertai dengan tekanan darah tinggi. Penanganan gangguan ini meliputi:
a. Bila sadar periksa nadi, tekanan darah, dan pernafasan.
b. Bila ibu tidak benafas: periksa dan lakukan ventilasi dengan masker dan balon.
Lakukan intubasi jika perlu, dan jika pernafasan dangkal, periksa dan bebaskan
jalan nafas serta beri oksigen 4-6 liter per menit.
c. Jika pasien tidak sadar atau koma: bebaskan jalan nafas, baringkan miring, ukur
suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.

4. Pembengkakan di wajah dan ektremitas.


Bengkak di wajah dan ektremitas jika diikuti gejala-gejala seperti sakit kepala,
nyeri epigastrik dan penglihatan kabur akan mengarah ke tanda-tanda eklampsia
postpartum. Bila terjadi gejala ini, periksa kemerahan pada betis dan periksa apakah
tulang kering, pergelangan kaki atau kaki mengalami bengkak.

5. Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih.


Pada masa nifas ini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di
dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG

spiral. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak
nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi, dan hematoma dinding
vagina.

6. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, terasa sakit.


Disebabkan oleh payudara yang tidak disusukan secara adekuat, putting susu
lecet, BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet jelek, kurang istirahat dan anemia. Macam-
macam infeksi payudara:
a. Bendungan payudara
Bendungan payudara adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus
laktiferus atau kelnjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau
karena kelainan pada putting susu.
Penatalaksanaan:
1) Keluarkan ASI secara manual atau ASI tetap diberikan kepada bayi.
2) Menyangga payudara dengan BH penopang.
3) Kompres dengan air es.
4) Pemberian analgetik atau kodein 60mg peroral.
b. Mastitis
Pada masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan parenkim kelenjar
payudara (mastitis). Mastitis bernanah dapat terjadi setelah minggu pertama
pascasalin, tetapi biasanya tidak sampai melewati minggu ke 3 atau ke 4
(Prawirohardjo, 2008).
Gejala awal mastitis adalah demam yang disertai menggigil, nyeri dan
takikardia. Pada pemeriksaan payudara membengkak, mengeras, lebih hangat,
kemerahan dengan batas tegas, dan disertai rasa nyeri (Prawirohardjo, 2008).
Penanganan utama mastitis adalah :
1) Memulihkan keadaan dan mencegah terjadinya komplikasi yaitu bernanah
(abses) dan sepsis yang dapat terjadi bila penanganan terlambat, tidak cepat,
atau kurang efektif.
2) Susukan bayi sesering mungkin.
3) Pemberian cairan yang cukup, anti nyeri dan anti inflamasi.
4) Pemberian antibiotic 500 mg/6 jam selama 10 hari.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG

5) Bila terjadi abses payudara dapat dilakukan sayatan (insisi) untuk


mengeluarkan nanah dan dilanjutkan dengan drainase dengan pipa agar
nanah dapat keluar terus.

7. Rasa sakit/nyeri, kemerahan, panas, disertai dengan area yang keras


pada betis
Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena
manapun di pelvis yang mengalami dilatasi sehingga biasnya terjadi
pembengkakan yang menyebabkan rasa nyeri. Pembengkakan tersebut
dinamakan tromboflebitis femoralis. Pada keadaan seperti ini biasanya suhu tubuh
normal selama 7-10 hari, kemudian naik pada hari ke 10-20 disertai menggigil dan
rasa nyeri yang hebat
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas
seperti peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium.
a. Faktor penyebab
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi
dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis
pelvika. Selanjutnya pada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis
mengeluarkan nanahnya ke rongga paritonium dan menyebabkan peritonitis
(Prawirihardjo, 2007). Gejala klinik peritonoitis dibagi 2 yaitu :
1) Peritonitis terbatas pada daerah pelvis
Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum.
Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik.
Pada pelvio peritonitis bisa terdapat pertumbuhan abses (Prawirohardjo,
2007).
2) Peritonitis umum
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat pathogen dan
merupakan penyakit berat.Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat
dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka
penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat, mata cekung, kulit
muka dingin, terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica.
Mortalitas peritonitis umum tinggi (Prawirohardjo, 2007).
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG

b. Penanganan
Pengobatan dilakukan dengan pengisapan nasogastrik, pasang infuse
intravena, berikan kombinasi antibiotic sampai ibu tidak demam selama 48
jam ( ampisilin 2 g melalui intravena setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5
mg/kg berat badan melalui intravena setiap 24 jam, ditambah metronidazol
500 mg melalui intravena setiap 8 jam) (Pamilih, 2006).

8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama


Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu makan,
sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan ibu hilang. Hendaknya setelah
persalinan berikan ibu minuman hangat seperti susu atau teh manis untuk
mengembalikan tenaga yang hilang. Beri ibu makanan yang sifatnya ringan, karena alat
pencernaan perlu istirahat untuk memulihkan keadaan kembali.

9. Pengecilan rahim terganggu (Sub involusi uterus)


a. Pengertian
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat
rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin menjadi 40-60 gram 6 minggu
kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu disebut sub involusi
(Eny, 2009).
b. Faktor penyebab
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest
merupakan bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga
pengeluaran lochea disertai darah lebih dari 7 – 10 hari. Dapat terjadi perdarahan
baru setelah pengeluaran lochea normal, dan dapat berbau akibat infeksi plasenta
rest. Pada evaluasi pemeriksaan dalam terdapat pembukaan dan masih dapat
diraba sisa plasenta atau membrannya. Subinvolusi uteri karena infeksi dan
menimbulkan perdarahan terlambat (Manuaba, 2008).
c. Penanganan
Pengobatan dilakukan dengan memberikan injeksi methergin setiap hari
ditambah ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase. Berikan
antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo, 2005).
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG

10. Perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya (baby blues)


Ada kalanya ibu mengalami parasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya.
Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang
dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan
ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan, selain itu juga karena
perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan (Eny, 2009). Gejala-
gejala baby blues antara lain :
a. Menangis
b. Mengalami perubahan perasaan
c. Cemas
d. Kesepian
e. Khawatir mengenai sang bayi
f. Penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi
seorang ibu.
Penanganan bila terjadi baby blues yaitu hilang tanpa pengobatan, pengobatan
psikologis dan antidepresan, konsultasi psikiatrik untuk pengobatan lebih lanjut (tiga
bulan) (Manuaba, 2008).
Depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius. Hal ini disebabkan oleh
kesibukannya yang mengurusi anak-anak sebelum kelahiran anaknya ini. Ibu yang
tidak mengurus dirinya sendiri, seorang ibu cepat murung, mudah marah-marah (Eny,
2009). Gejala-gejala depresi masa nifas adalah :
a. Sulit tidur bahkan ketika bayi sudah tidur
b. Nafsu makan hilang
c. Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol
d. Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi
e. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
f. Pikiran yang menakutkan mengenai bayi
g. Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi
h. Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG

CHECKLIST PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA NIFAS

A SIKAP
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
1 Menyambut klien dengan ramah dan sopan
0 Tidak dikerjakan
1 memberikan salam saja tanpa berjabat tangan
2 memberikan salam dan berjabat tangan
2 Memperkenalkan diri kepada klien
0 Tidak memperkenalkan diri kepada klien
1 Memperkenalkan diri sebagai bidan tanpa menyebutkan nama
2 Memperkenalkan diri sebagai bidan dan menyebutkan nama
3 Merespon terhadap reaksi klien
0 Tidak merespon acuh tak acuh
1 Merespon reaksi klien tetapi tidak ditanggapi dengan tepat kurang
sempurna
2 Merespon reaksi klien dengan tepat dan sopan
4 Percaya diri
0 Terlihat gugup, tidak melakukan kontak mata, suara kurang jelas
1 Tergesa-gesa dan terlihat ragu-ragu
2 Terlihat tenang dan melakukan dengan percaya diri
5 Memberikan rasa empati pada klien
0. Tidak dilakukan
1. Memberi kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan tidak
merespon dengan baik
2. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan
dan segera memberikan tanggapan dengan baik
Total score SIKAP (maksimal 10)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG

B. CONTENT : PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA NIFAS


NILA
NO BUTIR YANG DINILAI
I
6 Menjelaskan maksud dan tujuan
0. Tidak dilakukan
1. Hanya menjelaskan maksud atau tujuan saja
2. Menjelaskan maksud dan tujuan penkes
7 Teruji melakukan apersepsi tentang tanda bahaya masa nifas
0 Tidak dikerjakan
1 Menanyakan pada klien tentang tanda bahaya masa nifas yang
diketahuinya dan menyalahkannya karena yang disebutkan salah
2 Menanyakan pada klien tentang tan da bahaya masa nifas yang
diketahuinya dan tidak menyalahkannya walau yang disebutkan itu
salah
8 Menyebutkan tanda bahaya masa nifas
0 Tidak dikerjakan
1 Menyebutkan tanda bahaya masa nifas tidak secara lengkap
2 Menyebutkan tanda bahaya masa nifas secara lengkap
9 Menjelaskan tentang tanda infeksi masa nifas (peningkatan suhu >
38oC ; lochea berbau) dan pengaruhnya terhadap masa nifas
0 Tidak dikerjakan
1 Menjelaskan dengan tidak lengkap dan jelas
2 Menjelaskan dengan lengkap dan jelas
10 Menjelaskan tentang tanda perdarahan per vagina dalam masa nifas
dan pengaruhnya terhadap masa nifas
0 Tidak dikerjakan
1 Menjelaskan dengan tidak lengkap dan jelas
2 Menjelaskan dengan lengkap dan jelas
11 Menjelaskan tentang sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan
kabur dan pengaruhnya terhadap masa nifas
0 Tidak dikerjakan
1 Menjelaskan dengan tidak lengkap dan jelas
2 Menjelaskan dengan lengkap dan jelas
12 Menjelaskan tentang pembengkakan di wajah, ekstremitas dan
pengaruhnya terhadap masa nifas
0 Tidak dikerjakan
1 Menjelaskan dengan tidak lengkap dan jelas
2 Menjelaskan dengan lengkap dan jelas
13 Menjelaskan tentang demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
dan pengaruhnya terhadap masa nifas
0 Tidak dikerjakan
1 Menjelaskan dengan tidak lengkap dan jelas
2 Menjelaskan dengan lengkap dan jelas
14 Menjelaskan tentang payudara yang berubah menjadi merah, panas,
terasa sakit dan pengaruhnya terhadap masa nifas
0 Tidak dikerjakan
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG

1 Menjelaskan dengan tidak lengkap dan jelas


2 Menjelaskan dengan lengkap dan jelas
15 Menjelaskan tentang kehilangan nafsu makan dalam waktu yang
lama dan pengaruhnya terhadap masa nifas
0 Tidak dikerjakan
1 Menjelaskan dengan tidak lengkap dan jelas
2 Menjelaskan dengan lengkap dan jelas
16 Menjelaskan tentang rasa sakit/nyeri, kemerahan, panas, disertai
dengan area yang keras pada betis
0 Tidak dikerjakan
1 Dilakukan dengan tidak sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna
17 Menjelaskan tentang perasaan sedih atau tidak mampu mengasuh
sendiri bayinya dan diri sendiri
0 Tidak dikerjakan
1 Menjelaskan dengan tidak lengkap dan jelas
2 Menjelaskan dengan lengkap dan jelas
18 Menjelaskan untuk segera datang ke klinik jika mengalami tanda
bahaya masa nifas
0 Tidak dikerjakan
1 Menjelaskan dengan tidak lengkap dan jelas
2 Menjelaskan dengan lengkap dan jelas
19 Melakukan evaluasi :
0. Tidak dilakukan
1. Menanyakan apakah sudah jelas/ belum, atau meminta klien
mengulang kembali namun tidak memperhatikan benar/ tidaknya.
2. Menanyakan apakah sudah jelas/belum dan meminta klien
mengulang kembali, teruji memperhatikan apakah benar/ salah serta
mengoreksi jika ada kesalahan.
20 Teruji menggunakan media
0. Tidak dilakukan
1. Menggunakan media tetapi tidak efektif
2. Menggunakan media secara efektif dan benar
21 Teruji memberi kesempatan untuk bertanya, memberikan umpan
balik
0. Tidak dilakukan
1. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menanyakan apa yang
belum dimengerti dan tidak segera memberikan jawaban
2. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengajukan
pertanyaan apa yang belum dimengerti dan segera memberikan
tanggapan dari apa yang menjadi pertanyaan klien
Total score content PENKES TANDA BAHAYA NIFAS (maksimal 34)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG

C. TEKNIK
22 Teruji melakukan secara sistematis
0 Tidak dilakukan
1 Melakukan sebagian tindakan atau tidak secara berurutan
2 Melakukan tindakan secara berurutan
23 Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
0. Menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh klien
1. Sebagian masih menggunakan istilah-istilah medis
2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
24 Penggunaan media
0 Tidak dilakukan
1 Menggunakan media tetapi tidak efektif
2 Menggunakan media secara efektif dan benar
25 Memberi kesempata untuk bertanya, memberikan umpan balik
0. Tidak dilakukan
1. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menanyakan apa yang
belum dimengerti dan tidak segera memberikan jawaban
2. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menanyakan apa yang
belum dimengerti dan segera memberikan tanggapan dari apa yang
menjadi pertanyaan klien.
26 Teruji mendokumentasikan hasil tindakan dengan baik
0. Tidak dilakukan
1. Mendokumentasikan hasil tindakan tetapi tidak lengkap
2. Mendokumentasikan hasil tindakan secara lengkap (tanggal, jam, isi/
hasil tindakan, tanda tangan, nama terang)
Total score teknik (maksimal 10)
TOTAL NILAI PENCAPAIAN KOMPETENSI ASUHAN NIFAS

JUMLAH SCORE
NILAI AKHIR = X 100 NAMA PENGUJI
54

= ...........................................................

Anda mungkin juga menyukai