Surveilans AFP
Acute Flaccyd Paralysis (AFP) merupakan gejala awal dari penyakit Polio.
Surveilans kasus lumpuh layuh akut (AFP) merupakan salah satu strategi dari
eradikasi polio, yaitu melakukan pengamatan terus-menerus secara sistematis
terhadap setiap kasus AFP. Tujuannya, untuk mendeteksi kemungkinan
keberadaan virus polio liar di suatu wilayah, sehingga dapat dilakukan mopping
up atau upaya khusus untuk memutus transmisi virus polio liar agar tidak
menyebar ke wilayah yang lebih luas.
Penemuan kasus
Minimal Kasus 2/100.000 anak dibawah 15 tahun
Strategi : Surv. Aktif RS (HBS); Surv. Aktif Masyarakat (CBS)
Surveilans Aktif Rumah Sakit
Dilakukan di semua RS yang merawat anak < 15 tahun
Pelaksana : Petugas Surveilan Kab/ Kota dan Kontak person di RS
Frekwensi : Setiap minggu bagi petugas kab/ kota dan setiap hari bagi
kontak person
Persiapan pelaksanaan : Identifikasi RS, Pendekatan kepada pihak RS,
Bersama RS identifikasi unit perawatan di RS bersangkutan, Bersama RS
tentukan contact person, Bersama RS identifikasi sumber data, Menyediakan
bahan-bahan informasi, Buat daftar nomor telp. Penting, On the job training,
Sosialisasi ke petugas RS.
Pelaksanaan Surveilans Aktif RS yang dilakukan oleh Petugas Kabupaten :
1. Kumpulkan data secara aktif
2. 1 Minggu sekali melakukan kunjungan ke RS bersama contact
person dab bubuhkan tanda tangan di register
3. Catat data kasus dalam formulir FP-PD jika ada kasus, tulis nihil
jika tidak ada
4. Diskusikan dengan DSA/ DSA tentang temuan SAFP
5. Buat absensi pelaks. Surv. Aktif RS dalam bentuk “kelengkapan
laporan mingguan RS”
6. Setiap bulan kompilasi data kasus AFP, Campak, TN dan Difteri
dalam format integrasi Pelaksana
Pelaksanaan Surveilans Aktif oleh cantact person :
1. Surveilans aktif dilakukan setiap hari, berkoordinasi dengan contact
person diruangan
2. Diskusikan dengan DSA/ DSS hasil temuan
3. Segera lapor < 24 jam ke dinkes kabupaten/ kota apabila
menemukan kasus AFP
Pelaksanaan Surveilans AFP di Masyarakat/ CBS
Peran Dinkes Kab./ Kota : Jelaskan Strategi CBS dan peran PKM dalam
SAFP, Koordinasi pelaksanaan SAFP di PKM, Menyiapkan bahan-bahan
Densiminasi informasi, Melatih petugas PKM dalam pelaksanaan SAFP
Peran Puskesmas : Menemukan kasus (PKM, Pustu, Poliklinik desa dan
klinik swasta), Menemukan kasus dan menyebarluaskan informasi (kader,
pengobatan tradisional, PKK pesantren, TOMA dll
Sebar luas info ke masy. (poster, leaflet, pengenalan kasus kelumpuhan
dan melaporkan lke PKM/ RS dan petugas kesehatn)
Pelacakan kasus (< 24 jam)
Lapor ke Dinkes setipa kasus AFP < 24 jam
Melakukan pelacakan bersama Dinkes
Mengamankan spesimen sebelum dikirim (kontrol suhu)
Mengirimkan laporan mingguan W2 ke Dinkes
Pelacakan Kasus
Tujuan
Memastikan kasus benar-benar AFP
Mengumpulkan data epid.
Ambil Spesimen
Cari kasus tambahan
Memastikan ada/ tidaknya sisa kelumpuhan pada KU 60 hari
Mengumpulkan resume medik/ pemriksaan penunjang lainnya
Tim Pelacak : Tims surv. Kab/ kota. Peskesmas atu petugas surveilans
prov. Yang sudah terlatih
Prosedur pelacakan
Isi format pelacakan (FP1)
Kumpulkan 2 Spesimen Tinja, yang kelumpuhannya < 2 bulan
Upayakan setiap kasus AFP mendapat perawatan medis
Mencari kasus tambahan (tanyakan : orang tua, TOMA, Kader, guru dll)
Lakukan follow up (Kunjungan ulang) 60 hari terhadap kasus dengan
spesimen tidak adekuat dan hasil lab positif virus polio vaksin
Kegiatan Surveilans AFP
Pengumpulan Spesimen
Bila Kelumpuhan terjadi <= 2 bulan saat ditemukan : Isi formulir FP1,
Kumpulkan 2 Spesimen Tinja
Bila Kelumpuhan terjadi > 2 bulan saat ditemukan : Isi formulir FP1, Tidak
perlu ambil spesimen, Membuat resume medik
Pengumpulan Spesimen Tinja
Perlengkapan pengumpulan spesimen
Prosedur pengumpulan Spesimen
Pengiriman Spesimen ke laboratorium
Prosedur Pengiriman Spesimen
Spesimen Adekuat
Nomor Epid
Tujuan Pemberian Nomor epid
Siapa yang memberikan nomor epid
Tata cara pemberian nomor epid kasus
Tata cara pemberian nomor epid kontak
Nomor EPID Kasus AFP
Nomor EPID diberikan oleh petugas surveilans kabupaten. Nomor EPID
diberikan berdasarkan dimana anak berdomisili selama satu bulan sebelum
kelumpuhan. Bila kasus ditemukan di fasilitas kesehatan di kabupaten lain, harus
diusahakan untuk mendapatkan nomor EPID yang benar dari kabupaten dimana
penderita berdomisili selama satu bulan sebelum kelumpuhan. Bila nomor EPID
yang benar belum bisa ditentukan sebelum spesimen dikirim ke lab, FP1 tetap
harus dikirim tanpa nomor epid atau menggunakan nomor epid sementara, mis:
120111XXX . Selanjutnya menjadi tanggung jawab kabupaten yang mengisi FP1
untuk mencari nomor EPID yang benar dan memberitahu propinsi, lab dan
surveilans AFP pusat dalam waktu 72 jam sejak pelacakan. Daftar nomor EPID
harus disimpan di kabupaten. Sekali suatu nomor dipakai nomor tersebut tidak
boleh dipakai lagi. (lihat kartu kendali No. Epid). Bila suatu nomor EPID sudah
digunakan dan salah diberikan, nomor tersebut tidak boleh dipakai lagi.