PENDAHULUAN
Asfiksia neonatorum termasuk dalam bayi baru lahir dengan risiko tinggi kematian bayi.
Salah satu penyebab asfiksia pada bayi baru lahir adalah anemia pada ibu, anemia dalam
2015).
Insiden asfiksia neonatorum di negara berkembang lebih kurang 4 juta bayi baru lahir
menderita asfiksia sedang atau berat dari jumlah tersebut 20% diantaranya meninggal dunia
(Dewi, 2005).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur dalam 1 menit setelah lahir. Biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu
dengan kelahiran kurang bulan, dan kelahiran lewat waktu. Secara umum banyak faktor yang
dapat menimbulkan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir, baik itu faktor dari ibu seperti
(primi tua, riwayat obstetrik jelek, grande multipara, masa gestasi, anemia dan penyakit ibu,
ketuban pecah dini, partus lama, panggul sempit, infeksi intrauterine, faktor dari janin yaitu
gawat janin, kehamilan ganda, letak sungsang, letak lintang, berat lahir, dan faktor dari
Kematian bayi baru lahir berhubungan erat dengan komplikasi obstetrik dan status
kesehatan ibu yang rendah selama kehamilan dan persalinan, sebab kematian neonatal
1
utama adalah asfiksia neonatal sebesar 37% , prematuritas 34%, sepsis 12%, hipotermi
7%, kelainan darah 6%, postmatur 3% dan kelainan kongenital sebesar 1% (Riset kesehatan
Dasar, 2007).
ibu adalah perdarahan (28%) dan infeksi, yang dapat disebabkan anemia dan kekurangan
energi kronis (KEK). Di berbagai negara kejadian ini berkisar kurang 10% sampai hampir
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terdapat 37,1% ibu hamil
anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram%, dengan proporsi yang
hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Tingginya angka
tersebut disebabkan antara lain oleh keadaan kesehatan dan gizi ibu yang rendah selama
kehamilan
eklampsia, aborsi tidak aman (unsafe abortion), partus lama, dan infeksi. Faktor yang lain
yang meningkatkan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah buruknya gizi perempuan, yang
dikenal dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK), dan anemia (Sadli, 2010).
Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur status gizi
masyarakat. Jika masukan gizi untuk ibu hamil dari makanan tidak seimbang dengan
kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi. Angka Kematian Ibu menjadi salah
satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan data
World Health Organization (WHO) pada tahun 2005 di negara-negara maju angka kematian
maternal berkisar antara 5-10 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara
2
sedang berkembang berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup (Winkjosastro,
2005).
Menurut WHO sekitar 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia
pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh perdarahan akut
Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada
umumnya banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil yang
lebih besar dari 50%. Juga banyak dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada trimester III
berdasarkan data Departemen Kesehatan tahun 1990 adalah 60%. Prevalensi tersebut
bahwa prevalensi anemia pada kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi
pada trimester ketiga dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua kehamilan.
Di seluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10%
dan 20%. Karena defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam
timbulnya anemia maka dapat dipahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negera
terganggu. Gangguan ini dapat menyebabkan hipoksia pada janin yang berada di dalam
kandungan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke
janin, akan terjadi asfiksia neonatorum. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan,
persalinan, atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini
3
merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan dan
persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi. Gangguan yang
timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai anoksia/hipoksia janin
RSB Permata Hati Dampit pada tanggal 10 Februari 2018 dan didapatkan dari 6 bayi yang
lahir 4 bayi mengalami asfiksia yang disebebkan oleh status gizi ibu yang kurang dan ibu
mengalami anemia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan status
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dan anemia dengan
Diduga ada hubungan status gizi dan anemia dengan kejadian asfiksia neonatorum.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Gizi
Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh
suatu organisme melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu
Gizi adalah makanan yang dikonsumsi individu dalam satu hari yang beraneka ragam
dan mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur sesuai dengan kebutuha
5
B. Manfaat Gizi
1. Sebagai zat tenaga. Gizi menghasilkan tenaga atau energi, sumber : karbohidrat, lemak
dan protein
2. Sebagai zat pembangun. Untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ serta
3. Sebagai zat pengatur. Untuk mengatur metabolisme tubuh, sumber vitamin, mineral dan
C. Jenis-Jenis Gizi
Sebagai zat pengatur tenaga untuk menghasilkan kalori. Makanan yang kaya
karbohidrat merupakan bahan bakar otak yang amat penting agar otak dapat berfungsi
secara optimal. Ini semua bisa didapatkan dari berbagai jenis kacang-kacangan, kentang,
2. Protein
Ibu hamil memerlukan konsumsi protein lebih banyak dari biasanya. Berdasarkan
angka kecukupan gizi tahun 2004, selama hamil ibu memerlukan tambahan protein
sebesar 17 gram per hari. Pemenuhan protein bersumber hewani lebih besar dari pada
kebutuhan protein nabati, sehingga ikan, telur, daging, susu perlu lebih banyak dikonsumsi
3. Vitamin
6
4. Asam Folat
Kebutuhan asam folat selama hamil menjadi dua kali lipat. Asam folat dibutuhkan
untuk perkembangan sel-sel muda, pematangan sel darah merah, sintesis DNA, dan
5. Zat Besi
Kebutuhan akan zat besi pada perempuan hamil meningkat hingga 200-300%. Sekitar
1040 mg ditimbun selama hamil, sebanyak 300 mg ditransfer ke janin, 200 mg hilang
saat melahirkan, 50-75 mg untuk pembentukan plasenta dan 450 mg untuk pembentukan
6. Yodium
dapat mengakibatkan bayi lahir mati, aborsi, serta meningkatkan kematian bayi dan
7. Kalsium
Berdasarkan angka kecukupan gizi tahun 2004, konsumsi kalsium yang dianjurkan
bagi ibu hamil adalah sebanyak 950 mg per hari. Sumber utama kalsium adalah susu dan
hasil olahannya. Selain untuk tulang, kalsium juga dibutuhkan untuk mencegah
preeklamsia atau tekanan darah tinggi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kejang
8. Magnesium
7
Magnesium terdapat pada berbagai jenis bahan makanan terutama serelia dan sayur
9. Seng
Seng merupakan bagian dari banyak metaloenzim dan sebagai ko-enzim pada
berbagai sistem enzim. Sumber utama seng berasal dari hewani, seperti daging, ikan,
kerang, ayam, telur. Hasil studi menunjukan bahwa rendahnya kadar seng pada ibu hamil
Saat hamil seorang calon ibu membutuhkan gizi untuk dirinya sendiri dan janin
dalam kandungannya. Oleh karena itu tentu perlu makan yang lebih banyak dan makan
makanan yang bergizi. Tidak ada pantangan bagi ibu hamil. Makanlah makanan yang
bervariasi agar terpenuhi segala kebutuhan akan zat gizi dari karbohidrat, lemak, protein,
Oleh sebab itu wanita hamil menunjukkan kenaikan berat badan yang cukup banyak,
baik bagi komponen janin maupun bagi dirinya sendiri, maka sangat dianjurkan untuk dapat
mengkonsumsi makanan tambahan seperti energi, protein, dan berbagai vitamin dan
mineral.
1. Energi
Umumnya seorang ibu hamil akan bertambah berat badannya sampai 12,5 kg,
tergantung dari berat badan sebelum hamil. Rata-rata ibu hamil memerlukan tambahan
300 kkal/hari.
2. Protein
8
Protein diperlukan sebagai zat pembangun alias yang membangun jaringan tubuh
janin ibu hamil memerlukan asupan protein 60 gr per hari, yang berasal dari daging, ikan,
jaringan tubuh janin, sumbernya berasal dari sayuran, buah-buahan dan susu.
4. Asam folat
NTD (Nueral Tubes Defects) atau kelainan susunan saraf pusat. Sangat disarankan untuk
dikonsumsi ibu hamil karena pembentukan susunan saraf pusat akan dimulai di awal
dan bayam.
5. Zat besi
Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat mengganggu metabolisme energi
sehingga dapat menurunkan kemampuan kerja organ tubuh. Yang pada akhirnya akan
mempengaruhi perkembangan janin. Sumber makanan yang mengandung zat besi antara
6. Kalsium
Kalsium semakin dibutuhkan ibu hamil saat memasuki trimester kedua dan ketiga
kehamilan. Pada masa ini lah proses pembentukan tulang dan giginya. Kebutuhannya
sekitar 1.200 mg per hari. Ada banyak sumber kalsium diantaranya telur, susu, ikan teri,
9
1. Jangan biarkan perut kosong, usahakan makan dalam porsi kecil tapi sering.
2. Pilih makanan yang hangat-hangat karena bisa membuat lambung yang terasa pedih
seperti terelaksasi.
3. Saat bangun pagi, jika belum nafsu makan, makanlah biscuit dengan teh hangat, tapi tetap
4. Bila ibu merasa sering kembung, hindari makanan yang dapat memicu kembung.
5. Batasi mengkonsumsi masakan bersantan, ketan, nangka, sayur asem, buah-buahan yang
8. Umumnya ibu hamil butuh darah lebih banyak, untuk itu makanlah makanan yang
mengandung zat besi, seperti sayuran hijau, tahu, tempe, kacang-kacangan, telur, ikan
dan daging.
9. Penting pula bagi ibu hamil untuk makan buah-buahan segar, bagus untuk menyuplai
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik
1. Terhadap ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu
antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan
2. Terhadap persalinan
10
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan
sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan,
3. Terhadap janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin
dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan
A. Definisi Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11
gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI,
2009 ).
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada
ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi
hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).
Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang
kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi
hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awalkehamilan dan kembali
menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki
cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasantersebut, Centers for disease control
11
(1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester
pertama dan ketiga, dan kurang dari10,5 g/dl pada trimester kedua (Suheimi, 2007).
Hemoglobin (Hb) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan
oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen
diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku
pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya
untuk membuat jaringan tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga untuk
memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal sehari – hari.
dan karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh kandungan Hb yang
merupakan susunan protein yang komplek yang terdiri dari protein, globulin dan satu
senyawa yang bukan protein yang disebut heme. Heme tersusun dari suatu 6 senyawa lingkar
yang bernama porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi heme
Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah saat
disebabkan oleh karena dalam kehamilan keperluan zat makanan bertambah dan terjadinya
perubahan-perubahan dalam darah : penambahan volume plasma yang relatif lebih besar
daripada penambahan massa hemoglobin dan volume sel darah merah. Darah bertambah
banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Namun
12
bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika dibandingkan dengan bertambahnya plasma
sehingga terjadi pengenceran darah. Di mana pertambahan tersebut adalah sebagai berikut :
plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai
penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil
tersebut. Pengenceran ini meringankan beban jantung yang harusbekerja lebih berat dalam
masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut, keluaran jantung (cardiac output)
juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi
perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik (Wiknjosastro, 2005).
sedikit menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit. Penurunan ini lebih
kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk
penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi ibu biasanya memuncak
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam
batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Dan secara klinis dapat dilihat tubuh
yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi). Guna memastikan seorang ibu menderita anemia
atau tidak, maka dikerjakan pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi.
Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap: awalnya
terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam bentuk fertin di hati, saat konsumsi zat
besi dari makanan tidak cukup, fertin inilah yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan
13
sangat rendah, Zat besi pada pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30 %
sedangkan dari sumber nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih
cepat untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya penderita sering
berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang
Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari
11,00 gr%. Menururt Word Health Organzsation (WHO) anemia pada ibu hamil adalah
kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 % . Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi,
yaitu:
Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet, namun cara
oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal distandarisir terhadap cara cyanmet. Sampai saat
ini baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit masih menggunakan alat Sahli. Dan
pemeriksaan darah dilakukan tiap trimester dan minimal dua kali selama hamil yaitu pada
Risiko pada masa antenatal: berat badan kurang, plasenta previa, eklamsia,
ketuban pecah dini, anemia pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan
14
lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi.
Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgar scor rendah,
gawat janin.
kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga
Dapat menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia,
persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan
perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk., 2008). Anemia kehamilan
dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu saat
mengejan, Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar, Kala II
berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi
kebidanan, Kala III dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post partum akibat
atonia uteri, Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.
15
setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae ( Shafa, 2010 ;
Saifudin, 2006)
5. Pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan
berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%, merupakan penyebab
kematian bayi. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian
kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu
27,97%.
Hal ini menunjukkan bahwa 66,82% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi
ibu saat melahirkan. Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada
tahun 2005 adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu
Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan cara:
meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah
cukup, namun karena harganya cukup tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya.
Untuk itu diperlukan alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi besi, memakan
beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang
dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C
sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4
dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses
pemasakan 50- 80 % vitamin C akan rusak. Mengurangi konsumsi makanan yang bisa
16
menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat, fosfat, tannin ( Wiknjosastro, 2005 ;
Masrizal, 2007).
A. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu
hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir disertai dengan hipoksemia (tekanan O2 rendah),
hiperkapnea (tekanan CO2 meningkat), dan berakhir dengan asidosis. Asfiksia neonatorum
merupakan salah satu penyebab kematian bayi baru lahir. WHO melaporkan kematian bayi
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan,
atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
mungkin timbul.
17
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam
rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru
lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor Ibu
3. Faktor Bayi
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
18
1. Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak
2. Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat
frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
3. Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi
jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan
persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan
atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi
sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai
Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa
pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut
dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen
tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat
19
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya :
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi
3. Kejang
4. Penurunan kesadaran
F. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia
janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya
tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih
20
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala
dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil
pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya.
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2
hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
(Wiknjosastro, 1999)
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian
penting, yaitu :
1. Penafasan
2. Denyut jantung
3. Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera
21
ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif
(VTP).
energi dan zat gizi lainya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi
organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan
zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna
(Kustiyanasari, 2010).
Masalah gizi seimbang di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup berat.
Kekurangan atau kelebihan makanan pada masa hamil dapat berakibat kurang baik bagi ibu
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin
yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil
kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan
normal. Dengan kata lain bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu
Jika ibu hamil tidak mendapat gizi yang cukup selama hamil, maka bayi yang
dikandungnya akan kekurangan gizi. Meski sudah cukup bulan, bayi tersebut lahirnya BBLR
(berat bayi lahir rendah). Saat menyusui juga akan kekurangan ASI. Ibu hamil dianjurkan
mengkonsumsi protein sekitar 2-2,5 gram/kg. Untuk pertumbuhan maupun aktivitas janin
memerlukan makanan yang disalurkan melalui plasenta, untuk ibu hamil harus mendapat gizi
22
Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang
tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Di dunia 34 %
ibu hamil dengan anemia dimana 75 % berada di negara sedang berkembang (WHO, 2005
dalam Syafa, 2010). Ibu hamil dengan anemia sebagian besar sekitar 62,3 % berupa anemia
Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan
dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang
menurun dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil
dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis
puerperalis, kematian ibu dan janin (Cunningham et al., 2005; Wiknjosastro, 2005),
meningkatkan risiko berat badan lahir rendah (Karasahin et al, 2006; Simanjuntak, 2008),
Pertumbuhan janin dipengaruhi oleh ibu, janin, dan plasenta. Plasenta berfungsi untuk
dipengaruhi oleh pertumbuhan plasenta, dan terdapat korelasi kuat antara berat plasenta
Selain dampak tumbuh kembang janin, anemia pada ibu hamil juga mengakibatkan
terjadinya gangguan plasenta seperti hipertropi, kalsifikasi, dan infark, sehingga terjadi
(Wiknjosastro, 2005).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil
seperti perbaikan asupan gizi, program pemberian besi, dan pemberian preparat besi jauh
23
Hal ini berarti bahwa selama beberapa warsa ke depan masih tetap akan berhadapan dengan
Gangguan pertumbuhan dan fungsi plasenta pada ibu hamil dengan anemia terkait
kuat dengan kelangsungan hidup janin. Berat lahir plasenta dapat mencerminkan fungsi dan
tumbuh kembang plasenta itu sendiri dan tumbuh kembang plasenta terkait dengan berat
badan lahir.
terganggu. Gangguan ini dapat menyebabkan hipoksia pada janin yang berada di dalam
kandungan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke
janin, akan terjadi asfiksia neonatorum. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan,
persalinan, atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini
merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan dan
persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi. Gangguan yang
timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai anoksia/hipoksia janin
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, yang
kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian–bagian dan fenomena
metode ini cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk
Tempat penelitian ini bertempat di RSB. Permata Hati Dampit. Penelitian ini
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari
25
Variabel bebas yaitu merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya
berubahnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah status
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel independen. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kejadian asfiksia
neonatorum (Y).
Untuk membatasi ruang lingkup penelitian, variabel tersebut perlu sekali diberi
batasan yang disebut dengan definisi operasional variabel. Definisi operasional adalah
memungkinkan peneliti melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
Definisi operasional dibuat dalam bentuk tabel untuk memudahkan pengumpulan data
dan menghindari perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel sehingga
lebih mudah untuk dipahami (Sugiyono, 2014). Definisi operasional dalam penelitian ini
Tabel. 3.1. Definisi Operasional Variabel Hubungan status gizi dan anemia dengan kejadian
dengan
26
kejadian 2. Lingkar lengan a. ≤ 22 cm 3
neonatorum c. ≥ 23,5 cm 1
di RSB
c. ≥ 3x sehari 1
b. Makan nasi, 2
dan susu
a. Pucat kekuningan 3
27
1
berwarna merah
c. merah muda
lesu
dan letih
pusing, mual
lesu
dan buah
b. Bersoda
28
c. Kopi dan the
habis
b. ½ piring habis
kemerah-merahan
b. Sedikit gerakan
mimik, 2
ekstremitas dalam
sedikit fleksi,
ekstremitas biru
c. Tidak menangis,
ada gerakan,
seluruh tubuh
pucat
29
2. Frekwensi detak a. 120 – 160 3
jantung kali/menit
kali/menit
c. Tidak teratur 1
b. Keruh 2
c. Mekonium 1
1 -10
c. Sebelum ada 1
pembukaan
(2010), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
30
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang akan dijadikan populasi
Sampel adalah perwakilan dari seluruh objek yang akan diteliti (Notoatmodjo,
2005). Sampel dalam penelitian ini ibu bersalin yang bayinya mengalami asfiksia
neonatorum.
Dalam Notoatmodjo (2005) juga dijelaskan bahwa sampling adalah cara atau teknik dalam
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh
yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer sehingga disebut juga
data tangan pertama dan data primer diperoleh langsung dari subjek peneliti dengan
menggunakan alat pengukur atau pengambilan data langsung pada subjek sebagai pemberi
informasi yang dicari. Pengumpulan data primer dilakukan mengan metode kuesioner.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono,
2014). Tipe kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner berbentuk
31
pilihan, dimana jawabannya telah disediakan (closed ended item), responden tinggal
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
1. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi
dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga objek-objek alam
yang ada.
2. Kuesioner (Angket)
3. Dokumentasi
diambil dari dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang berkaitan dengan fokus penelitian.
Dokumen digunakan sebagai sumber data lain yang bersifat melengkapi data utama
Analisis data merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap data yang telah
dikumpulkan dengan tujuan gambaran hasil penelitian dapat diperoleh, hipotesis penelitian
dapat dibuktikan dan kesimpulan penelitian secara umum dapat diperoleh (Notoatmojo,
2012).
32
Pada penelitian ini langkah – langkah analisa yang dilakukan adalah data dikumpulkan,
kemudian diberikan penilaian pada data sesuai variabel masing – masing kemudian
ditabulasikan, selanjutnya dianalisa secara kuantitatiff. Dalam penelitian ini data yang
terkumpul dengan bantuan program SPSS for windows, dengan tujuan untuk memudahkan
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan regresi. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Analisis regresi
berganda dipakai untuk menghitung besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu
perubahan kejadian (variabel X) terhadap kejadian lainnya (variabel Y). Dalam penelitian ini
analisis regresi berganda berperan sebagai teknik statistik yang digunakan untuk menguji ada
tidaknya hubungan antara status gizi dan anemia dengan asfiksia neonatorum. Adapun
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e
Dimana :
Y : Variabel dependen
β0 : Kontanta
e : Error / galat
33
Sugiyono (2002) menyatakan bahwa untuk menguji pengaruh X1 dan X2, secara
bersama – sama digunakan pendekatan analisis ragam linier seperti yang tercantum pada
Apabila F hitung < F tabel (α = 0,05) berarti variabel bebas secara bersama – sama
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dominan terhadap variabel tidak bebas
𝐽𝐾 𝑥 1
Koefisien Regresi Standar = b1 x √ 𝐽𝐾 𝑦
Untuk menguji pengaruh masing – masing variabel bebas secara terpisah akan
𝑏1
t hitung (x1) = 𝑠𝑏 1
𝑏2
t hitung (x2) = 𝑠𝑏 2
𝑏3
t hitung (x3) = 𝑠𝑏 3
Dimana :
34
𝐾𝑇𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡
sb1 = √ 𝐽𝐾 𝑥 1
𝐾𝑇𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡
sb2 = √ 𝐽𝐾 𝑥 2
𝐾𝑇𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡
sb3 = √ 𝐽𝐾 𝑥 3
Dimana :
JK adalah kuadrat
Hipotesa :
Bilamana :
a. Thitung > t0,05 berarti variabel bebas dalam hal ini kadar Hemoglobin dan Status Gizi Ibu
Hamil memiliki pengaruh yang siknifikan terharap Resiko Terjadinya Asfiksia Neonatorum.
b. Thitung ≤ t0,05 berarti variabel bebas dalam hal ini kadar Hemoglobin dan Status Gizi Ibu
Hamil tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Resiko terjadinya Asfiksia
Neonatorum.
Untuk menjaga validitas maka seluruh proses analisis statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dalam penelitian ini, menggunakan alat bantu computer program SPSS
(Statistical Program For Social Science) for windows. Dengan demikian uji asumsi dapat
35
DAFTAR PUSTAKA
Aminin, Fidyah, Dkk. 2014. Pengaruh Kekurangan Energi Kronis (Kek) Dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 2, Oktober 2014, Hlm 167-
172
Almatzier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru. Pt Grmaedia Pustaka Utama Jakarta.
Ariga, A. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Asam Jawa Pada Puskesmas
Dewi, N Dkk. 2005. Faktor Resiko Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Cukup Bulan. Jurnal
Depkes Ri. 2009. Pedoman Peayanan Antenatal Di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta. Depkes
Ri
Mochtar, Rustam. 2004. Synopsis Obstetric : Onsteti Operatif. Obstetric Social. Jakarta.Egc
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, S. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Rahmawati, Lisa Dan Ningsih, Mahdalena P. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Di Ruang Medical Record Rsud Pariaman. Idan
Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016, Hlm. 29-40
36
Riset Kesehatan Dasar. (2007). Kondisi Angka Kematian Neonatal (Akn), Angka Kematian
Bayi (Akb), Angka Kematian Balita (Akbal), Angka Kematian Ibu (Aki) Dan
Penyebabnya Di Indonesia.
Sadli, Saparinah. (2010). Berbeda Tetapi Setara “Pemikiran Tentang Kajian Perempuan”.
Syaifudin, Ab. 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatarl. Egc.
Jakart
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung. Alfabeta
Varney, Helen, Dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : Egc
Wanti, Santi. 2015. Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Asfiksia Neonatorum Di Rsu
Wiknjosastro, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Ustaka Sarwono Prawirohardjo
Who Regional Office For South-East Asia. 2002. Health Situation In The Southeast Asia
Region. Http://W3.Whosea.Org/Health_Situt_94-97/Trends1.Html.
37
CATATAN PENTING
4. HAFALKAN ANEMIA
MASING
38