Anda di halaman 1dari 8

UAS

FiSIKA BANGUNAN II

Oleh

Nama : Jimmi Andreas Banjarnahor

Nim :183124731277050

Jurusan : Arsitektur

Dosen : Yoke Prima, MT

JURUSAN SIPIL DAN PRENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MPU TANTULAR
No Jurnal Akustik Jurnal Pengcahayan
1 SISTEM AKUSTIK DI BANDARA ADISUTJIPTO PENGARUH KENYAMANAN VISUAL MELALUI
Dedi YOGYAKARTA PENCAHAYAAN BUATAN PADA MASJID
NURwan KESIMPULAN: SYAMSUL ULUM UNIVERSITAS TELKOM,
Dari analisis penelitian yang telah diakukan, dapat BANDUNG
disimpulkan yaitu : Kesimpulan :
1. Kondisi material akustik sekitar bandara Adisutjipto 1. Pada titik tertentu yang letaknya dekat dengan
Yogyakarta : komponen jendela, tentu akan memiliki
Kecilnya nilai total serapan suara maupun noise intensitas cahaya lebih rendah dibandingkan titik yang
reduction disebabkan material akustik yang digunakan berada ditengah ruangan, dapat
di lapangan pada elemen plafon, dinding dan lantai disebabkan karena material kaca pada jendela yang
merupakan material pemantul bunyi, noise reduction memungkinkan cahaya untuk
yang dihasilkan tidak memuaskan. berpendar ke luar ruangan, sehingga hasil pengukuran
Noise reduction material tripleks dan eternit dapat intensitas cahaya pada setiap titik
ditingkatkan menjadi lebih baikyaitu dengan akan berbeda beda.
menambah 11 lapisan dengan peningkatan noise 2. Material interior pada ruangan dapat mempengaruhi
reduction 50 dB. persepsi pengguna dalam menilai
2. Hasil rekayasa material akustik dari bahan limbah : tingkat kecerahan ruang, sementara itu sifat material
Material rekayasa akustik yang terbuat dari ijuk kelapa yang licin pada ruang dapat menyebabkan efek pantul
dapat digunakan sebagai material akustik penyerap cahaya pada saat proses pengukuran.
suara. Ijuk kelapa ini jika didaur ulang menjadi produk
material akustik, berpotensi mengurangi jumlah
limbah yangtercipta dan dapat digunakan sebagai
papan akustik penyerap suara frekuensi tinggi karena
semakin tinggi pula noise reduction yang dihasilkan
dari material akustik ijuk kelapa. Hal ini disebabkan
material penyerap bunyi dengan struktur bahan yang
berpori.
pa dapat
dilakukan yaitu dengan menambah 10 lapisan, dengan
peningkatan noise reduction 45 dB.
2 Uji Kualitas Akustik Auditorium ANALISA SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN RUANG
Yuan Kesimpulan: INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
 A.Secara matematis persamaan yang Kesimpulan :
memberikan peluruhan bunyi difuse uniform 1. Simulasi ketiga, keempat, kelima dan keenam telah
memenuhi standar desain sistem pencahayaan buatan.
diperoleh dengan mengambil harga t=0. Jika Simulasi ketiga menghasilkan iluminansi rata-rata
sumber dimatikan pada saat t = 0, tekanan sebesar 353 lux, glare index 12,3 dan keseragaman 0,6.
bunyi kemudian menjadi Sedangkan simulasi keempat menghasilkan iluminansi
o Pr2= Pr2(0)e-r/rE rata-rata sebesar 318, keseragaman 0,6 dan glare index
sebesar 9,9. Simulasi kelima menghasilkan iluminansi
rata-rata sebesar 332, keseragaman 0,6 dan glare index
 Satu parameter yang penting dalam desain ruang sebesar 15,3. Simulasi keenam menghasilkan iluminansi
adalah waktu reverbrasi. rata-rata sebesar 418, keseragaman 0,6 dan glare index
 Akustik ruang bertujuan menyediakan keadaan sebesar 15,7.
2. Hasil terbaik didapatkan dari simulasi keempat, yaitu
yang paling diinginkan untuk menghasilkan
menggunakan luminer dengan flux lampu sebesar 5250
rambatan dan penerimaan bunyi dalam ruang lumen, flux luminer sebesar 3412 lumen, pada atap.
yang digunakan untuk berbagai tujaun Sedangkan pada dinding menggunakan luminer dengan
mendengar. flux lampu sebesar 1200 lumen, flux luminer sebesar 816
lumen. Sistem pencahayaan tersebut menghasilkan
 Ruang lingkup pengendalian bising menyangkut
iluminansi ratarata sebesar 318, keseragaman 0,6 dan
peniadaan atau pengurangan bising. glare index sebesar 9,9.
3 Rekayasa Matarial Akustik Ruang Dalam Desain Desain Pencahayaan Lapangan Bulu Tangkis Indoor ITS
Elwin Bangunan Studi Kasus : Rumah Tinggal Sekitar Kesimpulan :
Bandara Adisutjipto Yogyakarta  Sistem pencahayaan adalah suatu proses
Kesimpulan : memberikan penerangan pada suatu ruangan
1. Kondisi material akustik ruang tinggal sekitar dengan cara memasang atau memanfaatkan
bandara Adisutjipto Yogyakarta : Kecilnya nilai total sumber cahaya yang ada. Sistem pencahayan
serapan suara maupun noise reduction disebabkan dikelompokkan menjadi dua, yakni alami dan
material akustik yang digunakan di lapangan pada buatan. Sistem cahaya pencahayaan alami
elemen plafon, dinding dan lantai merupakan material menggunakan sumber cahaya dari alam, yaitu
pemantul bunyi, noise reduction yang dihasilkan tidak cahaya matahari. Sedangkan pencahayaan
buatanmenggunakan sumber cahaya buatan
memuaskan. Noise reduction material tripleks dan
seperti lampu, lilin, dan sebagainya.
eternit dapat ditingkatkan menjadi lebih baik yaitu
 Telah dilakukan simulasi desain pencahayaan
dengan menambah 11 lapisan dengan peningkatan
dengan menggunakan software Calculux. Dari
noise reduction 50 dB. 2. Hasil rekayasa material simulasi tersebut didapatkan hasil sebagai
akustik dari bahan limbah : Material rekayasa berikut: a. Untuk lampu TL-D 36W/865: · Nilai
akustik yang terbuat dari ijuk kelapa dapat digunakan kuat pencahayaan rata-rata lapangan 1, lapangan
sebagai material akustik penyerap suara. Ijuk kelapa 2, lapangan 3, lapangan 4, dan seluruh area GOR
ini jika didaur ulang menjadi produk material akustik, adalah: 268 lux; 294 lux; 294 lux; 268 lux; dan
berpotensi mengurangi jumlah limbah yang tercipta 263lux. · Nilai min/ave lapangan 1, lapangan 2,
dan dapat digunakan sebagai papan akustik penyerap lapangan 3, lapangan 4, dan seluruh area GOR
suara frekuensi tinggi karena semakin tinggi pula adalah: 0,90; 0,97; 0,97; 0,90; dan 0,84.
noise reduction yang dihasilkan dari material akustik b. Untuk lampu HPI-T400W: ·
ijuk kelapa. Hal ini disebabkan material penyerap Nilai kuat pencahayaan rata-rata lapangan 1,
bunyi dengan struktur bahan yang berpori. Noise lapangan 2, lapangan 3, lapangan 4, dan seluruh
reduction material akustik ijuk kelapa dapat dilakukan area GOR adalah: 434 lux; 405 lux; 405 lux; 434
yaitu dengan menambah 10 lapisan, dengan lux; dan 339 lux. · Nilai min/ave lapangan 1,
peningkatan noise reduction 45 dB. lapangan 2, lapangan 3, lapangan 4, dan seluruh
area GOR adalah: 0,80; 0,87; 0,87; 0,80; dan
0,59. 5. Dari hasil simulasi menggunakan kedua
lampu tersebut, kuat pencahayaan di lapangan
bulu tangkis indoor ITS sudah sesuai
rekomendasi.
4 PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG PENGUJIAN INTENSITAS PENCAHAYAAN BUATAN PADA
Yahya AUDITORIUM BALAI SIDANG SURAKARTA RUANG LABORATORIUM FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
Kesimpulan: (FST) UNIVERSITAS NUSA CENDANA DENGAN
1. Lingkungan makro, yaitu lingkungan sekitar tapak SIMULASI SOFTWARE CALCULUX V.5.0
berupa lingkungan darat atau air, dan lingkungan yang Kesimpulan:
bising atau lingkungan yang tenang. 1. Kuat pencahayaan rata-rata (Erata-rata) di
2. Lingkungan medium-makro, yaitu lingkungan di laboratorium FST belum memenuhi standard yang
dalam tapak, tetapi di luar bangunan, berupa direkomendasikan SNI (500 lux). Nilai Kuat pencahayaan
lingkungan tapak yang sudah dikondisikan untuk laboratorium adalah: 317.814 lux dengan jumlah lampu
menunjang aktivitas akustik. pada laboratorium sebanyak 8 buah, Setelah dilakukan
3. Lingkungan medium-makro-mikro, yaitu lingkungan perhitungan untuk mendapatkan (Erata-rata) sesuai
di dalam bangunan, tetapi di luar ruang akustik. standar rekomendasi SNI (500 lux) dibutuhkan lumen
d. Lingkungan mikro, yaitu lingkungan di dalam ruang sebesar 31473 lumen untuk laboratorium, dengan jumlah
akustik. Pengondisian lingkungan akustik pada lingkup lampu sebanyak 14 buah dengan peletakan titik kordinat
mikro dilakukan dengan penghitungan nilai lampu dengan titik koordinat yang sesua.
reverberation time atau waktu dengung menggunakan 2. Kuat pencahayaan minimum(Emin) pada laboratorium
rumus Sabine sebagai parameter pengukuran kualitas adalah: 0.50. sehingga Emin belum memenuhi standar
akustik ruangan (Doelle, 1986). Rumus Sabine, yaitu 0.8
hasil pembagian antara volume ruang dengan total luas 3. Hasil pengukuran dan perhitungan besar nilai
koefisien absorbsi ditambah koefisien penyerapan reflektansi dari laboratorium memenuhi standar
suara apabila penghitungan dilakukan pada rentang rekomendasi SNI dengan besar nilai adalah: 0.62
frekuensi = 1.000 Hz. 4. Daya semua armatur terpasang pada bidang kerja
dilaboratorium FST sebesar 16.15 Watt/m2. Daya pada
Hasil Penelitian: laboratorium FST belum memenuhi daya maksimum-
a. Penerapan sistem akustik pada ruang minimum sebesar 27-45 Watt/m2
auditorium balai sidang di Surakarta dilakukan dengan
pengondisian lingkungan akustik, mulai dari lingkungan
makro, medium-makro, medium-makro-mikro, dan
mikro;
b. Pengondisian akustik pada lingkungan makro
dilakukan dengan penentuan tapak perancangan di
Pusat Pergudangan Kota Pedaringan di Kecamatan
Jebres, Kota Surakarta;
c. Pengondisian akustik pada lingkungan medium-
makro dilakukan dengan memberikan area yang
membatasi antara bangunan balai sidang yang
direncanakan dan sumber kebisingan pada sisi
selatan dan barat tapak, serta mengolah vegetasi
di sekitar tapak agar kebisingan dari luar tapak
dapat terminimalisir;
d. Pengondisian akustik pada lingkungan medium-
makro-mikro dilakukan dengan pemberian ruang-
ruang transisi berupa ruang sirkulasi antara auditorium
dan ruang lainnya; dan
e. Pengondisian akustik pada lingkungan mikro
dilakukan dengan penentuan bidang pantul, material
interior, serta perhitungan reverberation time sebesar
1,18 detik, artinya, ruang auditorium pada balai sidang
di Surakarta sudah ideal sebagai ruang yang
membutuhkan penanganan akustik khusus.

5 DESAIN AKUSTIK RUANG SHOLAT MASJID AGUNG ANALISIS TINGKAT PENCAHAYAAN RUANG KULIAH
Raya DARUSSALAM PALU DENGAN MEMANFAATKAN PENCAHAYAAN ALAMI
Kesimpulan: DAN PENCAHAYAAN BUATAN
Berdasarkan hasil analisis kinerja akustik interior ruang Kesimpulan:
sholat Masjid Agung Darussalam Palu, dapat 1.Hasil pengukuran tingkat pencahayaan ruang kuliah di
disimpulkan beberapa hal yaitu : Jurusan Fisika FMIPA Unsrat untuk sumber pencahayaan
1. Membandingkan hasil pengukuran metode analisa alami menunjukkan nilai yang paling besar pada titik
matematis dengan hasil simulasi RT60 untuk model sepanjang 1 meter dari jendela (lajur titik 4) pada
yang sesuai eksisting menunjukkan hasil yang cukup keempat ruang kuliah. Hal ini berarti cahaya matahari
signifikan dan valid dengan penyimpangan tidak lebih dari jendela cukup signifikan menerangi ruang. Akan
dari 5%. tetapi sumber pencahayaan alami pada ruang kuliah di
Sedangkan pada kondisi setengah penuh nilai waktu Jurusan Fisika belum memenuhi standar pencahayaan
dengung berkisar antara 3.04 – 4.50 detik. Hasil pengukuran pencahayaan RK FIS 3
2. Hasil simulasi kondisi eksisting ruang sholat Masjid R. Seminar 1 32.6 2 37.5 3 46.5 4 71.6 Area jendela 5
Agung Darussalam menunjukkan nialai RT60 terlalu 35.9 area jendela RK Fis-3 1 46.2 2 76.5 3 103.5 4 128.8
panjang, yaitu berkisar antara 3.22 – 5.74 detik pada Area jendela 5 95 area jendela
frekuensi 125-2kHz. Simulasi menunjukkan penurunan sesuai SNI yaitu 250 lux. Posisi gedung yang mengarah ke
nilai waktu dengung pada kondisi ruangan penuh arah utara timur laut seharusnya menyebabkan sinar
jamaah dan setengah penuh akan tetapi nilai tersebut matahari dapat langsung masuk ruang kuliah namun
rata-rata masih belum memenuhi standar nilai waktu ternyata belum cukup untuk pencahayaan ruang yang
dengung yang diizinkan dalam ruang sholat masjid digunakan untuk keperluan utama baca tulis. Penyebab
yaitu 2.20-2.75 detik.. Nilai waktu dengung pada cahaya matahari belum maksimal memberI
kondisi ruangan penuh jamaah berkisar antara 2.57 – pencahayaan alami diduga karena di luar gedung
3.69 detik terdapat pohon rindang yang menghalangi cahaya
3. Hasil simulasi akhir setelah penggantian material matahari.
menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan 2. Tingkat pencahayaan rata-rata maksimum ruang kuliah
terutama dalam kondisi jumlah pemakai sebanyak 0- RK FIS 1, RK FIS 2, Ruang Seminar dan RK FIS 3 di Jurusan
50%. Waktu Dengung yang cukup rendah hanya berada Fisika FMIPA Unsrat dengan sumber pencahayaan alami
pada frekuensi 250 Hz pada kondisi ruangan setengah adalah 77 lux, 55 lux, 71 lux dan 128 lux. Pencahayaan
penuh dan penuh ( selisih dari standar di atas 5%). Oleh dengan sumber alami yang ditambah pencahayaan
karena itu dibutuhkan desain yang fleksibel terhadap buatan dari sumber lampu CFL memberikan tingkat
jumlah pemakai/jamaah. pencahayaan 128 lux, 166 lux, 138 lux dan 170 lux
4. Keberhasilan perhitungan waktu dengung (RT60) berturut-turut pada keempat ruang. Nilai-nilai tersebut
yang mempertimbangkan efek geometri ruang di atas, belum memenuhi standar 250 lux untuk ruang kuliah
selain memberi peluang untuk perhitungan RT yang seperti yang direkomendasikan SNI.
optimum juga memberi keuntungan perancangan
konstruksi ruang akustik yang efektif baik dari segi
pemilihan bahan, maupun keleluasaan di dalam
penyesuaian segi estetika desain interior.

6 PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG Perencanaan Pencahayaan Buatan Pada Bangunan
Ekantoro AUDITORIUM BALAI SIDANG SURAKARTA Gedung (Studi Kasus Rusunawa Politeknik Negeri
Kesimpulan: Bengkalis)
1. Lingkungan makro, yaitu lingkungan sekitar tapak Kesimpulan:
berupa lingkungan darat atau air, dan lingkungan yang 1. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan pada
bising atau lingkungan yang tenang. umumnya didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan
2. Lingkungan medium-makro, yaitu lingkungan di rata-rata pada bidang kerja.
dalam tapak, tetapi di luar bangunan, berupa 2. Koefisien Penggunaan (kp) sebagian dari cahaya yang
lingkungan tapak yang sudah dikondisikan untuk dipancarkan oleh lampu diserap oleh armature, sebagian
menunjang aktivitas akustik. dipancarkan ke kearah atas dan sebagian lagi
3. Lingkungan medium-makro-mikro, yaitu lingkungan dipancarkan ke arah bawah. Faktor penggunaan
di dalam bangunan, tetapi di luar ruang akustik. didefinisikan sebagai perbandingan antara fluks luminus
d. Lingkungan mikro, yaitu lingkungan di dalam ruang yang sampai di bidang kerja terhadap keluaran cahaya
akustik. Pengondisian lingkungan akustik pada lingkup yang dipancarkan oleh semua lampu.
mikro dilakukan dengan penghitungan nilai Besarnya koefisien penggunaan dipengaruhi oleh faktor :
reverberation time atau waktu dengung menggunakan a. Distribusi intensitas cahaya dari armature b.
rumus Sabine sebagai parameter pengukuran kualitas Perbandingan antara keluaran cahaya dari armatur
akustik ruangan (Doelle, 1986). Rumus Sabine, yaitu dengan keluaran cahaya dari lampu di dalam armature c.
hasil pembagian antara volume ruang dengan total luas Reflektansi cahaya dari langit-langit, dinding dan lantai.
koefisien absorbsi ditambah koefisien penyerapan d. Pemasangan armatur apakah menempel atau
suara apabila penghitungan dilakukan pada rentang digantung pada langit-langit, e. Dimensi ruangan.
frekuensi = 1.000 Hz. Besarnya koefisien penggunaan untuk sebuah armature
diberikan 0,95. 3.
Koefisien Depresiasi / Penyusutan Besarnya koefisien
Hasil Penelitian: depresiasi dipengaruhi oleh :
a. Penerapan sistem akustik pada ruang a. Kebersihan dari lampu dan armature
auditorium balai sidang di Surakarta dilakukan dengan b. Kebersihan dari permukaan-permukaan ruangan.
pengondisian lingkungan akustik, mulai dari lingkungan c. Penurunan keluaran cahaya lampu selama waktu
makro, medium-makro, medium-makro-mikro, dan penggunaan.
mikro; d. Penurunan keluaran cahaya lampu penurunan
b. Pengondisian akustik pada lingkungan makro tegangan listrik. Besarnya koefisien depresiasi biasanya
dilakukan dengan penentuan tapak perancangan di ditentukan berdasarkan estimasi. Untuk ruangan dan
Pusat Pergudangan Kota Pedaringan di Kecamatan armature dengan pemeliharaan yang baik pada
Jebres, Kota Surakarta; umumnya koefisien depresiasi diambil sebesar 0,8.
c. Pengondisian akustik pada lingkungan medium- 4. Jumlah armatur yang diperlukan untuk mendapatkan
makro dilakukan dengan memberikan area yang tingkat pencahayaan tertentu. Untuk menghitung jumlah
membatasi antara bangunan balai sidang yang armatur, terlebih dahulu dihitung fluks luminus total
direncanakan dan sumber kebisingan pada sisi yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat
selatan dan barat tapak, serta mengolah vegetasi pencahayaan yang direncanakan, dengan menggunakan
di sekitar tapak agar kebisingan dari luar tapak persamaan :
dapat terminimalisir; 𝐹𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐸 𝑥 𝐴 𝑘𝑝 𝑥 𝑘𝑑
d. Pengondisian akustik pada lingkungan medium- (𝑙𝑢𝑚𝑒𝑛)
makro-mikro dilakukan dengan pemberian ruang-
ruang transisi berupa ruang sirkulasi antara auditorium Kemudian jumlah armatur dihitung dengan persamaan :
dan ruang lainnya; dan 𝑁𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐹𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹1 𝑥 𝑛
e. Pengondisian akustik pada lingkungan mikro
dilakukan dengan penentuan bidang pantul, material Keterangan : 𝐸𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = Tingkat pencahayaan rata-
interior, serta perhitungan reverberation time sebesar rata (lux)
1,18 detik, artinya, ruang auditorium pada balai sidang 𝐹𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = Fluks luminous total dari semua lampu yang
di Surakarta sudah ideal sebagai ruang yang menerangi (lumen) A = Luas m2 Kp = Koefisien
membutuhkan penanganan akustik khusus. penggunaan Kd = Koefisien depresiasi (penyusutan)
𝑁𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = Jumlah armature (titik lampu) 𝐹1 = Fluks
luminous satubuah lampu (pada kotak lampu) n =
Jumlah lampu dalam satu armature

7 OPTIMASI DESAIN INTERIOR UNTUK PENINGKATAN PENGUJIAN INTENSITAS PENCAHAYAAN BUATAN PADA
Meshak KUALITAS AKUSTIK RUANG AUDITORIUM MULTI- RUANG LABORATORIUM FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
FUNGSI (Studi kasus Auditorium Universitas Kristen (FST) UNIVERSITAS NUSA CENDANA DENGAN
Petra, Surabaya) SIMULASI SOFTWARE CALCULUX V.5.0
Kesimpulan: Kesimpulan:
1 .Hasil pengukuran menunjukkan bahwa back ground 1. Kuat pencahayaan rata-rata (Erata-rata) di
noise level auditorium Universitas Kristen Petra laboratorium FST belum memenuhi standard yang
memiliki kriteria kebisingan tinggi dengan NCmid >45. direkomendasikan SNI (500 lux). Nilai Kuat pencahayaan
Distribusi Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) pada ruang laboratorium adalah: 317.814 lux dengan jumlah lampu
auditorium sudah uniform (merata). Respon impuls pada laboratorium sebanyak 8 buah, Setelah dilakukan
ruang menunjukkan bahwa auditorium lebih perhitungan untuk mendapatkan (Erata-rata) sesuai
memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai standar rekomendasi SNI (500 lux) dibutuhkan lumen
auditorium music daripada speech, walaupun sebesar 31473 lumen untuk laboratorium, dengan jumlah
sebenarnya belum bisa dikatakan ideal untuk suatu lampu sebanyak 14 buah dengan peletakan titik kordinat
ruang konser dengan waktu dengung (RT) sebesar 2,2 lampu dengan titik koordinat yang sesua.
detik. Dengan demikian, perlu dilakukan penyesuaian 2. Kuat pencahayaan minimum(Emin) pada laboratorium
untuk meningkatkan kualitas akustik, baik aktivitas adalah: 0.50. sehingga Emin belum memenuhi standar
berkarakter speech maupun music. Adapun kriteria 0.8
desain yang dapat direkomendasikan untuk auditorium 3. Hasil pengukuran dan perhitungan besar nilai
sejenis meliputi jenis bahan, letak, dan luasan bahan reflektansi dari laboratorium memenuhi standar
pada elemen interior, serta occupancy ruang, rekomendasi SNI dengan besar nilai adalah: 0.62
sedangkan bentuk (geometri ruang) dan volume ruang 4. Daya semua armatur terpasang pada bidang kerja
belum dapat direkomendasikan mengingat dilaboratorium FST sebesar 16.15 Watt/m2. Daya pada
keterbatasan program ECOTECT v5.20. laboratorium FST belum memenuhi daya maksimum-
2. Untuk mengadaptasi aktivitas berkarakter speech, minimum sebesar 27-45 Watt/m2
auditorium harus mencapai nilai koefisien serapan
ruang yang tinggi dengan cara memperluas bidang
serapan pada elemen interior seoptimal mungkin.
Untuk itu, kombinasi penggunaan bahan absorber
berbentuk baffle dengan karakteristik bahan lembut,
berpori, bertekstur, tidak berwarna, memiliki koefisien
serapan tinggi, digantung di lokasi 2/3 bagian plafon (di
atas tempat duduk penonton) seluas 5% dan drapery
dengan karakteristik bahan tebal, berat, dan disusun
terlipat 50%, di dinding sekeliling penonton seluas 25%,
mampu meningkatkan ketajaman speech sebesar 75%-
100% serta mereduksi echo sebesar 50%. Hal ini
berlaku untuk occupancy ruang sebesar 35%-75%
dengan tipe kursi eksisting yaitu hard-backed seat.
3. Sebaliknya, untuk mengadaptasi aktivitas
berkarakter music maka penurunan baffle di plafon
dan penyingkapan drapery di dinding serta
penambahan 10% bahan reflektif pada bidang
permukaan elemen interior dapat meningkatkan
dengung yang panjang sebesar 30% sehingga mencapai
optimum serta mereduksi echo hingga 100%. Hal ini
berlaku untuk occupancy ruang sebesar 40%-75%
dengan tipe kursi eksisting hard-backed seat.
4. Selain memenuhi kriteria desain dan akustik, kedua
bahan akustik di atas dapat dipergunakan dengan
praktis karena mampu mengadaptasi perubahan fungsi
(adaptable) serta memudahkan dalam pengerjaannya,
menghemat waktu dan tenaga kerja di lapangan,
utamanya bagi auditorium multi-fungsi yang sudah
ada. Namun, pekerjaan bongkar/pasang bahan-bahan
akustik ini tidak dapat dilakukan secara tiba-tiba
ditengah-tengah acara/pertunjukan sedang
berlangsung karena aplikasi desain tidak bersifat
mekanik, sehingga diperlukan persiapan di awal
kegiatan.
8 ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DAN PENGUJIAN INTENSITAS PENCAHAYAAN BUATAN PADA
Ahmad DIFFUSOR TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA RUANG LABORATORIUM FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
DINDING AUDITORIUM (KU3.08.11) (FST) UNIVERSITAS NUSA CENDANA DENGAN
Kesimpulan: SIMULASI SOFTWARE CALCULUX V.5.0
A. Permukaan yang dibuat tidak merata secara akustik Kesimpulan:
untuk menyebarkan energi suara yang datang. 1. Kuat pencahayaan rata-rata (Erata-rata) di
Diffusor adalah material akustik yang digunakan laboratorium FST belum memenuhi standard yang
untuk memperbaiki penyimpangan suara dalam direkomendasikan SNI (500 lux). Nilai Kuat pencahayaan
ruangan, contohnya gema . Diffusor memiliki laboratorium adalah: 317.814 lux dengan jumlah lampu
fungsi menghamburkan gelombang bunyi dan pada laboratorium sebanyak 8 buah, Setelah dilakukan
tidak menghasilkan energi bunyi. Prinsip kerja perhitungan untuk mendapatkan (Erata-rata) sesuai
diffusor berkaitan dengan reduksi fraksi energi
standar rekomendasi SNI (500 lux) dibutuhkan lumen
gelombang yang dipantulkan secara spekular
sebesar 31473 lumen untuk laboratorium, dengan jumlah
akibat adanya sebagian energi bunyi yang
dihamburkan oleh permukaan. lampu sebanyak 14 buah dengan peletakan titik kordinat
B. Dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa lampu dengan titik koordinat yang sesua.
ruang auditorium (KU3.08.11) belum memenuhi 2. Kuat pencahayaan minimum(Emin) pada laboratorium
syarat room for speech pada parameter waktu adalah: 0.50. sehingga Emin belum memenuhi standar
dengung dan RASTI dalam kondisi ruangan 0.8
kosong. Nilai koefisien absorpsi material 3. Hasil pengukuran dan perhitungan besar nilai
mempengaruhi nilai RASTI dan waktu dengung. reflektansi dari laboratorium memenuhi standar
Semakin tinggi nilai koefisien absorpsi maka rekomendasi SNI dengan besar nilai adalah: 0.62
semakin tinggi pula nilai RASTI, dan semakin 4. Daya semua armatur terpasang pada bidang kerja
kecil nilai waktu dengung. Berdasarkan hasil dilaboratorium FST sebesar 16.15 Watt/m2. Daya pada
penelitan dengan merubah posisi letak absorber laboratorium FST belum memenuhi daya maksimum-
dan diffusor yang dipengaruhi dengan luas minimum sebesar 27-45 Watt/m2
penampang material, didapatkan hasil semakin
luas penampang absorber maka nilai RASTI
semakin tinggi dan waktu dengung semakin
kecil, sedangkan semakin luas penampang diffusor
maka nilai RASTI semakin kecil dan waktu
dengung semakin besar. Dari beberapa simulasi
yang dilakukan yaitu mengubah koefisien
absorpsi, posisi, dan penggabungan material,
diperoleh hasil simulasi desain rekomendasi yang
paling baik untuk auditorium (KU3.08.11) dalam
keadaan kosong adalah menggunakan kombinasi
material E pada kondisi 3 yaitu material Ownes
Corning 705 ASJ, Fibreglass sebagai absorber dan
2D N=7 QRD as line above with cloth covering
sebagai diffusor dengan pemasangan absorber
pada dinding bagian samping dan belakang serta
diffusor pada kolom dinding bagian samping
dengan rentang nilai waktu dengung antara 0,64s
sampai 0,92s.
9 STUDI PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG Sistem Pencahayaan pada Kantor Sequislife di Gedung
Jimmi KULIAH UNIVERSITAS KRISTEN PETRA Intiland Tower Surabaya
Kesimpulan: Kesimpulan:
Penelitian akustik ruang kuliah Audio Visual Hal yang perlu diperhatikan dalam pencahayaan pada
memberikan rekomendasi desain akustik yang baik sebuah kantor adalah tingkat kenyamanan yang
untuk ruang kuliah Audio Visual di Universitas Kristen diperoleh pengguna. Hal tersebut dapat dicapai dengan
Petra, Surabaya. Penelitian ini dilakukan melalui 3 (tiga) cara memperhatikan kualitas, kuantitas dan aturan-
aturan pencahayaan Sistem pencahayaan alami
treatment untuk 21 menaikkan RT ruang kuliah AVP di
maupun buatan yang di gunakan di kantor Sequislife di
Universitas Kristen Petra. Treatment yang pertama
gedung Intiland Tower Surabaya tidak maksimal
dilakukan dengan mengganti material pada furnitur
sehingga di lakukan optimasi yang telah diuraikan diatas
ruang sehingga menaikkan RT dari 0,19-0,24 detik dengan hasil :
menjadi 0,36-0,55 detik dalam occupancy 0% (keadaan - Lantai 1 = 350 lux
ruang kosong). Kondisi ini dinilai masih belum dapat - Lantai 6 = 308 lux ( Sesuai Standar SNI )
digunakan sebagai ruang kuliah Audio Visual dengan - Lantai 8 = 366 lux
akustik yang baik, karena belum masuk dalam standar Untuk memaksimalkan pencahayaan alami yang masuk
RT yang dianjurkan untuk ruang speech. Treatment kedalam ruang kantor Sequislife di gedung Intiland
yang lain adalah dengan mengganti material non- Tower Surabaya, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
struktural dalam ruangan (material lantai, partisi, pemanfaatan penggunaan horizontal blind maupun
plafon, jendela, maupun furnitur). RT yang dihasilkan vertical blind agar intensitas cahaya alami masuk secara
merupakan RT yang tertinggi dari tiga treatment yang optimal ke dalam ruang kantor Sequislife di gedung
ada, namun masih berada dalam range standar RT yang Intiland Tower Surabaya, dapat digunakan horizontal
dianjurkan, yakni 0,57-0,59 detik dalam occupancy 0% blind maupun vertical blind yang tidak massif atau semi
dan 0,49-0,51 detik dalam occupancy 100% (ruangan transparant sehingga pada saat horizontal blind
terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya). Treatment ataupun vertical blind dalam kondisi tertutup namun
cahaya matahari masih dapat masuk walaupun kuat
yang terakhir adalah dengan menggunakan material
cahaya tidak terlalu besar.
dalam treatment kedua, namun ditambahkan dengan
panel multipleks pada dinding partisinya yang ternyata
menyerap suara yang dihasilkan sehingga
menghasilkan RT berkisar antara 0,56-0,58 detik.
Dengan demikian, RT yang dihasilkan masih lebih
rendah dari RT dalam treatment kedua. Treatment
kedua akhirnya dipilih sebagai desain akustik yang
paling sesuai dengan standar ruang speech, dimana RT
yang dihasilkan merupakan RT tertinggi dari treatment-
treatment yang ada namun masih tetap berada dalam
standar RT yang dianjurkan. Dengan demikian, ruang
Audio Visual dapat berfungsi dengan maksimal jika
ditunjang dengan sistem akustik yang baik.

Anda mungkin juga menyukai