Anda di halaman 1dari 52

PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

ASUMSI DASAR, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP


PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
KLINIK MUHAMMADIYAH/AISYIYAH JAWA TIMUR

 ASUMSI DASAR

Kebijakan akuntansi adalah perlakuan akuntansi yang dianut atas transaksi-transaksi


yang terjadi dalam suatu klinik dengan tujuan supaya pencatatan (perlakuan) akuntansi
dilakukan secara konsisten, terarah dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan auditable, accountable dan
comparable.

Kebijakan dasar pedoman akuntansi KLINIK Muhammadiyah/Aisyiyah adalah:

1. Going Concern (Kelangsungan Usaha)


Kebijakan dasar ini mengisyaratkan bahwa peruahaan diasumsikan melakukan
usahanya secara berkesinambungan dan tidak bermaksud melikuidasi atau
mengurangi secara material skala usahanya.

2. Accrual Basis (Dasar Akrual)


Pencatatan transaksi/pembukuan yang meliputi transaksi pengeluaran dan
peneriman kas dan selain kas, perubahan aset, perubahan kewajiban, perubahan
pendapatan dan perubahan biaya dilakukan pada saat terjadi dan diakuinya
perubahan dimaksud.

 TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai melalui penyusunan pedoman kebijakan akuntansi klinik
Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur ini adalah:

1) Sebagai pedoman bagi para pelaksana pada semua unit/bagian organisasi dalam
melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan,
khususnya dalam menyelenggarakan pencatatan dan melaporkan kegiatan serta
hasil kegiatan Klinik yang bersifat transaksi keuangan.
2) Sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan Klinik secara periodik,
baik laporan ekstern maupun intern.
3) Sebagai pedoman dalam menginterpretasikan dan mengikhtisarkan transaksi-
transaksi yang terjadi dalam klinik sehingga konsistensi dan keseragaman dalam
perlakuan akuntansi dapat terpelihara dengan baik diantara Jaringan Klinik
Muhammadiyah Jawa Timur.
4) Untuk meningkatan akurasi penyajian laporan keuangan sehingga benar-benar
dapat dipergunakan sebagai alat yang handal dalam pengambilan keputusan.
5) Agar mudah beradaptasi terhadap perubahan transaksi dan kebutuhan informai
sesuai dengan perkembangan klinik dan dunia usaha pada umumnya.

1
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

 RUANG LINGKUP

Pada dasarnya ruang lingkup pedoman kebijakan akuntansi ini meliputi garis-garis besar
sistem akuntansi dan standar akuntansi keuangan yang berlaku lazim dan dianut dalam
penyusunan laporan keuangan perumahsakitan, termasuk tata cara penilaian yang
digunakan. Secara lengkap pedoman kebijakan akuntansi ini mencakup:

a. Pengertian
Menjelaskan definisi atau pengertian masing-masing akun yang digunakan dalam
sistem akuntansi klinik Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur.

b. Kebijakan Pengelolaan
Menguraikan isi atau rincian dari tiap-tiap akun.

c. Perlakuan akuntansi
Menguraikan perlakuan akuntansi (accounting treatment) masing-masing akun
sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku, yang meliputi:
1. Pengakuan,
2. Pengukuran,
3. Penyajian,
4. Penilaian,
5. Pengungkapan.

Pelaksanaan kebijakan akuntansi ini memerlukan adanya penjabaran lebih lanjut dalam
bentuk sistem dan prosedur baku yang dikaitkan dengan Sistem Informasi Manajemen
(SIM) berbasis komputer atau aplikasi program sesuai dengan kode rekening yang
berlaku.

2
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

KARAKTERISTIK USAHA
KLINIK MUHAMMADIYAH/AISYIYAH JAWA TIMUR

 GAMBARAN UMUM AKTIVITAS KLINIK


Klinik Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur memiliki beberapa karakteristik khusus antara
lain:
1. Menyediakan Pelayanan kesehatan bagi masyarakat, diantaranya berupa
Pelayanan Rawat Jalan (Rajal), Pelayanan rawat inap (Ranap), pelayanan
penunjang medik (Jang-Med) dan Farmasi/apotek serta Pelayanan Penunjang
Lainnya.
2. Aktivitas Klinik selain untuk mendapatkan aliran kas masuk guna mencukupi
kebutuhan operasionalnya dan mengoptimalkan tingkat kembalian investasi,
sekaligus memiliki peran sosial serta dakwah persyarikatan, melalui berbagai
program yang ditetapkan oleh manajemen dan sesuai dengan peraturan
peklinikyarikatan.
3. Sumber-sumber utama pendapatan Klinik berasal dari Pelayanan Rawat Jalan
(Rajal), pelayanan rawat inap (Ranap), pelayanan penunjang medik (Jang-Med)
dan farmasi, serta pelayanan Penunjang lainnya.
4. Sumber-sumber penggunaan biaya dan sekaligus persediaan terbesar yang
dimiliki Klinik adalah persediaan obat.

 RISIKO INDUSTRI

Risiko yang melekat pada Klinik Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur adalah sebagai
berikut:
1. Risiko Malpraktik
Klinik Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur memiliki resiko bisnis malpraktik.
Malpraktik adalah penyimpangan atau ketidaksesuaian praktik pelayanan
kesehatan sesuai standard kerja dan standard profesional yang telah ditetapkan.
Malpraktik dapat berupa kesimpulan diagnosa yang tidak betul, pemberian
resep/obat yang kurang sesuai dengan kebutuhan pasien, bahkan kesalahan
yang dilakukan dengan sengaja karena tuntutan materi semata (misalkan dalam
kasus aborsi). Malpraktik dapat mengakibatkan kurangnya kepercayaan pasien
dan masyarakat, sehingga menurunkan pendapatan Klinik. Malpraktik juga dapat
menyebabkan Klinik menghadapi tuntutan hukum, yang dapat berakibat kepada
timbulnya biaya.
2. Risiko Kehilangan Tenaga Medis
Klinik Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur memiliki resiko kehilangan tenaga
medis sebagai akibat dari peklinikaingan antar Klinik (swasta) dan adanya
jaminan hidup hari tua berupa pensiun bagi dokter-dokter yang melaksanakan
tugas sebagai dokter di Klinik Pemerintah.
3. Risiko Kebijakan Pemerintah
Klinik Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur memiliki resiko kebijakan Pemerintah
melalui instrumen peraturan yang dikeluarkannya, yaitu peraturan yang terkait
dengan regulasi pemerintah, perpajakan, dan kenaikan upah pekerja (UMK).

4. Risiko berfluktuasinya nilai tukar rupiah

3
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

Sebagaimana dalam industri lain, Klinik Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur


memiliki risiko mengalami kerugian atas transaksi valuta asing (misal : pembelian
peralatan medis dalam valuta asing secara kredit) yang terjadi karena perubahan
naiknya kuklinik valuta asing.
5. Risiko Pemogokan atau kerusuhan (riot/ chaos)
Sebagai Klinik pelayanan yang memiliki banyak jumlah tenaga kerja, KLINIK
Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur memiliki resiko terjadinya pemogokan atau
kerusuhan (riot) karena ketidakpuasan karyawan terhadap kompensasi yang
diterima, kondisi perekonomian, atau kondisi internal Klinik.
6. Risiko tidak tertagihnya piutang (accounts receivable risk),
KLINIK Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur memiliki risiko rendahnya
kolektibilitas piutang. Risiko ini terjadi karena adanya pelayanan kesehatan yang
beklinikifat kredit merupakan pendapatan kredit berdasar kontrak kerja sama
KLINIK Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur dengan Klinik lain. Selain itu, risiko
ini juga dikarenakan pelunasan penuh atas biaya Klinik yang ditanggung oleh
penerima jasa umumnya dilakukan setelah seluruh pelayanan jasa telah
diberikan oleh pihak Klinik.
7. Risiko leverage (leverage risk)
Risiko-risiko yang terkait pada kewajiban Klinik karena pendanaan yang berasal
dari luar Klinik (external financing).

4
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

I. KEBIJAKAN ATAS KAS DAN SETARA KAS

 PENGERTIAN
- Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai
kegiatan umum Klinik, baik berupa uang tunai maupun saldo rekening Klinik di
bank yaitu berupa cek atau giro.
- Termasuk saldo kas adalah kas dalam perjalanan ( deposit in transit) pembayaran
dari Klinik lain ke rekening Klinik Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur.
- Setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid dan akan jatuh tempo
kurang dari 3 bulan sejak tanggal perolehannya.
Yang dimaksud likuid adalah mudah dijadikan kas tanpa menghadapi resiko
perubahan nilai dan terdapat pasar yang memudahkannya untuk dijadikan kas.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN

a. Kas dibagi menjadi 2 jenis:


a.1. Kas besar
a.1.1 Kas besar disimpan dalam brankas dengan kode kunci yang hanya
diketahui oleh Direktur, Penanggung Jawab Kasir Induk.
a.1.2 Kas besar memiliki saldo maksimum dan minimum. Besaran saldo
maksimum adalah sebesar Rp100.000.000 dan saldo minimum
adalah sebesar Rp30.000.000 atau akan ditentukan lebih lanjut
berdasar surat keputusan Direktur sesuai dengan kondisi masing-
masing Klinik.
a.1.3 Penerimaan kas harus segera disetor ke bank paling lambat 1 (satu)
hari setelah diterima dengan tetap memperhatikan saldo kas
maksimum
a.1.5 Pencatatan kas besar dilakukan secara terpisah dengan pencatatan
bank.
a.2. Kas kecil
a.2.1 Kas kecil diselenggarakan dengan sistem imprest fund method (saldo
tetap).
a.2.2 Dana kas kecil hanya digunakan untuk keperluan yang sifatnya
mendesak dan tidak rutin.
b.2.2 Pembentukan kas kecil dan nilai maksimum kas kecil yang dibentuk
ditentukan sebesar Rp1.000.000 (satu juta rupiah) atau berdasar
ketetapan Direktur (dituangkan dalam SK Direktur) yang disesuaikan
dengan kondisi masing-masing Klinik.
b.2.3 Pengisian kembali dan pertanggungjawaban pengeluaran kas kecil
diselenggarakan setelah saldo kas kecil mendekati jumlah minimum
atau sebesar 25% dari Saldo Kas Kecil yang ditetapkan. Bisa juga
Nilai minimum kas kecil ditentukan berdasar Ketetapan masing-
masing Direktur berdasarkan kondisi klinik yang ada.
b.2.4 Secara periodik dilakukan pemeriksaan mendadak terhadap
pengelolaan Kas Kecil (petty cash spot check) oleh bagian Akuntansi
dan/atau SPI.

5
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

b. Klasifikasi dan kebijakan pengelolaan rekening giro adalah sebagai berikut:

b.1 Pembukaan dan penunjukan Rekening Bank dilakukan berdasar surat


keputusan Direktur.
b.2 Rekonsiliasi bank dilakukan setiap bulan untuk setiap rekening bank.
b.3 Pengeluaran bank dilakukan dengan cek atau giro atas nama,
ditandatangani oleh Direktur Klinik Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur
atau pejabat yang berwenang yang tunjuk dan minimal ditandatangani
oleh 2 (dua) pejabat dari 3 (tiga) pejabat yang ditunjuk.
b.4 Tanggung jawab penggunaan buku cek/giro dipegang oleh Penanggung
Jawab Perbendaharaan, atau pejabat yang ditunjuk
b.5 Saldo maksimum rekening giro harus dijaga tidak melebihi 110% (seratus
sepuluh pekliniken) kebutuhan.
b.6 Kelebihan saldo rekening giro disimpan dalam rekening deposito atas nama
Klinik.
b.7 Rekening bank dalam bentuk rekening tabungan atas nama pejabat Klinik
hanya dibolehkan dalam masa transisi sampai dimungkinkan penyusunan
anggaran kas dan bank yang baik.

c. Instrumen yang dapat dikategorikan Setara Kas adalah sebagai berikut:


c.1. Deposito berjangka yang akan jatuh tempo dalam waktu 3 (tiga) bulan
atau kurang dari tanggal penempatannya serta tidak dijaminkan.
c.2. Instrumen pasar uang yang diperoleh dan akan dicairkan dalam jangka
waktu tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sejak tanggal perolehannya.

 PERLAKUAN AKUNTANSI
a. Pengakuan
- Mutasi atas kas dan bank diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi kas
dan bank.
- Mutasi masuk Kas dan Bank diakui pada saat penerimaan uang tunai atau cek
oleh kasir atau berdasar Rekening Koran Bank (Account Statement).
- Mutasi keluar Kas dan Bank diakui pada saat dilakukannya pembayaran.
b. Pengukuran
- Kas pada saat transaksi diukur berdasar nilai pada saat terjadinya transaksi.
- Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan dengan menggunakan kuklinik
tengah Bank Indonesia pada saat terjadinya transaksi.
c. Penyajian
- Kas dan Bank disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan sisi debet pada urutan
pertama, sedangkan rinciannya disajikan pada catatan atas laporan keuangan.
d. Penilaian
- Saldo kas dinilai menurut nilai nominalnya.
- Saldo bank dinilai menurut nilai nominalnya berdasarkan saldo rekening koran
(account statement) dari bank, setelah dilakukan rekonsiliasi bank sehingga
menunjukkan saldo yang sebenarnya.
- Saldo kas dan bank dalam valuta asing dijabarkan ke dalam rupiah atas dasar
kuklinik tengah Bank Indonesia.

6
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

- Apabila terjadi selisih kuklinik sebagai akibat penjabaran dalam rupiah, maka
selisih tersebut disajikan sebagai Pendapatan Lain-Lain atau Beban Lain-Lain
dalam Laporan Aktivitas Tahun Berjalan.

e. Pengungkapan
Pengungkapan atas akun Kas dan Setara Kas harus dilakukan dalam catatan atas
laporan keuangan, yang meliputi :
- Rincian jumlah penempatan di bank berdasarkan nama bank serta jenis mata
uang asing.
- Kisaran tingkat bunga dari setara kas selama periode pelaporan.

f. Ilustrasi Jurnal
1. Kas
a. Pada saat menerima kas
Db Kas ……… xxx
Kr. Akun yang dituju ……. xxx
b. Pada saat penarikan kas
Db Akun yang dituju …. xxx
Kr. Kas ….. xxx

2. Bank (Giro & Tabungan)


a. Pada saat penyetoran dari Kas Tunai Ke Kas Bank
Db Giro/tabungan xxx
Kr. Kas ….. xxx
b. Pada saat penarikan
Db. Kas …… xxx
Kr. Giro/tabungan xxx

7
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

II. KEBIJAKAN ATAS DEPOSITO/SURAT BERHARGA

 PENGERTIAN

- Deposito atau Surat Berharga adalah penempatan dana Klinik dalam bentuk
simpanan berjangka di bank yang telah ditentukan, dengan jangka waktu sama
dengan atau kurang dari satu tahun, dalam rangka memanfaatkan dana yang
belum dipergunakan Klinik.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN

- Deposito diklasifikasikan menurut bank tempat dana tersebut ditempatkan dan


dipisahkan antara deposito rupiah dan valas.
- Pembukaan deposito dilakukan berdasar Surat Keputusan Direktur, setelah
mempertimbangkan Cost – Benefits produk deposito yang ditawarkan pihak Bank.
- Kewenangan untuk mencairkan dan/atau memindahkan rekening deposito
dilakukan oleh Direktur.
- Sertifikat Deposito ditempatkan pada brankas dengan kode kunci yang hanya
diketahui oleh Direktur, Penanggung Jawab Kasir Induk.
- Deposito diletakkan pada Bank yang dijamin LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).

 PERLAKUAN AKUNTANSI
a. Pengakuan
- Deposito berjangka dicatat dan diakui pada saat terjadinya transaksi
penempatan dana.
b. Pengukuran
- Nilai Deposito diakui dan dicatat sebesar nilai nominal dana yang ditempatkan.
c. Penyajian
- Deposito berjangka disajikan di Laporan Posisi Keuangan pada posisi asset
lancar setelah akun kas dan bank sebesar nilai nominal dana yang
ditempatkan
- Bunga deposito disajikan secara terpisah dari nilai nominal deposito.
d. Penilaian
- Deposito jangka pendek dalam valas dibukukan dan disajikan dalam Laporan
Posisi Keuangan setelah dijabarkan dalam mata uang rupiah dengan
menggunakan kuklinik pada tanggal Laporan Posisi Keuangan. Apabila
terdapat kesulitan dalam menentukan kuklinik tanggal Laporan Posisi
Keuangan, maka penjabarannya dapat menggunakan kuklinik tengah Bank
Indonesia.
- Apabila terjadi selisih kuklinik sebagai akibat penjabaran dalam rupiah, maka
selisih tersebut disajikan sebagai Pendapatan Lain-Lain atau Beban Lain-Lain
dalam Laporan Aktivitas Tahun Berjalan.
- Hak atas bunga deposito yang sudah diakui pada saat tutup buku akan tetapi
belum direalisir pembayarannya, dicatat dalam pos Pendapatan Yang Masih
Harus Diterima. Bunga deposito tersebut sejalan dengan berjalannya waktu,

8
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

dengan memperhatikan tanggal jatuh tempo dicatat dalam akun Pendapatan


Lain-Lain.

e. Pengungkapan
Pengungkapan atas akun Deposito harus dilakukan dalam catatan atas laporan
keuangan, yang meliputi :
- Dana yang ditempatkan pada bank tidak terpisahkan unsur pihak ketiga dan
pihak yang mempunyai hubungan istimewa,
- Kisaran suku bunga deposito selama periode pelaporan,
- Jenis dan jumlah deposito dalam mata uang asing,
- Hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas pencairan deposito tersebut.

f. Ilustrasi Jurnal
1. Bank (Deposito)
a. Pada saat penyetoran
Db. Deposito Berjangka
Kr. Kas/Bank
b. Pada saat penarikan
Db. Kas/Bank
Kr. Deposito Berjangka

9
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

III. KEBIJAKAN ATAS PIUTANG USAHA

 PENGERTIAN

- Piutang usaha adalah tagihan Klinik kepada pihak lain yang timbul karena
kegiatan normal Klinik, yaitu penjualan obat dan alat kesehatan serta pemberian
jasa pelayanan kesehatan.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN

- Piutang usaha diklasifikasikan dalam dua kelompok besar yaitu:


a. Piutang Usaha instansi, meliputi :
a.1. Instansi Swasta
a.2. Instansi yang merupakan bagian dari Muhammadiyah
b. Piutang Usaha Pihak Ketiga
b.1. Debitur instansi
b.2. Debitur perorangan .
- Piutang usaha yang belum dilunasi dikelompokkan dalam kelompok-kelompok
umur (aging schedule) dan ditentukan besarnya penyisihan piutang usaha untuk
masing-masing kelompok umur tersebut.
- Penentuan klasifikasi kelompok umur dan nilai penyisihan piutang usaha masing-
masing kelompok umur ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur.
- Pencatatan Kerugian Piutang Usaha dilakukan dengan Metode Tidak Langsung
(Pencadangan Piutang Tak Tertagih)
- Penghapusan Piutang Usaha dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
Pimpinan MPKU PDM/PCM atau PDA-MK setempat.
- Piutang usaha yang dinyatakan tidak dapat ditagih lagi dan layak diusulkan
kepada Pimpinan MPKU PDM/PCM atau PDA-MK setempat untuk dihapuskan,
harus memenuhi sebagian atau seluruh kriteria sebagai berikut :
a. Seluruhnya telah disisihkan (100%).
b. Telah diupayakan ditagih berulang-ulang, yang dinyatakan secara tertulis,
tetapi tidak berhasil.
c. Alamat debitur tidak diketahui lagi.

 PERLAKUAN AKUNTANSI
a. Pengakuan
- Piutang usaha diakui pada saat diterbitkan faktur tagihan kepada masing-
masing debitur.
b. Pengukuran
- Pengakuan nilai piutang usaha diakui dan dicatat sebesar nilai yang tertera
pada faktur tagihan masing-masing debitur, berdasar transaksi.
c. Penyajian

10
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

- Piutang Usaha disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan sebelah debet pada
kelompok Aset lancar setelah akun deposito.

d. Penilaian
- Piutang Usaha dinyatakan di Laporan Posisi Keuangan sebesar jumlah bruto
dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima (penyisihan
piutang).
- Piutang usaha dalam valuta asing disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan
setelah dijabarkan dalam rupiah dengan kuklinik pada tanggal Laporan Posisi
Keuangan. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kuklinik tanggal
Laporan Posisi Keuangan, maka penjabarannya dapat menggunakan kuklinik
tengah Bank Indonesia.
- Apabila terjadi selisih kuklinik sebagai akibat penjabaran dalam rupiah, maka
selisih tersebut disajikan sebagai Pendapatan Lain-Lain atau Beban Lain-Lain
dalam Laporan Aktivitas Tahun Berjalan.
e. Pengungkapan
Pengungkapan atas akun Piutang Usaha harus dilakukan dalam catatan atas
laporan keuangan, yang meliputi :
- Pemisahan antara piutang usaha kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa dan pihak ketiga,
- Jumlah piutang usaha menurut debitur,
- Jumlah piutang usaha menurut mata uang,
- Jumlah piutang usaha menurut umur (aging schedule),
- Jumlah penyisihan piutang usaha ragu-ragu, beban piutang usaha ragu-ragu,
dan penghapusan piutang usaha,
- Pendapat manajemen akan kecukupan jumlah penyisihan piutang usaha,
- Jumlah piutang usaha yang dijaminkan dan nama pihak yang menerima
jaminan,
- Informasi piutang usaha yang telah dijual secara with recouklinike meliputi :
a. Jumlah piutang usaha yang dialihkan, yang meliputi piutang retensi, beban
bunga, jatuh tempo, dan ikatan penting lainnya yang diatur dalam
perjanjian.
b. Jaminan yang diberikan, jika ada.

f. Ilustrasi Jurnal
1. Pada saat timbulnya piutang usaha
Db. Piutang usaha (Bruto)
Kr. Pendapatan (Bruto)
2. Pada saat pembayaran piutang
Db. Kas/bank
Kr. Piutang (Bruto)
3. Pada saat membuat penyisian piutang usaha ragu-ragu
Db. Beban penyisihan piutang usaha ragu-ragu
Kr. Piutang usaha
4. Pada saat penerimaan kembali piutang usaha ragu-ragu yang telah
dihapus

11
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

Db. Kas/bank
Kr. Pendapatan lain-lain (non operasional)

12
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

IV. KEBIJAKAN ATAS PIUTANG LAIN-LAIN

 PENGERTIAN

- Piutang lain-lain adalah tagihan Klinik kepada pihak lain yang berdasar jenisnya
tidak dapat diklasifikasikan sebagai piutang usaha.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN

- Berdasar kesamaan sifat dan klasifikasi akun, kebijakan pengelolaan yang


dilakukan terhadap piutang lain-lain, sama dengan kebijakan pengelolaan yang
dilakukan terhadap piutang usaha.
- Piutang lain-lain terdiri atas:
a. Piutang instansi/badan
b. Piutang pegawai aktif
c. Piutang lainnya

 PERLAKUAN AKUNTANSI
a. Pengakuan
- Piutang lain-lain diakui pada saat terjadinya transaksi.
b. Pengukuran
- Pengakuan nilai piutang lain-lain diakui dan dicatat sebesar nilai saat
terjadinya transaksi.
c. Penyajian
- Piutang lain-lain disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan sebelah debet pada
kelompok Aset lancar setelah akun Piutang Usaha.
d. Penilaian
- Piutang lain-lain dinyatakan di Laporan Posisi Keuangan sebesar jumlah bruto
dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima (penyisihan
piutang).
- Piutang lain-lain dalam valuta asing disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan
setelah dijabarkan dalam rupiah dengan kuklinik pada tanggal Laporan Posisi
Keuangan. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kuklinik tanggal
Laporan Posisi Keuangan, maka penjabarannya dapat menggunakan kuklinik
tengah Bank Indonesia.
- Apabila terjadi selisih kuklinik sebagai akibat penjabaran dalam rupiah, maka
selisih tersebut disajikan sebagai Pendapatan Lain-Lain atau Beban Lain-Lain
dalam Laporan Aktivitas Tahun Berjalan.
e. Pengungkapan
Pengungkapan atas akun Piutang Lain - Lain harus dilakukan dalam catatan atas
laporan keuangan, yang meliputi :
- Pemisahan antara piutang lain-lain kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa dan pihak ketiga,
- Jumlah piutang lain-lain menurut debitur,
- Jumlah piutang lain-lain menurut mata uang,
- Jumlah piutang lain-lain menurut umur (aging schedule),

13
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

- Jumlah penyisihan piutang ragu-ragu, beban piutang ragu-ragu, dan


penghapusan piutang lain-lain,
- Pendapat manajemen akan kecukupan jumlah penyisihan piutang lain-lain.

f. Ilustrasi Jurnal
1. Pada saat timbulnya piutang lain-lain
Db. Piutang lain-lain
Kr. Kas/bank
2. Pada saat pembayaran piutang
Db. Kas/bank
Kr. Piutang lain-lain
3. Pada saat pembentukan penyisian piutang lain-lain ragu-ragu
Db. Beban penyisihan piutang lain-lain ragu-ragu
Kr. Piutang lain-lain
4. Pada saat penerimaan kembali piutang lain-lain ragu-ragu yang telah
dihapus
Db. Kas/bank
Kr. Pendapatan lain-lain (non operasional)

14
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

V. KEBIJAKAN ATAS UANG MUKA

 PENGERTIAN

- Yang dimaksud dengan uang muka adalah sejumlah uang yang telah dikeluarkan
atau dibayarkan lebih dulu oleh Klinik untuk mendanai aktivitas operasionalnya.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
- Uang muka terdiri atas:
1. Uang muka biaya pegawai lainnya
2. Uang muka biaya bahan
3. Uang muka biaya pemeliharaan
4. Uang muka biaya asuransi
5. Uang muka biaya sewa
6. Uang muka biaya umum
7. Uang muka biaya lainnya
- Uang muka harus dipertanggungjawabkan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu
sejak tanggal dikeluarkannya/dibayarkannya uang muka.
- Pembatasan terhadap uang muka adalah sebagai berikut:
- Nilai maksimal untuk dapat dicatat sebagai uang muka ditentukan berdasar
SK Direktur.
- Setiap pihak yang bertanggung jawab terhadap permintaan uang muka,
dibatasi maksimal 2 (dua) kali permintaan uang muka, selama batas waktu
periode pertanggungjawaban.
- Setelah dipertanggungjawabkan, uang muka direklasifikasi sebagai akun biaya
sesuai jenis transaksinya.
- Setiap akhir bulan hasrus dilakukan penelitian terhadap akun Uang Muka yang
belum dipertanggungjawabkan, agar penyajian uang muka benar-benar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

 PERLAKUAN AKUNTANSI
a. Pengakuan
- Uang muka diakui pada saat dilakukannya pembayaran atau pengeluaran kas.
b. Pengukuran
- Pengakuan uang muka diakui dan dicatat sebesar nilai pada saat terjadinya
transaksi.
c. Penyajian
- Uang muka disajikan di Laporan Posisi Keuangan sebelah debet pada
kelompok Aset lancar setelah akun Piutang Lain - Lain.
d. Penilaian
- Uang muka disajikan sebesar nilai pada saat pengakuan awal (nilai transaksi).
e. Pengungkapan
Pengungkapan atas akun Uang Muka harus dilakukan dalam catatan atas laporan
keuangan, yang meliputi :
- Jenis Uang Muka yang belum dipertanggungjawabkan

1
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

- Jumlah uang muka yang belum dipertanggungjawabkan per jenis uang muka.
- Umur uang muka yang belum dipertanggungjawabkan per jenis uang muka.

f. Ilustrasi Jurnal

a. Uang muka operasional


1. Pada saat timbulnya uang muka
Db. Uang muka
Kr. Kas/bank
2. Pada saat pertanggung jawaban uang muka
Db. Beban/rekening lawan
Kr. Uang muka

b. Uang muka sewa/sewa dibayar dimuka


1. Pada saat timbulnya Uang muka sewa/sewa dibayar dimuka
Db. Uang muka sewa/sewa dibayar dimuka
Kr. Kas/bank
2. Pada saat amortiasi uang muka sewa/sewa dibayar dimuka
Db. Beban amortisasi uang muka sewa/sewa dibayar dimuka
Kr. Uang muka sewa/sewa dibayar dimuka

2
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

VI. KEBIJAKAN PERSEDIAAN

 PENGERTIAN

- Yang dimaksud dengan persediaan di Klinik Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur


adalah Aset Klinik yang diperoleh dan/atau tersedia untuk dijual atau digunakan
dalam pemberian jasa layanan kesehatan (kegiatan usaha normal Klinik).

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN

- Klasifikasi lebih lanjut dari persediaan ditentukan lebih lanjut


- Pencatatan persediaan dilakukan dengan Metode Perpetual.
- Penilaian persediaan dilakukan dengan metode rata-rata bergerak ( Moving
Average Method).
- Apabila transaksi pembelian dilakukan dengan kondisi pembayaran tertentu
(Term of Payment), persediaan dicatat setelah dikurangi potongan pembelian
(metode beklinikih). Kerugian yang terjadi karena pembayaran dilakukan setelah
periode potongan, dicatat sebagai Kerugian Potongan Pembelian.
- Perhitungan fisik persediaan dilakukan minimal 1 (satu) tahun sekali.

 PERLAKUAN AKUNTANSI
a. Pengakuan
- Persediaan diakui pada saat terjadinya perpindahan kepemilikan barang dari
pemasok ke klinik Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur.
b. Pengukuran
- Persediaan dicatat sebesar harga perolehannya termasuk biaya yang secara
langsung atau tidak langsung telah dikeluarkan untuk mendapatkan barang
tersebut.
- Apabila persediaan diperoleh dengan diproduksi sendiri, persediaan dicatat
sebesar total biaya konvekliniki untuk memproduksinya, termasuk di dalamnya
adalah biaya langsung, biaya overhead tetap dan biaya overhead variabel ( Full
Costing).
- Pemakaian persediaan ditetapkan pada saat pengeluarannya dan dibebankan
sebagai Biaya Bahan dengan nilai berdasar harga rata-rata bergerak.
c. Penyajian
- Persediaan disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan sebelah debet pada
kelompok Aset lancar setelah akun Uang Muka.
d. Penilaian
- Persediaan akhir tahun buku disajikan setelah dilakukan hasil perhitungan fisik
(stock opname) dan dinilai berdasar metode rata-rata bergerak ( moving
average methode). Jika terjadi selisih antara jumlah catatan dan jumlah fisik
persediaan, diperlakukan sebagai pendapatan atau beban di luar usaha
periode tersebut.
- Untuk persediaan tidak berfungsi baik rusak atau tidak dapat dimanfaatkan
dipindahkan ke Aset lain-lain dalam rekening “Persediaan tidak berfungsi” dan

3
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

dinilai Rp. 1 per satuannya. Selisih antara harga perolehannya dengan


persediaan tidak berfungsi yang dinilai Rp. 1 dibebankan sebagai kerugian
Klinik pada tahun berjalan. Selisih antara hasil penjualan dengan nilai
persediaan diperlakukan sebagai pendapatan dan biaya diluar usaha.
e. Pengungkapan
Pengungkapan atas akun Persediaan harus dilakukan dalam catatan atas laporan
keuangan, yang meliputi :
- Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk
rumus biaya yang dipakai,
- Total nilai tercatat dan nilai tercatat menurut klasifikasi yang ditetapkan.
- Jumlah penyisihan atau penghapusan persediaan rusak atau usang.
- Persediaan yang dijaminkan dan nama pihak yang menerima jaminan.
- Nilai persediaan yang diasuransikan, nilai pertanggungan asuransi dan risiko
yang ditutup.
- Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah pertanggungan asuransi.
- Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah penyisihan atau penghapusan
persediaan rusak atau hilang.
- Nilai tercatat persediaan yang dijaminkan dan nama pihak yang menerima
jaminan.
- Penjelasan mengenai kerugian persediaan yang jumlahnya material atau
sifatnya luar biasa, seperti bencana alam.

f. Ilustrasi Jurnal
1. Pada saat pembelian persediaan
Db. Persediaan
Kr. Hutang
2. Pada saat pemakaian persediaan
Db. Beban pemakaian obat
Kr. Persediaan

3. Pada saat retur persediaan


Db. Hutang Usaha
Kr. Persediaan

4
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

VII. KEBIJAKAN ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN


BADAN

 PENGERTIAN

Angsuran pajak penghasilan badan adalah pajak penghasilan badan yang dibayarkan
Klinik selama tahun buku berjalan yang akan diperhitungkan sebagai kredit pajak
pada akhir tahun buku.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN

- Angsuran PPh Badan ini terdiri atas:


1. PPh pasal 23
2. PPh pasal 25

 PERLAKUAN AKUNTANSI
a. Pengakuan
- Angsuran PPh Badan diakui pada saat disetornya angsuran PPh yang
dibuktikan dengan Surat Setoran Pajak (SSP), baik yang disetor sendiri atau
disetor pihak lain sebagai wajib pungut.
b. Pengukuran
- Angsuran PPh Badan dicatat dan dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan
sebagai uang muka pajak yang dibuktikan dengan Surat Setoran Pajak (SSP),
baik yang disetor sendiri atau disetor pihak lain sebagai wajib pungut.
- Pada akhir tahun buku jumlah angsuran PPh Badan tersebut diperlakukan
sebagai kredit pajak dan diperhitungkan dengan pajak terhutang.
c. Penyajian
- Angsuran PPh Badan disajikan di Laporan Posisi Keuangan sebelah debet
setelah akun Persediaan.
d. Penilaian
- Angsuran PPh Badan disajikan di Laporan Posisi Keuangan sebesar jumlah
yang dibayarkan/disetor ke kas negara.
- Pada akhir periode, Angsuran PPh Badan dinilai sebesar selisih Angsuran PPh
Badan dengan nilai Pajak Terhutang.
e. Pengungkapan
Pengungkapan atas akun Angsuran Pajak Penghasilan Badan harus dilakukan
dalam catatan atas laporan keuangan, yang meliputi :
- Jenis dan jumlah masing-masing pajaknya.
- Uraian mengenai jumlah restitusi pajak yang diajukan dan statusnya.

5
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

f. Ilustrasi Jurnal
1. Pada saat pembayaran angsuran PPh 25 dan Pembayaran PPh 23
Db. Pajak dibayar di muka
Kr. Kas/bank
2. Pada saat perhitungan kewajiban perpajakan akhir tahun
Db. Beban pajak penghasilan
Kr. Pajak dibayar dimuka
Kr. Hutang pajak
3. Pada saat pembayaran
Db. Hutang pajak
Kr. Kas/bank

6
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

VIII. KEBIJAKAN BIAYA DIBAYAR DI MUKA

 PENGERTIAN

Biaya dibayar di muka adalah pengeluaran yang telah dikeluarkan, yang dapat
diklasifikasikan sebagai revenue expenditure namun belum secara keseluruhan
menjadi beban dalam periode berjalan, dan akan menjadi beban untuk periode-
periode berikutnya, sesuai dengan periode yang menikmati manfaat pengeluaran
tersebut.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
- Beberapa biaya yang dikeluarkan Klinik yang karena sifatnya dapat dikategorikan
sebagai Biaya Dibayar Di Muka, diperlakukan seperti diatur dalam kebijakan ini,
meskipun tidak secara eksplisit disebut sebagai biaya dibayar di muka.

 PERLAKUAN AKUNTANSI
a. Pengakuan
Biaya dibayar di muka diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi
pengeluaran kas atau bank.
b. Pengukuran
Biaya dibayar di muka diakui dan dicatat sebesar jumlah kas atau bank yang
dikeluarkan.
c. Penyajian
Biaya dibayar di muka disajikan di Laporan Posisi Keuangan sebagai Aset lancar
setelah akun angsuran pajak penghasilan badan.
d. Penilaian
- Pada akhir periode dilakukan perhitungan nilai Biaya Dibayar di Muka yang
telah menjadi beban pada periode yang beklinikangkutan, dan yang masih
menjadi Biaya Dibayar Di Muka (belum diterima manfaatnya).
- Nilai Biaya Dibayar di Muka disajikan di Laporan Posisi Keuangan sejumlah
nilai pembayaran yang belum menjadi beban pada periode yang
beklinikangkutan (belum diterima manfaatnya).
e. Pengungkapan
Pengungkapan atas akun Biaya Dibayar Di Muka harus dilakukan dalam catatan
atas laporan keuangan, yang meliputi :
- Jenis Biaya Dibayar Di Muka.
- Jumlah Biaya Dibayar Di Muka.
- Perkiraan periode penerimaan manfaat.

f. Ilustrasi Jurnal

7
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

a. Uang muka sewa/sewa dibayar dimuka


1. Pada saat timbulnya uang muka sewa/sewa dibayar dimuka
Db. Uang muka sewa/sewa dibayar dimuka
Kr. Kas/bank
2. Pada saat amortiasi Uang muka sewa/sewa dibayar dimuka
Db. Beban amortisasi uang muka sewa/sewa dibayar dimuka
Kr. Uang muka sewa/sewa dibayar dimuka

8
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

IX. KEBIJAKAN PENDAPATAN YANG MASIH AKAN


DITERIMA

 PENGERTIAN

Pendapatan yang masih akan diterima adalah pendapatan yang belum dapat diakui
pada periode berjalan, melainkan pada periode-periode yang akan datang.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN

Klasifikasi pendapatan yang masih akan diterima hanya berupa pendapatan dari
operasi normal Klinik (pelayanan medis).

 PERLAKUAN AKUNTANSI

a. Pengakuan
Pendapatan yang masih akan diterima, diakui dan dicatat pada saat terjadinya
transaksi pengakuan pendapatan.
b. Pengukuran
Pendapatan yang masih akan diterima diakui dan dicatat sebesar jumlah
pendapatan yang diakui.
c. Penyajian
Pendapatan yang masih akan diterima disajikan di Laporan Posisi Keuangan
sebagai Aset lancar setelah akun Biaya Dibayar Di Muka.
d. Penilaian
- Pada akhir periode dilakukan perhitungan nilai Pendapatan yang masih akan
diterima.
- Nilai pendapatan yang masih akan diterima disajikan di Laporan Posisi Keuangan
sejumlah nilai pendapatan yang belum diterima pada periode pelaporan.
e. Pengungkapan
Pengungkapan atas akun Pendapatan Yang Masih Akan Diterima harus dilakukan
dalam catatan atas laporan keuangan, yang meliputi :
- Jenis pendapatan yang masih akan diterima.

f. Ilustrasi Jurnal
1. Pada saat timbulnya pendapatan yang masih harus diterma
Db. Pendapatan yang masih harus diterima
Kr. Pendapatan
2. Pada saat penerimaan pendapatan yang masih harus diterima
Db. Kas/bank
Kr. Pendapatan yang masih harus diterima

9
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

X. KEBIJAKAN ASET TETAP

 PENGERTIAN

Aset tetap adalah bagian dari barang berwujud Klinik yang diperoleh dalam bentuk
siap pakai atau dibangun sendiri, yang dipergunakan dalam operasi Klinik,
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam rangka kegiatan normal Klinik.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN

- Aset Tetap KLINIK Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur terdiri atas:


I. Kelompok Aset Tetap Pokok:
1. Tanah
2. Bangunan Fasilitas Utama KLINIK
3. Alat-alat Fasilitas Medis Elektronik dan Non Elektronik
II. Kelompok Aset Tetap Penunjang
a. Bangunan Kantor
b. Instalasi Jaringan Komputer
c. Peralatan
III. Kelompok Aset Tetap Perlengkapan
1. Kendaraan
2. Bangunan lainnya
3. Perlengkapan
- Pelepasan Aset Aset yang sudah tidak dipakai lagi, baik yang sudah maupun
belum habis masa penyusutannya dilakukan dengan ijin tertulis dari MPKU/PDA-
MK Setempat. Pengadaan atau penambahan Aset tetap dikapitalisasi jika harga
per satuan mempunyai batasan minimal sebagai berikut:
a. Aset Tetap Pokok Rp. 15.000.000
b. Aset Tetap Penunjang Rp. 10.000.000
c. Aset Tetap Perlengkapan Rp. 5.000.000
- Kapitalisasi pengeluaran dilakukan apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Nilainya memenuhi nilai minimal yang ditetapkan, sesuai kelompok aset tetap.
b. Pengeluaran yang dilakukan setelah perolehan awal suatu aset tetap, apabila
memenuhi salah satu dari hal berikut ini:
a. Memperpanjang masa manfaat
b. Meningkatkan kapasitas
c. Meningkatkan mutu produksi
d. Meningkatkan kinerja melebihi standard kinerja
- Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap diakui sebagai biaya pada
periode yang beklinikangkutan apabila:
a. Nilainya di bawah nilai minimal yang ditetapkan, sesuai kelompok aset tetap.
b. Pengeluaran tersebut dimaksudkan untuk:
a. Menjaga manfaat keekonomian aset tetap yang beklinikangkutan di masa
yang akan datang.
b. Mempertahankan standar kinerja aset tetap yang beklinikangkutan.

10
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

- Biaya penyusutan aset tetap per tahun didasarkan pada taksiran umur
ekonomisnya dengan menggunakan metode garis lurus. Pembebanan biaya
penyusutan dimulai pada bulan berikutnya setelah Aset tetap tersebut digunakan.
Peklinikentase penyusutan ditetapkan sebagai berikut :
I Kelompok Aset Tetap Pokok
1 Bangunan fasilitas Klinik:
a. Gedung 5%
2 Alat-alat fasilitas Klinik:
a. Alat medis dan perlengkapannya 25%
II Kelompok Aset Tetap Penunjang
1 Bangunan Kantor:
a. Gedung 5%
2 Instalasi:
a. Jaringan, gardu 5%
b. Generator, travo 10%
c. Instalasi telkom dan peralatannya 4%
3 Peralatan:
a. Mobil ambulance dan perlengkapannya 20%
b. Peralatan Klinik 25%
c. Peralatan dapur 25%
III Kelompok Aset Tetap Perlengkapan
1 Kendaraan:
Kendaraan 20%
2 Bangunan lainnya 5%
3 Perlengkapan:
Perlengkapan perkantoran 25%
Komputer dan peralatan 20%
Perlengkapan lainnya 20%

- Apabila aset tetap telah habis disusutkan dan masih dioperasikan, maka dinilai
berdasarkan nilai tercatat atau nilai realisasi beklinikih mana yang lebih rendah.

 PERLAKUAN AKUNTANSI
a. Pengakuan
- Barang berwujud diakui sebagai aset tetap Klinik apabila:
a. Aliran manfaat di masa depan dapat dipastikan dengan tingkat
kemungkinan yang besar.
b. Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
- Aset tetap diakui sebagai aset Klinik pada saat serah terima aset, yang dibuktikan
dengan Berita Acara Serah Terima Barang.

b. Pengukuran
- Pengakuan awal aset tetap diukur sebesar nilai perolehannya yang meliputi:
a. Harga beli.
b. Biaya peklinikiapan tempat.
c. Biaya pengiriman (initial delivery) dan biaya simpan serta bongkar-muat
(handling cost), apabila dibebankan kepada pembeli.

11
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

d. Biaya pemasangan (installation costs).


e. Biaya profesional, seperti insinyur dan aklinikitek, sepanjang biaya tersebut
membuat aset tetap tersebut dapat berfungsi untuk penggunaan yang
dimaksudkan.
- Pembelian/pengadaan aset tetap yang diperoleh dalam valuta asing dan
diperoleh dari bantuan pemerintah, swasta dan pihak lain diperlakukan sebagai
berikut:
1. Aset tetap yang diperoleh dengan menggunakan valuta asing dicatat
dengan mata uang rupiah dengan kuklinik pada saat terjadinya transaksi.
2. Aset tetap yang berasal dari bantuan pemerintah, swasta dan pihak lain
dinyatakan sebesar nilai bantuan ditambah semua pengeluaran yang dapat
diidentifikasikan langsung dengan aset tetap tersebut sehingga siap untuk
digunakan.
Besarnya nilai bantuan yang digunakan untuk pengukuran awal harus
didukung oleh:
a. Dokumen dari pihak pemberi bantuan.
b. Taksiran manajemen apabila dokumen dari pihak pemberi bantuan atau
konfirmasi kepada pihak pemberi bantuan gagal didapatkan.
3. Aset tetap yang berasal dari bantuan pemerintah, swasta dan pihak lain
berdasarkan berita acara serah terima sementara, pencatatannya sudah
dapat dilaksanakan.
4. Aset tetap yang dibangun oleh pihak ketiga dengan syarat pembayaran
bertahap (termin) dinilai berdasarkan presentasi fisik pekerjaan yang telah
selesai sesuai dengan Berita Acara Kemajuan Fisik Pekerjaan dan dicatat
sebagai ”Pekerjaan Dalam Konstruksi”, dan dibalik menjadi Aset Tetap
apabila pekerjaan tersebut telah selesai 100% dan telah melewati masa
Retensi, didukung dengan Berita Acara Serah Terima Kedua.
- Potongan pembelian yang diperoleh dalam pengadaan aset tetap, diperlakukan
sebagai pengurang harga perolehan.
- Bunga dalam masa pembangunan/masa konstruksi aset tetap, menambah harga
perolehan dan bila telah siap dipakai, biaya bunga tersebut diperlakukan
sebagai biaya di tahun berjalan.
- Penilaian kembali diperkenankan apabila didasarkan pada peraturan pemerintah.
- Aset tetap yang sudah tidak dipergunakan lagi dalam kegiatan operasional,
secara administratif dikeluarkan dari kelompok aset tetap, baik harga
perolehannya maupun akumulasi penyusutannya, direklasifikasikan ke akun
Aset Lain-Lain sebesar nilai buku atau nilai pasar mana yang lebih rendah (Cost
or Market Whichever is Lower – COMWIL).

c. Penyajian
- Aset tetap disajikan di Laporan Posisi Keuangan pada sisi debet setelah kelompok
Aset Lancar.
- Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi direklasifikasikan dan disajikan di
aset Lain-Lain.

12
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

d. Penilaian
- Aset tetap disajikan secara lengkap dalam Laporan Posisi Keuangan dengan
mencantumkan Nilai Perolehan, Akumulasi Penyusutan, dan Nilai Bukunya.
- Nilai aset tetap yang direvaluasi disajikan di Laporan Posisi Keuangan sebesar
Nilai Hasil Revaluasi.
- Selisih antara harga jual dengan nilai buku atau nilai residu dicatat sebagai laba
atau rugi periode berjalan.
e. Pengungkapan
Pengungkapan atas akun aset tetap harus dilakukan dalam catatan atas laporan
keuangan, yang meliputi :
1. Aset Tetap dengan Pemilikan langsung:
- Dasar penilaian, metode penyusutan, dan ikatan/penggunaan aset tetap
sebagai jaminan, harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan.
- Rincian aset tetap menurut jenisnya, seperti; tanah, tanah dan bangunan,
mesin, kendaraan bermotor, peralatan kantor;
- Akumulasi penyusutan masing-masing jenis aset tetap;
- Jumlah penyusutan pada tahun berjalan dan alokasi biaya penyusutan pada
Laporan Aktivitas;
- Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
memperlihatkan penambahan dan pelepasan;
- Nilai Aset tetap yang diasuransikan, nilai pertanggungan dan risiko yang
ditutup;
- Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah pertanggungan asuransi.
- Untuk setiap kejadian luar biasa, harus diungkapkan :
a. Jenis aset yang mengalami kerusakan dan penyebab kerusakannya
b. Nilai buku aset tersebut
c. Jumlah klaim yang disetujui
d. Kerugian yang timbul dari nilai pertanggungan yang tidak ditutup oleh
asuransi
- Jika dilakukan penilaian kembali pada periode yang disajikan, harus
diungkapkan:
a. Dasar hukum yang digunakan untuk menilai kembali aset.
b. Tanggal efektif penilaian kembali.
c. Nama penilai independen.
d. Dasar yang dipergunakan untuk menentukan nilai revaluasi.
e. Nilai tercatat setiap jenis aset tetap.
f. Selisih penilaian kembali setiap jenis aset tetap
- Pengungkapan menurut jenis aset tetap yang mengalami perubahan estimasi
masa guna dan/atau metode depresiasi.
- Aset tetap yang dijaminkan dan nama pihak yang menerima jaminan.
- Penurunan nilai aset tetap:
a. Kondisi atau peristiwa yang menyebabkan terjadinya penurunan nilai
atau pemulihan penurunan nilai.

13
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

b. Rugi penurunan nilai yang diakui selama periode berjalan dan komponen
Laporan Aktivitas dimana kerugian tersebut dilaporkan. Pengungkapan
dilakukan untuk setiap jenis aset tetap.
c. Pemulihan kerugian penurunan nilai yang diakui selama periode berjalan
dan komponen Laporan Aktivitas dimana kerugian tersebut dilaporkan.
Pengungkapan dilakukan untuk setiap jenis aset tetap.
- Pengungkapan nilai buku, hasil penjualan beklinikih, keuntungan/kerugian
dari aset tetap yang dijual.
- Status kepemilikan aset tetap yang dikuasai Klinik baik yang sedang dalam
proses balik nama maupun yang masih atas nama pihak lain.
2. Aset Sewa Guna Usaha
- Rincian aset sewa guna usaha berdasarkan nilai tunai seluruh pembayaran
sewa guna usaha selama masa sewa ditambah nilai sisa (harga opsi) yang
harus dibayar pada akhir masa sewa guna usaha. Di samping itu dijelaskan
mengenai akumulasi penyusutan masing-masing kelompok Aset sewa guna
usaha dan jumlah beban penyusutan pada periode berjalan,
- Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
memperlihatkan penambahan dan pengurangan.

f. Ilustrasi Jurnal
a. Pada saat perolehan aset tetap
1. Pembelian
Db. Aset tetap
Kr. Kas/bank
2. Pertukaran
Db. Aset tetap (Baru)
Db. Akumulasi penyusutan
Kr. Aset tetap (Lama)
3. Sewa pembiayaan
Db. Aset tetap – Sewa pembiayaan
Kr. Hutang sewa pembiayaan
4. Sumbangan
Db. Aset tetap
Kr. Modal sumbangan
5. Undian
Db. Aset tetap
Kr. Pendapatan non operasional

b. Pada saat pembebanan penyusutan


Db. Beban penyusutan
Kr. Akumulasi penyusutan

14
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

c. Pada saat penurunan nilai


Db. Kerugian penurunan nilai
Kr. Akumulasi penurunan nilai

d. Pada saat penjualan aset tetap


Db. Kas/bank
Db. Akumulasi penyusutan
Db Kerugian Penjualan Aset Tetap (Kalau Rugi)
Kr. Aset tetap
Kr Keuntungan Penjualan Aset Tetap (Kalau Untung)

e. Pada saat revaluasi aset tetap


Db. Aset tetap
Kr. Surplus revaluasi Aset tetap (ekuitas)

15
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

XI. KEBIJAKAN BEBAN YANG DITANGGUHKAN

 PENGERTIAN

Beban yang ditangguhkan adalah semua beban yang telah dikeluarkan dalam rangka
operasi Klinik yang tidak langsung dibebankan pada periode terjadinya, tetapi baru
akan dibebankan pada periode-periode berikutnya karena dianggap memberikan
manfaat bagi periode – periode berikutnya.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN

- Biaya yang ditangguhkan dicatat sebesar jumlah dana yang dikeluarkan yang akan
menjadi beban pada periode-periode selanjutnya.
- Pada setiap akhir periode penangguhan, dilakukan amortisasi dan diakui sebagai
beban pada periode berjalan sesuai dengan taksiran masa manfaat berdasarkan
metode garis lurus.
- Jika manfaat dari biaya yang ditangguhkan tersebut sudah tidak ada lagi, maka
sisa biaya yang ditangguhkan yang masih ada akan dihapus dan diperlakukan
sebagai kerugian di luar usaha pada periode beklinikangkutan.

 PERLAKUAN AKUNTANSI

a. Pengakuan
Beban yang ditangguhkan diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi.
b. Pengukuran
Beban yang ditangguhkan diakui dan dicatat sebesar jumlah beban yang terjadi.
c. Penyajian
Beban yang ditangguhkan disajikan di Laporan Posisi Keuangan dalam kelompok
Aset Tidak Lancar.
d. Penilaian
- Nilai beban yang ditangguhkan disajikan di Laporan Posisi Keuangan sebesar
Nilai Perolehan setelah dikurangi Akumulasi Amortisasi.
e. Pengungkapan
Pengungkapan atas akun Beban Yang Ditangguhkan harus dilakukan dalam
catatan atas laporan keuangan, yang meliputi :
- Jenis beban yang ditangguhkan.
- Perkiraan periode amortisasi beban yang ditangguhkan.
- Metode Amortisasi.
- Umur/masa manfaat.

16
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

f. Ilustrasi Jurnal

a. Pada saat pengakuan beban ditangguhkan


Db. Beban ditangguhkan
Kr. Kas/bank
b. Pada saat amortiasi beban ditangguhkan
Db. Beban amortisasi beban ditangguhkan
Kr. Beban ditangguhkan

17
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

XII. KEBIJAKAN ASET TETAP DALAM KONSTRUKSI

 PENGERTIAN
Aset tetap dalam konstruksi adalah Aset tetap yang belum selesai (sedang
dibangun) dan belum dioperasionalkan.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
- Aset tetap dalam konstruksi diklasifikasikan sbb:
I. Kelompok Aset Pokok dalam Konstruksi
 Bangunan fasilitas Klinik
 Alat-alat fasilitas Klinik
II. Kelompok Aset Penunjang dalam Konstruksi
 Jalan dan bangunan
 Instalasi
III. Kelompok Aset Perlengkapan dalam Konstruksi
 Emplasemen
- Penentuan nilai Aset Dalam Konstruksi adalah sebesar jumlah yang
dibayarkan/harga perolehan, berdasar Berita Acara Pemeriksaan Fisik.
- Harga perolehan tersebut meliputi harga barang dan beban langsung lainnya
berhubungan dengan kegiatan untuk memperoleh atau membangun Aset tetap.
- Apabila timbul biaya bunga dalam masa periode konstruksi, biaya bunga
dikapitalisasi ke dalam nilai Aset dalam konstruksi, dan dibebankan kepada
periode-periode selama masa manfaat Aset tersebut.

 PERLAKUAN AKUNTANSI
a. Pengakuan
- Aset tetap dalam konstruksi diakui dan dicatat pada saat dilakukan
pembayaran.
b. Pengukuran
- Aset tetap dalam konstruksi diakui dan dicatat sebesar harga perolehan atau
jumlah yang dibayarkan.
- Aset tetap yang dibangun oleh pihak ketiga dengan syarat pembayaran
bertahap, diakui dan dicatat berdasarkan peklinikentase fisik penyelesaian
pekerjaan yang dinyatakan dengan berita acara pemeriksaan fisik.
c. Penyajian
- Aset tetap dalam konstruksi disajikan di Laporan Posisi Keuangan sebelah
debet dalam Kelompok Aset Tidak Lancar.
d. Penilaian
- Aset dalam konstruksi dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan berdasar berita
acara pemeriksaan fisik.

e. Pengungkapan

18
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

Pengungkapan atas akun Aset Tetap Dalam Konstruksi harus dilakukan dalam
catatan atas laporan keuangan, yang meliputi :
- Rincian Aset yang sedang dalam penyelesaian.
- Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang memperlihatkan
penambahan dan pengurangan pelepasan.
- Peklinikentase jumlah tercatat terhadap nilai kontrak.
- Estimasi saat penyelesaian proyek.
- Hambatan kelanjutan penyelesaian proyek (apabila ada).
- Jumlah beban pinjaman yang dikapitalisasi pada periode pelaporan.

f. Ilustrasi Jurnal

a. Pada saat pengakuan aset dalam konstruksi


Db. Aset dalam konstruksi
Kr. Kas/bank
b. Pada saat penyelesaian aset dalam konstruksi
Db. Aset tetap
Kr. Aset dalam konstruksi

19
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

20
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

XIII. KEBIJAKAN PERSEDIAAN TIDAK BERFUNGSI

 PENGERTIAN

Yang dimaksud dengan persediaan tidak berfungsi adalah Aset Klinik yang diperoleh
dan/atau teklinikedia untuk dijual atau digunakan dalam pemberian jasa layanan
kesehatan (kegiatan usaha normal Klinik), yang sudah tidak dapat dipergunakan lagi
karena rusak, aus, kadaluwaklinika atau sebab-sebab lainya.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN

- Persediaan tidak berfungsi terdiri atas:


- Persediaan obat yang sudah expired date (harus dimusnahkan tidak boleh
dijual).
- Persediaan alat kesehatan yang sudah expired date juga harus dimusnahkan,
misalnya jarum suntiknya, infus yang sudah expired date air dan jarum harus
dimusnahkan kecuali plastiknya.
- Penjualan atau pemusnahan persediaan tidak berfungsi ditetapkan dengan
keputusan Direksi setelah mendapat pekliniketujuan tertulis dari MPKU PDM/PCM
atau PDA-MK setempat.
- Selisih antara hasil penjualan dengan nilai persediaan diperlakukan sebagai
pendapatan dan biaya diluar usaha.

 PERLAKUAN AKUNTANSI
a. Pengakuan
- Persediaan tidak berfungsi diakui dan dicatat pada saat dilakukan pemindahan
dari kelompok persediaan (aset lancar).
b. Pengukuran
- Persediaan tidak berfungsi diakui dan dicatat sebesar Rp. 1 per satuannya.
Selisih antara harga perolehannya dengan persediaan tidak berfungsi yang
dinilai Rp. 1 dibebankan sebagai kerugian Klinik pada tahun berjalan.
c. Penyajian
- Persediaan tidak berfungsi disajikan di Laporan Posisi Keuangan sisi debet dalam
kelompok Aset Tidak lancar.
d. Pengungkapan
- Pengungkapan atas akun Persediaan Tidak Berfungsi harus dilakukan dalam
catatan atas laporan keuangan, yang meliputi :
- Jenis dan jumlah/nilai persediaan tidak berfungsi.
- Sebab-sebab diperlakukan sebagai persediaan tidak berfungsi.
- Lokasi penyimpanan.

e. Ilustrasi Jurnal

a. Pada saat penghapusan persediaan tidak berfungsi


Db. Beban penghapusan persediaan tidak berfunsi
Kr. Persediaan

21
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

b. Pada saat penjulana persediaan tidak berfungsi


Db. Kas/bank
Kr. Pendapatan non operasional

22
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

23
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

XIV. KEBIJAKAN UANG JAMINAN

 PENGERTIAN

Uang jaminan adalah uang yang disetor/dibayarkan kepada pihak ketiga sebagai
jaminan atas transaksi yang dilakukan antara Klinik dengan pihak ketiga tersebut.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
Termasuk dalam uang jaminan ini antara lain:
 Jaminan PLN
 Jaminan PDAM
 Jaminan botol tabung
 Lain-lain

 PERLAKUAN AKUNTANSI

a. Pengakuan
- Uang jaminan diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi
pengeluaran uang sebesar jumlah uang yang dibayarkan.
b. Pengukuran
- Uang jaminan dicatat pada saat terjadinya transaksi pengeluaran uang
sebesar jumlah uang yang dibayarkan.
c. Penyajian
- Uang Jaminan disajikan di Laporan Posisi Keuangan sebelah Debet dalam
kelompok Aset Tidak Lancar.
- Apabila transaksi telah diselesaikan dan Uang Jaminan telah diperoleh
kembali, maka Uang Jaminan dikembalikan menjadi Aset Lancar berupa
Kas/Bank sebesar nilai yang diperoleh kembali.
d. Pengungkapan
- Pengungkapan atas Uang Jaminan harus dilakukan dalam catatan atas
laporan keuangan, yang meliputi:
- Jenis dan nilai uang jaminan.
- Peruntukan uang jaminan.
- Masa berlaku uang jaminan.
e. Ilustrasi Jurnal
a. Pada saat pengangkuan uang jaminan
Db. Uang jaminan
Kr. Kas/bank
b. Pada saat uang jaminan berakhir
Db. Kas/bank
Kr. Uang jaminan

24
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

XV. KEBIJAKAN KEWAJIBAN LANCAR

 PENGERTIAN

Kewajiban lancar adalah semua kewajiban yang penyelesaiannya memerlukan


penggunaan sumber-sumber aset lancar atau dengan menimbulkan hutang-hutang
jangka pendek, yang jangka waktu penyelesaiannya paling lama 1 (satu) tahun,
termasuk di dalamnya bagian hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam
1 (satu) tahun.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
- Termasuk klasifikasi Kewajiban lancar adalah:
a. Hutang Usaha
b. Uang Titipan
c. Hutang Pajak lainnya
d. Hutang PPh badan
e. Hutang Dana Pensiun
f. Pendapatan Diterima di Muka
g. Biaya yang Masih Harus Dibayar

 PERLAKUAN AKUNTANSI
a. Pengakuan
- Hutang usaha yang berhubungan dengan pengadaan persediaan (obat dan alat
kesehatan) diakui dan dicatat pada saat diterimanya faktur/tagihan dari
supplier.
- Hutang usaha yang berhubungan dengan pengadaan barang/jasa di luar
persediaan diakui dan dicatat pada saat barang/jasa yang beklinikangkutan
telah diterima, yang dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima.
- Hutang usaha yang berhubungan dengan pengadaan atau pembangunan Aset
tetap dengan penyelesaian bertahap (termin), diakui dan dicatat sesuai
peklinikentase penyelesaian fisik pekerjaan, yang dibuktikan dengan Berita
Acara Pemeriksaan Fisik Pekerjaan dan Kontrak Pekerjaan.
- Uang panjar dan Uang Titipan dicatat dan diakui pada saat diterimanya
pembayaran.
- Hutang pajak diakui dan dicatat pada saat dilakukan pemotongan pajak terhadap
pegawai, pembeli dan pihak lain, yang belum disetorkan ke kas negara.
- Hutang dana pensiun dicatat pada saat Klinik memotong dana tersebut dari
pegawai dan belum disetorkan pada Pengelola Dana Pensiun.
- Pendapatan diterima di muka diakui dan dicatat pada saat diterimanya
pembayaran dari pihak ketiga.

b. Pengukuran

25
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

- Hutang usaha yang berhubungan dengan pengadaan persediaan (obat dan alat
kesehatan) dicatat sebesar nilai yang terdapat pada faktur/tagihan dari supplier.
- Hutang usaha yang berhubungan dengan pengadaan barang/jasa di luar
persediaan dicatat sebesar nilai kontrak sesuai dengan surat tagihan dari
supplier.
- Hutang usaha yang berhubungan dengan pengadaan atau pembangunan aset
tetap dengan penyelesaian bertahap (termin) dicatat sebesar peklinikentase
penyelesaian fisik pekerjaan, sesuai klausul dalam Kontrak Pekerjaan.
- Uang panjar dan uang titipan dicatat sebesar nilai pada saat pembayaran.
- Hutang pajak dicatat sebesar nilai pemotongan pajak terhadap pegawai, pembeli
dan pihak lain, dan belum disetorkan ke kas negara.
- Hutang Dana Pensiun dicatat sebesar nilai pemotongan dari pegawai, yang
belum disetorkan ke Pengelola Dana Pensiun.
- Pendapatan diterima di muka dicatat sebesar pembayaran yang diterima dari
pihak ketiga.

c. Penyajian
- Hutang lancar disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan sebelah kredit dalam
kelompok Kewajiban Lancar, dengan menyebutkan jenis-jenis hutang lancar
yang ada.

d. Pengungkapan
- Pengungkapan atas akun Hutang Lancar harus dilakukan dalam catatan atas
laporan keuangan, yang meliputi :
- Hutang Usaha
a. Pemisahan antara hutang usaha pada pihak ketiga dan pihak yang
memiliki hubungan istimewa.
b. Rincian berdasar jenis mata uang dan nilainya.
c. Sifat dari transaksi (contoh pembelian bahan baku)
d. Jaminan yang diberikan oleh Klinik dengan menunjukkan akun-akun yang
berhubungan
- Hutang Pajak
a. Jenis dan jumlahnya,
b. Informasi mengenai ketetapan pajak.
- Beban Masih Harus Dibayar
a. Jenis dan jumlah biaya dari unsur utama beban yang belum jatuh tempo.
- Pendapatan Diterima Dimuka
a. Jenis dan jumlah pendapatan diterima dimuka yang belum diberikan
manfaatnya
- Bagian Kewajiban Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Waktu Satu
Tahun
a. Rincian menurut jenis dan jumlahnya
- Kewajiban Lancar Lainnya
a. Jenis dan jumlahnya,
b. Untuk kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo, harus diungkapkan
alasan penyebab jatuh tempo dan langkah-langkah penyelesaian.
- Kewajiban yang Diestimasi

26
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

a. Rekonsiliasi nilai test awal dan akhir periode mencakup penambahan dan
pengurangan kewajiban serta jumlah yang dibebankan pada periode
berjalan.
b. Jumlah kewajiban yang dibatalkan pada periode berjalan.
c. Uraian singkat mengenai kewajiban diestimasi dan perkiraan saat arus
keluar sumber daya yang terjadi.
d. Asumsi yang mendasari suatu peristiwa jika terjadi ketidakpastian saat
atau jumlah keluar sumber daya tersebut.

XVI. KEBIJAKAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

27
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

 PENGERTIAN

Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban jangka panjang kepada kreditur yang
disertai dengan surat perjanjian hutang (loan agreement) dengan jangka waktu
pelunasan lebih dari satu tahun.

 PERLAKUAN AKUNTANSI
a. Pengakuan
- Kewajiban jangka panjang diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi,
yaitu pada saat timbulnya kewajiban.
- Biaya-biaya yang timbul dalam proses timbulnya hutang jangka panjang
dicatat sebagai Biaya Ditangguhkan dan diamortisasi selama periode yang
ditetapkan.
- Kebijakan akuntansi mengenai kewajiban manfaat karyawan KLINIK
Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur mengacu pada:
1. PSAK No. 18,
2. PSAK No. 24,
3. PSAK No. 57.
Sedangkan tata cara perhitungannya berpedoman pada UU No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
b. Pengukuran
- Hutang jangka panjang dicatat sebesar nilai yang tertera pada Surat
Perjanjian hutang.
c. Penyajian
- Bunga atas hutang jangka panjang diakui dan disajikan sebagai beban di luar
usaha.
- Hutang jangka panjang disajikan di Laporan Posisi Keuangan pada sisi kredit
setelah hutang tidak lancar sebesar nilai yang belum terlunasi.
- Bagian Hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo pada tahun berikutnya
disajikan pada akun Hutang Lancar.

d. Pengungkapan atas akun Hutang Lancar harus dilakukan dalam catatan atas
laporan keuangan, yang meliputi:
- Rincian hutang berdasarkan nama kreditur, jenis mata uang serta nilainya,
- Jumlah bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan yang
disajikan sebagai kewajiban lancar,
- Kisaran tingkat bunga selama periode pelaporan dan saat jatuh tempo,
- Penjelasan tentang fasilitas pinjaman yang diperoleh, termasuk jumlah dan
tujuan perolehannya,
- Penjelasan mengenai kondisi hutang (misalnya kondisi default) termasuk
status restrukturisasi hutang,
- Jaminan yang diberikan dengan menunjuk akun-akun yang berhubungan.

28
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

- Peklinikyaratan lain yang penting, seperti adanya pembatasan pembagian


dividen, pembatasan rasio tertentu, dan atau pembatasan perolehan hutang
baru.
- Pengungkapan informasi sehubungan dengan kewajiban yang akan jatuh
tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Laporan Posisi
Keuangan, tetapi (1) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka
waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dan (2) Klinik bermaksud membiayai
kembali kewajibannya dengan pendanaan jangka panjang dan didukung
dengan perjanjian pembiayaan atau penjadualan kembali pembayaran yang
resmi disepakati sebelum laporan keuangan disetujui; sehingga tetap
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang, antara lain adalah:
a. Nama kreditur dan jumlahnya;
b. Ringkasan perjanjian lama dan baru yang meliputi tanggal kesepakatan,
jangka waktu pinjaman, tanggal jatuh tempo, dan peklinikyaratan penting.

XVII. KEBIJAKAN EKUITAS

29
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

 PENGERTIAN

Ekuitas adalah merupakan kekayaan KLINIK Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur


sebagaimana yang dinyatakan dalam dokumen pendirian berikut perubahan-
perubahan berupa modal awal disetor, modal infaq, modal hibah, selisih penilaian
kembali asset, dan saldo laba.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
Ekuitas Klinik Muhammadiyah/Aisyiyah terdiri atas:
a. Ekuitas Awal Disetor
b. Modal Hibah
c. Modal Infaq
d. Selisih penilaian kembali Aset tetap
e. Surplus (defisit) Tahun lalu
f. Surplus (Defisit) tahun berjalan

 PERLAKUAN AKUNTANSI

a. Modal awal dinyatakan sebesar jumlah yang telah ditetapkan sesuai dengan
dokumen pendirian dan perubahan-perubahannya.
b. Tambahan modal yang berasal dari penilaian kembali aset tetap dinyatakan
sebesar selisih antara nilai buku dengan nilai penialaian kembali Aset tetap.
c. Akumulasi surplus (defisit) tahun – tahun sebelumnya dicatat sebagai Surplus
ditahan.
d. Modal disajikan di Laporan Posisi Keuangan di sisi kredit setelah hutang jangka
panjang.
e. Bila ada perubahan atas modal dalam tahun berjalan harus diungkap dalam
catatan atas laporan keuangan.
f. Tambahan modal dari penilaian kembali Aset tetap disajikan dalam Laporan
Posisi Keuangan sebagai Tambahan Modal Penilaiann Kembali Aset Tetap dalam
kelompok Modal.

 PENGUNGKAPAN

a. Modal Disetor
Yang harus diungkapkan meliputi:
- Modal awal, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor dan nilai
nominal
- Perubahan yang terjadi pada modal awal, yang menjelaskan:
a. Keputusan yang berhubungan dengan perubahan modal awal tersebut.
b. Sumber peningkatan modal antara lain modal hibah/sumbangan dan
modal infak, serta selisih penilaian kembali Aset tetap.
c. Tujuan perubahan modal saham, antara lain dalam rangka ekspansi atau
pelunasan hutang.

30
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

b. Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap


Yang harus diungkapkan meliputi :
- Dasar yang digunakan untuk menilai kembali Aset
- Tanggal efektif penilaian kembali
- Nama penilai independen
- Hakekat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti
- Jumlah tercatat setiap jenis Aset tetap
- Surplus penilaian kembali Aset tetap

c. Pembagian Surplus (Defisit) Tahun Berjalan


Yang harus diungkap meliputi :
- Pembagian Surplus Tahun Berjalan kepada Organsisasi (PWM & PDM/PDA)
Pembagian Surplus Tahun Berjalan kepada Organisasi (PWM & PDM/PDA)
merupakan distribusi hasil usaha kepada organisi yang diperhitungan dari
hasil usaha setelah pajak pada akhir tahun (SAK ETAP Bab 19 tentang
Ekuitas). Dasar perhitungan dan besaran nilai prosentase Surplus Tahun
Berjalan kepada PWM & PDM/PDA berdasarkan ketentuan yang telah diatur
dalam kententuan internal organisasi.
- Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) kepada Direktur dan Karyawan
Pembagian SHU kepada Direksi dan karyawan merupakan jasa atas
keberhasilan yang dicapai oleh Klinik dalam satu periode, SHU kepada
Direksi dan Karyawan merupakan beban periode berjalan bukan pengurang
Surplus tahun berjalan/tahun lalu. Dasar perhitungan dan besaran nilai
prosentase Surplus Tahun Berjalan kepada Direksi & Karyawan berdasarkan
ketentuan yang telah diatur dalam kententuan internal organisasi.

Ilustrasi Jurnal
a. Pembagian Surplus Tahun Berjalan Kepada PWM & PDM/PDA
a. Pada saat pembentukan awal
Db. Surplus Tahun Lalu
Kr. Hutang Pembagian Surplus

b. Pada saat pembayaran SHU


Db. Hutang Pembagian Surplus
Kr. Kas/bank

b. Pembagian Sisa Hasil Usaha Kepada Direksi & karyawan


a. Pada saat pembantukan awal
Db. Beban SHU
Kr. Hutang SHU

31
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

b. Pada saat pembayaran SHU


Db. Hutang SHU
Kr. Kas/bank

32
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

XVIII. KEBIJAKAN PENDAPATAN

 PENGERTIAN

- Yang dimaksud dengan pendapatan adalah peningkatan jumlah aset atau


penurunan kewajiban, yang timbul akibat penyerahan barang/jasa atau aktivitas
usaha lainnya dalam suatu periode.
- Tidak termasuk dalam pengertian pendapatan adalah peningkatan aset Klinik yang
timbul dari pembelian harta, investasi oleh pemilik, pinjaman ataupun koreksi laba
(rugi) periode sebelumnya.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
a. Pendapatan KLINIK Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur diklasifikasikan sbb:
 Pendapatan usaha
 Pendapatan di luar usaha

b. Pendapatan usaha adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan dalam
kegiatan normal Klinik, dalam hal ini kegiatan pelayanan kesehatan, yang
terdiri atas:
1. Pelayanan Medis
2. Pelayanan IGD
3. Pelayanan Kamar Operasi
4. Pelayanan Rawat Inap
5. Pelayanan Penunjang Medis
6. Pelayanan Rawat Jalan
7. Pend. Rupa-rupa Usaha

c. Pendapatan di luar usaha adalah pendapatan yang diperoleh dari selain usaha
pokok Klinik seperti:
1. Pendapatan Jasa Bank/Giro
2. Pendapatan Bunga Deposito
3. Pendapatan Laba selisih Kuklinik
4. Pendapatan Diluar Usaha Lainnya

 PERLAKUAN AKUNTANSI

a. Pengakuan pendapatan usaha dilakukan pada saat kegiatan jasa telah selesai
dan dapat dibuatkan nota tagihannya.
b. Pendapatan usaha disajikan di Laporan Aktivitas sebesar jumlah bruto dikurangi
dengan potongan-potongan.

33
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

 PENGUNGKAPAN
Pengungkapan atas Pendapatan harus dilakukan dalam catatan atas laporan
keuangan, yang meliputi:
a. Pendapatan usaha dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak
ketiga,
b. Rincian jumlah dari kelompok produk/jasa utama seperti jasa pelayanan medis,
jasa penunjang lainnya, jasa dokter,
c. Rincian pendapatan usaha yang merupakan hasil transaksi dengan pihak yang
memiliki hubungan istimewa, yang perlu dijelaskan yaitu:
- Nama pihak yang memiliki hubungan istimewa
- Peklinikentase pendapatan tersebut terhadap total penjualan
- Sifat
- Peklinikyaratan
d. Rincian pengurang pendapatan, antara lain:
- Restitusi
- Subsidi tidak mampu
- Selisih perhitungan klaim

34
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

XIX. KEBIJAKAN BEBAN

 PENGERTIAN
a. Beban adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang,
yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
b. Definisi ini mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas Klinik yang biasa.

 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
- Beban terdiri atas:
1. Beban usaha
2. Beban di luar usaha

- Beban usaha mencakup beban-beban sebagai berikut:


a. Beban Gaji Pegawai
b. Biaya Bahan
c. Beban Pemeliharaan
d. Beban Penyusutan dan Amortisasi
e. Beban Asuransi
f. Beban Sewa
g. Beban Jasa Pihak Luar
h. Beban Administrasi Kantor
i. Beban Umum
- Sedangkan beban di luar usaha terdiri atas:
a. Biaya Jasa Bank
b. Biaya Diluar Usaha Lainnya

 PERLAKUAN AKUNTANSI
- Pengakuan biaya berdasarkan salah satu atau seluruh kriteria sebagai berikut :
a. Dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode berjalan.
b. Tidak dapat dimanfaatkan untuk periode akuntansi berikutnya/tidak
mungkin dihindarkan.
c. Beban diakui dalam laporan keuangan apabila penurunan manfaat ekonomi
masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
- Beban usaha disajikan di Laporan Aktivitas sebesar nilai pengeluaran dan
disajikan setelah pendapatan beklinikih. Sedangkan beban di luar usaha
disajikan setelah laba usaha dalam kelompok pendapatan dan beban di luar
usaha.
- Beban diakui sejumlah arus keluar sumber ekonomi yang dikeluarkan atau
kemungkinan akan dikeluarkan.
- Pengungkapan atas Beban harus dilakukan dalam catatan atas laporan keuangan
yang meliputi:
a. Rincian beban departementalisasi :

35
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

1. Beban bahan
2. Beban jasa pelayanan
3. Beban pegawai
4. Beban penyusutan sarana medis
5. Beban pemeliharaan sarana
6. Beban asuransi
7. Beban langganan daya dan jasa
8. Beban depresiasi
b. Nama pihak penjual dan nilai pembelian yang melebihi 10% dari
pendapatan.
c. Pengungkapan nilai dan jenis persediaan medis dan non-medis yang
terpakai selama periode pelaporan.
d. Beban Penjualan
e. Beban Umum dan Administrasi yang setidak-tidaknya merinci:
1. Beban gaji dan tunjangan
2. Beban penyusutan dan amortisasi

36
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

KODE PERKIRAAN

 SISTEM PENGKODEAN

Untuk melaksanakan proses akuntansi Klinik Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur


dipergunakan kode Perkiraan tertentu. Dengan sistem kode ini diharapkan akan
didaptkan beberapa kemudahan antara lain :
 Mempermudah identifikasi perlakuan transaksi
 Mempercepat proses pemasukan data
 Mempermudah penelusuran (tracing) bukti-bukti transaksi
 Mengurangi beban administratif
 Mempermudah penyajian laporan Keuangan

Sistem pengkodean yang digunakan di Klinik Muhammadiyah/Aisyiyah Jawa Timur


terdiri dari dua bagian yaitu sistem pengkodean untuk Laporan Keuangan Utama
(Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba/Rugi, Laporan Perubahan Modal ) dan Arus
Kas.

 KODE UTAMA

Kode Utama adalah kode perkiraan buku besar yang terdiri dari beberapa digit yang
mengambarkan kelompok perkiraan, golongan perkiraan, buku besar dan subsidiary.
Dalam system ini, kode utama dapat berdiri sendiri tanpa disertai kode pembantu
atau secara beklinikama-sama dengan kode pembantu.
Aturan pengkodean adalah sebagai berikut :
 Satu digit pertama menunjukkan kelompok perkiraan, terdiri dari :
1. Aset
2. Kewajiban / Liabilitas
3. Ekuitas
4. Pendapatan
5. Beban
6. Pendapatan dan beban lain-lain
 Satu digit kedua adalah menunjukkan golongan perkiraan, contoh
1.1. Aset Lancar
2.1. Liabilitas Lancar
3.1. Ekuitas
4.1 Pendapatan Operasional
5.1. Beban Operasioanl
6.1. Pendapatan lain-lain.

37
PEDOMAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

 KODE PEMBANTU
Kode pembantu adalah kode yang diberikan untuk mengidentifikasi jenis subsidiary.
Kode pembantu tidak dapat berdiri sendiri, harus ada kode utama yang
mengawalinya.
Kode pembantu disiapkan untuk menampung perkiraan buku besar yang
memerlukan rincian sampai ke masing-masing jenisnya.

38

Anda mungkin juga menyukai