Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Laporan F5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


Topik : Deteksi Dini Kasus Suspek TB Paru

Diajukan dalam rangka praktek klinis Dokter Internsip sekaligus sebagai bagian dari
persyaratan menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Rawat
Inap Lempake Samarinda

Disusun oleh :
dr. Dika Maharani R.P.

Program Dokter Internsip Indonesia


Samarinda
Kalimantan Timur
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP


LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
LAPORAN F5. UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
MENULAR

TOPIK : DETEKSI DINI KASUS SUSPEK TB PARU

Diajukan dalam rangka praktek klinis Dokter Internsip sekaligus sebagai bagian dari
persyaratan menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Lempake
Kota Samarinda.

Disusun Oleh:
dr. Dika Maharani Rahma P.

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 14 September 2015

Oleh:
Pendamping Dokter Internsip Puskesmas Lempake

dr. Deni Wardani


NIP. 198310062011011001
LATAR Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
BELAKANG Mycobacterium tuberculosis complex. Pengendalian
Tuberkulosis (TB) di Indonesia telah mendekati target
Millenium Development Goals (MDGs). Pada tahun 2008
prevalensi TB di Indonesia mencapai 253 per 100.000
penduduk, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 222
per 100.000 penduduk.
Sementara itu, angka kematian TB pada tahun 2008
telah menurun tajam menjadi 38 per 100.000 penduduk
dibandingkan tahun 1990 sebesar 92 per 100.000 penduduk. Hal
itu disebabkan implementasi strategi DOTS di Indonesia telah
dilakukan secara meluas dengan hasil cukup baik. Pada tahun
2009 angka cakupan penemuan kasus mencapai 71 % dan angka
keberhasilan pengobatan mencapai 90 %. Keberhasilan ini perlu
ditingkatkan agar dapat menurunkan prevalensi, insiden dan
kematian akibat TB. Walaupun telah banyak kemajuan yang
dicapai dalam Penanggulangan TB di Indonesia, tapi
tantangan masalah TB ke depan masih besar. Terutama
dengan adanya tantangan baru berupa perkembangan HIV dan
MDR (Multi Drugs Resistancy) TB. TB tidak bisa diberantas
oleh Pemerintah atau jajaran kesehatan saja, tetapi harus
melibatkan dan bermitra dengan banyak sektor.
Meskipun memiliki beban penyakit TB yang tinggi,
Indonesia merupakan Negara pertama diantara High Burden
Country (HBC) di wilayah WHO South-East Asian yang
mampu mencapai target global TB untuk deteksi kasus dan
keberhasilan pengobatan pada tahun 2006. Pada tahun 2009,
tercatat sejumlah sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukan
dan diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari 169.213
diantaranya terdeteksi BTA+. Dengan demikian, Case
Notification Rate untuk TB BTA+ adalah 73 per 100.000 (Case
Detection Rate 73%). Rerata pencapaian angka keberhasilan
pengobatan selama 4 tahun terakhir adalah sekitar 90% dan
pada kohort tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target
global tersebut merupakan tonggak pencapaian program
pengendalian TB nasional yang utama.
Meskipun secara nasional menunjukkan
perkembangan yang meningkat dalam penemuan kasus dan
tingkat kesembuhan, pencapaian di tingkat provinsi masih
menunjukkan disparitas antar wilayah. Sebanyak 28 provinsi di
Indonesia belum dapat mencapai angka penemuan kasus (CDR)
70% dan hanya 5 provinsi menunjukkan pencapaian 70% CDR
dan 85% kesembuhan.

PERMASALAHAN Masih ada sebagian masyarakat beranggapan bahwa


gejala penyakit tuberkulosis karena penyakit kutukan, termakan
racun atau kena guna-guna oleh perbuatan orang lain sehingga
penderita berusaha untuk menyembunyikan penyakitnya karena
takut dikucilkan dan disingkirkan dari pergaulan masyarakat,
sehingga penderita tidak mau mencari pengobatan ke
pelayanan kesehatan. Anggapan seperti ini menyebabkan
masyarakat berobat ke dukun kampung. Hasil survei prevalensi
TB (2004) mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku
menunjukkan bahwa 96% keluarga merawat anggota keluarga
yang menderita TB dan hanya 13% yang menyembunyikan
keberadaan mereka.
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak
selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut
diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB,
seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan
lain-lain.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih
tinggi, maka setiap orang yang datang ke sarana pelayanan
kesehatan dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai
seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.

PERENCANAAN Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


DAN PEMILIHAN 364/Menkes/SK/V/2009 Tentang Pedoman Penanggulangan
INTERVENSI Tuberkulosis, kegiatan penemuan pasien terdiri dari
penjaringan suspek, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit
dan tipe pasien. Penemuan pasien merupakan langkah pertama
dalam kegiatan program penanggulangan TB. Penemuan dan
penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat
menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan
TB di masyarakat, dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat.
Intervensi akan dilaksanakan dengan melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada setiap
pasien yang datang ke poli umum dan anak. Menanyakan
kondisi lingkungan rumah dan kebiasaan pasien dalam menjaga
kebersihan diri serta tempat tinggal pasien. Menggali ada
tidaknya penderita lain selain pasien, kemudian disarankan
untuk juga menjalani pengobatan agar semua penderita sembuh
dan terhindar dari mekanisme tular-menular akibat masih
adanya keluarga atau orang terdekat pasien yang belum berobat.

PELAKSANAAN Pada tanggal 28 Juli 2015 pukul 10.00 WITA telah


melakukan anamnesis dan merujuk pasien suspek TB dari
puskesmas pembantu ke Puskesmas induk agar dapat dilakukan
pemeriksaan sputum.

Identitas
Nama : Tn. M
Usia : 50 Tahun
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Alamat : Kel. Lempake Jaya RT. 10
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Berkebun

Keluhan Utama: batuk selama satu bulan

Riwayat Penyakit Sekarang: awalnya pasien mengalami batuk


kering selama 2 minggu, namun menjadi berdahak selama 2
minggu berikutnya, dahak berwarna kuning kental, terkadang
pasien berkeringat dingin pada malam hari, nafsu makan
menurun sejak 2 minggu terakhir, berat badan menurun
sebanyak 1 kg selama satu bulan terakhir.

Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien belum pernah mengalami


gejala serupa sebelumnya. Tidak ada riwayat asma, tidak
terdapat riwayat alergi makanan atau obat-obatan. Pasien juga
tidak pernah merokok.

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang


mengalami keluhan serupa atau menjalani pengobatan selama
6 bulan. Namun ada tetangga pasien yang pernah menjalani
pengobatan 6 bulan beberapa tahun yang lalu.

Pemeriksaan Fisik
Kesan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis, E4V5M6
Tanda vital : nadi 88 x/menit reguler, equal, isi cukup
Kepala dan leher
Konjungtiva anemis (-), hiperemis (-), sklera ikterik (-).
Faring hiperemis (+), Tonsil T1-T1
Thoraks : Dinding thorak tampak simetris, fremitus raba
simetris, sonor di seluruh lapangan paru, suara napas
bronkovesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas : tidak ditemukan kelainan

Penatalaksanaan
Merujuk pasien ke Puskesmas induk untuk dilakukan
pemeriksaan sputum SPS agar pasien dapat segera diberikan
pengobatan medikamentosa yang sesuai kausa penyakit. Pasien
juga di edukasi mengenai kecurigaan diagnose penyakit TB paru
agar pasien mengerti apa dan bagaimana penyakit tersebut
menjangkit, menular, dan pentingnya pengobatan secara tuntas
bagi diri sendiri dan orang sekitarnya.

MONITORING Setelah dilakukan pemeriksaan sputum SPS pada pasien,


DAN EVALUASI hasilnya adalah BTA negative (-). Pasien diberikan antibiotik
yang sesuai dengan keluhan ISPA dan medikamentosa lain
untuk gejala penyerta. Diharapkan ketelitian tenaga kesehatan
untuk lebih aktif menjaring pasien yang dicurigai TB paru agar
tidak terjadi penularan lebih lanjut ke orang di sekitar pasien.
Selain itu diperlukan edukasi yang jelas kepada pasien
mengenai bahaya TB paru yang tidak diobati agar mereka tidak
takut berobat serta memeriksakan keluarga dan tetangga yang
batuk lama ke puskesmas.

Komentar/Umpan Balik Pendamping:


Samarinda, 14 September 2015

Pendamping Peserta

dr. Deni Wardani dr. Dika Maharani R.P.

Anda mungkin juga menyukai