Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
SKRIPSI
Oleh:
MAYANA AISYAHNI
NPM: 10060307049
SKRIPSI
Oleh:
MAYANA AISYAHNI
NPM: 10060307049
Menyetujui
Mengetahui
BIODATA
ABSTRAK
MAYANA AISYAHNI
Email: aisyahni.mayana@yahoo.com
ABSTRACT
MAYANA AISYAHNI
Email: aisyahni.mayana@yahoo.com
Antioxidants is a compounds that can counteract the negative effects of oxidants that
cause of premature aging. Leaves of gambier (Uncaria gambir Roxb.) is one of the
plants that contain antioxidants compounds that can prevent premature aging. Has
been studied research of formulation cream leaves of gambier extracts and VCO as a
base that increase the penetration of drugs trough the skin that improve the transfer
that have an anti-aging effect. The powder of simplex from leaves of gambier bulb
was macerated using ethanol 95% for 3 days and got liquid extracts then evaporated
using rotary evaporator. Formulation made by variation of the concentration of
natrium lauryl sulphate and cetoctearyl alcohol 3%. 4%. 5%, 7,5%, and 10% was
observated for 28 days involved organoleptic, homogeneity, viscosity, pH, stability,
and determining type of emulsion. The result of the research was variation of the
concentration of natrium lauryl sulphate 1% and cetoctearyl alcohol 9% was most
stable. Irritation test result to the entire formulations shows that the preparation were
almost not irritate the skin.
Keywords: Antioxidants, premature aging, leaves of gambier, VCO, cream.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian Tugas Akhir dan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini
disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Farmasi,
dengan judul “FORMULASI SEDIAAN KRIM WAJAH EKSTRAK DAUN
GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) DENGAN BASIS Virgin Coconut Oil
(VCO)”.
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ternyata tidak semudah yang
dibayangkan sebelumnya. Namun berkat dorongan, semangat, dan dukungan dari
berbagai pihak penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1) Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Islam Bandung, Bapak M. Yusuf Fajar, Drs., M.Si.
2) Ketua Program Studi FMIPA Universitas Islam Bandung, Bapak H.
Embit Kartadarma, DR., Mapp.Sc., Drs., Apt. yang telah memberikan
banyak pelajaran dari pengalaman-pengalamannya.
3) Bapak Arif Budiman, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing utama dan
Ibu Sani Ega Priani selaku dosen pembimbing serta dosen wali yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, nasehat,
semangat, dan pelajaran-pelajaran baru yang sangat berharga.
4) Bapak dan Ibu dosen Program Studi Farmasi Universitas Islam Bandung
yang telah memberikan banyak sekali ilmu yang sangat bermanfaat bagi
Penulis.
5) Kedua orang tua penulis, papa Achmad Sayuti Batubara dan mama Marti
Yuningsih, serta bunda Kamalah yang tiada hentinya memberikan
dukungan dan doa kepada Penulis dan selalu menjadi penyemangat
penulis.
i
6) Kedua kakak tersayang Roselina dan Krisnawati yang selalu memberikan
semangat dan selalu bersedia untuk berdiskusi dalam segala hal, serta
kedua adik tersayang Rachma Kusuma Wardhani dan Achmad Syaifullah
yang telah memberikan warna berbeda di hidup Penulis.
7) Para sahabat, Wan Norma Vidrianita sahabat yang selalu siap membantu
segala masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri, Tati Nurchayati,
Dinda Lasti Nuryani, Sri Komaria, Riska Rahmawati, Refiany
Puspitasari, Ayu Rahmawati, dan Yuliana atas semangat dan dukungan
yang selalu mereka berikan, Dwi Ratri Lutfita yang telah menjadi teman
baru terbaik yang telah bersama-sama bekerja dan melewati semuanya
bersama, dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak dapat disebut satu
persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.
8) Putra Perdhana yang telah banyak memberikan semangat, dukungan, dan
menjadi tempat mengeluh yang selalu setia mendengarkan Penulis.
9) Teman-teman Farmasi, terutama Farmasi B angkatan 2007 yang telah
memberikan banyak cerita dan pengalaman baru bagi Penulis.
10) Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang
membantu Penulis dalam menyelesaikan penelitian Tugas Akhir dan
penulisan skripsi ini.
Sebagai seorang manusia dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang
dikuasai, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh dari sempurna
sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK…………….......................................................
ABSTRACT ……………………………………………………..
KATA PENGANTAR …………………………………………. i
DAFTAR ISI ………...………………………………………..... iii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………… v
DAFTAR TABEL ……………………………………………… vi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………... vii
PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
BAB
I TINJAUAN PUSTAKA ……………………………….. 4
1.1. Tanaman Uncaria gambir Roxburgh ……………….... 4
1.1.1. Klasifikasi tanaman ……………………………………… 4
1.1.2. Desjripsi tanaman ……………………………………….. 4
1.1.3. Kandungan kimia tanaman ……………………………… 5
1.1.4. Manfaat tanaman ………………………………………… 5
1.2. Anti Penuaan Dini (Anti-aging) ………………………. 6
1.3. Antioksidan …………………………………………….. 7
1.4. Virgin Coconut Oil (VCO) …………………………….. 9
1.4.1. VCO sebagai pembawa ………………………………….. 9
1.4.2. Manfaat VCO ……………………………………………. 10
1.5. Ekstraksi …………………………………………………. 10
1.5.1. Jenis-jenis ekstraksi……………………………………… 11
1.6. Krim …………………………………………………….. 13
1.6.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi sediaan krim ……….. 14
1.6.2. Formula sediaan krim …………………………………… 15
1.7. Kulit …………………………………………………….. 19
1.7.1. Fungsi kulit ……………………………………………… 19
1.7.2. Anatomi fisiologi kulit ………………………………….. 21
1.7.3. Permeasi kulit …………………………………………… 22
1.7.4. Jenis kulit wajah ………………………………………… 23
iii
4.2.2. Kadar abu total ………………………………………….. 28
4.3. Penapisan Fitokimia …………………………………… 28
4.3.1. Uji alkaloid ……………………………………………… 28
4.3.2. Uji flavonoid …………………………………………….. 29
4.3.3. Uji saponin ………………………………………………. 29
4.3.4. Uji fenol …………………………………………………. 29
4.3.5. Uji tanin …………………………………………………. 29
4.3.6. Uji kuinon ……………………………………………….. 30
4.3.7. Uji steroid dan triterpenoid ……………………………… 30
4.4. Ekstraksi………………………………………………… 30
4.5. Pembuatan Sediaan ……………………………………. 31
4.6. Evaluasi Sediaan Krim ………………………………… 31
4.6.1. Organoleptis …………………………………………….. 31
4.6.2. Homogenitas …………………………………………….. 31
4.6.3. Penentuan viskositas …………………………………….. 31
4.6.4. Pengukuran pH sediaan …………………………………. 32
4.6.5. Stabilitas krim …………………………………………... 32
4.6.6. Penentuan tipe emulsi …………………………………… 33
4.6.7. Uji iritasi ………………………………………………… 33
V PEMBAHASAN………………………………………… 35
5.1. Pengumpulan Bahan dan Determinasi Tanaman ……. 35
5.2. Penetapan Kadar Air dan Kadar Abu ……………….. 35
5.3. Penapisan Fitokimia …………………………………… 36
5.4. Ekstraksi………………………………………………… 37
5.5. Pembuatan Sediaan ……………………………………. 37
5.6. Pengamatan Sediaan Krim ……………………………. 38
5.6.1. Organoleptis …………………………………………….. 39
5.6.2. Homogenitas …………………………………………….. 40
5.6.3. Penentuan viskositas …………………………………….. 40
5.6.4. Pengukuran pH sediaan …………………………………. 42
5.6.5. Stabilitas krim …………………………………………… 43
5.6.6. Penentuan tipe emulsi …………………………………… 45
5.6.7. Uji iritasi ………………………………………………… 46
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Surat Determinasi ……………………………………. 50
2 Penapisan Fitokimia …………………………………. 51
3 Formulasi …………………………………………….. 52
4 Ultra Turrax ………………………………………….. 53
5 Sediaan Krim ………………………………………… 54
6 Organoleptis ………………………………………….. 55
7 Mikroskopik Homogenitas …………………………… 56
8 Viskometer …………………………………………… 57
9 Viskositas …………………………………………….. 58
10 pH Sediaan …………………………………………… 59
11 Frezee-Thaw ………………………………………….. 60
12 Parameter Uji Iritasi ………………………………….. 61
13 Hewan Percobaan ……………………………………. 62
14 Pengamatan Kulit ……………………………………. 63
15 Nilai Indeks Iritasi Primer Kutan (IIPK) …………….. 66
16 Perhitungan Indeks Iritasi Primer Kutan (IIPK) ……... 67
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
IV.1. Hasil pengujian kadar air dan kadar abu …………….. 35
L.2.1. Hasil penapisan fitokimia ……………………………. 51
L.3.1. Formulasi sediaan krim ………………………………. 52
L.6.1. Hasil pengamatan organoleptis krim selama 28 hari…. 55
L.9.1. Hasil pengamatan viskositas krim selama 28 hari …… 58
L.9.2. Hasil pengamatan viskositas krim pada suhu 40˚C ….. 58
L.10.1. Hasil pengamatan pH sediaan krim selama 28 hari ….. 59
L.10.2. Hasil pengamatan pH sediaan pada suhu 40˚C ………. 59
L.11.1. Hasil pengamatan freeze-thaw ……………………….. 60
L.12.1. Nilai keadaan kulit …………………………………… 61
L.12.2. Klasifikasi Indeks Iritasi Primer Kutan ……………… 61
L.14.1. Pengamatan kulit kelinci 1 …………………………… 63
L.14.2. Pengamatan kulit kelinci 2 …………………………… 64
L.14.3. Pengamatan kulit kelinci 3 …………………………… 65
L.15.1. Hasil nilai keadaan kulit pada penentuan sifat iritasi
sediaan ……………………………………………….. 66
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
I.1. Gambir ……………………………………………….. 4
I.2. Anatomi kulit manusia ……………………………….. 21
V.1. Hasil pengamatan viskositas krim selama penyimpanan
28 hari ………………………………………………… 41
V.2 Pengukuran pH selama penyimpanan 28 hari………… 42
V.3 Viskositas stabilitas suhu 40˚C ………………………. 44
V.4 pH sediaan selama penyimpanan suhu 40˚C ………… 45
L.4.1 Ultra turrax (IKA T25 Digital) ………………………. 53
L.5.1 Sediaan Krim dari Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir
Roxb.) dan basis VCO ……………………………….. 54
L.7.1 Formula 1 …………………………………………….. 56
L.7.2 Formula 2 …………………………………………….. 56
L.7.3 Formula 3 …………………………………………….. 56
L.7.4 Formula 4 …………………………………………….. 56
L.7.5 Formula 5 …………………………………………….. 56
L.8.1 Viscometer Brookfield RV …………………………… 57
L.13.1 Kelinci albino galur New Zealand …………………… 62
vii
PENDAHULUAN
Kecantikan kulit wajah ditentukan oleh keadaan kulit wajah yang dapat dibantu
dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan perawatan kulit yang sebaik-
baiknya sejak dini harus dilakukan sejak awal guna mencegah penuaan dini.
Pada dasarnya menjadi tua tidak bisa dihindari karena penuaan merupakan
proses alami. Namun ada cara yang dapat dilakukan untuk menjaga keremajaan
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
1.3. Antioksidan
senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam
senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa
dihambat.
dengan berfungsinya sistem imunitas tubuh. Kondisi ini terutama untuk menjaga
8
integritas dan berfungsinya membran lipid, protein sel, dan asam nukleat, serta
mengontrol tranduksi signal dan ekspresi gen dalam sel imun. Komponen
terbesar yang menyusun membran sel adalah senyawa asam lemak tak jenuh,
b. Enzim antioksidan
jaringan akibat radikal bebas. Ada tiga jenis enzim antioksidan yang bekerja
sama dalam beberapa langkah untuk menetralkan radikal bebas yang berbeda-
membutuhkan selenium.
c. Mineral antioksidan
d. Vitamin antioksidan
Antioksidan yang ditemukan sebagai pigmen pada bunga, buah, dan daun,
1.4.
1.5. Ekstraksi ( Dicari Penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun 2000 )
1.5.1. Jenis-jenis ekstraksi ( dicari penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun
2000 )
1.6. Krim (dicari penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun 2000)
).( dicari daftar pustaka diatas tahun 2000 ) Sediaan krim memiliki
mudah dibersihkan atau dicuci dengan air (tipe m/a) dan cara kerja langsung
pada jaringan setempat. Dalam sediaan krim diperlukan zat tambahan sebagai
zat yang terpenetrasi agar dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik
lewat kulit.
14
Ada dua tipe krim, krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air dalam
minyak (A/M). Krim tipe M/A (vanishing cream) mudah dicuci dengan air, jika
digunakan pada kulit, maka akan terjadi penguapan dan peningkatan konsentrasi
dari suatu obat yang larut dalam air sehingga mendorong penyerapannya ke
dalam jaringan kulit. Tetapi pada umumnya orang lebih menyukai tipe A/M,
a. Zat berkhasiat
Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan
cara pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat, apakah krim tipe minyak dalam
4) Pendapar
8
5) Pelembab
sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh zat tambahan ini
6) Peningkat Penetrasi
7) Zat pewangi dan pewarna (dicari penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun
2000)
19
1.7. Kulit
Kulit adalah suatu organ dengan struktur yang cukup kompleks dan
memiliki berbagai fungsi yang vital. Kulit menutupi dan melindungi permukaan
tubuh, dan bersambung dengan selaput lender yang melapisi rongga-rongga dan
1) Fungsi proteksi
2) Fungsi absorbs
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu pun yang
larut lemak.
3) Fungsi ekskresi
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan ammonia.
4) Fungsi persepsi
dermis dan subkutis. Dingin oleh badan krause. Rabaan oleh taktil
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel ini
7) Fungsi keratinisasi
Kulit merupakan organ tubuh yang memiliki luas paling besar, yaitu kira-
2) Stratum spinosum adalah lapisan sel spina atau tanduk, disebut demikian
3) Stratum granusolum, terdiri dari tiga atau lima lapisan atau barisan sel
pembentuk keratin.
4) Stratum lusidum, adalah lapisan jernih dan tembus cahaya dari sel-sel
gepeng tidak bernukleus yang mati atau hampir mati dengan ketebalan
b. Dermis
Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang terletak di bawah epidermis, dan
atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastis (Irianto, 2004:235).
terdapat di bawahnya. Lapisan ini mengandung jumlah sel lemak yang beragam,
bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh
Ada 4 jenis kulit wajah, yakni kulit kering, berminyak, normal dan
kombinasi:
1) Kulit kering
Pada jenis kulit kering, kelenjar sebasea dan keringat hanya dalam
terlihat kusam.
2) Kulit berminyak
Pada jenis kulit berminyak, kelenjar sebasea dan keringat terdapat dalam
jumlah banyak. Jenis kulit berminyak mempunyai ciri kulit wajah mudah
berjerawat.
3) Kulit normal
Pada jenis kulit normal, jumlah sebasea dan keringat tidak terlalu banyak
karena tersebar secara merata. Ciri jenis kulit normal: kulit tampak
4) Kulit kombinasi
tidak merata. Jenis kulit kombinasi mempunyai ciri kulit dahi, hidung dan
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
yang dilakukan melalui beberapa tahap kerja yang meliputi sortasi basah,
dipekatkan dengan rotary evaporator dan diuapkan dengan penangas air hingga
lauril sulfat dan setostrearil alkohol serta peningkat viskositas yaitu setil alkohol
3.1. Bahan
Ekstrak dari ………, natrium lauril sulfat, propilen glikol, metil paraben,
propil paraben, air suling, setostearil alkohol, setil alkohol, dan butil
hidroksitoluen.
3.2. Alat
objek, pH meter Beckham, batang pengaduk, pipet tetes, gelas piala, gelas ukur,
labu ukur, cawan penguap, penangas air, rotary evaporator, oven, maserator,
BAB IV
PROSEDUR PENELITIAN
di
Tabung penerima didinginkan sampai suhu kamar. Tetesan air yang menempel
27
28
pada dinding tabung penerima dihilangkan. Air dan toluen dibiarkan memisah
dalam tabung penerima, mengamati volume air dalam tabung penerima dan
x 100% (1)
Berat bahan awal (g)
Cawan platina ditimbang dengan teliti, kemudian serbuk daun gambir yang
telah ditimbang dengan seksama seberat kurang lebih 2 gram dimasukkan ke dalam
krus dan ditimbang kembali. Cawan platina tersebut kemudian dipijar pada
oven (tanur pemanas) pada suhu 600 0C hingga diperoleh isi berupa abu putih
dengan berat yang konstan.
klorida 2N, lalu disaring. Filtrat dibasakan dengan larutan amonia 10%,
terdapat dua lapisan kembali. Lapisan asam dipipet dan dibagi kedalam tiga
Simplisia ditempatkan pada tabung reaksi lalu ditambahkan air 5-10 ml,
kemudian dicampur dengan serbuk magnesium dan asam klorida 2N, pasif
larutan dicampur dan dipanaskan diatas penangas air selama 5-10 menit
kemudian disaring. Filtrat yang didapat ditambahkan amil alkohol lalu dikocok
kuat-kuat. Apabila timbul warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol
Simplisia ditempatkan pada tabung reaksi lalu ditambahkan air 5-10 ml,
kemudian dipanaskan diatas penangas air selama 30 menit, lalu disaring. Filtrat
dibiarkan sampai dingin, lalu dikocok kuat-kuat selama 10 detik dengan arah
dan busa tersebut masih bertahan (tidak hilang) setelah ditambahkan beberapa
Simplisia ditempatkan pada tabung reaksi lalu ditambahkan air 5-10 ml,
positif tanin.
30
10 ml, kemudian dipanaskan diatas penangas air lalu disaring. Kepada filtrat
ditambahkan larutan kalium hidroksida 5%. Apabila timbul warna kuning hingga
4.4. Ekstraksi
pelarut etanol 95% dan dikocok. Sampel tersebut direndam selama 1x24 jam
menggunakan etanol 95%. Perlakuan ini diulang hingga 3 kali. Setelah 3 kali, filtrat
pada suhu 35-400C sehingga didapat ekstrak kental etanol. Kemudian diuapkan
Rendemen =
x 100% (3)
31
kemudian dipanaskan di atas penangas air hingga suhu 60 0C. Kemudian ekstrak
Kacang kedelai dan temulawak, natrium lauril sulfat, propilen glikol, metil
paraben, dan propil paraben ditambahkan ke dalam fasa air dipanaskan hingga
suhu 600C di atas penangas air. Dua fasa yang telah dipanaskan kemudian
4.6.1. Organoleptis
mengamati perubahan bentuk, warna, dan bau pada sediaan yang baru dibuat dan
4.6.2. Homogenitas
krim yang dibuat pada kaca objek kemudian diamati homogenitas sediaan.
yang baru dibuat dan yang telah disimpan selama 7, 14, 21, dan 28 hari.
30ml akuades sedikit demi sedikit, diaduk sampai larut, diukur pH-nya dengan
pH meter yaitu dengan mencelupkan anoda dan katoda kedalam larutan tersebut
kemudian dilihat pada LCD display sampai tanda “drift” pada layar hilang dan
dicatat hasilnya. Pengukuran dilakukan pada sediaan yang baru dibuat dan yang
1) Uji Frezee-Thaw
0
suhu 40 C selama 24 jam (1 siklus). Sediaan dikatakan stabil jika selama 6-8
2) Sentrifugasi
dengan mengencerkan emulsi air. Jika emulsi tercampur baik dengan air, tanpa
memperlihatkan ketidakcampuran maka tipe emulsi adalah m/a. Hal ini dapat
kulit pada kelinci galur New Zealand. Uji iritasi kulit dilakukan pada 3 ekor
kelinci Albino galur New Zealand sehat dengan bobot 2 kg. Bagian punggung
kelinci dibersihkan dari bulu dengan menggunakan tondus listrik dan veet cream.
kontrol. Pada daerah uji dibuat goresan sepanjang 2 cm dengan lanset steril yang
hanya mencakup epidermis dan tidak mencapai dermis. Pada daerah kontrol dan
yang telah diberi krim ditutup dengan kasa steril, kertas selofan, kapas steril, dan
Evaluasi terjadinya eritema dan udem dilakukan setelah 24 jam dan 72 jam
pemberian sediaan uji (Wattimena & Siregar, 1986:104-111). (dicari penjelasan dari
daftar pustaka diatas tahun 2000)
BAB V
pada daun gambir ini yaitu 7,216%. Hasil yang didapat tidak melewati batas nilai
35
36
kadar air yang sesuai dengan MMI, maka nilai kadar air pada simplisia daun
Pada kadar abu, kadar abu total yang diperoleh tidak boleh memiliki nilai
yang tinggi. Apabila kadar abu total tinggi, maka sediaan yang dibuat dapat
berbahaya karena kadar abu total menunjukkan jumlah logam-logam alkali dan
logam-logam tanah serta silikat yang terkandung dalam simplisia. Hasil kadar
abu total yang didapat pada pengujian adalah sebesar 5,765%, nilai tersebut
gambir ini didapatkan hasil positif pada senyawa alkaloid yang ditandai dengan
terbentuknya warna jingga keruh. Senyawa tanin terkandung juga dalam daun
gambir karena hasil positif dengan adanya endapan putih. Kemudian adanya
Senyawa fenol ditunjukkan dengan adanya warna biru kehitaman dan adanya
warna merah merupakan tanda dari positif senyawa kuinon. Steroid dan
warna hijau kebiruan. Dan senyawa yang merupakan senyawa yang memiliki
37
gambir dengan adanya warna jingga. Data dapat dilihat pada (Lampiran 2).
5.4. Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan secara kimia atau fisika sejumlah bahan dari
komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi dilakukan dengan cara
pelarut etanol 95%. Dari hasil ekstraksi menghasilkan 70,14 gram ekstrak kental
Rendemen = x 100%
= x 100%
5.5. Pembuatan Krim (dicari penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun 2000)
Penggunaan setil alkohol dalam sediaan berfungsi mengontrol laju
pengendapan
(Lampiran 3).
dan BHT serta memanaskan fasa air yaitu natrium lauril sulfat, propilen glikol, metil
60°C adalah agar zat-zat tambahan bercampur dengan sempurna dan suhu yang
tidak terlalu tinggi ini tidak merusak zat-zat tambahan. Setelah mencapai suhu
600C fasa minyak dan air didiamkan sebentar sampai hangat kemudian pada fasa
pemanasan adalah agar senyawa antioksidan dalam ekstrak tidak rusak karena
panas yang tinggi. Setelah itu semua fasa dimasukkan ke dalam matkan
kemudian diaduk dengan ultra turrax, gambar ultra turrax dapat dilihat pada
(Lampiran 4) dengan kecepatan 9000 rpm sampai terbentuk massa krim yang
homogen. Gambar sediaan krim dapat dilihat pada gambar (Lampiran 5).
Sediaan krim dari ekstrak daun gambir dan yang dihasilkan kemudian
dievaluasi selama 28 hari yaitu pada pertama kali sediaan krim dibuat, hari ke 7,
5.6.1. Organoleptis
Setiap formula krim diamati organoleptis yang meliputi bau dan warna
basis yang digunakan yaitu virgin coconut oil (VCO) juga dapat mempengaruhi
bau sediaan.
diartikan sebagai kerusakan atau perubahan bau dan rasa dalam minyak. Kerusakan
tersebut dapat disebabkan oleh air, cahaya, panas, oksigen, logam, asam, basa, dan
Sediaan krim yang dibuat pada semua formula memiliki bau khas yaitu campuran
bau virgin coconut oil (VCO) dengan bau daun gambir. Sampai dengan
penyimpanan hari ke 28 bau khas krim tidak menunjukkan perubahan. Hal tersebut
menunjukkan tidak terjadi ketengikan pada minyak maupun dari bau ekstrak dan
sediaan krim yang dibuat adalah krem. Dari pengamatan yang dilakukan, pada hari
pada bagian permukaan dengan adanya lapisan coklat pada krim 1 dan 3.
Pertumbuhan mikroba terjadi karena faktor penyimpanan yang kurang baik. Selain
mengandung bahan alam umumnya dapat mudah ditumbuhi mikroba yang tidak
hanya berasal dari ekstrak namun dapat juga disebabkan pengaruh luar seperti
udara, air yang digunakan maupun zat lain yang digunakan dalam pembuatan
dengan propil paraben. Krim juga mulai berubah warna menjadi agak coklat. Hal
5.6.2. Homogenitas
yang dibuat homogen atau tidak. Pengamatan ini dilakukan dengan mengoleskan
tipis krim pada kaca objek kemudian dilihat dengan mikroskop. Semua formula
(Lampiran 7).
5.6.3. Penentuan viskositas (dicari penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun
2000)
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
RVT, gambar viskometer dapat dilihat pada (Lampiran 8). Hasil pengamatan
viskositas yang menurun namun tidak terlalu tajam. Meskipun nilai semakin
nilai viskositas dapat dipengaruhi oleh zat pengental, surfaktan yang dipilih,
proporsi fase terdispersi, dan ukuran partikel. Ketika proporsi fase terdispersi
dipermukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu
mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar
Viskositas formula 1 lebih tinggi disebabkan karena kekentalan yang lebih kental
dari pada formula lainnya. Karena komposisi pengentalnya yang lebih banyak yang
ditambah setil alkohol dengan konsentrasi paling banyak. Dan formula 5 memiliki
kekentalan yang lebih rendah karena pada formula 5 tidak ditambahkan setil alkohol
lagi. Dan pada formula 5 menunjukkan perubahan viskositas yang paling stabil.
Rentang pH sediaan yang sesuai dengan rentang pH fisiologis kulit yaitu antara
kestabilan sediaan. Jika terlalu asam akan menyebabkan iritasi pada kulit, dan
jika terlalu basa akan menyebabkan gatal-gatal pada kulit dan kulit menjadi
mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu antara 4.5-6.5 demikian dapat disebut
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 7 14 21 28
Pada pengukuran nilai pH pada sediaan yang baru dibuat dan yang telah
disimpan selama 7, 14, 21, dan 28 hari menunjukkan nilai pH yang kurang stabil
karena terjadi penurunan nilai pH sedikit. Hal ini disebabkan karena faktor
berada dalam batas nilai pH yang ditentukan. Dari grafik di atas dapat dilihat
bahwa pada formula 5 memiliki nilai pH yang paling stabil. Tabel pengukuran
a. Uji Frezee-Thaw
b. Sentrifugasi
kecepatan putaran 3000 rpm selama 5 jam. Pada pengamatan ini, kelima formula
krim tidak menunjukkan adanya dua fase yang terpisah (creaming) melainkan tetap
6000
5000
4000 Formula 1
Formula 2
3000
Formula 3
2000 Formula 4
Formula 5
1000
0
7 14 21 28
5 Formula 1
Formula 2
4
Formula 3
3
Formula 4
2 Formula 5
1
0
7 14 21 28
Dari hasil didapatkan nilai viskositas yang sedikit menurun. Peningkatan suhu
dapat berpengaruh terhadap stabilitas sediaan dimana daya tahan emulsi akan
terganggu pada suhu tinggi, yang mengurangi viskositas dan meninggikan gerak
fleksibilitas molekul sehingga viskositas akan turun. Namun dari kelima formula
dapat dilihat pada (Lampiran 9). Kemudian terjadi juga penurunan pH namun
tidak begitu berarti dan masih dalam batas pH yang sesuai dengan persyaratan
mengencerkan emulsi air. Dimana emulsi tercampur baik dengan air, tanpa
memperlihatkan ketidakcampuran maka dari itu tipe emulsi adalah m/a. Tipe
Pengujian iritasi kulit dilakukan kepada 3 ekor kelinci albino galur New
Zealand jantan dengan bobot 2 kilogram. Kelima sediaan krim diujikan iritasinya
pada kulit kelinci. Gambar kelinci dapat dilihat pada (Lampiran 13). Pengujian
dilakukan dengan mengamati adanya eritema dan udema pada kulit kelinci yang
diberikan perlakuan.
kapiler dan udema adalah cairan yang abnormal di ruang interseluler tubuh
(Dorland, 2002:761). Dari pengamatan yang dilakukan pada waktu 24 jam dan
formula. Eritema terjadi pada saat pengamatan waktu 24 jam dan pada
pengamatan waktu 72 jam eritema tidak tampak lagi yang menandakan kulit
sudah kembali pulih, gambar iritasi dapat dilihat pada (Lampiran 14).
Kemudian dihitung nilai Indeks Iritasi Primer Kutan (IIPK) dari hasil
eritema dan udema seperti yang terdapat pada (Lampiran 15). Berdasarkan nilai
yang didapat dari perhitungan IIPK formula 1 dan 3 memiliki nilai IIPK yang
paling kecil yaitu 0,111. Kemudian nilai IIPK pada formula 2 dan formula 5
sebesar 0,138, dan nilai IIPK terbesar adalah pada formula 4 yaitu 0,167,
perhitungan nilai IIPK dapat dilihat pada (Lampiran 16). Namun berdasarkan
6.1. Kesimpulan
dan 9% setostearil alkohol formula dengan bentuk yang paling stabil diantara
keempat formula lainnya. Dari pengamatan iritasi pada kulit kelinci, kelima
sediaan krim menunjukkan nilai hampir tidak mengiritasi kulit dengan formula 1
6.2. Saran
mengetahui ada tidaknya iritasi pada mata. Dan pada perlakuan untuk uji iritasi
kulit harus dipastikan tidak ada bulu yang tersisa pada saat pencukuran karena
untuk diumpamakan dengan kulit wajah yang tidak memiliki bulu yang banyak.
DAFTAR PUSTAKA
48
49
Lachman, L., Lieberman, H.A., dan J.L. Kanig. (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri, Jilid 2, Edisi ketiga, Penerbit UI, Jakarta.
Lemmens, R.H.M.J., Soetjipto, N.W. (1999). Sumber Daya Nabati Asia
Tenggara 3: Tumbuh-Tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tannin, Prosea
Indonesia, Bogor.
Lampiran 1
SURAT DETERMINASI
51
Lampiran 2
PENAPISAN FITOKIMIA
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia
Golongan senyawa kimia Simplisia daun gambir Keterangan
Alkaloid Pereaksi Dragendorff = jingga keruh
Flavonoid ₊ Jingga
Fenol ₊ Biru kehitaman
Tanin ₊ Endapan putih
Kuinon ₊ Merah
Saponin ₊ Timbul busa
₊
Steroid dan triterpenoid ₊ Hijau kebiruan
Keterangan:
+= terdeteksi
-= tidak terdeteksi
52
Lampiran 3
FORMULASI
Tabel 1 Formulasi sediaan krim
Formulasi
Bahan
F1 F2 F3 F4 F5
VCO 20 20 20 20 20
Natrium lauril sulfat 0,3 0,4 0,5 0,75 1
Setostearil alkohol 2,7 3,6 4,5 6,75 9
Setil alkohol 6,3 5,4 4,5 2,25 −
Propilen glikol 10 10 10 10 10
Metil paraben 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18
Propil paraben 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
BHT 0,053 0,053 0,053 0,053 0,053
Ekstrak daun gambir 1 1 1 1 1
Air suling ad 100 100 100 100 100
Keterangan:
-= tidak diberikan bahan tersebut
53
Lampiran 4
ULTRA TURRAX
Lampiran 5
SEDIAAN KRIM
Gambar 1 Sediaan Krim dari Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb.) dan basis VCO
55
Lampiran 6
ORGANOLEPTIS
Tabel 1 Hasil pengamatan organoleptis krim selama 28 hari
Pengamatan Organoleptis
Waktu F1 F2 F3 F4 F5
(hari)
B W M B W M B W M B W M B W M
Lampiran 7
MIKROSKOPIK HOMOGENITAS
Gambar 5 Formula 5
57
Lampiran 8
VISKOMETER
Lampiran 9
VISKOSITAS
Tabel 1 Hasil pengamatan viskositas krim selama 28 hari
Viskositas masing-masing formula
Waktu (hari) Formula
1 2 3 4 5
0 3982 3946 3902 3560 3444
7 3840 3720 3720 3516 3320
14 3460 3612 3612 3156 3108
21 3328 3312 3232 2792 3044
28 3116 3020 3044 2620 2776
Lampiran 10
pH SEDIAAN
Tabel 1 Hasil pengamatan pH sediaan krim selama 28 hari
pH sediaan
Waktu (hari) Formula
1 2 3 4 5
0 6,25 6,20 6,24 6,25 6,24
7 6,19 6,05 6,05 6,17 6,15
14 6,05 6,02 5,98 6,03 6,05
21 5,93 5,92 5,86 5,92 5,94
28 5,60 5,61 5,53 5,62 5,90
Lampiran 11
FREZEE-THAW
Tabel 1 Hasil pengamatan freeze-thaw
Formula Pengamatan frezee-thaw
1 stabil tidak ada perubahan
2 stabil tidak ada perubahan
3 stabil tidak ada perubahan
4 stabil tidak ada perubahan
5 stabil tidak ada perubahan
61
Lampiran 12
PARAMETER UJI IRITASI
Tabel 1 Nilai Keadaan Kulit
Eritema Udema
Jenis Nilai Jenis Nilai
Tidak ada eritema 0 Tidak ada udema 0
Sedikit eritema (hampir tidak 1 Udema sangat ringan 1
nampak)) Udema ringan (tepi dan 2
Eritema tampak jelas 2 pembesaran tampak jelas)
Eritema sedang-kuat 3 Udema sedang (ketebalan ± 1 mm) 3
Eritema parah (merah-ungu dan 4 Udema parah (ketebalan > 1 mm 4
ada lecet ringan)) dan melebihi kasa)
Lampiran 13
HEWAN PERCOBAAN
Lampiran 14
PENGAMATAN KULIT
Tabel 1 Pengamatan kulit kelinci 1
Keadaan kulit jam ke-
Formula Kelinci
24 72
3 1
5
64
Lampiran 14
(LANJUTAN)
Tabel 2 Pengamatan kulit kelinci 2
Keadaan kulit jam ke-
Formula Kelinci
24 72
3 2
5
65
Lampiran 14
(LANJUTAN)
Tabel 3 Pengamatan kulit kelinci 3
Keadaan kulit jam ke-
Formula Kelinci
24 72
3 3
5
66
Lampiran 15
NILAI INDEKS IRITASI PRIMER KUTAN (IIPK)
Tabel 1 Hasil nilai keadaan kulit pada penentuan sifat iritasi sediaan
Skor pengamatan pada T
Formula Kelinci 24 72
U E U E
1 0 1 0 0
2 0 1 0 1
3 1 0 2 0 0
4 0 2 0 0
5 0 2 0 1
1 0 1 0 0
2 0 1 0 0
3 2 0 1 0 0
4 0 2 0 0
5 0 1 0 0
1 0 2 0 0
2 0 2 0 0
3 3 0 1 0 0
4 0 2 0 0
5 0 1 0 0
Jumlah
skor 22 2
Keterangan:
U = udema
E = eritema
67
Lampiran 16
PERHITUNGAN INDEKS IRITASI PRIMER KUTAN (IIPK)
Nilai Indeks Iritasi Primer Kutan (IIPK) diperoleh dari perhitungan sebagai
berikut:
IIPK = jumlah skor efek 24 jam + 72 jam : jumlah
kelinci n
Keterangan: n= banyak jumlah pengamatan
1. IIPK F1 = 4 + 0 : 3
12
= 0,111 (hampir tidak mengiritasi)
2. IIPK F2 = 4 + 1 : 3
12
= 0,138 (hampir tidak mengiritasi)
3. IIPK F3 = 4 + 0 : 3
12
= 0,111 (hampir tidak mengiritasi)
4. IIPK F4 = 6 + 0 : 3
12
= 0,167 (hampir tidak mengiritasi)
5. IIPK F5 = 4 + 1 : 3
12
= 0,138 (hampir tidak mengiritasi)