Anda di halaman 1dari 68

PERINGATAN !!!

Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai


bahan referensi

2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap


bila Anda mengutip dari Dokumen ini

3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan


pelanggaran keras terhadap etika moral
penyusunan karya ilmiah

4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

Selamat membaca !!!

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA


FORMULASI SEDIAAN KRIM WAJAH EKSTRAK DAUN
GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb.) DENGAN BASIS Virgin
Coconut Oil (VCO)

SKRIPSI

Oleh:

MAYANA AISYAHNI
NPM: 10060307049

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1433 H/2012 M
FORMULASI SEDIAAN KRIM WAJAH EKSTRAK DAUN
GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb.) DENGAN BASIS Virgin
Coconut Oil (VCO)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu pesyaratan untuk menyelesaikan


pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi FMIPA Unisba

Oleh:

MAYANA AISYAHNI
NPM: 10060307049

Februari 1433 H / 2012 M


BANDUNG
JUDUL : FORMULASI SEDIAAN KRIM WAJAH EKSTRAK DAUN
GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb.) DENGAN BASIS Virgin
Coconut Oil (VCO)
NAMA : MAYANA AISYAHNI
NPM : 10060307049

Setelah membaca Skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami


telah memenuhi persyaratan ilmiah sebagai Skripsi

Menyetujui

Pembimbing Utama Pembimbing Serta

Arif Budiman, M.Si, Apt. Sani Ega Priani, S.Si., Apt.


NIK. D. 10.0.517 NIK. D. 07.0.444

Mengetahui

Dekan FMIPA Unisba Ketua Program Studi Farmasi

M. Yusuf Fajar, Drs., M.Si. H. Embit Kartadarma, DR., M.AppSc., Apt.


NIP. 1956102619821001 NIK. D. 06.0.437
Dan bersegeralah kamu mencari ampunan
dari Tuhan-mu dan mendapatkan surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan bagi orang-orang yang
bertakwa, (yaitu) orang-orang yang
berinfak, baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang lain. Dan Allah Mencintai orang yang
berbuat kebaikan. (QS. Ali 'Imran: 133 -
134)
Kutipan atau saduran baik sebagian
ataupun seluruh naskah, harus
menyebutkan nama pengarang dan
sumber aslinya, yaitu Program Studi
Farmasi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Islam Bandung.
Skripsi ini saya persembahkan untuk mama dan
papa yang sangat saya cintai yang selalu
memberikan semangat dan tiada henti-hentinya
mendoa’akan saya sehingga saya kuat menjalani
semua masalah yang saya hadapi. Cinta saya
tidak akan pernah berhenti untuk kalian.
RIWAYAT PENULIS

BIODATA

Nama : MAYANA AISYAHNI


Tempat/Tgl. Lahir : JAKARTA, 03/05/1989
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Agama : ISLAM
Pekerjaan : MAHASISWA
Alamat : JL. M. SOHOR KOMP. PURI INDAH B-1
RT/RW : 004/006
Desa/Kel. : AKCAYA
Kecamatan : PONTIANAK SELATAN
Telepon : 081321949586 (ponsel)
Nama Ibu Kandung : MARTI YUNINGSIH
Nama Ayah Kandung : ACHAMAD SAYUTI BATUBARA
Alamat Orang Tua : JL. M. SOHOR KOMP. PURI INDAH B-1
RT/RW : 004/006
Desa/Kel. : AKCAYA
Kecamatan : PONTIANAK SELATAN
Telepon :-
PENDIDIKAN
1. SDN 03 Pontianak, Kalimantan Barat (1995-2001)
2. SMPN 11 Pontianak, Kalimantan Barat (2001-2004)
3. SMAN 08 Pontianak, Kalimantan Barat (2004-2007)
4. Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung (2007-2012)
FORMULASI SEDIAAN KRIM WAJAH EKSTRAK DAUN GAMBIR
(Uncaria Gambir Roxb) DENGAN BASIS VCO

ABSTRAK

MAYANA AISYAHNI
Email: aisyahni.mayana@yahoo.com

Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menangkal dampak negatif


oksidan yang merupakan salah satu penyebab penuaan dini. Daun gambir
(Uncaria gambir Roxb) merupakan salah satu tanaman yang mengandung
senyawa antioksidan yang dapat mencegah penuaan dini. Telah dilakukan
penelitian dengan tujuan untuk membuat sediaan krim dengan ekstrak daun
gambir dengan menggunakan basis VCO yang dapat meningkatkan penetrasi
sehingga transfer obat melalui kulit dapat ditingkatkan yang berkhasiat anti-
aging. Serbuk simplisia daun gambir dimaserasi menggunakan pelarut etanol
95% selama tiga hari hingga didapat ekstrak cair yang kemudian dipekatkan
dengan bantuan rotary evaporator. Formula dibuat dengan variasi kosentrasi
surfaktannya yaitu natrium lauril sulfat dan setostearil alkohol sebesar 3%, 4%,
5%, 7,5%, dan 10% dengan pengamatan selama 28 hari dengam pengamatan
organoleptis, homogenitas, viskositas sediaan, pH sediaan, stabilitas krim dan
penentuan tipe emulsi yaitu sediaan dengan formula yang mengandung natrium
lauril sulfat 1% dan setostearil alkohol 9% merupakan sediaan yang paling
stabil. Hasil uji iritasi terhadap seluruh formula menunjukkan bahwa sediaan
bersifat hampir tidak mengiritasi kulit.
Kata kunci: Antioksidan, penuaan dini, daun gambir, VCO, krim.
FORMULATION OF SKIN FACE CREAM OF GAMBIER LEAVES
(Uncaria Gambir Roxb) EXTRACTS AND VCO AS A BASE

ABSTRACT

MAYANA AISYAHNI
Email: aisyahni.mayana@yahoo.com

Antioxidants is a compounds that can counteract the negative effects of oxidants that
cause of premature aging. Leaves of gambier (Uncaria gambir Roxb.) is one of the
plants that contain antioxidants compounds that can prevent premature aging. Has
been studied research of formulation cream leaves of gambier extracts and VCO as a
base that increase the penetration of drugs trough the skin that improve the transfer
that have an anti-aging effect. The powder of simplex from leaves of gambier bulb
was macerated using ethanol 95% for 3 days and got liquid extracts then evaporated
using rotary evaporator. Formulation made by variation of the concentration of
natrium lauryl sulphate and cetoctearyl alcohol 3%. 4%. 5%, 7,5%, and 10% was
observated for 28 days involved organoleptic, homogeneity, viscosity, pH, stability,
and determining type of emulsion. The result of the research was variation of the
concentration of natrium lauryl sulphate 1% and cetoctearyl alcohol 9% was most
stable. Irritation test result to the entire formulations shows that the preparation were
almost not irritate the skin.
Keywords: Antioxidants, premature aging, leaves of gambier, VCO, cream.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian Tugas Akhir dan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini
disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Farmasi,
dengan judul “FORMULASI SEDIAAN KRIM WAJAH EKSTRAK DAUN
GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) DENGAN BASIS Virgin Coconut Oil
(VCO)”.
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ternyata tidak semudah yang
dibayangkan sebelumnya. Namun berkat dorongan, semangat, dan dukungan dari
berbagai pihak penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1) Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Islam Bandung, Bapak M. Yusuf Fajar, Drs., M.Si.
2) Ketua Program Studi FMIPA Universitas Islam Bandung, Bapak H.
Embit Kartadarma, DR., Mapp.Sc., Drs., Apt. yang telah memberikan
banyak pelajaran dari pengalaman-pengalamannya.
3) Bapak Arif Budiman, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing utama dan
Ibu Sani Ega Priani selaku dosen pembimbing serta dosen wali yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, nasehat,
semangat, dan pelajaran-pelajaran baru yang sangat berharga.
4) Bapak dan Ibu dosen Program Studi Farmasi Universitas Islam Bandung
yang telah memberikan banyak sekali ilmu yang sangat bermanfaat bagi
Penulis.
5) Kedua orang tua penulis, papa Achmad Sayuti Batubara dan mama Marti
Yuningsih, serta bunda Kamalah yang tiada hentinya memberikan
dukungan dan doa kepada Penulis dan selalu menjadi penyemangat
penulis.

i
6) Kedua kakak tersayang Roselina dan Krisnawati yang selalu memberikan
semangat dan selalu bersedia untuk berdiskusi dalam segala hal, serta
kedua adik tersayang Rachma Kusuma Wardhani dan Achmad Syaifullah
yang telah memberikan warna berbeda di hidup Penulis.
7) Para sahabat, Wan Norma Vidrianita sahabat yang selalu siap membantu
segala masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri, Tati Nurchayati,
Dinda Lasti Nuryani, Sri Komaria, Riska Rahmawati, Refiany
Puspitasari, Ayu Rahmawati, dan Yuliana atas semangat dan dukungan
yang selalu mereka berikan, Dwi Ratri Lutfita yang telah menjadi teman
baru terbaik yang telah bersama-sama bekerja dan melewati semuanya
bersama, dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak dapat disebut satu
persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.
8) Putra Perdhana yang telah banyak memberikan semangat, dukungan, dan
menjadi tempat mengeluh yang selalu setia mendengarkan Penulis.
9) Teman-teman Farmasi, terutama Farmasi B angkatan 2007 yang telah
memberikan banyak cerita dan pengalaman baru bagi Penulis.
10) Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang
membantu Penulis dalam menyelesaikan penelitian Tugas Akhir dan
penulisan skripsi ini.
Sebagai seorang manusia dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang
dikuasai, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh dari sempurna
sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.

Bandung, 29 Rabiul Awal 1433 M


22 Februari 2012 H

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK…………….......................................................
ABSTRACT ……………………………………………………..
KATA PENGANTAR …………………………………………. i
DAFTAR ISI ………...………………………………………..... iii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………… v
DAFTAR TABEL ……………………………………………… vi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………... vii
PENDAHULUAN ……………………………………………… 1

BAB
I TINJAUAN PUSTAKA ……………………………….. 4
1.1. Tanaman Uncaria gambir Roxburgh ……………….... 4
1.1.1. Klasifikasi tanaman ……………………………………… 4
1.1.2. Desjripsi tanaman ……………………………………….. 4
1.1.3. Kandungan kimia tanaman ……………………………… 5
1.1.4. Manfaat tanaman ………………………………………… 5
1.2. Anti Penuaan Dini (Anti-aging) ………………………. 6
1.3. Antioksidan …………………………………………….. 7
1.4. Virgin Coconut Oil (VCO) …………………………….. 9
1.4.1. VCO sebagai pembawa ………………………………….. 9
1.4.2. Manfaat VCO ……………………………………………. 10
1.5. Ekstraksi …………………………………………………. 10
1.5.1. Jenis-jenis ekstraksi……………………………………… 11
1.6. Krim …………………………………………………….. 13
1.6.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi sediaan krim ……….. 14
1.6.2. Formula sediaan krim …………………………………… 15
1.7. Kulit …………………………………………………….. 19
1.7.1. Fungsi kulit ……………………………………………… 19
1.7.2. Anatomi fisiologi kulit ………………………………….. 21
1.7.3. Permeasi kulit …………………………………………… 22
1.7.4. Jenis kulit wajah ………………………………………… 23

II METODOLOGI PENELITIAN ………………………. 25

III BAHAN, ALAT, DAN HEWAN PERCOBAAN ……. 26


3.1. Bahan …………………………………………………… 26
3.2. Alat ……………………………………………………… 26
3.3. Hewan Percobaan ……………………………………… 26

IV PROSEDUR PENELITIAN …………………………… 27


4.1. Pengumpulan Bahan dan Determinasi Tanaman ……. 27
4.2. Penetapan Kadar Air dan Kadar Abu Total ………… 27
4.2.1. Kadar air …………………………………………………. 27

iii
4.2.2. Kadar abu total ………………………………………….. 28
4.3. Penapisan Fitokimia …………………………………… 28
4.3.1. Uji alkaloid ……………………………………………… 28
4.3.2. Uji flavonoid …………………………………………….. 29
4.3.3. Uji saponin ………………………………………………. 29
4.3.4. Uji fenol …………………………………………………. 29
4.3.5. Uji tanin …………………………………………………. 29
4.3.6. Uji kuinon ……………………………………………….. 30
4.3.7. Uji steroid dan triterpenoid ……………………………… 30
4.4. Ekstraksi………………………………………………… 30
4.5. Pembuatan Sediaan ……………………………………. 31
4.6. Evaluasi Sediaan Krim ………………………………… 31
4.6.1. Organoleptis …………………………………………….. 31
4.6.2. Homogenitas …………………………………………….. 31
4.6.3. Penentuan viskositas …………………………………….. 31
4.6.4. Pengukuran pH sediaan …………………………………. 32
4.6.5. Stabilitas krim …………………………………………... 32
4.6.6. Penentuan tipe emulsi …………………………………… 33
4.6.7. Uji iritasi ………………………………………………… 33

V PEMBAHASAN………………………………………… 35
5.1. Pengumpulan Bahan dan Determinasi Tanaman ……. 35
5.2. Penetapan Kadar Air dan Kadar Abu ……………….. 35
5.3. Penapisan Fitokimia …………………………………… 36
5.4. Ekstraksi………………………………………………… 37
5.5. Pembuatan Sediaan ……………………………………. 37
5.6. Pengamatan Sediaan Krim ……………………………. 38
5.6.1. Organoleptis …………………………………………….. 39
5.6.2. Homogenitas …………………………………………….. 40
5.6.3. Penentuan viskositas …………………………………….. 40
5.6.4. Pengukuran pH sediaan …………………………………. 42
5.6.5. Stabilitas krim …………………………………………… 43
5.6.6. Penentuan tipe emulsi …………………………………… 45
5.6.7. Uji iritasi ………………………………………………… 46

VI KESIMPULAN DAN SARAN ………………………… 47


6.1. Kesimpulan …………………………………………….. 47
6.2. Saran ……………………………………………………. 47

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….. 48


LAMPIRAN ……………………………………………………. 50

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1 Surat Determinasi ……………………………………. 50
2 Penapisan Fitokimia …………………………………. 51
3 Formulasi …………………………………………….. 52
4 Ultra Turrax ………………………………………….. 53
5 Sediaan Krim ………………………………………… 54
6 Organoleptis ………………………………………….. 55
7 Mikroskopik Homogenitas …………………………… 56
8 Viskometer …………………………………………… 57
9 Viskositas …………………………………………….. 58
10 pH Sediaan …………………………………………… 59
11 Frezee-Thaw ………………………………………….. 60
12 Parameter Uji Iritasi ………………………………….. 61
13 Hewan Percobaan ……………………………………. 62
14 Pengamatan Kulit ……………………………………. 63
15 Nilai Indeks Iritasi Primer Kutan (IIPK) …………….. 66
16 Perhitungan Indeks Iritasi Primer Kutan (IIPK) ……... 67

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
IV.1. Hasil pengujian kadar air dan kadar abu …………….. 35
L.2.1. Hasil penapisan fitokimia ……………………………. 51
L.3.1. Formulasi sediaan krim ………………………………. 52
L.6.1. Hasil pengamatan organoleptis krim selama 28 hari…. 55
L.9.1. Hasil pengamatan viskositas krim selama 28 hari …… 58
L.9.2. Hasil pengamatan viskositas krim pada suhu 40˚C ….. 58
L.10.1. Hasil pengamatan pH sediaan krim selama 28 hari ….. 59
L.10.2. Hasil pengamatan pH sediaan pada suhu 40˚C ………. 59
L.11.1. Hasil pengamatan freeze-thaw ……………………….. 60
L.12.1. Nilai keadaan kulit …………………………………… 61
L.12.2. Klasifikasi Indeks Iritasi Primer Kutan ……………… 61
L.14.1. Pengamatan kulit kelinci 1 …………………………… 63
L.14.2. Pengamatan kulit kelinci 2 …………………………… 64
L.14.3. Pengamatan kulit kelinci 3 …………………………… 65
L.15.1. Hasil nilai keadaan kulit pada penentuan sifat iritasi
sediaan ……………………………………………….. 66

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
I.1. Gambir ……………………………………………….. 4
I.2. Anatomi kulit manusia ……………………………….. 21
V.1. Hasil pengamatan viskositas krim selama penyimpanan
28 hari ………………………………………………… 41
V.2 Pengukuran pH selama penyimpanan 28 hari………… 42
V.3 Viskositas stabilitas suhu 40˚C ………………………. 44
V.4 pH sediaan selama penyimpanan suhu 40˚C ………… 45
L.4.1 Ultra turrax (IKA T25 Digital) ………………………. 53
L.5.1 Sediaan Krim dari Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir
Roxb.) dan basis VCO ……………………………….. 54
L.7.1 Formula 1 …………………………………………….. 56
L.7.2 Formula 2 …………………………………………….. 56
L.7.3 Formula 3 …………………………………………….. 56
L.7.4 Formula 4 …………………………………………….. 56
L.7.5 Formula 5 …………………………………………….. 56
L.8.1 Viscometer Brookfield RV …………………………… 57
L.13.1 Kelinci albino galur New Zealand …………………… 62

vii
PENDAHULUAN

Kecantikan kulit wajah ditentukan oleh keadaan kulit wajah yang dapat dibantu

dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan perawatan kulit yang sebaik-

baiknya sejak dini harus dilakukan sejak awal guna mencegah penuaan dini.

Pada dasarnya menjadi tua tidak bisa dihindari karena penuaan merupakan

proses alami. Namun ada cara yang dapat dilakukan untuk menjaga keremajaan

kulit dan menunda proses penuaan dini (Basuki, 2001:16).

TINJAUAN PUSTAKA
1.1.

1.3. Antioksidan

Dalam pengertian kimia, senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi

elektron (electron donors). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah

senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam

tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada

senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa

dihambat.

Keseimbangan oksidan dan antioksidan sangat penting karena berkaitan

dengan berfungsinya sistem imunitas tubuh. Kondisi ini terutama untuk menjaga
8

integritas dan berfungsinya membran lipid, protein sel, dan asam nukleat, serta

mengontrol tranduksi signal dan ekspresi gen dalam sel imun. Komponen

terbesar yang menyusun membran sel adalah senyawa asam lemak tak jenuh,

yang diketahui sangat sensitif terhadap perubahan keseimbangan oksidan-

antioksidan (Winarsi, 2007:77). Jenis-jenis antioksidan adalah:

a. Antioksidan yang diproduksi tubuh

Untuk menangkal agen pengganggu kesehatan, tubuh membuat

antioksidan sendiri (dikenal sebagai antioksidan tubuh) yang langsung

menetralkan pengganggu dari luar. Jenis antioksidan ini misalnya glutation,

koenzim Q10 dan melatonin.

b. Enzim antioksidan

Enzim antioksidan berfungsi sebagai pelindung tubuh dari kerusakan

jaringan akibat radikal bebas. Ada tiga jenis enzim antioksidan yang bekerja

sama dalam beberapa langkah untuk menetralkan radikal bebas yang berbeda-

beda, yaitu superoksida dismutase, katalase, dan glutation peroksidase. Untuk

bisa berfungsi melakukan tugasnya, enzim-enzim tersebut membutuhkan trace

mineral tertentu. Superoksida dismutase membutuhkan mangan, tembaga, dan

seng. Katalase membutuhkan besi, dan seng. Dan glutation peroksidase

membutuhkan selenium.

c. Mineral antioksidan

Mineral antioksidan adalah trace element yang berfungsi mengaktifkan

enzim antioksidan tertentu, sehingga seringkali diklasifikasikan sebagai

antioksidan, yaitu selenium, seng, tembaga, besi, dan mangan.


9

d. Vitamin antioksidan

Vitamin antioksidan yang berfungsi sebagai antioksidan, misalnya vitamin

e. Flavonoid, karotenoid, dan xantofil

Antioksidan yang ditemukan sebagai pigmen pada bunga, buah, dan daun,

misalnya likopen, kuersetin, karoten, dan limonene.

f. Antioksidan kelompok lain

Berbagai senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan, misalnya

thiocyanat, dan indole-3-carbinol (Vitahealth:130).

1.4.

1.5. Ekstraksi ( Dicari Penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun 2000 )

1.5.1. Jenis-jenis ekstraksi ( dicari penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun
2000 )

1.6. Krim (dicari penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun 2000)

).( dicari daftar pustaka diatas tahun 2000 ) Sediaan krim memiliki

beberapa kelebihan, diantaranya yaitu mudah menyebar rata, praktis, lebih

mudah dibersihkan atau dicuci dengan air (tipe m/a) dan cara kerja langsung

pada jaringan setempat. Dalam sediaan krim diperlukan zat tambahan sebagai

peningkat penetrasi. Zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah

zat yang terpenetrasi agar dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik

lewat kulit.
14

Ada dua tipe krim, krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air dalam

minyak (A/M). Krim tipe M/A (vanishing cream) mudah dicuci dengan air, jika

digunakan pada kulit, maka akan terjadi penguapan dan peningkatan konsentrasi

dari suatu obat yang larut dalam air sehingga mendorong penyerapannya ke

dalam jaringan kulit. Tetapi pada umumnya orang lebih menyukai tipe A/M,

karena penyebarannya lebih baik, walaupun sedikit berminyak tetapi penguapan

airnya dapat mengurangi rasa panas di kulit (Syamsuni, 2006:102).

1.6.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi sediaan krim (dicari penjelasan dari


daftar pustaka diatas tahun 2000)

1.6.2. Formula sediaan krim

Formula umum sediaan krim yaitu sebagai berikut:

a. Zat berkhasiat

Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan

cara pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat, apakah krim tipe minyak dalam

air atau tipe air dalam minyak (Prima, 2009).

a) dicari penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun 2000)

dicari penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun 2000)

3) Antioksidan (dicari penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun 2000)

4) Pendapar

Pendapar dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan untuk

menjaga stabilitas sediaan. pH dipilih berdasarkan stabilitas bahan aktif.

Pemilihan pendapar harus diperhitungkan ketercampurannya dengan

bahan lainnya yang terdapat dalam sediaan, terutama pH efektif untuk

pengawet. Perubahan pH sediaan dapat terjadi karena perubahan kimia


zat aktif atau zat tambahan dalam sediaan pada penyimpanan karena

mungkin pengaruh pembawa atau lingkungan. Kontaminasi logam pada

proses produksi atau wadah (tube) seringkali merupakan katalisator bagi

pertumbuhan kimia dari bahan sediaan (Prima, 2009).

8
5) Pelembab

Pelembab atau humektan ditambahkan dalam sediaan topikal

dimaksudkan untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit

menyebabkan jaringan menjadi lunak, mengembang dan tidak berkeriput

sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh zat tambahan ini

adalah: gliserol, PEG, sorbitol (Prima, 2009).

6) Peningkat Penetrasi

Zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah zat yang

terpenetrasi agar dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik

lewat dermal (kulit). Syarat-syarat:

a) Tidak mempunyai efek farmakologi.

b) Tidak menyebabkan iritasi alergi atau toksik.

c) Bekerja secara cepat dengan efek terduga.

d) Dapat dihilangkan dari kulit secara normal.

e) Tidak mempengaruhi cairan tubuh, elektrolit dan zat endogen lainnya.

f) Dapat bercampur secara fisika dan kimia dengan banyak zat.

g) Dapat berfungsi sebagai pelarut obat dengan baik.

h) Dapat menyebar pada kulit (Prima, 2009).

7) Zat pewangi dan pewarna (dicari penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun
2000)
19

1.7. Kulit

Kulit adalah suatu organ dengan struktur yang cukup kompleks dan

memiliki berbagai fungsi yang vital. Kulit menutupi dan melindungi permukaan

tubuh, dan bersambung dengan selaput lender yang melapisi rongga-rongga dan

lubang-lubang masuk (Irianto, 2004:233).

1.7.1. Fungsi kulit

Menurut Djuanda dkk (2001: 126-138), secara umum kulit mempunyai

beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu:

1) Fungsi proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik, misalnya

tekanan; gesekan; tarikan; zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan;

gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan UV; gangguan

infeksi luar terutama kuman maupun jamur.

2) Fungsi absorbs

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,

tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu pun yang

larut lemak.

3) Fungsi ekskresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa

metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan ammonia.

4) Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung syaraf sensorik di dermis dan subkutis.

Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini di

dermis dan subkutis. Dingin oleh badan krause. Rabaan oleh taktil

meissner. Tekanan oleh badan vates paccini.

5) Fungsi pengaturan suhu tubuh


Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan

mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.

6) Fungsi pembentukan pigmen

Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel ini

berasal dari rigi syaraf.

7) Fungsi keratinisasi

Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit,

sel langerhans dan melanosit.

8) Fungsi pembentukan vitamin D

Dengan mengubah 7 hidroksi kolesterol dengan bantuan sinar matahari

1.7.2. Anatomi fisiologi kulit

Kulit merupakan organ tubuh yang memiliki luas paling besar, yaitu kira-

kira 1,9 m2 pada orang dewasa (Irianto, 2004:233).

Gambar I.2 Anatomi Kulit Manusia (Agung, 2010)

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan, yaitu:

a. Epidermis atau kutikula


Epidermis adalah bagian terluar kulit. Bagian ini tersusun dari jaringan

epitel skuamosa bertingkat yang mengalami keratinisasi, jaringan ini tidak

memiliki pembuluh darah, dan sel-selnya sangat rapat (Sloane, 2003:85).

Epidermis terbagi lagi menjadi lima lapisan, yaitu :

1) Stratum basalis (germinativum) adalah lapisan tunggal sel-sel yang

melekat pada jaringan ikat dari lapisan kulit di bawahnya dermis.

2) Stratum spinosum adalah lapisan sel spina atau tanduk, disebut demikian

karena sel-sel tersebut disatukan oleh tonjolan yang menyerupai spina.

Spina adalah bagian penghubung intraselular yang disebut desmosom.

3) Stratum granusolum, terdiri dari tiga atau lima lapisan atau barisan sel

dengan granula-granula keratohialin yang merupakan perkusor

pembentuk keratin.

4) Stratum lusidum, adalah lapisan jernih dan tembus cahaya dari sel-sel

gepeng tidak bernukleus yang mati atau hampir mati dengan ketebalan

empat sampai tujuh lapisan sel.

5) Stratum korneum, adalah lapisan epidermis teratas yang terdiri dari 25

sampai 30 lapisan sisik tidak hidup yang sangat terkeratinisasi dan

semakin gepeng saat mendekati permukaan kulit (Sloane, 2003:86).

b. Dermis

Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang terletak di bawah epidermis, dan

merupakan bagian terbesar dari kulit (Graham-Brown, 2005). Dermis tersusun

atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastis (Irianto, 2004:235).

c. Lapisan subkutan atau hypodermis

Lapisan subkutan mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang

terdapat di bawahnya. Lapisan ini mengandung jumlah sel lemak yang beragam,

bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh

darah dan ujung saraf (Sloane, 2003:86).


1.7.3. Permeasi kulit (dicari penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun 2000)
1.7.4. Jenis kulit wajah

Ada 4 jenis kulit wajah, yakni kulit kering, berminyak, normal dan

kombinasi:

1) Kulit kering

Pada jenis kulit kering, kelenjar sebasea dan keringat hanya dalam

jumlah sedikit. Jenis kulit kering mempunyai ciri-ciri penampakan kulit

terlihat kusam.

2) Kulit berminyak

Pada jenis kulit berminyak, kelenjar sebasea dan keringat terdapat dalam

jumlah banyak. Jenis kulit berminyak mempunyai ciri kulit wajah mudah

berjerawat.

3) Kulit normal

Pada jenis kulit normal, jumlah sebasea dan keringat tidak terlalu banyak

karena tersebar secara merata. Ciri jenis kulit normal: kulit tampak

lembut, cerah dan jarang mengalami masalah.


24

4) Kulit kombinasi

Pada jenis kulit kombinasi, penyebaran kelenjar sebasea dan keringat

tidak merata. Jenis kulit kombinasi mempunyai ciri kulit dahi, hidung dan

dagu tampak mengkilap, berjerawat, tetapi kulit dibagian pipi tampak

lembut (Dwikarya, 2003:1-3).

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian ini dibuat sediaan krim wajah dari ekstrak…….Penelitian

yang dilakukan melalui beberapa tahap kerja yang meliputi sortasi basah,

pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, dan penggilingan hingga

diperoleh serbuk kering. Selanjutnya dilakukan penapisan fitokimia untuk

mengetahui senyawa yang terkandung dalam simplisia. Simplisia kemudian

diekstrak dengan pelarut etanol 95% dengan cara maserasi, kemudian

dipekatkan dengan rotary evaporator dan diuapkan dengan penangas air hingga

didapat ekstrak kental.

Pembuatan sediaan krim dibuat dengan menggunakan surfaktan natrium

lauril sulfat dan setostrearil alkohol serta peningkat viskositas yaitu setil alkohol

dengan berbagai konsentrasi. Metode pengumpulan data pada penelitian ini

diperoleh melalui evaluasi organoleptis, homogenitas, penentuan viskositas, pH

sediaan, stabilitas krim, penentuan tipe emulsi, dan uji iritasi.


BAB III

BAHAN, ALAT, DAN HEWAN PERCOBAAN

3.1. Bahan

Ekstrak dari ………, natrium lauril sulfat, propilen glikol, metil paraben,

propil paraben, air suling, setostearil alkohol, setil alkohol, dan butil

hidroksitoluen.

3.2. Alat

Timbangan elektronik, viskometer (Brookfield RVT), termometer, kaca

objek, pH meter Beckham, batang pengaduk, pipet tetes, gelas piala, gelas ukur,

labu ukur, cawan penguap, penangas air, rotary evaporator, oven, maserator,

kapas, kertas saring, lemari pendingin, sentrifugase (Centrifuge PLC Series).

3.3. Hewan Percobaan ( Skema percobaan uji kelinci – Formulasi )

Kelinci jantan galur New Zealand

BAB IV

PROSEDUR PENELITIAN

4.1. Pengumpulan Bahan dan Determinasi Tanaman

Bahan berupa biji kedelai, temulawak diperoleh dari perkebunan Badan

Penelitian Rimpang Obat (BALITRO), Bogor. Determinasi tanaman dilakukan

di

4.2. Penetapan Kadar Air dan Kadar Abu

4.2.1. Kadar air


Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotroph, tahapannya

adalah sebagai berikut :

Tabung penampung dan kondensor dibilas dengan air, kemudian

dikeringkan dalam oven dan dimasukkan 200-300 ml toluen yang telah

dijenuhkan dengan aquadestilata ke dalam labu destilasi tersebut. Sejumlah

simplisia dimasukkan ke dalam labu bundar. Labu perlahan-lahan dididihkan

selama lebih kurang 15 menit. Serpihan porslen ditambahkan, setelah mendidih,

suling dengan kecepatan 2 tetes/detik hingga sebagian besar air tersuling

kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan menjadi 4 tetes/detik. Setelah semua

air tersuling, dibilas bagian dalam kondensor dengan toluen, selanjutnya

dilanjutkan penyulingan selama 5 menit, kemudian pemanasan dihentikan.

Tabung penerima didinginkan sampai suhu kamar. Tetesan air yang menempel

27
28

pada dinding tabung penerima dihilangkan. Air dan toluen dibiarkan memisah

dalam tabung penerima, mengamati volume air dalam tabung penerima dan

menghitung kadar air dalam persen (Anonim, 2000).

Kadar air %= mL x Bj air (g/mL)

x 100% (1)
Berat bahan awal (g)

4.2.2. Kadar abu total

Cawan platina ditimbang dengan teliti, kemudian serbuk daun gambir yang

telah ditimbang dengan seksama seberat kurang lebih 2 gram dimasukkan ke dalam

krus dan ditimbang kembali. Cawan platina tersebut kemudian dipijar pada

oven (tanur pemanas) pada suhu 600 0C hingga diperoleh isi berupa abu putih
dengan berat yang konstan.

Kadar abu total = x 100% (2)

4.3. Penapisan Fitokimia

4.3.1. Uji alkaloid

Simplisia ditempatkan pada tabung reaksi lalu diasamkan dengan asam

klorida 2N, lalu disaring. Filtrat dibasakan dengan larutan amonia 10%,

kemudian ditambahkan kloroform dan dikocok kuat-kuat. Lapisan kloroform

disaring, kemudian ditambahkan asam klorida 2N lalu dikocok kuat-kuat sampai

terdapat dua lapisan kembali. Lapisan asam dipipet dan dibagi kedalam tiga

tabung, pada tabung 1 ditambahkan pereaksi Mayer apabila timbul endapan

putih atau kekeruhan menandakan positif alkaloid, pada tabung 2 ditambahkan

pereaksi Dragendorff apabila timbul endapan jingga-kuning atau kekeruhan

menandakan positif alkaloid, dan tabung 3 digunakan sebagai blangko.


29

4.3.2. Uji flavonoid

Simplisia ditempatkan pada tabung reaksi lalu ditambahkan air 5-10 ml,

kemudian dicampur dengan serbuk magnesium dan asam klorida 2N, pasif

larutan dicampur dan dipanaskan diatas penangas air selama 5-10 menit

kemudian disaring. Filtrat yang didapat ditambahkan amil alkohol lalu dikocok

kuat-kuat. Apabila timbul warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol

menandakan positif flavonoid.

4.3.3. Uji saponin

Simplisia ditempatkan pada tabung reaksi lalu ditambahkan air 5-10 ml,

kemudian dipanaskan diatas penangas air selama 30 menit, lalu disaring. Filtrat

dibiarkan sampai dingin, lalu dikocok kuat-kuat selama 10 detik dengan arah

vertikal. Apabila muncul busa setinggi ± 1 cm yang bertahan selama 10 menit

dan busa tersebut masih bertahan (tidak hilang) setelah ditambahkan beberapa

tetes asam klorida maka menandakan positif saponin.

4.3.4. Uji fenol

Ke dalam 5 mL larutan ditambahkan beberapa tetes besi (III) klorida.

Terbentuknya warna hijau, biru kehitaman menunjukkan adanya senyawa fenol.

4.3.5. Uji tanin

Simplisia ditempatkan pada tabung reaksi lalu ditambahkan air 5-10 ml,

kemudian dipanaskan diatas penangas air lalu disaring. Kepada filtrat

ditambahkan larutan gelatin 1%. Apabila muncul endapan putih menandakan

positif tanin.
30

4.3.6. Uji kuinon

Simplisia ditempatkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan air 5-

10 ml, kemudian dipanaskan diatas penangas air lalu disaring. Kepada filtrat

ditambahkan larutan kalium hidroksida 5%. Apabila timbul warna kuning hingga

merah menandakan positif kuinon.

4.3.7. Uji steroid dan triterpenoid

Simplisia ditambahkan eter kemudian digerus dan disaring hingga halus.

Filtrat ditempatkan dalam cawan penguap dan dibiarkan menguap sampai

kering, lalu ditambahkan larutan pereaksi Liebermann Burchard. Apabila timbul

warna merah-ungu menandakan positif triterpenoid, sedangkan apabila timbul

warna hijau-biru menunjukkan positif steroid.

4.4. Ekstraksi

Sampel yang telah dikeringkan dan dihaluskan kemudian direndam dalam

pelarut etanol 95% dan dikocok. Sampel tersebut direndam selama 1x24 jam

menggunakan etanol 95%. Perlakuan ini diulang hingga 3 kali. Setelah 3 kali, filtrat

yang didapat kemudian diuapkan dengan rotary evaporator tekanan rendah

pada suhu 35-400C sehingga didapat ekstrak kental etanol. Kemudian diuapkan

dengan penangas air hingga didapat ekstrak kering.

Rendemen ekstrak kering dihitung dengan rumus:

Rendemen =
x 100% (3)
31

4.5. Pembuatan Sediaan Krim

Setostearil alkohol, setil alkohol, dan BHT dicampurkan ke dalam fasa

kemudian dipanaskan di atas penangas air hingga suhu 60 0C. Kemudian ekstrak

Kacang kedelai dan temulawak, natrium lauril sulfat, propilen glikol, metil

paraben, dan propil paraben ditambahkan ke dalam fasa air dipanaskan hingga

suhu 600C di atas penangas air. Dua fasa yang telah dipanaskan kemudian

dicampurkan dalam kemudian diaduk menggunakan dengan kecepatan 9000

rpm sampai terbentuk massa krim yang homogen.

4.6. Evaluasi Sediaan Krim

Evaluasi krim meliputi organoleptis, homogenitas, penentuan viskositas,

pH sediaan, stabilitas krim, penentuan tipe emulsi, dan uji iritasi.

4.6.1. Organoleptis

Pengamatan organoleptis yang dilakukan terhadap krim dengan

mengamati perubahan bentuk, warna, dan bau pada sediaan yang baru dibuat dan

setelah disimpan selama 7, 14, 21, dan 28 hari.

4.6.2. Homogenitas

Evaluasi homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan tipis-tipis sediaan

krim yang dibuat pada kaca objek kemudian diamati homogenitas sediaan.

4.6.3. Penentuan viskositas

Penentuan viskositas sediaan krim dilakukan dengan menggunakan alat

viskometer Brookfield RVT dengan spindle yang sesuai. Spindle dimasukkan


32

dalam sediaan sampai batasnya terendam. Pengukuran dilakukan pada sediaan

yang baru dibuat dan yang telah disimpan selama 7, 14, 21, dan 28 hari.

4.6.4. Pengukuran pH sediaan

Sediaan diukur pHnya menggunakan pH meter Beckham. Ditimbang

seksama sejumlah tertentu krim dimasukkan dalam gelas beker ditambahkan

30ml akuades sedikit demi sedikit, diaduk sampai larut, diukur pH-nya dengan

pH meter yaitu dengan mencelupkan anoda dan katoda kedalam larutan tersebut

kemudian dilihat pada LCD display sampai tanda “drift” pada layar hilang dan

dicatat hasilnya. Pengukuran dilakukan pada sediaan yang baru dibuat dan yang

telah disimpan selama 7, 14, 21, dan 28 hari.

4.6.5. Stabilitas krim

1) Uji Frezee-Thaw

Sediaan dimasukkan ke dalam vial kemudian dilakukan pada 2 kondisi yang


0
berbeda yaitu pada 4 C selama 24 jam, lalu dipindahkan ke dalam oven dengan

0
suhu 40 C selama 24 jam (1 siklus). Sediaan dikatakan stabil jika selama 6-8

siklus tidak terdapat tanda-tanda pemisahan.

2) Sentrifugasi

Dilakukan kestabilan sediaan melalui pengamatan pemisahan fase dalam,

terbentuknya krim atau penggumpalan dengan menggunakan sentrifugase

selama 5 jam dengan kecepatan 3000 rpm. Sentrifugasi Becher menyatakan

bahwa sentrifugasi pada 3750 rpm dalam suatu radius sentrifugasi 10 cm

selama 5 jam setara dengan efek gravitasi selama 1 tahun.


33

3) Uji stabilitas pada suhu 400C

Sediaan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40 0C kemudian

dilakukan pengukuran pH dan viskositas sediaan.

4.6.6. Penentuan tipe emulsi

Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan uji pengenceran. Dilakukan

dengan mengencerkan emulsi air. Jika emulsi tercampur baik dengan air, tanpa

memperlihatkan ketidakcampuran maka tipe emulsi adalah m/a. Hal ini dapat

dilakukan dengan mikroskop untuk memberikan visualisasi yang lebih baik.

4.6.7. Uji iritasi

Untuk menjamin keamanan penggunaan krim maka dilakukan uji iritasi

kulit pada kelinci galur New Zealand. Uji iritasi kulit dilakukan pada 3 ekor

kelinci Albino galur New Zealand sehat dengan bobot 2 kg. Bagian punggung

kelinci dibersihkan dari bulu dengan menggunakan tondus listrik dan veet cream.

Proses pencukuran dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya luka

karena kontak dengan alat cukur. Setelah proses pencukuran, kelinci

diistirahatkan selama 24 jam.

Pada masing-masing punggung kelinci, ditetapkan daerah uji dan daerah

kontrol. Pada daerah uji dibuat goresan sepanjang 2 cm dengan lanset steril yang

hanya mencakup epidermis dan tidak mencapai dermis. Pada daerah kontrol dan

daerah yang digores, dioleskan krim sebanyak 0,5 g. Masing-masing daerah

yang telah diberi krim ditutup dengan kasa steril, kertas selofan, kapas steril, dan

diplester dengan plester hypoalergik, kemudian punggung kelinci dibalut perban.


34

Evaluasi terjadinya eritema dan udem dilakukan setelah 24 jam dan 72 jam

pemberian sediaan uji (Wattimena & Siregar, 1986:104-111). (dicari penjelasan dari
daftar pustaka diatas tahun 2000)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pengumpulan dan Determinasi Kacang kedelai dan temulawak

Pada penelitian ini Kacang kedelai dan temulawak yang digunakan

diperoleh dari BALITRO kemudian dilakukan determinasi. Determinasi

dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas botani tumbuhan yang

digunakan dalam penelitian. Determinasi dilakukan di. Hasil dari determinasi

menyatakan bahwa Kacang kedelai dan temulawak. Hasil determinasi dapat

dilihat pada (Lampiran 1).

5.2. Penetapan Kadar Air dan Kadar Abu

Penetapan kadar air ditentukan untuk mengetahui jumlah air yang

terkandung dalam simplisia dan kadar abu ditentukan untuk mengetahui

senyawa anorganik yang terkandung.

Tabel IV.1 Hasil pengujian kadar air dan kadar abu


Daun gambir
Uji
Hasil pengujian (%) Hasil MMI (%)
Kadar air 7.216 ≤ 10
Kadar abu 5.675 ≤ 10
Nilai kadar air yang melewati batas dapat mempengaruhi pada formulasi karena

banyaknya kadar air dapat menyebabkan pertumbuhan mikroba sehingga sediaan


menjadi tidak tahan lama. Dari tabel di atas dilihat hasil dari penetapan kadar air

pada daun gambir ini yaitu 7,216%. Hasil yang didapat tidak melewati batas nilai

35
36

kadar air yang sesuai dengan MMI, maka nilai kadar air pada simplisia daun

gambir yang digunakan masih aman.

Pada kadar abu, kadar abu total yang diperoleh tidak boleh memiliki nilai

yang tinggi. Apabila kadar abu total tinggi, maka sediaan yang dibuat dapat

berbahaya karena kadar abu total menunjukkan jumlah logam-logam alkali dan

logam-logam tanah serta silikat yang terkandung dalam simplisia. Hasil kadar

abu total yang didapat pada pengujian adalah sebesar 5,765%, nilai tersebut

masih dalam standar simplisia yang tercantum pada MMI.

5.3. Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia pada simplisia daun gambir ini dimaksudkan untuk

mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung pada daun gambir dan

memastikan adanya kandungan senyawa yang diindikasi sebagai senyawa yang

berefek sebagai antioksidan.

Dari hasil pengujian senyawa-senyawa yang terkandung dalam daun

gambir ini didapatkan hasil positif pada senyawa alkaloid yang ditandai dengan

terbentuknya warna jingga keruh. Senyawa tanin terkandung juga dalam daun

gambir karena hasil positif dengan adanya endapan putih. Kemudian adanya

sedikit busa di atas permukaan ketika dikocok menunjukkan adanya saponin.

Senyawa fenol ditunjukkan dengan adanya warna biru kehitaman dan adanya

warna merah merupakan tanda dari positif senyawa kuinon. Steroid dan

triterpenoid pun terkandung dalam daun gambir ditunjukkan dengan adanya

warna hijau kebiruan. Dan senyawa yang merupakan senyawa yang memiliki
37

antioksidan yaitu flavonoid memberikan hasil positif terdapat dalam daun

gambir dengan adanya warna jingga. Data dapat dilihat pada (Lampiran 2).

5.4. Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan secara kimia atau fisika sejumlah bahan dari

simplisia menggunakan pelarut. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua

komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi dilakukan dengan cara

maserasi sebanyak 500 gram simplisia daun gambir dengan menggunakan

pelarut etanol 95%. Dari hasil ekstraksi menghasilkan 70,14 gram ekstrak kental

dengan rendemen 14,028%

Rendemen = x 100%
= x 100%

= 70,14 gram x 100%


500 gram
= 14,028 %

5.5. Pembuatan Krim (dicari penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun 2000)
Penggunaan setil alkohol dalam sediaan berfungsi mengontrol laju

pengendapan

dan meningkatkan viskositas krim. Formulasi krim dapat dilihat pada

(Lampiran 3).

Pembuatan dilakukan dengan pertama menimbang semua bahan sesuai yang

dibutuhkan. Kemudian memanaskan fasa minyak , setostearil alkohol, setil alkohol,

dan BHT serta memanaskan fasa air yaitu natrium lauril sulfat, propilen glikol, metil

paraben, propil paraben, dan ad 100 mL air suling di atas


penangas air sampai suhu mencapai 600C. Tujuan pemanasan sampai dengan suhu

60°C adalah agar zat-zat tambahan bercampur dengan sempurna dan suhu yang

tidak terlalu tinggi ini tidak merusak zat-zat tambahan. Setelah mencapai suhu

600C fasa minyak dan air didiamkan sebentar sampai hangat kemudian pada fasa

air ditambahkan ekstrak daun gambir. Penambahan daun gambir setelah

pemanasan adalah agar senyawa antioksidan dalam ekstrak tidak rusak karena

panas yang tinggi. Setelah itu semua fasa dimasukkan ke dalam matkan

kemudian diaduk dengan ultra turrax, gambar ultra turrax dapat dilihat pada

(Lampiran 4) dengan kecepatan 9000 rpm sampai terbentuk massa krim yang

homogen. Gambar sediaan krim dapat dilihat pada gambar (Lampiran 5).

5.6. Pengamatan Sediaan Krim

Sediaan krim dari ekstrak daun gambir dan yang dihasilkan kemudian

dievaluasi selama 28 hari yaitu pada pertama kali sediaan krim dibuat, hari ke 7,

14, 21, dan 28 diperoleh hasil sebagai berikut:

5.6.1. Organoleptis

Setiap formula krim diamati organoleptis yang meliputi bau dan warna

sediaan selama penyimpanan 28 hari. Pada pembuataan sediaan, air yang

digunakan dapat mempengaruhi bau sediaan. Dimana sebaiknya air yang

digunakan harus didestilasi dihilangkan garam-garam, sisa besi, dan tembaga

yang berbahaya karena dapat mempercepat ketengikan. Kandungan ekstrak dan

basis yang digunakan yaitu virgin coconut oil (VCO) juga dapat mempengaruhi

bau sediaan.

Umumnya dapat terjadi kerusakan pada minyak berupa ketengikan, yang

diartikan sebagai kerusakan atau perubahan bau dan rasa dalam minyak. Kerusakan

tersebut dapat disebabkan oleh air, cahaya, panas, oksigen, logam, asam, basa, dan

enzim (Alamsyah, 2005:63). Karena itu penambahan antioksidan harus dilakukan


dalam formula. Antioksidan yang digunakan adalah butil hidroksitoluen (BHT).

Sediaan krim yang dibuat pada semua formula memiliki bau khas yaitu campuran

bau virgin coconut oil (VCO) dengan bau daun gambir. Sampai dengan

penyimpanan hari ke 28 bau khas krim tidak menunjukkan perubahan. Hal tersebut

menunjukkan tidak terjadi ketengikan pada minyak maupun dari bau ekstrak dan

antioksidan yang ditambahkan bekerja tepat dalam mencegah ketengikan. Warna

sediaan krim yang dibuat adalah krem. Dari pengamatan yang dilakukan, pada hari

ke 21 krim mulai mengalami ketidakstabilan bentuk dan mulai ditumbuhi mikroba

pada bagian permukaan dengan adanya lapisan coklat pada krim 1 dan 3.

Pertumbuhan mikroba terjadi karena faktor penyimpanan yang kurang baik. Selain

itu sediaan yang

mengandung bahan alam umumnya dapat mudah ditumbuhi mikroba yang tidak

hanya berasal dari ekstrak namun dapat juga disebabkan pengaruh luar seperti

udara, air yang digunakan maupun zat lain yang digunakan dalam pembuatan

krim. Untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroba maka ditambahkan

pengawet pada formula. Pengawet yang digunakan adalah kombinasi metil

paraben dan propil paraben dengan penambahan propilenglikol. Tumbuhnya

mikroba disebabkan karena menurunnya aktivitas antimikroba metil paraben

dengan propil paraben. Krim juga mulai berubah warna menjadi agak coklat. Hal

ini disebabkan terjadinya ketidakstabilan pada penyimpanan. Tabel hasil

pengamatan tiap minggunya dapat dilihat pada tabel (Lampiran 6).

5.6.2. Homogenitas

Pengamatan homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan

yang dibuat homogen atau tidak. Pengamatan ini dilakukan dengan mengoleskan

tipis krim pada kaca objek kemudian dilihat dengan mikroskop. Semua formula

menunjukkan homogenitas yang baik. Gambar homogenitas dapat dilihat pada

(Lampiran 7).
5.6.3. Penentuan viskositas (dicari penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun
2000)

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28

Formula 1 Formula 2 Formula 3


Formula 4 Formula 5

Gambar V.1 Hasil pengamatan viskositas krim selama penyimpanan 28 hari

Pengujian viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield

RVT, gambar viskometer dapat dilihat pada (Lampiran 8). Hasil pengamatan

yang didapat selama penyimpanan 28 hari menunjukkan perubahan nilai

viskositas yang menurun namun tidak terlalu tajam. Meskipun nilai semakin

menurun namun masih dalam rentang persyaratan viskositas sediaan. Turunnya

nilai viskositas dapat dipengaruhi oleh zat pengental, surfaktan yang dipilih,

proporsi fase terdispersi, dan ukuran partikel. Ketika proporsi fase terdispersi

menurun, maka viskositas emulsi akan menurun.

Viskositas tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar kemana-mana

dipermukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu

berminyak. Sediaan krim harus bisa menutup permukaan kulit, menutup

stractum corneum mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit dan

mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar

pengeluaran panas badan tetap terjadi.


42

Sediaan krim formula 1 menunjukkan nilai viskositas yang paling tinggi.

Viskositas formula 1 lebih tinggi disebabkan karena kekentalan yang lebih kental

dari pada formula lainnya. Karena komposisi pengentalnya yang lebih banyak yang

ditambah setil alkohol dengan konsentrasi paling banyak. Dan formula 5 memiliki

kekentalan yang lebih rendah karena pada formula 5 tidak ditambahkan setil alkohol

lagi. Dan pada formula 5 menunjukkan perubahan viskositas yang paling stabil.

Data pengamatan viskositas dapat dilihat pada (Lampiran 9).

5.6.4. Pengukuran pH sediaan

Pada pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter.

Rentang pH sediaan yang sesuai dengan rentang pH fisiologis kulit yaitu antara

4,5-6,5 (Tranggono, 2007:20). pH sediaan perlu diamati untuk memastikan

kestabilan sediaan. Jika terlalu asam akan menyebabkan iritasi pada kulit, dan

jika terlalu basa akan menyebabkan gatal-gatal pada kulit dan kulit menjadi

bersisik. Karena itu seharusnya pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat

mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu antara 4.5-6.5 demikian dapat disebut

sediaan dengan pH-balanced (Tranggono,2007:78).

8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 7 14 21 28

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5

Gambar V.2 Pengukuran pH selama penyimpanan 28 hari


43

Pada pengukuran nilai pH pada sediaan yang baru dibuat dan yang telah

disimpan selama 7, 14, 21, dan 28 hari menunjukkan nilai pH yang kurang stabil

karena terjadi penurunan nilai pH sedikit. Hal ini disebabkan karena faktor

penyimpanan dan udara yang berada disekitar penyimpanan sehingga dapat

menurunkan nilai pH. Namun nilai pH selama 28 hari penyimpanan masih

berada dalam batas nilai pH yang ditentukan. Dari grafik di atas dapat dilihat

bahwa pada formula 5 memiliki nilai pH yang paling stabil. Tabel pengukuran

pH dapat dilihat pada (Lampiran 10).

5.6.5. Stabilitas krim

a. Uji Frezee-Thaw

(dicari penjelasan dari daftar pustaka diatas tahun 2000)

b. Sentrifugasi

Uji sentrifugasi merupakan penetapan hokum Stokes dimana peningkatan

gaya gravitasi akan mengakibatkan peningkatan laju pengendapan. Gaya gravitasi

yang ditingkatkan melalui cara sentrifugasi mengakibatkan peningkatan laju

creaming. Pengamatan pemisahan fase dengan metode sentrifugasi dilakukan pada

kecepatan putaran 3000 rpm selama 5 jam. Pada pengamatan ini, kelima formula

krim tidak menunjukkan adanya dua fase yang terpisah (creaming) melainkan tetap

terdispersi sempurna. Kelima formula menunjukkan bahwa sediaan krim stabil.

c. Uji stabilitas pada suhu 400C

Kelima sediaan krim dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40 0C.

Kemudian tiap minggunya dilakukan pengujian viskositas dan pH pada sediaan.

6000

5000
4000 Formula 1
Formula 2
3000
Formula 3
2000 Formula 4
Formula 5
1000

0
7 14 21 28

Gambar V.3 Viskositas stabilitas suhu 40˚C

5 Formula 1
Formula 2
4
Formula 3
3
Formula 4
2 Formula 5
1

0
7 14 21 28

Gambar V.4 pH sediaan selama penyimpanan suhu 40˚C

Dari hasil didapatkan nilai viskositas yang sedikit menurun. Peningkatan suhu

dapat berpengaruh terhadap stabilitas sediaan dimana daya tahan emulsi akan

terganggu pada suhu tinggi, yang mengurangi viskositas dan meninggikan gerak

fase terdisper. Proses peningkatan suhu akan meningkatkan pergerakan dan

fleksibilitas molekul sehingga viskositas akan turun. Namun dari kelima formula

penurunan viskositas masih meunjukkan kestabilan sediaan. Nilai viskositas

dapat dilihat pada (Lampiran 9). Kemudian terjadi juga penurunan pH namun

tidak begitu berarti dan masih dalam batas pH yang sesuai dengan persyaratan

pH kulit. pH dapat dilihat pada (Lampiran 10).

5.6.6. Penentuan tipe emulsi


Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan uji pengenceran dengan

mengencerkan emulsi air. Dimana emulsi tercampur baik dengan air, tanpa

memperlihatkan ketidakcampuran maka dari itu tipe emulsi adalah m/a. Tipe

emulsi sesuai dengan tipe krim yang dibuat.

5.6.7. Uji iritasi

Pengujian iritasi kulit dilakukan kepada 3 ekor kelinci albino galur New

Zealand jantan dengan bobot 2 kilogram. Kelima sediaan krim diujikan iritasinya

pada kulit kelinci. Gambar kelinci dapat dilihat pada (Lampiran 13). Pengujian

dilakukan dengan mengamati adanya eritema dan udema pada kulit kelinci yang

diberikan perlakuan.

Eritema adalah kemerahan pada kulit akibat kongesti pembuluh darah

kapiler dan udema adalah cairan yang abnormal di ruang interseluler tubuh

(Dorland, 2002:761). Dari pengamatan yang dilakukan pada waktu 24 jam dan

72 jam, ketiga kelinci tidak menunjukkan terjadinya udema dari masing-masing

formula. Eritema terjadi pada saat pengamatan waktu 24 jam dan pada

pengamatan waktu 72 jam eritema tidak tampak lagi yang menandakan kulit

sudah kembali pulih, gambar iritasi dapat dilihat pada (Lampiran 14).

Kemudian dihitung nilai Indeks Iritasi Primer Kutan (IIPK) dari hasil

pengamatan eritema dan udema pada masing-masing formula berdasarkan nilai

eritema dan udema seperti yang terdapat pada (Lampiran 15). Berdasarkan nilai

yang didapat dari perhitungan IIPK formula 1 dan 3 memiliki nilai IIPK yang

paling kecil yaitu 0,111. Kemudian nilai IIPK pada formula 2 dan formula 5

sebesar 0,138, dan nilai IIPK terbesar adalah pada formula 4 yaitu 0,167,

perhitungan nilai IIPK dapat dilihat pada (Lampiran 16). Namun berdasarkan

klasifikasi IIPK keseluruhan nilai pada masing-masing formula berarti hampir

tidak mengiritasi kulit seperti tercampum pada (Lampiran 12).


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari pengujian pada kelima formula dari ekstrak Kacang

kedelai dan temulawak, formula 5 yang mengandung 1% natrium lauril sulfat

dan 9% setostearil alkohol formula dengan bentuk yang paling stabil diantara

keempat formula lainnya. Dari pengamatan iritasi pada kulit kelinci, kelima

sediaan krim menunjukkan nilai hampir tidak mengiritasi kulit dengan formula 1

dan 3 yang memiliki IIPK terkecil 0,111.

6.2. Saran

Disarankan pada pembuatan sediaan krim ekstrak Kacang kedelai dan

temulawak untuk melakukan uji kandungan senyawa antioksidan untuk

memastikan adanya kandungan senyawa antioksidan pada sediaan. Kemudian

disarankan melakukan pengujian iritasi pada mata hewan percobaan untuk

mengetahui ada tidaknya iritasi pada mata. Dan pada perlakuan untuk uji iritasi

kulit harus dipastikan tidak ada bulu yang tersisa pada saat pencukuran karena

untuk diumpamakan dengan kulit wajah yang tidak memiliki bulu yang banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Agero, AL and Verallo-Rowell VM. (2004). “A randomized double-blind


controlled trial comparing extra virgin coconut oil as a moisturizer for
mild to moderate xerosis”, Dermatitis.
Agromedia, (2008). Buku Pintar Tanaman Obat: 431 Jenis Tanaman
Penggempur Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Agung, 2010, Anatomi Tubuh Manusia Secara Umum.
(http://athoenk46.wordpress.com/2010/02/26/anatomi-tubuh-manusia/ )
diunduh pada tanggal 28 april 2011.
Aiache, J.M., 1993, Farmasetika 2 Biofarmasi, Ed ke-2, Terjemahan Widji
Soeratri, Airlangga University Press, Surabaya.
Akagawa, M. and K. Suyama. (2001). Amine xidase lie activity of flavonoid,
Europe Journal Biochemryist.
Alamsyah, A. N. (2005). Virgin Coconut Oil Minyak Penakluk Aneka Penyakit,
Agro Media Pustaka, Bogor.
Ansel, C.H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi IV, UI Press, Jakarta.
Basuki, K. S. (2001). Pedoman Untuk Merawat dan Merias Wajah ala Salon
Kecantikan : Tampil Cantik dengan Perawatan Sendiri, Gramedia,
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (1979). Farmakope Indonesia, ed.3, Direktorat
Jendral P.OM., Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (1986). Sediaan Galenik, Direktorat Jendral P.OM.,
Jakarta.
Djuanda, S dan S. A. Sularsito (2002). Dermatitis, Dalam: Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin, Ed. 3, Djuanda, dkk. eds. FK UI, Jakarta.
Dorland. W. A. Newman. (2002). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC,
Jakarta.
Dwikarya, Maria. (2003). Cara Tuntas Membasmi Jerawat, Kawan Pustaka,
Depok.
Harry, R.G. (1973). Harry’s Cosmeticology, Leonard Hill Books An intertext
Publ., London.
Irianto, Kus. (2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia, Yrama Widya,
Bandung.
Joshita. (1998). Stability Testing of Cosmetics Product. Personal Care Ingredients
Asia Conference Paper, Step Exhibitions Limited, Tumbridge Wells. p.
Keplinger, Klaus, Gerhard Laus, Martin Wurm, Manfred P. Dierich, Herwig
Teppner. [1999]. Uncaria Gambir Roxb. – Ethonomedicinal use and new
pharmacological, toxicological and botanical results, Journal of
Ethnopharmacology, 64 : 24
Lachman, L., Lieberman, H.A., dan J.L. Kanig. (1994) Teori dan Praktek
Farmasi Industri, Edisi ketiga, Penerbit UI, Jakarta.

48
49

Lachman, L., Lieberman, H.A., dan J.L. Kanig. (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri, Jilid 2, Edisi ketiga, Penerbit UI, Jakarta.
Lemmens, R.H.M.J., Soetjipto, N.W. (1999). Sumber Daya Nabati Asia
Tenggara 3: Tumbuh-Tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tannin, Prosea
Indonesia, Bogor.

Lucida, Henny, Salman, M. Sukma Hervian. (2008). UJI DAYA PENINGKAT


PENETRASI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) DALAM BASIS
KRIM, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13.
Luriana, Metta, 2010, Formulasi Sediaan Krim Wajah Mengandung Ekstrak
Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) [Skripsi], Program Studi Farmasi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam
Bandung, Bandung.
Martin, A. (1993). Farmasi Fisika : Dasar-dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu
Farmasetik, Terjemahan Yoshita, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Pangkahila, Wimpie. (2007). Anti-Aging Medicine : Memperlambat Penuaan,
Meningkatkan Kualitas Hidup, Kompas, Jakarta, 24.
Priamdiati, R. (2002). Aromaterapi, PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Prima. (2009). Cream. (http://www.x3-prima.com/2009/05/cream.html ) diunduh
pada tanggal 25 april 2011.
Rauf, Rusdin, Umar Santoso, Suparmo. (2010). AKTIVITAS PENANGKAPAN
RADIKAL DPPH EKSTRAK GAMBIR (Uncaria gambir Roxb.),
AGRITECH, Vol. 30, No. 1.
Sahirar, Shobikh. (2010). Khasiat Tanaman Obat.
(http://shobikhsahirar.blogspot.com/2010/08/khasiat-tanaman-obat.html )
diunduh pada tanggal 28 april 2011.
Sloane, Ethel, 2003, Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula, terjemahan James
Veldman, EGC, Jakarta.
Soraya, N. (2006). Cantik dengan VCO, Agro Media Pustaka, Jakarta.
Sudjadi. (1988). Metode Pemisahan, Edisi I, Kanisius, Yogyakarta.
Susanto, A.B. dan R. Masri Sareb Putra. (2010) 60 Management Gems :
Applying Management Wisdom In Life, Gramedia, Jakarta.
Syah, A.N.A., (2005). Virgin Coconut Oil Minyak Penakluk Aneka Penyakit,
Agro Media Pustaka, Jakarta.
Syamsuni, Haji. (2006). Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC,
Jakarta.
Tranggono, Iswari Retno. Dr. (2007). Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Vitahealth, Seluk Beluk Food Supplement, Gramedia, Jakarta.
Wattimena, J.R. & C.J.P. Siregar (Eds.). (1986) Beberapa Aspek Pokok
Pengujian Mutu Perbekalan Farmasi, PPOM, Depkes RI.
Wade, A. and P. J. Weller (Eds). (1994). Handbook of Pharmacetical Excipient,
2nd ed., The Pharmaceutical Press, London.
Winarsi, Hery. (2007). Antioksidan Alami & Radikal Bebas, Kanisius,
Yogyakarta.
LAMPIRAN
50

Lampiran 1
SURAT DETERMINASI
51

Lampiran 2
PENAPISAN FITOKIMIA
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia
Golongan senyawa kimia Simplisia daun gambir Keterangan
Alkaloid Pereaksi Dragendorff = jingga keruh
Flavonoid ₊ Jingga
Fenol ₊ Biru kehitaman
Tanin ₊ Endapan putih
Kuinon ₊ Merah
Saponin ₊ Timbul busa

Steroid dan triterpenoid ₊ Hijau kebiruan
Keterangan:
+= terdeteksi
-= tidak terdeteksi
52

Lampiran 3
FORMULASI
Tabel 1 Formulasi sediaan krim
Formulasi
Bahan
F1 F2 F3 F4 F5
VCO 20 20 20 20 20
Natrium lauril sulfat 0,3 0,4 0,5 0,75 1
Setostearil alkohol 2,7 3,6 4,5 6,75 9
Setil alkohol 6,3 5,4 4,5 2,25 −
Propilen glikol 10 10 10 10 10
Metil paraben 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18
Propil paraben 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
BHT 0,053 0,053 0,053 0,053 0,053
Ekstrak daun gambir 1 1 1 1 1
Air suling ad 100 100 100 100 100
Keterangan:
-= tidak diberikan bahan tersebut
53

Lampiran 4
ULTRA TURRAX

Gambar 1 Ultra turrax (IKA T25 Digital)


54

Lampiran 5
SEDIAAN KRIM

Gambar 1 Sediaan Krim dari Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb.) dan basis VCO
55

Lampiran 6
ORGANOLEPTIS
Tabel 1 Hasil pengamatan organoleptis krim selama 28 hari
Pengamatan Organoleptis

Waktu F1 F2 F3 F4 F5
(hari)
B W M B W M B W M B W M B W M

0 - Krem -- - Krem -- - Krem -- - Krem -- - Krem --

7 - Krem -- - Krem -- - Krem -- - Krem -- - Krem --

14 - Krem -- - Krem -- - Krem -- - Krem -- - Krem --

21 - Coklat + - Coklat -- - Krem + - Krem -- - Krem --


muda muda
28 - Coklat + - Coklat -- - Coklat + - Krem -- - Krem --
muda muda muda
Keterangan:
B = bau
W = warna
M = pertumbuhan mikroba
- = tidak terjadi perubahan bau
- = tidak terjadi pertumbuhan mikroba
+= terjadi pertumbuhan mikroba
56

Lampiran 7
MIKROSKOPIK HOMOGENITAS

Gambar 1 Formula 1 Gambar 2 Formula 2

Gambar 3 Formula 3 Gambar 4 Formula 4

Gambar 5 Formula 5
57

Lampiran 8
VISKOMETER

Gambar 1 Viscometer Brookfield RV


58

Lampiran 9
VISKOSITAS
Tabel 1 Hasil pengamatan viskositas krim selama 28 hari
Viskositas masing-masing formula
Waktu (hari) Formula
1 2 3 4 5
0 3982 3946 3902 3560 3444
7 3840 3720 3720 3516 3320
14 3460 3612 3612 3156 3108
21 3328 3312 3232 2792 3044
28 3116 3020 3044 2620 2776

Tabel 2 Hasil pengamatan viskositas krim pada suhu 40˚C


Viskositas masing-masing formula
Waktu (hari) Formula
1 2 3 4 5
7 3944 3864 3792 3548 3444
14 3936 3840 3600 3512 3424
21 3824 3640 3792 3428 3416
28 3540 3400 3488 2968 3292
59

Lampiran 10
pH SEDIAAN
Tabel 1 Hasil pengamatan pH sediaan krim selama 28 hari
pH sediaan
Waktu (hari) Formula
1 2 3 4 5
0 6,25 6,20 6,24 6,25 6,24
7 6,19 6,05 6,05 6,17 6,15
14 6,05 6,02 5,98 6,03 6,05
21 5,93 5,92 5,86 5,92 5,94
28 5,60 5,61 5,53 5,62 5,90

Tabel 2 Hasil pengamatan pH sediaan pada suhu 40˚C


pH sediaan
Waktu (hari) Formula
1 2 3 4 5
7 6,20 6,15 6,16 6,19 6,20
14 6,05 6,04 6,04 6,02 6,04
21 5,93 5,93 5,88 5,92 5,91
28 5,62 5,69 5,53 5,67 5,86
60

Lampiran 11
FREZEE-THAW
Tabel 1 Hasil pengamatan freeze-thaw
Formula Pengamatan frezee-thaw
1 stabil tidak ada perubahan
2 stabil tidak ada perubahan
3 stabil tidak ada perubahan
4 stabil tidak ada perubahan
5 stabil tidak ada perubahan
61

Lampiran 12
PARAMETER UJI IRITASI
Tabel 1 Nilai Keadaan Kulit
Eritema Udema
Jenis Nilai Jenis Nilai
Tidak ada eritema 0 Tidak ada udema 0
Sedikit eritema (hampir tidak 1 Udema sangat ringan 1
nampak)) Udema ringan (tepi dan 2
Eritema tampak jelas 2 pembesaran tampak jelas)
Eritema sedang-kuat 3 Udema sedang (ketebalan ± 1 mm) 3
Eritema parah (merah-ungu dan 4 Udema parah (ketebalan > 1 mm 4
ada lecet ringan)) dan melebihi kasa)

Tabel 2 Klasifikasi Indeks Iritasi Primer Kutan


Nilai IIPK Jenis iritasi
0 Tidak mengiritasi
0,04-0,99 Hampir tidak mengiritasi
1,00-1,99 Mengiritasi sangat ringan
2,00-2,99 Mengiritasi ringan
3,00-5,99 Mengiritasi sedang
6,00-8,00 Mengiritasi sedang
62

Lampiran 13
HEWAN PERCOBAAN

Gambar 1 Kelinci albino galur New Zealand


63

Lampiran 14
PENGAMATAN KULIT
Tabel 1 Pengamatan kulit kelinci 1
Keadaan kulit jam ke-
Formula Kelinci
24 72

3 1

5
64

Lampiran 14
(LANJUTAN)
Tabel 2 Pengamatan kulit kelinci 2
Keadaan kulit jam ke-
Formula Kelinci
24 72

3 2

5
65

Lampiran 14
(LANJUTAN)
Tabel 3 Pengamatan kulit kelinci 3
Keadaan kulit jam ke-
Formula Kelinci
24 72

3 3

5
66

Lampiran 15
NILAI INDEKS IRITASI PRIMER KUTAN (IIPK)
Tabel 1 Hasil nilai keadaan kulit pada penentuan sifat iritasi sediaan
Skor pengamatan pada T
Formula Kelinci 24 72
U E U E
1 0 1 0 0
2 0 1 0 1
3 1 0 2 0 0
4 0 2 0 0
5 0 2 0 1
1 0 1 0 0
2 0 1 0 0
3 2 0 1 0 0
4 0 2 0 0
5 0 1 0 0
1 0 2 0 0
2 0 2 0 0
3 3 0 1 0 0
4 0 2 0 0
5 0 1 0 0
Jumlah
skor 22 2
Keterangan:
U = udema
E = eritema
67

Lampiran 16
PERHITUNGAN INDEKS IRITASI PRIMER KUTAN (IIPK)

Nilai Indeks Iritasi Primer Kutan (IIPK) diperoleh dari perhitungan sebagai
berikut:
IIPK = jumlah skor efek 24 jam + 72 jam : jumlah
kelinci n
Keterangan: n= banyak jumlah pengamatan
1. IIPK F1 = 4 + 0 : 3
12
= 0,111 (hampir tidak mengiritasi)
2. IIPK F2 = 4 + 1 : 3
12
= 0,138 (hampir tidak mengiritasi)

3. IIPK F3 = 4 + 0 : 3
12
= 0,111 (hampir tidak mengiritasi)

4. IIPK F4 = 6 + 0 : 3
12
= 0,167 (hampir tidak mengiritasi)

5. IIPK F5 = 4 + 1 : 3
12
= 0,138 (hampir tidak mengiritasi)

Anda mungkin juga menyukai