Masalah Spiritual Lansia
Masalah Spiritual Lansia
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan
pengetahuan dalam masalah dan terapi spiritual pada lansia
BAB II
PEMBAHASAN
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari
proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik
maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan
yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses
penuaan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di
wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh,
merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus
berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta
perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut
kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak
(Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua
adalah fase akhir dari rentangkehidupan.
Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di
ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan
reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut,
kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap
menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan
diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).
4
harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan ,
masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu
menghantui pikiran lanjut usia.
Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya
terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien
lanjut usia melalui agama mereka.
walau notabene perawat belum memiliki skill khusus mengenai terapi ini paling
tidak setiap muslim bisa membaca Al-Quran dan berzikir sehingga tidak terdapat
alas an tidak bisa bagi perawat dalam membimbing pasien.
Terdapat dua metode pelaksanaan terapi ini yang pertama adalah perawat
mengajak lansia untuk mengaji surat-surat pendek secara bersama, perawat
meluangkan waktu sekitar lima belas menit untuk mengaji bersama lansia dan
memberikan kesempatan pada lansia untuk menceritakan sedikit keluhan yang ia
rasakan sepanjang hari tersebut. Selain mengaji bersama kegiatan “curah” antara
klien lansia dengan perawat akan membantu lansia untuk meluapkan perasaan dan
membangun kedekatan serta kepercayaan kepada perawat. Metode kedua adalah
berkumpul bersama melakukan meditasi bersama saling “curhat” antar teman
dengan perawat sebagai pendamping dan advokat bagi klien lansia. Metode kedua
ini cocok diterapkan pada lansia yang tinggal bersama di panti jompo.
7
Kegiatan setelah bangun menjelang shalat subuh ini dilakukan melalui tiga
tahapan yaitu zikir sebelum shalat subuh, shalat subuh dan mindset kegiatan yang
akan dilakukan sehari ini. Kegiatan pertama yaitu berdzikir, kegiatan kedua
setelah dzikir adalah shalat subuh berjamaah, selain pahala yang berlipat yang
didapatkan maka rasa kebersamaan antara perawat dank lien lansia dapat
terbangun dengan baik. Kegiatan ketiga adalah kegiatan yang cukup penting
karena pada kegiatan inilah perawat berperan dalam membantu lansia
membangun mindset kegiatan yang akan dialami dalam sehari ini. Saat mindset
kegiatan keseharian terbangun dengan baik maka klien akan cenderung terbawa
pola piker kebaikan yang akan di alami dan cenderung mindset menjadi sebuah
kenyataan, karena persepsi cenderung membawa aksi. Bila pada penanaman pola
piker kita sebagai perawat menanamkan motivasi spiritual bahwa Allah akan
memberikan kebaikan maka tingkat spiritual kita dalam meyakini kebaikan Allah
dapat meningkat.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada kelompok lansia saat menghadapi sakit dan kematian, lansia lebih
cenderung: mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama, berusaha
untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang
diyakini oleh generasi muda, perasaan kehilangan karrena pension dan tidak aktif
serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa
kesepian dan mawas diri, perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering
dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam
kehidupan dan merasa berharga serta lebih sapat menerima kematian sebagai
sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000)
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA