Usulan Tarif 2018 RS Bojonegoro
Usulan Tarif 2018 RS Bojonegoro
2018
USULAN TARIF
RS BHAYANGKARA TK III BOJONEGORO
TAHUN ANGGARAN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1 Kondisi Umum
Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Bojonegoro merupakan Satuan
Kerja Biddokkes Polda Jatim yang berkedudukan di wilayah Bojonegoro
Jawa Timur yakni Satker yang menyelenggarakan kegiatan Pelayanan
Kesehatan Kepolisian dan Kedokteran Kepolisian untuk mendukung tugas
operasional Polri serta Pelayanan Kesehatan Kepolisian bagi Personel
Polri, Pegawai Negeri Sipil pada Kepolisian Negara Republik Indonesia
beserta keluarganya serta masyarakat umum.
Cikal bakal Rumah Sakit Bhayangkara TK III Bojonegoro adalah
Rumah Dinas Kabag Serse dan KabagBin Polwil Bojonegoro yang sudah
sangat rapuh dan tidak digunakan lagi. Untuk memberdayakan lahan yang
ada tersebut maka atas perintah Kapolwil Bojonegoro KOMISARIS BESAR
POLISI Drs. SUTJIPTADI, MM pada saat itu diadakan gotong royong oleh
anggota Polwil Bojonegoro disertai pembangunan Tempat Perawatan
Sementara (TPS) pada tahun 2001. Kemudian pada Kunjungan Kerja
Kapolri JENDERAL POLISI Drs. DA’I BACHTIAR ke Polwil Bojonegoro
sekaligus peresmian TPS dan Rumah Sakit Bhayangkara seluruh jajaran
pada tanggal 3 Mei 2002.
3. Analisis SWOT
1) Kekuatan ( Strengths)
a) Letak RS. Bhayangkara Bojonegoro yang strategis.
b) Akreditasi lulus tingkat Perdana.
c) Pemakaian system komputerisasi memudahkan
pengolahan data keuangan / billing system.
3) Peluang (Opportunities)
4) Ancaman (Threats)
a) Meningkatnya tuntutan pelanggan terhadap pelayanan
kesehatan yang bermutu.
b) Banyak RS sekitar yang menjadi pesaing.
c) Kemajuan teknologi kedokteran dan teknologi informasi
yang semakin cepat.
2. Perhitungan Biaya
Perhitungan biaya pelayanan berdasarkan kebutuhan biaya suatu
rumah sakit untuk dapat beroperasi, Kebutuhan biaya ini tak cukup
diperoleh dari laporan akuntansi rutin. Suatu analisis biaya perlu dilakukan
untuk mendapatkan kebutuhan biaya total maupun satuan biaya untuk
berbagai pelayanan. Laporan akuntansi rutin tidak mencakup biaya aset
atau peyusutan gedung (nilai guna bangunan), biaya-biaya yang
diperlukan untuk pemeliharaan gedung, pemakaian listrik, dan kebutuhan
jumlah SDM (pegawai dalam pelayanan Rumah Sakit).
Komponen biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
pelayanan di rumah sakit sudah barang tentu dapat diidentifikasi dengan
melakukan analisis biaya. Untuk rumah sakit, komponen utama yang
diperhitungkan adalah biaya usaha/operasional. Komponen kedua yang
penting adalah komponen pelayanan kepada pasien, misalnya pemberian
makanan (gizi pasien), tersedianya linen yang bersih (laundry), peralatan
ruang yang dapat disewakan (berupa bed, kulkas, TV, furniture, dan AC)
yang ada dalam ruang rawat inap, obat-obatan, dan bahan habis pakai.
Perhitungan biaya (Cost) berdasarkan Total Kebutuhan Biaya
(TKB) merupakan cara yang cukup efektif untuk menetukan tarif. Dengan
menghitung total biaya yang dikeluarkan maka rumah sakit diasumsikan
mampu memenuhi kebutuhan pemeliharaan alat medis, pemeliharaan
gedung, pemeliharaan peralatan yang disewakan dalam ruangan,
a. Cost Center (pusat biaya) yang terbagi atas beberapa ruang yaitu:
1) Ruang karumkit
2) Ruang kantor
3) Ruang Perincian
4) Ruang Satpam
5) Instalasi Gizi
6) Rekam Medik
7) Gudang Umum
8) Gudang Obat
9) Laundry
Kebijakan tarif Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro didasarkan pada
perhitungan unit cost dari setiap pelayanan dan kelas perawatan dengan memperhatikan
kemampuan ekonomi masyarakat. Beberapa faktor yang menjadi penetapan tarif di
Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro adalah sebagai berikut :
1. Biaya Satuan Unit (unit cost);
2. Kontinuitas dan pengembangan layanan;
3. Daya beli masyarakat;
4. Asas keadilan dan kepatutan; dan
5. Kompetisi yang sehat.
Kebijakan dari Kementerian Kesehatan dalam penetapan tarif menggunakan pola sebagai
berikut :
Tarif Kelas III = Tarif < unit cost
Tarif Kelas II = Tarif = unit cost (BEP)
Tarif Kelas I = Tarif > unit cost
Tarif Kelas VVIP/VIP = Tarif > unit cost
Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro telah melakukan penghitungan unit
cost terhadap pelayanan kesehatan dengan menetapkan Tarif Rawat Inap dan Rawat
Jalan Break Even Point (BEP) ada di Kelas II, dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Karumkit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro sebagai berikut :
1. Tarif di Kelas III dikenakan paling tinggi sebesar 90% dari tarif Kelas II
2. Tarif di Kelas II dikenakan sebesar 100% dari tarif Kelas II (BEP)
3. Tarif di Kelas I dikenakan paling rendah sebesar 110% dari tarif Kelas II
4. Tarif di VVIP/VIP dikenakan paling rendah sebesar 120% dari tarif Kelas II
Adapun untuk tarif farmasi, diusulkan dengan pola HNA + PPN + margin maksimal 25%
BLU Rumah Sakit Bhayangkara mengusulkan pendelegasian tarif untuk layanan sebagai berikut:
1. Layanan dalam bentuk kontrak kerjasama
2. Layanan penggunaan aset (kendaraan ambulan, lahan parkir, bangunan) dan bimbingan
dan diklat.
BLU Rumah Sakit Bhayangkara juga mengusulkan pengenaan tarif diskon sampai dengan nol
persen dari tarif untuk pasien tertentu, yaitu:
1. Korban bencana alam/kecelakaan tanpa identitas
2. pasien masyarakat umum yang berasal dari keluarga miskin serta bukan merupakan pasien pihak
penjamin.
Adapun untuk era JKN semenjak Januari 2014 pemerintah menetapkan semua rumah sakit
pemerintah termasuk Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Wahyu Tutuko Bojonegoro
untuk ikut berperan dalam BPJS. Dalam hal tarif Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III
Wahyu Tutuko Bojonegoro menyesuaikan paket yang telah ditetapkan oleh Kapolri
sebagai Rumah Sakit Tipe C. Sesuai Permenkes 59 Tahun 2014 tentang standar tarif
Yankes dalam penyelenggaraan JKN.
Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro sebagai rumah sakit yang
mendapatkan tanggung jawab untuk melayani pasien dari semua kalangan baik kalangan
(segmen) menengah keatas maupun kalangan (segmen) menengah kebawah, baik dalam
kelompok pelayanan masyarakat Polri dan keluarganya maupun bagi masyarakat secara
umum serta melayani beberapa perusahaan yang terikat kerjasama (MoU) dengan
Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro baik yang telah berjalan maupun
untuk proyeksi kedepan. Untuk menjawab realitas kondisi ekonomi pasien yang berbeda-
beda dalam menentukan tarif kepada pasien, Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro memiliki Kebijakan Kelas Perawatan terdiri dari kelas perawatan kelas III (tiga)
dan Non kelas III (tiga). Kelas perawatan non Kelas III (tiga) terdiri dari Kelas paviliun /
VIP, Kelas I dan Kelas II.
Berdasarkan pola kebijakan diatas, maka tarif kelas III dan kelas II diperuntukan
untuk pasien menegah kebawah. Sedangkan tarif kelas I dan VIP diperuntukan pasien
Selain dari hal tersebut, indikator yang dapat mengukur terjangkaunya tarif
pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro dapat dilihat dari
meningkatnya jumlah pasien dan BOR (Bed Occupancy Rate) Rawat Inap yang dirawat
di Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro sebagai berikut :
Tabel 5.2. Tabel jumlah pasien rawat jalan dan pasien rawat inap tahun 2014 s/d
tahun 2017.
REALISASI
NO INSTALASI
2014 2015 2016 2017
2018 2019
2015 2016 2017 (Januari- (proyeksi)
NO PENJAMIN September)
IRJA IRNA IRJA IRNA IRJA IRNA IRJA IRNA IRJA IRNA
1 Umum 6.433 1.184 5.059 1.656 1.632 1.106 2.562 1.115 3.522 2.958
2 Inhealt 21 0 93 33 21 5 25 8 30 15
3 BPJS 1.979 2.841 3.006 1.660 1.813 1.415 2.122 7.200 4.850 5.622
Jumlah 8.433 4.025 8.158 3.349 3.466 2.526 4.709 8.323 8.402 8.595
Berdasarkan tabel di atas, secara keseluruhan jumlah pasien instalasi rawat inap
dengan kategori cara bayar umum mengalami penurunan jumlah pasien dari tahun
2015-2017, disebabkan :
- Rumah sakit bhay. Wahyu Tutuko Bojonegoro belum mempunyai dr. penyakit
dalam yang ber SIP sehingga Poli dalam tutup;
- Bertambahnya jumlah rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS;
- Adanya kebijakan aturan pelayanan pasien BPJS yang diperketat;
- Kurangnya sarana dan prasarana Alat Kesehatan.
- Organik Dokter Spesialis Obgyn membuka RS sendiri dan pasien Dokter
tersebut ditarik ke RS nya sendiri.
- Rumah sakit bhay. Wahyu Tutuko Bojonegoro kurang sosialisasi promosi
kesehatan baik ke masyarakat sekitar maupun ke instansi/Lembaga terkait.
- Berkurangnya Insentif pada Dokter Spesialis sehingga ada beberapa dokter
spesialis yang mencabut SIP sehingga Pasien ikut berkurang.
Untuk keseluruhan jumlah pasien instalasi rawat inap dengan kategori cara bayar
umum mengalami penaikkan jumlah pasien dari tahun 2018-2019, disebabkan :
- Penambahan 2 (Dua) Tenaga Dokter Spesialis Dalam yaitu dari WKDS dan
Internal Polri. Pasien yang berobat rawat jalan ke Poli Dalam awal tahun 2018
sangat sedikit karena masyarakat diluar Rumah SAkit belum mengenal Dokter
tersebut.
- Penambahan Dokter Spesialis THT, Dokter Spesialis Jiwa, Dokter Spesialis Urologi
- Penambahan Dokter Mata dan Alkes Mata sehingga Pasien Mata Bertambah banyak
ditambah lagi pasien mata dengan diagnose katarak yang harus dioperasi dan rawat
Tabel 5.2.11 Perbandingan BOR Tahun 2016 dan BOR Tahun 2017
BOR
NO KELAS
2016 2017
Untuk BOR tahun 2016 rata-rata mengalami pengingkatan yaitu tingginya lama
rawat inap pasien di rumah sakit karena belum ada pembatasan plafon rawat inap
BPJS dan juga tenaga perawat minim saat itu. kemudian berlanjut tahun 2017
mengalami peningkatan 91 % karena fasilitas kamar rawat inap yang memadai
seperti kamar mandi dalam, tempat cuci, bed pasien elektrik, TV, lemari pakaian,
tempat tidur penunggu pasien dan juga selama perawatan pasien diberi obat paten
sehingga meningkatkan kesembuhan pasien
Sesuai dengan UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 menyatakan tentang azas keadilan
bahwa penyelanggaraan kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan
merata kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau.
Pelayanan kepada pasien Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu tidak dibeda-bedakan
(tidak diskriminatif) sesuai dengan haknya dan mengacu kepada Standar Pelayanan
Rumah Sakit.
Tabel 5.3 Komposisi Jumlah Tempat Tidur Berdasarkan Kelas Perawatan Tahun
2017
Jumlah Persentase
NO Kelas Perawatan
Tempat Tidur (%)
1 ICU 5 9
2 VIP 6 11
3 Utama 1 2
4 Klas I 9 17
5 Klas II 9 17
6 Klas III 12 22
7 Perinatologi 12 22
Jumlah 54 100 %
Ditinjau dari sudut marketing, tarif merupakan salah satu bauran pemasaran selain bauran
pemasaran lainnya yaitu tempat, produk, promosi. Sebagaimana yang diamanatkan
dalam PP 23 Tahun 2005 bahwa BLU tidak semata-mata mencari keuntungan, sehingga
dalam penetapan tarif juga harus mempertimbangkan tarif rumah sakit lain yang
memberikan pelayanan yang setara. Dalam menetapkan tarif yang akan diberlakukan,
juga menganalisis menggunakan tarif rumah sakit sekitar (competitor) sebagai alat untuk
mengevaluasi tarif Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro. Hasil evaluasi
menunjukkan posisi tarif Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro apakah
a. Kesimpulan
Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Bojonegoro adalah rumah
sakit Polri yang berkedudukan di wilayah Polda Jawa Timur. Disamping itu
Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Bojonegoro merupakan salah satu
Unit Pelayanan Teknis (UPT) yang menggunakan pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU). Sebagai Badan Layanan
Umum (BLU) Rumah Sakit Bhayangkara Bojonegoro diberikan otonomi
yang lebih luas dalam pengelolaan keuangan. BLU dapat memungut biaya
kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang
diberikan. Imbalan tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun
atas dasar perhitungan biaya per-unit layanan atau hasil investasi dana.
Dalam melakukan analisis biaya, metode yang digunakan harus
disesuaikan dengan sistem tarif yang berlaku yaitu dikaitkan dengan
penetapan tarif metode fee for service yang pernah dianjurkan Depkes RI
tahun 1997 (pola tarif RS), yaitu menggunakan analisis biaya dengan
metode “double distribution”. Fee for service artinya biaya atas pelayanan
kesehatan sesuai dengan jumlah dan frekuensi pelayanan yang diberikan.
Unit cost hanya merupakan dasar penetapan tarif, sedangkan dalam
penetapan besaran tarif harus mempertimbangkan:
1. Kontinuitas dan pengembangan layanan;
2. Daya beli masyarakat;
3. Azas keadilan dan kepatutan; dan
4. Kompetisi yang sehat.