Anda di halaman 1dari 5

JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .2.

TH 2017
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

PENGGUNAAN SERBUK DAUN KRATOM (Mitragyna speciosa


Korth)SEBAGAI ANESTESI DALAM PROSES TRANSPORTASI BENIH
IKAN TENGADAK (Berbonymusscwanenfeldii)
USE KRATOM(MitragynaspeciosaKorth) LEAF POWDER ANESTHETIC AS IN THE PROCESS
OF TRANSPORTATION OF TENGADAK FISH FRY(Berbonymusscwanenfeldii)

Ahmad Ridwan1), Rachimi2), Farida3)


1. Alumni Fakultas Perikanan Dan Ilmu KelautanUniversitas Muhamadiyah Pontianak
2. Staff Pengajar Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Pontianak
3. Staff Pengajar Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Pontianak
jexsparrow09@gmail.com

ABSTRAK
Transportasi benih ikan sangat berpengaruh besar dalam hal kematian massal pada ikan, hal ini dikarenakan
didalam perjalanan ikan mengalami goncangan serta oksigen yang tersedia selama pengangkutan tidak mencukupi
terutama di daerah yang waktu tempuhnya lama.Salahsatu usahauntukmengurangi kematian benihtengadak yang di
sebabkan stress adalah dengan upaya pembiusan atau anestesi pada ikan selama transportasi. Salah satu bahan alami
yang potensial digunakan sebagai anestesi alami adalah daun kratom. Kandungan utama dari daun kratom ini adalah
alkaloid indol, yaitu mitraginin (66,2%) dan 7-hidroksimitraginin (2,0%). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui penggunaan serbuk daun kratom yang tepat sebagai anestesi dalam proses transportasi basah
dengan sistem tertutup benih ikan tengadak.Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari4 perlakuan dan 3 kali
ulangan yaitu kontrol, pemberian serbuk daun kratom 0,15/ liter, 0,20/liter dan 0,25iter. Hasil penelitian diperoleh
bahwa pemberian serbuk 0,25 memberikan pengaruh yang terbaik terhadap tingkat kelangsungan hidup benih ikan
tengadak dibandingkan perlakuan lainnya. Setelah dilakukan analisisa data, ternyata perlakuan memberikan
pengaruh yang nyata terhadap masa sedatif, masa induksi,kelangsungan hidup, dan biomassa.

Kata Kunci : benih ikan tengadak, masa sedatif, induksi, kelangsungan hidup, biomassa

ABSTRACT
Transportation of fish seed is very influential in terms of mass mortality on fish, this is because in the course of
fishing experiencing shock as well as the available oxygen during transport is inadequate, especially in areas long
latency. One attempt to reduce deaths seed tinfoil barb which caused stress is to attempt anesthesia or anesthetic in
fish during transportasi.Salah potential of the natural ingredients used as natural anesthetic is kratom leaves. The
main content of kratom leaves are indole alkaloids, namely mitraginin (66.2%) and 7-hidroksimitraginin (2.0%).
Therefore, this study aimed to determine the use of appropriate kratom leaf powder as an anesthetic in the transport
process is wet with a closed system tinfoil barb fish seed. Complete Random Design (RAL), which consists of 4
treatments and 3 repetitions namely providing controlkratom leaf powder 0,15 / liter, 0.20 / liter and 0,25iter. The
results showed that administration of 0.25 powder gives the best effect on the survival rate of fish seed tinfoil barb
than other treatments. After analisisa the data, it turns out treatment give real effect to the sedative period, the
induction period, survival, and biomass.

Key word :Tengadak fish, sedatives period, induction, survival, biomass

28
JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .2. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE


Ikan tengadak termasuk sebagai salah satu ikan Penelitian ini dilakukan selama 4 hariSedangkan
air tawar yang merupakan komoditi ekspor sektor untuk tempat penelitian dilaksanakan BalaiBenihIkan
perikanan air tawar yang prospektif. Dialamnya ikan (BBI) pontianak
ini berkembang biak di sungai pada permulaan musim Alat yang digunakan selama penelitian ini adalah
penghujan, yang berarti pasokan benih tersedia secara untuk mengukur kualitas air terdiri dari Thermometer,
musiman. Sedangkan benih dari hasil budidaya masih pH indikator. Sedangkan alatpenunjang dipergunakan
terbatas jumlahnya sehingga belum bisa memenuhi seperti timbangan,serokan kecil,ember,akuarium,plastik
kebutuhan benih yang terus meningkat. packing,serta obat pembiusan berupa serbuk daun
Saat ini, minat masyarakat untuk kratom.
membudidayakan ikan tengadak semakin meningkat.
1. Perlakuan A, tanpa pembiusan (kontrol)
Namun yang menjadi kendala adalah ketersedian benih
2. Perlakuan B, dosis serbuk daun kratom 0,15 gram/l
yang terbatas. Hingga saat ini yang menjadi kendala
3. Perlakuan C, dosis serbuk daun kratom 0,2 gram/l
bagi pembudidaya adalah ketersedian benih yang dari
4. Perlakuan D, dosisserbukdaunkratom 0,25 gram/l
alam. Kendala lain adalah benih yang diperoleh dari
alam yang akan didistribusikan kepada para
pembudidaya ikan dari daerah asal, benih tersebut Parameter yang diamati adalah sebagai berikut :
memerlukan waktu yang cukup lama untuk sampai 1. Masa Induksi dan Masa Sedatif
tujuan. Waktu induksi merupakan waktu yang diamati
Transportasi benih ikan sangat berpengaruh sejak ikan diberi serbuk Daun Kratom sampai ikan
besar dalam hal kematian massal pada ikan, hal ini pingsan. Sedangkan waktu sedatif adalah waktu
dikarenakan didalam perjalanan ikan mengalami yang diamati sejak ikan akan disadarkan sampai
goncangan serta oksigen yang tersedia selama ikan sadar kembali.
pengangkutan tidak mencukupi terutama di daerah
yang waktu tempuhnya lama. 2. Kelangsungan Hidup
Salah satu usaha untuk mengurangi kematian Tingkat kelangsungan hidup dihitung sesuai yang
benih tengadak yang di sebabkan stress adalah dengan dirumuskan oleh Djajasewaka (1985
upaya pembiusan atau anestesi pada ikan selama
transportasi. Salah satu bahan alami yang potensial 3. Bobot Biomassa (W)
digunakan sebagai anestesi alami adalah daun kratom. Bobot biomassa mutlak adalah selisih antara
Kandungan utama dari daun kratom ini adalah alkaloid berat basah pada akhir penelitian dengan berat
indol, yaitu mitraginin (66,2%) dan 7- basah pada awal penelitian (effendie.1979)
hidroksimitraginin (2,0%). Secara signifikan mitraginin
dapat menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas 4. Kualitas Air
lokomotor pada tikus. 7-hidroksimitraginin bekerja
pada ujung saraf dan menghambat pelepasan Sebagai data pendukung pengukuran kualitas
neurotransmitter (Takayama at al,2004). Hal tersebut dilakukan seperti pengukuran suhu dengan
sangat memungkinkan bahwa senyawa alkaloid yang thermometer, pengukuran pH air dengan
terkandung di dalam daun kratom memiliki aktivitas menggunakan pH indikator, dan oksigen terlarut
sedatif.Selain alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid dengan DO meter dan amoniak. Pengamatan pH, suhu,
saponin dan derivat glikosida juga pernah dilaporkan dan oksigen terlarut dalam air dilakukan sebanyak 2
terdapat pada daun kratom (Novindriana at al,2015 ). kali sebelum dan sesudah penelitian.
Mekanisme kerja daun kratom yang memiliki Data hasil pengamatan dianalisa menggunakan
efek sedatif dapat mengganggu baik secara langsung perangkat lunak Microsoft Excel dan SPSS 17.0 for
maupun tidak langsung terhadap keseimbangan Windows. Data yang diperoleh dari pengamatan
kationik tertentu didalam otak ikan tengadak selama disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Sebelum uji
masa anestesinya. Terganggunya keseimbangan ionik ANOVA, data diuji terlebih dahulu tentang kenormalan
dalam otak akan menyebabkan ikan tersebut mati rasa dan kehomogenan data, kemudian dianalisis
(pingsan) akibat syaraf kurang berfungsi.(Thang at menggunakan analisis sidik ragam/ANOVA dengan
al.2013). Berdasarkan penelitian sebelumnya dosis selang kepercayaan 95%. Uji lanjut dilakukan dengan
yang tepat serbuk daun kratom pada anestesi ikan menggunakan uji nilai tengah Beda Nyata Jujur (BNJ)
jelawat adalah 0,20 gram/liter (Kurnianto, 2015). pada selang kepercayaan 95%.
Terkait dengan penelitian ini serbuk daun kratom
belum diketahui dosis yang tepat pada ikan tengadak.

29
JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .2. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

HASIL DAN PEMBAHASAN


40,00
Hasil 32,00±0,219

Waktu Sedatif (menit)


35,00
Masa Induksi 30,00 24,00±0,202
Hasil penelitian menunjukan bahwa pembiusan 25,00 19,67±0,171
dengan dosis 0,25 gram/L memiliki waktu induksi rata- 20,00
rata yang lebih cepat 59 menit,7 detik. Pada perlakuan 15,00
C dengan dosis 0 , 2 0 g r a m /L memiliki waktu induksi 10,00
rata-rata 87 menit lebih lama dari perlakuan D. 5,00 0,00±0
Sedangkan pada perlakuan B dengan dosis 0,15 gram/L 0,00

A (0/liter)

B (0,15gram/liter)

C (0,20gram/liter)

D (0,25gram/liter)
memiliki waktu induksi rata-rata 120 menit,7 detik lebih
lama dari perlakuan C dan D.

140,00 119,67±0,70
waktu induksi(menit)

120,00 serbuk daun kratom


100,00 87,00±0.280
80,00 58,67±0,151
60,00 Gambar 2. Hubungan antara konsentrasi serbuk
40,00 daun kratom dan waktu sedatif.
20,00 0,00± 0
0,00 Tinggi konsentrasi serbuk daun kratom yang
C (0,20/liter)
B (0,15gram/liter)

D (0,25gram/liter)
A (0 gram/liter)

digunakan maka waktu sedative juga semakin lama. Hal


ini menunjukan pada penelitian sebelumnya dimana
pada dosis 0,20 waktu penyadaran kurang lebih 30
menit dibandingkan dosis 0,10 dan 0,15 waktu
serbuk daun kratom penyadaran kurang lebih 20 menit. Menurut Ongge
(2001), masuknya bahan pemingsan dalam darah
menyebabkan ikan mati rasa, sehingga pada proses
Gambar 1. Hubungan antara konsentrasi serbuk penyadaran ikan membutuhkan waktu yang agak lama.
daun kratom dan waktu induksi
Kelangsungan Hidup (SR)
Perlakuan A (control) benih ikan Tengadak
tidak ada yang pingsan. Sedangkan perlakuan B, C dan Tingkat kelangsungan hidup benih ikan tengadak di
D ikan mengalami fase pemingsaan dengan waktu pengaruhi oleh media transportasiberupa air
induksi yang berbeda pada setiap perlakuan. yangmengandung carnpuran serbuk daun kratom.
Terganggunya keseimbangan ionik dalam otak Kelangsungan hidup ikan terendah dihasilkan oleh
akan menyebabkan ikan tersebut mati rasa (pingsan) media transportasi yaitu pada perlakuan A control
akibat syaraf kurang berfungsi. (Thang et al.2013). 0,00% dan presentasiyang tertinggi terhadap
Kecepatan pemingsanan ikan tergantung pada kelngsungan hidup benih ikan tengadak 90,67 %
konsentrasi yang diberikan. Jika rangsangan yang dihasilkan oleh campuran daun kratom pada
diberikan sangat banyak, maka waktu pemingsanan perlakuan D 0,25gram/L.
semakin cepat. 90,67±2,309
100,00 81,33±2,309 82,67±6,110
Kelangsungan Hidup (%)

80,00
Masa Sedatif 53,33±4,619
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 60,00
perlakuan D dengan dosis 0,25gram/L memiliki waktu 40,00
rata-rata penyadaran yang cukup lama yaitu 32 20,00
menit,33 detik, pada perlakuan C dengan dosis 0,00
0,20gram/L memiliki waktu rata-rata penyadaran 24
menit. Sedangkan pada perlakuan B dengan dosis
0,15gram/L memiliki waktu rata-rata penyadaran yang
cepat yaitu 19 menit,67detik.
Perlakuan

Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi serbuk


daun kratom dan kelangsungan hidup.

30
JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .2. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

Rendah konsentrasi serbuk daun kratom yang Pengamatan Kualitas Air


digunakan maka kelangsungan hidup ikan uji akan Hasil dari pengukuran kualitas air sesudah
rendah dan semakin tinggi konsentrasi ser b uk daun pengangkutan dibandingkan sebelum pengangkutan
kratom yang digunakan maka kelangsungan hidup ikan mengalami perubahan untuk semua variabel,
uji semak intinggi. Dari konsentrasi yang diujikan perubahan tersebut diakibatkan oleh bahan pembius
tersebut konsentrasi serbuk daun kratom yang tertinggi dimedia air dan sisa metabolisme ikan sebagai akibat
untuk transportasi selama 10 jam pada benih ikan aktivitasnya selama transportasi (Clucal dan Ward 1996.
Tengadak yaitu dengan menggunakan dosis Hasil pengukuran kualitas air sebelum dan sesudah
0,25gram/l. Namun ada batas maksimum dalam dosis proses transportasi benih ikan tengadak selama10 jam
serbuk kratom yaitu 0,30 gram/liter dalam transportasi Berdasarkan hasil pengamatan suhu, terjadi
benih ikan karena menurut uji pendahuluan yang telah kenaikan peningkatan suhu pada kontrol maupun
dilakukan jika kandungan serbuk daun kratom terlalu perlakuan dengan serbuk daun kratom setelah
tinggi diatas 0,25 gram/l yaitu 0,30 gram/l dan 0,40 transportasi. Hasil pengamatan suhu selama penelitian
gram/l maka kelangsungan hidup ikan akan rendah. berkisar 28°C pada saat masa induksi sedangkan pada
Hal ini dikarenakan ikan uji tidak mampu mentoleransi masa sedatif suhu berkisar 29°C, derajat keasaman atau
kandungan senyawa mitragynin yang ada pada serbuk pH air pada waktu induksi berkisar 7 sedangkan pada
daun kratom yang terlalu tinggi (Kurnianto,2015). masa sedatif berkisar 6, terjadi penurunan pada
perlakuan D, penurunan pH berkaitan dengan
Bobot Biomassa (W) peningkatan hasil eksresi ikan dan penambahan
Bobot yang signifikan dari bobot awal- akhir konsenstrasi serbuk daun kratom kedalam media
pada media transportasi yaitu pada perlakuan A control transportasi. Ada kecenderungan semakin tinggi obat
0,00%, presentasiyang tertinggi 96,13 % dihasilkan bius yang diberikan semakin rendah pH air. Oksigen
oleh campuran daun kratom pada perlakuan D terlarut mengalami penurunan setelah transportasi
0,25gram/L. Hal ini menunjukkan campuran serbuk dibandingkan sebelum transportasi, DO sebelum
daun kratom yang memingsankan benih ikan tengadak transportasi masih berkisar 1,4 mg/L, sedangkan
berpengaruh terhadap bobot sehingga mengurangi setelah tranportasi DO berkisar 0,67 mg/L. Penurunan
aktivitas benih selama transportasi mempengaruhi oksigen terlarut disebabkan terbatasnya oksigen
berat awal benih ikan tengadak. didalam plastik, kurangnya difusi dari udara dan
permukaan air karena sempitnya luas permukaan dan
tekanan parsial yang rendah sertatingginya suhu yang
120,00 95,60±1,688
100,00 76,19±4,124 84,23±2,577 90,77±4,404
membuat kelarutan oksigen rendah (Haryanto et al.,
biomassa %

80,00 2008).
60,00 Untuk suhu air berkisar antara 25°- 37 oC,
40,00 oksigen terlarut 4-9 mg/L dan pH air 6,3-7,5. Namun
20,00 demikian untuk hidup normal dan turnbuh baik, ikan
0,00 ini memerlukan suhu 26-28,5o C dan oksigen terlarut
5-7 ppm dan pH air 7,0-7,5. Nilai pH optimal untuk
transportasi ikan hidup adalah 6-7 sedangkan nilai pH
yang lebih rendah dari 4 dan lebih besar dari 9 dapat
mematikanikan (Praseno,1990). Berdasarkan hasil
Perlakuan penelitian kondisi air selama pengangkutan cukup
layak dan mendukung, sehingga kondisi ikan tetap
Gambar 4. Hubungan antara konsentrasi serbuk stabil walaupun masih terdapat ikan mati, hal ini
daun kratom dan bobot biomassa. dikarenakan dosis bahan pembiusan yang lebih
rendah,untuk ikan yang pingsan hal tersebu
Rendahnya konsentrasi serbuk daun kratom yang tmenunjukan bahwa penyebab benih ikan tengadak
digunakan maka bobot ikan uji akan menurun pingsan diduga dari bahan anestesi serbuk daun
dikarenakan pada saat transportasi ikan tidak kratom yang ditambahkan.
mengalami pemingsaan, sehingga ikan terus bergerak
aktif dibandingkan dengan perlakuan ikan yang KESIMPULAN DAN SARAN
pingsan. Semakin tinggi konsentrasi serb uk daun
kratom yang digunakan maka aktivitas semakin rendah Kesimpulan
sehingga biomassa ikan uji tidak terlalu Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
berpengaruh terhadap bobot awal dan akhir. bahwa pemberian serbuk daun kratom yang berbeda
berpengaruhnyata terhadap waktu induksi, Sedatif, dan
Kelangsungan Hidup benih ikan Tengadak. Waktu
induksi tercepat terdapat pada perlakuan D (0,25
ml/liter) dengan waktu induksi tercepat 58 menit, 67

31
JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .2. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

detik. Kemudian diikuti dengan pengamatan Waktu (Mitragyna speciosa korth), Office of
sedatif tertinggi terdapat pada perlakuan D (0,25 Diversion Control, Drug & Chemical
ml/liter) dengan waktu sedative tercepat 32 menit, 33 Evaluation Section.
detik. Sedangkan kelangsungan hidup benih ikan Zonneveld, N.E.A. Human dan J.H. Bonn, Prinsip –
Tengadak tertinggi terdapat pada perlakuan D (0,25 Prinsip Budidaya Ikan. Gramedia Pustaka
ml/liter) sebesar 90,67 %. Utama. Jakarta

Saran
Serbuk daun kratom yang terbaik adalah 0,25
ml/liter. Maka hasil penelitian dapat dijadikan panduan
pada petani ikan khususnya daerah Ketapang yang jarak
tempuhnya memerlukan waktu 8–12 jam untuk
melakukan pengiriman benih ikan dari Pontianak –
Ketapang.

DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, K.A. 1993. Rancangan Percobaaan Teoridan
Aplikasi PT. Raja Grafmdo Persada, Jakarta.
238 hlm
Kurnianto, B .2015. Penggunaan Ekstrak Daun Kratom
(Mitragyna Speciosa Korth) Sebagai
Anestesi Dalam Proses Transportasi Benih
Ikan Jelawat (Leptobarbus Hoeveni Blkr).
Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Pontianak.
Kurniawan, A. 2012. Transportasi Ikan Hidup,
Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi.
Universitas Bangka Belitung. Bangka
Belitung.
Moklas, M.A.M., Nurul, R.A.R., taufik, H,M.,
Sharida, F., Farah, I.N., Zulkhaiti, A.,
Shamima, A.R. Pengelolaan Diri Untuk
Mengurangi 2008. A Preliminary Toxicity
Study of Mitragynine, An Alkaloid
from Mitragyna spesiosa Korth. And
its Effects on Locomotor in Rats. Artikel
. Advances in Medical and Dental
Sciences, 2(3). Malaysia.
Novindriana., Bambang. W., Mohammad A. 2015.Uji
Efek Sedatif Ekstrak Etanolik Daun
Kratom (MitragynaSpeciosaKorth.) Pada
Mencit, Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura, Pontianak. Hal 3 – 4
Onggge, D. 2001. Penggunaan Ekstrak Biji Karet
(Hevea brasiliensis Muell,Arg) Sebagai
Bahan Pemingsan dalam Transportasi Ikan
Nila GIFT (Oreochromis sp) Hidup Sistim
Kering. Institut Pertanian Bogor. Hal 17 –
53
Sutaryo, D. 2009. Perhitungan Biomassa. Wetland
International Indonesia Program.Bogor hal
15 – 20
Takayama dan Hiromitsu. 2004. Chemistry and
Pharmacology of Analgesic Indole
Alkaloids from the Rubiaceous Plant,
Mitragyna spesiosa. Journal.
Pharmaceutical Society Of Japan. Japan.
Thang, Kakuam, Thom, Ketum, Biak.2013. KRATOM

32

Anda mungkin juga menyukai