Anda di halaman 1dari 3

Tugas 3 Bahasa Indonesia

Tugas 3
Tuton Mata Kuliah Bahasa Indonesia/MKDU4110
Soal-soal Tugas 3
1. Susunlah sebuah wacana yang terdiri atas 5-8 paragraf (200-250 kata) dengan tema Potensi
Wisata Alam Indonesia. Jenis paragraf deskripsi atau persuasi.
2. Bacalah dengan cermat wacana di bawah ini, kemudian tentukan judul yang tepat bagi wacana
tersebut dan buat ringkasan/ikhtisarnya.
Bacaan
Dalam budaya modern ini, remaja dihadapkan pada berbagai tantangan untuk melakukan
hal-hal kreatif. Salah satu tantangan itu adalah membiasakan diri menulis, baik karya ilmiah
popular maupun karya kreatif (fiksi). Ini perlu dilakukan untuk menghindari anggapan bahwa
bangsa kita adalah kumpulan masyarakat yang lebih gemar menonton, ngerumpi, dan asing
terhadap kebiasaan menulis. Padahal kebiasaan menulis akan membuat kita lebih kritis. Untuk
bisa menulis, kita dituntut menemukan ide baru dan meningkatkan kemampuan dalam
memahami segala sesuatu di sekitar kita.
Setidaknya ada enam manfaat yang bisa dipetik dari kebiasaan menulis; pertama,
sebagai sarana untuk mengungkapkan diri; kedua, untuk meningkatkan pemahaman terhadap
sesuatu; ketiga, untuk melahirkan/mengungkapkan kepercayaan diri; keempat, untuk
meningkatkan kesadaran atas lingkungan; kelima, untuk menumbuhkan semangat agar selalu
memperbaiki diri, dan; keenam, untuk memperbaiki kemampuan dalam menggunakan bahasa
atau menguasai unsur-unsur kebahasaan. Dengan kata lain, melalui aktivitas menulis kita dapat
mengungkapkan segala sesuatu yang kita rasakan atau pikirkan, bersedia membuka diri dengan
bertanya kepada teman, guru pembimbing atau datang ke perpustakaan untuk memperoleh
sumber-sumber bacaan.
Banyak orang beranggapan bahwa hal tersulit dalam menulis adalah saat memulai,
memikirkan apa yang akan ditulis, dan bagaimana harus menuliskannya. Menentukan apa yang
akan ditulis sesungguhnya tidak terlalu sulit karena banyak hal yang bisa kita jadikan bahan
tulisan. Dengan kata lain, menulis sesungguhnya adalah upaya mengekspresikan apa yang kita
lihat, alami, rasakan, dan pikirkan ke dalam bahasa tulis.
Tentu saja untuk menyajikan tulisan yang bagus, kita harus memilih bahan yang bagus
pula, tidak boleh asal-asalan. Bahan-bahan yang bagus itu bisa kita dapatkan dengan
“menggumuli’ berbagai teks kehidupan yang begitu luas dan beragam, seperti teks bacaan atau
literatur (buku, Koran,/majalah, jurnal, internet). Selain itu, mungkin saja bahan tulisan itu berasal
dari kejadian atau peristiwa yang kita alami dan rasakan. Berdasarkan teks kehidupan yang
sangat beragam tersebut, kita dapat menemukan ide, gagasan, inspirasi untuk membuat sebuah
tulisan. Nah, dari sinilah sesungguhnya proses kreatif (menulis) itu di mulai.

Selamat Bekerja.
Jawaban :
1. Potensi Wisata Alam Indonesia
Wisata alam yang berada dalam kawasan konservasi bisa dibedakan berupa Taman
Nasional, Taman Wisata, Taman Buru, Taman Laut dan Taman Hutan raya. Tujuan ini adalah
untuk menjaga keseimbangan antara aspek pariwisata dan aspek konservasi. Secara umum
disadari bahwa dalam menunjang sektor pariwisata secara nasional, pengembangan kegiatan
wisata alam di Indonesia mempunyai prospek bagus sebagai penunjang devisa negara non
migas. Dimana potensi obyek wisata alam yang memiliki Indonesia sangat besar nilainya.
Usaha pemerintah untuk meningkatkan pendapatan devisa negara melalui sektor non
migas yaitu mengembangkan pembangunan kepariwisataan pada hakekatnya merupakan upaya
untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata. Hal ini diwujudkan
dengan adanya bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna, kemajemukan
tradisi dan seni budaya serta peninggalan sejarah purbakala. Seorang peneliti lingkungan
bernama “Wind” memberikan pendapat faktor utama dalam usaha untuk menarik pengunjung
wisata alam dengan mengkhuskan pada keadaan alam dan budaya, hubungan masyarakat dan
pelayanan dalam daerah taman wisata dan wisata alam.
Pengembangan ekowisata harus mampu memberikan jumlah uang yang signifikan untuk
mendukung program pembangunan Indonesia. Pada tahun 1993, US$ 950 miliar diperoleh dari
pariwisata di kawasan Asia Pasifik sendiri, dan 10% dari yang berasal dari kegiatan ekowisata.
Karena Indonesia kaya keanekaragaman hayati dan budaya, ada kesempatan baginegara ini
untuk mendapatkan 10% dari jumlah ini. Jika ini terjadi, Indonesia akan mendapatkan US $ 950
juta dari ekowisata sub sektor. Sebuah pasar potensial untuk ekowisata adalah Amerika Serikat,
di mana 43 juta orang siap untuk melakukan ekotours. Ekowisata belum optimal dikembangkan
di Indonesia, sesuatu yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi yang tinggi (terkait
dengan keragamannya flora, fauna dan budaya). Hal ini umumnya percaya bahwa kurang dari
5% dari pendapatan pariwisata Indonesia berasal dari ekowisata.
Situasi untuk ekowisata laut lebih jauh tertinggal balik potensinya. Sebagian besar sumber
daya laut dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan pariwisata (snorkeling dan diving) belum
mengadopsi konsep ekowisata, atau situs yang tepat belum dibuka untuk pariwisata.
Pemberdayakan masyarakat yang sukses dalam mengembangkan ekowisata kelautan di
Kepulauan Seribu (Jakarta) perlu dilengkapi dengan kegiatan lain. Sumberdaya kelautan
Indonesia memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dalam kegiatan ekowisata. Dalam
pengembangan wisata bahari harus ada pertimbangan yang hati-hati terhadap kondisi terumbu
karang, terutama mengingat dampak yang ditimbulkan oleh penyelam scuba.
Sebagai contoh, Data WWF terbaru bioregion Wallacea menunjukkan bahwa terumbu
karangdi Bali telah rusak. Hal ini disebabkan penangkapan ikan (yang terkait dengan pemboman
ikan dan penggunaan bahan kimia beracun). Snorkeling yang ceroboh dan diving juga dapat
memberikan kontribusi terhadap masalah. Target pasar yang tepat merupakan prasyarat untuk
ekowisata yang sukses. Segmen pasar untuk ekowisata terdiri dari: (i) “Generasi diam”, 55-64
tahun orang-orang yang cukup kaya, umumnya berpendidikan dan tidak punya anak tergantung,
dan dapat melakukan perjalanan selama empat minggu; (ii) “Generasi muda”, usia produktif 35-
54 tahun, yang mungkin bepergian dengan keluarga dan anak-anak (menghabiskan 2-3 minggu
perjalanan) – bepergian untuk menghilangkan stres, dan (iii)”generasi X”, berusia 18-29 tahun,
yang suka melakukan ecotours sebagai backpackers – mereka umumnya siswa yang dapat
melakukan perjalanan selama 3-12 bulan dengan pengeluaran bulanan sebesar US $ 300-500.
Disarankan bahwa promosi produk ekowisata Indonesia harus bertujuan untuk mencapai
berbagai kohort wisatawan ini. Negara asal pelancong juga perlu diperhitungkan dalam promosi,
sebagai budaya yang berbeda menanggapi pesan dan rangsangan yang berbeda. Di Indonesia,
Biogeographi, bagian barat (Sumatera,Kalimantan, Jawa dan Bali) memiliki karakteristik yang
sama dengan di Asia, sedangkan bagian timur, Maluka dan Irian Jaya (Papua), memiliki
karakteristik yang sama dengan Australia Australia. Sulawesi dan Nusa Tenggara memiliki
karakteristik tersendiri. Keragaman ekosistem mencerminkan keanekaragaman flora dan fauna
di negara ini.
Indonesia adalah Negara kedua paling tinggi keanekaragaman hayatinya setelah Brasil.
Keragaman flora, fauna dan ekosistemnya, serta keragaman budaya, merupakan potensi atraksi
untuk pengembangan ekowisata di negara ini. Ekowisata dan wisata alam diakui sebagai
khususnya kondusif untuk memperkaya dan meningkatkan sector pariwisata, atas dasar bahwa
bentuk-bentuk pariwisata menghormati warisan alam dan penduduk setempat dan sesuai dengan
daya dukung situs. Hal ini cukup menarik untuk mengeksplorasi konsep ekowisata dari sudut
pandang Indonesia, serta implementasinya di Indonesia. Adalah sebuah visi di negara yang
pariwisata akan menjadi sumber utama pertukaran asing dalam 10 tahun mendatang. Peran
ekowisata dalam visi ini adalah fundamental.

2. Judul yang tepat bagi wacana tersebut adalah :


Tantangan Remaja Dalam Menulis
Kebiasaan menulis akan membuat kita lebih kritis. Untuk bisa menulis, kita dituntut
menemukan ide baru dan meningkatkan kemampuan dalam memahami segala sesuatu di sekitar
kita. Melalui aktivitas menulis kita dapat mengungkapkan segala sesuatu yang kita rasakan atau
pikirkan, bersedia membuka diri dengan bertanya kepada teman, guru pembimbing atau datang
ke perpustakaan untuk memperoleh sumber-sumber bacaan. Dengan kata lain, menulis
sesungguhnya adalah upaya mengekspresikan apa yang kita lihat, alami, rasakan, dan pikirkan
ke dalam bahasa tulis

Anda mungkin juga menyukai