SKRIPSI Zelna Ratna Noer Nabila (1552010048) Komplit PDF
SKRIPSI Zelna Ratna Noer Nabila (1552010048) Komplit PDF
Oleh :
ZELNA RATNA NOER NABILA
NPM 1552010048
Penulis
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Efektivitas
Kombinasi Media Filter Zeolit dan Karbon Aktif Dalam Menurunkan Kadar
Mangan Air Sumur”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membuhi sebagian syarat memperoleh
gelar sarjana pendidikan bagi mahasiswa S1 pada program studi Teknik
Lingkungan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini.
Selama menyelesaikan skirpsp ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai
pihak baik secara moral maupun materiil. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Dra. Jariyah, MP., selaku Dekan Fakultas Teknik, UPN “Veteran” Jawa
Timur.
2. Ibu Dr. Ir. Novirina Hendrasarie, MT selaku Koordinator Program Studi Teknik
Lingkungan, UPN “Veteran” Jawa Timur..
3. Bapak Ir. Yayok Suryo P., MS selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan ilmu, kritik maupun saran yang sangat berguna dan membangun
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen lainnya yang sudah memberikan arahan dan bimbingan
yang sangat berguna.
5. Orang tua dan keluarga saya tercinta yang selalu memberikan dukungan doa,
semangat, dan materi.
6. Teman – teman progdi Teknik Lingkungan angkatan ‘15 yang selalu berbagi
pengetahuan dan ilmu, terimakasih atas doa dan dukungannya. Semoga cepat
bisa mendapat tambahan ST dibelakang nama kita.
7. Semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu disini yang juga turut
membantu kelancaran skripsi ini.
i1
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan menjadi bahan masukan di dunia pendidikan.
Penulis
ii
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….….....iii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….….iv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………...v
ABSTRAK………………………………………………………………………..vi
ABSTRAC……………………………………………………………………….vii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………..……….…...1
1.2. Rumusan Masalah ……......…………………………………………...3
1.3. Tujuan Penelitian ….……………………………………………………..4
1.4. Manfaat Penelitian …..…………………………………………………..4
1.5. Ruang Lingkup Penelitian …..……………………………………………4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….6
2.1. Tinjauan Umum ………………………………………….………..…….6
2.1.1. Air Bersih……………………………………………………………6
2.1.2. Sumur Bor……………………………………………………….......7
2.1.3. Sumber Pencemar Air Bersih……………………………..…………8
2.1.4. Pencemaran Air dan Dampaknya bagi Kesehatan…………………..8
2.1.5. Standar Baku Mutu Air Bersih …………………………………...10
2.1.6. Mangan…………………………………………………………......14
2.1.7. Filtrasi ……………………………………………………………...17
2.2. Landasan Teori ………………………………………………...………23
2.2.1. Zeolit .……………………………………………………………...23
2.2.2. Jenis Zeolit…………………………………………………….........30
2.2.3. Karbon Aktif .……………………………………………………...36
2.2.4. Penelitian Terdahulu……………………...………………………...39
BAB III METODE PENELITIAN.…………………………………………..…..44
3.1. Kerangka Penelitian………………………………… ……………....….44
3.2. Bahan dan Alat …………………………………………………..….......45
3.3. Cara Kerja ………………………...…………………………………….45
iii
3
4
iv
DAFTAR TABEL
5v
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Keberadaan zat besi atau mangan di dalam lingkungan air alam…16
Gambar 2.2. Bentuk tetrahedral silika atau alumina…………………………...23
Gambar 2.3. Struktur kimia zeolit………………... ……………………….…..25
Gambar 2.4.Struktur kerangka zeolit ……………………...…………..….....25
Gambar 2.5. Struktur dasar kristal zeolit …………………………..…….….….26
Gambar 2.6. Zeolit alam ………………………………………………………..31
Gambar 2.7. Struktur zeolit teraktivasi pemanasan / kalsinasi……………….....34
Gambar 2.8. Manganese Greensand ……………………………………………35
Gambar 3.1. Bagan Kerangka Penelitian….………………………….…………44
Gambar 3.2. Rangkaian alat….……………………………………….…………48
Gambar 3.3. Detail reaktor….………………………….………………..………49
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Variasi Ketebalan Media (cm) dan Debit
(liter/menit) terhadap Efisiensi Penurunan Kadar Mn (%) dengan
Media Zeolit Alam – Karbon Aktif……………………………..…56
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Variasi Ketebalan Media (cm) dan Debit
(liter/menit) terhadap Efisiensi Penurunan Kadar Mn (%) dengan
Media Zeolit Alam Teraktivasi Fisika – Karbon Aktif..………..…59
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Variasi Ketebalan Media (cm) dan Debit
(liter/menit) terhadap Efisiensi Penurunan Kadar Mn (%) dengan
Media Manganese Greensand – Karbon Aktif…………………..…62
vi
7
ABSTRAK
Filtrasi adalah proses pengolahan air secara fisik untuk menghilangkan partikel
padat dalam air dengan melewatkan air tersebut melalui material berpori dengan
diameter butiran dan ketebalan tertentu. Penelitian ini digunakan untuk mengolah
air sumur yang mengandung logam Mn menggunakan metode filtrasi. Penelitian ini
bertujuan untuk mencari nilai efisiensi tertinggi dari media filter zeolit alam tanpa
perlakuan, zeolit alam teraktivasi fisika dan manganese greensand yang
dikombinasi dengan karbon aktif agar didapatkan efektivitas penurunan kadar Mn
serta mengkaji perbedaan ketiganya melalui variasi debit dan ketebalan media.
Variabel penelitian berupa : 1) Debit (Q) : 0.5, 0.7, 0.9, 1.1, 1.3 liter/menit. 2)
Ketebalan Media (cm) : 30, 40, 50, 60, 70 cm yang dikombinasi dengan karbon
aktif dengan ketebalan 20 cm. Hasil persentase efisiensi penurunan Mn paling
efektif dari penelitian ini adalah penurunan kadar Mn menggunakan kombinasi
media filter manganese greensand – KA yaitu sebesar 80%. Dan persentase
efisiensi penurunan kadar Mn paling rendah pada variasi jenis zeolit alam – KA
yaitu sebesar 24%.
Kata Kunci : Filtrasi, Zeolit Alam, Zeolit Alam Teraktivasi, Manganese Greensand,
Mn.
vii
ABSTRACT
viii
8
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
pori dan kanal-kanal penyusun zeolit. Semakin banyak jumlah pori yang dimiliki,
semakin besar luas permukaan total yang dimiliki zeolit (Sumarlin., et.al, 2009).
Berdasarkan sifatnya tersebut zeolit dapat digunakan untuk proses adsorbsi,
penukar ion, dan sebagai katalis sehingga zeolit berpotensi dalam menurunkan
kadar mangan.
Selain zeolit alam, zeolit komersil yang sekarang mulai digunakan adalah
manganese greensand. Manganese greensand adalah zeolit sintetis yang
permukaannya dilapisi oleh mangan oksida tinggi. Manganese greensand berfungsi
sebagai katalis dan pada waktu bersamaan besi dan mangan yang ada dalam air
teroksidasi menjadi mangan-oksida yang tak larut dalam air dan dapat dipisahkan
dengan pengendapan dan penyaringan. (Said, 2005).
Berdasarkan uraian di atas, adapun tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui kombinasi media filter variasi jenis zeolit dengan karbon aktif yang
paling efektif dalam menurunankan kadar mangan air sumur. Kemudian variabel
bebas yang akan diteliti yaitu debit dan ketebalan media zeolit-karbon aktif melalui
proses filtrasi aliran kontinyu.
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
Selain itu air yang tidak memenuhi persyaratan sangat baik sebagai media
penularan penyakit. Penyakit yang dapat ditularkan melalui air, dapat
dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu:
1. Water borne disease
Adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, di mana
air minum tersebut bila mengandung kuman patogen terminum oleh manusia
maka dapat terjadi penyakit. Di antara penyakit tersebut adalah: penyakit
kholera, penyakit typhoid, penyakit hepatitis infektiosa, penyakit dysentri dan
gastroenteritis.
2. Water washed disease
Adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan
hygiene perseorangan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedinya air yang
cukup, maka penyakit-penyakit tertentu dapat dikurangi penularannya pada
manusia, dan penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis.
Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan dan sangat banyak
dan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
a. Penyakit infeksi kulit saluran pencernaan
Salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan adalah penyakit diare
yang merupakan penyakit dimana penularannya bersifat fecal-oral. Penyakit
diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, di antaranya jalur yang
melalui air (water borne) dan jalur yang melalui alat-alat dapur yang dicuci
dengan air (water washed).
Contoh penyakit ini serupa dengan yang terdapat pada jalur water
borne, yaitu: kholera, typhoid, hepatitis infektiosa dan dysentri basiler.
Berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kesediaan air untuk
makan, minum dan memasak, serta kebersihan alat-alat makan.
b. Penyakit infeksi kulit dan selaput lendir
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan hygiene perseorangan yang
buruk. Angka kesakitan ini dapat ditularkan dengan penyediaan air yang
cukup bagi kebersihan perseorangan. Yang perlu diperhatikan adalah
kualitas air bersih sehingga air tidak mengandung mikroba-mikroba yang
10
adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun
air baku (air bersih).
Persyaratan kualitas air bersih meliputi syarat fisik, kimia, dan bakteriologis
adalah sebagai berikut :
1. Syarat Fisik
Air yang kualitasnya baik harus memenuhi syarat fisik,yaitu tidak berbau,
tidak berasa dan tidak berwarna.
2. Syarat Kimia
Air yang tidak mengandung bahan atau zat-zat yang berbahaya untuk
kesehatan,seperti zat-zat beracun dan tidak mengandung mineral-mineral serta
zat organic lebih tinggi dari jumlah yang telah ditentukan oleh pemerintah.
3. Syarat Bakteriologis
Air tidak boleh mengandung kuman parasit, kuman patogen, dan bakteri
coliform. Persyaratan bakteriologi air bersih berdasarkan kandungan jumlah
total bakteri Coliform dalam air bersih 100 ml air, menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 adalah
sebagai berikut :
a. Untuk air bersih bukan air perpipaan, total coliform maksimal 50 MPN atau
APM per 100 ml air.
b. Untuk air bersih air perpipaan, total coliform maksimal 10 MPN atau APM
per 100 ml air.
c. Dan persyaratan kualitas air minum menurut Permenkes
492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu Escherichia coli per 100 ml sampel adalah
nol. Kualitas air secara bakteriologis yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat terdapat bakteri Escherchia
coli di dalam air bersih dan menunjukkan adanya pencemaran yang
disebabkan oleh tinja manusia (Padjarwoto, 1993).
12
Adapun sifat - sifat air secara fisik dan kimia dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor diantaranya, yaitu :
1. Zat Padat Terlarut (TDS)
Total zat padat tersuspensi adalah kandungan larutan non-organik dan
organik yang terkandung dalam perairan alamiah yang didalamnya terdapat
beberapa jenis mineral dan gas yang memegang peranan dalam menentukan
kualitas air. Pada larutan non-organik gas CO2 dan O2 memegang peranan
dalam menentukan status kualitas air. Sebagai contoh untuk mengetahui bahwa
status kualitas air untuk pengguna tertentu memang dipengaruhi oleh mineral-
mineral terlarut ialah bila kalsium dalam jumlah yang sedikit dapat
mempengaruhi rasa enak pada air kemasan. Sedangkan bila ditemukan
magnesium dalam jumlah yang sama dalam air kemasan tersebut maka akan
menimbulkan efek rasa tidak enak bagi yang mengonsumsi air tersebut.
Menurut arsadi, dkk (2007), padatan terlarut anorganik umumnya berasal
dari dedaunan, limbah industri, lumpur, pupuk, limbah rumah tangga, dan
lainlain. Sedangkan TDS organik pada dasarnya bisa berasal dari bebatuan,
nitrogen, oksigen, karbondioksida, serta mineral - mineral seperti : belerang,
fosfor, sulfat. Jadi konsentrasi TDS dalam air yang meruapkan zat padat terlarut
dalam air atau ditambah lagi dengan konsentrasi beberapa koloid yang lolos
saringan, jika suatu air mengandung partikel-partikel koloid.
2. Bau dan Rasa
Bau dan rasa pada air minum akan mengurangi penerimaan masyarakat
terhadap air tersebut. Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama dan
disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe
tertentu organisme mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia
seperti phenol. Bahan-bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari
berbagai sumber (Sutrisno, 2010).
Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa. Timbulnya rasa yang
menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yang
menyimpang tersebut biasanya dihubungkan dengan bau karena pengujian
terhadap rasa air jarang dilakukan. Air yang mempunyai bau tidak normal juga
13
tanaman dan binatang di perairan seperti air sungai, danau, dan reservoir
(Sutrisno, 2010).
7. Logam
Beberapa jenis logam yang biasanya terdapat didalam air antara lain Al,
Fe, Mn, Zn, dan Cu. Untuk Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/2010
menetapkan kadar zat besi di dalam air bersih yang diperbolehkan maksimum
1 mg/l, sedangkan Mangan sebesar 0,5 mg/l. Zat besi di dalam air minum pada
tingkat konsentrasi mg/l tidak memberikan pengaruh yang buruk pada
kesehatan, tetapi dalam kadar yang besar dapat meneyebabkan air menjadi
coklat kemerahan yang tidak diharapkan. Oleh karena itu didalam proses
pengolahan air minum, garam besi valensi dua (ferro) yang larut di dalam air
perlu dirubah menjadi garam besi valensi tiga (ferri) yang tidak larut di dalam
air sehingga mudah dipisahkan (Tatsunami,1971). Air yang mengandung
banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi, dan
bila Zink dalam kadar yang besar didalam air akan menimbulkan rasa pahit,
sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting
untuk metabolisme, karena kekuranganSeng dapat menyebabkan hambatan
pada pertumbuhan anak.
alami dan juga di dalam sistem pengolahan air, senyawa mangan dan besi berubah-
ubah tergantung derajat keasaman (pH) air. Sistem air alami pada kondisi reduksi,
mangan dan juga besi pada umumnya mempunyai valensi dua yang larut dalam air.
Oleh karena itu di dalam sistem pengolahan air, senyawa mangan dan besi valensi
dua tersebut dengan berbagai cara dioksidasi menjadi senyawa yang memiliki
valensi yang lebih tinggi yang tidak larut dalam air sehingga dapat dengan mudah
dipisahkan secara fisik. Mangan di dalam senyawa MnCO3, Mn(OH)2 mempunyai
valensi dua, zat tersebut relatif sulit larut dalam air, tetapi untuk senyawa Mn seperti
garam MnCl2, MnSO4, Mn(NO3)2 mempunyai kelarutan yang besar di dalam air
(Said, 2005).
Peavy, dkk., (1985) menyatakan bahwa mangan terlarut hanya pada kondisi
oksidasi +2 (Mn2+). Jika terjadi kontak dengan oksigen atau agen oksidasi lainnya,
Mn akan dioksidasi ke valensi yang lebih tinggi dan membentuk ion komplek baru
yang tidak terlarut. MnO2 yang dihasilkan bersifat tidak terlarut dalam air sehingga
akan terbentuk menjadi flok-flok yang dapat dipisahkan dengan air melalui proses
sedimentasi dan filtrasi.
Ion mangan (III) tidaklah stabil, tetapi ada beberapa kompleks yang
mengandung mangan dalam keadaan oksidasi +3, ia mudah mereduksi menjadi ion
mangan (II). Senyawa-senyawa mangan (IV), dengan kekecualian mangan (IV)
oksida atau mangan dioksida adalah titik stabil, karena baik ion mangan (IV)
maupun ion manganat (IV) mudah direduksi menjadi mangan (II). Senyawa-
senyawa mangan (IV) mengandung anion manganat (IV), ini stabil dalam larutan
basa dan mempunyai warna hijau. Pada penetralnya terjadi reaksi disproporsionasi,
terbentuk endapan mangan dioksida dan ion manganat (VII).
Mn2+ menjadi Mn4+. Koloid ini mengalami prsesipitasi membentuk warna coklat
gelap sehingga air menjadi keruh (Effendi, 2003).
Dalam kondisi aerob mangan dalam perairan terdapat dalam bentuk MnO 2
dan pada dasar perairan tereduksi menjadi Mn 2- atau dalam air yang kekurangan
oksigen. Oleh karena itu pemakaian air dari suatu sumber air, sering ditemukan
mangan dalam konsentrasi tinggi (Achmad, 2004).
Di dalam sistem air alami dan juga di dalam sistem pengolahan air, senyawa
mangan dan juga besi berubah-ubah tergantung derajat keasaman (pH) air.
Perubahan senyawa besi dan mangan di alam berdasarkan kondisi pH secara garis
besar dapat ditunjukkan seperti pada gambar 2-1.
Gambar 2.1 Keberadaan zat besi atau mangan di dalam lingkungan air alam
(Disesuaikan dari Tatsumi Iwao, 1971)
Di dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwa di dalam sistem air alami
pada kondisi reduksi, mangan dan juga besi pada umumnya mempunyai valensi dua
yang larut di dalam air. Oleh karena itu di dalam sistem pengolahan air senyawa
mangan dan besi valensi dua tersebut dengan berbagai cara oksidasi diubah menjadi
17
senyawa yang mempunyai valensi yang lebih tinggi yang tak larut di dalam air
sehingga dapat dengan mudah dipisahkan secara fisik. Walaupun Mn di dalam
senyawa senyawa MnCO3, Mn(OH)2 mempunyai valensi dua, zat tersebut relatif
sulit larut di dalam air, tetapi untuk senyawa Mn seperti garam MnCl 2, MnSO4,
Mn(NO3)2 mempunyai kelarutan yang besar di dalam air.
2.1.7. Filtrasi
Menurut Huisman, 1974, filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat
dari fluida (cair maupun gas) yang membawanya menggunakan suatu medium
berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat
halus dan koloid yang tersuspensi.
Filtrasi adalah proses pengolahan air secara fisik untuk menghilangkan
partikel padat dalam air dengan melewatkan air tersebut melalui material berpori
dengan diameter butiran dan ketebalan tertentu. Karakteristik media filter yang
berpengaruh penting pada kualitas filtrasi adalah ukuran butir yang dinyatakan
dalam gradasi butiran, bentuk, berat jenis, kekerasan dan porositas lapisan granular
18
besar akan meningkatkan rate dari filtrasi juga akan menyebabkan lolosnya
partikel halus yang akan disaring. Sebaliknya lubang pori yang terlalu halus
akan meningkatkan kemampuan menyaring partikel dan juga dapat
menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh partikel halus yang
tertahan ) terlalu cepat.
5. pH
Apabila pH air rendah akan berakibat terjadinya proses korosif sehingga
menyebabkan larutnya besi dan logam lainnya dalam air, pH yang rendah
kurang dari 7 dapat melarutkan logam. Dalam keadaan pH rendah, besi yang
ada dalam air berbentuk ferro dan ferri, dimana bentuk ferri akan mengendap
dan tidak larut dalam air dan tidak dapat dilihat dengan mata dan berakibat
terjadinya warna pada air, air berbau dan adanya karat pada air.5
Efisiensi penyisihan merupakan penurunan konsentrasi oleh reaktor. Nilai
efisiensi diperoleh dengan membandingkan influen dan efluen yang dinyatakan
dalam persen. Besarnya efisiensi dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Cin −Cout
%R= x100% ………………….(2.1)
Cin
Dimana:
R = Penyisihan
Cin = Kadar Mn awal (mg/l)
Cout = Kadar Mn akhir (mg/l)
Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah, filter pasir dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu filter pasir cepat dan filter pasir lambat.
a. Filter Pasir Cepat
Filter pasir cepat atau rapid sand filter adalah filter yang mempunyai
kecepatan filtrasi cepat, berkisar 4 hingga 21 m/jam. Proses pengolahan air
minum umumnya dilakukan sesudah proses koagulasi, flokulasi, dan
sedimentasi, media yang dipakai bisa berbentuk single media, dual media dan
mixed media. Tetapi secara umum media yang sering dipakai adalah anthracite,
pasir dan kerikil. Susunan media yang baik untuk filtrasi adalah bagian atas
21
kasar dan semakin ke bawah semakin halus. Hal ini untuk menghindari
terjadinya penyumbatan (clogging) di lapisan atas dan seluruh media dapat
dimanfaatkan sebagai filter.
b. Filter Pasir Lambat
Filter pasir lambat atau slow sand filter adalah filter yang mempunyai
kecepatan filtrasi yang lambat, yaitu sekitar 0,1 hingga 0,4 m/jam. Kecepatan
yang lebih lambat ini disebabkan ukuran media pasir lebih kecil (effective size
= 0,15 – 0,35 mm). Filter pasir lambat merupakan sistem filtrasi yang pertama
kali digunakan untuk pengolahan air, dimana sistem ini dikembangkan sejak
tahun 1800 SM. Prasedimantasi dilakukan pada air baku mendahului proses
filtrasi. Filter pasir lambat cukup efektif digunakan untuk menghilangkan
kandungan bahan organik dan organisme patogen pada air baku yang
mempunyai kekeruhan relatif rendah.
a. Single media
Satu jenis media seperti pasir silika, atau dolomit saja. Filter cepat
tradisional biasanya menggunakan pasir kwarsa.
b. Dual media
Misalnya digunakan pasir silica, dan anthrasit. Filter dual media sering
digunakan filter dengan media pasir kwarsa di lapisan bawah dan antharasit
pada lapisan atas.
c. Multi media
Misalnya digunakan pasir silica, anthrasit dan garnet atau dolomit.
Fungsi multi media adalah untuk memfungsikan seluruh lapisan filter agar
berperan sebagai penyaring (Suarni,2012).
22
alkali dan alkali tanah (terutama Ca,dan Na), m, x, y, dan z merupakan bilangan 2
hingga 10, n koefisien dari H2O, serta L adalah logam. Rumus zeolit secara empiris
ditulis sebagai berikut :
M2/n.Al2O3.xSiO2.yH2O………………….(2.4)
Dengan, M = kation alkali penetral
N = valensi logam alkali
X = bilangan terntentu dari 2 – 10
Y = bilangan terntentu dari 2 – 7
Secara sistematik struktur kerangka zeolit pada Gambar 2.3 dapat
digambarkan sebagai berikut (Oudejans, 1984 dikutip dalam Kahar, A., 2007).
Bentuk struktur dasar kristal zeolit disajikan pada Gambar 2.5 berikut ini :
Adapun unit penyusun struktur zeolit yand disajikan pada tabel 2.1 :
Tabel 2.1. Unit Penyusun Struktur Zeolit
Primary building units (PBU) Tetrahedra (TO4)
Tetrahedra of four oxygen ions with
a central ion of Si+, Al+, P+, etc.
Secondary building units (SBU) Single rings:
S-4, S-5, S-6, S-8, S-10, S-12
Double rings:
D-4, D-6, D-8
terinteraksi dengan molekul yang akan diadsorbsi. Jumlah molekul air sesuai
dengan pori-pori atau volume ruang hampa yang akan terbentuk bila unit sel
kristal zeolit tersebut dipanaskan.
b. Adsorbsi
Pengertian adsorbsi sendiri adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu
fluida (cairan maupun gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk
suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Adsorpsi secara
umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam
larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan
kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya. Definisi lain menyatakan
adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan atau antar
fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau
adsorben (Brady, 1999).
Dalam keadaan normal ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh
molekul air bebas yang berada di sekitar kation. Bila kristal zeolit dipanaskan
pada suhu 3000C-4000C maka air tersebut akan keluar sehingga zeolit dapat
berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan. Beberapa jenis mineral zeolit
mampu menyerap gas sebanyak 30% dan beratnya dalam keadaan kering.
Selain mampu menyerap gas atau zat, zeolit juga mampu memisahkan molekul
zat berdasarkan ukuran dan kepolarannya. Meskipun ada dua molekul atau lebih
yang dapat melintas, hanya sebuah saja yang dapat lolos karena adanya
pengaruh kutub antara molekul zeolit dengan zat tersebut. Molekul yang tidak
jenuh atau mempunyai kutub akan lebih mudah lolos daripada yang tidak
berkutub atau yang jenuh.
c. Penukar ion
Ion-ion pada rongga atau kerangka elektrolit berguna untuk menjaga
kenetralan zeolit. Ion-ion ini dapat bergerak bebas sehingga pertukaran ion yang
terjadi tergantung dari ukuran dan muatan maupun jenis zeolitnya. Sifat sebagai
penukar ion dari zeolit antara lain tergantung dari sifat kation, suhu, dan jenis
anion. Penukaran kation dapat menyebabkan perubahan sifat zeolit seperti
stabilitas terhdap panas, sifat adsorbsi dan aktifitas katalis.
29
dengan menambahkan kata sinteis seperti zeolit A, zeolit K-C dll. Zeolit sintetis
terbentuk ketika gel yang ada terkristalisasi pada suhu kamar sampai dengan 2000C
pada tekanan atmosferik ataupun autogenous. Metode ini sangat baik diterapkan
pada logam alkali untuk menyiapkan campuran gel yang reaktif dan homogennya
(Breck, 1974).
Sunardi dan Abdullah (2007) melaporkan telah mensintesis zeolit dengan
bahan baku abu layang batu bara dengan metode peleburan menggunakan NaOH
serta aplikasinya sebagai adsorben logam merkuri (II). Abu layang dan NaOH
dicampur dan dihomogenkan lalu dilebur pada temperatur 550 oC selama 60 menit.
Hasil peleburan ditambahkan akuades, diaduk selama 12 jam dan dihidrotermalkan
pada temperatur 90 oC selama 24 jam. Hasil karakterisasi menggunakan Fourrier
Transform Infra Red (FTIR) dan X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan bahwa
telah terbentuk zeolit tipe faujasit.
Salah satu cara pengaktivan zeolit secara fisika yaitu dengan pemanasan
(kalsinasi). Aktivasi secara fisika dilakukan melalui pengecilan ukuran butir,
pengayakan, dan pemanasan pada suhu tinggi, tujuannya untuk menghilangkan
pengotorpengotor organik, memperbesar pori, dan menguapkan molekul-molekul
air yang terperangkap dalam pori-pori kristal zeolit, sehingga luas permukaan pori-
pori bertambah.
Selain itu, proses kalisinasi diyakini dapat memperbaiki susunan kerangka
(framework) aluminosilikat (Al-Si-O) yang tidak stabil menjadi bentuk yang lebih
stabil dan menghasilkan susunan kristal zeolit yang lebih baik. Berikut ini
merupakan gambar struktur zeolit yang teraktivasi dengan pemanasan/kalsinasi :
34
dalam tangki dan diaduk dalam jangka waktu tertentu. Zeolit kemudian dicuci
dengan air sampai netral dan selanjutnya dikeringkan.
39
40
Nama Lokasi
NO. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
Efisiensi removal untuk Fe, Mn, dan
KMnO4 yang terjadi pada filter seri media
karbon aktif dan media mangan zeolit yaitu
sebesar: efisiensi removal untuk Fe mencapai
93,52%, Mn 97,14%, dan KMnO4 36,0%.
b. Semakin tebal media maka efisiensi penyisihan
semakin tinggi.
c. Dalam penelitian ini ketebalan media 40 cm
memiliki efisiensi penyisihan yang lebih tinggi
dibanding ketebalan 25 cm. Berikut adalah nilai
konsentrasi terbesar yang dapat diturunkan oleh
media filter dengan ketebalan 40 cm:
Pada filter karbon aktif, konsentrasi Fe
turun menjadi 0,793 mg/L, Mn turun menjadi
1,167 mg/L, dan KMnO4 turun menjadi
17,380 Mg/L.
Pada filter mangan zeolit, konsentrasi Fe
turun menjadi 0,195 mg/L, Mn turun menjadi
0,071 mg/L, dan KMnO4 turun menjadi 31,6
mg/L.
Pada filter seri karbon aktif dan mangan
zeolit, konsentrasi Fe turun menjadi 0,052
41
Nama Lokasi
NO. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
mg/L, Mn turun menjadi 0,048 mg/L, dan
KMnO4 turun menjadi 12,125 mg/L.
b. Semakin tinggi konsentrasi, maka ketebalan
media perlu ditambah. Menambah ketebalan
media mangan zeolit untuk Fe dan Mn berkadar
tinggi, sedangkan media karbon aktif
ditambahkan jika kadar KMnO4 yang tinggi.
c. Nilai penurunan penyisihan yang berbeda – beda
antara media serta efisiensi penyisihan yang
mencapai 95% hingga 100% menunjukkan
terjadinya Breakthrough pada media.
2. Nastiti Penurunan Dukuh a. Metode bersifat a. Adanya penurunan kandungan Fe dan Mn
Maharani Logam Besi dan Setro eksperimental yang menggunakan filtrasi media Pasir Silika – Zeolit
Oesman dan Mangan Rawasan, bertujuan untuk - Karbon Aktif dan Pasir Silika Manganese
Sugito Menggunakan Surabaya mengetahui Greensand - Karbon Aktif. Efektivitas
(2017) Filtrasi Media efektivitas penurunan penurunan kandungan Fe menggunakan media
Zeolit dan konsentrasi Fe dan Zeolit sebesar 57.13% dan Mn sebesar 70.00%.
Manganese Mn pada air tanah b. Sedangkan efektivitas penurunan kandungan Fe
Greendsand dengan menggunakan menggunakan media manganese greensand
Filtrasi media Pasir sebesar 78.36% dan Mn sebesar 88.21%. Debit
Silica – Zeolit - yang paling optimal untuk menurunkan
Karbon Aktif dan kandungan Fe dan Mn menggunakan media
42
Nama Lokasi
NO. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
Pasir Silica - Zeolit dan Manganese Greensand dalam
Manganese penelitian ini yaitu debit 1 L/menit. Hal ini
Greensand – Karbon dikarenakan semakin kecil debit, semakin lama
Aktif waktu tinggal, maka semakin besar efektivitas
b. Penelitian ditempuh penurunannya.
dengan memberikan
intervensi (perlakuan)
berupa filtrasi
3. Novia Reduksi Besi Surabaya Pada penelitian ini a. Penurunan kadar Fe dan Mn menggunakan
Rahmawati (Fe) dan Mangan dilakukan kajian sejauh media manganese greensand terpadukan resin
dan Sugito (Mn) pada Air mana efektivitas penukar ion menghasilkan efektivitas removal
Tanah removal media filtrasi Fe sebesar 94% dan 99% untuk removal Mn.
Menggunakan manganese greensand b. Konsentrasi Fe setelah treatment menggunakan
Media Filtrasi dan zeolit terpadukan media manganese greensand terpadukan resin
Manganese resin penukar ion dengan penukar ion adalah 0,316 mg/L dan 0,017 mg/L
Greensand dan variabel jenis media dan untuk Mn.
Zeolit lama waktu operasi c. Sedangkan efektivitas removal Fe
Terpadukan dalam menurunkan menggunakan media zeolit terpadukan resin
Resin konsentrasi Fe dan Mn penukar ion adalah 73% dan efektivitas removal
dalam air tanah. Mn adalah 98%.
d. Konsentrasi Fe setelah treatment menggunakan
media manganese greensand terpadukan resin
43
Nama Lokasi
NO. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
penukar ion adalah 1,424 mg/L dan 0,049 mg/L
untuk Mn.
4. Goa, A.A., Pembuatan Filter Desa Eksperimental Filter ganda mangan - zeolit dan arang aktif
Imanuel G., Ganda Mangan Noebesa, tempurung lontar mampu menurunkan kadar Mn
Anna A.M. Zeolit dan Kab. dan Fe setelah melewati ketiga media filter dengan
2010. Tempurung Timor efisiensi penurunan sebesar 66,46 % - 95,21 %.
Lontar Asal NTT Tengah
Untuk Selatan
Mneurunkan Fe
dan Mn Dalam
Limbah Cucian
Mangan
BAB III
METODE PENELITIAN
Ide Studi :
Efektivitas Kombinasi Media Filter Zeolit dan Karbon Aktif dalam
Menurunkan Kadar Mangan Air Sumur Melalui Proses Filtrasi
3.2.2. Alat
1. Bak penampung volume 25 liter
2. Botol sampel 600 ml
3. Pipa PVC 3 inc sebanyak 3 buah
4. Pipa PVC 1/2 inc
5. Pompa summersible
6. Ayakan sieve 20 mesh
7. Valve / kran
8. Sprayer
9. Oven
10. pH meter
11. Termometer
12. Spektrofotometri
7. Pada reaktor II yaitu zeolit alam yang telah diaktivasi fisika ukuran 20 mesh
dengan cara pemanasan dengan variasi ketebalan media 30, 40, 50, 60 dan 70
cm dan di atas zeolit ditambahkan karbon aktif ukuran diameter 20 mesh dengan
ketebalan 20 cm.
8. Dan reaktor III yaitu manganese greensand ukuran 20 mesh dengan variasi
ketebalan media 30, 40, 50, 60 dan 70 cm dan di atas manganese greensand
ditambahkan karbon aktif ukuran diameter 20 mesh dengan ketebalan media 20
cm. Ditambahkan kasa diantara zeolit dan karbon aktif pada setiap reaktor.
c. Manganese Greensand - KA
1. Debit (liter/menit) : 0.5 lt/mnt, 0.7 lt/mnt, 0.9 lt/mnt, 1.1 lt/mnt, 1.3 lt/mnt
2. Ketebalan media (cm): 30, 40, 50, 60 dan 70 cm
Rencana Bulan
No.
Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei
1. Penyusunan data
dan pengajuan
judul
2. Pengajuan
Proposal
3. Seminar
Proposal
4. Pelaksanaan
penelitian
5. Pengelolaan data,
analisis dan
penyusunan
laporan
50
BAB IV
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah air sumur yang diambil
dari kran, sebelum dimasukkan ke dalam jerigen kran dibuka selama 5 menit untuk
menghilangkan zat – zat yang masih tertinggal di instalasi perpipaan sehingga air
yang keluar homogen, selanjutnya dimasukkan ke dalam jerigen dan dianalisis di
Laboratorium Riset Teknik Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur. Sampel
berasal dari salah satu rumah warga yang ada di Kelurahan Sarirogo, Kecamatan
Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo.
Kondisi fisik air sumur yaitu berwarna kuning kecoklatan, berbau logam
dan berbau amis serta menimbulkan noda atau kerak berwarna coklat pada dinding
bak kamar mandi dan peralatan lainnya. Di bawah ini adalah gambar kondisi fisik
air sumur di Kelurahan Sarirogo, Kabupaten Sidoarjo.
Berikut ini merupakan hasil analisis awal sebelum air sumur diolah
menggunakan proses filtrasi menggunakan variasi jenis zeolit yang ditunjukkan
pada Tabel 4.1 dibawah ini :
51
52
Tabel 4.1 Hasil Analisa Karakteristik Awal Air Sumur di Kelurahan Sarirogo,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo
Hasil Uji
Parameter Satuan
I II
Mn mg/lt 2.31 2.35
pH - 7.4 7.4
0
Suhu C 29 29
(Sumber Data Primer : Laboratorium Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur)
Seluruh media filter berupa zeolit alam, manganese greensand dan karbon
aktif dicuci menggunakan aquades hingga pengotornya hilang. Setelah melalui
proses pencucian, variasi media zeolit alam dan manganese greensand dijemur di
bawah sinar matahari selama 1 hari. Sedangkan media karbon aktif dioven dengan
suhu 1050C selama 2 jam untuk mengembalikan kemampuan daya adsorbnya.
Berbeda dengan media lainnya, untuk variasi media zeolit alam teraktivasi di oven
dengan suhu 2000C selama 1,5 jam untuk menghilangkan kadar airnya. Setelah
kering, proses selanjutnya yaitu semua media diayak sesuai ukuran yang ditentukan
yaitu 20 mesh.
Setelah rangkaian proses di atas, seluruh media dapat digunakaan dalam
proses filtrasi. Variasi yang digunakan ada tiga variasi media filter yaitu zeolit alam
+ karbon aktif, zeolit alam teraktivasi fisika + karbon aktif dan media komersil
manganese greensand + karbon aktif, kemudian variasi ketebalan media yaitu 30,
40, 50, 60, 70 cm dan debit 0.5, 0.7, 0.9, 1.1, 1.3 liter/menit.
54
Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat bahwa media filter karbon aktif mampu
menurunkan kadar mangan dari 2,3 mg/liter menjadi 1,4 mg/liter. Sehinggga dapat
dikatakan bahwa karbon aktif efektif dalam menurunkan kadar mangan air sumur.
Persentase efisiensi penurunan kadar mangan yang dihasilkan oleh media filter
karbon aktif yaitu sebesar 40.8 %. Hal ini disebabkan karena minimnya kemampuan
karbon aktif dalam menyerap Mn.
difilter dengan media zeolit alam, zeolit alam teraktivasi fisika, dan manganese
greensand yang dikombinasi dengan karbon aktif setebal 20 cm. Dan berikut ini
merupakan tabel hasil akhir kadar mangan (mg/liter) setelah pengolahan
menggunakan kombinasi media filter zeolit alam – karbon aktif :
Tabel 4.3 Hasil Akhir Kadar Mangan Setelah Pengolahan Menggunakan
Kombinasi Media Filter Zeolit Alam – KA
Ketebalan Media (cm) Kadar Mn (mg/liter)
Q
No Karbon
(lt/mnt) Zeolit Alam Awal Akhir
Aktif
1 30 20 2.3 1.4
2 40 20 2.3 1.3
3 0.5 50 20 2.3 1.0
4 60 20 2.3 1.0
5 70 20 2.3 0.9
1 30 20 2.3 1.4
2 40 20 2.3 1.3
3 0.7 50 20 2.3 1.2
4 60 20 2.3 1.0
5 70 20 2.3 0.9
1 30 20 2.3 1.4
2 40 20 2.3 1.3
3 0.9 50 20 2.3 1.1
4 60 20 2.3 1.0
5 70 20 2.3 0.9
1 30 20 2.3 1.6
2 40 20 2.3 1.3
3 1.1 50 20 2.3 1.4
4 60 20 2.3 1.2
5 70 20 2.3 1.1
1 30 20 2.3 1.7
2 40 20 2.3 1.5
3 1.3 50 20 2.3 1.4
4 60 20 2.3 1.2
5 70 20 2.3 1.1
(Sumber Data Primer : Laboratorium Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur)
56
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa media filter zeolit alam – karbon
aktif efektif dalam menurunkan kadar mangan. Hal ini dibuktikan dengan adanya
penurunan kadar Mn setelah dilakukan pengolahan. Penurunan terbesar terdapat
pada variasi debit 0,5 liter/menit dengan ketebalan media zeolit alam 70 cm –
karbon aktif 20 cm yaitu hasil akhir kadar mangan sebesar 0,9 mg/liter.
Berikut ini adalah grafik pengaruh variasi debit dan ketebalan media variasi
jenis zeolit alam – karbon aktif terhadap penurunan kadar Mn :
65
60
55
%EFISIENSII PENURUNAN
50
45
40
35
30
25
20
50 55 60 65 70 75 80 85 90 95
KETEBALAN MEDIA (CM)
debit 0,5 debit 0,7 debit 0,9 debit 1,1 debit 1,3
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Variasi Ketebalan Media (cm) dan Debit (liter/menit)
terhadap Efisiensi Penurunan Kadar Mn (%) dengan Media Zeolit
Alam – Karbon Aktif
20 cm dan debit 1,3 liter/menit, yaitu sebesar 24%. Pada proses tersebut
menunjukkan bahwa hasil penurunan kadar mangan pada setiap variasi debit
memiliki nilai peningkatan yang signifikan, dimana bahwa semakin kecil debit
yang dialirkan, maka persentase efisiensi penurunan kadar mangan semakin
meningkat. Namun pada variasi debit 1,1 lt/menit mengalami hasil persentase
efisiensi penurunan kadar mangan yang tidak stabil pada masing – masing
ketebalan media.
Dapat dilihat bahwa debit dan ketebalan media berpengaruh terhadap
efisiensi penurunan kadar mangan air sumur. Semakin kecil debit yang digunakan
maka semakin besar efisiensi penurunannya, sebaliknya semakin besar debit yang
digunakan maka semakin kecil efisiensi penurunannya. Hal ini disebabkan karena
semakin kecil debit yang dialirkan, maka waktu kontak air dengan media filter
semakin lama, sehingga efektivitas penurunannya semakin tinggi, sebaliknya
apabila semakin besar debit, maka air berkontak dengan media semakin singkat
menyebabkan persentase efisiensi penurunannya semakin rendah.
Seperti halnya dengan debit, ketebalan media juga berpengaruh terhadap
persentase efisiensi penurunan kadar mangan dimana semakin tebal media maka
persentase penurunan kadar mangan semakin efektif. Hal ini dikarenakan semakin
banyak media yang ditambahkan, maka semakin luas permukaan pori - pori yang
dapat mengikat kation di dalam air sehingga kadar Mn di dalam air semakin
berkurang. Apabila terjadi kondisi persentase yang tidak stabil, yaitu seperti pada
debit 1,1 liter/menit dengan ketebalan media zeolit alam 50 cm – karbon aktif 20
cm mengalami penurunan cukup jauh dibandingkan dengan ketebalan media zeolit
alam 40 cm – karbon aktif 20 cm dapat diakibatkan karena pori – pori media zeolit
alam yang digunakan pada variasi tersebut masih mengandung kadar air yang cukup
banyak sehingga media tidak dapat menyerap mangan secara optimal.
Berikut ini adalah tabel hasil akhir kadar mangan (mg/liter) setelah
pengolahan menggunakan kombinasi media filter zeolit alam teraktivasi fisika –
karbon aktif :
58
1 30 20 2.3 1.3
2 40 20 2.3 1.3
3 0.7 50 20 2.3 1.1
4 60 20 2.3 0.9
5 70 20 2.3 0.8
1 30 20 2.3 1.3
2 40 20 2.3 1.3
3 0.9 50 20 2.3 1.1
4 60 20 2.3 1.0
5 70 20 2.3 0.9
1 30 20 2.3 1.5
2 40 20 2.3 1.3
3 1.1 50 20 2.3 1.2
4 60 20 2.3 1.1
5 70 20 2.3 1.0
1 30 20 2.3 1.5
2 40 20 2.3 1.3
3 1.3 50 20 2.3 1.3
4 60 20 2.3 1.0
5 70 20 2.3 1.1
(Sumber Data Primer : Laboratorium Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur)
Penurunan terbesar terdapat pada variasi debit 0,5 liter/menit dengan ketebalan
media zeolit alam teraktivasi fisika 70 cm – karbon aktif 20 cm yaitu hasil akhir
kadar mangan sebesar 0,7 mg/liter.
Berikut ini adalah grafik pengaruh variasi debit dan ketebalan media variasi
jenis zeolit alam teraktivasi fisika terhadap penurunan kadar Mn :
80
70
%EFISIENSI PENURUNAN
60
50
40
30
20
50 55 60 65 70 75 80 85 90 95
KETEBALAN MEDIA (CM)
debit 0,5 debit 0,7 debit 0,9 debit 1,1 debit 1,3
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Variasi Ketebalan Media (cm) dan Debit (liter/menit)
terhadap Efisiensi Penurunan Kadar Mn (%) dengan Media Zeolit
Alam Teraktivasi Fisika – Karbon Aktif
kadar mangan pada setiap variasi debit memiliki nilai peningkatan yang signifikan,
dimana bahwa semakin kecil debit yang dialirkan, maka persentase penurunan
kadar mangan semakin efektif.
Dapat dilihat bahwa debit dan ketebalan media berpengaruh terhadap
efisiensi penurunan kadar mangan air sumur. Semakin kecil debit yang digunakan
maka semakin besar efisiensi penurunannya, sebaliknya semakin besar debit yang
digunakan maka semakin kecil efisiensi penurunannya. Hal ini disebabkan karena
semakin kecil debit yang dialirkan, maka waktu kontak air dengan media filter
semakin lama, sehingga efektivitas penurunannya semakin tinggi, sebaliknya
apabila semakin besar debit, maka air berkontak dengan media semakin singkat
menyebabkan persentase efisiensi penurunannya semakin rendah.
Seperti halnya dengan debit, ketebalan media juga berpengaruh terhadap
persentase efisiensi penurunan kadar mangan dimana semakin tebal media maka
persentase penurunan kadar mangan semakin efektif. Hal ini dikarenakan semakin
banyak media yang ditambahkan, maka semakin luas permukaan pori - pori yang
dapat mengikat kation di dalam air sehingga kadar Mn di dalam air semakin
berkurang. Namun pada variasi debit 1,3 lt/menit pada ketebalan media zeolit alam
teraktivasi fisika 60 cm – karbon aktif 20 cm memiliki hasil persentase penurunan
kadar mangan yang lebih efektif dibandingkan pada ketebalan media zeolit alam
teraktivasi fisika 70 cm – karbon aktif 20 cm. Hal tersebut dapat diakibatkan karena
kadar air dalam pori – pori media zeolit yang digunakan tidak terdehidrasi secara
optimal saat dipanaskan di oven sehingga media kurang efektif dalam menyerap
mangan (Mn).
Berikut ini adalah tabel hasil akhir kadar mangan (mg/liter) setelah
pengolahan menggunakan kombinasi media filter manganese greensand – karbon
aktif :
61
1 30 20 2.3 1.0
2 40 20 2.3 0.9
3 0.7 50 20 2.3 0.9
4 60 20 2.3 0.7
5 70 20 2.3 0.6
1 30 20 2.3 1.0
2 40 20 2.3 1.0
3 0.9 50 20 2.3 0.8
4 60 20 2.3 0.7
5 70 20 2.3 0.6
1 30 20 2.3 1.1
2 40 20 2.3 1.0
3 1.1 50 20 2.3 1.0
4 60 20 2.3 0.9
5 70 20 2.3 0.7
1 30 20 1.1
2 40 20 2.3 1.0
3 1.3 50 20 2.3 1.0
4 60 20 2.3 0.9
5 70 20 2.3 0.8
(Sumber Data Primer : Laboratorium Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur)
Penurunan terbesar terdapat pada variasi debit 0,5 liter/menit dengan ketebalan
media zeolit alam teraktivasi fisika 70 cm – karbon aktif 20 cm yaitu hasil akhir
kadar mangan sebesar 0,5 mg/liter.
Berikut ini adalah grafik pengaruh variasi debit dan ketebalan media variasi
jenis manganese greensand terhadap penurunan kadar Mn :
85
80
75
%EEFISIENSI PENURUNAN
70
65
60
55
50
50 55 60 65 70 75 80 85 90 95
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Variasi Ketebalan Media (cm) dan Debit
(liter/menit) terhadap Efisiensi Penurunan Kadar Mn (%) dengan
Media Manganese Greensand – Karbon Aktif
kecil debit yang dialirkan, maka persentase penurunan kadar mangan semakin
meningkat.
Dapat dilihat bahwa debit dan ketebalan media berpengaruh terhadap
efisiensi penurunan kadar mangan air sumur. Semakin kecil debit yang digunakan
maka semakin besar efisiensi penurunannya, sebaliknya semakin besar debit yang
digunakan maka semakin kecil efisiensi penurunannya. Hal ini disebabkan karena
semakin kecil debit yang dialirkan, maka waktu kontak air dengan media filter
semakin lama, sehingga efektivitas penurunannya semakin tinggi, sebaliknya
apabila semakin besar debit, maka air berkontak dengan media semakin singkat
menyebabkan persentase efisiensi penurunannya semakin rendah.
Ketebalan media juga berpengaruh terhadap persentase efisiensi penurunan
kadar mangan dimana semakin tebal media yang digunakan maka persentase
penurunan kadar mangan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan semakin banyak
media yang ditambahkan, maka semakin luas permukaan pori - pori yang dapat
mengikat kation di dalam air sehingga kadar Mn di dalam air semakin berkurang.
Berdasarkan gambar, 4.1, 4.2 dan 4.3, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa persentase efisiensi penurunan kadar mangan air sumur oleh masing –
masing kombinasi media dari ketiga variasi jenis zeolit – karbon aktif memiliki
perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan dengan variabel kontrol (karbon
aktif 20 cm). Dimana apabila media karbon aktif ketebalan 20 cm dikombinasikan
dengan berbagai jenis zeolit, maka persentase penurunan kadar mangan semakin
efektif. Dan pada penelitian ini didapatkan persen penurunan kadar Mn paling
efektif yaitu sebesar 80% pada ketebalan media filter manganese greensand 70 cm
- karbon aktif 20 cm dengan debit 0,5 liter/menit. Sedangkan untuk hasil terendah
ada pada jenis media zeolit alam ketebalan media 30 cm – KA 20 cm dengan debit
1,3 liter/menit yaitu sebesar 24%.
Pada kombinasi media filter zeolit alam – karbon aktif persentase penurunan
kadar mangan paling efektif sebesar 63% pada ketebalan media zeolit alam 70 cm
– karbon aktif 20 cm. Sedangkan pada kombinasi media filter zeolit alam teraktivasi
fisika – karbon aktif persentase penurunan kadar mangan paling efektif sebesar
68% pada ketebalan media zeolit alam 70 cm – karbon aktif 20 cm. Persentase
64
penurunan kadar mangan kombinasi media filter zeolit alam teraktivasi fisika –
karbon aktif lebih efektif dibandingkan dengan kombinasi media filter zeolit alam
– karbon aktif. Hal ini disebabkan karena, proses pengaktivan zeolit alam dengan
pemanasan dalam oven bersuhu 2000C menghilangkan kadar air yang terperangkap
dalam rongga rongga zeolit sehingga memperluas permukaan pori – porinya,
sehingga meningkatkan daya serapnya.
Dalam penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa zeolit dapat diaktivasi
secara fisika dengan suhu 2000C selama 1,5 jam mampu menurunkan kadar Mn air
sumur. Karena menurut Dian Kusuma dan Anthonius (2010), apabila zeolit
dipanaskan melebihi temperatur maksimalnya, maka akan merusak struktur zeolit
itu sendiri. Dengan rusaknya struktur di dalam kristal akan mengakibatkan
berkurangnya ruang–ruang hampa dara di dalam zeolit dan akhirnya akan
mengurangi daya adsorpsi zeolit.
Zeolit merupakan mineral yang memiliki rongga atau pori yang selektif
dalam melakukan penyerapan. Sedangkan karbon aktif memiliki pori - pori yang
lebih besar daripada zeolit. Hal ini menyebabkan karbon aktif dapat melakukan
filtrasi terhadap molekul yang bersifat non polar. Pori-pori yang dimiliki zeolit
lebih kecil sehingga dapat melakukan penyerapan terhadap molekul polar, seperti
Mn. Kedua sifat mineral dan mineraloid yang cenderung berbeda ini merupakan
kombinasi yang bagus untuk melakukan penyerapan terhadap air (Utama, dkk,
2017).
Zeolit mempunyai sifat kimia dasar yang membuatnya mampu bertindak
sebagai penukar ion yang baik. Selain itu zeolit mempunyai luas permukaan besar
dengan distribusi ukuran pori yang kecil. Oleh karena itu zeolit mempunyai
kemampuan mengurangi kandungan mangan dari dalam air yang besar melalui
kemampuan adsorbsinya yang didukung dengan kemampuannya sebagai penukar
ion. Efisiensi zeolit yang besar tersebut mungkin juga dikarenakan diameter pori-
pori zeolit yang digunakan sesuai untuk penyaringan mangan.
Media filter zeolit merupakan senyawa dengan kation aktif yang bergerak
dan umumnya bertindak sebagai penukar ion. Sedangkan keberadaan atom
alumunium di dalam zeolit akan menyebabkan memiliki muatan negatif. Muatan
65
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kombinasi media filter manganese greensand – karbon aktif paling efektif
dalam menurunkan kandungan Mn dari 2,3 mg/lt menjadi 0,5 mg/lt dengan
efisiensi penurunan sebesar 80% pada ketebalan media manganese greensand
70 cm – karbon aktif 20 cm dengan debit 0,5 liter/menit .
2. Pada kombinasi media filter zeolit alam – karbon aktif efisiensi penurunan
kadar mangan paling efektif sebesar 63% pada ketebalan media zeolit alam 70
cm – karbon aktif 20 cm dengan debit 0,5 liter/menit. Sedangkan pada
kombinasi media filter zeolit alam teraktivasi fisika – karbon aktif efisiensi
penurunan kadar mangan paling efektif sebesar 68% pada ketebalan media
zeolit alam 70 cm – karbon aktif 20 cm dengan debit 0,5 liter/menit.
3. Hal yang menyebabkan kombinasi media filter manganese greensand – karbon
aktif lebih efektif dibandingkan media filter zeolit alam dan zeolit alam
teraktivasi fisika karena manganese greensand adalah zeolit sintetis yang
permukaannya telah dilapisi oleh mangan oksida tinggi.
4. Penambahan media filter karbon aktif berpengaruh terhadap efektivitas
penurunan kadar mangan (Mn) air sumur dimana apabila dikombinasikan
dengan tiga jenis zeolit, maka efisiensi penurunannya semakin besar.
5. Dapat disimpulkan bahwa debit dan ketebalan media berpengaruh terhadap
efektivitas penurunan kadar mangan yang dihasilkan melalui proses filtrasi
dimana semakin kecil debit yang dialirkan maka semakin besar efisiensi
penurunannya. Dan apabila semakin tebal media yang digunakan, maka
semakin besar efisiensi penurunannya.
66
67
5.2. Saran
Masyarakat diharapkan dapat melakukan pengolahan menggunakan media
filter zeolit alam, zeolit alam teraktivasi fisika dan manganese greensand dapat
digunakan dalam memperbaiki kualitas air bersih. Dan diharapkan penelitian
tentang media filter air bersih dapat dikembangkan dengan menggunakan berbagai
media filter yang ada di alam Indonesia ini, sehingga dapat dipergunakan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Edisi 1. Yogyakarta. Andi Offset. hlm. 15-
16.
Agustiningtyas, Z., 2012, Optimasi Adsorpsi Ion Pb(II) Mengunakan Zeolit Alam
Termodifikasi Ditizon, Departemen Kimia, FMIPA IPB, Bogor.
Breck, D.W. 1974. Zeolite Molecular Sieves. John Willey Interscience : New York.
Departemen Kesehatan RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air. Jakarta.
Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Fauziah, Adelina. 2010. Efektivitas Saringan Pasir Cepat Dalam Menurunkan
Kadar Mangan (Mn) Pada Air Sumur Dengan Penambahan Kalium
Permanganat (KMnO4) 1%. Skripsi FKM USU : Medan.
Huisman, L. and W. E. Wood. 1974. Slow Sand Filtration : Genewa World Health
Organization.
Lefond, S. J., 1983, Industrial minerals and rocks (Nonmetallic other than fuels),
fifth 5 th edition, Vol. 2, AIME. Inc, New York.
Makhmudah, N dan Suprihanto. 2010. Penyisihan Besi-Mangan, Kekeruhan dan
Warna Menggunakan Saringan Pasir Lambat Dua Tingkat Pada Kondisi Aliran
Tak Jenuh (Studi Kasus : Air Sungai Cikapundung). Program Studi Teknik
Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
Mulia RM. 2005. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Graha Ilmu.
Mursi Sutarti. 1994. Zeolit : Tinjauan Literatur. PDII : Jakarta.
Oesman, Nastiti Maharani dan Sugito. 2017. Penurunan Logam Besi dan Mangan
Menggunakan Filtrasi Media Zeolit dan Manganese Greendsand. Surabaya :
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas PGRI Adi Buana.
Peavy, H. S., Rowe, D. R., Tchobanoglous, G. 1985. Environmental Engineering,
McGraw Hill. USA.
68
69
Potabuga, Hardianti dkk. 2014. Analisis Pemberian Dosis Arang Tongkol Jagung
dalam Menurunkan Kadar Mangan (Mn) pada Air (Study Kasus di Sumur
Gali Kos Kharisma Kota Gorontalo). Gorontalo: Universitas Negeri
Gorontalo.
Rahmawati A. 2009. Efisiensi Filter Pasir-Zeolit dan Filter Pasir-Arang Tempurung
Kelapa dalam Rangkaian Unit Pengolahan untuk Mengurangi Kandungan
Mangan dalam Air. Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Razif, M., 1986.”Diktat Bangunan Pengolahan Air Minum” Jilid 2, Institut
Teknologi Sepuluh November Surabaya.
Reynold, T.D. and Richards, P.A. 1996. Unit Operations and Processes in
Environmental Engineering. PWS Publishing Company : New York.
Said, N.I. 2005. Metode Penghilangan Zat Besi dan Mangan di dalam Penyediaan
Air Minum Domestik. Jurnal Air Indonesia (JAI).
Sari, Winda K., dan Karnaningroem, N. 2002. Penurunan Besi dan Mangan dengan
menggunakan cascade Aerator dan Rapid Sand Filter pada Air Sumur Gali.
Surabaya: Fakultas Teknik Lingkungan, Fakultas FTSP Kampus ITS Sukolilo
Surabaya
Sudirjo, M. 2006. Pembuatan Karbon Aktif Dari Kulit Kacang Tanah (Arachis
Hypogeae) dengan Aktivator Asam Sulfat. Laporan Tugas Akhir, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Sugiharto. 1987.Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press: Jakarta
Sutarti, M. dan M. Rachmawati. 1994. Zeolit : Tinjauan Literatur. Jakarta : Pusat
dokumentasi dan dan Informasi LIPI.
LAMPIRAN A
DATA HASIL PENELITIAN
Tabel A.1 Pengaruh Debit dan Ketebalan Media terhadap Hasil Penurunan Kadar
Mn dan Persentase Efisiensi Penurunan Mangan pada Ketebalan Media
Variasi Jenis Zeolit 30 cm – Karbon Aktif 20 cm
Tabel A.2 Pengaruh Debit dan Ketebalan Media terhadap Hasil Penurunan Kadar
Mn dan Persentase Efisiensi Penurunan Mangan pada Ketebalan Media
Variasi Jenis Zeolit 40 cm – Karbon Aktif 20 cm
70
71
Tabel A.3 Pengaruh Debit dan Ketebalan Media terhadap Hasil Penurunan Kadar
Mn dan Persentase Efisiensi Penurunan Mangan pada Ketebalan Media
Variasi Jenis Zeolit 50 cm – Karbon Aktif 20 cm
Tabel A.4 Pengaruh Debit dan Ketebalan Media terhadap Hasil Penurunan Kadar
Mn dan Persentase Efisiensi Penurunan Mangan pada Ketebalan Media
Variasi Jenis Zeolit 60 cm – Karbon Aktif 20 cm
Tabel A.5 Pengaruh Debit dan Ketebalan Media terhadap Hasil Penurunan Kadar
Mn dan Persentase Efisiensi Penurunan Mangan pada Ketebalan Media
Variasi Jenis Zeolit 70 cm – Karbon Aktif 20 cm
Tabel A.6 Hasil Perhitungan Waktu Detensi (td) pada Media Zeolit Alam – Karbon
Aktif
Tabel A.7 Hasil Perhitungan Waktu Detensi (td) pada Media Zeolit Alam
Teraktivasi Fisika – Karbon Aktif
Tabel A.8 Hasil Perhitungan Waktu Detensi (td) pada Media Manganese Greensand
– Karbon Aktif
KURVA KALIBRASI
ANALISA Mn
λ = 525 nm
Konsentrasi %
Mn (mg/L) Transmitan
0 100
0.5 89.6
1 78.6
2 65.6
4 35.7
5 24.4
120
80
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6
konsentrasi Mn (mg/L)
76
Tabel B.1 Hasil % Transmitan Spektrofotometri Media Zeolit Alam – Karbon Aktif
Q % Kadar Mn
No Media h (cm)
(lt/mnt) Transmittan (mg/liter)
1 30 78.2 1.4
2 40 79.3 1.3
3 Zeolit Alam 0.5 50 83.5 1.0
4 60 84.2 1.0
5 70 86.5 0.9
1 30 78.6 1.4
2 40 79 1.3
3 Zeolit Alam 0.7 50 81.2 1.2
4 60 83.6 1.0
5 70 85.7 0.9
1 30 78.2 1.4
2 40 79 1.3
3 Zeolit Alam 0.9 50 83.2 1.1
4 60 84.8 1.0
5 70 85.3 0.9
1 30 74.3 1.6
2 40 79.5 1.3
3 Zeolit Alam 1.1 50 77.2 1.4
4 60 81.7 1.2
5 70 83 1.1
1 30 72.5 1.7
2 40 76.1 1.5
3 Zeolit Alam 1.3 50 78 1.4
4 60 81.6 1.2
5 70 82.7 1.1
77
78
Q % Kadar Mn
No Media h (cm)
(lt/mnt) Transmittan (mg/liter)
1 30 79.5 1.3
2 Zeolit 40 81.3 1.2
Alam
3 0.5 50 84 1.0
Teraktivasi
4 Fisika 60 86.3 0.9
5 70 88.4 0.7
1 30 79 1.3
2 Zeolit 40 79.4 1.3
Alam
3 0.7 50 81.9 1.1
Teraktivasi
4 Fisika 60 86 0.9
5 70 87.2 0.8
1 30 78.9 1.3
2 Zeolit 40 79.1 1.3
Alam
3 0.9 50 82.9 1.1
Teraktivasi
4 Fisika 60 84.2 1.0
5 70 85.8 0.9
1 30 76.2 1.5
2 Zeolit 40 79.4 1.3
Alam
3 1.1 50 80.6 1.2
Teraktivasi
4 Fisika 60 82.5 1.1
5 70 83.8 1.0
1 30 76.4 1.5
2 Zeolit 40 79.8 1.3
Alam
3 1.3 50 80.2 1.3
Teraktivasi
4 Fisika 60 84.6 1.0
5 70 83 1.1
79
Q % Kadar Mn
No Media h (cm)
(lt/mnt) Transmitan (mg/liter)
1 30 85.2 0.94
2 40 85.4 0.92
Manganese
3 0.5 50 89.6 0.66
Greensand
4 60 90.2 0.62
5 70 92.6 0.47
1 30 84.9 0.96
2 40 85.1 0.94
Manganese
3 0.7 50 86.3 0.87
Greensand
4 60 88.9 0.70
5 70 90.5 0.60
1 30 83.7 1.03
2 40 84.1 1.01
Manganese
3 0.9 50 87.4 0.80
Greensand
4 60 89.3 0.68
5 70 90.1 0.63
1 30 82.1 1.13
2 40 84.3 0.99
Manganese
3 1.1 50 83.8 1.03
Greensand
4 60 85.5 0.92
5 70 88.7 0.72
1 30 82 1.14
2 40 83.8 1.03
Manganese
3 1.3 50 83.6 1.04
Greensand
4 60 86 0.89
5 70 86.7 0.84
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
80
81
85
y = 0.5512x + 30.997
80 R² = 0.947
75
efisiensi penurunan
70
65
60
55
50
40 50 60 70 80 90 100
ketebalan media manganese - KA
Chart Title
100
y = 0.5512x + 30.997
Axis Title
R² = 0.947
y y==0.3958x
0.475x ++ 38.358
32.236
R² == 0.927
R² 0.9438
50
0 40 80 120
Axis Title