Anda di halaman 1dari 96

SKRIPSI

EFEKTIVITAS KOMBINASI MEDIA FILTER ZEOLIT


dan KARBON AKTIF DALAM MENURUNKAN
KADAR MANGAN
AIR SUMUR

Oleh :
ZELNA RATNA NOER NABILA
NPM 1552010048

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA
TIMUR
SURABAYA
2019
BIODATA
Nama Lengkap Zelna Ratna Noer Nabila
Studi Teknik Lingkungan
NPM 1552010048
TTL Surabaya, 22 Agustus 1996
Alamat Siwalan Kerto Utara II No. 34 Surabaya
Telepon 085853751811
Email zelnaratna@gmail.com
PENDIDIKAN
Tahun
No Institusi Jurusan Keterangan
Masuk Lulus
FT UPN “Veteran” Jawa Teknik
1 2015 2019 Lulus
Timur Lingkungan
2 SMA Negeri 18 Surabaya IPA 2011 2014 Lulus

3 SMP Negeri 12 Surabaya - 2008 2011 Lulus


SDN Margorejo I
4 - 2002 2008 Lulus
Surabaya
TUGAS AKADEMIK
NO TUGAS JUDUL/TEMPAT TAHUN
Desa Pakisaji, Kecamatan Kademangan, Kabupaten
1 KKN 2018
Blitar
Kuliah PDAM KarangPilang, Coca-Cola Amatil Pasuruan,
2 2018
Lapangan PT.ITDC Bali, DSDP Bali, PDAM Badung Bali
Kerja Pengelolaan dan Pengolahan Limbah B3 Serta Sistem
3 2018
Praktik Manajemen K3 PT. ISPAT INDO Sidoarjo
Tugas
4 Bangunan Pengolahan Air Buangan Industri Kayu Lapis 2018
Perencanaan
Efektivitas Kombinasi Media Filter Zeolit dan Karbon
5 SKRIPSI 2019
Aktif dalam Menurunkan Kadar Mangan Air Sumur
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Binti Ismiyah
Alamat Siwalan Kerto Utara II No. 34 Surabaya
Telepon 081335110262
Pekerjaan PNS
Surabaya, Mei 2019

Penulis

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Efektivitas
Kombinasi Media Filter Zeolit dan Karbon Aktif Dalam Menurunkan Kadar
Mangan Air Sumur”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membuhi sebagian syarat memperoleh
gelar sarjana pendidikan bagi mahasiswa S1 pada program studi Teknik
Lingkungan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini.
Selama menyelesaikan skirpsp ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai
pihak baik secara moral maupun materiil. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Dra. Jariyah, MP., selaku Dekan Fakultas Teknik, UPN “Veteran” Jawa
Timur.
2. Ibu Dr. Ir. Novirina Hendrasarie, MT selaku Koordinator Program Studi Teknik
Lingkungan, UPN “Veteran” Jawa Timur..
3. Bapak Ir. Yayok Suryo P., MS selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan ilmu, kritik maupun saran yang sangat berguna dan membangun
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen lainnya yang sudah memberikan arahan dan bimbingan
yang sangat berguna.
5. Orang tua dan keluarga saya tercinta yang selalu memberikan dukungan doa,
semangat, dan materi.
6. Teman – teman progdi Teknik Lingkungan angkatan ‘15 yang selalu berbagi
pengetahuan dan ilmu, terimakasih atas doa dan dukungannya. Semoga cepat
bisa mendapat tambahan ST dibelakang nama kita.
7. Semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu disini yang juga turut
membantu kelancaran skripsi ini.

i1
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan menjadi bahan masukan di dunia pendidikan.

Surabaya, Mei 2019

Penulis

ii
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….….....iii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….….iv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………...v
ABSTRAK………………………………………………………………………..vi
ABSTRAC……………………………………………………………………….vii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………..……….…...1
1.2. Rumusan Masalah ……......…………………………………………...3
1.3. Tujuan Penelitian ….……………………………………………………..4
1.4. Manfaat Penelitian …..…………………………………………………..4
1.5. Ruang Lingkup Penelitian …..……………………………………………4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….6
2.1. Tinjauan Umum ………………………………………….………..…….6
2.1.1. Air Bersih……………………………………………………………6
2.1.2. Sumur Bor……………………………………………………….......7
2.1.3. Sumber Pencemar Air Bersih……………………………..…………8
2.1.4. Pencemaran Air dan Dampaknya bagi Kesehatan…………………..8
2.1.5. Standar Baku Mutu Air Bersih …………………………………...10
2.1.6. Mangan…………………………………………………………......14
2.1.7. Filtrasi ……………………………………………………………...17
2.2. Landasan Teori ………………………………………………...………23
2.2.1. Zeolit .……………………………………………………………...23
2.2.2. Jenis Zeolit…………………………………………………….........30
2.2.3. Karbon Aktif .……………………………………………………...36
2.2.4. Penelitian Terdahulu……………………...………………………...39
BAB III METODE PENELITIAN.…………………………………………..…..44
3.1. Kerangka Penelitian………………………………… ……………....….44
3.2. Bahan dan Alat …………………………………………………..….......45
3.3. Cara Kerja ………………………...…………………………………….45

iii
3
4

3.4. Variabel Penelitian………………………………… ……………......….47


3.5. Parameter yang Dianalisa ………………………………………..….......48
3.6. Gambar Reaktor…………………...…………………………………….48
3.7. Jadwal Penelitian..………………...…………………………………….50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………...……….…...51
4.1. Pengujian Kadar Mangan (Mn) Awal……………………………….…..51
4.2. Proses Penyediaan Media Filtrasi ……………………………..……….…..53
4.3. Hasil Penelitian…………………….………………………….…….…..54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………66
5.1. Kesimpulan……………………………………………………………………..66
5.2. Saran……………………………………………………………………………67
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………68
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.Unit Penyusun Struktur Zeolit ………………………………….…...27


Tabel 2.2. Komposisi Zeolit Alam ………………………………………………31
Tabel 2.3. Selektivitas Adsorbat Terhadap Jenis Zeolit ……………………........31
Tabel 2.4. Penelitian Sebelumnya Tentang Karbon Aktif, Zeolit, dan Manganese
Greensand…………………………………….....................................39
Tabel 4.1.Hasil Analisa Karakteristik Awal Air Sumur di Kelurahan Sarirogo,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo…………………………....52
Tabel 4.2.Hasil Analisa Persentase Penurunan Kadar Mangan pada Variabel
Kontrol ……………………………………………………….………54
Tabel 4.3.Hasil Akhir Kadar Mangan Setelah Pengolahan Menggunakan
Kombinasi Media Filter Zeolit Alam – KA…………...………….…..55
Tabel 4.4.Hasil Akhir Kadar Mangan Setelah Pengolahan Menggunakan
Kombinasi Media Filter Zeolit Alam Teraktivasi Fisika – KA ……...58
Tabel 4.5.Hasil Akhir Kadar Mangan Setelah Pengolahan Menggunakan
Kombinasi Media Filter Manganese Greensand – KA ……………...61

5v
6

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Keberadaan zat besi atau mangan di dalam lingkungan air alam…16
Gambar 2.2. Bentuk tetrahedral silika atau alumina…………………………...23
Gambar 2.3. Struktur kimia zeolit………………... ……………………….…..25
Gambar 2.4.Struktur kerangka zeolit ……………………...…………..….....25
Gambar 2.5. Struktur dasar kristal zeolit …………………………..…….….….26
Gambar 2.6. Zeolit alam ………………………………………………………..31
Gambar 2.7. Struktur zeolit teraktivasi pemanasan / kalsinasi……………….....34
Gambar 2.8. Manganese Greensand ……………………………………………35
Gambar 3.1. Bagan Kerangka Penelitian….………………………….…………44
Gambar 3.2. Rangkaian alat….……………………………………….…………48
Gambar 3.3. Detail reaktor….………………………….………………..………49
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Variasi Ketebalan Media (cm) dan Debit
(liter/menit) terhadap Efisiensi Penurunan Kadar Mn (%) dengan
Media Zeolit Alam – Karbon Aktif……………………………..…56
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Variasi Ketebalan Media (cm) dan Debit
(liter/menit) terhadap Efisiensi Penurunan Kadar Mn (%) dengan
Media Zeolit Alam Teraktivasi Fisika – Karbon Aktif..………..…59
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Variasi Ketebalan Media (cm) dan Debit
(liter/menit) terhadap Efisiensi Penurunan Kadar Mn (%) dengan
Media Manganese Greensand – Karbon Aktif…………………..…62

vi
7

ABSTRAK

Filtrasi adalah proses pengolahan air secara fisik untuk menghilangkan partikel
padat dalam air dengan melewatkan air tersebut melalui material berpori dengan
diameter butiran dan ketebalan tertentu. Penelitian ini digunakan untuk mengolah
air sumur yang mengandung logam Mn menggunakan metode filtrasi. Penelitian ini
bertujuan untuk mencari nilai efisiensi tertinggi dari media filter zeolit alam tanpa
perlakuan, zeolit alam teraktivasi fisika dan manganese greensand yang
dikombinasi dengan karbon aktif agar didapatkan efektivitas penurunan kadar Mn
serta mengkaji perbedaan ketiganya melalui variasi debit dan ketebalan media.
Variabel penelitian berupa : 1) Debit (Q) : 0.5, 0.7, 0.9, 1.1, 1.3 liter/menit. 2)
Ketebalan Media (cm) : 30, 40, 50, 60, 70 cm yang dikombinasi dengan karbon
aktif dengan ketebalan 20 cm. Hasil persentase efisiensi penurunan Mn paling
efektif dari penelitian ini adalah penurunan kadar Mn menggunakan kombinasi
media filter manganese greensand – KA yaitu sebesar 80%. Dan persentase
efisiensi penurunan kadar Mn paling rendah pada variasi jenis zeolit alam – KA
yaitu sebesar 24%.
Kata Kunci : Filtrasi, Zeolit Alam, Zeolit Alam Teraktivasi, Manganese Greensand,
Mn.

vii
ABSTRACT

Filtration is a physical water treatment process to remove solid particles in water by


passing water through a porous material with a certain grain diameter and thickness.
This study was used to treat well water containing Mn metal using the filtration
method. This study aims to find the highest efficiency value of natural zeolite filter
media without treatment, physics activated zeolite and manganese greensand
combined with activated carbon in order to obtain effectiveness in decreasing Mn
levels and assessing the differences between the three through variations in the
discharge and thickness of the media. Research variables are: 1) Debit (Q): 0.5, 0.7,
0.9, 1.1, 1.3 liters / minute. 2) Media thickness (cm): 30, 40, 50, 60, 70 cm combined
with activated carbon with a thickness of 20 cm. The results of the most effective
percentage reduction of Mn from this study are the percentage decrease in Mn levels
using filter media manganese greensand – AC is equal to 80%. And the lowest
percentage decrease in Mn levels in variations in the type of natural zeolite - AC is
equal to 24%.
Keywords: Filtration, Natural Zeolite, Activated Natural Zeolite, Manganese
Greensand, Mn.

viii
8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air yang ada di alam saat ini terutama di Indonesia sudah banyak yang
tercemar, sehingga tidak layak dikonsumsi lagi karena kualitas air yang buruk.
Kualitas air meliputi sifat air dengan segala komponen yang ada dalam air. Air
bersih yang memenuhi standar atau persyaratan kesehatan adalah air yang tidak
berbau, berwarna dan berasa serta memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.
Sebagian air baku untuk menyediakan air bersih diambil dari air tanah. Air tanah
menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat sebagai sumber air baku. Namun
demikian sering dijumpai sumber tanah yang banyak mangan (Mn). Keberadaan
mangan (Mn) dalam air tanah pada umumnya dipengaruhi oleh struktur
pembentukan lapisan batuan yang berada di atasnya.
Kandungan Mangan (Mn) yang diizinkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang
Pengawasan dan Syarat-syarat Kualitas Air yang digunakan untuk keperluan
domestik yaitu dibawah 0,5 mg/l. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah
dilakukan, sampel air sumur di Kelurahan Sarirogo, Kecamatan Sidoarjo,
Kabupaten Sidoarjo dari segi fisik tidak memenuhi syarat kualitas air bersih, yaitu
air menimbulkan bau, rasa, dan keruh serta berwarna kuning kecoklatan. Sehingga
diduga bahwa air tersebut mengandung logam Mangan (Mn). Oleh sebab itu,
sampel tersebut dianalisis menggunakan Spektrofotometer dan didapatkan hasil
bahwa kandungan mangan (Mn) melebihi NAB, dimana pada sampel kadar mangan
(Mn) sebesar 2,31 mg/l.
Dengan adanya kandungan mangan (Mn) air tersebut tidak bisa
dimanfaatkan sebagai sumber air minum. Selain itu dengan adanya kandungan

1
2

mangan (Mn) dapat mengendap pada saluran perpipaan dan mengakibatkan


clogging dan mengotori bak kamar mandi dan kloset. Untuk menurunkan
kandungan mangan (Mn), maka perlu dilakukan suatu pengolahan. Salah satu
metode yang banyak digunakan untuk air bersih yang layak konsumsi yaitu dengan
filtrasi (penyaringan). Filtrasi merupakan proses pengolahan air dimana air
dipisahkan dari koloid dan zat pengotor yang dikandungnya, jumlah bakteri
berkurang dan karakteristik kimia air tersebut berubah, dengan cara melewatkannya
melalui media berpori (Nisaul dan Suprihanto, 2010).
Salah satu media filter yang dapat digunakan yaitu zeolit alam. Zeolit alam
banyak ditemukan di Indonesia, khususnya pada lokasi yang secara geografis
terletak di jalur pegunungan vulkanik. Posisi strategis Indonesia yang terletak pada
daerah jalur gunung vulkanik memberikan beberapa kelebihan, salah satunya
sebagai negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam mineral yang beragam
termasuk banyaknya lokasi sumber zeolit alam. Zeolit alam memiliki harganya
yang jauh lebih murah dari pada zeolit sintetis.
Namun zeolit alam memiliki beberapa kelemahan, di antaranya
mengandung banyak pengotor serta kristalinitasnya kurang baik. Untuk
memperbaiki karakter zeolit alam sehingga dapat digunakan sebagai katalis,
absorben, atau aplikasi lainnya, dilakukan aktivasi dan modifikasi terlebih dahulu.
Aktivasi zeolit alam secara fisika dilakukan melalui pengecilan ukuran butir,
pengayakan, dan pemanasan pada suhu tinggi, tujuannya untuk menghilangkan
pengotor-pengotor organik, memperbesar pori, dan memperluas permukaan.
Zeolit adalah mineral kristal alumina silica tetrahidrat berpori yang
mempunyai struktur kerangka tiga dimensi, terbentuk oleh tetrahedral [SiO 4]4- dan
[AlO4]5- yang saling terhubungkan oleh atom-atom oksigen sedemikian rupa,
sehingga membentuk kerangka tiga dimensi terbuka yang mengandung kanal-kanal
dan rongga-rongga, yang didalamnya terisi oleh ion-ion logam, biasanya adalah
logam-logam alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas
(Rahmawati, N dan Sugito, 2015). Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa masing-
masing pori dan kanal dalam maupun antar kristal dianggap berbentuk silinder,
maka luas permukaan total zeolit adalah akumulasi dari luas permukaan (dinding)
3

pori dan kanal-kanal penyusun zeolit. Semakin banyak jumlah pori yang dimiliki,
semakin besar luas permukaan total yang dimiliki zeolit (Sumarlin., et.al, 2009).
Berdasarkan sifatnya tersebut zeolit dapat digunakan untuk proses adsorbsi,
penukar ion, dan sebagai katalis sehingga zeolit berpotensi dalam menurunkan
kadar mangan.
Selain zeolit alam, zeolit komersil yang sekarang mulai digunakan adalah
manganese greensand. Manganese greensand adalah zeolit sintetis yang
permukaannya dilapisi oleh mangan oksida tinggi. Manganese greensand berfungsi
sebagai katalis dan pada waktu bersamaan besi dan mangan yang ada dalam air
teroksidasi menjadi mangan-oksida yang tak larut dalam air dan dapat dipisahkan
dengan pengendapan dan penyaringan. (Said, 2005).
Berdasarkan uraian di atas, adapun tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui kombinasi media filter variasi jenis zeolit dengan karbon aktif yang
paling efektif dalam menurunankan kadar mangan air sumur. Kemudian variabel
bebas yang akan diteliti yaitu debit dan ketebalan media zeolit-karbon aktif melalui
proses filtrasi aliran kontinyu.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka timbul perumusan masalah dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Apakah media filter zeolit alam, zeolit alam teraktivasi fisika dan manganese
greensand efektif dalam menurunkan kadar mangan (Mn) air sumur?
2. Bagaimanakah pengaruh media filter karbon aktif terhadap efektivitas
penurunan kadar mangan (Mn) air sumur ?
3. Berapakah persen efisiensi penurunan kadar mangan yang paling efektif dari
kombinasi media filter jenis zeolit dan karbon aktif ?
4. Bagaimana pengaruh variasi debit dan ketebalan media terhadap efektivitas
penurunan kadar mangan yang dihasilkan melalui proses filtrasi dengan
kombinasi media filter variasi jenis zeolit dan karbon aktif ?
4

I.3. Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian adalah:
1. Mengetahui kemampuan media filter zeolit alam, zeolit alam teraktivasi fisika
dan manganese greensand efektif dalam menurunkan kadar mangan (Mn) air
sumur.
2. Mengetahui pengaruh media filter karbon aktif terhadap efektivitas penurunan
kadar mangan (Mn) air sumur.
3. Mengetahui persen efisiensi penurunan kadar mangan yang paling efektif dari
kombinasi media filter variasi jenis zeolit dan karbon aktif.
4. Menganalisis pengaruh variasi debit dan ketebalan media terhadap efektivitas
penurunan kadar mangan yang dihasilkan melalui proses filtrasi dengan
kombinasi media filter variasi jenis zeolit dan karbon aktif

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dan diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan suatu alternatif teknologi yang murah, sederhana, dan mudah
pengoperasiaannya untuk menurunkan kadar mangan pada air sumur.
2. Memberikan informasi pada masyarakat terkait metode pengolahan air berupa
filtrasi dengan beberapa jenis zeolit bisa digunakan untuk menurunkan
pencemar pada air sumur.
3. Menurunkan kandungan pencemar air sumur sehingga lebih aman apabila
digunakan.
4. Sebagai bahan kajian dan referensi kepada penelitian berikutnya untuk dapat
mengembangkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dan mencoba berbagai
variasi percobaan sehingga nantinya akan memperoleh data yang lebih lengkap
tentang kemampuan jenis zeolit dan karbon aktif melalui proses filtrasi dalam
menurunkan kadar mangan (Mn) dalam air sumur.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup pada penelitian ini adalah :
1. Media yang digunakan adalah zeolit alam, zeolit alam teraktivasi fisika dan
manganese greensand.
5

2. Karbon aktif yang digunakan berasal dari arang tempurung kelapa.


3. Parameter yang dianalisa adalah kadar Mangan (Mn).
4. Penelitian ini dilakukan dengan metode filtrasi aliran kontinyu.
5. Lokasi pengambilan sampel air sumur adalah air sumur di Kelurahan Sarirogo,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten. Sidoarjo.
6. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Riset, Fakultas Teknik, Teknik
Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum


2.1.1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan
perundang-undang yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak (Permenkes
No.416/1990). Bagi manusia kebutuhan akan air sangat mutlak karena sebenarnya
zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air yang jumlahnya sekitar
73% dari bagian tubuh. Air didalam tubuh manusia berfungsi sebagai pengangkut
dan pelarut bahan-bahan makanan yang penting bagi tubuh, misalnya untuk
melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh darah yang ada disekitar alveoli
(Mulia, 2005). Sehingga untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya manusia
berupaya mendapatkan air yang cukup bagi dirinya.
Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi
manusia. Dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari manusia sangat
tergantung pada air, karena air dipergunakan pula untuk mencuci, membersihkan
peralatan, mandi dan lain sebagainya. Air yang digunakan harus bebas dari kuman
penyakit dan tidak mengandung bahan beracun. Ditinjau dari segi kualitas (mutu)
air secara langsung atau tidak langsung pencemaran akan berpengaruh terhadap
kualitas air. Sesuai dengan dasar pertimbangan penetapan kualitas air minum, usaha
pengelolaan terhadap air yang digunakan oleh manusia sebagai air minum
berpedoman pada standar kualitas air terutama dalam penilaian terhadap produk air
minum yang dihasilkannya, maupun dalam merencanakan sistem dan proses yang
akan dilakukan terhadap sumber daya air (Razif, 2001).

6
7

Dalam pemenuhan kebutuhan air bersih manusia biasanya memanfaatkan


sumber-sumber air yang berada di sekitar permukiman baik itu air alam, maupun
setelah mengalami proses pengolahan terlebih dahulu. Menurut Sugiharto (1983)
tempat sumber air dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Air hujan, air angkasa dan dalam wujud lainnya dapat berupa salju
2. Air permukaan, air yang berada di permukaan bumi dapat berupa air sungai, air
danau, air laut
3. Air tanah, terbentuk dari sebagian dari air hujan yang jatuh ke permukaan dan
sebagian meresap ke dalam tanah melalui pori-pori/celah-celah dan akar
tanaman serta bertahan pada lapisan tanah membentuk lapisan yang
mengandung air tanah (aquifer), air tanah yang disebut air tanah dalam atau
artesis, artinya air tanah yang letaknya pada dua lapisan tanah yang kedap air,
ada yang sifatnya tertekan dan yang tidak tertekan. Air tanah dangkal artinya
terletak pada aquifer yang dekat dengan permukaan tanah dan fluktuasi
volumennya sangat dipengaruhi oleh adannya curah hujan.
Karakteristik utama yang membedakan air tanah dari air permukaan adalah
pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal (residence time) yang sangat
lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang
sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih
kembali jika mengalami pencemaran (Efendi, 2003).

2.1.2. Sumur Bor


Sumur bor adalah jenis sumur dengan cara pengeboran lapisan air tanah
yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat
dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari
pengotoran mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air
minum. Air tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin
(Depkes RI, 1985).
Titik pengambilan sampel air pada sumur bor dengan pompa tangan atau
mesin, sampel diambil dari kran/ mulut pompa (tempat keluarnya air). Pengambilan
sampel dilakukan kira-kira lima menit setelah air mulai dibuang (dikeluarkan).
8

2.1.3. Sumber Pencemar Air Bersih


Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energy dan atau komponen lainnya kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga
menyebabkan turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (PP No.20/1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air). Sumber pencemaran dapat berasal dari beberapa
sumber, yaitu :
a. Limbah Industri
Limbah industri dapat mengandung bahan organik maupun anorganik.
Bahan pencemar yang berasal dari limbah industri dapat meresap kedalam air
tanah yang dikonsumsi masyarakat sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,
dan berkumur.
b. Limbah Pertanian
Penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan dapat mengakibatkan
pencemaran air. Sisa pestisida di perairan dapat meresap kedalam tanah,
sehingga mencemari air tanah.
c. Limbah Pemukiman
Pemukiman menghasilkan limbah, misalnya sampah dan air buangan.
Air buangan dari pemukiman biasanya mempunyai komposisi yang tinggi dari
eskreta (tinja dan urin), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dimana
sebagian besar merupakan bahan-bahan organic. Limbah pemukiman dapat
mencemarkan air permukaan, air tanah, dan lingkungan hidup (Aliya, 2006).
Sumber pencemaran yang dapat mempengaruhi kualitas bakteriologi sumber air
bersih adalah jarak jamban dan septic tank yang kurang dari 10 meter (Depkes
RI, 2005 ).

2.1.4. Pencemaran Air dan Dampaknya Bagi Kesehatan


Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan makhluk hidup
khususnya manusia, air selain memberikan manfaat yang menguntungkan bagi
manusia juga dapat memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia.
9

Selain itu air yang tidak memenuhi persyaratan sangat baik sebagai media
penularan penyakit. Penyakit yang dapat ditularkan melalui air, dapat
dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu:
1. Water borne disease
Adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, di mana
air minum tersebut bila mengandung kuman patogen terminum oleh manusia
maka dapat terjadi penyakit. Di antara penyakit tersebut adalah: penyakit
kholera, penyakit typhoid, penyakit hepatitis infektiosa, penyakit dysentri dan
gastroenteritis.
2. Water washed disease
Adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan
hygiene perseorangan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedinya air yang
cukup, maka penyakit-penyakit tertentu dapat dikurangi penularannya pada
manusia, dan penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis.
Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan dan sangat banyak
dan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
a. Penyakit infeksi kulit saluran pencernaan
Salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan adalah penyakit diare
yang merupakan penyakit dimana penularannya bersifat fecal-oral. Penyakit
diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, di antaranya jalur yang
melalui air (water borne) dan jalur yang melalui alat-alat dapur yang dicuci
dengan air (water washed).
Contoh penyakit ini serupa dengan yang terdapat pada jalur water
borne, yaitu: kholera, typhoid, hepatitis infektiosa dan dysentri basiler.
Berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kesediaan air untuk
makan, minum dan memasak, serta kebersihan alat-alat makan.
b. Penyakit infeksi kulit dan selaput lendir
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan hygiene perseorangan yang
buruk. Angka kesakitan ini dapat ditularkan dengan penyediaan air yang
cukup bagi kebersihan perseorangan. Yang perlu diperhatikan adalah
kualitas air bersih sehingga air tidak mengandung mikroba-mikroba yang
10

menimbulkan penyakit seperti: infeksi fungus pada kulit, penyakit


conjunctivitis (trachoma) dan sebagainya.
c. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh insekta pada kulit dan selaput
lendir.
Penyakit ini sangat ditentukan oleh tersedianya air bersih untuk
hygiene perseorangan yang ditujukan untuk mencegah infeksi insekta
parasit pada tubuh dan pakaian. Insekta parasit akan mudah berkembang
biak dan menimbulkan penyakit bila kebersihan perseorangan dan
kebersihan umum tidak terjamin. Yang termasuk parasit ini adalah
Sarcoptes scabies, Louse borne relapsing fever dan sebagainya.
3. Water bashed disease
Adalah penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang sebagian siklus
hidupnya di air seperti schistosomiasis. Larva schistosoma hidup di dalam
keong-keong air. Setelah waktunya larva ini akan mengubah bentuk menjadi
cercaria dan menembus kulit atau kaki manusia yang berada dalam air tersebtu.
Dan air ini sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari
seperti menangkap ikan, mandi, cuci dan sebagainya.
4. Water related insect vectors
Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya
tergantung pada air misalnya malaria, demam berdarah, filariasis, yellow fever
dan sebagainya. Nyamuk Aedes aegypti yang merupakan penyakit dengue
berkembang dengan mudah bila di lingkungan tersebut terdapat tempat-tempat
genangan atau penampungan air bersih seperti gentong air, pot dan sebagainya.

2.1.5. Standar Baku Mutu Air Bersih


Standar baku mutu air bersih diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
menyatakan bahwa air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari
11

adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun
air baku (air bersih).
Persyaratan kualitas air bersih meliputi syarat fisik, kimia, dan bakteriologis
adalah sebagai berikut :
1. Syarat Fisik
Air yang kualitasnya baik harus memenuhi syarat fisik,yaitu tidak berbau,
tidak berasa dan tidak berwarna.
2. Syarat Kimia
Air yang tidak mengandung bahan atau zat-zat yang berbahaya untuk
kesehatan,seperti zat-zat beracun dan tidak mengandung mineral-mineral serta
zat organic lebih tinggi dari jumlah yang telah ditentukan oleh pemerintah.
3. Syarat Bakteriologis
Air tidak boleh mengandung kuman parasit, kuman patogen, dan bakteri
coliform. Persyaratan bakteriologi air bersih berdasarkan kandungan jumlah
total bakteri Coliform dalam air bersih 100 ml air, menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 adalah
sebagai berikut :
a. Untuk air bersih bukan air perpipaan, total coliform maksimal 50 MPN atau
APM per 100 ml air.
b. Untuk air bersih air perpipaan, total coliform maksimal 10 MPN atau APM
per 100 ml air.
c. Dan persyaratan kualitas air minum menurut Permenkes
492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu Escherichia coli per 100 ml sampel adalah
nol. Kualitas air secara bakteriologis yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat terdapat bakteri Escherchia
coli di dalam air bersih dan menunjukkan adanya pencemaran yang
disebabkan oleh tinja manusia (Padjarwoto, 1993).
12

Adapun sifat - sifat air secara fisik dan kimia dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor diantaranya, yaitu :
1. Zat Padat Terlarut (TDS)
Total zat padat tersuspensi adalah kandungan larutan non-organik dan
organik yang terkandung dalam perairan alamiah yang didalamnya terdapat
beberapa jenis mineral dan gas yang memegang peranan dalam menentukan
kualitas air. Pada larutan non-organik gas CO2 dan O2 memegang peranan
dalam menentukan status kualitas air. Sebagai contoh untuk mengetahui bahwa
status kualitas air untuk pengguna tertentu memang dipengaruhi oleh mineral-
mineral terlarut ialah bila kalsium dalam jumlah yang sedikit dapat
mempengaruhi rasa enak pada air kemasan. Sedangkan bila ditemukan
magnesium dalam jumlah yang sama dalam air kemasan tersebut maka akan
menimbulkan efek rasa tidak enak bagi yang mengonsumsi air tersebut.
Menurut arsadi, dkk (2007), padatan terlarut anorganik umumnya berasal
dari dedaunan, limbah industri, lumpur, pupuk, limbah rumah tangga, dan
lainlain. Sedangkan TDS organik pada dasarnya bisa berasal dari bebatuan,
nitrogen, oksigen, karbondioksida, serta mineral - mineral seperti : belerang,
fosfor, sulfat. Jadi konsentrasi TDS dalam air yang meruapkan zat padat terlarut
dalam air atau ditambah lagi dengan konsentrasi beberapa koloid yang lolos
saringan, jika suatu air mengandung partikel-partikel koloid.
2. Bau dan Rasa
Bau dan rasa pada air minum akan mengurangi penerimaan masyarakat
terhadap air tersebut. Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama dan
disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe
tertentu organisme mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia
seperti phenol. Bahan-bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari
berbagai sumber (Sutrisno, 2010).
Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa. Timbulnya rasa yang
menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yang
menyimpang tersebut biasanya dihubungkan dengan bau karena pengujian
terhadap rasa air jarang dilakukan. Air yang mempunyai bau tidak normal juga
13

dianggap mempunyai rasa yang tidak normal juga (Suripin, 2002).


3. Kekeruhan
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar
untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (Nephelo Metrix
Turbidity Unit) atau JTU (Jackson Turbidity Unit) atau FTU (Formazin
Turbidity Unit), kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau
benda koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika
maupun dari segi kualitas air itu sendiri ( Barus, 1996). Kekeruhan pada air
biasanya disebabkan oleh adanya butir-butir tanah liat yang sangat halus.
Semakin keruh menunjukkan semakin banyak butir-butir tanah dan kotoran
yang terkandung di dalamnya.
4. Suhu
Suhu air merupakan pembatas utama pada suatu perairan karena organism
akuatik seringkali mempunyai toleransi yang sempit terhadap perubahan-
perubahan temperature. Menurut hokum Vant’s Hoffs, kenaikan tempertaur
sebesar 100C akan menaikkan metabolisme 2-3 kali lipat. Akibat meningkatnya
laju respirasi akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat. Dengan
naiknya temperatur akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air menjadi
berkurang (Barus, 1996).
5. Warna
Warna yang timbul pada air dihasilkan dari kontak air dengan reruntuhan
organisme seperti daun, pohon atau kayu, yang semuanya dalam berbagai
tingkat-tingkat pembusukan (Sutrisno, 2010).
6. pH
Derajat keasaman atau pH adalah istilah yang digunakan untuk
menyatakan intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan. pH juga
merupakan satu cara untuk menyatakan konsentrasi ion H+ (Sutrisno, 2010: 32).
Oksigen terlarut atau Disolved Oxygen (DO) merupakan parameter penting
untuk mengukur pencemaran air. Walaupun oksigen (O2) sulit larut dibutuhkan
oleh semua jenis kehidupan di air. Tanpa adanya oksigen tidak ada kehidupan
14

tanaman dan binatang di perairan seperti air sungai, danau, dan reservoir
(Sutrisno, 2010).
7. Logam
Beberapa jenis logam yang biasanya terdapat didalam air antara lain Al,
Fe, Mn, Zn, dan Cu. Untuk Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/2010
menetapkan kadar zat besi di dalam air bersih yang diperbolehkan maksimum
1 mg/l, sedangkan Mangan sebesar 0,5 mg/l. Zat besi di dalam air minum pada
tingkat konsentrasi mg/l tidak memberikan pengaruh yang buruk pada
kesehatan, tetapi dalam kadar yang besar dapat meneyebabkan air menjadi
coklat kemerahan yang tidak diharapkan. Oleh karena itu didalam proses
pengolahan air minum, garam besi valensi dua (ferro) yang larut di dalam air
perlu dirubah menjadi garam besi valensi tiga (ferri) yang tidak larut di dalam
air sehingga mudah dipisahkan (Tatsunami,1971). Air yang mengandung
banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi, dan
bila Zink dalam kadar yang besar didalam air akan menimbulkan rasa pahit,
sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting
untuk metabolisme, karena kekuranganSeng dapat menyebabkan hambatan
pada pertumbuhan anak.

2.1.6. Mangan (Mn)


Mangan ini pertama kali dikenali oleh Scheele, Bergman dan ahli
lainnya sebagai unsur yang kemudian diisolasi oleh Gahn pada tahun 1774, dengan
mereduksi mangan dioksida dengan karbon. Bijih mangan utama adalah pirolusit
dan psilomelan. Kedua mineral tersebut berkomposisi oksida dan terbentuk
dalam cebakan sedimenter dan residual.
Mangan (Mn) merupakan unsur logam golongan VII, dengan berat atom
54,93, titik lebur 12470 C, dan titik didihnya 2032 0C. Di alam jarang sekali berada
dalam keadaan unsur. Umumnya berada dalam keadaan senyawa dengan berbagai
macam valensi. Di dalam hubungannya dengan kualitas air yang sering dijumpai
adalah senyawa mangan dengan valensi 2, valensi 4, valensi 6. Di dalam sistem air
15

alami dan juga di dalam sistem pengolahan air, senyawa mangan dan besi berubah-
ubah tergantung derajat keasaman (pH) air. Sistem air alami pada kondisi reduksi,
mangan dan juga besi pada umumnya mempunyai valensi dua yang larut dalam air.
Oleh karena itu di dalam sistem pengolahan air, senyawa mangan dan besi valensi
dua tersebut dengan berbagai cara dioksidasi menjadi senyawa yang memiliki
valensi yang lebih tinggi yang tidak larut dalam air sehingga dapat dengan mudah
dipisahkan secara fisik. Mangan di dalam senyawa MnCO3, Mn(OH)2 mempunyai
valensi dua, zat tersebut relatif sulit larut dalam air, tetapi untuk senyawa Mn seperti
garam MnCl2, MnSO4, Mn(NO3)2 mempunyai kelarutan yang besar di dalam air
(Said, 2005).
Peavy, dkk., (1985) menyatakan bahwa mangan terlarut hanya pada kondisi
oksidasi +2 (Mn2+). Jika terjadi kontak dengan oksigen atau agen oksidasi lainnya,
Mn akan dioksidasi ke valensi yang lebih tinggi dan membentuk ion komplek baru
yang tidak terlarut. MnO2 yang dihasilkan bersifat tidak terlarut dalam air sehingga
akan terbentuk menjadi flok-flok yang dapat dipisahkan dengan air melalui proses
sedimentasi dan filtrasi.
Ion mangan (III) tidaklah stabil, tetapi ada beberapa kompleks yang
mengandung mangan dalam keadaan oksidasi +3, ia mudah mereduksi menjadi ion
mangan (II). Senyawa-senyawa mangan (IV), dengan kekecualian mangan (IV)
oksida atau mangan dioksida adalah titik stabil, karena baik ion mangan (IV)
maupun ion manganat (IV) mudah direduksi menjadi mangan (II). Senyawa-
senyawa mangan (IV) mengandung anion manganat (IV), ini stabil dalam larutan
basa dan mempunyai warna hijau. Pada penetralnya terjadi reaksi disproporsionasi,
terbentuk endapan mangan dioksida dan ion manganat (VII).

2.1.6.1. Senyawa Mangan di dalam Air


Kadar mangan dalam perairan alami sekitar 0,2 mg/liter atau kurang. Kadar
yang lebih besar dapat terjadi pada air tanah dalam dan pada danau yang dalam.
Jika dibiarkan di udara terbuka dan mendapat cukup oksigen, air dengan kadar
mangan (Mn2+) tinggi kan membentuk koloid karena terjadinya proses oksidasi
16

Mn2+ menjadi Mn4+. Koloid ini mengalami prsesipitasi membentuk warna coklat
gelap sehingga air menjadi keruh (Effendi, 2003).
Dalam kondisi aerob mangan dalam perairan terdapat dalam bentuk MnO 2
dan pada dasar perairan tereduksi menjadi Mn 2- atau dalam air yang kekurangan
oksigen. Oleh karena itu pemakaian air dari suatu sumber air, sering ditemukan
mangan dalam konsentrasi tinggi (Achmad, 2004).
Di dalam sistem air alami dan juga di dalam sistem pengolahan air, senyawa
mangan dan juga besi berubah-ubah tergantung derajat keasaman (pH) air.
Perubahan senyawa besi dan mangan di alam berdasarkan kondisi pH secara garis
besar dapat ditunjukkan seperti pada gambar 2-1.

Gambar 2.1 Keberadaan zat besi atau mangan di dalam lingkungan air alam
(Disesuaikan dari Tatsumi Iwao, 1971)
Di dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwa di dalam sistem air alami
pada kondisi reduksi, mangan dan juga besi pada umumnya mempunyai valensi dua
yang larut di dalam air. Oleh karena itu di dalam sistem pengolahan air senyawa
mangan dan besi valensi dua tersebut dengan berbagai cara oksidasi diubah menjadi
17

senyawa yang mempunyai valensi yang lebih tinggi yang tak larut di dalam air
sehingga dapat dengan mudah dipisahkan secara fisik. Walaupun Mn di dalam
senyawa senyawa MnCO3, Mn(OH)2 mempunyai valensi dua, zat tersebut relatif
sulit larut di dalam air, tetapi untuk senyawa Mn seperti garam MnCl 2, MnSO4,
Mn(NO3)2 mempunyai kelarutan yang besar di dalam air.

2.1.6.2. Peranan Mangan di dalam Kehidupan


Di dalam tubuh manusia, mangan dalam jumlah yang kecil tidak
menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi dalam jumlah yang besar dapat tertimbun
di dalam hati dan ginjal. Ada berbagai pendapat tentang gangguan kesehatan akibat
keracunan senyawa mangan, tetapi umumnya dalam keadaan kronis menimbulkan
gangguan pada sistem saraf dan menampakkan gejala seperti penyakit parkinson.
Logam ini bersifat akumulatif terutama di organ penyaringan sehingga dapat
mengganggu fungsi fisiologis tubuh. Berdasarkan percobaan yang dilakukan
terhadap kelinci, keracunan mangan menimbulkan gangguan pada pertumbuhan
tulang (Said, 2005).
Nilai estetika juga dapat dirusak oleh keberadaan logam ini karena dapat
menimbulkan bercak-bercak hitam pada pakaian. Air yang tercemar oleh logam ini
biasanya nampak pada intensitas warna yang tinggi pada air, berwarna kuning
bahkan berwarna merah kecoklatan, dan terasa pahit atau masam.

2.1.7. Filtrasi
Menurut Huisman, 1974, filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat
dari fluida (cair maupun gas) yang membawanya menggunakan suatu medium
berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat
halus dan koloid yang tersuspensi.
Filtrasi adalah proses pengolahan air secara fisik untuk menghilangkan
partikel padat dalam air dengan melewatkan air tersebut melalui material berpori
dengan diameter butiran dan ketebalan tertentu. Karakteristik media filter yang
berpengaruh penting pada kualitas filtrasi adalah ukuran butir yang dinyatakan
dalam gradasi butiran, bentuk, berat jenis, kekerasan dan porositas lapisan granular
18

yang dibentuk oleh butiran-butiran media tersebut. Bentuk butiran akan


berpengaruh pada luas permukaan dan tipikal porositasnya (Anis, 2009).
Tujuan dari filtrasi adalah sebagai berikut :
1. Memanfaatkan air kotor atau limbah untuk bisa digunakan kembali
2. Mengurangi resiko meluapnya air kotor dan limbah
3. Mengurangi keterbatasan air bersih dengan membuat filtrasi air
4. Mengurangi penyakit yang diakibatkan oleh air kotor
5. Membantu pemerintah untuk menggalakan air bersih
Faktor yang mempengaruhi efisiensi penyaringan ada 4 (empat) faktor dan
menentukan hasil penyaringan dalam bentuk kualitas effluen serta masa operasi
saringan yaitu (Huisman, 1974) :
1. Ketebalan lapisan media filter
Semakin tebal lapisan media filter, hasil dari proses filtrasi akan lebih baik
karena luas permukaan penahan partikel-partikel semakin besar dan jarak yang
ditempuh oleh air semakin panjang.
2. Suhu air
Suhu air akan berpengaruh terhadap kekentalan air, aktivitas biologi dan reaksi
kimia yang akan mempengaruhi proses filtrasi.
3. Kecepatan Filtrasi
Kecepatan aliran akan mempengaruhi proses penahanan mekanis terhadap
bahan-bahan tersuspensi. Apabil kecepatan filtrasi meningkat efektivitas filtrasi
akan menurun.
4. Kualitas Air
Semakin rendah kualitas air yang akan difilter, maka memerlukan pengolahan
yang sempurna atau kompleks.
Selain faktor tersebut di atas, di bawah ini adalah beberapa faktor lain yang
mempengaruhi proses filtrasi, yaitu :
1. Debit Filtrasi
Debit yang terlalu besar alan menyebabkan tidak berfungsinya filter
secara efisien. Sehingga proses filtrasi tidk dapat terjadi dengan sepurna, akibat
adanya aliran air yang terlalu cepat dalam melewati rongga di antara butiran
19

media pasir. Hal ini menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara


permukaan butiran media penyaring dengan air yang akan disaring. Kecepatan
aliran yang terlalu tinggi saat melewati rongga antar butiran menyebabkan
partikel – partikel yang terlalu halus yang tersaring akan lolos.
2. Temperatur
Adanya perubahan suhu atau temperature dari air yang akan difiltrasi,
menyebabkan massa jenis (density), viskositas absolut, dan viskositas kinematis
dari air akan mengalami perubahan. Selain itu juga akan mempengaruhi daya
Tarik menarik diantara partikel halus penyebab kekeruhan, sehingga terjadi
perbedaan dalam ukuran besar partikel yang akan disaring. Akibat ini juga akan
mempengaruhi daya adsorpsi. Akibat dari keduanya ini, akan mempengaruhi
terhadap efisiensi daya saring filter.
3. Kualitas (kekeruhan) air baku
Kualitas (kekeruhan) air baku sangat mempengaruhi efisiensi filtrasi. Jika
kekeruhan air baku terlalu tinggi maka diperlukan pengolahan awal terlebih
dahulu.
4. Kedalaman Media, Ukuran, dan Material
Pemilihan median dan ukuran merupakan keputusan penting dalam
perencanaan bangunan filter. Tebal tipisnya media akan menentukan lamanya
pengaliran dan daya saring. Media yang terlalu tebl biasanya mempunyai daya
saring yang sangat tinggi, tetapi membutuhkan waktu pengaliran yang lama.
Lagipula ditinjau dari segi biaya, media yang terlalu tebal tidaklah
menguntungkan dari segi ekonomis. Sebaliknya media yang terlalu tipis selain
memiliki waktu pengaliran yang pendek, kemungkinan juga memiliki daya
saring yang rendah. Demikia pula dengan ukuran besar kecilnya diameter
butiran media filtrasi berpengaruh pada porositas, laju filtrasi, dan juga
kemampuan daya saring, baik itu komposisinya, proporsinya, maupun bantuk
susunan dari diameter butiran media. Keadaan media yang terlalu kasar atau
terlalu halus akan menimbulkan variasi dalam ukuran rongga antar butir.
Ukuran pori sendiri menentukan besarnya tingkat porositas dan kemampuan
menyaring partikel halus yang terdapat dalam air baku. Lubang pori yang terlalu
20

besar akan meningkatkan rate dari filtrasi juga akan menyebabkan lolosnya
partikel halus yang akan disaring. Sebaliknya lubang pori yang terlalu halus
akan meningkatkan kemampuan menyaring partikel dan juga dapat
menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh partikel halus yang
tertahan ) terlalu cepat.
5. pH
Apabila pH air rendah akan berakibat terjadinya proses korosif sehingga
menyebabkan larutnya besi dan logam lainnya dalam air, pH yang rendah
kurang dari 7 dapat melarutkan logam. Dalam keadaan pH rendah, besi yang
ada dalam air berbentuk ferro dan ferri, dimana bentuk ferri akan mengendap
dan tidak larut dalam air dan tidak dapat dilihat dengan mata dan berakibat
terjadinya warna pada air, air berbau dan adanya karat pada air.5
Efisiensi penyisihan merupakan penurunan konsentrasi oleh reaktor. Nilai
efisiensi diperoleh dengan membandingkan influen dan efluen yang dinyatakan
dalam persen. Besarnya efisiensi dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Cin −Cout
%R= x100% ………………….(2.1)
Cin

Dimana:
R = Penyisihan
Cin = Kadar Mn awal (mg/l)
Cout = Kadar Mn akhir (mg/l)

2.1.7.1. Tipe Filtrasi

Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah, filter pasir dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu filter pasir cepat dan filter pasir lambat.
a. Filter Pasir Cepat
Filter pasir cepat atau rapid sand filter adalah filter yang mempunyai
kecepatan filtrasi cepat, berkisar 4 hingga 21 m/jam. Proses pengolahan air
minum umumnya dilakukan sesudah proses koagulasi, flokulasi, dan
sedimentasi, media yang dipakai bisa berbentuk single media, dual media dan
mixed media. Tetapi secara umum media yang sering dipakai adalah anthracite,
pasir dan kerikil. Susunan media yang baik untuk filtrasi adalah bagian atas
21

kasar dan semakin ke bawah semakin halus. Hal ini untuk menghindari
terjadinya penyumbatan (clogging) di lapisan atas dan seluruh media dapat
dimanfaatkan sebagai filter.
b. Filter Pasir Lambat
Filter pasir lambat atau slow sand filter adalah filter yang mempunyai
kecepatan filtrasi yang lambat, yaitu sekitar 0,1 hingga 0,4 m/jam. Kecepatan
yang lebih lambat ini disebabkan ukuran media pasir lebih kecil (effective size
= 0,15 – 0,35 mm). Filter pasir lambat merupakan sistem filtrasi yang pertama
kali digunakan untuk pengolahan air, dimana sistem ini dikembangkan sejak
tahun 1800 SM. Prasedimantasi dilakukan pada air baku mendahului proses
filtrasi. Filter pasir lambat cukup efektif digunakan untuk menghilangkan
kandungan bahan organik dan organisme patogen pada air baku yang
mempunyai kekeruhan relatif rendah.

2.1.7.2. Media Filter dan Distribusi Media

Bagian filter yang berperan penting dalam melakukan penyaringan adalah


media filter. Media filter dapat tersusun dari pasir silika alami, anthrasit, atau pasir
garnet. Media ini umumnya memiliki variasi dalam ukuran, bentuk dan komposisi
kimia. Berdasarkan jenis dan jumlah media yang digunakan dalam penyaringan,
media filter dikategorikan menjadi :

a. Single media
Satu jenis media seperti pasir silika, atau dolomit saja. Filter cepat
tradisional biasanya menggunakan pasir kwarsa.
b. Dual media
Misalnya digunakan pasir silica, dan anthrasit. Filter dual media sering
digunakan filter dengan media pasir kwarsa di lapisan bawah dan antharasit
pada lapisan atas.
c. Multi media
Misalnya digunakan pasir silica, anthrasit dan garnet atau dolomit.
Fungsi multi media adalah untuk memfungsikan seluruh lapisan filter agar
berperan sebagai penyaring (Suarni,2012).
22

2.1.7.3. Prinsip Penyaringan (Filtrasi)


Penyaringan merupakan proses pemisahan antara padatan/koloid dengan
cairan. Proses penyaringan bisa merupakan proses awal (primary treatment) atau
penyaringan dari proses sebelumnya. Apabila air olahan mempunyai padatan
dengan ukuran seragam, saringan yang digunakan adalah single medium.
Sebaiknya bila ukuran padatan beragam, digunakan saringan dual medium atau
three medium. Penyaringan air olahan yang mengandung padatan beragam dari
ukuran besar sampai kecil/halus. Penyaringan dilakukan dengan cara membuat
saringan bertingkat, yaitu saringan kasar, saringan sedang sampai saringan halus.
Menurut prinsip kerjanya filtrasi dapat dibedakan atas beberapa cara, yaitu:
a. Pressure Filtration yaitu filtrasi yang dilakukan dengan menggunakan tekanan.
b. Gravity Filtration yaitu filtrasi yang cairannya mengalir karena gaya berat.
c. Vacum Filtration yaitu filtrasi dengan cairan yang mengalir karena prinsip
hampa udara (penghisapan).
Berikut ini adalah beberapa mekanisme filtrasi :
a. Mechanical straining
Adalah proses penyaringan partikel suspended matter yang terlalu besar
untuk lolos dari lubang diantara butiran pasir terlalu besar untuk lolos dari
lubang diantara butiran pasir.
b. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel tersuspensi yang lebih
halus ukurannya daripada lubang pori pada permukaan butiran.
c. Adsorbsi
Adsorbsi adalah proses penghilangan partikel koloidal yang berasal dari
bahan organik maupun non organik yang tidak terendapkan.
23

2.2. Landasan Teori


2.2.1. Zeolit
Media filter yang sudah lama digunakan dalam pengolahan air yaitu zeolit.
Nama zeolit ini berasal dari bahasa Yunani yaitu “Zeni" dan “Lithos" yang berarti
batu yang mendidih, karena apabila dipanaskan akan membuih dan mengeluarkan
air (Lefond, 1983). Zeolit merupakan mineral mikro yang dapat digunakan dalam
ransum sebagai sumber mineral, bersifat lunak dan mudah kering. Kelompok
mineral ini merupakan kelompok mineral yang berasal dari logam-logam alkali dan
alkali tanah (terutama Ca dan Na). Zeolit membawa suatu muatan negatif pada
kerangka aluminosilikat yang diimbangi dengan kation-kation logam alkali atau
alkali-tanah yang berdekatan. Zeolit memiliki lebih banyak struktur terbuka yang
terdiri atas rongga polihedral yang dihubungkan oleh terowongan-terowongan.
Warna dari zeolit adalah putih keabu-abuan, putih kehijau-hijauan atau putih
kekuning-kuningan.
Zeolit adalah polimer anorganik unit kerangka tetrahedral AlO4 dan SiO4
yang mempunyai struktur berongga dari Natrium silikat dan berkemampuan
untuk proses penukar ion, adsorpsi logam berat seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Zn, Cu,
katalis dan mudah dimodifikasi (Suharto, 2011). Berikut ini adalah gambar
jumlah tetrahedral silika dan alumina zeolit :

Gambar 2.2 Bentuk tetrahedral silika atau alumina


24

Penghilangan Fe dan Mn dapat menggunakan zeolit dengan reaksi sebagai


berikut:
 Dengan siklus Na
Na2Z + Fe(HCO3)2 FeZ + 2Na(HCO3)…………………(2.2)
Na2Z + Mn(HCO3)2 MnZ + 2Na(HCO3)…………………(2.3)
Zeolit adalah adsorben yang unik, karena 20-50% bagiannya terdiri dari
rongga kosong dan memiliki surface area yang besar sehingga sangat efektif dalam
penyerapan. Guna meningkatkan kapasitas adsorpsi zeolit alam, biasanya
dilakukan treatment / perlakuan khusus seperti pemanasan, pencucian atau
pelepasan senyawa pengotor dan zeolit juga dapat dikomposit dengan oksida besi
(Mona Lisa, dkk, 2015).
Banyak zeolit dijumpai di alam, tetapi material ini juga dapat disintesis
pada kondisi terkendali untuk menghasilkan rongga dengan ukuran dan bentuk
yang sangat seragam. Kebanyakan zeolit mengandung molekul air dalam
rongganya, yang berfungsi sebagai fasa gerak untuk migrasi kation-kation
penyeimbang muatan. Hal ini memungkinkan zeolit bisa berfungsi sebagai material
penukar ion (dimana satu jenis ion positif dengan mudah dapat dipertukarkan
dengan ion positif lain) dan merupakan kunci kemampuannya untuk melunakkan
air.

2.2.1.1. Struktur Zeolit

Umumnya, struktur zeolit adalah suatu polimer anorganik berbentuk


tetrahedral unit TO4, dimana T adalah ion Si4+ atau Al3+ dengan atom O berada
diantara dua atom T, seperti ditunjukkan dalam gambar 2.3 sebagai berikut :
25

Gambar 2.3 Struktur kimia zeolit (Haag, 1984)


Struktur zeolit dapat dibedakan dalam tiga komponen yaitu rangka
aluminosilikat, ruang kosong saling berhubungan yang berisi kation logam, dan
molekul air dalam fase occluded (Harben dan Kuzvart, 1996). Mineral zeolit adalah

kelompok mineral alumunium silikat terhidrasi LmAlxSiyOz ∙ nH2O, dari logam

alkali dan alkali tanah (terutama Ca,dan Na), m, x, y, dan z merupakan bilangan 2

hingga 10, n koefisien dari H2O, serta L adalah logam. Rumus zeolit secara empiris
ditulis sebagai berikut :
M2/n.Al2O3.xSiO2.yH2O………………….(2.4)
Dengan, M = kation alkali penetral
N = valensi logam alkali
X = bilangan terntentu dari 2 – 10
Y = bilangan terntentu dari 2 – 7
Secara sistematik struktur kerangka zeolit pada Gambar 2.3 dapat
digambarkan sebagai berikut (Oudejans, 1984 dikutip dalam Kahar, A., 2007).

Gambar 2.4 Struktur kerangka zeolit


26

Bentuk struktur dasar kristal zeolit disajikan pada Gambar 2.5 berikut ini :

Gambar 2.5 Struktur dasar kristal zeolit


Dari gambar di atas, terlihat bahwa struktur tetrahedral silikat alumina
digabungkan oleh 4 cincin ganda. Zeolit memiliki struktur berongga dan saling
berhubungan salu sama lain melalui satu, dua, atau tiga saluran. Kebanyakan zeolit
alam seperti: chabausit, erionit,mordenit dan clinoptilolit memiliki struktur satu
atau dua dimensi. Akibatnya, bila digunakan sebagai katalis relatif mudah
terdeaktivasi. Dilain pihak, zeolit sintetis memiliki saluran tiga dimensi sehingga
sulit terdeaktivasi.
Menurut Hasibuan (2012), secara umum karakteristik struktur zeolit adalah
sebagai berikut :
a. Sangat berpori, karena Kristal zeolit merupakan kerangka yang terbentuk dari
jaring tetrahedral SiO4 dan AlO4.
b. Pori-porinya berukuran molekul karena pori zeolit terbentuk dari tumpukan
cincin beranggotakan 6, 8, 10 atau 12 tetrahedral.
c. Dapat menukarkan kation karena perbedaan muatan Al3+ dan Si4+ menjadikan
atom Al dapat kerangka kristal bermuatan negatif dan membutuhkan kation
penteral. Kation penetral yang bukan menjadi bagian ini mudah diganti dengan
kation lainnya.
d. Dapat dijadikan padatan yang bersifat asam. Karena penggantian kation
penetral dengan proton-proton menjadikan zeolit padatan asam Bronsted.
e. Mudah dimodifikasi karena setiap tetrahedral dapat dikontakkan dengan bahan-
bahan pemodifikasi.
27

Adapun unit penyusun struktur zeolit yand disajikan pada tabel 2.1 :
Tabel 2.1. Unit Penyusun Struktur Zeolit
Primary building units (PBU) Tetrahedra (TO4)
Tetrahedra of four oxygen ions with
a central ion of Si+, Al+, P+, etc.
Secondary building units (SBU) Single rings:
S-4, S-5, S-6, S-8, S-10, S-12
Double rings:
D-4, D-6, D-8

2.2.1.2. Sifat Kimia dan Fisika


Beberapa spesimen zeolit berwarna putih, kebiruan, kemerahan, coklat, dan
lain-lain, karena hadirnya oksida besi atau logam lainnya. Karakteristik fisika zeolit
meliputi :
a. Density : 1,1 gr/cc
b. Porositas : 0,31
c. Volume berpori : 0,28 – 3 cc/gr
d. Surface area : 1 – 20 m2/gr
e. Jari 0 jari makropori : 30 – 100nm
f. Jari – jari mikropori : 0,5 nm
Pada dasarnya zeolit dikategorikan atas dua golongan, yaitu zeolit alam dan
zeolit sintetis. Zeolit alam terdapat dalam lubang-lubang batuan lava, batuan
sedimen tcrutama sedimen piroklastik berbutir halus, dan terdapat ± 4 0 jenis.
Mineral zeolit di alam ada yang berupa batuan dan ada yang terdapat diantara celah-
celah batuan atau diantara lapisan batuan.
Sifat zeolit meliputi (Mursi Sutarti, 1994) :
a. Dehidrasi
Sifat dehidrasi dari zeolit akan berpengaruh terhadap sifat adsorbsinya.
Zeolit dapat melepaskan molekul air dari dalam rongga permukaan yang
menyebabkan medan listrik meluas ke dalam rongga utama dan akan efektif
28

terinteraksi dengan molekul yang akan diadsorbsi. Jumlah molekul air sesuai
dengan pori-pori atau volume ruang hampa yang akan terbentuk bila unit sel
kristal zeolit tersebut dipanaskan.
b. Adsorbsi
Pengertian adsorbsi sendiri adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu
fluida (cairan maupun gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk
suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Adsorpsi secara
umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam
larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan
kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya. Definisi lain menyatakan
adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan atau antar
fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau
adsorben (Brady, 1999).
Dalam keadaan normal ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh
molekul air bebas yang berada di sekitar kation. Bila kristal zeolit dipanaskan
pada suhu 3000C-4000C maka air tersebut akan keluar sehingga zeolit dapat
berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan. Beberapa jenis mineral zeolit
mampu menyerap gas sebanyak 30% dan beratnya dalam keadaan kering.
Selain mampu menyerap gas atau zat, zeolit juga mampu memisahkan molekul
zat berdasarkan ukuran dan kepolarannya. Meskipun ada dua molekul atau lebih
yang dapat melintas, hanya sebuah saja yang dapat lolos karena adanya
pengaruh kutub antara molekul zeolit dengan zat tersebut. Molekul yang tidak
jenuh atau mempunyai kutub akan lebih mudah lolos daripada yang tidak
berkutub atau yang jenuh.
c. Penukar ion
Ion-ion pada rongga atau kerangka elektrolit berguna untuk menjaga
kenetralan zeolit. Ion-ion ini dapat bergerak bebas sehingga pertukaran ion yang
terjadi tergantung dari ukuran dan muatan maupun jenis zeolitnya. Sifat sebagai
penukar ion dari zeolit antara lain tergantung dari sifat kation, suhu, dan jenis
anion. Penukaran kation dapat menyebabkan perubahan sifat zeolit seperti
stabilitas terhdap panas, sifat adsorbsi dan aktifitas katalis.
29

Kekuatan zeolit sebagai penjerap, katalis, dan penukar ion sangat


tergantung dari perbandingan Al dan Si, sehingga dikelompokkan menjadi 3 :
1. Zeolit dengan kadar Si rendah
Zeolit jenis ini banyak mengandung Al (kaya Al), berpori, mempunyai
nilai ekonomi tinggi karena efektif untuk pemisahan atau pemurnian dengan
kapasitas besar. Kadar maksimum Al dicapai jika perbandingan Si/Al
mendekati 1 dan keadaan ini mengakibatkan daya penukaran ion
maksimum.
2. Zeolit dengan kadar Si sedang
Kerangka tetrahedral Al dari zeolit tidak stabil terhadap pengaruh asam
dan panas. Jenis zeolit mordenit mempunyai perbandingan Si/Al = 5 sangat
stabil.
3. Zeolit dengan kadar Si tinggi
Zeolit ini mempunyai perbandingan Si/Al = 10-100 sehingga sifat
permukaannya tidak dapat diperkirakan lebih awal. Sangat higroskopis dan
menyerap molekul non-polar sehingga baik digunakan sebagai katalisator
asam untuk hidrokarbon.
d. Katalis
Ciri paling khusus dari zeolit yang secara praktis akan menentukan sifat
khusus mineral ini adalah adanya ruang kosong yang akan membentuk saluran
di dalam strukturnya. Bila zeolit digunakan pada proses penyerapan atau katalis
maka akan terjadi difusi molekul ke dalam ruang bebas di antara kristal. Dengan
demikian dimensi serta lokasi saluran sangat penting.
e. Penyaring/pemisah
Meskipun banyak media berpori yang dapat digunakan sebagai penyerap
atau pemisah campuran uap atau cairan, tetapi distribusi diameter dari pori-pori
media tersebut tidak cukup selektif seperti halnya penyaring molekul (zeolit)
yang mampu memisahkan berdasarkan perbedaan ukuran, bentuk, dan polaritas
dari molekul yang disaring.
30

2.2.2. Jenis Zeolit


2.2.2.1. Zeolit Alam
Pada umumnya,zeolit alam ditemukan dalam bentuk batuan atau serpihan
yang berada dipermukaan maupun berada di dalam kedalaman. Secara alami zeolit
dihasilkan dari proses hidrotermal pada batuan beku basa (Hartini, 2011). Zeolit
alam merupakan mineral yang tersedimentasi di alam yang merupakan
persenyawaan aluminosilicates yang membentuk kerangka struktur tiga dimensi
antara AlO4 dan SiO4 tetrahedral. Selain itu, zeolit dibentuk oleh reaksi dari air pori
dengan berbagai material seperti gelas, poorly crystalline clay, plagioklas, ataupun
silika. Bentukan zeolit mengandung perbandingan yang besar dari M2+ dan H+ pada
Na+, K+ dan Ca2+. Pembentukan zeolit alam tergantung pada komposisi dari batuan
induk, suhu, tekanan, tekanan parsial dari air, pH dan aktivasi dari ion-ion tertentu
(Saputra, 2006).
Jenis zeolit alam dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
 Zeolit yang terdapat di antara celah-celah batuan atau di antara lapisan batuan
zeolit jenis ini biasanya terdiri dari beberapa jenis mineral zeolit bersama-sama
dengan mineral lain seperti kalsit, kwarsa, renit, klorit, fluorit dan mineral
sulfida.
 Zeolit yang berupa batuan; hanya sedikit jenis zeolit yang berbentuk batuan,
diantaranya adalah: klinoptilolit, analsim, laumontit, mordenit, filipsit, erionit,
kabasit dan heulandit.
Contoh zeolit alam adalah clinoptilolite, chabazite, philipsite, erionite,
analcime dan ferrierite. Pada umumnya jenis zeolit alam Indonesia termasuk jenis
mordenite dan clinoptilolite. Zeolit jenis mordenite dapat digunakan untuk
mengadsorpsi gas H2O, CO, CO2, CH4 dan jenis clinoptilolite dapat digunakan
untuk mengadsorpsi gas CO, CO2, NO (Trisunaryanti et al., 2005). Berikut ini
adalah contoh gambar zeolit alam :
31

Gambar 2.6 Zeolit alam


Adapun komposisi dari zeolit alam disajikan pada tabel 2.2 berikut ini :
Tabel 2.2 Komposisi Zeolit Alam
Komposisi %Berat
SiO2 78,83
Al2O3 12,50
Fe2O3 1,50
K2O 2,27
Na2O 1,07
MgO 1,95
CuO 2,14
Sumber : Sutarti, 1994
Pemanfaatan zeolit sebagai adsorben sudah banyak digunakan pada
industri, pertanian, dan lingkungan. Tabel 2.3 menunjukkan selektivitas adsorbat
terhadap beberapa jenis zeolit.
Tabel 2.3 Selektivitas Adsorbat Terhadap Jenis Zeolit
Gas Sedikit Gas Banyak
Jenis Zeolit Aplikasi Peneliti
Diadsorpsi Diadsorpsi
Chabazite Prapurifikasi Udara ( N2 dan CO2
Tomoki (1988)
udara O2
Prapurifikasi Udara ( N2 dan CO2, CO,
Clinoptilolite Tezel (1995)
udara O2 ) NO
Erionite Separasi Udara O2 N2 Honan (1974)
Purifikasi gas
CH4, C2S, Hayhurst
Ferrierite alam, batubara, NH3
C3S (1978)
biogas
H2, He, Ne, H2O, CO, Nishizawa
Mordenite Purifikasi gas
Kr, Xe CO2, CH4 (1984)
32

Gas Sedikit Gas Banyak


Jenis Zeolit Aplikasi Peneliti
Diadsorpsi Diadsorpsi
Purifikasi gas
CH4, C2S,
Phillipsite alam, batubara, NH3 Kirov (1992)
C3S
biogas
Sumber : Ackley et al., 2003
Zeolit alam mempunyai karakteristik yang berbeda dengan membran
konvensional yang dibuat dari senyawa-senyawa yang umum digunakan seperti
Al2O3 atau ZrO2 karena zeolit alam akan membentuk pori-pori aktif antar partikel
(inter-particle active pores) ketika disintering dalam keadaan kering (Bumi Lestari,
2013). Meskipun begitu zeolit alam tetap memiliki potensi ekonomi yang luas. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan zeolit alam yang lebih baik diperlukan perlakuan
khusus. Misalnya untuk kebutuhan penyerapan (absorbsi) yang lebih besar,
dilakukan pengecilan, pencucian yang dilanjutkan dengan pengaktivan zeolit.
Proses aktivasi ini diperlukan untuk meningkatkan sifat khusus zeolit sebagai
adsorben dan menghilangkan unsur pengotor (Rosita, dkk., 2004).

2.2.2.2. Zeolit Sintetis


Zeolit sintetik adalah zeolit yang dibuat secara rekayasa yang sedemikian
rupa sehingga didapatkan karakter yang lebih baik dari zeolit alam. Prinsip dasar
produksi zeolit sintetik adalah komponennya yang terdiri dari silika dan alumina,
sehingga dapat disintesis dari berbagai bahan baku yang mengandung kedua
komponen di atas. Komponen minor dalam zeolit juga dapat ditambahkan dengan
mudah menggunakan senyawa murni, sehingga zeolit sintetik memiliki komposisi
yang tetap dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
Zeolit mempunyai sifat yang unik sehingga bayak yang melakukan
pembuatan sintetis zeolit sesuai kebutuhan dengan memodifikasi komposisi
aluminium dan silika dalam zeolit menggunakan proses kimia tertentu. Zeolit
sintesis memiliki kemurnian yang lebih tinggi dibandingkan zeolit alam dan
memiliki rasio Si/Al yang dapat disusun sesuai kebutuhan.
Zeolit sintetis yang dibuat tidak dapat persis sama dengan mineral zeolit
alam, walaupun zeolit sinteteis mempunyai sifat fisik yang jauh lebih baik.
Beberapa ahli menamakan zeolit sintesis sama dengan nama mineral zeolit alam
33

dengan menambahkan kata sinteis seperti zeolit A, zeolit K-C dll. Zeolit sintetis
terbentuk ketika gel yang ada terkristalisasi pada suhu kamar sampai dengan 2000C
pada tekanan atmosferik ataupun autogenous. Metode ini sangat baik diterapkan
pada logam alkali untuk menyiapkan campuran gel yang reaktif dan homogennya
(Breck, 1974).
Sunardi dan Abdullah (2007) melaporkan telah mensintesis zeolit dengan
bahan baku abu layang batu bara dengan metode peleburan menggunakan NaOH
serta aplikasinya sebagai adsorben logam merkuri (II). Abu layang dan NaOH
dicampur dan dihomogenkan lalu dilebur pada temperatur 550 oC selama 60 menit.
Hasil peleburan ditambahkan akuades, diaduk selama 12 jam dan dihidrotermalkan
pada temperatur 90 oC selama 24 jam. Hasil karakterisasi menggunakan Fourrier
Transform Infra Red (FTIR) dan X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan bahwa
telah terbentuk zeolit tipe faujasit.

2.2.2.3. Zeolit Teraktivasi Fisika

Salah satu cara pengaktivan zeolit secara fisika yaitu dengan pemanasan
(kalsinasi). Aktivasi secara fisika dilakukan melalui pengecilan ukuran butir,
pengayakan, dan pemanasan pada suhu tinggi, tujuannya untuk menghilangkan
pengotorpengotor organik, memperbesar pori, dan menguapkan molekul-molekul
air yang terperangkap dalam pori-pori kristal zeolit, sehingga luas permukaan pori-
pori bertambah.
Selain itu, proses kalisinasi diyakini dapat memperbaiki susunan kerangka
(framework) aluminosilikat (Al-Si-O) yang tidak stabil menjadi bentuk yang lebih
stabil dan menghasilkan susunan kristal zeolit yang lebih baik. Berikut ini
merupakan gambar struktur zeolit yang teraktivasi dengan pemanasan/kalsinasi :
34

Gambar 2.7. Struktur zeolit teraktivasi pemanasan / kalsinasi


Proses pemanasan dilakukan dalam oven biasa pada suhu 300-4000C (untuk
skala laboratorium), atau menggunakan tungku putar dengan pemanasan secara
penghampaan selama 3 jam atau tanpa penghampaan selama 5-6 jam (skala besar).
Pengaktivan zeolit yang akan dimanfaatkan di bidang pertanian dan pengolahan air
dilakukan pada suhu 150-2250C selama 2-3 jam dalam oven.
Untuk memperoleh zeolit dengan kemampuan yang tinggi diperlukan
beberapa perlakuan antara lain preparasi, aktivasi dan modifikasi (Sutarti, 1994).
Adapun tahapan pengolahan zeolit sebagai berikut :
1) Preparasi
Bertujuan untuk memperoleh ukuran produk yang sesuai dengan tujuan
penggunaan. Preparasi ini terdiri dari tahap peremukan (crushing) sampai
penggerusan (grinding). Atau pada tahap ini hanya berupa pengecilan ukuran
dan pengayakan.
2) Aktivasi
Dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara fisis dan kimiawi. Aktivasi secara
fisis berupa pemanasan zeolit dengan tujuan untuk menguapkan air yang
terperangkap dalam pori-pori kristal zeolit sehingga luas permukaan pori-pori
bertambah. Pemanasan dilakukan dalam oven biasa pada suhu 300-4000C
(untuk skala laboratorium) atau menggunakan tungku putar dengan pemanasan
selama 5-6 jam (skala besar). Aktivasi secara kimia dilakukan dengan larutan
asam H2SO4 atau basa NaOH dengan tujuan untuk membersihkan permukaan
pori, membuang senyawa pengotor dan mengatur kembali letak atom yang
dipertukarkan. Pereaksi kimia ditambahkan pada zeolit yang telah disusun
35

dalam tangki dan diaduk dalam jangka waktu tertentu. Zeolit kemudian dicuci
dengan air sampai netral dan selanjutnya dikeringkan.

2.2.2.4. Manganese Greensand


Mangan greensand adalah green sand atau zeolit sintetis yang
permukaannya dilapisi oleh mangan oksida tinggi yang secara umum rumus
molekulnya adalah (K2Z.MnO.Mn2O7). Manganese greensand (mangan zeolit)
adalah mineral yang dapat menukar electron sehingga dapat mengoksidasi besi atau
mangan yang larut dalam air menjadi bentuk yang tak larut sehingga dapat
dipisahkan dengan filtrasi. Berikut ini adalah gambar dari manganese greendsand :

Gambar 2.8 Manganese Greensand


Manganese greensand berfungsi sebagai katalis dan pada waktu yang
bersamaan besi dan mangan yang ada dalam air teroksidasi menjadi bentuk
ferrioksida dan mangan dioksida yang tak larut dalam air. Reaksinya adalah sebagai
berikut :
K2Z.MnO.Mn2O7 + 4 Fe(HCO3)2 ==> K2Z + 3 MnO2 + 2 Fe2O3 + 8 CO2 + 4 H2O... (2.5)
K2Z.MnO.Mn2O7 + 2 Mn(HCO3)2 ===>K2Z + 5 MnO2 + 4 CO2 + 2H2O …...(2.6)
Reaksi penghilangan besi dan mangan dengan mangan zeolit tidak sama
dengan proses pertukaran ion, tetapi merupakan reaksi dari Fe 2+ dan Mn2+ dengan
oksida mangan tinggi ( higher mangan oxide ). Selama proses berlangsung
kemampuan reaksinya makin lama makin berkurang dan akhirnya jenuh.
Keunggulan proses ini adalah mangan zeolit dapat berlaku sebagai buffer
(penyangga) (Said,2003). Karakteristik zeolit mangan komersial berbeda-beda satu
dengan yang lainnya tergantung kadar mangan yang terkandung di dalamnya.
Umumnya zeolit mangan komersial digunakan untuk menurunkan kadar kation-
kation di dalam air seperti mangan(II) dan besi(II) melalui proses reduksi-oksidasi.
36

Namun, penggunaan zeolit mangan komersial dalam menurunkan kadar anion


masih terbatas.

2.2.3. Karbon Aktif


Karbon aktif merupakan senyawa amorf yang dihasilkan dari bahan-bahan
yang mengandung karbon atau arang yang diperlakukan secara khusus untuk
mendapatkan daya adsorpsi yang tinggi. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan
senyawa - senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada
besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya jerap karbon aktif sangat
besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat karbon aktif (Darmawan, A.D., 2008).
Karbon aktif digunakan sebagai adsorben untuk menghilangkan warna,
pengolahan limbah, pemurnian air. Karbon aktif akan membentuk amorf yang
sebagian besar terdiri dari karbon bebas dan memiliki permukaan dalam yang
berongga, warna hitam, tidak berbau, tidak berasa, dan mempunyai daya serap yang
jauh lebih besar dibandingkan dengan karbon yang belum menjalani proses
aktivasi.
Gugus fungsi dapat terbentuk pada karbon aktif ketika dilakukan aktivasi,
yang disebabkan terjadinya interaksi radikal bebas pada permukaan karbon dengan
atom-atom seperti oksigen dan nitrogen, yang berasal dari proses pengolahan
ataupun atmosfer. Gugus fungsi ini menyebabkan permukaan karbon aktif menjadi
reaktif secara kimiawi dan mempengaruhi sifat adsorpsinya. Oksidasi permukaan
dalam produksi karbon aktif, akan menghasilkan gugus hidroksil, karbonil, dan
karboksilat yang memberikan sifat amfoter pada karbon, sehingga karbon aktif
dapar bersifat sebagai asam maupun basa (Sudirjo, E. 2006).
Luas permukaan karbon aktif berkisar antara 300-3500 m2/gram dan ini
berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan karbon aktif
mempunyai sifat sebagai adsorben. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan
senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada
besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Dalam hal ini, ada beberapa faktor
yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu :
a. Sifat Adsorben
37

Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori-


pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan
demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan
adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan karbon aktif yang telah dihaluskan.
Jumlah atau dosis karbon aktif yang digunakan, juga diperhatikan.
b. Sifat Serapan
Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran
molekul serapan dari sturktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorsi
juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap,
struktur rantai dari senyawa serapan.
c. Temperatur
Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk menyelidiki. temperatur
pada saat berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum yang
biasanya diberikan mengenai temperatur yang digunakan dalam adsorpsi.
Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsoprsi adalah viskositas dan
stabilitas thermal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-
sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna mau dekomposisi, maka
perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi
dilakukan pada temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur
yang lebih kecil.
d. pH (Derajat Keasaman)
Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan,
yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Hal ini disebabkan karena
kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut.
Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali,
adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.
e. Waktu Kontak
Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu
untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik
dengan jumlah yang digunakan. Waktu yang dibutuhkan ditentukan oleh dosis
karbon aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu kontak. Pengadukan
38

dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif untuk


bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai
viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama.
2.2.4 . Hasil Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah tabel berisikan hasil dan perbandingan penelitian terdahulu :
Tabel 2.4. Penelitian Sebelumnya Tentang Karbon Aktif, Zeolit, dan Manganese Greensand
Nama Lokasi
NO. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
1. Hardini, I. Peningkatan Desa Uji efisiensi penyisihan a. Efisiensi removal konsentrasi besi (Fe), mangan
Karnaning kualitas air banjar po besi (Fe), mangan (Mn), (Mn), dan zat organik (KMnO4) dalam air
roem, N sumur gali sidoarjo dan zat organik sumur gali dengan masing – masing
(2011) menjadi air (KMnO4) dengan proses menggunakan filter karbon aktif, filter mangan
bersih filter mangan zeolit dan zeolit, dan filter seri karbon aktif dan mangan
menggunakan karbon aktif zeolit, paling besar yang terjadi pada ketebalan
filter mangan media 40 cm dan konsentrasi terbesar, adalah
zeolit dan karbon sebagai berikut:
aktif: studi kasus  Efisiensi removal untuk Fe, Mn, dan
air sumur gali KMnO4 yang terjadi pada filter media karbon
permukiman aktif yaitu sebesar: efisiensi removal untuk Fe
desa banjar po mencapai 73,6%, Mn 53,33%, dan KMnO4
sidoarjo 70,11%.
 Efisiensi removal untuk Fe, Mn, dan
KMnO4 yang terjadi pada filter media mangan
zeolit yaitu sebesar: efisiensi removal untuk
Fe mencapai 93,52%, Mn 97,14%, dan
KMnO4 40,12%.

39
40

Nama Lokasi
NO. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
 Efisiensi removal untuk Fe, Mn, dan
KMnO4 yang terjadi pada filter seri media
karbon aktif dan media mangan zeolit yaitu
sebesar: efisiensi removal untuk Fe mencapai
93,52%, Mn 97,14%, dan KMnO4 36,0%.
b. Semakin tebal media maka efisiensi penyisihan
semakin tinggi.
c. Dalam penelitian ini ketebalan media 40 cm
memiliki efisiensi penyisihan yang lebih tinggi
dibanding ketebalan 25 cm. Berikut adalah nilai
konsentrasi terbesar yang dapat diturunkan oleh
media filter dengan ketebalan 40 cm:
 Pada filter karbon aktif, konsentrasi Fe
turun menjadi 0,793 mg/L, Mn turun menjadi
1,167 mg/L, dan KMnO4 turun menjadi
17,380 Mg/L.
 Pada filter mangan zeolit, konsentrasi Fe
turun menjadi 0,195 mg/L, Mn turun menjadi
0,071 mg/L, dan KMnO4 turun menjadi 31,6
mg/L.
 Pada filter seri karbon aktif dan mangan
zeolit, konsentrasi Fe turun menjadi 0,052
41

Nama Lokasi
NO. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
mg/L, Mn turun menjadi 0,048 mg/L, dan
KMnO4 turun menjadi 12,125 mg/L.
b. Semakin tinggi konsentrasi, maka ketebalan
media perlu ditambah. Menambah ketebalan
media mangan zeolit untuk Fe dan Mn berkadar
tinggi, sedangkan media karbon aktif
ditambahkan jika kadar KMnO4 yang tinggi.
c. Nilai penurunan penyisihan yang berbeda – beda
antara media serta efisiensi penyisihan yang
mencapai 95% hingga 100% menunjukkan
terjadinya Breakthrough pada media.
2. Nastiti Penurunan Dukuh a. Metode bersifat a. Adanya penurunan kandungan Fe dan Mn
Maharani Logam Besi dan Setro eksperimental yang menggunakan filtrasi media Pasir Silika – Zeolit
Oesman dan Mangan Rawasan, bertujuan untuk - Karbon Aktif dan Pasir Silika Manganese
Sugito Menggunakan Surabaya mengetahui Greensand - Karbon Aktif. Efektivitas
(2017) Filtrasi Media efektivitas penurunan penurunan kandungan Fe menggunakan media
Zeolit dan konsentrasi Fe dan Zeolit sebesar 57.13% dan Mn sebesar 70.00%.
Manganese Mn pada air tanah b. Sedangkan efektivitas penurunan kandungan Fe
Greendsand dengan menggunakan menggunakan media manganese greensand
Filtrasi media Pasir sebesar 78.36% dan Mn sebesar 88.21%. Debit
Silica – Zeolit - yang paling optimal untuk menurunkan
Karbon Aktif dan kandungan Fe dan Mn menggunakan media
42

Nama Lokasi
NO. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
Pasir Silica - Zeolit dan Manganese Greensand dalam
Manganese penelitian ini yaitu debit 1 L/menit. Hal ini
Greensand – Karbon dikarenakan semakin kecil debit, semakin lama
Aktif waktu tinggal, maka semakin besar efektivitas
b. Penelitian ditempuh penurunannya.
dengan memberikan
intervensi (perlakuan)
berupa filtrasi
3. Novia Reduksi Besi Surabaya Pada penelitian ini a. Penurunan kadar Fe dan Mn menggunakan
Rahmawati (Fe) dan Mangan dilakukan kajian sejauh media manganese greensand terpadukan resin
dan Sugito (Mn) pada Air mana efektivitas penukar ion menghasilkan efektivitas removal
Tanah removal media filtrasi Fe sebesar 94% dan 99% untuk removal Mn.
Menggunakan manganese greensand b. Konsentrasi Fe setelah treatment menggunakan
Media Filtrasi dan zeolit terpadukan media manganese greensand terpadukan resin
Manganese resin penukar ion dengan penukar ion adalah 0,316 mg/L dan 0,017 mg/L
Greensand dan variabel jenis media dan untuk Mn.
Zeolit lama waktu operasi c. Sedangkan efektivitas removal Fe
Terpadukan dalam menurunkan menggunakan media zeolit terpadukan resin
Resin konsentrasi Fe dan Mn penukar ion adalah 73% dan efektivitas removal
dalam air tanah. Mn adalah 98%.
d. Konsentrasi Fe setelah treatment menggunakan
media manganese greensand terpadukan resin
43

Nama Lokasi
NO. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
penukar ion adalah 1,424 mg/L dan 0,049 mg/L
untuk Mn.
4. Goa, A.A., Pembuatan Filter Desa Eksperimental Filter ganda mangan - zeolit dan arang aktif
Imanuel G., Ganda Mangan Noebesa, tempurung lontar mampu menurunkan kadar Mn
Anna A.M. Zeolit dan Kab. dan Fe setelah melewati ketiga media filter dengan
2010. Tempurung Timor efisiensi penurunan sebesar 66,46 % - 95,21 %.
Lontar Asal NTT Tengah
Untuk Selatan
Mneurunkan Fe
dan Mn Dalam
Limbah Cucian
Mangan
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian berupa ringkasan metode yang dilakukan selama


penelitian berlangsung. Berikut adalah gambar kerangka penelitiannya :

Ide Studi :
Efektivitas Kombinasi Media Filter Zeolit dan Karbon Aktif dalam
Menurunkan Kadar Mangan Air Sumur Melalui Proses Filtrasi

Sampel penelitian air sumur di Kelurahan Sarirogo, Kec.Sidoarjo, Kab.Sidoarjo

Analisis kandungan Mn pada sampel air sumur sebelum diolah

Penurunan kadar Mn pada sampel air menggunakan filtrasi dengan


variasi media zeolit alam, zeolit alam teraktivasi fisika dan
manganese greensand

Treatment II Treatment III


Treatment I
Filtrasi dengan Filtrasi dengan
Filtrasi dengan
media Zeolit Alam media Manganese
media Zeolit Alam
Teraktivasi Fisika – Greensand –
– Karbon Aktif
Karbon Aktif Karbon Aktif

Percobaan Variasi Debit ( 0.5, 0.7, 0.9, 1.1, 1.3 liter/menit )


Variasi Ketebalan Media (30, 40, 50, 60 dan 70 cm)
)
Analisa penurunan kadar Mn pada sampel air sumur setelah diolah
menggunakan filtrasi dengan media Zeolit Alam, Zeolit Alam
Teraktivasi Fisika dan Manganese Greensand

Analisa dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Penelitian


44
45

3.2. Bahan dan Alat


3.2.1. Bahan
1. Sampel air sumur sebanyak 20 liter
2. Larutan Mn 1, Mn 2 dan Mn 3
3. Aquades
4. Zeolit alam ukuran butir 20 mesh
5. Manganese greensand ukuran butir 20 mesh
6. Karbon aktif arang tempurung kelapa ukuran butir 20 mesh

3.2.2. Alat
1. Bak penampung volume 25 liter
2. Botol sampel 600 ml
3. Pipa PVC 3 inc sebanyak 3 buah
4. Pipa PVC 1/2 inc
5. Pompa summersible
6. Ayakan sieve 20 mesh
7. Valve / kran
8. Sprayer
9. Oven
10. pH meter
11. Termometer
12. Spektrofotometri

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Tahap Persiapan Media

1. Tahap Persiapan Zeolit Alam


Untuk media zeolit alam tidak diberikan perlakuan apapun. Media dicuci
menggunakan aquades dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Kemudian
media zeolit alam yang akan digunakan terlebih dahulu diayak, sehingga
didapatkan zeolit yang lolos saringan diameter 20 mesh.
46

2. Tahap Pembuatan Zeolit Alam Teraktivasi Fisika


Pengaktifan fisika dengan pemanasan di dalam oven. Zeolit alam
selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah (loyang), kemudian dipanaskan dalam
oven untuk menghilangkan unsur H2O yang terkandung dalam kristal zeolit
pada suhu 200°C selama 150 menit. Setelah iu, zeolit tersebut dikeluarkan dari
oven dan didiamkan selama 2 jam. Setelah kering diayak sehingga diperoleh
zeolit hasil pengaktifan fisika dengan ukuran butir 20 mesh.
3. Tahap Persiapan Manganese Greensand
Media manganese greensand dicuci menggunakan aquades dan
dikeringkan di bawah sinar matahari. Kemudian manganese greensand yang
akan digunakan terlebih dahulu diayak, sehingga didapatkan manganese
greendsand yang lolos saringan dengan diameter 20 mesh.

3.3.2. Persiapan Alat Filtrasi

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.


2. Pipa PVC 3” dipotong dengan panjang 1 meter sebanyak 3 buah.
3. Kemudian kedua ujung pipa diberi tutup dop. Dop PVC 3” pada bagian atas
filter dilubangi pada bagian tengahnya dengan diameter 1/2“ dan dipasang sock
dart luar dan dalam, kemudian ditambahkan sprayer dan di lem dengan lem
PVC agar kuat menahan tekanan pompa. Untuk dop bawah dipilih bentuk yang
rata agar alat filtrasi dapat berdiri tegak. Cara pemasangan dop bawah yakni
dengan menggunakan lem PVC.
4. Untuk inlet dan outlet reaktor filter diberi lubang dengan mengebor sebesar 1/2
inch. Untuk pipa inlet berada di atas dop pipa 3” dan untuk pipa outlet berada
di atas dop pipa 3” bagian bawah, dilanjutkan dengan pemasangan kran-kran
pengatur aliran masuk (inlet), dan aliran keluar (outlet).
5. Semua bahan yang akan dirangkai dicuci supaya bebas dari kotoran dan dibilas
dengan aquades.
6. Pada reaktor I susunan paling bawah yaitu zeolit alam ukuran 20 mesh dengan
variasi ketebalan media 30, 40, 50, 60 dan 70 cm dan di atas zeolit ditambahkan
karbon aktif ukuran diameter 20 mesh dengan ketebalan media 20 cm.
47

7. Pada reaktor II yaitu zeolit alam yang telah diaktivasi fisika ukuran 20 mesh
dengan cara pemanasan dengan variasi ketebalan media 30, 40, 50, 60 dan 70
cm dan di atas zeolit ditambahkan karbon aktif ukuran diameter 20 mesh dengan
ketebalan 20 cm.
8. Dan reaktor III yaitu manganese greensand ukuran 20 mesh dengan variasi
ketebalan media 30, 40, 50, 60 dan 70 cm dan di atas manganese greensand
ditambahkan karbon aktif ukuran diameter 20 mesh dengan ketebalan media 20
cm. Ditambahkan kasa diantara zeolit dan karbon aktif pada setiap reaktor.

3.4. Variabel Penelitian


3.4.1. Variabel Tetap
1. Ukuran Reaktor
- Diameter pipa : 3”
- Tinggi pipa : 100 cm
2. Karbon aktif (arang tempurung kelapa)
- Ketebalan media : 20 cm
- Ukuran media : 20 mesh
3. Sistem aliran kontinyu

3.4.2. Variabel Kontrol


1. Suhu ruangan (28 – 310C)
2. pH netral (6 – 9)

3.4.3. Variabel Bebas


a. Zeolit Alam - KA
1. Debit (liter/menit) : 0.5 lt/mnt, 0.7 lt/mnt, 0.9 lt/mnt, 1.1 lt/mnt, 1.3 lt/mnt
2. Ketebalan media (cm): 30, 40, 50, 60 dan 70 cm

b. Zeolit Alam Teraktivasi Fisika - KA


1. Debit (liter/menit) : 0.5 lt/mnt, 0.7 lt/mnt, 0.9 lt/mnt, 1.1 lt/mnt, 1.3 lt/mnt
2. Ketebalan media (cm): 30, 40, 50, 60 dan 70 cm
48

c. Manganese Greensand - KA
1. Debit (liter/menit) : 0.5 lt/mnt, 0.7 lt/mnt, 0.9 lt/mnt, 1.1 lt/mnt, 1.3 lt/mnt
2. Ketebalan media (cm): 30, 40, 50, 60 dan 70 cm

3.5. Parameter yang Dianalisa


1. Mangan (Mn) dengan metode Spektrofotometri

3.6. Metode yang Digunakan


Metode analisa yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu dengan
membuat tabel dan grafik hasil penelitian pengolahan air sumur menggunakan
media filter zeolit alam, zeolit alam teraktivasi fisika dan manganese greensand
yang dikombinasikan dengan karbon aktif ketebalan 20 cm, sehingga dapat
diketahui efisiensi penurunan kadar mangan yang paling efektif.

3.7. Gambar Reaktor

Gambar 3.2. Rangkaian alat


49

3.7.1. Cara Kerja Alat


1. Air sampel ditampung dalam bak penampung dengan volume 20 liter kemudian
di pompa menuju bak volume 12 liter. Apabila volume air melebihi volume
yang ditetapkan, air akan terbuang melalui pipa over flow kembali ke bak
penampung yang ada di bawah.
2. Air akan mengalir menuju reaktor filtrasi ketika kran outlet bak volume dibuka.
Bukaan kran diatur sesuai dengan debit total yang dibutuhkan untuk mengaliri
ketiga reaktor secara bersamaan.
3. Perhitungan waktu kontak air sampel dengan media ditentukan dengan
menghitung volume reaktor dibagi debit/laju aliran. Saat air melalui media, kran
outlet pipa 3” akan ditutup selama waktu kontak yang ditentukan. Setelah itu,
kran outlet baru dibuka untuk sampling.
4. Air hasil pengolahan akan disimpan dalam botol samel 600 ml.

Gambar 3.3. Detail Reaktor


3.7. Jadwal Kegiatan Penelitian

Rencana Bulan
No.
Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei
1. Penyusunan data
dan pengajuan
judul
2. Pengajuan
Proposal
3. Seminar
Proposal
4. Pelaksanaan
penelitian
5. Pengelolaan data,
analisis dan
penyusunan
laporan

50
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengujian Kadar Mangan (Mn) Awal

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah air sumur yang diambil
dari kran, sebelum dimasukkan ke dalam jerigen kran dibuka selama 5 menit untuk
menghilangkan zat – zat yang masih tertinggal di instalasi perpipaan sehingga air
yang keluar homogen, selanjutnya dimasukkan ke dalam jerigen dan dianalisis di
Laboratorium Riset Teknik Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur. Sampel
berasal dari salah satu rumah warga yang ada di Kelurahan Sarirogo, Kecamatan
Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo.
Kondisi fisik air sumur yaitu berwarna kuning kecoklatan, berbau logam
dan berbau amis serta menimbulkan noda atau kerak berwarna coklat pada dinding
bak kamar mandi dan peralatan lainnya. Di bawah ini adalah gambar kondisi fisik
air sumur di Kelurahan Sarirogo, Kabupaten Sidoarjo.

Gambar 4.1 Kondisi fisik air sumur

Berikut ini merupakan hasil analisis awal sebelum air sumur diolah
menggunakan proses filtrasi menggunakan variasi jenis zeolit yang ditunjukkan
pada Tabel 4.1 dibawah ini :

51
52

Tabel 4.1 Hasil Analisa Karakteristik Awal Air Sumur di Kelurahan Sarirogo,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo
Hasil Uji
Parameter Satuan
I II
Mn mg/lt 2.31 2.35
pH - 7.4 7.4
0
Suhu C 29 29
(Sumber Data Primer : Laboratorium Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur)

Berdasarkan tabel 4.1, maka air sumur di Kelurahan Sarirogo, Kecamatan


Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo masih perlu dilakukan pengolahan sebagai upaya
untuk mengurangi masalah gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dan
rusaknya estetika lingkungan karena kadar logam Mangan (Mn) air sumur tersebut
masih di atas baku mutu yang ditetapkan oleh Permenkes No.
416/Menkes/PER/IX/1990 tentang standar kualitas air bersih yaitu sebesar 0,5
mg/liter.
Oleh sebab itu, pengolahan yang dapat diterapkan pada air sumur bor yaitu
filter pasir cepat (Rapid Sand Filter) arah aliran down flow dengan sistem
pengaliran bertekanan (pressure filter) secara kontinyu. Kriteria desain
perencanaan menggunakan dual media filter diantaranya, yaitu zeolit alam, zeolit
alam teraktivasi fisika dan manganese greensand dikombinasi dengan karbon aktif
dengan ketebalan 20 cm.
53

Gambar 4.2 Reaktor Filtrasi

4.2. Proses Penyediaan Media Filtrasi

Seluruh media filter berupa zeolit alam, manganese greensand dan karbon
aktif dicuci menggunakan aquades hingga pengotornya hilang. Setelah melalui
proses pencucian, variasi media zeolit alam dan manganese greensand dijemur di
bawah sinar matahari selama 1 hari. Sedangkan media karbon aktif dioven dengan
suhu 1050C selama 2 jam untuk mengembalikan kemampuan daya adsorbnya.
Berbeda dengan media lainnya, untuk variasi media zeolit alam teraktivasi di oven
dengan suhu 2000C selama 1,5 jam untuk menghilangkan kadar airnya. Setelah
kering, proses selanjutnya yaitu semua media diayak sesuai ukuran yang ditentukan
yaitu 20 mesh.
Setelah rangkaian proses di atas, seluruh media dapat digunakaan dalam
proses filtrasi. Variasi yang digunakan ada tiga variasi media filter yaitu zeolit alam
+ karbon aktif, zeolit alam teraktivasi fisika + karbon aktif dan media komersil
manganese greensand + karbon aktif, kemudian variasi ketebalan media yaitu 30,
40, 50, 60, 70 cm dan debit 0.5, 0.7, 0.9, 1.1, 1.3 liter/menit.
54

4.3. Hasil Penelitian


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hasil pengolahan air
sumur menggunakan metode filtrasi dengan kombinasi media filter variasi jenis
zeolit – karbon aktif sebagai upaya untuk menurunkan kadar logam mangan (Mn).
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan UPN “Veteran” Jawa
Timur, sehingga diperoleh data yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

4.3.1. Hasil Analisa Persentase Penurunan Kadar Mangan pada Variabel


Kontrol
Berikut ini adalah tabel hasil analisan persentase penurunan kadar mangan
(Mn) yang dihasilkan oleh masing – masing media filter karbon aktif, zeolit alam,
zeolit alam teraktivasi fisika dan manganese greensand :
Tabel 4.2 Hasil Analisa Persentase Penurunan Kadar Mangan pada Variabel
Kontrol

Kadar Mangan Efisiensi


Ketebalan (mg/liter)
No. Media Penurunan
Media (cm)
Awal Akhir (%)

1 Karbon Aktif 20 2.3 1.4 40.8

(Sumber Data Primer : Laboratorium Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur)

Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat bahwa media filter karbon aktif mampu
menurunkan kadar mangan dari 2,3 mg/liter menjadi 1,4 mg/liter. Sehinggga dapat
dikatakan bahwa karbon aktif efektif dalam menurunkan kadar mangan air sumur.
Persentase efisiensi penurunan kadar mangan yang dihasilkan oleh media filter
karbon aktif yaitu sebesar 40.8 %. Hal ini disebabkan karena minimnya kemampuan
karbon aktif dalam menyerap Mn.

4.3.2. Pengaruh Debit dan Ketebalan Media terhadap Persentase Efisiensi


Penurunan Kadar Mangan pada Setiap Variasi Media
Berikut adalah tabel dan grafik hasil penelitian pengaruh debit dan
ketebalan media terhadap persentase efisiensi penurunan Mn air sumur yang telah
55

difilter dengan media zeolit alam, zeolit alam teraktivasi fisika, dan manganese
greensand yang dikombinasi dengan karbon aktif setebal 20 cm. Dan berikut ini
merupakan tabel hasil akhir kadar mangan (mg/liter) setelah pengolahan
menggunakan kombinasi media filter zeolit alam – karbon aktif :
Tabel 4.3 Hasil Akhir Kadar Mangan Setelah Pengolahan Menggunakan
Kombinasi Media Filter Zeolit Alam – KA
Ketebalan Media (cm) Kadar Mn (mg/liter)
Q
No Karbon
(lt/mnt) Zeolit Alam Awal Akhir
Aktif
1 30 20 2.3 1.4
2 40 20 2.3 1.3
3 0.5 50 20 2.3 1.0
4 60 20 2.3 1.0
5 70 20 2.3 0.9

1 30 20 2.3 1.4
2 40 20 2.3 1.3
3 0.7 50 20 2.3 1.2
4 60 20 2.3 1.0
5 70 20 2.3 0.9

1 30 20 2.3 1.4
2 40 20 2.3 1.3
3 0.9 50 20 2.3 1.1
4 60 20 2.3 1.0
5 70 20 2.3 0.9

1 30 20 2.3 1.6
2 40 20 2.3 1.3
3 1.1 50 20 2.3 1.4
4 60 20 2.3 1.2
5 70 20 2.3 1.1

1 30 20 2.3 1.7
2 40 20 2.3 1.5
3 1.3 50 20 2.3 1.4
4 60 20 2.3 1.2
5 70 20 2.3 1.1
(Sumber Data Primer : Laboratorium Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur)
56

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa media filter zeolit alam – karbon
aktif efektif dalam menurunkan kadar mangan. Hal ini dibuktikan dengan adanya
penurunan kadar Mn setelah dilakukan pengolahan. Penurunan terbesar terdapat
pada variasi debit 0,5 liter/menit dengan ketebalan media zeolit alam 70 cm –
karbon aktif 20 cm yaitu hasil akhir kadar mangan sebesar 0,9 mg/liter.
Berikut ini adalah grafik pengaruh variasi debit dan ketebalan media variasi
jenis zeolit alam – karbon aktif terhadap penurunan kadar Mn :
65

60

55
%EFISIENSII PENURUNAN

50

45

40

35

30

25

20
50 55 60 65 70 75 80 85 90 95
KETEBALAN MEDIA (CM)

debit 0,5 debit 0,7 debit 0,9 debit 1,1 debit 1,3

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Variasi Ketebalan Media (cm) dan Debit (liter/menit)
terhadap Efisiensi Penurunan Kadar Mn (%) dengan Media Zeolit
Alam – Karbon Aktif

Berdasarkan gambar 4.1, menjelaskan bahwa persebaran nilai efisiensi


penurunan kadar Mn cukup merata atau stabil. Persen efisiensi penurunan kadar
mangan paling efektif pada ketebalan media filter zeolit alam 70 cm – karbon aktif
20 cm dan debit 0.5 liter/menit, yaitu sebesar 63%. Dan persentase penurunan kadar
mangan paling rendah pada ketebalan media filter zeolit alam 30 cm – karbon aktif
57

20 cm dan debit 1,3 liter/menit, yaitu sebesar 24%. Pada proses tersebut
menunjukkan bahwa hasil penurunan kadar mangan pada setiap variasi debit
memiliki nilai peningkatan yang signifikan, dimana bahwa semakin kecil debit
yang dialirkan, maka persentase efisiensi penurunan kadar mangan semakin
meningkat. Namun pada variasi debit 1,1 lt/menit mengalami hasil persentase
efisiensi penurunan kadar mangan yang tidak stabil pada masing – masing
ketebalan media.
Dapat dilihat bahwa debit dan ketebalan media berpengaruh terhadap
efisiensi penurunan kadar mangan air sumur. Semakin kecil debit yang digunakan
maka semakin besar efisiensi penurunannya, sebaliknya semakin besar debit yang
digunakan maka semakin kecil efisiensi penurunannya. Hal ini disebabkan karena
semakin kecil debit yang dialirkan, maka waktu kontak air dengan media filter
semakin lama, sehingga efektivitas penurunannya semakin tinggi, sebaliknya
apabila semakin besar debit, maka air berkontak dengan media semakin singkat
menyebabkan persentase efisiensi penurunannya semakin rendah.
Seperti halnya dengan debit, ketebalan media juga berpengaruh terhadap
persentase efisiensi penurunan kadar mangan dimana semakin tebal media maka
persentase penurunan kadar mangan semakin efektif. Hal ini dikarenakan semakin
banyak media yang ditambahkan, maka semakin luas permukaan pori - pori yang
dapat mengikat kation di dalam air sehingga kadar Mn di dalam air semakin
berkurang. Apabila terjadi kondisi persentase yang tidak stabil, yaitu seperti pada
debit 1,1 liter/menit dengan ketebalan media zeolit alam 50 cm – karbon aktif 20
cm mengalami penurunan cukup jauh dibandingkan dengan ketebalan media zeolit
alam 40 cm – karbon aktif 20 cm dapat diakibatkan karena pori – pori media zeolit
alam yang digunakan pada variasi tersebut masih mengandung kadar air yang cukup
banyak sehingga media tidak dapat menyerap mangan secara optimal.
Berikut ini adalah tabel hasil akhir kadar mangan (mg/liter) setelah
pengolahan menggunakan kombinasi media filter zeolit alam teraktivasi fisika –
karbon aktif :
58

Tabel 4.4 Hasil Akhir Kadar Mangan Setelah Pengolahan Menggunakan


Kombinasi Media Filter Zeolit Alam Teraktivasi Fisika – KA
Ketebalan Media (cm) Kadar Mn (mg/liter)
Q
No Karbon
(lt/mnt) Zeolit Teraktivasi Awal Akhir
Aktif
1 30 20 2.3 1.3
2 40 20 2.3 1.2
3 0.5 50 20 2.3 1.0
4 60 20 2.3 0.9
5 70 20 2.3 0.7

1 30 20 2.3 1.3
2 40 20 2.3 1.3
3 0.7 50 20 2.3 1.1
4 60 20 2.3 0.9
5 70 20 2.3 0.8

1 30 20 2.3 1.3
2 40 20 2.3 1.3
3 0.9 50 20 2.3 1.1
4 60 20 2.3 1.0
5 70 20 2.3 0.9

1 30 20 2.3 1.5
2 40 20 2.3 1.3
3 1.1 50 20 2.3 1.2
4 60 20 2.3 1.1
5 70 20 2.3 1.0

1 30 20 2.3 1.5
2 40 20 2.3 1.3
3 1.3 50 20 2.3 1.3
4 60 20 2.3 1.0
5 70 20 2.3 1.1
(Sumber Data Primer : Laboratorium Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur)

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa media filter zeolit alam


teraktivasi fisika – karbon aktif efektif dalam menurunkan kadar mangan. Hal ini
dibuktikan dengan adanya penurunan kadar Mn setelah dilakukan pengolahan.
59

Penurunan terbesar terdapat pada variasi debit 0,5 liter/menit dengan ketebalan
media zeolit alam teraktivasi fisika 70 cm – karbon aktif 20 cm yaitu hasil akhir
kadar mangan sebesar 0,7 mg/liter.
Berikut ini adalah grafik pengaruh variasi debit dan ketebalan media variasi
jenis zeolit alam teraktivasi fisika terhadap penurunan kadar Mn :

80

70
%EFISIENSI PENURUNAN

60

50

40

30

20
50 55 60 65 70 75 80 85 90 95
KETEBALAN MEDIA (CM)

debit 0,5 debit 0,7 debit 0,9 debit 1,1 debit 1,3

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Variasi Ketebalan Media (cm) dan Debit (liter/menit)
terhadap Efisiensi Penurunan Kadar Mn (%) dengan Media Zeolit
Alam Teraktivasi Fisika – Karbon Aktif

Berdasarkan gambar 4.2, menjelaskan bahwa persebaran nilai efisiensi


penurunan kadar Mn cukup merata atau stabil. Persen efisiensi penurunan kadar
mangan paling efektif pada ketebalan media filter zeolit alam teraktivasi fisika 70
cm – karbon aktif 20 cm dan debit 0.5 liter/menit, yaitu sebesar 68%. Dan
persentase penurunan kadar mangan paling rendah pada ketebalan media filter
zeolit alam teraktivasi fisika 30 cm – karbon aktif 20 cm dan debit 1,1 liter/menit,
yaitu sebesar 34%. Pada proses tersebut menunjukkan bahwa hasil penurunan
60

kadar mangan pada setiap variasi debit memiliki nilai peningkatan yang signifikan,
dimana bahwa semakin kecil debit yang dialirkan, maka persentase penurunan
kadar mangan semakin efektif.
Dapat dilihat bahwa debit dan ketebalan media berpengaruh terhadap
efisiensi penurunan kadar mangan air sumur. Semakin kecil debit yang digunakan
maka semakin besar efisiensi penurunannya, sebaliknya semakin besar debit yang
digunakan maka semakin kecil efisiensi penurunannya. Hal ini disebabkan karena
semakin kecil debit yang dialirkan, maka waktu kontak air dengan media filter
semakin lama, sehingga efektivitas penurunannya semakin tinggi, sebaliknya
apabila semakin besar debit, maka air berkontak dengan media semakin singkat
menyebabkan persentase efisiensi penurunannya semakin rendah.
Seperti halnya dengan debit, ketebalan media juga berpengaruh terhadap
persentase efisiensi penurunan kadar mangan dimana semakin tebal media maka
persentase penurunan kadar mangan semakin efektif. Hal ini dikarenakan semakin
banyak media yang ditambahkan, maka semakin luas permukaan pori - pori yang
dapat mengikat kation di dalam air sehingga kadar Mn di dalam air semakin
berkurang. Namun pada variasi debit 1,3 lt/menit pada ketebalan media zeolit alam
teraktivasi fisika 60 cm – karbon aktif 20 cm memiliki hasil persentase penurunan
kadar mangan yang lebih efektif dibandingkan pada ketebalan media zeolit alam
teraktivasi fisika 70 cm – karbon aktif 20 cm. Hal tersebut dapat diakibatkan karena
kadar air dalam pori – pori media zeolit yang digunakan tidak terdehidrasi secara
optimal saat dipanaskan di oven sehingga media kurang efektif dalam menyerap
mangan (Mn).
Berikut ini adalah tabel hasil akhir kadar mangan (mg/liter) setelah
pengolahan menggunakan kombinasi media filter manganese greensand – karbon
aktif :
61

Tabel 4.5 Hasil Akhir Kadar Mangan Setelah Pengolahan Menggunakan


Kombinasi Media Filter Manganese Greensand – KA

Ketebalan Media (cm) Kadar Mn (mg/liter)


Q
No
(lt/mnt) Karbon
Manganese Greensand Awal Akhir
Aktif
1 30 20 2.3 0.9
2 40 20 2.3 0.9
3 0.5 50 20 2.3 0.7
4 60 20 2.3 0.6
5 70 20 2.3 0.5

1 30 20 2.3 1.0
2 40 20 2.3 0.9
3 0.7 50 20 2.3 0.9
4 60 20 2.3 0.7
5 70 20 2.3 0.6

1 30 20 2.3 1.0
2 40 20 2.3 1.0
3 0.9 50 20 2.3 0.8
4 60 20 2.3 0.7
5 70 20 2.3 0.6

1 30 20 2.3 1.1
2 40 20 2.3 1.0
3 1.1 50 20 2.3 1.0
4 60 20 2.3 0.9
5 70 20 2.3 0.7

1 30 20 1.1
2 40 20 2.3 1.0
3 1.3 50 20 2.3 1.0
4 60 20 2.3 0.9
5 70 20 2.3 0.8
(Sumber Data Primer : Laboratorium Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur)

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa media filter manganese


greensand – karbon aktif efektif dalam menurunkan kadar mangan. Hal ini
dibuktikan dengan adanya penurunan kadar Mn setelah dilakukan pengolahan.
62

Penurunan terbesar terdapat pada variasi debit 0,5 liter/menit dengan ketebalan
media zeolit alam teraktivasi fisika 70 cm – karbon aktif 20 cm yaitu hasil akhir
kadar mangan sebesar 0,5 mg/liter.
Berikut ini adalah grafik pengaruh variasi debit dan ketebalan media variasi
jenis manganese greensand terhadap penurunan kadar Mn :

85

80

75
%EEFISIENSI PENURUNAN

70

65

60

55

50
50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

KETEBALAN MEDIA (CM)


debit 0,5 debit 0,7 debit 0,9 debit 1,1 debit 1,3

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Variasi Ketebalan Media (cm) dan Debit
(liter/menit) terhadap Efisiensi Penurunan Kadar Mn (%) dengan
Media Manganese Greensand – Karbon Aktif

Berdasarkan gambar 4.3, menjelaskan bahwa persebaran nilai efisiensi


penurunan kadar Mn cukup merata atau stabil. Persen efisiensi penurunan kadar
mangan paling efektif pada ketebalan media filter manganese greensand 70 cm –
karbon aktif 20 cm dan debit 0.5 liter/menit, yaitu sebesar 80%. Dan persentase
penurunan kadar mangan paling rendah pada ketebalan media filter manganese
greensand 30 cm – karbon aktif 20 cm dan debit 1,3 liter/menit, yaitu sebesar 53%.
Pada proses tersebut menunjukkan bahwa hasil penurunan kadar mangan pada
setiap variasi debit memiliki nilai peningkatan yang signifikan, dimana semakin
63

kecil debit yang dialirkan, maka persentase penurunan kadar mangan semakin
meningkat.
Dapat dilihat bahwa debit dan ketebalan media berpengaruh terhadap
efisiensi penurunan kadar mangan air sumur. Semakin kecil debit yang digunakan
maka semakin besar efisiensi penurunannya, sebaliknya semakin besar debit yang
digunakan maka semakin kecil efisiensi penurunannya. Hal ini disebabkan karena
semakin kecil debit yang dialirkan, maka waktu kontak air dengan media filter
semakin lama, sehingga efektivitas penurunannya semakin tinggi, sebaliknya
apabila semakin besar debit, maka air berkontak dengan media semakin singkat
menyebabkan persentase efisiensi penurunannya semakin rendah.
Ketebalan media juga berpengaruh terhadap persentase efisiensi penurunan
kadar mangan dimana semakin tebal media yang digunakan maka persentase
penurunan kadar mangan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan semakin banyak
media yang ditambahkan, maka semakin luas permukaan pori - pori yang dapat
mengikat kation di dalam air sehingga kadar Mn di dalam air semakin berkurang.
Berdasarkan gambar, 4.1, 4.2 dan 4.3, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa persentase efisiensi penurunan kadar mangan air sumur oleh masing –
masing kombinasi media dari ketiga variasi jenis zeolit – karbon aktif memiliki
perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan dengan variabel kontrol (karbon
aktif 20 cm). Dimana apabila media karbon aktif ketebalan 20 cm dikombinasikan
dengan berbagai jenis zeolit, maka persentase penurunan kadar mangan semakin
efektif. Dan pada penelitian ini didapatkan persen penurunan kadar Mn paling
efektif yaitu sebesar 80% pada ketebalan media filter manganese greensand 70 cm
- karbon aktif 20 cm dengan debit 0,5 liter/menit. Sedangkan untuk hasil terendah
ada pada jenis media zeolit alam ketebalan media 30 cm – KA 20 cm dengan debit
1,3 liter/menit yaitu sebesar 24%.
Pada kombinasi media filter zeolit alam – karbon aktif persentase penurunan
kadar mangan paling efektif sebesar 63% pada ketebalan media zeolit alam 70 cm
– karbon aktif 20 cm. Sedangkan pada kombinasi media filter zeolit alam teraktivasi
fisika – karbon aktif persentase penurunan kadar mangan paling efektif sebesar
68% pada ketebalan media zeolit alam 70 cm – karbon aktif 20 cm. Persentase
64

penurunan kadar mangan kombinasi media filter zeolit alam teraktivasi fisika –
karbon aktif lebih efektif dibandingkan dengan kombinasi media filter zeolit alam
– karbon aktif. Hal ini disebabkan karena, proses pengaktivan zeolit alam dengan
pemanasan dalam oven bersuhu 2000C menghilangkan kadar air yang terperangkap
dalam rongga rongga zeolit sehingga memperluas permukaan pori – porinya,
sehingga meningkatkan daya serapnya.
Dalam penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa zeolit dapat diaktivasi
secara fisika dengan suhu 2000C selama 1,5 jam mampu menurunkan kadar Mn air
sumur. Karena menurut Dian Kusuma dan Anthonius (2010), apabila zeolit
dipanaskan melebihi temperatur maksimalnya, maka akan merusak struktur zeolit
itu sendiri. Dengan rusaknya struktur di dalam kristal akan mengakibatkan
berkurangnya ruang–ruang hampa dara di dalam zeolit dan akhirnya akan
mengurangi daya adsorpsi zeolit.
Zeolit merupakan mineral yang memiliki rongga atau pori yang selektif
dalam melakukan penyerapan. Sedangkan karbon aktif memiliki pori - pori yang
lebih besar daripada zeolit. Hal ini menyebabkan karbon aktif dapat melakukan
filtrasi terhadap molekul yang bersifat non polar. Pori-pori yang dimiliki zeolit
lebih kecil sehingga dapat melakukan penyerapan terhadap molekul polar, seperti
Mn. Kedua sifat mineral dan mineraloid yang cenderung berbeda ini merupakan
kombinasi yang bagus untuk melakukan penyerapan terhadap air (Utama, dkk,
2017).
Zeolit mempunyai sifat kimia dasar yang membuatnya mampu bertindak
sebagai penukar ion yang baik. Selain itu zeolit mempunyai luas permukaan besar
dengan distribusi ukuran pori yang kecil. Oleh karena itu zeolit mempunyai
kemampuan mengurangi kandungan mangan dari dalam air yang besar melalui
kemampuan adsorbsinya yang didukung dengan kemampuannya sebagai penukar
ion. Efisiensi zeolit yang besar tersebut mungkin juga dikarenakan diameter pori-
pori zeolit yang digunakan sesuai untuk penyaringan mangan.
Media filter zeolit merupakan senyawa dengan kation aktif yang bergerak
dan umumnya bertindak sebagai penukar ion. Sedangkan keberadaan atom
alumunium di dalam zeolit akan menyebabkan memiliki muatan negatif. Muatan
65

negatif inilah yang menyebabkan zeolit mampu mengikat kation,sehingga dapat


digunakan untuk mengikat kation-kation pada air, seperti Mn. Dengan mengalirkan
air baku pada filter zeolit, kation akan diikat oleh zeolit yang memiliki muatan
negatif. Di samping itu, zeolit juga mudah melepas kation dan diganti dengan kation
lain. Dengan demikian, zeolit berfungsi sebagai penukar ion dan adsorben dalam
pengolahan air (Kusnaedi, 2010).
Mekanisme yang terjadi pada proses filtrasi menggunakan media
manganese greensand adalah pertukaran ion. Manganese greensand (K2Z. MnO2.
Mn2O7) adalah mineral yang dapat menukar elektron yang dapat mengoksidasi besi
atau mangan yang larut dalam air menjadi bentuk yang tak larut yaitu menjadi
mangan oksida, sehingga dapat dipisahkan dengan filtrasi (penyaringan).
Penelitian ini bertujuan untuk mencari kombinasi variasi jenis media filter
zeolit alam, zeolit teraktivasi fisika dan manganese greensand dengan karbon aktif
yang paling efektif dalam menurunkan kadar mangan air sumur di Kelurahan
Sarirogo, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo. Didapatkan hasil dari
penelitian ini bahwa jenis zeolit yang paling efektif dalam menurunkan kadar Mn
air sumur adalah manganese greensand – karbon aktif. Hal ini terjadi karena
manganese greensand adalah zeolit sintetis yang permukaannya telah dilapisi oleh
mangan oksida tinggi, sehingga efektivitas penurunan kadar mangan dengan media
filter zeolit alam maupun zeolit alam teraktivasi fisika lebih rendah daripada
manganese greensand.
Selain terjadi penurunan kadar Mn pada air sumur yang difilter, dapat dilihat
perbedaan dari segi fisik juga, air yang sebelumnya agak keruh menjadi lebih jernih,
serta yang sebelumnya berbau seperti karat menjadi tidak berbau lagi. Karena
dalam hal ini, karbon aktif tidak hanya dapat mengadsorbsi gas dan senyawa-
senyawa kimia tertentu tetapi juga sebagai bahan penghilang warna keruh, bau tak
sedap, dan resin pada air rumah tangga.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kombinasi media filter manganese greensand – karbon aktif paling efektif
dalam menurunkan kandungan Mn dari 2,3 mg/lt menjadi 0,5 mg/lt dengan
efisiensi penurunan sebesar 80% pada ketebalan media manganese greensand
70 cm – karbon aktif 20 cm dengan debit 0,5 liter/menit .
2. Pada kombinasi media filter zeolit alam – karbon aktif efisiensi penurunan
kadar mangan paling efektif sebesar 63% pada ketebalan media zeolit alam 70
cm – karbon aktif 20 cm dengan debit 0,5 liter/menit. Sedangkan pada
kombinasi media filter zeolit alam teraktivasi fisika – karbon aktif efisiensi
penurunan kadar mangan paling efektif sebesar 68% pada ketebalan media
zeolit alam 70 cm – karbon aktif 20 cm dengan debit 0,5 liter/menit.
3. Hal yang menyebabkan kombinasi media filter manganese greensand – karbon
aktif lebih efektif dibandingkan media filter zeolit alam dan zeolit alam
teraktivasi fisika karena manganese greensand adalah zeolit sintetis yang
permukaannya telah dilapisi oleh mangan oksida tinggi.
4. Penambahan media filter karbon aktif berpengaruh terhadap efektivitas
penurunan kadar mangan (Mn) air sumur dimana apabila dikombinasikan
dengan tiga jenis zeolit, maka efisiensi penurunannya semakin besar.
5. Dapat disimpulkan bahwa debit dan ketebalan media berpengaruh terhadap
efektivitas penurunan kadar mangan yang dihasilkan melalui proses filtrasi
dimana semakin kecil debit yang dialirkan maka semakin besar efisiensi
penurunannya. Dan apabila semakin tebal media yang digunakan, maka
semakin besar efisiensi penurunannya.

66
67

5.2. Saran
Masyarakat diharapkan dapat melakukan pengolahan menggunakan media
filter zeolit alam, zeolit alam teraktivasi fisika dan manganese greensand dapat
digunakan dalam memperbaiki kualitas air bersih. Dan diharapkan penelitian
tentang media filter air bersih dapat dikembangkan dengan menggunakan berbagai
media filter yang ada di alam Indonesia ini, sehingga dapat dipergunakan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Edisi 1. Yogyakarta. Andi Offset. hlm. 15-
16.
Agustiningtyas, Z., 2012, Optimasi Adsorpsi Ion Pb(II) Mengunakan Zeolit Alam
Termodifikasi Ditizon, Departemen Kimia, FMIPA IPB, Bogor.
Breck, D.W. 1974. Zeolite Molecular Sieves. John Willey Interscience : New York.
Departemen Kesehatan RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air. Jakarta.
Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Fauziah, Adelina. 2010. Efektivitas Saringan Pasir Cepat Dalam Menurunkan
Kadar Mangan (Mn) Pada Air Sumur Dengan Penambahan Kalium
Permanganat (KMnO4) 1%. Skripsi FKM USU : Medan.
Huisman, L. and W. E. Wood. 1974. Slow Sand Filtration : Genewa World Health
Organization.
Lefond, S. J., 1983, Industrial minerals and rocks (Nonmetallic other than fuels),
fifth 5 th edition, Vol. 2, AIME. Inc, New York.
Makhmudah, N dan Suprihanto. 2010. Penyisihan Besi-Mangan, Kekeruhan dan
Warna Menggunakan Saringan Pasir Lambat Dua Tingkat Pada Kondisi Aliran
Tak Jenuh (Studi Kasus : Air Sungai Cikapundung). Program Studi Teknik
Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
Mulia RM. 2005. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Graha Ilmu.
Mursi Sutarti. 1994. Zeolit : Tinjauan Literatur. PDII : Jakarta.
Oesman, Nastiti Maharani dan Sugito. 2017. Penurunan Logam Besi dan Mangan
Menggunakan Filtrasi Media Zeolit dan Manganese Greendsand. Surabaya :
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas PGRI Adi Buana.
Peavy, H. S., Rowe, D. R., Tchobanoglous, G. 1985. Environmental Engineering,
McGraw Hill. USA.

68
69

Potabuga, Hardianti dkk. 2014. Analisis Pemberian Dosis Arang Tongkol Jagung
dalam Menurunkan Kadar Mangan (Mn) pada Air (Study Kasus di Sumur
Gali Kos Kharisma Kota Gorontalo). Gorontalo: Universitas Negeri
Gorontalo.
Rahmawati A. 2009. Efisiensi Filter Pasir-Zeolit dan Filter Pasir-Arang Tempurung
Kelapa dalam Rangkaian Unit Pengolahan untuk Mengurangi Kandungan
Mangan dalam Air. Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Razif, M., 1986.”Diktat Bangunan Pengolahan Air Minum” Jilid 2, Institut
Teknologi Sepuluh November Surabaya.
Reynold, T.D. and Richards, P.A. 1996. Unit Operations and Processes in
Environmental Engineering. PWS Publishing Company : New York.
Said, N.I. 2005. Metode Penghilangan Zat Besi dan Mangan di dalam Penyediaan
Air Minum Domestik. Jurnal Air Indonesia (JAI).
Sari, Winda K., dan Karnaningroem, N. 2002. Penurunan Besi dan Mangan dengan
menggunakan cascade Aerator dan Rapid Sand Filter pada Air Sumur Gali.
Surabaya: Fakultas Teknik Lingkungan, Fakultas FTSP Kampus ITS Sukolilo
Surabaya
Sudirjo, M. 2006. Pembuatan Karbon Aktif Dari Kulit Kacang Tanah (Arachis
Hypogeae) dengan Aktivator Asam Sulfat. Laporan Tugas Akhir, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Sugiharto. 1987.Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press: Jakarta
Sutarti, M. dan M. Rachmawati. 1994. Zeolit : Tinjauan Literatur. Jakarta : Pusat
dokumentasi dan dan Informasi LIPI.
LAMPIRAN A
DATA HASIL PENELITIAN

Tabel A.1 Pengaruh Debit dan Ketebalan Media terhadap Hasil Penurunan Kadar
Mn dan Persentase Efisiensi Penurunan Mangan pada Ketebalan Media
Variasi Jenis Zeolit 30 cm – Karbon Aktif 20 cm

Jenis Media Filter


Debit Zeolit tanpa Perlakuan Zeolit Teraktivasi Manganese Greensand
(lt/menit) % % %
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
Efisiensi Efisiensi Efisiensi
0.5 2.3 1.4 40.0 2.3 1.3 43.6 2.3 0.9 59.2
0.7 2.3 1.4 41.1 2.3 1.3 42.2 2.3 1.0 60.2
0.9 2.3 1.4 40.0 2.3 1.3 41.9 2.3 1.0 57.0
1.1 2.3 1.6 29.2 2.3 1.5 34.5 2.3 1.1 52.8
1.3 2.3 1.7 24.3 2.3 1.5 35.0 2.3 1.1 52.5
Sumber Data Primer : Laboratorium Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur

Tabel A.2 Pengaruh Debit dan Ketebalan Media terhadap Hasil Penurunan Kadar
Mn dan Persentase Efisiensi Penurunan Mangan pada Ketebalan Media
Variasi Jenis Zeolit 40 cm – Karbon Aktif 20 cm

Jenis Media Filter


Debit Zeolit tanpa Perlakuan Zeolit Teraktivasi Manganese Greensand
(lt/menit) % % %
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
Efisiensi Efisiensi Efisiensi
0.5 2.3 1.3 43.0 2.3 1.2 48.5 2.3 0.9 61.5
0.7 2.3 1.3 42.2 2.3 1.3 43.3 2.3 0.9 60.7
0.9 2.3 1.3 42.2 2.3 1.3 42.5 2.3 1.0 58.0
1.1 2.3 1.3 43.6 2.3 1.3 43.3 2.3 1.0 58.6
1.3 2.3 1.5 34.2 2.3 1.3 44.4 2.3 1.0 57.3
Sumber Data Primer : Laboratorium Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur

70
71

Tabel A.3 Pengaruh Debit dan Ketebalan Media terhadap Hasil Penurunan Kadar
Mn dan Persentase Efisiensi Penurunan Mangan pada Ketebalan Media
Variasi Jenis Zeolit 50 cm – Karbon Aktif 20 cm

Jenis Media Filter


Debit Zeolit tanpa Perlakuan Zeolit Teraktivasi Manganese Greensand
(lt/menit) % % %
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
Efisiensi Efisiensi Efisiensi
0.5 2.3 1.0 54.6 2.3 1.0 55.9 2.3 0.7 72.6
0.7 2.3 1.2 48.2 2.3 1.1 50.2 2.3 0.9 63.8
0.9 2.3 1.1 53.7 2.3 1.1 52.9 2.3 0.8 66.8
1.1 2.3 1.4 37.2 2.3 1.2 46.6 2.3 1.0 57.3
1.3 2.3 1.4 39.4 2.3 1.3 45.5 2.3 1.0 56.7
Sumber Data Primer : Laboratorium Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur

Tabel A.4 Pengaruh Debit dan Ketebalan Media terhadap Hasil Penurunan Kadar
Mn dan Persentase Efisiensi Penurunan Mangan pada Ketebalan Media
Variasi Jenis Zeolit 60 cm – Karbon Aktif 20 cm

Jenis Media Filter


Debit Zeolit tanpa Perlakuan Zeolit Teraktivasi Manganese Greensand
(lt/menit) % % %
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
Efisiensi Efisiensi Efisiensi
0.5 2.3 1.0 56.5 2.3 0.9 62.3 2.3 0.6 74.1
0.7 0 1.0 54.8 2.3 0.9 61.5 2.3 0.7 70.7
0.9 0 1.0 58.1 2.3 1.0 56.5 2.3 0.7 71.8
1.1 0 1.2 49.6 2.3 1.1 51.8 2.3 0.9 61.7
1.3 0 1.2 49.3 2.3 1.0 57.6 2.3 0.9 63.1
Sumber Data Primer : Laboratorium Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur
72

Tabel A.5 Pengaruh Debit dan Ketebalan Media terhadap Hasil Penurunan Kadar
Mn dan Persentase Efisiensi Penurunan Mangan pada Ketebalan Media
Variasi Jenis Zeolit 70 cm – Karbon Aktif 20 cm

Jenis Media Filter


Debit Zeolit tanpa Perlakuan Zeolit Teraktivasi Manganese Greensand
(lt/menit) % % %
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
Efisiensi Efisiensi Efisiensi
0.5 2.3 0.9 62.8 2.3 0.7 68.1 2.3 0.5 80.5
0.7 0.0 0.9 60.6 2.3 0.8 64.8 2.3 0.6 74.9
0.9 0.0 0.9 59.5 2.3 0.9 60.9 2.3 0.6 73.9
1.1 0.0 1.1 53.2 2.3 1.0 55.4 2.3 0.7 70.2
1.3 0.0 1.1 52.4 2.3 1.1 53.2 2.3 0.8 64.9
Sumber Data Primer : Laboratorium Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur
73

Tabel A.6 Hasil Perhitungan Waktu Detensi (td) pada Media Zeolit Alam – Karbon
Aktif

Q h (cm) volume td (menit)


No Media
(lt/mnt) zeolit karbon cm3 liter a b
1 30 20 2207.8 2.2 4.4 7
2 40 20 2649.4 2.6 5.3 8.3
Zeolit
3 0.5 50 20 3090.9 3.1 6.2 6.3
Alam
4 60 20 3532.5 3.5 7.1 7.5
5 70 20 3974.1 4.0 7.9 7.2

1 30 20 2207.8 2.2 3.2 4.1


2 40 20 2649.4 2.6 3.8 4.4
Zeolit
3 0.7 50 20 3090.9 3.1 4.4 5.6
Alam
4 60 20 3532.5 3.5 5.0 4.8
5 70 20 3974.1 4.0 5.7 6.9

1 30 20 2207.8 2.2 2.5 5.5


2 40 20 2649.4 2.6 2.9 3.2
Zeolit
3 0.9 50 20 3090.9 3.1 3.4 4.8
Alam
4 60 20 3532.5 3.5 3.9 4.6
5 70 20 3974.1 4.0 4.4 5

1 30 20 2207.8 2.2 2.0 2.7


2 40 20 2649.4 2.6 2.4 4.6
Zeolit
3 1.1 50 20 3090.9 3.1 2.8 4
Alam
4 60 20 3532.5 3.5 3.2 3.8
5 70 20 3974.1 4.0 3.6 4.2

1 30 20 2207.8 2.2 2.0 4.5


2 40 20 2649.4 2.6 2.0 3.9
Zeolit
3 1.3 50 20 3090.9 3.1 2.4 3.6
Alam
4 60 20 3532.5 3.5 2.7 2.8
5 70 20 3974.1 4.0 3.1 3.5
74

Tabel A.7 Hasil Perhitungan Waktu Detensi (td) pada Media Zeolit Alam
Teraktivasi Fisika – Karbon Aktif

Q h (cm) volume td (menit)


No Media
(lt/mnt) zeolit karbon cm3 liter a b
1 30 20 2207.8 2.2 4.4 7
2 Zeolit 40 20 2649.4 2.6 5.3 8.3
Alam
3 0.5 50 20 3090.9 3.1 6.2 6.3
Teraktivasi
4 Fisika 60 20 3532.5 3.5 7.1 7.5
5 70 20 3974.1 4.0 7.9 7.2

1 30 20 2207.8 2.2 3.2 4.1


2 Zeolit 40 20 2649.4 2.6 3.8 4.4
Alam
3 0.7 50 20 3090.9 3.1 4.4 5.6
Teraktivasi
4 Fisika 60 20 3532.5 3.5 5.0 4.8
5 70 20 3974.1 4.0 5.7 6.9

1 30 20 2207.8 2.2 2.5 5.5


2 Zeolit 40 20 2649.4 2.6 2.9 3.2
Alam
3 0.9 50 20 3090.9 3.1 3.4 4.8
Teraktivasi
4 Fisika 60 20 3532.5 3.5 3.9 4.6
5 70 20 3974.1 4.0 4.4 5

1 30 20 2207.8 2.2 2.0 2.7


2 Zeolit 40 20 2649.4 2.6 2.4 4.6
Alam
3 1.1 50 20 3090.9 3.1 2.8 4
Teraktivasi
4 Fisika 60 20 3532.5 3.5 3.2 3.8
5 70 20 3974.1 4.0 3.6 4.2

1 30 20 2207.8 2.2 2.0 4.5


2 Zeolit 40 20 2649.4 2.6 2.0 3.9
Alam
3 1.3 50 20 3090.9 3.1 2.4 3.6
Teraktivasi
4 Fisika 60 20 3532.5 3.5 2.7 2.8
5 70 20 3974.1 4.0 3.1 3.5
75

Tabel A.8 Hasil Perhitungan Waktu Detensi (td) pada Media Manganese Greensand
– Karbon Aktif

Q h (cm) volume td (menit)


No Media
(lt/mnt) zeolit karbon cm3 liter a b
1 30 20 2207.8 2.2 4.4 6
2 40 20 2649.4 2.6 5.3 6.5
Manganese
3 0.5 50 20 3090.9 3.1 6.2 6.3
Greensand
4 60 20 3532.5 3.5 7.1 7.9
5 70 20 3974.1 4.0 7.9 7.2

1 30 20 2207.8 2.2 3.2 4.1


2 40 20 2649.4 2.6 3.8 4.8
Manganese
3 0.7 50 20 3090.9 3.1 4.4 5.5
Greensand
4 60 20 3532.5 3.5 5.0 4.8
5 70 20 3974.1 4.0 5.7 7

1 30 20 2207.8 2.2 2.5 4.8


2 40 20 2649.4 2.6 2.9 3.2
Manganese
3 0.9 50 20 3090.9 3.1 3.4 5
Greensand
4 60 20 3532.5 3.5 3.9 5.1
5 70 20 3974.1 4.0 4.4 5.4

1 30 20 2207.8 2.2 2.0 3.2


2 40 20 2649.4 2.6 2.4 4.4
Manganese
3 1.1 50 20 3090.9 3.1 2.8 4.2
Greensand
4 60 20 3532.5 3.5 3.2 5
5 70 20 3974.1 4.0 3.6 5.1

1 30 20 2207.8 2.2 2.0 3.2


2 40 20 2649.4 2.6 2.0 3
Manganese
3 1.3 50 20 3090.9 3.1 2.4 3.5
Greensand
4 60 20 3532.5 3.5 2.7 3.6
5 70 20 3974.1 4.0 3.1 3.8
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN KADAR MANGAN

KURVA KALIBRASI
ANALISA Mn

λ = 525 nm
Konsentrasi %
Mn (mg/L) Transmitan
0 100
0.5 89.6
1 78.6
2 65.6
4 35.7
5 24.4

120

100 y = -15.797x + 100


R² = 0.9871
% Transmitan (%)

80

60

40

20

0
0 1 2 3 4 5 6
konsentrasi Mn (mg/L)

Grafik B.1 Hasil Kurva Kalibrasi Mn

Contoh Perhitungan Analisa Awal :


Y = %Transmitan X = ( 100 – y) / 15.797
= 64,3 % = ( 100 – 64,3) / 15,797
= 2,3 mg/liter

76
Tabel B.1 Hasil % Transmitan Spektrofotometri Media Zeolit Alam – Karbon Aktif

Q % Kadar Mn
No Media h (cm)
(lt/mnt) Transmittan (mg/liter)
1 30 78.2 1.4
2 40 79.3 1.3
3 Zeolit Alam 0.5 50 83.5 1.0
4 60 84.2 1.0
5 70 86.5 0.9

1 30 78.6 1.4
2 40 79 1.3
3 Zeolit Alam 0.7 50 81.2 1.2
4 60 83.6 1.0
5 70 85.7 0.9

1 30 78.2 1.4
2 40 79 1.3
3 Zeolit Alam 0.9 50 83.2 1.1
4 60 84.8 1.0
5 70 85.3 0.9

1 30 74.3 1.6
2 40 79.5 1.3
3 Zeolit Alam 1.1 50 77.2 1.4
4 60 81.7 1.2
5 70 83 1.1

1 30 72.5 1.7
2 40 76.1 1.5
3 Zeolit Alam 1.3 50 78 1.4
4 60 81.6 1.2
5 70 82.7 1.1

77
78

Tabel B.2 Hasil % Transmitan Spektrofotometri Media Zeolit Alam Teraktivasi


Fisika – Karbon Aktif

Q % Kadar Mn
No Media h (cm)
(lt/mnt) Transmittan (mg/liter)
1 30 79.5 1.3
2 Zeolit 40 81.3 1.2
Alam
3 0.5 50 84 1.0
Teraktivasi
4 Fisika 60 86.3 0.9
5 70 88.4 0.7

1 30 79 1.3
2 Zeolit 40 79.4 1.3
Alam
3 0.7 50 81.9 1.1
Teraktivasi
4 Fisika 60 86 0.9
5 70 87.2 0.8

1 30 78.9 1.3
2 Zeolit 40 79.1 1.3
Alam
3 0.9 50 82.9 1.1
Teraktivasi
4 Fisika 60 84.2 1.0
5 70 85.8 0.9

1 30 76.2 1.5
2 Zeolit 40 79.4 1.3
Alam
3 1.1 50 80.6 1.2
Teraktivasi
4 Fisika 60 82.5 1.1
5 70 83.8 1.0

1 30 76.4 1.5
2 Zeolit 40 79.8 1.3
Alam
3 1.3 50 80.2 1.3
Teraktivasi
4 Fisika 60 84.6 1.0
5 70 83 1.1
79

Tabel B.3 Hasil % Transmitan Spektrofotometri Media Manganese Greensand –


Karbon Aktif

Q % Kadar Mn
No Media h (cm)
(lt/mnt) Transmitan (mg/liter)
1 30 85.2 0.94
2 40 85.4 0.92
Manganese
3 0.5 50 89.6 0.66
Greensand
4 60 90.2 0.62
5 70 92.6 0.47

1 30 84.9 0.96
2 40 85.1 0.94
Manganese
3 0.7 50 86.3 0.87
Greensand
4 60 88.9 0.70
5 70 90.5 0.60

1 30 83.7 1.03
2 40 84.1 1.01
Manganese
3 0.9 50 87.4 0.80
Greensand
4 60 89.3 0.68
5 70 90.1 0.63

1 30 82.1 1.13
2 40 84.3 0.99
Manganese
3 1.1 50 83.8 1.03
Greensand
4 60 85.5 0.92
5 70 88.7 0.72

1 30 82 1.14
2 40 83.8 1.03
Manganese
3 1.3 50 83.6 1.04
Greensand
4 60 86 0.89
5 70 86.7 0.84
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

Gambar C.1 Pencucian media dengan aquades

Gambar C.2 Pengovenan media karbon aktif dan zeolit

Gambar C.3 Hasil zeolit setelah dioven

80
81

Gambar C.4 Kondisi reaktor saat proses pengolahan berjalan

Gambar C.5 Air Sumur Setelah Pengolahan


82

Gambar C.6 Prosedur Analisa Mn

Gambar C.7 Hasil Analisa dengan Spektrofotometri


83

85

y = 0.5512x + 30.997
80 R² = 0.947

75
efisiensi penurunan

70

65

60

55

50
40 50 60 70 80 90 100
ketebalan media manganese - KA

Series1 Linear (Series1)

Chart Title
100

y = 0.5512x + 30.997
Axis Title

R² = 0.947
y y==0.3958x
0.475x ++ 38.358
32.236
R² == 0.927
R² 0.9438

50
0 40 80 120
Axis Title

debit 0.5 debit 0.7 debit 0.9


Linear (debit 0.5) Linear (debit 0.7) Linear (debit 0.9)

Anda mungkin juga menyukai