Anda di halaman 1dari 4

TANAMAN PADI HIBRIDA MAPAN 05

Tahapan Budidaya Tanaman Padi Hibrida


1. Benih dan Persemaian
Benih padi hibrida hanya dapat digunakan untuk satu kali tanam saja. Artinya, setiap
kali mau menanam, petani harus menggunakan benih yang baru dan bersertifikat.
Penggunaan benihnya berkisar antara 15 - 20 kg / ha.
Persemaian dilakukan dengan menggunakan sistem basah, dimana lahan diolah
dalam kondisi macak-macak, kemudian dibuat bedengan selebar 1 – 1,25 meter dan
ditinggikan setinggi 5 cm. Lahan persemaian harus sudah siap, paling lambat sehari
sebelum sebar benih. Untuk setiap 1 kg benih dibutuhkan lahan persemaian seluas 20
m2 atau 300 - 400 m2 untuk penanaman seluas satu ha. Selanjutnya benih direndam
selama 12 – 24 jam, kemudian ditiriskan di tempat yang aman hingga berkecambah 1
mm. Kemudian benih disebar merata dengan kepadatan 1 kg benih per 20 m 2 lahan
atau setara dengan kepadatan sebar 50 - 75 gr/m2. Sehari sebelum sebar, persemaian
dipupuk SP 36 sebanyak 5 gr/m2 dan KCI 5 gr/m2. Setelah persemaian umur 10 hari,
tambahkan pupuk Urea 10 gr/m2 luas persemaian.
Sehari setelah sebar hingga hari ke tujuh, masukkan air pada pagi hari hingga
ketinggian 5 cm dan keluarkan air pada sore hari. Kemudian pada hari ke delapan dan
seterusnya, ketinggian air di jaga 2 - 5 cm. Setelah bibit umur 15-18 hari setelah sebar
atau setelah berhelai daun 5 - 6 helai, bibit dipindah tanaman di lahan penanaman.
Secara periodik dilakukan pengamatan terhadap kemungkinan adanya organisme
pengganggu tanaman (OPT).
2.Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan merupakan tempat yang baik untuk tanaman,sehingga pengolahan
tanah sangat menentukan keberlanjutan pertumbuhan tanaman padi hibrida. Lahan
sawah disiapkan paling lambat 15 hari sebelum tanam. Pengolahan tanah dilakukan 2 -
3 kali.
1. Pengolahan I, tanah diolah/dibajak dalam keadaan macak-macak.
Pengolahan tanah dengan bajak singkal (kedalaman 10 cm-20 cm),
sebelumnya tanah digenang air selama 1 minggu untuk melunakkan
tanah. Galengan dibersihkan dengan cangkul dan dipopok dengan tanah
agar air dan unsur hara pada petakan tidak hilang melalui rembesan
Setelah tanah diolah, tanah dibiarkan selama 1 minggu dan digenangi air.
2. Pengolahan II, tanah diolah/dibajak dan digaru untuk melumpurkan dan
meratakan lahan agar siap ditanami bibit padi.
3. Pengolahan tanah terakhir (III), diberikan pupuk kandang atau pupuk
kompos jerami.
3.Penanaman dan Penyulaman Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-18 hari setelah sebar, atau bibit telah
berdaun 5-6 helai, dengan sistem tanam pindah (transplanting). Bila menggunakan
sistem tanam tegel dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm ,untuk lahan kurang subur atau
23 cm x 23 cm dan 25 cm x 25 cm ,untuk lahan subur. Dapat juga penanaman
menggunakan sistem tanam jajar legowo (20 cm x 12,5 cm) x 40 cm (untuk lahan
kurang subur) atau (20 cm x 15 cm) x 40 cm (untuk lahan subur).
Tanamlah bibit dengan menggunakan sistem tanam dangkal dengan pada kedalaman 1
– 2 cm, dengan jumlah bibit yang ditanam 1 - 2 batang per lubang atau paling banyak
2 bibit tanam per lubang tanam. Untuk mendapatkan populasi maksimal, setelah tanam
dilakukan penyulaman terhadap bibit yang tidak tumbuh/mati dengan bibit yang sudah
dipersiapkan sebelumnya. Penyulaman dilakukan maksimum satu minggu setelah
tanam untuk mempertahankan populasi yang optimal.
Tabel. Populasi tanaman padi dalam tiap hektar pada
berbagai cara tanam
No Cara Tanam Populasi Tiap % Terhadap
Ha Populasi Cara
Tanam Tegel
1 Tegel 20 cm x 20 cm 250 000 100
2 Tegel 22 cm x 22 cm 206 611 > 100
3 Tegel 25 cm x 25 cm 160 000 < 100
4 Legowo 2:1 (10 cm x 20 cm) 333 333 133
5 Legowo 3:1 (10 cm x 20 cm) 375 000 150
6 Legowo 4:1 (10 cm x 20 cm) 400 000 160
7 Legowo 2:1 (12,5 cm x 25 cm) 213 000 133
8 Legowo 3:1 (12,5 cm x 25 cm) 240 000 150
9 Legowo 4:1 (12,5 cm x 25 cm ) 256 000 160
Sumber : Badan Litbang Pertanian 2007.
Berdasar Tabel di atas, tampak bahwa cara tanam legowo dengan jarak tanam yang
sama mempunyai populasi tanaman lebih banyak 33% - 60% dibanding cara tanam
tegel sehingga hasil gabah diperkirakan akan lebih banyak pula

4.Pemeliharaan Tanaman
Anjuran pemupukan untuk tanaman padi hibrida adalah sebagai berikut.
 Pada pengolahan tanah terakhir (III), diberikan pupuk kandang 2-3 ton/ha atau
bila menggunakan pupuk kompos jerami diberikan sekitar 5 ton/ha.
 Pemupukan diberikan paling sedikit selama 3 kali aplikasi yaitu ; pemupukan I,
pemupukan II, dan pemupukan III. Pemupukan IV diberikan jika keadaan
memaksa untuk diaplikasikan.
 Dosis anjuran pemupukan urea diperkirakan 250 - 350 kg/ha. Sp 36 100 kg/ ha
dan KCL 100 kg / ha. Untuk mengetahui tambahan pupuk urea, sebaiknya
menggunakan Bagan Warna Daun (BWD).
Waktu dan cara aplikasi pupuk adalah sebagai berikut :
 Pemupukan I, umur 7 - 10 HST: 75 - 100 kg urea + 100 kg SP 36 + 75 kg KCI.
 Pemupukan II, umur 21 – 28 HST: 100 kg urea.
 Pemupukan III, umur 35 - 40 HST: 100 kg urea + 25 kg KCI. Pada saat tanaman
menunjukkan keadaan primordia (pembentukan bkal bunga)
 Jika diperlukan pemupukan IV dapat diaplikasikan dengan memberikan 50 kg
urea. Apabila warna daun menujukkan gejala kekurangan nitrogen (kurang
urea). Dan 10% dari populasi tanaman telah berbunga.
Pada daerah yang respon terhadap sulfur (S), pemupukan I urea diganti ZA 100 kg/ha.
Jika daerah tersebut sering menunjukkan gejala kekurangan Zn, dilakukan dengan
pengeringan air secara berkala dan dipupuk ZnS0410-20 kg/ha bersamaan dengan
pemupukan I. Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk merata ke seluruh
areal tanam. Pada saat pemupukan dan 3 hari setelah pemupukan saluran pemasukan
dan pembuangan air ditutup.
5.Pengairan
Pengairan berselang (intermitten) difokuskan pada musim kemarau, sedangkan pada
musim hujan hanya dilakukan di daerah yang pengairannya dapat diatur. Cara
pengairan berselang adalah: sewaktu tanam bibit, lahan dalam kondisi macak-macak.
Secara berangsur-angsur lahan diairi setinggi 2-5 cm hingga tanaman berumur 10
HST; Lahan tidak diairi sampai 5-6 hari atau sampai permukaan tanah retak-retak
selama 2 hari kemudian diairi kembali setinggi 5 – 10 cm; Mulai fase keluar bunga
sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus digenangi air setinggi 5 cm, selanjutnya
lahan dikeringkan untuk mempercepat dan meratakan pemasakan gabah dan
memudahkan panen.
Pada dasarnya tanaman padi hibrida tidak banyak berbeda dengan padi inbrida dalam
kebutuhan air untuk pertumbuhannya. Tanaman padi hibrida peka terhadap kekurangan
air pada waktu fase bunting sampai pengisian gabah. Bila terjadi kekurangan air pada
fase tersebut dapat menimbulkan kehampaan gabah yang pada akhirnya dapat
menurunkan hasil. Sejak tanaman padi ditanam sampai fase primordia bunga (42 HST)
tanaman perlu diberi air macak-macak. Hal ini ditujukan agar tanaman membentuk
anakan dalam jumlah banyak. Namun konsekuensi bila diberi air macak-macak adalah
pertumbuhan gulma yang cukup cepat.
6.Pengendalian Gulma dan OPT
Pengendalian gulma: penyiangan dilakukan dengan alat landak atau osrok.
Penyiangan I, dilakukan sedini mungkin, maksimal pada umur 18 HST (sebelum
pemupukan II).
Penyiangan II, dilakukan jika masih banyak gulma yang tumbuh, dilakukan pada umur
30 HST (sebelum pemupukan III).
Penyiangan III, dilakukan jika masih banyak gulma yang tumbuh, dilakukan pada umur
30 HST (sebelum pemupukan III). Rumput gulma yang dicabut dibenamkan ke dalam
tanah (untuk menambah bahan organik).
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT). Pengendalian HPT dilakukan
secara periodik, dengan cara melakukan pengamatan tiap minggu, mulai dari
persemaian hingga tanaman menjelang panen. Pada 35 hari sebelum menabur benih,
dilakukan pengendalian hama tikus secara serempak. Upaya pencegahan dan
pengendalian HPT dengan menggunakan pestisida hendaknya mengacu pada konsep
PHT. Hama yang perlu diwaspadai adalah: wereng coklat, penggerek batang, tikus dan
walang sangit, sedangkan penyakit adalah tungro hawar daun bakteri blast. Menjelang
panen perlu waspada terhadap serangan burung emprit,
dikendalikan secara manual dengan jaring.
Strategi pengelolaan hama dan penyakit terpadu diterapkan dengan mengintegrasikan
komponen pengendalian yang kompatibel seperti :
o menggunakan varietas tahan hama/penyakit,
o menggunakan bibit sehat,
o menerapkan pola tanam yang sesuai, (d) rotasi tanaman seperti padi padi-
kedelai/kacang hijau,
o waktu tanam yang sesuai,
o melakukan pembersihan lapangan terhadap singgang yang biasanya dijadikan
tempat vektor hama dan sumber inokulum penyakit,
o pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman,
o penerapan irigasi berselang,
o gunakan sistem TBS (trap barrier system) untuk pengendalian tikus,
o pengendalian kelompok telur, observasi hama dan penyakit secara terus
menerus,
o menggunakan lampu perangkap untuk pengendalian hama ulat grayak, dan
penggerek batang,
o meningkatkan peran musuh alami seperti labalaba
o gunakan pestisida sebagai alternatif akhir untuk mengendalikan hama
berdasarkan hasil pengamatan.
Bila terjadi serangan penyakit kresek, maka sawah perlu didrainase agar tidak terjadi
genangan air di petakan. Kelembaban tanah menjadi kurang, menyebabkan lingkungan
mikro di dalam rumpun padi hibrida\ menjadi tidak lembab dan perkembangan jamur
ataupun mikroorganisme penyebab penyakit tidak berkembang secara pesat.
7.Penentuan waktu panen
Penentuan waktu panen merupakan salah satu faktor penting dalam kaitannya
terhadap hasil gabah yang dihasilkan. Bila tanaman padi dipanen terlalu awal maka
akan banyak terjadi butir hijau akibatnya kualitas gabah yang dihasilkan menjadi
rendah, banyak butir mengapur dan beras kepala banyak yang patah.
Sebaliknya bila tanaman padi dipanen terlambat maka akan menurunkan hasil gabah
karena banyak terjadi kerontokan gabah, timbangan gabah menjadi lebih ringan karena
kadar air sudah menurun.
Pemanenan gabah yang ideal dilakukan bila :
1. sudah 90% masak fisiologi, artinya 90% gabah telah berubah warna dari hijau
menjadi kuning,
2. bila dihitung dari masa berbunga, telah mencapai 30-35 hari, dan
3. berdasar perhitungan dari sejak sebar sampai umur sesuai dengan deskripsi
varietas.
Pada dasarnya untuk dapat memperoleh hasil gabah tinggi maka kita harus
menyayangi padi. Cara yang paling mudah untuk menyayangi padi adalah sering-sering
datang ke sawah dan langsung melakukan observasi. Dengan cara tersebut niscaya
hasil gabah dapat meningkat.
Jenis Pupuk Subsidi Harga (Rp)
Pupuk Urea 90.000 per 50 kg (1.800 per kg)
Pupuk ZA 70.000 per 50 kg (1.400 per kg)
Pupuk SP-36 100.000 per 50 kg (2.000 per kg)
Pupuk PHONSKA 115.000 per 50 kg (2.300 per kg)
Pupuk PETROGANIK 20.000 per 40 kg (500 per kg)

Jenis Pupuk Non-Subsidi Harga (Rp)


Pupuk Urea Non-subsidi 250.000 per 50 kg
Pupuk SP-36 Non-subsidi 250.000 per 50 kg
Pupuk ZA Non-subsidi 150.000 – 160.000 per 50 kg
Pupuk NPK Mutiara Non-subsidi 450.000 per 50 kg
Pupuk NPK Pak Tani Non-subsidi 415.000 per 50 kg
Pupuk KCI Mahkota Non-subsidi 300.000 per 50 kg
Pupuk GEMARI (cair) 90.000 per liter

Anda mungkin juga menyukai