4.Pemeliharaan Tanaman
Anjuran pemupukan untuk tanaman padi hibrida adalah sebagai berikut.
Pada pengolahan tanah terakhir (III), diberikan pupuk kandang 2-3 ton/ha atau
bila menggunakan pupuk kompos jerami diberikan sekitar 5 ton/ha.
Pemupukan diberikan paling sedikit selama 3 kali aplikasi yaitu ; pemupukan I,
pemupukan II, dan pemupukan III. Pemupukan IV diberikan jika keadaan
memaksa untuk diaplikasikan.
Dosis anjuran pemupukan urea diperkirakan 250 - 350 kg/ha. Sp 36 100 kg/ ha
dan KCL 100 kg / ha. Untuk mengetahui tambahan pupuk urea, sebaiknya
menggunakan Bagan Warna Daun (BWD).
Waktu dan cara aplikasi pupuk adalah sebagai berikut :
Pemupukan I, umur 7 - 10 HST: 75 - 100 kg urea + 100 kg SP 36 + 75 kg KCI.
Pemupukan II, umur 21 – 28 HST: 100 kg urea.
Pemupukan III, umur 35 - 40 HST: 100 kg urea + 25 kg KCI. Pada saat tanaman
menunjukkan keadaan primordia (pembentukan bkal bunga)
Jika diperlukan pemupukan IV dapat diaplikasikan dengan memberikan 50 kg
urea. Apabila warna daun menujukkan gejala kekurangan nitrogen (kurang
urea). Dan 10% dari populasi tanaman telah berbunga.
Pada daerah yang respon terhadap sulfur (S), pemupukan I urea diganti ZA 100 kg/ha.
Jika daerah tersebut sering menunjukkan gejala kekurangan Zn, dilakukan dengan
pengeringan air secara berkala dan dipupuk ZnS0410-20 kg/ha bersamaan dengan
pemupukan I. Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk merata ke seluruh
areal tanam. Pada saat pemupukan dan 3 hari setelah pemupukan saluran pemasukan
dan pembuangan air ditutup.
5.Pengairan
Pengairan berselang (intermitten) difokuskan pada musim kemarau, sedangkan pada
musim hujan hanya dilakukan di daerah yang pengairannya dapat diatur. Cara
pengairan berselang adalah: sewaktu tanam bibit, lahan dalam kondisi macak-macak.
Secara berangsur-angsur lahan diairi setinggi 2-5 cm hingga tanaman berumur 10
HST; Lahan tidak diairi sampai 5-6 hari atau sampai permukaan tanah retak-retak
selama 2 hari kemudian diairi kembali setinggi 5 – 10 cm; Mulai fase keluar bunga
sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus digenangi air setinggi 5 cm, selanjutnya
lahan dikeringkan untuk mempercepat dan meratakan pemasakan gabah dan
memudahkan panen.
Pada dasarnya tanaman padi hibrida tidak banyak berbeda dengan padi inbrida dalam
kebutuhan air untuk pertumbuhannya. Tanaman padi hibrida peka terhadap kekurangan
air pada waktu fase bunting sampai pengisian gabah. Bila terjadi kekurangan air pada
fase tersebut dapat menimbulkan kehampaan gabah yang pada akhirnya dapat
menurunkan hasil. Sejak tanaman padi ditanam sampai fase primordia bunga (42 HST)
tanaman perlu diberi air macak-macak. Hal ini ditujukan agar tanaman membentuk
anakan dalam jumlah banyak. Namun konsekuensi bila diberi air macak-macak adalah
pertumbuhan gulma yang cukup cepat.
6.Pengendalian Gulma dan OPT
Pengendalian gulma: penyiangan dilakukan dengan alat landak atau osrok.
Penyiangan I, dilakukan sedini mungkin, maksimal pada umur 18 HST (sebelum
pemupukan II).
Penyiangan II, dilakukan jika masih banyak gulma yang tumbuh, dilakukan pada umur
30 HST (sebelum pemupukan III).
Penyiangan III, dilakukan jika masih banyak gulma yang tumbuh, dilakukan pada umur
30 HST (sebelum pemupukan III). Rumput gulma yang dicabut dibenamkan ke dalam
tanah (untuk menambah bahan organik).
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT). Pengendalian HPT dilakukan
secara periodik, dengan cara melakukan pengamatan tiap minggu, mulai dari
persemaian hingga tanaman menjelang panen. Pada 35 hari sebelum menabur benih,
dilakukan pengendalian hama tikus secara serempak. Upaya pencegahan dan
pengendalian HPT dengan menggunakan pestisida hendaknya mengacu pada konsep
PHT. Hama yang perlu diwaspadai adalah: wereng coklat, penggerek batang, tikus dan
walang sangit, sedangkan penyakit adalah tungro hawar daun bakteri blast. Menjelang
panen perlu waspada terhadap serangan burung emprit,
dikendalikan secara manual dengan jaring.
Strategi pengelolaan hama dan penyakit terpadu diterapkan dengan mengintegrasikan
komponen pengendalian yang kompatibel seperti :
o menggunakan varietas tahan hama/penyakit,
o menggunakan bibit sehat,
o menerapkan pola tanam yang sesuai, (d) rotasi tanaman seperti padi padi-
kedelai/kacang hijau,
o waktu tanam yang sesuai,
o melakukan pembersihan lapangan terhadap singgang yang biasanya dijadikan
tempat vektor hama dan sumber inokulum penyakit,
o pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman,
o penerapan irigasi berselang,
o gunakan sistem TBS (trap barrier system) untuk pengendalian tikus,
o pengendalian kelompok telur, observasi hama dan penyakit secara terus
menerus,
o menggunakan lampu perangkap untuk pengendalian hama ulat grayak, dan
penggerek batang,
o meningkatkan peran musuh alami seperti labalaba
o gunakan pestisida sebagai alternatif akhir untuk mengendalikan hama
berdasarkan hasil pengamatan.
Bila terjadi serangan penyakit kresek, maka sawah perlu didrainase agar tidak terjadi
genangan air di petakan. Kelembaban tanah menjadi kurang, menyebabkan lingkungan
mikro di dalam rumpun padi hibrida\ menjadi tidak lembab dan perkembangan jamur
ataupun mikroorganisme penyebab penyakit tidak berkembang secara pesat.
7.Penentuan waktu panen
Penentuan waktu panen merupakan salah satu faktor penting dalam kaitannya
terhadap hasil gabah yang dihasilkan. Bila tanaman padi dipanen terlalu awal maka
akan banyak terjadi butir hijau akibatnya kualitas gabah yang dihasilkan menjadi
rendah, banyak butir mengapur dan beras kepala banyak yang patah.
Sebaliknya bila tanaman padi dipanen terlambat maka akan menurunkan hasil gabah
karena banyak terjadi kerontokan gabah, timbangan gabah menjadi lebih ringan karena
kadar air sudah menurun.
Pemanenan gabah yang ideal dilakukan bila :
1. sudah 90% masak fisiologi, artinya 90% gabah telah berubah warna dari hijau
menjadi kuning,
2. bila dihitung dari masa berbunga, telah mencapai 30-35 hari, dan
3. berdasar perhitungan dari sejak sebar sampai umur sesuai dengan deskripsi
varietas.
Pada dasarnya untuk dapat memperoleh hasil gabah tinggi maka kita harus
menyayangi padi. Cara yang paling mudah untuk menyayangi padi adalah sering-sering
datang ke sawah dan langsung melakukan observasi. Dengan cara tersebut niscaya
hasil gabah dapat meningkat.
Jenis Pupuk Subsidi Harga (Rp)
Pupuk Urea 90.000 per 50 kg (1.800 per kg)
Pupuk ZA 70.000 per 50 kg (1.400 per kg)
Pupuk SP-36 100.000 per 50 kg (2.000 per kg)
Pupuk PHONSKA 115.000 per 50 kg (2.300 per kg)
Pupuk PETROGANIK 20.000 per 40 kg (500 per kg)