Wa0007
Wa0007
PENDAHULUAN
Baru pada tahun ( 1837 William Word Gerhard ) dari Philadelphia dapat
membedakan tifoid dari typhus. pada tahun ( 1880 Eberth ) menemukan
Bacillus typhosus pada sediaan histology yang berasal dari kelenjar limfe
mesentarial dan limpa. Pada tahun ( 1884 Gaffky ) berhasil membiakkan
salmonella tyhpi, dan memastikan bahwa penularannya melalui air dan bukan
udara.
1
menempati urutan ke 21, penyakit thypoid memerlukan perawatan yang
komprehensif, mengingat penularan salmonella thypi ada dua sumber yaitu
pasien dengan demam thypoid dan pasien dengan carier. Pasien carier adalah
orang yang sembuh dari demam thypoid dan terus mengekspresi salmonella
thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun (Depkes, 2008) .
2
358 per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk
perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus per tahun 600.000-1.500.000
penderita. Angka kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan
CFR sebesar 10% (Nainggolan, R, 2011).
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008,
demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien
rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan
proporsi 3,15%, urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus
193.856 dengan proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan
jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009).
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan laporan pendahuluan ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan atau perawat tentang penyakit
epilepsi beserta prinsip asuhan keperawatan klien dengan kasus epilepsi.
b. Tujuan khusus
1. Mampu Melakukan Pengkajian pada pasien
2. Mampu Menegakkan Diagnosa Keperawatan
3. Mampu Mleakukan Intervensi Keperawatan
4. Mampu Melakukan Implementasi Kperawatan
5. Mampu Melakukan Evaluasi Keperawartan
1.3 Manfaat
A. Manfaat bagi praktek keperawatan
Untuk menambah pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus typhoid.
B. Manfaat bagi Institut
Untuk memberi bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama
pada perawatan pasien typhoid, juga sebagai bahan bacaan dan menambah
3
wawasan bagi mahasiswa keperawatan yang berkaitan dengan cara
perawatan typhoid.
C. Manfaat bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan bagi penulis mengenai kasus typhoid.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
Salmonella Thypi.Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella (Smeltzer & Bare, 2002).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi(Arief Maeyer, 1999 ).
Demam typhoid adalah penyakit bakteri yang disebabkan oleh Salmonella
typhi (WHO).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. Sinonim dari
4
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A.W., &
B. Setiyohadi, 2006).
Demam tifoid (Thypoid fever) adalah penyakit menular yang bersifat akut,
yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial
yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di
distal ileum. Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai
demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang - kadang
pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya ( Samsuridjal , 2010 ) .
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella ( Bruner and Sudart, ) .
2.2 Etiologi
Penyebab demam typhoid adalah bakteri Salmonella typhi.Sementara
demam paratyphoid yang gejalanya mirip dengan demam typhoid namun
lebih ringan, disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C. ( James
Chin, MD, 2006)
Salmonella typhisama dengan salmonella yang lain adalah bakteri
Gram-nagative, mempunyai flegala, tidak berkapul, tidak membentuk
spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari
oligosakarida, flageral antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope
antigen (K)yang terdiri dari polisakarida.
Penyebab demam tifoid dan demam paratifoid adalah S.typhi,
S.paratyphi A, S.paratyphi B dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro,
1997).
2.3 Patofisiologi
Kuman Salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui mulut
dengan makanan dan air yang tercemar.Sebagian kuman dimusnakan oleh
5
asam lambung.Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan
limfoid di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi.
Basil diserap di usus halus, melalui pembuluh limfe halus masuk ke
dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limfe.
Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe,
sehingga organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan.
Basil masuk kedalam darah dan menyebar keseluruh tubuh
terutama kelenjar limfoid usus halus, sehingga tukak berbentuk lonjong
pada mukosanya, mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus, Gejala
demam disebabkan oleh endotoxin.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Masa inkubasi demam
tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)
bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi
penderita tetap dalam keadaan asimtomatis (Soegeng soegijanto, 2002).
2.5 Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :
1. Komplikasi intestinal
6
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
2. Komplikasi ekstraintestinal :
a. Komplikasi kardiovaskular : kegagalan sirkulasi
perifer(renjatan,sepsis), miokarditis,trombosis, dan
tromboflebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitiktrombositopeniadan
sindrom uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, pleuritis.
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan
kelolitiasis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan
perinefritis.
f. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, artritis
g. Komplikasi neuropsikiatri : delirium, meningismus, meningitis,
polineuritis perifer, sindrome Guillain-Barre, psikosis dan
sindrom katatonia.
2.6 Penatalaksanaan dan terapi
Adapun penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan kasus
typhoid :
1. Pemberian antibiotik , gunanya yaitu untuk menghentikan dan
memusnahkan penyebaran kumam
2. Istirahat dan perawatan profesional, bertujuan mencegah omplikasi dan
mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring minimal 7 atau 14
hari, mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan kekuatan pasien. Dalam
perawatan perlu sekali dijaga hygene personal, kebersihan tempat tidur,
pakaian, dan peralatan yang dipakai oleh pasien.
3. Diet dan terapi penunjang, sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien
mulai dari bubur saring, bubur kasar sampai akhirnya nasi
Adapun terapi yang dapat diberikan pada pasien typhoid antara lain :
1. IVFD : Ringer laktat 20 tts/i
7
2. Injeksi :
a. Cefotaxime 500 mg/12 jam
b. Ranitidine 1A/12 jam
c. Paracetamol 3 x 500 mg/hari
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 10 tahun
Status Perkawinan : belum
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Siswa
Alamat : Meurah Mulia
Tanggal masuk RS : 2 Maret 2017
No. Register : 06.74.78
Tanggal Pengkajian :3 Maret 2017
Diagnosa Medis : Typhoid
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Yuswanto
Hubungan dengan pasien : Ayah
Pekerjaan : Wiraswasta
8
Alamat : Meurah Mulia
9
Pasien tidak mempunyai penyakit keturunan dalam keluarga
Genogram
Keterangan :
laki-laki hidup
perempuan hidup
Penderita
10
3.7 PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah, kesadaran : Compost Mentis
B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 38 °C Nadi : 88x/menit
TB : 155 cm BB : 55 Kg
2. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rambut merata,
keadaan rambut baik
b. Mata
1. Kelengkapan dan Kesimetrisan
Mata klien lengkap, simetris kiri dan kanan
2. Palpebra
Palpebra klien normal/tidak terdapat kelainan
11
3. Konjuktiva dan sclera
Konjuktiva dan sclera pucat
4. Pupil
Pupil klien normal dapat beradaptasi dengan rangsangan
cahaya
5. Kornea
Kornea dan iris klien normal/tidak terjadi gangguan
c. Hidung
1. Tulang hidung dan posisi septumnasi : simetris
2. Lubang hidung : simetris
3. Cuping hidung : tidak ada cuping
d. Telinga
1. Bentuk telinga : simetris ka.ki
2. Ukuran telinga : sedang
3. Ketajaman pendengaran : klien dapat mendengar dengan baik
e. Mulut dan faring
1. Keadaan bibir : kering
2. Keadaan gusi dan gigi : bersih
3. Keadaan lidah : normal
f. Leher
1. Tiroid : tidak ada pemeriksaan
2. Suara : tidak ada pemeriksaan
3. Denyut nadi karotis : tidak ada pemeriksaan
D. Pemeriksaan integument
1. Kebersihan : Baik,kulit tampak bersih.
2. Warna : warna kulit klien hitam
3. Turgor : Turgor kulit baik
4. kelebaban : Kering
12
E. Pemeriksaan payudara dan ketiak
1. Ukuran dan bentuk payudara : tidak ada pemeriksaan
2. Warna payudara dan areola : tidak ada pemeriksaan
3. Kelainan payudara dan putting : tidak ada pemeriksaan
4. Aksila dan clavikula : tidak ada pemeriksaan
F. Pemeriksaan Thoraks dan Dada
1. Infeksi Thoraks
a. Bentuk thoraks : tidak ada pemeriksaan
b. Pernafasan :
- Frekuensi : tidak ada pemeriksaan
- Irama : tidak ada pemeriksaan
c. Tanda kesulitan bernafas : tidak ada pemeriksaan
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara : tidak ada pemeriksaan
b. Perkusi : tidak ada pemeriksaan
c. Auskultasi
- Suara nafas : tidak ada pemeriksaan
- Suara tambahan : tidak ada pemeriksaan
3. Pemeriksaan Jantung
a. Insfeksi : tidak ada pemeriksaan
b. Palpasi : tidak ada pemeriksaan
- Ictus cordis : tidak ada pemeriksaan
c. Perkusi : tidak ada pemeriksaan
d. Auskultasi : tidak ada pemeriksaan
G. Pemeriksaan Abdomen
1. Infeksi :
a. Bentuk abdomen : Simetris
b. Benjolan/massa : tidak ada
c. Bayangan pembuluh darah : tidak ada
2. Auskultasi
- Peristaltik usus : 10x/i
3. Palpasi
a. Benjolan / massa : tidak ada benjolan
b. Tanda ascites : tidak ada acites
c. Hepar : tidak ada hepatomegali
d. Lien : tidak ada splenomegali
e. Titik mc.burney : tidak ada
4. Perkusi
a. Suara abdomen :
b. Pemeriksaan ascites : tidak ada acites
H. Pemeriksaan kelamin dan Daerah Sekitarnya
1. Genitalia :
a. Rambut pubis : tidak ada pemeriksaan
b. Lubang uretra : tidak ada pemeriksaan
c. Kelainan pada genetalia eksterna : tidak ada pemeriksaan
13
d. Kelainan pada genetalia interna : tidak ada pemeriksaan
2. Anus
a. Lubang Anus : tidak ada pemeriksaan
b. Kelainan pada lubang anus : tidak ada pemeriksaan
c. Perineum : tidak ada pemeriksaan
I. Pemeriksaan Muskuloskeletal / ekstremitas
1. Ekstremitas Atas :
a. Kesimetrisan Otot : simetris
b. Edema (derajat) : tidak ada
c. Kekuatan Otot : tidak ada
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada
2. Ekstremitas Bawah
a. Kesimetrisan Otot : simetris
b. Edema : tidak ada pemerisaan
c. Kekuatan Otot : tidak ada pemeriksaan
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada pemeriksaan
e. Varises : tidak ada pemeriksaan
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran : composmentis
GCS : 15 E 5 M 5 V 5
2. Meningeal sign : tidak ada pemeriksaan
3. Status mental
a. Kondisi emosi dan perasaan : Stabil
b. Orientasi : normal
c. Proses berfikir (ingatan, keputusan, perhitungan) : normal
Motivasi (kemauan) :Kemauan pasien untuk sembuh sangat besar
d. Bahasa:Pasien berkomunikasi menggunakan bahasa Aceh
4. Nervus Cranialis
a. Nervus Olfaktorius / N I / Penciuman (hidung) : normal
b. Nervus Optikus / N II / Penglihatan (mata) : normal
c. Nervus Okulomotoris / N III, Trochlearis / N IV, Abdusen / N
VI/Bergeraknya bola mata : normal
d. Nervus Trigeminus /N V/Sentuhan Halus (dgn kapas) : normal
e. Nervus Fasialis/N VII/Wajah/(otot wajah) : normal
f. Nervus Vestibulocochlearis/N VIII/Acusticus (pendengaran) :
normal
g. Nervus Glossopharingeus/N IX, Vagus/N X/ Menelan
(tenggorokan) : normal
h. Nervus Asesorius/N XI/Bahu : normal
i. Nervus Hipoglosus/N XII/Lidah : normal
5. Fungsi Motorik
a. Cara berjalan : sedikit terganggu
b. Romberg Test : tidak ada pemeriksaan
c. Test Jari Hidung : tidak ada pemeriksaan
d. Pronasi Suvinasi Test : tidak ada pemeriksaan
14
e. Heel to Shin Test : tidak ada pemeriksaan
6. Fungsi Sensorik
a. Identifikasi sentuhan ringan : tidak ada pemeriksaan
b. Test Tajam Tumpul : tidak ada pemeriksaan
c. Test Panas Dingin : tidak ada pemeriksaan
d. Test Getaran : tidak ada pemeriksaan
e. Sreognosis Test : tidak ada pemeriksaan
7. Reflek
a. Reflek Bisep : tidak ada pemeriksaan
b. Reflek Trisep : tidak ada pemeriksaan
c. Reflek Brachioradialis : tidak ada pemeriksaan
d. Reflek Patelar : tidak ada pemeriksaan
e. Reflek Tendon Achiles : tidak ada pemeriksaan
f. Reflek Plantar : tidak ada pemeriksaan
15
BAK
- Pola BAK : 4-5 x sehari
- Karakteristik :
o Warna : Kekuning kuningan
o Bau : Normal
o Berat Jenis : Normal
b. Selama Sakit :
BAB
- Pola BAB : 1x sehari
- Karakteristik Fases :
o Warna : Kekuning coklat
o Konsistensi : Lunak
o Bau : Bau busuk
BAK
- Pola BAK : 8x/hari
- Karakteristik :
o Warna : Kekuning - kuningan
o Bau : Normal
o Berat Jenis : Normal
C. Pola makan dan minum
1. Sebelum Sakit :
a. Pola makan :
- Diet type : makan rendah serat
- Jumlah/porsi : 3x / 1 porsi
- Pola diet : pagi , siang malam
- Anoreksia : -
- Mual muntah: tidak ada
- Nyeri ulu hati : tidak ada
- Alergi makanan : ikan tongkol
- BB biasa : 55 kg
b. Tanda objek
- BB sekarang : 52 kg
- TB : 155 cm
c. Waktu pemberian makanan : pagi, siang, malam
d. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak
- Kesulitan menelan : tidak
- Tidak dapat makan sendiri : -
e. Pola minum
- Jumlah/porsi : 6-8 gelas sehari
16
- Kesulitan menelan : tidak
2. Selama Sakit :
1. Pola makan :
- Diet type : makan rendah serat
- Jumlah/porsi : 2/3 porsi yang disediakan habis
- Pola diet : pagi , siang malam
- Anoreksia : ada
- Mual muntah: ada , 250 cc
- Nyeri ulu hati : tidak ada
- Alergi makanan : tidak ada
- BB biasa : 55 kg
2. Tanda objek
- BB sekarang : 52 kg
- TB : 155 cm
3. Waktu pemberian makanan : pagi, siang, malam
4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : -
5. Pola minum
- Jumlah/porsi : 3-4 gelas sehari
- Kesulitan menelan : tidak
D. Kebersihan diri / personal hygene
a. Sebelum sakit:
1. Pemeliharaan badan : bersih
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : bersih
3. Pemeliharaan kuku : bersih
b. Selama sakit:
4. Pemeliharaan badan : mandi 1x sehari
5. Pemeliharaan gigi dan mulut : sikat gigi 1x sehari
6. Pemeliharaan kuku : kuku bersih
F. Kebiasaan ibadah
1. Sebelum sakit : ibadah rutin
2. Selama sakit : ibadah terganggu
17
c. Warna : kuning muda
d. Berat jenis : 1,020
e. Protein : 25 mg/ dl (+)
f. Keton : + 4
g. Eritrosit : 5-10
h. Leukosit : 2-5
i. Epitel : 25-50
j. Anti dengue IgM : -
k. Anti dengue IgG : -
Widal test
Widal test slide O H
S. Typhi Negative 1/40 1/320
S. Parathypi A Negative 1/160 1/160
S. Parathypi B Negative 1/130 1/140
S. Parathypi C Negative 1/80 1/80
18
Td : 110/60 mmHg
Pulse : 80x/i
Ds : os mengeluh Dehidrasi Intake volume cairan yang
kering didaerah tidak adekuat
sekitar bibir mulut
Do : membrane
mukosa mulut os
terlihat kering dan
pecah-pecah
Input: 500 ml
Output: 700 ml
Ds : os mengeluh Masukan makanan yang Perubahan nutrisi kurang
tidak nafsu makan tidak adekuat/kurang dari kebutuhan tubuh
Do : 1/3 porsi diet
MB yang
disediakan habis .
19
demam kembali. Dengan sekali merupakan
Do : klien terlihat criteria evaluasi : -kolaborasi proses infeksius
-menyangkal demam
lemah dengan suhu dengan yang akut Pola
-melaporkan adanya
: 380C tenaga demam dapat
perasaan nyaman
RR : 24 x/i -TTV yang meliputi kesehatan membantu
Td : 110/60 mmHg suhu, RR,pulse,Td lainnya dalam diagnosis
Pulse : 80x/i dalam batasan yang dalam mengigil sering
normal. memberikan mendahului
obat puncak suhu.
-Digunakan
-anjurkan
untuk
klien minum
mengurangi
sebanyak
demam dengan
2500 cc/hari
aksi sentralnya
pada
hipotalamus
meskipun
demam dapat
berguna dalam
membatasi
pertumbuhan
organisme.
20
kering didaerah cairan selama nyamanan
-mencegah
sekitar bibir mulut 24 jam dalam
kekeringan
Do : membrane batas yang
mulut
mukosa mulut os ditentukan
-anjurkan berlebihan dari
terlihat kering dan
hygene gigi periode lama
pecah-pecah
yang baik tanpa masukan
Input: 500 ml
setelah oral
output: 700 ml
-menurunkan
makan dan
pertumbuhan
pada saat
bakteri potensial
tidur.
penyebab
infeksi
3 Perubahan nutrisi Pasien dapat - memberikan Untuk
kurang dari mempertahan pemahaman meningkatkan
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi kepada pengetahuan
berhubungan untuk tubuh secara keluarga klien tentang
dengan masukan adekuat. Dengan pasien tentang nutrisi sehingga
makanan yang criteria evaluasi : manfaat motivasi untuk
tidak - nafsu makan makanan makan
adekuat/kurang mening - timbang meningkat.
Ds : os mengeluh kat berat badan
- untuk
tidak nafsu makan - klien dapat klien setiap 3
mengetahui
Do : 1/3 porsi diet menghabiskan hari
apakah BB
Makanan rendah makanan sesuai - berikan klien
pasien menurun
serat yang dengan porsi yang makanan
atau meningkat
disediakan habis . sudah disiapkan. dengan porsi
kecil dan - untuk
sesering menghindari
mungkin terjadinya
muntah sehingga
porsi makan yang
21
disediakan habis
3.14 IMPLEMENTASI
NO Waktu dan tanggal IMPLEMENTASI
1 19.05 wib - memberikan kompres hangat
03 Maret 2017 - menganjurkan makan buah-buahan yang banyak
mengandung air, misalnya pepaya
-memberikan obat sesuai indikasi dokter,
paracetamol 500 mg 3 x 1
-menganjurkan klien minum sebanyak 2500
cc/hari
22
3.12 EVALUASI
NO
DX TANGGAL/HARI/JAM CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP-SOAPI)
3 3 Maret 2017/ Senin / 17.05 WIB S: klien mengatakan masih belum nafsu makan
O : porsi yang disediakan 1/3 habis
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
- anjurkan keluarga memberi makanan kesukaan os.
-Memberikan pemahaman kepada keluarga klien dan klien tentang manfaat
23
makanan
- anjurkan memberikan makanan dengan porsi kecil sesering mungkin
I
2 4 Maret 2017/ Sabtu/ 21.00 WIB S : os mengatakan bibir serta membrane mukosanya masih kering.
O : membrane mukosa klien terlihat kering
24
Input : 550 ml
Output: 700 ml
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
- Anjurkan pasien minum 2500 cc perhari
- Anjurkan konsumsi buah yang banyak mengandung air
25
P : intervensi dihentikan
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Ny. S dengan diagnosa
medis Thipoid meliputi:
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Implementasi, dan
e. Evaluasi
2. Setelah dilakukan beberapa pengkajian, didapatkan 3 diagnosa
keperawatan :
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
b. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral
berhubungan dengan dehidrasi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan makanan yang tidak adekuat/kurang
3. Berdasarkan implementasi yang didasarkan pada intervensi
keperawatan, maka diperoleh hasil evaluasi, bahwa masalah telah
teratasi.
4.2 Saran
a. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien Thypoid
harus didasarkan pada 5 metode Asuhan Keperawatan.
b. Dalam melakukan asuhan keperawatan, sebaiknya bersamaaan
dengan komunikasi yang baik pada pasien
27
28
29
30