Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pada tahun ( 1896 Widal ) mendapatkan salah satu metode untuk diagnosis
penyakit demam tifoid. Pada tahun yang sama ( Wright dari Inggris dan
Pfeifer dari Jerman ) mencoba vaksinasi terhadap demam tifoid. Pada era
1970 dan 1980 mulai dicoba vaksin oral yang berisi kuman hidup yang
dilemahkan dan vaksin suntik yang berisi Vi kapsul polisakarida. Pada tahun (
1948 Woodward dkk ) di Malaysia menemukan bahwa kloramfenikol adalah
efektif untuk pengobatan penyakit demam tifoid.

Pada tahun 1829 Pierre Louis ( Perancis ) mengeluarkan istilah typhoid


yang berarti seperti typhus. Baik kata typhoid maupun typhus berasal dari
kata yunani typhos. Terminologi ini dipakai pada penderita yang mengalami
demam disertai kesadaran yang terganggu.

Baru pada tahun ( 1837 William Word Gerhard ) dari Philadelphia dapat
membedakan tifoid dari typhus. pada tahun ( 1880 Eberth ) menemukan
Bacillus typhosus pada sediaan histology yang berasal dari kelenjar limfe
mesentarial dan limpa. Pada tahun ( 1884 Gaffky ) berhasil membiakkan
salmonella tyhpi, dan memastikan bahwa penularannya melalui air dan bukan
udara.

Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan


rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka
kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin.
Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif,
penderita dalam fase konfalesen, dan kronik karier (Depkes RI, 2009) .

Penyakit thypoid termasuk penyakit yang mengakibatkan angka kejadian


luar biasa (KLB) yang terjadi di Jawa Tengah, pada tahun 2003 menempati
urutan ke 21 dari 22 (4,6%) penyakit yang tercatat. Meskipun hanya

1
menempati urutan ke 21, penyakit thypoid memerlukan perawatan yang
komprehensif, mengingat penularan salmonella thypi ada dua sumber yaitu
pasien dengan demam thypoid dan pasien dengan carier. Pasien carier adalah
orang yang sembuh dari demam thypoid dan terus mengekspresi salmonella
thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun (Depkes, 2008) .

Hasil rekapitulasi kunjungan di Puskesmas Tlogosari wetan menunjukkan


bahwa penyakit ini mengalami peningkatan pada tahun 2008 angka kejadian
penyakit ini berkisar 156 kasus per 100.000 penduduk. Dibandingkan tahun
2006 angka kejadiannya lebih kecil yaitu 127 kasus per 100.000 penduduk.
Adapun untuk kejadian typhoid di Puskesmas Tlogosari Wetan pada anak usia
3-19 tahun serta membantu mencarikan jalan pemecahannya (Walchi, 2007) .

Lingkungan sehat dan bersih sangat menjamin status kesehatan seseorang ,


namun hal tersebut masih dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak penting.
Sehingga membuat kehidupan menjadi tidak sehat dan banyak menimbulkan
berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh bakteri , diantara nya Demam
Typhoid.

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan


oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara
berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis.

Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting


karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk,
kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar
higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H,
2009).
Data WHO tahun 2009, memperkirakan terdapat 17 juta kasus demam
tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.
Insidens rate demam tifoid di Asia Selatan dan Tenggara termasuk China pada
tahun 2010 rata-rata 1.000 per 100.000 penduduk per tahun.
Insidens rate demam tifoid tertinggi di Papua New Guinea sekitar 1.208
per 100.000 penduduk per tahun. Insidens rate di Indonesia masih tinggi yaitu

2
358 per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk
perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus per tahun 600.000-1.500.000
penderita. Angka kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan
CFR sebesar 10% (Nainggolan, R, 2011).
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008,
demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien
rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan
proporsi 3,15%, urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus
193.856 dengan proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan
jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009).

1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan laporan pendahuluan ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan atau perawat tentang penyakit
epilepsi beserta prinsip asuhan keperawatan klien dengan kasus epilepsi.
b. Tujuan khusus
1. Mampu Melakukan Pengkajian pada pasien
2. Mampu Menegakkan Diagnosa Keperawatan
3. Mampu Mleakukan Intervensi Keperawatan
4. Mampu Melakukan Implementasi Kperawatan
5. Mampu Melakukan Evaluasi Keperawartan

1.3 Manfaat
A. Manfaat bagi praktek keperawatan
Untuk menambah pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus typhoid.
B. Manfaat bagi Institut
Untuk memberi bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama
pada perawatan pasien typhoid, juga sebagai bahan bacaan dan menambah

3
wawasan bagi mahasiswa keperawatan yang berkaitan dengan cara
perawatan typhoid.
C. Manfaat bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan bagi penulis mengenai kasus typhoid.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
Salmonella Thypi.Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella (Smeltzer & Bare, 2002).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi(Arief Maeyer, 1999 ).
Demam typhoid adalah penyakit bakteri yang disebabkan oleh Salmonella
typhi (WHO).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. Sinonim dari

4
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A.W., &
B. Setiyohadi, 2006).
Demam tifoid (Thypoid fever) adalah penyakit menular yang bersifat akut,
yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial
yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di
distal ileum. Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai
demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang - kadang
pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya ( Samsuridjal , 2010 ) .
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella ( Bruner and Sudart, ) .

2.2 Etiologi
Penyebab demam typhoid adalah bakteri Salmonella typhi.Sementara
demam paratyphoid yang gejalanya mirip dengan demam typhoid namun
lebih ringan, disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C. ( James
Chin, MD, 2006)
Salmonella typhisama dengan salmonella yang lain adalah bakteri
Gram-nagative, mempunyai flegala, tidak berkapul, tidak membentuk
spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari
oligosakarida, flageral antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope
antigen (K)yang terdiri dari polisakarida.
Penyebab demam tifoid dan demam paratifoid adalah S.typhi,
S.paratyphi A, S.paratyphi B dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro,
1997).

2.3 Patofisiologi
Kuman Salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui mulut
dengan makanan dan air yang tercemar.Sebagian kuman dimusnakan oleh

5
asam lambung.Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan
limfoid di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi.
Basil diserap di usus halus, melalui pembuluh limfe halus masuk ke
dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limfe.
Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe,
sehingga organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan.
Basil masuk kedalam darah dan menyebar keseluruh tubuh
terutama kelenjar limfoid usus halus, sehingga tukak berbentuk lonjong
pada mukosanya, mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus, Gejala
demam disebabkan oleh endotoxin.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Masa inkubasi demam
tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)
bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi
penderita tetap dalam keadaan asimtomatis (Soegeng soegijanto, 2002).

2.4 Manifestasi klinis


Gejala-gejala yang timbul bervariasi. Dalam minggu pertama, keluhan dan
gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu
demam,nyeri kepala,pusing,nyeri otot,anoreksia,mual muntah,nyeri perut ,
batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapat peningkatan suhu
badan.
Dalam minggu kedua gejala-gejala terlihat lebih jelas berupa
demam,bradikardi,dan lidah penderita tifoid kotor ditengah, tepi dan ujung
merah dan tremor, hepatomegali, splenomegali, gangguan kesadaran berupa
somnolen sampai koma.

2.5 Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :
1. Komplikasi intestinal

6
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
2. Komplikasi ekstraintestinal :
a. Komplikasi kardiovaskular : kegagalan sirkulasi
perifer(renjatan,sepsis), miokarditis,trombosis, dan
tromboflebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitiktrombositopeniadan
sindrom uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, pleuritis.
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan
kelolitiasis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan
perinefritis.
f. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, artritis
g. Komplikasi neuropsikiatri : delirium, meningismus, meningitis,
polineuritis perifer, sindrome Guillain-Barre, psikosis dan
sindrom katatonia.
2.6 Penatalaksanaan dan terapi
Adapun penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan kasus
typhoid :
1. Pemberian antibiotik , gunanya yaitu untuk menghentikan dan
memusnahkan penyebaran kumam
2. Istirahat dan perawatan profesional, bertujuan mencegah omplikasi dan
mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring minimal 7 atau 14
hari, mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan kekuatan pasien. Dalam
perawatan perlu sekali dijaga hygene personal, kebersihan tempat tidur,
pakaian, dan peralatan yang dipakai oleh pasien.
3. Diet dan terapi penunjang, sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien
mulai dari bubur saring, bubur kasar sampai akhirnya nasi
Adapun terapi yang dapat diberikan pada pasien typhoid antara lain :
1. IVFD : Ringer laktat 20 tts/i

7
2. Injeksi :
a. Cefotaxime 500 mg/12 jam
b. Ranitidine 1A/12 jam
c. Paracetamol 3 x 500 mg/hari

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 10 tahun
Status Perkawinan : belum
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Siswa
Alamat : Meurah Mulia
Tanggal masuk RS : 2 Maret 2017
No. Register : 06.74.78
Tanggal Pengkajian :3 Maret 2017
Diagnosa Medis : Typhoid

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Yuswanto
Hubungan dengan pasien : Ayah
Pekerjaan : Wiraswasta

8
Alamat : Meurah Mulia

3.2 KELUHAN UTAMA


Os mengeluh demam selama 1 minggu, mual , muntah, pusing, dan tidak
nafsu makan.

3.3 RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


1. Provocative/Palliative
A. Penyebab nya tidak diketahui
B. Hal yang memperbaiki keadaan pasien dengan membawa ke
rumah sakit
2. Quantity/quality
A. Os merasakan demam
B. Os terlihat meringis
3. Ragion
A. Lokasi : di seluruh tubuh
B. Penyebaran : tidak menyebar
4. Savetity ( menggunakan aktivitas)
Os melakukan aktivitas tanpa bantuan dari keluarga
5. Time (waktu timbul penyakit)
Penyakit dapat timbul kapan saja
6. Riwayat penyakit yang lalu
Pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit Hepatitis A

3.4 RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Os pernah mengalami penyakit Hepatitis A pada usia 5 tahun
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Orang tua klien memberikan obat sesuai indikasi dokter
C. Pernah dirawat/dioperasi
Os pernah dirawat pada usia 5 tahun
D. Lamanya
selama 1 minggu
E. Alergi
Os tidak ada alergi
F. Imunisasi
Tidak ada

3.5 RIWAYAT KELUARGA (DISERTAI GENOGRAM)


A. Orang tua : Orang tua klien tidak mengalami demam
B. Saudara kandung : Saudara kandung juga tidak mengalami demam
C. Penyakit keturunan yang ada : -
D. Anggota keluarga yang meninggal : tidak ada
E. Penyebab meninggal : -
F. Genogram

9
Pasien tidak mempunyai penyakit keturunan dalam keluarga

Genogram

Keterangan :
laki-laki hidup

perempuan hidup

Penderita

3.6 RIWAYAT / KEADAAN PSIKOSOSIAL


A. Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
B. Persepsi pasien tentang penyakitnya : os ingin cepat sembuh
C. Konsep diri :
1. Body image : klien menyukai semua anggota tubuhnya

2. Ideal diri : Klien berharap supaya cepat pulang


kerumah untuk beraktivitas seperti biasa
3. Harga Diri : baik.
4. Peran Diri : Klien berperan sebagai anak ke 2 dalam
keluarga
5. Personal Identity : Klien sebagai ibu rumah tangga
D. Keadaan emosi : klien dapat mengontrol emosinnya
E. Perhatian terhadap orang lain : baik
F. Hubungan dengan keluarga : baik
G. Hubungan dengan orang lain : baik
H. Kegemaran : membaca
I. Mekanisme pertahanan diri : baik

10
3.7 PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah, kesadaran : Compost Mentis

B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 38 °C Nadi : 88x/menit

TD : 110/70 mmHg RR : 20x/menit

TB : 155 cm BB : 55 Kg

C. Pemeriksaan kepala dan leher


a. Kepala dan rambut
1. Kepala :
Bentuk : simetris

Ubun-ubun : keras tertutup

Kulit kepala : bersih

2. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rambut merata,
keadaan rambut baik

Bau : Rambutnya tidak berbau

Warna kulit : Sawo matang

3. Wajah : Oval, tidak ada kelainan


Warna kulit : tidak ada kelainan

b. Mata
1. Kelengkapan dan Kesimetrisan
Mata klien lengkap, simetris kiri dan kanan

2. Palpebra
Palpebra klien normal/tidak terdapat kelainan

11
3. Konjuktiva dan sclera
Konjuktiva dan sclera pucat

4. Pupil
Pupil klien normal dapat beradaptasi dengan rangsangan
cahaya

5. Kornea
Kornea dan iris klien normal/tidak terjadi gangguan

c. Hidung
1. Tulang hidung dan posisi septumnasi : simetris
2. Lubang hidung : simetris
3. Cuping hidung : tidak ada cuping

d. Telinga
1. Bentuk telinga : simetris ka.ki
2. Ukuran telinga : sedang
3. Ketajaman pendengaran : klien dapat mendengar dengan baik
e. Mulut dan faring
1. Keadaan bibir : kering
2. Keadaan gusi dan gigi : bersih
3. Keadaan lidah : normal
f. Leher
1. Tiroid : tidak ada pemeriksaan
2. Suara : tidak ada pemeriksaan
3. Denyut nadi karotis : tidak ada pemeriksaan
D. Pemeriksaan integument
1. Kebersihan : Baik,kulit tampak bersih.
2. Warna : warna kulit klien hitam
3. Turgor : Turgor kulit baik
4. kelebaban : Kering

12
E. Pemeriksaan payudara dan ketiak
1. Ukuran dan bentuk payudara : tidak ada pemeriksaan
2. Warna payudara dan areola : tidak ada pemeriksaan
3. Kelainan payudara dan putting : tidak ada pemeriksaan
4. Aksila dan clavikula : tidak ada pemeriksaan
F. Pemeriksaan Thoraks dan Dada
1. Infeksi Thoraks
a. Bentuk thoraks : tidak ada pemeriksaan
b. Pernafasan :
- Frekuensi : tidak ada pemeriksaan
- Irama : tidak ada pemeriksaan
c. Tanda kesulitan bernafas : tidak ada pemeriksaan
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara : tidak ada pemeriksaan
b. Perkusi : tidak ada pemeriksaan
c. Auskultasi
- Suara nafas : tidak ada pemeriksaan
- Suara tambahan : tidak ada pemeriksaan
3. Pemeriksaan Jantung
a. Insfeksi : tidak ada pemeriksaan
b. Palpasi : tidak ada pemeriksaan
- Ictus cordis : tidak ada pemeriksaan
c. Perkusi : tidak ada pemeriksaan
d. Auskultasi : tidak ada pemeriksaan
G. Pemeriksaan Abdomen
1. Infeksi :
a. Bentuk abdomen : Simetris
b. Benjolan/massa : tidak ada
c. Bayangan pembuluh darah : tidak ada
2. Auskultasi
- Peristaltik usus : 10x/i
3. Palpasi
a. Benjolan / massa : tidak ada benjolan
b. Tanda ascites : tidak ada acites
c. Hepar : tidak ada hepatomegali
d. Lien : tidak ada splenomegali
e. Titik mc.burney : tidak ada
4. Perkusi
a. Suara abdomen :
b. Pemeriksaan ascites : tidak ada acites
H. Pemeriksaan kelamin dan Daerah Sekitarnya
1. Genitalia :
a. Rambut pubis : tidak ada pemeriksaan
b. Lubang uretra : tidak ada pemeriksaan
c. Kelainan pada genetalia eksterna : tidak ada pemeriksaan

13
d. Kelainan pada genetalia interna : tidak ada pemeriksaan
2. Anus
a. Lubang Anus : tidak ada pemeriksaan
b. Kelainan pada lubang anus : tidak ada pemeriksaan
c. Perineum : tidak ada pemeriksaan
I. Pemeriksaan Muskuloskeletal / ekstremitas
1. Ekstremitas Atas :
a. Kesimetrisan Otot : simetris
b. Edema (derajat) : tidak ada
c. Kekuatan Otot : tidak ada
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada
2. Ekstremitas Bawah
a. Kesimetrisan Otot : simetris
b. Edema : tidak ada pemerisaan
c. Kekuatan Otot : tidak ada pemeriksaan
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada pemeriksaan
e. Varises : tidak ada pemeriksaan
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran : composmentis
GCS : 15 E 5 M 5 V 5
2. Meningeal sign : tidak ada pemeriksaan
3. Status mental
a. Kondisi emosi dan perasaan : Stabil
b. Orientasi : normal
c. Proses berfikir (ingatan, keputusan, perhitungan) : normal
Motivasi (kemauan) :Kemauan pasien untuk sembuh sangat besar
d. Bahasa:Pasien berkomunikasi menggunakan bahasa Aceh
4. Nervus Cranialis
a. Nervus Olfaktorius / N I / Penciuman (hidung) : normal
b. Nervus Optikus / N II / Penglihatan (mata) : normal
c. Nervus Okulomotoris / N III, Trochlearis / N IV, Abdusen / N
VI/Bergeraknya bola mata : normal
d. Nervus Trigeminus /N V/Sentuhan Halus (dgn kapas) : normal
e. Nervus Fasialis/N VII/Wajah/(otot wajah) : normal
f. Nervus Vestibulocochlearis/N VIII/Acusticus (pendengaran) :
normal
g. Nervus Glossopharingeus/N IX, Vagus/N X/ Menelan
(tenggorokan) : normal
h. Nervus Asesorius/N XI/Bahu : normal
i. Nervus Hipoglosus/N XII/Lidah : normal
5. Fungsi Motorik
a. Cara berjalan : sedikit terganggu
b. Romberg Test : tidak ada pemeriksaan
c. Test Jari Hidung : tidak ada pemeriksaan
d. Pronasi Suvinasi Test : tidak ada pemeriksaan

14
e. Heel to Shin Test : tidak ada pemeriksaan
6. Fungsi Sensorik
a. Identifikasi sentuhan ringan : tidak ada pemeriksaan
b. Test Tajam Tumpul : tidak ada pemeriksaan
c. Test Panas Dingin : tidak ada pemeriksaan
d. Test Getaran : tidak ada pemeriksaan
e. Sreognosis Test : tidak ada pemeriksaan
7. Reflek
a. Reflek Bisep : tidak ada pemeriksaan
b. Reflek Trisep : tidak ada pemeriksaan
c. Reflek Brachioradialis : tidak ada pemeriksaan
d. Reflek Patelar : tidak ada pemeriksaan
e. Reflek Tendon Achiles : tidak ada pemeriksaan
f. Reflek Plantar : tidak ada pemeriksaan

3.8 POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


A. Pola tidur
a. Sebelum sakit :
- Waktu tidur : jam 22.00 WIB
- Waktu bangun : jam 05.30 WIB
- Masalah tidur : tidak ada
- Hal – hal yang mempengaruhi tidur : tidak ada
- Hal-hal yang mempermudah tidur : tidak ada
b. Selama sakit :
- Waktu tidur : jam 24.00 WIB
- Waktu bangun : jam 05.00 WIB
- Masalah tidur : tidak nyaman
- Hal – hal yang mempengaruhi tidur : tidak ada
- Hal-hal yang mempermudah tidur : tidak ada
B. Pola eliminasi
a. Sebelum Sakit :
 BAB
- Pola BAB : 1x sehari
- Karakteristik Fases :
o Warna : Kuning kecoklatan
o Konsistensi : Lunak
o Bau : Bau busuk

15
 BAK
- Pola BAK : 4-5 x sehari
- Karakteristik :
o Warna : Kekuning kuningan
o Bau : Normal
o Berat Jenis : Normal

b. Selama Sakit :
 BAB
- Pola BAB : 1x sehari
- Karakteristik Fases :
o Warna : Kekuning coklat
o Konsistensi : Lunak
o Bau : Bau busuk
 BAK
- Pola BAK : 8x/hari
- Karakteristik :
o Warna : Kekuning - kuningan
o Bau : Normal
o Berat Jenis : Normal
C. Pola makan dan minum
1. Sebelum Sakit :
a. Pola makan :
- Diet type : makan rendah serat
- Jumlah/porsi : 3x / 1 porsi
- Pola diet : pagi , siang malam
- Anoreksia : -
- Mual muntah: tidak ada
- Nyeri ulu hati : tidak ada
- Alergi makanan : ikan tongkol
- BB biasa : 55 kg
b. Tanda objek
- BB sekarang : 52 kg
- TB : 155 cm
c. Waktu pemberian makanan : pagi, siang, malam
d. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak
- Kesulitan menelan : tidak
- Tidak dapat makan sendiri : -
e. Pola minum
- Jumlah/porsi : 6-8 gelas sehari

16
- Kesulitan menelan : tidak
2. Selama Sakit :
1. Pola makan :
- Diet type : makan rendah serat
- Jumlah/porsi : 2/3 porsi yang disediakan habis
- Pola diet : pagi , siang malam
- Anoreksia : ada
- Mual muntah: ada , 250 cc
- Nyeri ulu hati : tidak ada
- Alergi makanan : tidak ada
- BB biasa : 55 kg
2. Tanda objek
- BB sekarang : 52 kg
- TB : 155 cm
3. Waktu pemberian makanan : pagi, siang, malam
4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : -
5. Pola minum
- Jumlah/porsi : 3-4 gelas sehari
- Kesulitan menelan : tidak
D. Kebersihan diri / personal hygene
a. Sebelum sakit:
1. Pemeliharaan badan : bersih
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : bersih
3. Pemeliharaan kuku : bersih

b. Selama sakit:
4. Pemeliharaan badan : mandi 1x sehari
5. Pemeliharaan gigi dan mulut : sikat gigi 1x sehari
6. Pemeliharaan kuku : kuku bersih

E. Pola kegiatan / aktivitas :


1. Sebelum sakit : aktivitas pasien mandiri
2. Selama sakit : aktivitas pasien mandiri

F. Kebiasaan ibadah
1. Sebelum sakit : ibadah rutin
2. Selama sakit : ibadah terganggu

3.9 HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK


1. Laboratorium
a. Jenis spesimen : urine pagi
b. Kekeruhan : jernih

17
c. Warna : kuning muda
d. Berat jenis : 1,020
e. Protein : 25 mg/ dl (+)
f. Keton : + 4
g. Eritrosit : 5-10
h. Leukosit : 2-5
i. Epitel : 25-50
j. Anti dengue IgM : -
k. Anti dengue IgG : -

Widal test
Widal test slide O H
S. Typhi Negative 1/40 1/320
S. Parathypi A Negative 1/160 1/160
S. Parathypi B Negative 1/130 1/140
S. Parathypi C Negative 1/80 1/80

2. EKG : tidak dilakukan


3. Rongent : tidak dilakukan

3.10 THERAPI YANG DIBERIKAN


NO NAMA OBAT DOSIS
1 Cefotaxime 500 mg/ 12 jam
2 Ranitidine 1 A/12 jam
3 Paracetamol 500 mg 3 X 1
4 Infus RL 20 tts/i

3.11 ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


Ds : os mengeluh Hipertermi Gangguan rasa nyaman
demam
Do : os terlihat
lemah dengan suhu
: 380C
RR : 24 x/i

18
Td : 110/60 mmHg
Pulse : 80x/i
Ds : os mengeluh Dehidrasi Intake volume cairan yang
kering didaerah tidak adekuat
sekitar bibir mulut
Do : membrane
mukosa mulut os
terlihat kering dan
pecah-pecah
Input: 500 ml
Output: 700 ml
Ds : os mengeluh Masukan makanan yang Perubahan nutrisi kurang
tidak nafsu makan tidak adekuat/kurang dari kebutuhan tubuh
Do : 1/3 porsi diet
MB yang
disediakan habis .

3.12 PRIORITAS MASALAH


1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
2. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral
berhubungan dengan intake volume cairan yang tidak adekuat
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan makanan yang tidak adekuat/kurang

3.13 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA
N TUJUAN/KRITER INTERVEN RASIONALIS
KEPERAWATA
O IA HASIL SI ASI
N
1 Gangguan rasa Pasien dapat -beri kompres -dengan
nyaman menyatakan hangat memberikan
berhubungan hilangnya rasa -periksa tanda- kompres hangat
dengan hipertermi ketidaknyaman dan tanda vital demam pasien
Ds : os mengeluh suhu tubuh normal setiap 3 jam bisa turun
o
-suhu 38 C

19
demam kembali. Dengan sekali merupakan
Do : klien terlihat criteria evaluasi : -kolaborasi proses infeksius
-menyangkal demam
lemah dengan suhu dengan yang akut Pola
-melaporkan adanya
: 380C tenaga demam dapat
perasaan nyaman
RR : 24 x/i -TTV yang meliputi kesehatan membantu
Td : 110/60 mmHg suhu, RR,pulse,Td lainnya dalam diagnosis
Pulse : 80x/i dalam batasan yang dalam mengigil sering
normal. memberikan mendahului
obat puncak suhu.
-Digunakan
-anjurkan
untuk
klien minum
mengurangi
sebanyak
demam dengan
2500 cc/hari
aksi sentralnya
pada
hipotalamus
meskipun
demam dapat
berguna dalam
membatasi
pertumbuhan
organisme.

2 Resiko tinggi Mempertahankan -anjurkan -karena alkohol


terhadap integritas membrane klien untuk dapat
perubahan mukosa dan menghindari mengiritasi
membran mukosa mengidentifikasi/mel produk mukosa dan
oral berhubungan akukan intervensi pencuci mempunyai
dengan intake khusus untuk mulut yang efek
volume cairan mengingkat kan mengandung mengeringkan,
yang tidak adekuat. kesehatan mukosa alkohol menimbulkan
-berikan
Ds : os mengeluh oral. ketidak

20
kering didaerah cairan selama nyamanan
-mencegah
sekitar bibir mulut 24 jam dalam
kekeringan
Do : membrane batas yang
mulut
mukosa mulut os ditentukan
-anjurkan berlebihan dari
terlihat kering dan
hygene gigi periode lama
pecah-pecah
yang baik tanpa masukan
Input: 500 ml
setelah oral
output: 700 ml
-menurunkan
makan dan
pertumbuhan
pada saat
bakteri potensial
tidur.
penyebab
infeksi
3 Perubahan nutrisi Pasien dapat - memberikan Untuk
kurang dari mempertahan pemahaman meningkatkan
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi kepada pengetahuan
berhubungan untuk tubuh secara keluarga klien tentang
dengan masukan adekuat. Dengan pasien tentang nutrisi sehingga
makanan yang criteria evaluasi : manfaat motivasi untuk
tidak - nafsu makan makanan makan
adekuat/kurang mening - timbang meningkat.
Ds : os mengeluh kat berat badan
- untuk
tidak nafsu makan - klien dapat klien setiap 3
mengetahui
Do : 1/3 porsi diet menghabiskan hari
apakah BB
Makanan rendah makanan sesuai - berikan klien
pasien menurun
serat yang dengan porsi yang makanan
atau meningkat
disediakan habis . sudah disiapkan. dengan porsi
kecil dan - untuk
sesering menghindari
mungkin terjadinya
muntah sehingga
porsi makan yang

21
disediakan habis

3.14 IMPLEMENTASI
NO Waktu dan tanggal IMPLEMENTASI
1 19.05 wib - memberikan kompres hangat
03 Maret 2017 - menganjurkan makan buah-buahan yang banyak
mengandung air, misalnya pepaya
-memberikan obat sesuai indikasi dokter,
paracetamol 500 mg 3 x 1
-menganjurkan klien minum sebanyak 2500
cc/hari

2 21.00 wib menganjurkan klien untuk menjaga hygiene gigi


04 Maret 2017
dan mulut setelah makan dan mau tidur
3 16.00 wib -memantau pemasukan nutrisi
05 Maret 2017 -menganjurkan makanan dengan porsi kecil
sesering mungkin

22
3.12 EVALUASI

NO
DX TANGGAL/HARI/JAM CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP-SOAPI)

1 S : pasien mengatakan masih demam dan lemas


O : k/u lemah T: 37,5’ C , sebagian aktifitas di bantu keluarga
3 Maret 2017 / Jumat/ 17.05 WIB A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
- Beri kompres hangat
Kolaborasi pemberian obat dengan dokter (paracetamol 500 mg 3 x 1)

2 S : os mengatakan bibir serta membrane mukosanya masih kering.


O : membrane mukosa klien terlihat kering
A : masalah belum teratasi
3 Maret 2017/ sabtu/ 17.05 WIB P : intervensi dilanjutkan
- Anjurkan os minum 2500 cc per hari
Anjurkan konsumsi buah yang banyak mengandung air
- Atur tetesan infus permenit (20 tts/i)

3 3 Maret 2017/ Senin / 17.05 WIB S: klien mengatakan masih belum nafsu makan
O : porsi yang disediakan 1/3 habis
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
- anjurkan keluarga memberi makanan kesukaan os.
-Memberikan pemahaman kepada keluarga klien dan klien tentang manfaat

23
makanan
- anjurkan memberikan makanan dengan porsi kecil sesering mungkin
I

NO CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP-SOAPI)


DX TANGGAL/HARI/JAM

1 S : pasien mengatakan demamnya sudah mulai berkurang dan lemasnya sudah


mulai hilang
4 Maret 2017 / Sabtu/ 21.00 WIB
O : k/u lemah T: 37,4’C , aktifitas mandiri
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
- Kompres hangat
- Kolaborasi pemberian analgetik (paracetamol 500 mg 3 x 1)

2 4 Maret 2017/ Sabtu/ 21.00 WIB S : os mengatakan bibir serta membrane mukosanya masih kering.
O : membrane mukosa klien terlihat kering

24
Input : 550 ml
Output: 700 ml
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
- Anjurkan pasien minum 2500 cc perhari
- Anjurkan konsumsi buah yang banyak mengandung air

3 S: klien mengatakan masih belum nafsu makan


O : porsi yang disediakan 1/3 habis
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
4 Maret 2017 / Sabtu / 21.00 WIB -Memberikan pemahaman kepada keluarga klien dan klien tentang manfaat
makanan
-anjurkan untuk memberikan makanan dengan porsi kecil sesering mungkin

NO CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP-SOAPI)


DX TANGGAL/HARI/JAM

1 S : pasien mengatakan tidak lagi demam dan lemas


O : k/u baik T: 37’C , aktifitas mandiri
5 Maret 2017 / Minggu/ 16.00 WIB A : masalah teratasi

25
P : intervensi dihentikan

2 S : os mengatakan bibir serta membrane mukosanya tidak lagi kering.


O : membrane mukosa terlihat segar
5 Maret 2017/Minggu/ 16.00 WIB
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

3 S: klien mengatakan sudah nafsu makan


5 Maret 2017/ Minggu / 16.00 WIB O : porsi yang disediakan di habiskan
A : masalah sudah teratasi
P : intervensi dihentikan

26
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Ny. S dengan diagnosa
medis Thipoid meliputi:
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Implementasi, dan
e. Evaluasi
2. Setelah dilakukan beberapa pengkajian, didapatkan 3 diagnosa
keperawatan :
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
b. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral
berhubungan dengan dehidrasi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan makanan yang tidak adekuat/kurang
3. Berdasarkan implementasi yang didasarkan pada intervensi
keperawatan, maka diperoleh hasil evaluasi, bahwa masalah telah
teratasi.
4.2 Saran
a. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien Thypoid
harus didasarkan pada 5 metode Asuhan Keperawatan.
b. Dalam melakukan asuhan keperawatan, sebaiknya bersamaaan
dengan komunikasi yang baik pada pasien

27
28
29
30

Anda mungkin juga menyukai