Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secaraa fungsional.
Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduranan
atau dapat menimbulkan kematian. oleh karena itu kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan
paling utama dan sangat vital bagi tubuh.( Ambarwati, Fitri, R. 2014)
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sisem pernafasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ system respirasi, maka kebutuhan
oksigen akan mengalami gangguan. Sserjngkali individu tidak menyadari terhadap
pentingnya oksigen. Proses pernafasan dianggap sebagai suatu yang biasa biasa saja.
Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernafasan. Pada
kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen. ( Andarmoyo, Sulistyo. 2012).
Selain oksigen, keberlangsungan fungsional tubuh juga dipengaruhi oleh
keseimbangan asam basa. Keseimbangan asam basa dipertahankan oleh tubuh melalui
berbagai mekanisme tubuh. Pada kondisi yang asidosis atau alkalosis, tubuh banyak
mengalami gangguan.
(Hidayat A.A. 2009).
Perawat mempunyai peran yang penting dalam pemenuhan kebutuhan oksigen dan
pemeliharaan keseimbangan asam basa klien. Oleh karna itu, perawat harus memahami
konsep kebutuhan oksigen dan keseimbangan asam basa. Selain itu, perawat juga harus
terampil dalam melakukan intervensi keperawatan dalam upaya pemenuhan keburuhan
oksigen dan asam basa. Pada bab ini, konsep dan aplikasi berkenaan dengan kebutuhan
oksigen dan asam basa akan diuraikan secara sederhana.
(Tuwarto & Wartonal 2009)

1.2 Tujuan

1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan


oksigenasi

1
2. Menetapkan analisa data dan diagnose keperawatan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi

3. Membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan


oksigenasi

4. Melakukan tindakan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi

5. Melakukan Evaluasi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi

1.3 Manfaat

1. Bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengembangkan wawasan asuhan keperawatan


pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi

2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Oksigenasi

Oksigenassi merupakan salah satu kebutuhan yang di perlukan dalam proses kehidupan
karena oksigenasi sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen
didalam tubuh harus terpenuhi apabila berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan
otak dan apabila berlangsung lama akan menyebabkan kematian. ( Andarmoyo, Sulistyo.
2012).

Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara
pemberian oksigen melalui saluran pernapasan, pembebasan jalan napas dari sumbatan yang
menghalangi masuknyab oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar
berfungsi secara normal. (Taqwaningtyas, Fricka, Hidayat & Uliyah, 2013)

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam system kimia dan fisika.
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat di butuhkan dalam
proses metaabolisme sel, sebagai hasilnya terbentuklah karbondioksida, energy dan air
penambahan karbodioksida yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.
(Hidayat A.A. 2009).

Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur pertukaran oksigen dan karbo
dioksida antara udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk menghasilkan
sumber energy, adenosine triposfat (ATP), karbodioksida di hasilkan oleh sel sel yang secara
metabolisme aktif daan membentuk asam, yang harus dibuang dari tubuh.
(Ambarwati, Fitri, R. 2014)

2.2 Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi

System pernafasan berperan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi system terdisi atas

3
saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah, dan paru-paru.
1. Saluran pernafasan bagian atas

Saluran pernafasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring, dan
epiglottis.saluran ini berfungsi dalam menyaring, menghangatkan, dan melembabkan
udara yang dihirup.
a. Hidung

Proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung. Pada nares
anterior yang mengandung kelenjar sebaseus dan ditutupi oleh rambut yang kasar.
Bagian ini bermuara ke rongga hidung, sebagai bagian hidung lainnya, yang
dilapisi oleh selaput lendir dan mengandung pembuluh darah. Udara yang masuk
melalui hidung akan disaring oleh rambut yang ada didalam vestibulum (sebagai
bagian dari rongga hidung), kemudian udara tersebut akan dihangatkan dan
dilembabkan
b. Faring

Faring merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar tengkorak sampai dengan
esophagus. Berdasarkan letaknya, faring terbagi menjadi tiga yaitu nasofaring
(dibelakang hidung), orofaring (dibelakang mulut), dan laringngofaring
(dibelakang laring).

c. Laring (tenggorokkan)

Laring merupakan saluran pernafasan setelah faring. Laring terdiri atas bagian
tulang rawan yang diikat bersama ligament dan membrane dengan dua lamina
yang bersambung di garis tengah.
2. Saluran pernafasan bagian bawah

Saluran pernafasan bagian bawah terdiri atas trakea, bronkus, segmen


bronki, dan bronkiolus. Saluran ini berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi
surfaktan.
a. Trakea

Trakea (batang tenggorokkan) merupakan kelanjutan dari laring sampai


kira-kira ketinggian vertebrae thorakalis kelima. Trakea memiliki panjang lebih
kurang 9 cm dan tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak lengkap yang berupa

4
cincin. Trakea dilapisi oleh selaput lendir dan terdapat epitelium bersilia yang bisa
mengeluarkan debu atau benda asing
b. Bronkus

Merupakan lanjutan dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan dan
kiri. Bronkus bagian kanan lebih pendek dan lebar dari pada bagain kiri. Bronkus
kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus atas, tengah, dan bawah. Sedangkan
bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan dengan dua lobus, yaitu lobus atas
dan bawah.
c. Bronkiolus

Merupakan saluran percabangan setelah bronkus.


3. Paru-paru

Merupakan organ utama dari system pernafasan. Paru-paru terletak didalam rongga
thoraks, setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru-paru terdiri atas dua bagian,
yaitu paru-paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah tersebut terdapat organ jantung yang
berbentuk kerucut beserta pembuluh darahnya. Bagian puncak paru-paru disebut dengan
apeks.
Paru-paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura. Pleura tersebut ada
dua macam yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis. Diantara kedua pleura tersebut
terdapat cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Keberadaan cairan tersebut ditunjukkan
untuk melindungi paru-paru. Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat elastis dan berpori.
Paru-paru berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
(Elly, N., 2011).

2.3 Klasifikasi Oksigenasi

 Ventilasi

Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer kedalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
 Difusi

Difusi gas merupakan pertukaran antara Oksigen dari alveoli ke kapiler paru-paru dan
karbondioksida dari kapiler ke alveoli.

5
 Transportasi

Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara oksigen kapiler ke jaringan


tubuh dan karbondioksida jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses tranportasi, oksigen
akan berikatan dengan HB membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma
(3%). Sedangkan karbondioksida akjan berikatan dengan HB membentuk
karbominohemoglobin (30%), dalam plasma (5%), dan sebagaian menjadi HCO3
berada dalam darah (65%). (Ambarwati, Fitri, R. 2014)

6
2.4 Etiologi

Menurut Anggraini & Hafifah   (2014), adapun faktor – faktor penyebab terganggunya

oksigenasi adalah :

- Hiperventilasi

Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab
jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO 2 yang
dieliminasi lebih dari yang diproduksi . Tanda dan gejala :

a. pusing
b. nyeri kepala
c. henti jantung
d. koma
e. ketidakseimbangan elektrolit

- Hipoventilasi

Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh),


sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai
akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.
Tanda dan gejala:
a. napas pendek
b. nyeri dada
c. sakit kepala ringan
d. pusing dan penglihatan kabur

- Hipoksia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke
jaringan.
Penyebab terjadinya hipoksia :
a. gangguan pernafasan
b. gangguan peredaran darah
c. gangguan sistem metabolism
d. gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).

- Faktor fisiologis

7
Faktor fisiologis yang mempengaruhi oksigenasi meliputi :
a. Penurunan kapasitas membawa oksigen
b. Penurunan konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi.
- Faktor perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang
pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan
ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa
thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk
thorak dan pola napas. Tahap perkembangan klien dan proses penuaan yang normal
mempengaruhi oksigenasi jaringan:
a. Bayi Prematur.
b. Bayi dan Todler.
c. Anak usia sekolah dan remaja.
d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan.
e. Lansia.

- Faktor lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan,
makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang
meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.

- Gaya hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada
tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakitparu.

- Status kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem
kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.
Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi
oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan
dari sel.

- Narkotika

8
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik
analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.

9
- Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu:
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan sel jaringan.

- Perubahan pola nafas


Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan
sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-
kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut
jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi
duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.

- Obstruksi jalan nafas


Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi:
hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti
makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar
atau bila sekresi menumpuk disaluran napas. Obstruksi jalan napas di bagian bawah
melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru.
Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang
kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas
ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

2.5 Patofisiologi

Proses pertukaran gas di pengaruhi oleh ventilas, difusi dan transportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan keparu-paru),
apabila proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat terselur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan napas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mucus.

Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan
menyebabkan ketidakefektifan gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka
kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, reload, dan

10
kontraktilitas, miokard, juga dapat mempengarahi perukaran gas ( Andarmoyo, Sulistyo.
2012).

2.6 Gangguan Atau Masalah Kebutuhan Oksigen

Menurut Ardhiyanti, Y. (2014), gangguan pada kebutuhan oksigenasi dibagi menjadi


beberapa bagian, diantaranya :

1. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh
akibat defisiensi oksigen atau peningkata penggunaan oksigen ditingkat sell, sehingga dapat
memunculkan tanda seperti kulit kebiruan ( sianosis ). Secara umum, terjadinya hipoksia ini
disebabkan oleh menurunnya kadar Hb, menurunnya kadar difusi oksigen dari alveoli
kedalam darah, menurunnya perkusi jaringan atau gangguan ventilasi yang dapat
menurunkan konsentrasi oksigen.
2. Perubahan pola pernafasan

a. Takipnea

Pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24 x/menit. Proses ini terjadi karena paru
paru dalam keadaan atelectasis atau terjadi emboli.
b. Bradipnea

Pola pernafasan yang lambat abnormal, lebih kurang 10x/menit. Pola ini dapat
ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intracranial yang disertai narkotik
atau sedative.
c. Hiperventilasi

Cara tubuh mengkompensasi metabolisme tubuh yang terlampau tinggi dengan


pernafasan yang lebih cepat dan dalam sehingga terjadi peningkatan jumlah
oksigen dalam paru-paru. Proses ini ditandai adanya peningkatan denyut nadi,
nafas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi karbondioksida, dan
lain-lain.
d. Kussmaul

Pola pernafasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam
keadaan asidosis metabolic.
e. Hipoventilasi
11
Upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup pada saat
ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli
dalam penggunaan oksigen. Tidak cukupnya oksigen untuk digunakan ditandai
dengan adanya nyeri kepala, penuruna kesadaran, otot-otot pernafasan lumpuh
koma, depresi pusat pernafasan, serta penurunan compliance paru-paru dan
toraks.
f. Dispnea

Sesak dan berat saat pernafasan. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar
gas dalam darah atau jaringan, kerja berat atau berlebihan, dan pengaruh pskis.
g. Ortopnea

Kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering
ditemukan pada seseorang yang mengalami kongesif paru paru.
h. Cheyne stokes

Siklus pernafasan yang amplitudonya mula mula naik kemudian menurun dan
berhenti, lalu pernafasan dimulai lagi dari siklus baru. Priode apnea berulang
secara teratur.
i. Pernafasan paradoksial

Pernafasan dimana dinding paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan


normal. Sering ditemukan pada keadaan atelectasis.
j. Biot

Pernafasan dengan irama yang mirip dengan cheynes stokes, akan tetapi
amplitudonya tidak teratur
k. Stridor

Pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan saluran pernafasan. Pada


umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea atau opstruksi perukaran gas.
3. Obstruksi jalan nafas

Suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang mengalami ancaman, terkait
dengan ketidak mampuan batukn secara tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh secret
yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, immobilisasi, stasis sekresi, serta batuk
tidak efektif karna penyakit persyarafan seperti cerebro vascular accident (CVA), akibat efek

12
pengobatan sedative, dan lain lain.

4. Pertukaran gas

Suatu kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas, baik oksigen maupun
karbondioksida, antara alveoli paru-paru dan system vascular. Hal ini dapat disebabkan oleh
secret yang kental atau immobilisasi akibat penyakit system saraf, depresi system saraf pusat,
atau penyakit radang paru-paru.
( Andarmoyo, Sulistyo. 2012).

2.7 Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan medis

1. Pemantauan hemodinamika

2. Pengobatan bronkodilator

3. Melakukan tindakan nebulizer untuk membantu mengencerkan sekret

4. Memberikan nasssal kanul dan masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan

5. Penggunaan ventilator mekanik

6. Foto roentgen

7. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi

8. Pemerikasaan sputum BTA

B. Penatalaksaaan keperawartan

1. Latihan nafas

Merupakan cara bernafas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara


pertukaran gas, mencegah atelectasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan dapat mengurangi
stress.
2. Latihan batuk efektif

13
Cara melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan baruk secara effektif untuk
membersihkan jalan nafas (laring, trakea, dan bronkeolus) dari secret atau benda asing.
3. Pemberian oksigen

Tindakan memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernafasan


dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui 4 cara
yaitu, nasal kanul, simple mask, RM, NRM. Pemberian oksigen tersebut bertujuan memenuhi
kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia
4. Fisioterapi dada

Tindakan melakukan postural drainage, clapping, dan vibrating pada pasien dengan
gangguan system pernafasan untuk meningkatkan efisisensi pola pernafasan dan
membersihkan jalan nafas.
5. Pengisapan lendir

Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang idak


mampu mengeluarkan secret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan
untuk membersihkan jalan nafas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.

(Rajab, W & Fauzia. 2012)

2.8 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian Keperawatan

Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :

1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan) Umur pasien bisa menunjukkan
tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan
pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap
pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.

2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST) Keluhan utama adalah keluhan
yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan
pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)

14
3.Riwayat perkembangan

a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt

b. Bayi : 44 x/mnt

c. Anak : 20 ­ 25 x/mntd.

d. Dewasa : 15 ­ 20 x/mnte.

e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun

4. Riwayat kesehatan keluargaDalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga

yang mengalami masalah / penyakitYang sama .

5. Riwayat   sosialPerlu   dikaji   kebiasaan­kebiasaan   klien   dan   keluarganya,   misalnya   :

merokok, pekerjaan,rekreasi, keadaan lingkungan, faktor­faktor alergen dll.

6. Riwayat psikologisDisini perawat perlu mengetahui tentang :

a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya 

b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup

c.Perasaan klien terhadap sakit dan therapy

d.Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapy

7.Riwayat spiritual

8.Pemeriksaan fisik

a. Hidung dan sinus

Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, 

eksudat,darah), kesimetrisan hidung.Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris 

b. FaringInspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak

15
c. TrakheaPalpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah 

padabagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehing

ga kedudukantrakhea dapat diketahui. 

e. Dada

    Inspeksi :

1. Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis 

klavikulanyamenjadi elevasi ke atas. 
2. Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi 

berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero­posterior sama dengan diameter tra

nversal (1:1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero­posterior dan 

tranversal adalah (1 : 2)

Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :

a. Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal sempit, 

diameterantero­posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke depan.
b. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon
chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior mengecil.
Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau
perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya :
a. Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke belakang.
b. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung.
c. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.

3) Pola napas
- eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang,
diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya,
- tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau
bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt
- apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.

4) Kaji volume pernapasan


- hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang ditandai
dengan pernapasan yang dalam dan panjang
- hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang lambat.
16
5) Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut
yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.

6) Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler,
- cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang
diselingi apnea.
- kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu
pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode
apnea.
7) Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang
dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas
hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri
8) Perlu juga dikaji bunyi napas
- stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian
atas
- stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi
- wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul,
- rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat
inspirasi
- ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.

9) Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami


- batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi,
- non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
- hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah

10) Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi
- takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
- bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.Juga perlu dikaji tekanan darah
- hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi
- hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.

Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus. Taktil vremitus adalah vibrasi yang
dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama seseorang berbicara.
Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena
bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar.
(Herdman, T. Heather. 2012)

17
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. Pola napas tidak efektif

3. Gangguan pertukaran gas

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.


Tanda-tandanya :

- Bunyi napas yang abnormal

- Batuk produktif atau non produktif

- Cianosis

- Dispnea

- Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan

Kemungkinan faktor penyebab :


- Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
- Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
- Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
- Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
- Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
- Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di
expektoran
- Immobilisasi
- Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi

2. Pola napas tidak efektif

Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat

Tanda-tandanya :

18
- Dispnea

- Peningkatan kecepatan pernapasan

- Napas dangkal atau lambat

- Retraksi dada

- Pembesaran jari (clubbing finger)

- Pernapasan melalui mulut

- Penambahan diameter antero-posterior

- Cianosis, flail chest, ortopnea

- Vomitus

- Ekspansi paru tidak simetris

Kemungkinan faktor penyebab :

- Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri

- Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat


anasthesi

- Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps


paru

- CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli

- Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi

- Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme
bronchial atau oedema

- Penimbunan CO2 akibat penyakit paru

3. Gangguan pertukaran gas

Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis
19
respiratori.

Tanda-tandanya :

- Dispnea,

- Abnormal gas darah arteri

- Hipoksia

- Gelisah

- Takikardia

- Sianosis

- Hipoksemia

- Tingkat kedalaman irama pernafasan abnormal

Kemungkinan penyebab :

- Penumpukan cairan dalam paru

- Gangguan pasokan oksigen

- Obstruksi saluran pernapasan

- Bronkhospasme

- Edema paru

- Pembedahan paru

(Herdman, T. Heather. 2012)

C. Rencana Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

Inter vensi:

20
a. Auskultasi dada bagian anterior dan posterior

Rasional : untuk mengetahui adanya penurunan atau tidaknya ventilasi dan bunyi tambahan.

b. Lakukan pengisapan jalan napas bila diperlukan

Rasional : Merangsang terjadinya batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada
pasien yang tak mampu batuk secara efektif dan penurunan kesadaran

c. Pertahankan kaedekuatan hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi.

Rasional : memobilisasi keluarnya sputum

d. Instruksikan untuk batuk efektif & teknis napas dalam untuk memudahkan keluarnya
sekresi.

Rasional : memudahkan ekspansi maksimal paru atau jalan napas lebih kecil dan membantu
silia untuk mempermudah jalan napas

e. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,


analgesik

Rasional : Untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.

f. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi :mukolitik, ekspektoran, bronkodilator.

Rasional : untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret

g. Kolaborasi dengan bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain mis
: spiromerti iasentif, perkusi, drainase postural.

Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret

2. Pola napas tidak efektif

a. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi semi fowler

Rasional : Merangsang fungsi pernapasan atau ekspansi paru

b. Bantu klien untuk melakukan batuk efektif & napas dalam

Rasional : Meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas, sehingga mudah untuk dikeluarkan

21
c. Berikan tambahan oksigen masker/ oksigen nasal sesuai indikasi

Rasional : Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan sirkulasi.

d. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian ekspektoran

Rasional : Membantu mengencerkan secret, sehingga mudah untuk dikeluarkan

3. Gangguan pertukaran gas

a. Berikan O2 sesuai indikasi

Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar dan dapat memperbaiki hipoksemia


jaringan

b. Pantau GDA Pasien

Rasional : Nilai GDA yang normal menandakan pertukaran gas semakin membaik

c. Pantau pernapasan

Rasional : Untuk evaluasi distress pernapasan (Herdman, T. Heather. 2012)

BAB III
GAMBARAN KASUS
22
A. INFORMASI UMUM PASIEN

Tanggal Pengkajian : 18-07-2019 Suku Bangsa : Melayu Jawa


Nama Lengkap : Tn. Y Agama : Islam
Umur : 54 tahun Tanggal Masuk : 11-07-2019
Tanggal lahir : 07-09-1964 Hari rawat ke :7
Jenis Kelamin : Lk Dari/Rujukan : RSUD Rokan Hulu
No. MR : 1019535 Penanggung Jawab Biaya : BPJS
Diagnosa Medik : Tumor paru
sinistra+efusi pleura

B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluhkan sesak nafas

C. RIWAYAT PENYAKIT YANG DIDERITA SAAT INI


Pasien mengeluhkan sesak di dada, pasien operasi dan dipasang WSD pasca operasi
sudah 5 hari, WSD repasang disebelah kiri (lobus interior), hari pertama operasi
dikeluarkan caira pleura sebanyak 6 liter, terasa nyeri jika ditekan diarea thorak, perut
terasa nyeri jika ditekan dibagian kuadran 1 dan 2 distensi abdomen, sesak nafas sudah
tiga bulan terkhir dan pasien mengalami berat badan menurun sejak 3 bulan terakhir.

D. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA


Pasien memiliki riwayat perokok 15 tahun, perokok aktif. 1 hari pasien bisa
menghabiskan 1 bungkus rokok.

E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA (GENOGRAM) (3 Generasi)


Tn. Y anak ke 2 dari 6 bersaudara. Tn. Y memilik 4 orang anak. 3laki-laki dan 1
perempuan. Cucu 5 orang, 4 perempuan dan 1 laki-laki.
F. KEADAAN UMUM
 Kesadaran : Compos mentis (sadar penuh)

23
 Tanda-tanda vital (Pukul: 11.48 WIB, 18-07-2019, Kamis)
TD : 124/87 mmHg N : 80x/menit
RR : 18x/menit S : 36,4°C
 Tanda-tanda vital (Pukul: 15.18 WIB, 19-07-2019, Jumat)
TD : 124/87 mmHg N : 75 x/mnit
RR : 19 x/menit S : 37 °C

 Tanda-tanda vital (Pukul: 20.00 WIB, 20-07-2019, Sabtu)


TD : 110/80 mmHg N : 90 x/menit
RR : 22 x/menit S : 36,7 °C

 BB/TB: 40/155 cm LILA : 22 cm (gizi kurang)


IMT : BB/(TB)2
: 40/ 2,4025
: 16,64 (Gizi kurang)

G. PENGKAJIAN HEAD TO TOE

1. Kulit
Inspeksi : kulit terlihat tidak adanya lesi, warna kulit sawo matang, tidak iterik,
tidak pucat,
Palpasi : kulit teraba kasar, kulit teraba hangat, teraba kering, tekstur tidak
elastis, tidak ada edema.
Masalah Keperawatan : Tidak ada

2. Kepala
a. Rambut & Kulit Kepala:
Inspeksi : distribusi rambut merata, tidak ada kebotakan, rambut sedikit kotor,
dan kulit kepala sedikit kotor, warna rambut putih (sedikit beruban),
kulit kepala sedikit berminyak.
Palpasi : tekstur rambut kuat, tidak rapuh, tidak ada lesi, tidak
pembengkakan, tidak nyeri tekan
Masalah Keperawatan : Personal Hygien

a. Mata:
Inspeksi : mata terlihat bersih, mata terlihat bulat, konjunctiva terlihat tidak
anemis, kelopak mata normal, mata terlihat simetris, alis mata sedikit,
bulu mata sedikit, sclera kornea tampak pembuluh darah, sclera

24
sedikit iterik, pupil mengecil jika di senter, tidak menggunakan kaca
mata atau lensa kontak.
Palpasi : tidak ada masa di mata, terba kelenjar lakrimal di bola mata
Masalah Keperawatan : Tidak ada

c. Telinga:
Inspeksi : telinga terlihat simetris, telinga terlihat bersih, telinga terlihat tidak
adanya lesi, ukuran telinga terlihat normal, kesejajaran pinna dengan
katus mata, tidak ada menggunakan alat bantu dengar, tidak ada
massa, membran timpani utuh.
Palpasi : telinga teraba tidak adanya edema, tidak adanya nyeri tekan aurikuler,
tidak adanya nyeri tekan tragus.
Masalah Keperawatan : Tidak ada

d. Hidung:
Inspeksi : bentuk hidung terlihat agak mancung, hindungnya terlihat simetris,
tidak adanya discharge, tidak adanya pendarahan, deviasi deptum
hidung simetris.
Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan, tidak adanya tegang pada sinus
Masalah Keperawatan : Tidak ada

e. Mulut:
Inspeksi : bibirnya simetris, warna mukosa mulut hitam,karena pasien perokok
aktif, lidah terlihat bersih, gigi terlihat rapi, tidak adanya edema, tidak adanya
pendarahan, tidak adanya lesi, tidak ada inflamasi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3. Leher:
Inspeksi : warna kulit leher sama dengan warna kulit yang lainnya, integritasnya
normal, lehernya simetris, kulit leher terlihat tidak adanya lesi, kulit
leher bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak adanya nyeri kelenjar tiroid, jvp 5+2 cm
H2O titik tertinggi pulpasi
Masalah Keperawatan : Tidak ada

4. Dada
a. Paru-Paru
Inspeksi : dada simetris, postur normal, pola napas takipnea, pasien merasa
sesak, tampak terpasang WSD disebelah kiri interior
Palpasi : nyeri tekan pada dada didaerah thorax,getaran taktil fremitus pada
paru kiri lebih brendah dari sebelaah kanan
Perkusi : pembengkakan pada hepar, perkusi paru kiri terdengar suara
dullness pada ICS IV.
25
Auskultasi : vesikuler, ronki basah, suara pectorilaquy (peningkatan
resonansi suara melalui striktur paru paru) karena ada efusi
pleura.
Masalah Keperawatan : bersihan jalan napas tidak efektif dan nyeri

b. Jantung
Inspeksi : retraksi dinding dada normal
Palpasi : denyutan teraba di daerah aorta, area pulmonal, area katup,
trikuspidalus dan area katup mitra, JVP : 5+2 cm H2O titik tertinggi
pulpasi
Perkusi : bunyi ICS 2-4 normal
Auskultasi : S1 dan S2 normal, murmur
Masalah Keperawatan : Tidak ada

5. Payudara dan Aksila:


Inspeksi : warna kulit sawo matang, payudara simetris, di a()ksila tidak ada
masa, terdapat rambut di aksila, tidak ada lesi dan eksudat, payudara
tampak bersih dan aksila
Palpasi : dibagian dada payudara jika ditekan sakit dibagian dada kiri karena
bagian dada kiri terpasang WSD
Masalah Keperawatan : nyeri akut

6. Tangan:
Inspeksi : keelastisan kulit berkuran karena pasien sudah tua, kuku tampak
kotor, warna kulit tangan sawo matang, tidak ada edema, tidak ada
masa, tidak ada vena varises
Palpasi : CRT 2 detik, permukaan kulit tangan kasar, tugor kulit berkurang
tidak elastis, kekuatan otot menggenggam normai
Masalah Keperawatan : Tidak ada

7. Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak simetris, warna kulit abdomen sawo matang, tidak a
da lesi, tidak ada masa, tidak ada kelainan umbilikus
Auskultasi : bising usus 10 kali permenit
Perkusi : pada hari pertama pengkajian, abdomen terasa keras ketika perkusi
terdengar gembung seperti adanya angin
Palpasi : nyeri tekan pada area abdomen di kuadran 1 dan 2, kras saat di tekan
Masalah Keperawatan : nyeri akut

8. Genitalia dan Perkemihan:


Inspeksi : pasien tidak bersedia untuk diperiksa
Palpasi : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada

26
9. Rektum dan Anus:
Inspeksi : pasien tidak bersedia untuk diperiksa
Palpasi : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada

10. Kaki:
Inspeksi : kuku tampak kotor, tidak adanya fermonitas, warna kulit sawo
matang, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada pembengkakan, tidak
ada massa, tidak varises vena.
Palpasi : tugor kulit tidak elastis, suhu akral teraba hangat, CRT 2 detik, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada lesi, tidak ada edema
Masalah Keperawatan : Tidak ada

11. Punggung:
Inspeksi : bentuk tulang belakang normal , tidak ada kelainan seperti lordosis,
kifosis dan skoliosis, tidak ada dekubitus, tidak ada massa, tidak ada
lesi, tidak ada edema
Palpasi : tulang punggu teraba utuh, tidak adanya tonjolan abnormal, kulit
terba lembab karena pasien beraktifitas di tempat tidur
Masalah Keperawatan : Tidak ada

H. POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR


Pasien dapat beristirahat dan tidur tidak terganggu. Pasien cukup tidur. Tidur pasien lebih
kurang 6 jam per hari.

I. POLA AKTIVITAS HARIAN (ADL)


Pasien beraktifitas di tempat tidur karena pasien terpasang WSD

J. CAIRAN, NUTRISI ELIMINASI


1. Intake Oral/Enteral
18-07-2019 pada pagi hari Tn. Y makan ¼ dari 1 piring yang disediakan dari rumah
sakit, makan bubur sumsum 1/3 gelas. Dan terpasang infus stripi
2. Output
Melalui keringat
3. Eliminasi
18-07-2019 Tn Y minum 1 liter sampai 2 liter . BAK 1 hari 6 kali, BAB 2 hari
sekali, normal tidak cair

K. PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
Pasien tidak merasakan gangguan psikologis, pasien tidak merasa ketakuan berhadapan
dengan orang banyak, pasien banyak berdoa untuk kesembuhannya.

27
L. PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS
a. Bisep : Refleks yang di hasilkan fleksi
b. Trisep : tidak dilakukan karena pasien terpasang WSD
c. Brakioradialis : fleksi jari dan supinasi pergelangan tangan
d. Patela : tidak dilakukan karena pasien bed rest
e. Achilles : tidak dilakukan karena pasien bed rest
f. Babinski : negativ

28
M. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan Hematologi ( 16-)


Darah lengkap
- Hemoglobin 12,7% g/dL (14,0 – 18,0) = Rendah

- Leukosit 8,59% 10’3/Ul (4,80 – 10,80) = Normal

- Trombosit 372 10’3/uL (150-450) = Normal

- Eritrosit 4,87 10’/uL (4,70-6,10) = Normal

- Hematoknit 40,0% (42,0 – 53,0) = Rendah

- MCV 82,1 FL (79,0 – 99,0) = Normal

- MCH 26,1 P (27,0 – 31,0) = Rendah

- MCHC 31,8 g/dL (33,0 – 37,0) = Rendah

- PPW – CU 13,6% (11,5 – 14,5) = Normal

- PPW – BD 40,4 PL (35,0 – 47,0) = Normal

- PDW 9,5 FL (9,0 – 13,0) = Normal

- MPV 9,2 FL (7,2 -11,1) = Normal

- P-LCR 18,5% (15,0 – 25,0) = Normal

2. Pemeriksaan Mikrobiologi (TANGGAL)

Sputum BTA :
- Specimen sputum

- Pewarnaan ziehl – Negative

Neeisen

3. Pemeriksaan Kimia Klinik :

29
- Ureum 6,0 mg/Dl (12,8 – 42,8) = Rendah

- Kreatinin 0,64 mg/Dl (0,55 – 1,30) = Normal

4. Pemeriksaan CT-Scan Thorax tanpa dengan kontraks: (16-07-2019)

Tampak gambaran massa padat, bentuk bulat, batas tidak tegas, dinding irregular dengan
ukuran 6,77 x 5,51 x4,35 cm pada peri hilar sinistra
Pada pemberian kontraks tampak enhancement tidak homogeny.
Tampak infiltrate pada sacitar massa.
Massa mendasak pada bronkus utama sinistra segmen inferior,tampak gamabaran
pembesaran kelenjar limfe peri bronkial dekstra dan sinistra, tampak pleura effusion pada
paru dextra, pada pemberian kontraks tampak enhanced.

Kesan = tumor paru sinistra supect malignat


Ec = suspect CA paru sinistra
T4 N3 M1b
Stadium IV A

5. Dilakukan BC (bronkoskopi) (17-07-2019)


hasil = 1. Plika vokalis = orifisium terbuka, mukosa licin, tidak hiperemis.
2. Trakea = orifisium terbuka, mukosa licin, tidak hiperemis
3. Karina = lancip, mukosa lucun, tidak hiperemis.
4. BUKA = orifisium terbukam mukosa licin, tidak hiperamis
5. LMKA = orifisium terbukam mukosa licin, tidak hiperamis
6. LBKA = orifisium terbukam mukosa licin, tidak hiperamis
7. BUKI = orifisium terbukam mukosa licin, tidak hperamis
8. LAKI = stenosis infiltrative, mukosa irregular, hiperamis
9. LINBULA = orifisium terbukam mukosa licin, tidak hperamis
10. LBKI = orifisium terbukam mukosa licin, tidak hperamis

M. Info tmb dilakukan bilasan bronkus

N. Kesimpulan = stenosis infiktratif di LAKI

O. Saran = sitology PA bilasan bronkus peradangan saluran nafas


30
P. MEDIKASI OBAT
N NAMA OBAT RUTE DOSIS INDIKASI KONTRA
O INDIKASI
1. (19-07-2019) Oral -asidosis
-Ontrolled retease -tablet10 mg -Memilihara hipokalemia
-Capsule, Acetylo -capsule 1 kesehatan hati -hipersensivitas
- Tablet Curcuma - 1 tablet -
PTC Sore, Sesudah Memperbaiki
makan nafsu makan

2. ( 19-07-2019) Dry -vial 40mg -Mengatasi -Hipersensitivit


-Omeprazole sodium injeksi tukak lambung as
(lyophilized) iv dan usu, serta
reflux
esofagitis

3. (20-07-2019) Dry -vial 40mg -Mengatasi


-Omeprrazole injeksi tukak lambung -
sodium IV dan usu, serta Hipersensitivita
- Paracetamol -3 x 500mg reflux s
esofagitis
-meredakan -meredakan
sakit kepala sakit kepala
nyeri dan meredakan
demam demam

31
ANALISA MASALAH

N Data Ettiologi Masalah keperawatan


O
DS: Tumor paru Ketidakefektifan bersihan
1 - Pasien jalan nafas
mengeluhkan sesak
- Pasien megatakan
Adanya bendungan cairan
sudah 15 tahun
dalam rongga pleura
merokok, 1 hari
merokok1 bungkus.

hambatan reabsorsi, cairan


DO:
dari rongga
- TTV pada tanggal
18-07-2019
RR : 18 x/menit
S : 36,5o efusi pleura
N : 88 X/menit
TD : 106/68 mmHg
- Nyeri tekan pada
area dada kiri terjadi peradangan pada
- Batuk berdahak dan
rongga pleura
kental
- Dx medis tumor
paru sinistra dan
hipersekresi mucus
efusi pleura
- Hasil Lab :
Pemeriksaan CT-
Scan Thorax tanpa
secret tertahan di jalan nafas
kontraks:
- Kesan :Tumor paru
sinistra suppect
ronchi basah
malignat
- Ec: Suspect CA
paru sinistra

32
- T4 N3 M1b Ketidakefektifan bersihan
- Stadium 4A
jalan nafas
- Pemeriksaan BC:
- Kesimpulan :
stenosis infiktratif
di LAKI
- Saran : sitology PA
bilasan bronkus
peradangan saluran
nafas
- Pemeriksaan
Sputum BTA:
- Pewarnaan zielh
neeisen ( negative )

DS :
- Pasien mengatakan
selera makan
berkurang
- Makan sedikit
- Akhir-akhir ini
berat badan
2 rokok dan polusi Ketidak seimbangan :
menurun
nutrisi kurang dari
DO:
tumor paru kebutuhan tubuh
- Hasil penghitungan
IMT : 16,64
- LILA : 22 cm ulserasi bronkus
- BB : 40 Kg
- TB: 55 cm
- Nyeri tekan di reaksi radang pada bronkus
abdomen kuadran 1
dan 2 penumpukan secret
- Kram abdomen

batuk

anoreksia
33
intake menurun
DS:
- Pasien mengatakan Ketidak seimbangan : nutrisi
sakit nyeri jika kurang dari kebutuhan tubuh
ditekan di area
abdomen/tengah
- Pasien mengatakan
nyeri dibagian dada
kiri karena
terpasang WSD
3 Tumor paru sinistra Nyeri akut
DO:
- Dx medik tumor
Adanya bendungan cairan
paru sinistra dan
alam rongga pleura
efusi pleura
- TD : 106/87 mmHg
Hambatan reabsorsi, cairan
N : 88 x/menit
dari rongga
S : 36,7oC
RR : 24 x/menit
- Nyeri tekan pada Efusi pleura
dada kiri
- Nyeri pada
Terjadi perdangan pada
abdomen
rongga pleura
- Skala nyeri 3-4
mengganggu
Akumulasi cairan dalam
aktivitas
- Aktivitas pasien di kavum
tempat tidur
Pemasangan WSD

Thorakdrains bergeser

Meransang reseptor nyeri


pada pleura viseralis dan
perietalis

34
Nyeri akut

O DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (0031) berhubungan dengan mucus berlebihan,
perokok, ditandai dengan perubahan pola nafas, perubahan frekuensi nafas, batuk
berdahak.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutihan tubuh (00002) berhubungan dengan
faktor biologis ditandai dengan nyeri abdomen, keram abdomen, berat badan 20% lebih
dibawah rentan normal, RDA, kurang minta pada makanan, penurunan berat badan.
3. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan perubahan
selera makan, ekspresi wajah nyeri, perubahan aktifitas, keluhan karekteristik nyeri
dengan mengguanakan standar instrumen nyeri

35
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien: Tn. Y


Ruang: Jasmine
No.MR: 10191535

N Diagnosa NOC NIC


O
1 Ketidakefektifan 1. status pernafasan : 1. manajemen jalan nafas
bersihan jalan nafas kepatenan jalan nafas
(00031) (0410).

Definisi: Def: saluran trakea bronkia Definisi: ketidakmampuan


ketidakmampuan yang terbuka dan lancar untuk membersihkan
membrsihan sekresi atau untuk pertukaran udara. skresi/ opstruksi dari
opstruksi dari saluran saluran nafas untuk
nafas untuk Kriteria hasil: mempertahankan bersihan
mempertahankan - frekuensi nafas jalan nafas.
bersihan jalan nafas. pernafasan
dipertahankan pada (1) Aktivitas :
Berhubungan dengan berat, keringan (4) - posisikan pasien untuk
- kemampuan untuk
mucus berlebihan, memaksimalkan
mengeluarkan sekret
perokok. ventilasi (N)
dipertahankan pada (1 - identifikasi kebutuhan
– 4) aktual/potensial pasien
Ditandai dengan:
- ansietas (1-4)
untuk memasukkan alat
- perubahan pola - pernafasan cuping
pembuka nafas (N)
nafas hidung (1-4)
- lakukan fisiotrapi dada
- perubahan frekuensi
akumulasi sputum (1-4)
(N)
nafas
- instruksikan batuk
- batuk berdahak
efektif (E)
berwana hijau
- auskultasi suara nafas
- cuping hidung (+)
catat area ventilasi
menurun atau tidak

36
adanya suara tambahan
- lakukan penyedotan
melalui
endrotrake/nasul trakea
sebagaimana mestinya
(N)
- berikan air hangat (N)

2 Ketidak seimbangan 1. Status nutrisi : asupan 1. Manajemen gangguan


nutrisi : kurang dari makanan dan cairan (1009) makan (1030)
kebutuhan tubuh (00002)

Definisi : asupan nutrisi Definisi : asupan gizi untuk Definisi : pencegahan dan
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan perawatan terhadap
memenuhi kebutuhan metabolik pembatasan diet ketat.
metabolik.

Berhubungan dengan Kriteria hasil : Aktivitas:


faktor biologis - Asupan kalori (1-5) - Kolaborasi dengan tim
- Asupan protein (1-5)
kesehatan (C)
- Asupan lemak (1-5)
- Ajarkan dan dukung
Batasan karakteristik : - Asupan karbo (1-5)
- Asupan serat (1-5) konsep nutrisi yang
- Nyeri abdomen
- Asupan vitamin (1-5)
- Kram abdomen baik (E)
- Asupan mineral (1-5)
- Berat badan 20% - Monitor asupan makan
- Asupan zat besi (1-5)
lebih dibawah - Asupan kalsium (1-5) tiap hari (O)
- Asupan nutrium (1-5) - Observasi klien selama
rentang berat
dan setelah makan
badan ideal
- Kurang minat ringan untuk
pada makanan mengalirkan bahwa
- Penurunan berat
intake yang cukup
badan
2.Nafsu makan (1014) dipertahankan (O)
- Berikan dukungan
terhadap peningkatan
Definisi : keinginan untuk
berat badan (N)
makan berkurang

37
Kriteria hasil :
- Hasrat keinginan untuk
makan (1-5)
- Energi untuk makan (1-
5)
Rangsangan untuk makan
(1-5)
3 Nyeri akut (00132) 1) Kontrol nyeri (1605) Manajemen nyeri (1400)

Definisi : pengalaman Definisi : tindakan pribadi Definisi :


sensori dan tidk untuk mengontrol nyeri. pengurangan/redukasi nyeri
menyenangkan berkaitan Dilakukan 2 x 24 jam sampai pada tingkat
dengan kerusakan kenyamanan yang dapat
jaringan aktual/potensial Kriteria hasil : diterima oleh pasien
yang digambarkan - Kaji nyeri
sebagai kerusakan yang (karakteristik, durasi Aktivitas:
tiba-tiba/ lambat dengan dan kurasi) - Berikan informasi
intensitas ringan hingga - Kaji verbal dan non mengenai nyeri seperti
berat dengan dengan verbal nyeri klien penyebab (E)
- Kaji nyeri
berakhirnya dapat
(karakteristik, durasi,
diatasi/diprediksi dengan 2) kepuasan klien :
lokasi)
durasi kurang dari 3 manajemen nyeri (3016)
Anjurkan klien gunakan
bulan Dilakukan 2 x 24 jam
teknik relaksasi misalnya,
visualisasi, imajinasi, dan
Berhubungan dengan Kriteria hasil :
teknik distraksi
agens cedera biologis - Nyeri terkontrol (1-3)
- Batasan karakteristik - Tingkatan nyeri di
: pantau (1-3)
- Perubahan selera - Mengambil tindakan
makan untuk mengurangi
- Ekspresi wajah nyeri nyeri (1-3)
- Perubahan aktivitas - Memberikan pilihan
- Keluhan tentang
untuk memberikan
karakteristik nyeri
tindakan nyeri (1-3)
dengan - Memberikan informasi

38
menggunakan tentang batasan fisik
standar instrumen (1-3)
nyeri - Tindakan preventif untuk
manajemen nyeri (1-3)

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien: Tn Y
Diagnosa Medis: tumor paru sinistra + efusi pleura
Ruang Rawat: Jasmine

Hari/Tgl/Ja Diagnosa IMPLEMENTASI SOAP TTD


m
18-07-2019 (1). - mengatur posisi (21.00 WIB)

39
(11.30 WIB) Ketidakefektifan kepala semi fowler S : Pasien mengatakan
bersihan jalan - pemasangan nyeri pada
nafas (00031) oksigen nasal kanul pemasangan WSD,
4 liter sesak nafas
- cek kesadaran O : kesadaran: CM
- perawatan GCS 15 E4V5M6
trakeostomi Infus stripi,
- menilai GCS TTV :
- cek TTV TD : 124/87
mmHg
S : 36,4OC
RR : 18 x/menit
N : 80 x/menit
Terpasang WSD
500cc/shif
A : gangguan rasa
nyaman nyeri
P : Hasil LPA BC 26
A- 19

19-07-2019 (2). Ketidak - Monitor asupan (21.00 WIB)


(15.30 WIB) seimbangan makan setiap hari S : Pasien mengatakan
nutrisi : kurang pada pasien tidak selera makan
dari kebutuhan - Memberikan dikarenakan
tubuh (00002) dukungan terhadap lingkungan sekitar
peningkatan berat O: kesadaran : CM
badan TD : 124/87 mmHg
- Mengajarkan N : 75 x/menit
konsep nutrisi S : 37oC
- memberikan RR : 19 x/menit
relaksasi pada pasien A: masalah teratasi
sebagian
P: intervensi di
lanjutkan

40
20-07-2019 (3). Nyeri akut. - Mengatur bed (21.00 WIB)
(19.00 WIB) Gangguan rasa 15o-30o S: pasien mengatakan
- Pemasangan
nyaman nyeri nyeri pada pemasangan
oksigen
invansi pleura WSD
- Cek kesadaran
adanya WSD. - Cek TTV O: kesadaran: CM
- Menilai GCS
GCS : 15
- Ganti cairan
Infus terpasang IV
infus
plus
TD:110/80 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,7oC
RR : 24 x/menit
Skala nyeri: 3-4
A: gangguan rasa
nyaman nyeri
P: WSD dialirkan
Hasil PA BC 26-07-
2019

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Kasus


Kami mengkaji Tn. Y, Diagnosa medic Tn. Y adalah tumor paru sinistra + efusi
pleura, Dari kasus tersebut kami mengangkat diagnose yang paling actual adalah Ketidak
efektifan bersihan jalan napas karena berhubungan dengan mucus yang berlebihan dan di
tandai dengan perubahan pola napas, batuk berdahak dan perubahan frekuensi napas hal ini

41
dikarenakan jalan nafas yang tidak efektif dikarenakan terdapat banyak cairan pleura yang
menumpuk di paru-paru.
Sehingga pola napas terganggu, Hal ini berkaitan dengan Oksigenasi karena Bila ada
gangguan pada salah satu organ system respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami
gangguan. Seringkali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses
pernafasan dianggap sebagai suatu yang biasa biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan
seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya
sumbatan pada saluran pernafasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sisem pernafasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ system respirasi, maka kebutuhan
oksigen akan mengalami gangguan. Sserjngkali individu tidak menyadari terhadap
pentingnya oksigen. Proses pernafasan dianggap sebagai suatu yang biasa biasa saja. Banyak
kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
42
oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernafasan. Pada kondisi ini, individu
merasakan pentingnya oksigen.

Selain oksigen, keberlangsungan fungsional tubuh juga dipengaruhi oleh


keseimbangan asam basa. Keseimbangan asam basa dipertahankan oleh tubuh melalui
berbagai mekanisme tubuh. Pada kondisi yang asidosis atau alkalosis, tubuh banyak
mengalami gangguan.

5.2 Saran
Sebagai perawat harus mempelajari tentang kebutuhan dasar manusia untuk diterapkan
dalam praktik keperawatan. Sebagai mahasiswa keperawatan kita harus mengetahui
kebutuhandasar dari pasien karena ini merupakan hal yang mendasar yang harus dipenuhi.
Kita juga bisa memprioritaskan kebutuhan yang mana harus dipenuhi terlebih dahulu
disamping kebutuhan kebutuhan dasar lainya.

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal keperawatan tentang asuhan keperawatan pada kebutuhan oksigenasi, Volume 3, no


2, Fakultas ilmu kesehatan UMP, (2014)
Rajab, W & Fauzia. (2018). Konsep dasar keterampilan kebidanan. Malang: Wineka Medika
Mubarak, W.I. (2009). Buku ajar kebutuhan manusia: teori dan aplikasi praktik
keperawatan. Jakarta : EGC

43
Tuwarto & Wartonal (2009). Kebutuhan dasar dan proses keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
Salemba Medika
Ambarwati, Fitri, R. (2014). Konsep kebutuhan dasar manusia. Yogyakarta : Dua Satria
Ofset.
Herdman, T. Heather. (2012). Nanda internasional: Diagnosis keperawatan, Definisi dan
klasifikasi. Ali bahasa made sumarwati. Jakarta: EGC
Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Kebutuhan dasar Manusia (Oksigenasi). Tangerang : Graha
Ilmu
Hidayat A.A. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Salemba Medika.
Febriyanti, W.T. (2017). E-jurnal keperawatan (e-kep), Volume 5, No. 1, Program Studi Ilmu 

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Arief, B. dkk (2015). Jurnal keperawatan terapan, Volume 1, No. 2, Poltekkes Kemenkes 

Malang

44

Anda mungkin juga menyukai