Anda di halaman 1dari 28

RINGKASAN MATERI FISIKA

KESEIMBANGAN DAN DINAMIKA BENDA TEGAR


1. Pendahuluan
Dalam kehidupan banyak dijumpai aplikasi keseimbangan benda tegar, mulai dari sistem
keseimbangan, hukum kekekalan momentum sudut, dan berbagai macam pengaturan titik berat.
Gambar di bawah ini ditunjukkan beberapa contoh aplikasi dalam dunia teknologi maupun dalam
kehidupan sehari-hari tentang keseimbangan benda tegar.

Gambar 1a) Gambar 1b)


Tim akrobat membentuk sistem keseimbangan dengan Seorang peloncat indah bergerak memutar dengan
mengatur titik berattitik berat sistem mengatur momen inersia tubuh

Gambar 1c) Gambar 1d)


Seorang pemikul buah harus mengatur keseimbangan Tim akrobat anak-anak membangun sistem
beban depan dan belakang terhadap pundak keseimbangan dengan mengatur posisi titik berat

Gambar 1e)
Gambar 1f)
Konstruksi sebuah bangunan penuh dengan analisis
Agar terhindar dari jatuh, pesilat yang sedang
keseimbangan benda tegar
bertarung selalu mengatur posisi titik berat tubuh.

Untuk mengetahui lebih detail, selanjutnya kita akan mempelajari dan mencermati bagaimana
konsep dan prinsip-prinsip dasar sistem keseimbangan benda tegar, dari cara menghitung momen
gaya, menganalisis keseimbangan sistem benda tegar, menghitung momen inersia benda, serta
konsep dasar hukum kekekalan momentum sudut dan aplikasinya dalam kehidupan.

2. Konsep Momen Gaya dan Momen Inersia


2.1. Momen gaya ( Torsi )
Di kelas X sudah pernah dibahas tentang konsep gaya, yaitu besaran yang menyebabkan perubahan
gerak translasi. Artinya dengan adanya pengaruh gaya benda yang tadinya diam menjadi bergerak,
atau yang tadinya bergerak lurus beraturan menjadi bergerak lurus dipercepat, atau yang tadinya
benda bergerak lurus beraturan menjadi bergerak diperlambat beraturan. Selanjutnya di sini akan
diperkenalkan besaran besaran lain yang identik dengan gaya pada gerak translasi yang disebut
halaman1
dengan “momen gaya” atau sering disebut juga “momen torsi” atau cukup disebut “torsi”. Apa
pengaruh momen gaya terhadap benda ?
Lain halnya dengan gaya, kalau gaya berpengaruh terhadap gerak translasi, maka momen gaya
berpengaruh terhadap gerak rotasi. Benda yang mendapatkan momen gaya, tadinya benda diam
menjadi berotasi, atau benda yang tadinya berotasi dengan kecepatan sudut kecil menjadi berotasi
dengan kecepatan sudut semakin besar atau sebaliknya. Jadi pada prinsipnya gaya berpengaruh
terhadap gerak translasi sedangkan momen gaya berpengaruh terhadap gerak rotasi.
Ketika seorang anak membuka pintu rumah (lihat gambar 2),
berarti anak tersebut memberikan momen gaya pada daun
pintu sehingga daun pintu berputar pada porosnya.
Semakin besar momen gaya yang diberikan, semakin mudah
daun pintu itu dibuka
Diskusikan :
Cermati dan cobalah, apa faktor yang mempengaruhi
kemudahan anak membuka pintu (sebutkan tiga faktor!)
Dari pengalaman yang anda dapat, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kemudahan dalam membuka pintu
Gambar 2) (mempengaruhi besar kecilnya momen gaya), yaitu :
-
Seorang anak yang sedang membuka pintu Jarak antara tempat daun pintu ditekan tangan, dengan
berarti memberikan momen gaya terhadap daun
pintu
poros tempat berputarnya pintu (d)

-
Besarnya gaya tekan tangan terhadap daun pintu (F)
-
Sudut antara arah gaya tekan tangan terhadap daun pintu () ( (semakin tegak arah gaya tekan
terhadap daun pintu, semakin mudah pintu dibuka).
Untuk membahas secara matematis tentang besar momen gaya, dapat diikuti penjelasan berikut.
Momen gaya (torsi) adalah merupakan hasil “perkalian vektor”
F
antara vektor posisi (r) dengan vektor gaya (F). Jika momen gaya
diberi notasi , maka berdasarkan definisi momen gaya, maka
d vektor momen gaya dapat ditulis  = r x F atau besar momen
O gaya dapat ditulis sebagai  = F.r sin . (kalau di SMP r.sin
Gambar 3) diberi simbul d atau lebih dikenal dengan lengan gaya). Jika  =
Sebuah batang diputar dengan gaya F dengan 90o, maka r sin  = d, sehingga momen gaya dapat ditulis
poros yang berjarak d terhadap F
sebagai berikut :

 = F.d ............................................................. 1)

Dalam hal ini,


 : besar momen gaya atau torsi terhadap poros O, dalam satuan Nm, atau dyne cm.
F : gaya yang bekerja dalam satuan newton (N), atau dyne
d : jarak antara poros putar (O) lengan torsi atau lengan momen gaya , yaitu panjang garis dari titik
poros ke garis kerja gaya F ( dalam hal ini d = r sin)

Catatan penting:
-
Momen gaya bertanda positip, jika memutar searah jarum jam dan sebaliknya.
-
Yang dimaksud dengan garis kerja gaya F adalah garis perpanjangan dari vektor gaya F
-
Yang dimaksud dengan jarak antara porors O ke garis kerja gaya F adalah garis yang ditarik
dari poros O tegak lurus garis kerja gaya F.
poros F Perhatikan !
r titik tangkap gaya F Jarak poros ke garis kerja gaya
bukan r, melainkan d, atau d =
d  r.sin

garis kerja gaya


-
Jumlah momen gaya dari beberapa gaya terhadap titik tertentu = momen gaya dari resultan
beberapa gaya tersebut terhadap titik tersebut, atau F 1.d1 + F2.d2 + F3.d3+ ...dst = R.d
-
Bagimana menentukan arah vektor momen gaya ? Ingat kembali materi tentang perkalian
vektor antara dua vektor di kelas X semester 1
-
Arah vektor momen gaya sesuai dengan aturan tangan kanan (ingat cara menentukan arah
gaya Lorentz di SMP kelas IX)

halaman2
Contoh 1:
F1 = 4 N Persegi panjang ABCD panjangnya 8 cm dan lebar 6
cm. Tiga gaya masing-masing besarnya 4 N. F1
F2= 4 N
A B bekerja di titik A, F2 bekerja di B, dan F3 bekerja di C
dengan arah seperti pada gambar. Hitung :
E a) Momen gaya F1 terhadap titik B
F3 = 4 N b) Momen gaya F1 terhadap titik E
c) Momen gaya F2 terhadap titik C
d) Momen gaya F2 terhadap titik E
D C e) Momen gaya F3 terhadap titik C
f) Momen gaya F3 terhadap titik A
Penyelesaian :
Diketahui :
F1 = F2 = F3 = 4 N dengan arah seperti pada gambar
Ditanyakan :
a) (1)B = ... ?
b) (1)E = ... ?
c) (2)C = ... ?
d) (2)E= ... ?
e) (3)C = ... ?
f) (3)A = ... ?
Jawab :
Perhatikan gambar di bawah !
F1 = 4 N
A K B F2 = 4 N

dKE G
dLA E a) Momen gaya F1 terhadap titik B searah jarum jam
dHE dGC dBC
H  tanda positip
 L
F3 = 4 N (1)B = F1.dAB = 4.(8.10-2)=32.10-2 Nm

D
b) Momen gaya F1 terhadap Ctitik E searah jarum jam  tanda posit
(1)E = F1.dHE = 4.(4.10-2)=16.10-2 Nm
c) Momen gaya F2 terhadap titik C searah jarum jam  tanda positip
 (2)C = F2.dBC = 4.(6.10-2)=24.10-2 Nm
d) Momen gaya F2 terhadap titik E searah jarum jam  tanda positip
 (2)E= F2.dKE = 4.(3.10-2)=12.10-2 Nm
e) Momen gaya F3 terhadap titik C searah jarum jam  bertanda positip 
(3)C= F2.dGC = 4.(DCsin)= 4.(8.10-2.sin)  berapa sin  ?
Untuk menghitung sin , perhatikan segitiga BCD !
BC BC 6
sin      0,6
BD BC 2
 CD 2
6 2
 82   
(3)C= F2.dGC = 4.(DCsin)= 4.(8.10 .0,6) -2

= 1,92.10-2 Nm
f) Momen gaya F3 terhadap titik A memutar berlawanan arah jarum jam  tanda negatip  (3)LA
= - F3.dLA = 0 = - F3.ADsin   berapa sin  ?
Untuk menghitung sin , perhatikan segitiga ABD !
AB AB 8
sin      0,8
BD BC 2
 CD  2
6 2
 82   
Jadi (3)LA = - F3.ADsin = - 4.(6.10 ).0,8 -2

= - 1,92.10-2 Nm f1 = 200 N
N1 = 100 N
Contoh 2
Sebuah tangga sepanjang 4 m dengan massa
40 kg. (g = 10 m/s2) bersandar pada dinding
kasar dengan sudut kemiringan 53o. Jika gaya
gesek dinding terhadap tangga f 1 =200 N, gaya
gesek lantai terhadap tangga f2= 100 N, gaya N2 = 200 N
normal dinding terhadap tangga N 1 = 100 N, w
dan gaya normal lantai terhadap tangga N 2 = O 53o

f2 = 100 N
halaman3
200 N, hitung jumlah momen gaya yang
bekerja pada tangga terhadap titik O!

Penyelesaian :
Diketahui :
Perhatikan gambar di bawah!
AB = 4 m
f1 = 200 N Ditanyakan :
Jumlah momen gaya terhadap titik O
A N1 = 100 N
Jawab :
-
Momen gaya f1 terhadap titik O 1= f1.d1 = 200.0 = 0 (sebab
d1 : jarak garis kerja gaya f1 terhadap titik O = 0)
-
Momen gaya f2 terhapap titik O 2= f2.d2 =100.0 = 0 (sebab
d2 : jarak garis kerja gaya f2 terhadap titik O = 0)
-
N2 = 200 N Momen gaya N1 terhadap titik O memutar benda searah
W = 400 N
jarum jam  3 : positip
O C 53o B  3= N1.dAO=100.ABsin53 = 100.4.0,8 = 320 Nm

f2 = 100 N
dCO
-
Momen gaya N2 terhadap titik O memutar benda berlawanan arah jarum jam  4 : negatip
 4= N2.dBO= - 200.ABcos53 =- 200.4.0,6 = - 480 Nm
-
Momen gaya berat w terhadap titik O memutar benda searah jarum jam  5 : positip
 5= w.1/2 .OB = w.1/2.AB.cos53 = 400.1/2.4.0,6 =480 Nm

Contoh 3
F3 = 25 N
Tiga buah gaya masing-masing F1 = 15 N, F2 = 25 N, dan F3 = 30 F = 15 N
1
N dengan arah seperti pada gambar di samping. Jika diketahui
AB = 5 cm,dan BC = 10 cm, tentukan besar dan kedudukan A B C
titik tangkap resultan dari ketiga gaya tersebut diukur
terhadap titik A ! F2 = 30 N

Penyelesaian :
Diketahui :
F1 = 15 N
F2 = 30 N
F3 =25 N
AB = 5 cm
BC = 10 cm
Ditanyakan :
- R = ... ?
- Jarak R terhadap A = ... ?
Jawab
R = F1 + F2 + F3  R = 15 – 30 + 25 = 10 N (arah ke atas )
Misalnya kedudukan titik tangkap resultan (R) berjarak X terhadap titik A seperti gambar
berikut.
R Ingat Ketentuan :
F3 = 25 N -
F1 = 15 N jumlah momen gaya dari ketiga gaya F1, F2, dan F3
terhadap titik A = momen gaya dari resultan gaya
A B C (R) terhadap titik A.
-
Momen gaya yang memutar benda searah jarum
F2 = 30 N jam bertanda positip dan momen gaya yang
memutar berlawanan arah jarum jam bertanda
X negatip.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka berlaku :


 F1.0 + F2.AB – F3.AC = - R.x
 0 + 30.5 – 25.(5+10) = -10.x
 150 – 375 =-10x  x = 12,5 cm
-
Jadi besar resultan gaya R = 10 N
-
Kedudukan titik tangkap R = 12,5 cm di sebelah kanan titik A

halaman4
Bahan Diskusi I
1) Tiga buah gaya masing-masing F1, F2, dan F3 masing-masing besarnya 10 N dengan arah seperti
gambar. Persegi panjang ABCD panjangnya 16 m, dan lebarnya 12 cm.
A B a) Momen gaya F1 terhadap titik A
b) Momen gaya F1 terhadap titik E
c) Momen gaya F2 terhadap titik C
F3 = 4 N
F2= 4 N d) Momen gaya F2 terhadap titik B
e) Momen gaya F3 terhadap titik D
F1 = 10 N f) Momen gaya F3 terhadap titik C
D C
2) Sebuah tangga homogen yang beratnya 200 N
disandarkan pada dinding vertikal seperti pada
gambar di bawah. Jika gaya gesek dinding
terhadap tangga 100 N, gaya gesek lantai
terhadap tangga 60 N, gaya normal dinding 4 m
terhadap tangga 60 N, gaya normal lantai
terhadap tangga 100 N, hitung jumlah momen
gaya yang dilakukan oleh semua gaya yang
bekerja pada tangga terhadap ujung tangga di
lantai !: 3m

3) Sebuah batang bermassa 24 kg bertumpu tegak


lurus pada dinding vertikal kasar di A. Pada titik
B ditahan menggunakan tali yang ringan
sehingga AB : AC = 2 : 3. Di ujung C diberi beban A 37o B C
10 kg ( g = 10 m/s2. Jika gaya tegangan tali 550
N, dan panjang batang 120 cm, tentukan jumlah 10 kg
momen gaya dari semua gaya yang bekerja
pada batang terhadap titik A !

4) Sebuah batang AB yang sangat ringan panjangnya 140


cm. Pada batang bekerja gaya masing-masing F 1 = 20 N, F1 = 20 N
F2 = 10 N, dan F3 = 40 N dengan arah seperti pada 100 cm
gambar. Hitung besar dan letak titik tangkap resultan A B
ketiga gaya tersebut diukur dari A ! F = 10 N 2

F = 40 N
3. Momen Inersia 3

3.1. Momen Inersia Partikel Sebuah Partikel


Momen inersia sering juga disebut momen kelembaman. Momen inersia partikel terhadap
sebuah titik didefinisikan sebagai hasil kali massa partikel dengan kuadrat jarak antara partikel
dengan titik tersebut.
Jika massa partikel m dan jarak antara partikel m
ke titik A r (lihat gambar 4), maka momen A
inirsia partikel terhadap titik A dapat dituliskan r
Gambar 4
secara matematis sebagai berikut. Sebuah partikel bermassa m berjarak r
terhadap titik A.

I = m.r2 ............................................................................ 2)

Dalam hal ini,


I : momen inersia partikel terhadap sebuah titik tertentu (dalam hal ini titiknya A), dalam SI
satuannya kgm2
m : massa partikel, dalam satuan kg
r : jarak partikel ke titik tertentu , dalam satuan m

Catatan :
-
Rumus itu hanya berlaku untuk benda yang sangat kecil (benda titik).
-
Momen inersia merupakan besaran skalar
-
Karena momen inersia merupakan besaran skalar, maka jumlah momen inersia dari
beberapa partikel sama dengan jumlah aljabar dari momen inersia masing-masing partikel
(bukan jumlah vektor)

halaman5
3.2. Momen Inersia dari Beberapa Partikel dengan Massa yang Terpisah
Jadi momen inersia dari beberapa partikel m 1, m2, m3, m1 m2
dan seterusnya sampai dengan m n terhadap sebuah r2
r1
titik yang berjarak berturut-turut r 1, r2, r3, dan
seterusnya sampai dengan r n (lihat gambar 5). Jumlah
aljabar momen inersia dari masing-masing partikel O r3
terhadap titik tertentu, atau secara matematis dapat m3
Gambar 5)
ditulis sebagai . Beberapa partikel m1, m2, m3 masing-masing
berjarak r1, r2, dan r3 terhadap titik O

Itotal = m1.r12 + m2.r22 + m3.r32 + ...... mn.rn2 atau I = m.r2 .................................3)

Dalam hal ini ,


I total : momen inersia dari beberapa partikel yang berjarak r 1, r2, r3, dan seterusnya
Catatan
-
Rumus itu hanya berlaku jika partikel-partikel itu masing-masing terpisah satu sama lain.
-
Jika partikel-partikel itu membentuk satu kesatuan benda yang terdistribusi secara kontinyu,
maka rumus I = m.r2 tidak barlaku dan harus dijumlahkan secara integral

Contoh 1
Hitung momen inersia sebuah partikel bermassa 60 gram terhadap sebuah titik yang berjarak 50 cm
terhadap partikel jika dinyatakan dalam sistem sauan SI !
Penyelesaian :
Diketahui :
m = 60 gr = 60.10-3 kg
r = 50 cm = 0,50 m
Ditanyakan :
I = ... ?
Jawab :
I = m.r2
= 60.10-3.0,502
= 0,015 kgm2

Contoh 2 :
Tiga buah partikel A, B, dan C masing-masing berturut-
turut massanya 20 gram, 30 gram, dan 50 gram dengan
C
posisi seperti pada gambar di samping.
Jika jarak BC = 30 cm, AB = 40 cm, hitung momen
inersia sistem terhadap poros yang melalui titik A !
A B
Penyelesaian :
Diketahui :
mA = 20 gr = 20.10-3 kg
mB = 30 gr = 30.10-3 kg
mC = 50 gr = 50.10-3 kg
Ditanyakan :
Momen inersia sistem terhadap poros yang melalui A = ... ?
Jawab :
AB = 40 cm  rBA = 40 cm = 0, 4 m
BC = 30 cm  rCA = (402 + 302) = 50 cm = 0,50 m
Momen inersia sistem terhadap titik A adalah :
= mA.rAA2 + mB.rBA2 + mC.rCA2
= 0 + 30.10-3. 0,42 + 50.10-3.0,52
= 0,0133 kgm2

3.3. Momen Inersia Benda Tegar dengan Massa yang Terdistribusi Secara Kontinyu
Sudah kita ketahui bahwa rumus-rumus untuk menghitung momen inersia di atas hanya berlaku
untuk partikel atau kumpulan beberapa partikel yang terpisah. Bagaimana jika bendanya terdiri dari
benda besar ?
Untuk menganalisis benda seperti itu harus digunakan dengan cara integral.

halaman6
Benda tegar dapat diasumsikan terdiri dari kumpulan partikel yang tersebar secara kontinyu di
seluruh bagian benda. Pada gambar 6) kita lihat bagian kecil benda bermassa dm berjarak r tehadap
titik O. Momen inersia benda terhadap titik O dapat dihitung menggunakan rumus :

dm
..............4)
 r
2
I dm
r

O
Gambar 6)
Sebuah benda tegar terdiri dari kumpulan partikel yang
terdistribusi secara kontinyu di seluruh bagian

a. Momen Inersia Batang Homogen dengan Poros di Salah Satu Ujung Batang
Untuk menghitung momen inersia batang homogen, perhatikan gambar 7). Pada gambar 7)
ditunjukkan batang homogen dengan panjang L dan massa m.
Kita lihat elemen massa kecil dm dengan panjang dX pada ujung batang berjarak x dari poros.
Untuk menghitung momen inersia batang melalui salah satu ujung batang, dapat
digunakan rumus 4) , yaitu :
I   x2 dm
Jika massa jenis batang , luas penampang batang A, maka massa elemen kecil d m adalah dm =
.A.dX.  untuk batas integral 0 sampai dengan L , maka besar momen inersia batang adalah
L

x
poros putar
I  2
. . A.d X , atau
0 L
X L
  . A.x 3
I   
 3  X 0 x
 . A. 3
I 
3
 L  03  Gambar 7 dX
Batang homogen panjangnya L dengan massa m
diputar dengan poros melalui ujung
 . A.L3
 ,
3


  . A.L .L2  dalam hal ini,   . A.L  adalah m , sehingga diperoleh :
3

1
I  m.L2 .............................................. 5)
3

Dalam hal ini,


I : momen inersia batang homogen dengan poros putar di ujung batang, dalam SI satuannya kgm 2
m : massa batang, dalam SI satuannya kg
L : panjang batang, dalam SI satuannya meter

b. Momen Inersia Batang Homogen dengan Poros di tengah Batang


Dengan cara yang sama, momen inersia batang homogen dengan poros di tengah-tengah batang
dapat diperoleh :
1
I  m.L2 ..................................................6)
12

c. Momen Inersia Benda Homogen dari Berbagai Macam Bentuk


Dengan prinsip yang sama, akan diperoleh momen inersia berbagai benda. Jika massa masing-
masing benda m, maka momen inersia benda dapat dilihat dalam tabel berikut.

Jenis Benda Poros Gambar Momen Inersia

Batang Homogen
panjang L dan massa 1
I  m.L2
m Ujung 3

halaman7
Batang Homogen Ten 1
I  m.L2
panjang L dan massa gah 12
m

Silinder Pejal berjari- Pusat 1


R I  m.R 2
jari R dan massa m 2

silinder tipis Pusat I  m.R 2


berongga berjari-jari
R dan massa m

Silinder Tebal
berongga jari-jari
dalam R1 dan jari-jari Pusat
I 
1
2
2

m R1  R 2
2

luar R2 dan massa m

2
I  m.R 2
Bola Pejal berjari-jari Pusat 5
R dan massa m

Bola berongga tipis Pusat 2


I  m.R 2
berjari-jari R dan 3
massa m

4. Gerak Rotasi dan Gerak Translasi


Gerak merupakan perubahan posisi atau kedudukan suatu benda terhadap titik acuan tertentu.
Berdasarkan bentuk lintasannya, gerak dapat dibedakan menjadi dua yaitu gerak translasi
(pergeseran) dan gerak rotasi (melingkar).
Gerak translasi didefinisikan sebagai gerak pergeseran suatu benda dengan bentuk dan lintasan yang
sama di setiap titiknya. Jadi sebuah benda dapat dikatakan melakukan gerak translasi (pergeseran)
apabila setiap titik pada benda itu menempuh lintasan yang bentuk dan panjangnya sama.
Gerak rotasi dapat didefinisikan sebagai gerak suatu benda dengan bentuk dan lintasan lingkaran di
setiap titiknya. Benda disebut melakukan gerak rotasi jika setiap titik pada benda itu menempuh
lintasan berbentuk lingkaran (kecuali titik pada sumbu putar). Sumbu putar adalah suatu garis lurus
yang melalui pusat lingkaran dan tegak lurus pada bidang lingkaran. Gambar 8a) adalah salah satu
contoh gerak rotasi. Gambar itu menunjukkan batang AB yang diputar pada poros yang melalui pusat
benda. Gambar 8b) adalah salah satu contoh gerak translasi. Di sini sebuah balok digeser di atas
bidang mendatar.
Sedangkan gambar 8c) menunjukkan contoh benda yang melakukan dua macam gerak sekaligus,
yaitu gerak translasi dan gerak rotasi. Gambar tersebut menunjukkan sebuah roda yang
menggelinding di atas bidang datar. Semua titik pada roda (kecuali titik pusat roda) selain berotasi
pada poros juga bergerak translasi sejajar bidang datar.

halaman8
v

A B

Gambar 8a) Gambar 8b)


Contoh gerak rotasi : batang AB Contoh gerak translasi: balok
diputar melalui poros digeser di atas bidang datar

5. Menggelinding

 Menggelinding adalah gabungan gerak translasi dari pusat


massa dan gerak rotasi dengan sumbu putar pada pusat massa.
v
Sebuah roda yang menggelinding di atas bidang datar berarti
roda tersebut melakukan dua macam gerak, yaitu gerak rotasi
dan gerak translasi. Gambar 9) menunjukkan sebuah roda yang
Gambar 9) menggelinding di atas bidang datar.
Sebuah roda menggelinding
pada bidang datar
Jika kecepatan translasi roda v dan kecepatan sudut , maka hubungan keduanya adalah v = .R.
Syarat agar roda dapat menggelinding tanpa tergelincir pada bidang datar, maka bidang harus dibuat
kasar.
Roda tidak akan bisa menggelinding pada bidang licin, sebab untuk menggelinding dibutuhkan gaya
gesek. Dalam hal ini gaya gesek berfungsi memberikan momen gaya pada roda sehingga roda
berotasi. Jika bidangnya licin, maka tidak ada gaya gesek, akibatnya roda tergelincir.

5.1. Hubungan Momen Gaya dan Percepatan Sudut


Dalam gerak rotasi, hubungan antara momen gaya ( ) dengan percepatan sudut ( ) identik dengan
hubungan gaya ( F ) dengan massa ( m ) dalam gerak translasi. Untuk mempelajari hubungan itu, ikuti
pembahasan berikut .
Sebuah partilel bermassa m didorong dengan gaya F
F sehingga partikel berotasi dengan jari-jari R.
R Sesuai dengan hukum II Newton berlaku :
m F = m.a,
O
Jika masing-masing ruas dikalikan dengan jari-jari rotasi
Gambar 8) (R), maka
Partikel bermassa m diputar dengan
F.R = m.a.R, karena a = .R, maka persamaan itu
gaya F dan jari-jari rotasi R
menjadi :
F.R = m.( .R).R, sehingga diperoleh
F.R = m.R2.  F.R = , dan m.R2 = I, maka diperoleh hubungan antara momen gaya dengan
percepatan sudut adalah :

 = I.  ...................................................... 7)

Dalam hal ini,


 = momen gaya (torsi), dalam SI satuannya Nm
I = momen inersia (momen kelembaman), dalam SI satuanya kg m 2
 = percepatan sudut, dalam SI satuanya rad/s 2

Contoh 1
Sebuah benang halus diikatkan pada tepi katrol dan
ditarik dengan gaya 5 N seperti pada gambar. Jika
katrol berupa silinder pejal dengan jari-jari 4 cm dan
massa katrol 2 kg, hitung
a) percepatan dalam !
b) Percepatan sudut katrol ! F=5N

Penyelesaian :
Diketahui :
Katrol berupa silinder pejal dengan massa m = 2 kg
Jari-jari katrol R = 4 cm = 0,04 m
F=5N
halaman9
Ditanyakan :
a) a = ... ?
b)  = ... ?
Jawab :
a)  = I.    = F.R ,
katrol berupa silinder pejal  I = ½ mR2, dan a = .R   = a.R-1
F.R = (½ mR2)a.R-1  5 = ½. 2.a  a = 5 m/s2
a 5
b)     
R 0,04
  125 rad / s 2

Contoh 2
Sebuah sistim katrol seperti pada gambar di samping . Katrol
berupa silinder pejal dengan massa 2 kg dan diameter 10 cm. Beban
bermassa 1 kg diikat dengan tali ringan diikatkan pada katrol tanpa 2 kg
gesekan. Ketika sistem dilepas, sehingga dari keadaan diam beban
bergerak. Jika g = 10 m/s2, hitung percepatan sudut putaran katrol !
1 kg
Penyelesaian :
Diketahui :
massa katrol m1 = 2 kg
massa beban m2 = 1 kg 2 kg
jari-jari katrol R = 0,5.10 cm = 5 cm =0,05 m T
Ditanyakan : T
Lihat gambar di samping !
1 kg
Percepatan sudut  = ... ?
Jawab : w = m2.g
 = I.    = F.R (dalam hal ini F = T),
katrol berupa silinder pejal  I = ½ m.R2
T.R = ½ m1.R2.   T .R = ½ 2. R2.   T =  R ........................................................ (i)
Hukum II Newton  F = m.a atau m2g – T = m2.a ....................................................(ii)
karena a = .R, maka persamaan (ii) menjadi :
m2g – T = m2.( R) .........................................................................................................(iii)
substitusi persamaan (i) ke persamaan (iii) :
m2g –R = m2.(R )
1.10 –R = 1.(R)
2 R = 10  2..0,05 = 10
 = 100 rad/s2

Bahan Diskusi II
1) Sebuah katrol dengan jari-jari 40 cm dan massa 5 kg dipasang pada sebuah poros yang licin.
Lihat gambar di bawah.
Pada katrol dililitkan tali ringan yang ditarik ke bawah dengan
gaya 15 N. Hitung :
a) Percepatan sudut katrol !
b) Percepatan tangensial katrol !
kunci : a) 15 rad/s2, b) 6 m/s2)

2) Sebuah katrol dengan jari-jari 7,5 cm dan massa 5 kg dipasang pada sebuah poros yang licin.
Lihat gambar di bawah.
Pada katrol dililitkan tali ringan kemudian digantungkan beban
bermassa 1,5 kg Jika g = 10 m/s2, hitung :
c) Percepatan sudut katrol !
d) Percepatan tangensial katrol !
( kunci : a) 3,75 rad/s2, b) 50 m/s2)

5.2. Energi Kinetik Rotasi dan Energi Kinetik Translasi


halaman10
Sebuah partikel bermassa m bergerak melingkar dengan kelajuan linier v .
Energi kinetik partikel adalah EKtrans = ½ mv2 .
Jika partikel itu mengelilingi lingkaran berjari-jari R, maka v = R, sehingga energi kinetik partikel
menjadi :
EK = ½ m(R)2
EK = ½ (mR2) 2 karena I = mR2, maka persamaan itu dapat diubah menjadi : EK = ½ I2. Energi
kinetik ini disebut dengan “Energi Kinetik Rotasi” atau EK rots . Jadi energi kinetik rotasi dapat ditulis
sebagai :

EKrots = ½ I2 .................................................... 8)

Dalam hal ini,


EKrots = energi kinetik rotasi, dalam SI satuannya joule
I = momen inersia, dalam SI satuannya kg m 2.
: kecepatan sudut, dalam satuan rad/s
Catatan :
-
Rumus energi kinetik rotasi identik dengan rumus energi kinetik translasi, yaitu massa (m) pada
gerak translasi identik dengan momen inersia pada gerak rotasi (I), sedangkan kecepatan (v)
pada gerak translasi identik dengan kecepatan sudut ()pada gerak rotasi.
-
Pada gambar 8a) benda melakukan gerak rotasi tanpa translasi. Benda memiliki energi kinetik
rotasi Ekrots = ½ I2
-
Pada gambar 8b) benda melakukan gerak translasi tanpa rotasi. Benda memiliki energi kinetik
translasi EKtrns = ½ mv2.
-
Pada gambar 8c) benda berupa roda bergerak menggelinding. Di sini selain benda bergerak
translasi dengan kecepatan v, benda juga berotasi dengan kecepatan sudut . Energi kinetik
yang dimeliki roda yang sedang menggelinding terdiri dari energi kinetik translasi dan energi
kinetik rotasi, yaitu EK = EKtrns + EKrots atau EK = ½ mv2 + = ½ I2

Contoh 1)
Sebuah roda terbuat dari silinder pejal bermassa 4 kg dan jari-jari 40 cm. Jika roda digantung
pada porosnya dan diputar dengan kecepatan sudut 5 rad/s, hitung energi kinetik roda !
Penyelesaian :
Diketahui :
Silinder pejal dengan massa m = 4 kg
Jari-jari R = 40 cm = 0,4 m
 = 5 rad/s
Ditanyakan :
EK = ... ?
Jawab :
Silinder digantung dan diputar pada porosnya,  EK = Ekrots = ½ I. 2
Silinder pejal  I = ½ m.R2 = ½ .4.0,42 = 0,32 kgm2
Jadi Ekrots = ½ I. 2
= ½ .0,32.52
= 4 joule

Contoh 2
Sebuah roda berupa silinder pejal bermassa 2 kg menggelinding pada bidang mendatar dengan
kelajuan 4 m/s. jika jari-jari roda 50 cm, hitung energi kinetik roda !
Penyelesaian :
Diketahui :
Silinder pejal dengan massa m = 2 kg
Jari-jari R = 50 cm = 0,5 m
Kelajuan v = 4 m/s
Ditanya :
Energi kinetik roda = ... ?
Jawab :
Karena roda menggelinding, maka EK = EKtrans + EKrots
EKtrans = ½ mv2 = ½ .2.42 = 16 joule
Ekrots = ½ I. 2
Silinder pejal  I = ½ m.R2 = ½ .2.0,52 = 0,25 kgm2
Roda bergerak dengan kelajuan 4 m/s  v = .R atau 4 = .0,5   = 8 rad/s

halaman11
Jadi EKrots = ½ I. 2
= ½ 0,25.82 = 8 joule
Jadi EK = EKtrans + EKrots
= 16 + 8 =24 joule

Bahan Diskusi III


1) Mana yang lebih cepat antara silinder yang bergerak meluncur (tergelincir)di atas bidang
miring dengan silinder yang menggelinding di atas bidang miring yang sama ? Jelaskan dengan
analisis !
2) Mana yang lebih cepat antara silinder berongga tipis yang bergerak menggelinding di atas
bidang miring dengan silinder pejal yang menggelinding di atas bidang miring yang sama ?
Jelaskan dengan analisis !
3) Dua silinder pejal yang identik A dan B mula-mula ditahan diam pada ketinggian yang sama di
atas bidang miring. Jika kedua Silinder dilepas, maka silinder A meluncur tanpa gesekan
sedangkan silinder B menggelinding. Hitung perbandingan kecepatan silinder A dengan silinder
B ketika sampai di dasar silinder !
4) Sebuah silinder pejal menggelinding dari keadaan diam di atas bidang miring yang panjangnya
4,5 m dengan sudut kemiringan 37o. Jika g = 10 m/s2, hitung kecepatan silinder sampai pada
dasar bidang miring !
5) Sebuah silinder berongga tipis menggelinding dari keadaan diam di atas bidang miring yang
panjangnya 8 m dengan sudut kemiringan 53 o. Jika g = 10 m/s2, hitung kecepatan silinder sampai
pada dasar bidang miring !

5.3. Momentum Sudut


Pada semester 1 yang lalu kita telah mempelajari konsep momentum linier yang sering cukup
disebut momenutm, yaitu besaran vektor yang merupakan hasil kali massa (m) dengan kecepatan (v),
atau p = m.v. Selanjutnya kita akan mempelajari tentang konsep momentum sudut, atau sering diberi
simbul L.
Jika partikel tersebut bergerak melingkar dengan jari-jari R, maka momentum sudut didefiniskan
sebagai hasil perkalian vektor antara vektor posisi (r) dengan vektor momentum linier (p) atau secara
matematis dapat ditulis sebagai L = r x p. Jika sudut antara vektor posisi r dengan vektor p adalah ,
maka besarnya momentum sudut adalah L = r.p sin  . Karena r = R dan arah R selalu tegak lurus
dengan p, maka L = R.p atau L = R.(m.v). Karena v = .R ,  L = R.m.v  L = R.m. .R  L =
(mR2)
Dalam hal ini, (mR2) = I, sehingga diperoleh :

L = I.  ...................................................... 9)

Dalam hal ini,


L : momentum sudut, dalam SI satuannya kgm 2/s
 : kecepatan sudut, satuannya rad/s
I : momen inersia, dalam SI satuannya kgm2.

Momentum sudut adalah besaran vektor yang arahnya selalu


tegak lurus bidang lingkaran yang dibentuk oleh benda yang
berotasi. Untuk menentukan arah momentum sudut ( L ), dapat
digunakan dengan aturan “tangan kanan”
Bagaimana menggunakan aturan tangan kanan ?.
Perhatikan gambar 10) di samping!
Jika arah genggaman jari-jari tangan kanan menunjukkan arah
Gambar 10)
Cara menentukan arah vektor gerak rotasi benda, maka arah ibu jari menunjukkan arah vektor
momentum sudut momentum sudut

5.4. Hukum Kekekalan Momentum Sudut


Seperti yang telah kita bicarakan pada materi semester 1, tentang hukum kekekalan momentum
linier, maka dalam momentum sudut akan berlaku juga Hukum Kekekalan Momentum sudut.
Hukum kekekalan momentum sudut menyatakan :

Jika tidak ada momen gaya dari luar, maka jumlah momentum sudut sistem yang berputar
selalu tetap.
halaman12
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

L1 = L2, atau = I1. 1 = = I2. 2 ......................... 10)

Dalam hal ini,


L1 dan L2 : masing-masing adalah momentum sudut mula-mula dan momentum sudut akhir atau
keadaan dua.
I1, dan I2 : masing-masing adalah momen inersia benda mula-mula dan keadaaan kedua
1, dan 2 : masing-masing adalah kecepatan sudut benda pada saat awal dan pada keadaan dua.
Dalam kehidupan sehari-hari hukum kekekalan momentum diterapkan pada seorang peloncat indah
maupun penari balet. Perhatikan gambar berikut.

Gambar 11a) Gambar 11b)


Untuk memperlambat putaran seorang penari Untuk mempercepat putaran seorang peloncat
balet harus memperbesar momen inersia indah harus memperkecil momen inersia dengan
dengan cara merentangkan kedua tangannya cara melipat tubuhnya

5.5. Rumus-rumus pada Gerak Translasi dan Gerak Rotasi


Tabel berikut menunjukkan perbandingan besaran maupun rumus yang berlaku pada gerak translasi
dan gerak rotasi.
No Gerak Translasi Gerak Rotasi Hubungan keduanya
1 massa simbulnya m, dalam momen inersia simbulnya I, I = m.R2, atau
SI satuannya kg dalam SI satuannya kg m2 I   r 2 dm
(tergantung bentuk
benda)
2 kecepatan (atau sering kecepatan sudut= kecepatan v = .R
disebut kecepatan linier) anguler simbulnya , dalam
simbulnya v, dalam SI SI, satuannya rad/s
satuannya m/s
3 percepatan simbulnya a, percepatan sudut simbulnya a = .R
dalam SI satuannya m/s2 , dalam SI satuannya rad/s 2
4 - Gaya simbulnya F, dalam SI - Momen gaya (torsi) =F.R
satuannya newton (N) simbulnya , dalam SI
- Peran gaya = mengubah satuannya Nm
gerak translasi. - Peranan momen gaya
(mempercepat atau mengubah gerak rotasi
memperlambat ) (mempercepat atau
 rumus F = m.a memperlambat)
 rumus  = I. 
5 energi kinetik translasi energi kinetik rotasi untuk benda yang
simbulnya EKtrns , simbulnya EKroti, berotasi sekaligus
 rumus EKtrns = ½ mv2  Ekrot = ½ I. 2 bertranslasi,
 EKtotal =Ekrot + EKtrns
6 momentum simbulnya p, momentum sudut simbulnya
dalam SI satuannya kg m/s L, dalam SI satuannya kg
 rumus p = m.v m2/s
 rumus L = I.
7 Hukum Kekekalan Hukum kekekalan
Momentum momentum sudut
 m1.v1 + m2.v2 = konstan  I11 + I22 = konstan

6. Keseimbangan Benda Tegar


halaman13
Gambar 1e) pada halaman 1 bab ini menunjukkan konstruksi rancang bangun yang penuh dengan
analisis sistem keseimbangan benda tegar. Benda tegar adalah benda yang tidak berubah bentuk
walaupun ditekan atau ditarik oleh gaya. Yang dimaksud keseimbangan benda di sini adalah suatu
keadaan di mana benda dalam keadaan diam (tidak bergerak translasi maupun gerak rotasi. Untuk
mempelajari keseimbangan benda tegar kita harus menguasai tentang keseimbangan titik atau
keseimbangan partikel. Untuk itu, kita akan mengulang secara singkat tentang keseimbangan
partike. Materi keseimbangan partikel sudah pernah kita pelajari pada semester 1 kelas X, yaitu
ketika kita menerapkan hukum I Newton dalam analisis sistem keseimbangan partikel.

6.1. Keseimbangan Partkel


Agar sebuah titik atau partikel seimbang, maka harus dipenuhi syarat bahwa jumlah gaya yang
bekerja pada partikel harus sama dengan nol. Secara matematis dapat ditulis :
Syarat seimbang partikel : F = 0. Untuk mempermudah dalam pembahasan, maka gaya-gaya ini kita
uraikan menjadi dua kompnen, yaitu pada komponen sumbu X dan komponen sumbu y. :
Sehingga syarat keseimbangan partikel dapat ditulis :

FX = 0 dan FY = 0 ................................ 11)

( Rumus syarat seimbang partikel)


Dalam hal ini,
FX : jumlah gaya pada komponen sumbu X
Fy : jumlah gaya pada komponen sumbu y
Catatan :
Untuk mempermudah /mempercepat dalam perhitungan rumus 11) dapat diartikan sebagai :
-
FX = 0 dapat diartikan bahwa jumlah semua komponen gaya ke arah kanan = jumlah semua
komponen gaya ke arah kiri.
-
Fy = 0 dapat diartikan bahwa jumlah semua komponen gaya ke arah atas = jumlah semua
komponen gaya ke arah bawah

Contoh 1 :

Sebuah benda bermassa 240 gram digantung dengan tiga


o utas tali ringan melalui titik A seperti terlihat pada gambar di
37
samping. (g = 10 ms2)
tali 2
Jika sistem dalam keadaan seimbang , hitung :
tali 3 A a) gaya tegangan tali 1
tali 1 b) gaya tegangan tali 2
c) gaya tegangan tali 3
2,4 N

Penyelesaian :
Diketahui :
Titik A dikenai tiga gaya, yaitu tegangan tali T1, T2, dan T3 seperti pada gambar.
Massa beban m = 240 gram = 0,24 kg
Ditanya :
a) T1 = ... ?
b) T2 = ... ?
c) T3 = ... ?

Jawab :
(T2)y T2 Titik A dalam keadaan seimbang dan ditarik oleh tiga gaya T 1,
T2, dan T3.  FX = 0 dan FY = 0
a) Karena tegangan tali T1 berasal dari berat benda (w),
T3 37o maka :
A (T2)x T1 = w = m.g = 0,24.10 = 2,4 N
b) Untuk menghitung T2, gunakan rumus FY = 0
(T2)Y = T3  T2 sin 37 = T3
T2.0,6 = 2,4  T2 = 4 N
T1
c) Untuk menghitung T3, gunakan rumus FX = 0

 T3 =( T2)X  T3 = T2 cos 37
T3 = 4.0,8
halaman14
T3 =3,2 N

Catatan :
Kita dapat menggunakan Cara lain yang lebih
singkat..
Bagaimana caranya ? F3
Perhatikan cara ini !
-
Jika ada tiga gaya membentuk sistem F1  
keseimbangan dengan arah seperti
ϒ
gambar, maka hubungan antara ketiga
gaya terebut adalah : F2

F1 F2 F3
  ............................................. 12)
sin  sin  sin 

Contoh Penggunaan Rumus 12):


Jika soal pada contoh 1 di atas kita gunakan menggunakan rumus 12) :
 = (37o + 90o)  sin = 0,8
T2  =(53o + 90o)  sin = 0,6
ϒ = 90o  sin = 1
 T1 T2 2,4 T2
  
T3  sin  sin  0,6 1
ϒ  T2 = 4 N
T1 T3 2,4 T3
  
sin  sin  0,6 0,8
T1
T2  3,2 N

Contoh 2

Sebuah beban bermassa 5 kg digantungkan


37o 53o
menggunakan tiga utas tali seperti gambar di samping.
( g = 10 m/s2)
Jika sisitem dalam keadaan seimbang, tentukan besar
gaya tegangan masing-masing tali !
5 kg

Penyelesaian :
Diketahui :
m = 5 kg
g = 10 m/s2
T1, T2, dan T3 dengan arah seperti gambar
Ditanyakan :
T1 = ...? ;
T2 = ... ?
T3 = ... ?

Perhatikan gambar di bawah !


T2
T1 = w = m.g = 5.10 = 50 N
T3
T1 T2
 
sin  sin 
 ϒ
 = 90o-  sin= 1
 = 90o + 37o  sin  = 0,8
ϒ = 90o + 53o  sin ϒ = 0,6
T1

halaman15
50 T2
  T2 = 40 N
1 0,8
T1 T3 50 T3
    T3 =30 N
sin  sin  1 0,6

Bahan Diskusi IV
Selesaikan soal berikut ini dengan diskusi kelompok sesuai kelompok masing-masing!
1) Perhatikan gambar berikut !

Jika g = 10 m/s2, hitung :


tali
a) besar gaya tegangan tali 1 !
1 tali 2
b) besar gaya tegangan tali 2 !
tali 3 c) besar gaya tegangan tali 3 !
6kg

8kg

2) Sebuah beban 40 kg digantungkan menggunakan tiga utas tali ringan dengan posisi seperti
gambar di bawah. Jika g = 10 m/s2, hitung :

37o 53o a) Gaya tegangan tali T1


T3 T2 b) Gaya tegangan tali T2
c) Gaya tegangan tali T3
T1
40 kg

3) Sebuah benda dengan massa 8 kg


digantung menggunakan tali ringan
kemudian ditarik dengan gaya F = 60 N T
F = 60 N
seperti gambar di bawah. ( g = 10 m/s 2)
Jika sistem dalam keadaan seibang, hitung
besar gaya tegangan tali T ! 8kg

6.2. Keseimbangan Benda Tegar


Untuk sebuah partikel atau benda titik, agar tercapai keseimbangan cukup dipenuhi satu syarat.
Satu syarat itu adalah bahwa jumlah gaya yang bekerja pada partikel harus sama dengan nol.
Ketentuan ini belum cukup untuk ukuran benda yang besar (bukan partikel). Karena untuk benda
yang ukurannya besar (bukan benda titik atau partikel), jika jumlah resultan gaya yang bekerja pada
benda sama dengan nol maka benda baru seimbang translasi. (belum seimbang rotasi

Lakukan percobaan sederhana berikut ini !

F1 = 5 N -
Taruhlah penggaris di meja anda.
-
Doronglah pada dua ujung penggaris dengan gaya
yang sama tetapi arahnya berlawanan.(misalnya F 1 = F2
F2 = 5 N = 5 N).
-
Berapa jumlah gaya yang bekerja pada penggaris ?
-
Apa yang terjadi pada penggaris anda ?
Gambar 12) -
Sebuah penggaris kedua ujungnya didorong Apakah penggaris anda tetap diam ?
-
dua gaya sama besar, berlawanan arah Mengapa ?

-
Walaupun F = 0, ternyata penggaris tidak diam, melainkan masih bisa berotasi.
-
Untuk benda bukan titik, dengan F = 0, ternyata belum terpenuhi benda menjadi seimbang.
-
Jadi agar sebuah benda seimbang, harus dipenuhi dua syarat, yaitu harus memenuhi
seimbang rotasi (=0) dan harus memenuhi seimbang translasi ( F = 0 )
-
Secara umum, syarat seimbang benda dapat ditulis sebagai :

halaman16
FX = 0 , FY = 0, dan  = 0 ............................ 13)

Dalam hal ini,


FX : jumlah gaya pada komponen sumbu x (searah sumbu x bertanda positip, dan sebaliknya)
FY : jumlah gaya pada komponen sumbu y (searah sumbu y bertanda positip, dan sebaliknya)
 : Jumlah momen gaya (torsi) terhadap sembarang titik ( yang memutar searah jarum jam bertanda
positip, dan sebaliknya)
Catatan :
Untuk mempermudah perhitungan, rumus 13) dapat diartikan sebagai berikut :
-
FX = 0  jumlah komponen gaya ke arah kanan = jumlah komponen gaya ke arah kiri.
-
FY = 0  jumlah komponen gaya ke arah atas = jumlah komponen gaya ke arah bawah.
-
 = 0  jumlah momen gaya yang memutar benda searah jarum jam = jumlah momen gaya
yang memutar benda berlawanan jarum jam.

Contoh 1
Sebuah batang homogen bermassa 24 kg bertumpu
tegak lurus pada dinding vertikal di A. Pada ujung C
diberi beban 10 kg seperti pada gambar. ( g = 10 m/s 2).
Pada titik B ditahan menggunakan tali yang
membentuk sudut 37o terhadap arah mendatar 37o
A B C
sehingga perbandingan AB : BC = 2 : 1. Hitung :
a) Gaya tegangan tali pada B!
b) Gaya tekan batang terhadap dinding ! 10 kg
c) Gaya gesek antara dinding dengan batang !

Penyelesaian :
Diketahui :
Massa batang m1 = 24 kg  w1 = 24.10 = 240 N
Massa beban m2 = 10 kg  w2 = 10.10 = 100 N
G = 10 m/s2
Lihat gambar !
Ditanyakan :
a) T = ... ?
T b) N = ... ?
f c) f = ... ?
o
A 37 B C

N Jawab :
w2
Langkah pertama yang harus dilakukan dalah menggambar
w1 semua gaya yang bekerja pada benda.
Syarat I seimbang benda : FX = 0 dan FY = 0
FX = 0  TX = N  Tcos 37 = N  0,8 T = N ..................................... (i)
o

FX = 0  f + Tsin 37o = w1 + w2  f + T.0,6 = m1.g + m2.g


 f + 0,6T = 24.10 + 10.10  f = 340 – 0,6T .........................................(ii)
Syarat II seimbang benda  = 0  misal momen gaya kita hitung terhadap titik A ( di titik A ada
dua gaya bekerja, yaitu f dan N)
 AB.sin 37.T = w1.0,5.AC + w2.AC + f.0 + N.0
 (2/3)(AC).sin 37.T = w1.0,5.AC + w2.AC + f.0 + N.0
 (2/3).0,6.T = 240.0,5 + 100.1 + 0  T = 550 N
a) jadi T = 550 N
b) dari persamaan (i)  N =0,8T = 0,8.550  N = 440 N
c) dari persamaan (ii)  f = 340 – 0,6.550  f = 340 – 330 N  N = 10 N

contoh 2
Sebuah tangga homogen panjangnya 5 m dengan massa 24 kg bersandar pada dinding licin dengan
sudut kemiringan 53o ( g = 10 m/s2). Jika tangga dalam keadaan seimbang dan tepat akan tergelincir,
hitung :
a) besar gaya gesek statis maks antara tangga dengan lantai !
b) koefisien gesek statis antara tangga dan lantai !

Penyelesaian : NA
Diketahui : A

halaman17

NB

w
53o
(fs)max B
Massa tangga, m = 24 kg
Panjang tangga L = 5 m
g = 10 m/s2
Ditanyakan :
a) (fs)max = ... ?
b) s
Jawab
Gambar semua gaya yang bekerja pada tangga !
Syarat seimbang benda : F = 0 dan  = 0
Syarat I :
FX = 0  NA = (fs)max .............................. (i)
Fy = 0  NB = w = m.g = 240 N ...............(ii)
Syarat II
 = 0  kita hitung momen gaya terhadap titik B
 NA.L.sin53o = w. L cos53o  NA.0,8 = 240.0,6  NA = 180 N
a) Dari persamaan (i)  (fs)max = NA = 180 N
b) (fs)max = s.NB  180 = s.240  s = 0,75

Bahan Diskusi V
Selesaikan soal di bawah ini dengan diskusi kelompok !

1) Sebuah tangga homogen AB panjangnya 10 m berat 120 A


N bersandar pada dinding vertikal licin dengan sudut
kemiringan 45o. Koefisien gesek statis antara tangga dan
lantai ¼ dan percepatan gravitasi bumi 10 m/s 2. C
Seorang anak bermassa 60 kg memanjat tangga tersebut
dan sampai di titik C, tangga tepat akan tergelincir. 45 B
Hitung jarak BC ! o

2) Batang AB seberat 400 N dengan panjang 6 m. Jarak


A C B
antara titik tumpu A dengan C adalah 4 m. Sebuah beban
seberat 250 N ditaruh di antara C dan B seperti terlihat
pada gambar di samping. Hitung berapa jarak minimum
BC agar sistem masih dalam keadaan seimbang !

3) Sistem keseimbangan pada gambar di samping terdiri


dari batang AB yang ditumpukan pada titik A sedangkan
ujung B dihubungkan ke beban 15 kg menggunakan tali
ringan melalui katrol yang beratnya diabaikan (g = 10 A Z B
m/s2). Jika titik Z adalah titik tangkap gaya berat batang, 15 kg
sehingga AZ : BZ = 3 : 2 , hitung massa batang AB !

4) Sebuah batang homogen panjangnya 4 m dengan massa


9,6 kg digantung menggunakan tali ringan seperti pada
gambar di samping. ( g = 10 m/s 2). Titik C diikat
menggunakan tali dihubungkan dengan beban w melalui
w
katrol yang sangat ringan sehingga AB = 50 cm, BC = 200 B C D
A
cm, dan CD = 150 cm, hitung gaya tegangan tali di B !

5) Batang AB homogen sepanjang 2 m dan massa 4 kg (g =


10 m/s2) ditumpukan pada titik A tegak lurus dinding
vertikal menggunakan engsel. Ujung B diikat
menggunakan tali kemudian dihubungkan dengan beban A
m 30o B
bermassa m melalui sebuah katrol sangat ringan dan licin
seperti pada gambar. Hitung berapa massa minimum m
50 cm 20 kg
agar sistem tetap dalam keadaan seimbang !

6) Sebuah tangga homogen seberat 75 N disandarkan pada dinding


vertikal licin dengan tangen sudut kemiringan 0,75. Jika tangga
tepat akan tergelincir, hitung besar gaya gesek antara tangga dan
lantai !
halaman18
7) Batang homogen AB bermassa 1 kg dengan posisi hoorisontal,
ujung A ditumpukan tegak lurus pada dinding vertikal licin
sedangkan ujung lain B ditahan menggunakan tali dengan 30o
membentuk sudut 30o terhadap batang.seperti pada gambar. Jika A B
sistem dalam keadaan seimbang ( g = 10 m/s 2), hitung : a) besar
gaya gesek antara batang dengan dinding, b) besar gaya tegangan
tali !

8) Batang AB homogen seberat 50 N C


bersandar pada dinding vertikal dengan

posisi seperti pada gambar. (cos  = 0,8 )
Jika AB = AC, hitung besar gaya tegangan
tali BC ! A
B

9) Batang homogen AB disandarkan di atas lantai pada


ujung B dengan kemiringan 60o ( g = 10 m/s 2). Ujung A
B ditahan menggunakan tali ringan seperti pada
gambar. Jika posisi itu batang tepat akan tergelincir,
hitung koefisien gesek statis antara batang dengan 60o B C
lantai !

10) Batang homogen yang panjangnya 3m, pada salah


satu ujungnya ditumpukan pada sebuah poros licin
2m 3m
dalam air sedemikian sehingga 2/3 sebagian
batang tercelup di dalam air dan sebagian yang
lain berada di atas permukaan air seperti pada
gambar. Jika massa jenis air 1 gr/cm 3, hitung massa
jenis batang !

7. Titik Berat dan Titik Pusat Massa

Sudah kita ketahui bahwa benda tersusun oleh partikel-partikel.


Setiap partikel penyusun benda memiliki berat. Titik berat adalah
Z w2 titik tangkap resultan gaya berat dari semua partikel penyusun
benda. Gembar 13) menunjukkan benda dengan beberapa sampel
w1
w3 partikel yang beratnya w1, w2, w3, ... wn. Resultan dari gaya berat
semua partikel penyusun menunjukkan berat benda (R = w). Titik Z
wn
R=w pada gambar di samping adalah titik tangkap resultan gaya berat dari
Gambar 13) semua partikel penyusun benda. Dalam hal ini titik Z adalah titik
Z : titik berat benda = titik tangkap berat.
resultan gaya berat dari semua patikel
penyusun benda

Untuk membangun sebuah sistem keseimbangan, maka mengetahui posisi titik berat suatu benda
menjadi sesuatu yang sangat penting. Bagaimana tim akrobat membangun sistem keseimbangan
sebagaimana yang telah ditunjukkan melalui gambar 1a), dan 1d) pada halaman pertama bab ini ?
Sedangkan gambar 1c) menunjukkan bagaimana penjual buah harus menaruh batang pemikul
pada pundaknya agar kedua beban itu seimbang ? Bagaimana seorang pesilat yang sedang
bertarung pada gambar 1f) mengatur posisi kaki-kakinya agar terhindar dari jatuh ? Itu semua
adalah peranan posisi titik berat.
Selanjutnya kita akan mempelajari bagaimana menentukan posisi titik berat sebuah benda.

7.1. Cara Menentukan Letak Titik Berat Benda


Untuk menentukan letak titik berat benda yang bentuknya teratur dan homogen mudah dilakukan,
namun untuk benda yang bentuknya tidak teratur perlu dilakukan percobaan. Berikut ini akan
dilakukan percobaan sederhana untuk menentukan posisi titik berat sepotong karton.
halaman19
a. Cara Menentukan Letak Titik Berat Benda melalui Percobaan
Untuk menentukan letak titik berat benda yang bentuknya tidak teratur, kita membatasi hanya
untuk benda yang berupa bidang datar, misalnya pada percobaan ini kita menggunakan sepotong
karton yang bentuknya sembarang.
Langkah kegiatan :
-
Kegiatan I , sediakan karton yang bentuknya sembarang dan tumpu menggunakan paku di
lubang A(lihat gambar 14a), sehingga karton dapat bergerak bebas.
-
Gantungkan beban w melalui benang pada paku sehingga benang dalam posisi vertikal.
-
Tentukan tanda titik pada karton , misalnya A’ yang letaknya di bawah titik A dan selanjutnya
buat garis AA’.
-
Lakukan kegiatan yang sama (kegiatan II dan III) untuk posisi kertas yang berbeda seperti
terlihat pada gambar 14 b) dan c). Pada kegiatan II dan III akan diperoleh garis BB’ dan CC’
seperti terlihat pada.
-
Ketiga garis AA’, BB’, dan CC’ berpotongan di suatu titik Z. Titik ini adalah posisi titik berat karton.

A C
paku B
paku A paku A B
Z
A’ A’ A’
B’
B’
C’

w w
w
Gambar 14)
a) Karton dalam posisi vertikal yang dapat bergerak bebas melalui lubang (titik tumpu paku ) di A.
b) Karton dalam posisi vertikal yang dapat bergerak bebas melalui lubang (titik tumpu paku ) di B
c) Karton dalam posisi vertikal yang dapat bergerak bebas melalui lubang (titik tumpu paku ) di C

Catatan :
-
Cara menentukan letak titik berat tidak harus menggunakan tiga garis, tetapi dua garis pun
sudah cukup.

b. Titik Berat Benda Berupa Kawat Homogen yang Bentuknya Teratur


Berikut ini adalah posisi titik berat benda berupa kawat homogen yang bentuknya teratur
No Bentuk Benda Gambar Posisi Titik Berat
Z
1 kawat lurus Z : di tengah-tengah AB
A B

2 busur kawat
berjari-jari R A
Z B panjang talibusur AB
y
y  xR
R panjang busur AB

3 busur kawat
Z
setengah y panjang talibusur AB
lingkaran A B y  xR
R panjang busur AB
berjari-jari R
2R
atau : y 

halaman20
.

c. Titik Berat Benda Berupa Bidang Datar Homogen yang Bentuknya Teratur
No Bentuk Benda Gambar Posisi Titik Berat

1 bidang jajaran
genjang Z Z : perpotongan kedua diagonal

2 bidang berupa
juring A B panjang talibusur AB 2R
lingkaran Z R y  x
y panjang busur AB 3
O

3 idang
setengah panjang talibusur AB 2R
lingkaran y  x
panjang busur AB 3
4R
atau : y 
3

4 Bidang
berupa 1
y  t
segitiga t 3
Z y

Z : titik berat
t : tinggi segitiga

d. Titik Berat Benda Berupa Ruangan Berongga ( kulit Ruangan ) yang Bentuknya Teratur

No Bentuk Benda Gambar Posisi Titik Berat

1 balok Z : titik potong antara diagonal


berongga Z ruang

Z : titik berat

2 kerucut
berongga
t 1
Z y  t
y 3

t : tinggi kerucut y = jarak titik berat (Z) ke alas kerucut


Z = titik berat

3 Limas segitiga 1
t y  t
y Z 3
Z : titik berat limas
y : jarak titik berat (Z) ke alas limas
t : tinggi limas

halaman21
4 setengah bola 1
y  R
berongga Z R 2
y
Z : titik berat
y : jarak titik berat (Z) ke pusat bola
R : jari-jari bola

e. Titik Berat Benda Berupa Pejal Homogen yang Bentuknya Teratur

No Bentuk Benda Gambar Posisi Titik Berat


1 Balok pejal Z : perpotongan antara diagonal
Z ruang

Z : titik berat
1
y  t
2 Kerucut pejal 4
t y : jarak titik berat kerucut pejal ke
Z alas kerucut
y

t : tinggi kerucut

3 Prisma segitiga 1
y  t
pejal 4
t
Z y : jarak titik berat prisma pejal ke
y
alas prisma

t : tinggi prisma segitiga

R 3
Z y  R
4 setengah bola y 8
pejal y : jarak titik berat ke pusat bola
R : jari-jari bola

7.2. Menentukan Letak Titik Berat Gabungan Beberapa Benda


Jika sebuah benda terdiri dari bebarapa bagian benda yang sudah diketahui posisi titik beratnya,
maka posisi titik berat benda gabungan dapat kita tentukan dengan percobaan sebagai berikut.
Percobaan
1) Sediakan karton yang bentuknya bisa sembarang dan tentukan posisi titik berat benda dan
tandai dengan titik, misalnya titik Z.
2) Potonglah karton menjadi dua bagian melalui sembarang garis lurus, kemudian tentukan posisi
titik berat masing-masing bagian dan berilah tanda dengan titik. Misalnya bagian I diberi titik Z 1
dan bagian II diberi titik Z2.
3) Ukur dan catat berat bagian I dan II, misalnya berat bagian I w 1, dan berat bagian II w2.
4) Satukan kembali kedua bagian karton itu tepat seperti posisi semula dan taruhlah di atas
kertas grafik yang sudah dilengkapi dengan sumbu x dan sumbu y (lihat gambar 13).
5) Ukurlah koordinat masing-masing titik Z1, Z2, dan Z
 koordinat Z1 adalah( x1, y1)
 koordinat Z2 adalah( x2, y2)
 koordinat Z adalah( xo, yo)
6) Masukkan data pada tabel berikut (dalam satuan cgs), kemudian lengkapilah dengan
mengitung beberapa kolom tabel yang harus dihitung dengan cermat.
halaman22
-
Berat potongan karton bagian I w1 = ..... gr
-
Berat potongan karton bagian II w2 = ..... gr
x1 y1 x2 y2 xo yo x1.w1 + x2.w2 y1.w1+y2.w2 xo.(w1+w2) yo.(w1+w2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

7) Dari hasil analisis melalui tabel di atas, diskusikan dengan kelompokmu dan simpulkan :
-
Bagaimana kecenderungan hubungan antara hasil pada kolom (7) dengan kolom (9,
demikian juga antara kolom (8) dengan kolom (10) ?
-
Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan posisi titik berat
benda diperoleh hubungan matematis sebagai berikut :

 x1 .w1  x 2 .w2 
y xo 
Z1 w1  w2
x1
xo ......... 14)
Z
x2  y1 .w1  y 2 .w2 
Z2 yo 
y1
Yo w1  w2
y2

x
Catatan :
Jika data titik berat yang
Gambar 15) diketahui lebih dari dua bagian
Benda dengan titik berat Z terdiri dari dua benda misalnya tiga, maka rumus
bagian, dengan titik berat Z1 dan Z2 di atas dapat disesuaikan menjadi
sampai x3, y3, dan w3 dst.
Dalam hal ini,
w1, dan w2 masing-masing berat benda bagian I dan II
x1, dan y1 adalah koordinat titik berat benda bagian I
x2, dan y2 adalahkoordinat titik berat benda bagian II

Untuk beberapa benda tertentu, rumus di atas dapat diubah sebagai berikut :
1) Karena w = m.g, maka rumus di atas data w dapat diganti dengan data massa :

 x1 .m1  x 2 .m2   y1 .m1  y 2 .m2 


xo  dan y o 
m1  m2 m1  m2
Dalam hal ini, m1 dan m2 : masing-masing massa benda bagian I dan II

2) Untuk benda berupa kawat momogen rumus di atas dapat diubah :

 x1 .1  x 2 . 2   y1 .1  y 2 .2 


xo  , dan y o 
1  2 1  2
Dalam hal ini,  1 dan  2 : masing-masing masing-masing panjang kawat bagian I dan II

3) Untuk benda berupa bidang datar homogen, maka rumus di atas dapat diubah :

 x1 . A1  x 2 . A2   y1 . A1  y 2 . A2 
xo  , dan y o 
A1  A2 A1  A2
Dalam hal ini, A1 dan A2 : masing-masing luas benda bagian I dan II

4) Untuk benda yang berupa ruangan homogen, berat (w) dapat diganti dengan volume

 x1 .V1  x 2 .V2   y1 .V1  y 2 .V2 


xo  , dan y o 
V1  V2 V1  V2

Dalam hal ini, V1 dan V2 : volume benda bagian I dan II

halaman23
Contoh 1 :
Tiga buah benda masing-masing bermassa m 1 = 100 gr, m2
m2 =150 gr, dan m3 = 250 gr dihubungkan menggunakan
kawat ringan dengan posisi seperti pada gambar 10 cm
berikut. Jika jarak antara m1 dan m2 = 10 cm Tentukan
koordinat titik berat dari susunan ketiga partikel tersebut 53o
m3
m1
y
Penyelesaian :
Diketahui : m2
m1 = 100 gr
m2 = 150 gr
m3 = 250 gr 10 cm y2
x1 = 0
y1 = 0 53o x
x2 = 10 cos 53o = 10.0,6 = 6 cm m1 m3
y3 = 0
y2 = 10 sin 53o = 10.0,8 = 8 cm x2 = x 3
Ditanyakan :
Koordinat titik berat sistem diukur terhadap m 1 = ... ?
Jawab :
Lihat gambar !
 x1 .m1  x 2 .m2  x3 .m3   0.100  6.150  6.250
xo   xo 
m1  m2  m3 100  150  250
xo  4,8 cm

 y1 .m1 y 2 .m2  y 3 .m3   0.100  8.150  0.250


yo   yo 
m1  m2  m3 100  150  250
yo  2,4 cm
Jadi koordinat titik berat sistem adalah Z (xo, yo) atau Z (4,8 cm, 4 cm)

Contoh 2 A
Sebuah benda terdiri dari kawat berbentuk huruf T
dengan posisi dan ukuran seperti pada dambar. Jika
massa jenis CD ½ kali dari massa jenis AB, luas D C
penampang CD = luas penampang AB, AC = BC = 15
cm, dan CD = 60 cm, tentukan koordinat titik berat
O B
benda diukur terhadap titik O !
Penyelesaian X2
Diketahui :
A
Perhatikan gambar !
AC = BC = 15 cm
Z1 Z
CD = 60 cm D C = Z2
CD = ½ AB  AB =2. CD y1 = y 2 = y o
X1
x1 = 30 cm
x2 = 60 cm B =
O
y1 = y2=15 cm Xo
Ditanyakan :
Koordinat Z = ... ?
Jawab :
Karena benda tidak homogen, maka kita harus menggunakan rumus umum (rumus 14)
Ada dua bagian benda, yaitu AB dan CD
Berat AB, wAB = AB.(luas penampang AB).panjang AB
= AB.A.30 =(2.CD).A.30
= 60.CD.A
Berat CD, wCD =CD.(luas penampang CD).panjang CD
= CD.A.60
= 60.CD.A.
halaman24
 x1 .w1  x 2 .w2   30.60. CD . A  60.60. CD . A
xo   xo 
w1  w2 60. CD . A  60. CD . A
xo  45 cm

 y1 .w1  y 2 .w2  15.60. CD . A  15.60. CD . A


yo   yo 
w1  w2 60. CD . A  60. CD . A
yo  15 cm
Jadi koordinat Z adalah (xo, yo) atau Z (45 cm, 15 cm)
Catatan :
Karena bentuk benda simiteris, maka Z pasti terletak pada sumbu simetri sehingga y o tidak harus
dihitung menggunakan rumus 14 )kedudukan y o berada pada sumbu simetri, yaitu = 15 cm.

Contoh 3 y ( cm )
18
Sebuah benda berupa karton homogen
13
dengan bentuk dan ukuran seperti
gambar. Tentukan koordinat titik berat
5
benda ! X (cm)
O 8 20
Penyelesaian :
Diketahui :
Lihat gambar !
Ditanyakan:
Koordinat Z = ... ?
Jawab :
Benda terdiri dari dua bagian : y ( cm )
Bag I titik berat Z1  koor : (14 cm, 9 cm) 18
Bag II titik berat Z2  koord : (4cm, 9cm)
A1 = 12 cm x 8 cm = 96 cm2 13
A2 = 8 cm x 18 cm = 144 cm2 Z2 Z1

xo 
 x1. A1  x2 . A2  5

A1  A2 X (cm)

xo  O 14.96 8
 4.144 
20
96  144
xo  8 cm

 y1 . A1  y 2 . A2   9.96  9.144 
yo   yo 
A1  A2 96  144
yo  9 cm
Jadi koordinat titik berat Z adalah (xo,yo) atau Z ( 8 cm, 9 cm )
Catatan :
Karena benda berbentuk simetris , maka titik berat Z pasti berada pada sumbu simetri, sehingga
menetukan yo tidak harus menggunakan rumus.

Contoh 4
Sebuah bangun homogen tersusun dari silinder
pejal dan kerucut pejal dengan bentuk dan ukuran
seperti gambar. Tentukan jarak titik berat gabungan
kedua benda diukur dari alas bangun !

Penyelesaian : 20cm 60cm


Diketahui :
Lihat gambar !
Tinggi silinder = 20 cm
Tinggi kerucut = 60 cm
Ditanyakan :
Xo = ... ?
Jawab :

halaman25
Bag benda I berupa silinder,tinggi 20 cm  volume V1 = R2.20 = 20R2
Titik berat bag benda I : Z1  x1 = 10 cm
Bag benda Iiberupa kerucut, tinggi 60 cm  volume V2 = 1/3. R2.60 = 20R2
Titik berat bag benda II : Z2  x2 = 20 cm + ¼ 60cm = 35 cm

xo 
 x1 .V1  x 2 .V2 
 xo 
10.20 .R 2
 35..20 .R 2 
V1  V2 20 .R 2
 20 .R 2
xo  22,5 cm

y (cm)
Contoh 5
Sebuah karton homogen berupa 6
huruf C dengan posisi dan 4
ukuran seperti pada gambar.
Tentukan koordinat titik berat ! 2
X (cm)
-2 0 2
Penyelesaian :
Diketahui :
Lihat gambar ! y (cm)
Ditanyakan :
Koordinat Z = ... ? 6
Jawab :
Benda dapat terdiri dari dua bagian, yaitu : 4
-
Bag I Persegi panjang dengan luas A1 = 6 x 4 = 24 cm2 Z1 Z2
 koor titik berat Z1 (0 cm, 3 cm).
- 2
Bag II lubang bujur sangkar A2 = - 2 x 2 = -4 cm2
 koor titik berat Z2 (1 cm, 3 cm). X (cm)

xo 
 x1. A1  x2 . A2  -2 0 2

A1  A2

xo 
 0.24  1.(4) 
24  (4)
xo   0,2 cm
Karena benda simetris(sumbu y sebagai sumbu simetri),  yo = 3 cm
Jadi koordinat titik berat Z adalah Z (-2 cm, 3 cm)

Cara lain :
Benda dapat dipandang terdiri dari tiga bagian, yaitu :
-
Bag I persegi panjang dengan luas A1 = 6 x 2 = 12 cm2  koor titik berat Z1 (-1 cm, 3 cm).
-
Bag II bujur sangkar dengan luas A2 = 2x2 = 4 cm2  koor titik berat Z2 (+1 cm, 5 cm)
-
Bag III bujur sangkar dengan luas A3 = 2 x 2 = 4 cm2  koor titik berat Z3 (+1 cm, 1 cm)

 x1 . A1  x 2 . A2  x3 . A3    1.12  1.4  1.4


xo   xo 
A1  A2  A3 12  4 4
xo   0,2 cm
yo tidak perlu dihitung dengan rumus, karena Z berada pada sumbu simetri yaitu pada jarak 3
cm dari sumbu x, atau yo = 3 cm

Bahan Diskusi VI
Selesaikan soal berikut dengan diskusi kelompok !
1) Beberapa potong kawat homogen yang 14
massa jenisnya sama susunan dan 12
ukurannya seperti pada gambar.
Tentukan koordinat susunan kawat 6
tersebut !
0 4 8 12 16

halaman26
2) Sebuah karton berupa setengah bidang y
lingkaran homogen dengan ketebalan
yang sama . Bidang lingkaran tersebut
dilubang dengan bentuk dua kali
setengah lingkaran kecil seperti terlihat
pada pada gambar di samping.Jari-jari
x
lingkaran besar dua kali jari-jari
lingkaran kecil. Jika jari-jari lingkaran
kecil = cm, tentukan koordinat titik
berat benda !

3) Sebuah bangun datar berupa persegi y


panjang ABFE mempunyai ketebalan A B
yang sama. Massa jenis ABCD 2 kali
massa jenis DCFE. AB = CD= EF = 8 cm,
D C
dan AD=DE=BC=CF= 6 cm. Hitung
koordinat bidang ABFE jika posat x
koordinat di titik E ! E F
4) Sebuah bangun ruang berupa silinder
pejal homogen tinggi 32 cm dengan
bagian atas merupakan ruangan kosong
berupa setengah bola dengan diameter
32 cm seperti pada gambar di 32cm
samping.Tentukan kedudukan silinder
diukur dari alas silinder !
32cm
7.3. Jenis-jenis Keseimbangan
Ditinjau dari keadaan posisi titik berat, keseimbangan dapat dikategorikan menjadi tiga macam,
yaitu :
-
Seimbang stabil
-
Seimbang labil
-
Seimbang indifern
Untuk mempelajari tentang jenis keseimbangan, lakukan percobaan seperti berikut .
a) Percobaan I (Keseimbangan Stabil )

Z paku Z= A

A
paku
Gambar 16 b) Gambar 16 b)
Benda ditumpu menggunakan paku di titik A Benda ditumpu menggunakan paku di titik A
vertikal di bawah titik berat Z tepat berimpit dengan titik berat Z

A Percobaan I
paku -
Siapkan karton yang sudah ditentukan letak titik beratnya (Z) !
-
Z Tumpu karton di titik A menggunakan paku dengan posisi vertikal
di atas titik berat (Z) sehingga karton dalam keadaan diam
(seimbang)!
-
Gambar 16 a) Putar posisi karton dengan sudut putar kecil (<5 o) dengan poros
Benda ditumpu menggunakan paku di
titik A vertikal di atas titik berat Z putar titik A sehingga posisi Z berputar sedikit agak naik dan tahan
dengan tangan anda !
-
Lepaskan kembali karton dari tangan anda!
-
Apa yang terjadi keadaan karton setelah dilepas kembali ?
Jawab : karton akan kembali seimbang pada posisi semula, yaitu Z berada di bawah A. .
Informasi :
Keadaan seimbang benda pada posisi seperti gambar 16a) di atas disebut “seimbang stabil”.

halaman27
b) Percobaan II (Keseimbangan Labil)

A Percobaan I
paku -
Siapkan karton yang sudah ditentukan letak titik beratnya (Z) !
-
Z Tumpu karton di titik A menggunakan paku dengan posisi vertikal
di atas titik berat (Z) sehingga karton dalam keadaan diam
(seimbang)!
-
Gambar 16 a) Putar posisi karton dengan sudut putar kecil (<5 o) dengan poros
Benda ditumpu menggunakan paku di
titik A vertikal di atas titik berat Z putar titik A sehingga posisi Z berputar sedikit agak naik dan tahan
dengan tangan anda !
-
Lepaskan kembali karton dari tangan anda!
-
Apa yang terjadi keadaan karton setelah dilepas kembali ?
Jawab : karton akan kembali seimbang pada posisi semula, yaitu Z berada di bawah A. .
Informasi :
Keadaan seimbang benda pada posisi seperti gambar 16a) di atas disebut “seimbang stabil”.

halaman28

Anda mungkin juga menyukai