Petunjuk Umum : Bacalah soal dengan cermat sehingga memahami perintah yang
dimaksudkan
SOAL I
1
2
3
F. ANALISIS DATA
Pada tahap ini silahkan anda menuiskan Langkah-langkah dalam mendapatkan hasil
yang akan dimasukkan dalam table hasil pengamatan.
B. DASAR TEORI
Titik berat adalah suatu titik kesetimbangan suatu benda ataupun suatu bangun baik itu panjang
maupun luas dan volume. Benda ukurannya dapat diabaikan sehingga dapat digambarkan sebagai suatu
titik materi, disebut partikel. Gerak yang terjadi pada partikel hanyalah gerak translasi. Gerak translasi
adalah gerak yang tidak menyebabkan gerak rotasi. Oleh karena itu, satu-satunya syarat agar suatu
partikel seimbang adalah resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol.
∑F = 0
Jika partikel terletak pada bidang x-y, maka suatu kesetimbangan dapat ditulis:
Ketika partikel seimbang, partikel itu ada dalam keadaan diam (seimbang statis) atau bergerak dengan
kecepatan konstan (seimbang dinamis). Apabila ada tiga buah gaya yang seimbang, maka resultan dua
buah gaya akan sama besar dan berlawanan arah dengan gaya yang lain. Hasil bagi setiap besar gaya
dengan sudut sinus di seberangnya pun selalu bernilai sama.
Keterangan:
A1 = Luas Bidang 1
A2 = Luas bidang 2
x1 = Absis titik berat benda 1
x2 = Absis titik berat benda 2
y1 = Ordinat titik berat benda
1 y2 = Ordinat titik berat
benda 2
Benang
Gunting
Beban gantung
Statif
Milimeter block
3. Mengikat tali dengan beban gantung dan ujung lainnya diikat dengan statif.
6. Membuat garis mengikuti benang untuk masing-masing benda. Yang merupakan hasil titik
berat berdasarkan percobaan
7. Tempel benda diatas milimeter block, mengukur panjang X0 dan Y0 sebagai hasil percobaan
F. HASIL PERCOBAAN :
2 B
AYUNAN SEDERHANA
A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan nilai periode melalui percobaan ayunan sederhana
B. Dasar teori
Teori Gerak harmonis sederhana yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah
getaran benda pada pegas dan getaran benda pada ayunan sederhana. Kita akan mempelajarinya satu
persatu. Gerak Harmonis Sederhana pada Ayunan.
Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya maka benda akan diam di titik
kesetimbangan B. Jika beban ditarik ke titik A dan dilepaskan, maka beban akan bergerak ke B, C, lalu
kembali lagi ke A. Gerakan beban akan terjadi berulang secara periodik, dengan kata lain beban pada
ayunan di atas melakukan gerak harmonik sederhana.
Untuk menentukan gravitasi bumi dilakukan percobaan ayunan bandul sederhana dengan
peralatan sederhana. Dengan mengmati gerak harmonis bandul yang memiliki simpangan maksimal
30°. Serta menentukan waktu yang diperlukan untuk 5, 10, atau 20 getaran dengan panjang tali yang
berbeda-beda dan massa beban sebesar 0,05 Kg. Dari percobaan kita dapat menentukan waktu yang di
butuhkan untuk melakukan 1 kali ayunan penuh. Yang kemudian dihitung nilai gravitasinya dengan
persamaan berikut:
Keterangan :
L = Panjang tali
T = periode
6. Ayunkan beban yang telah diikat sepanjang l m dengan simpangan maksimal sebesar 15°.
10. Ulangi percobaan dengan panjang tali yang berbeda dan ayunan yang berbeda,
kemudian hitunglan waktu yang diperlukan menggunakan stopwatch.
E. Data Percobaan
Table hasil pengamatan
II 50 cm 10 Kali
III 60 cm 20 Kali
B. Dasar Teori
Asas Black adalah suatu prinsip dalam termodinamika yang dikemukakan oleh Joseph Black.
Bunyi Asas Black adalah sebagai berikut.
“Pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan
banyaknya kalor yang diterima zat yang suhunya lebih rendah”.
Tentunya kalian tahu bahwa kalor adalah energi yang dipindahkan dari benda yang memiliki temperatur
tinggi ke benda yang memiliki temperatur lebih rendah sehingga pengukuran kalor selalu berhubungan
dengan perpindahan energi.
Energi adalah kekal sehingga benda yang memiliki temperatur lebih tinggi akan melepaskan
energi sebesar QL dan benda yang memiliki temperatur lebih rendah akan menerima energi sebesar
QT dengan besar yang sama.Secara matematis, pernyataan tersebut dapat ditulis sebagai berikut.
Keterangan:
QLepas = jumlah kalor yang dilepaskan oleh zat (Joule)
QTerima = jumlah kalor yang diterima oleh zat (Joule)
Besarnya kalor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Q = mc∆T. Ketika menggunakan
persamaan ini, perlu diingat bahwa temperatur naik berarti zat menerima kalor, dan temperatur turun
berarti zat melepaskan kalor.
Dengan menggunakan persamaan (2), maka persamaan (1) dapat dijabarkan secara lebih spesifik
sebagai berikut.
QLepas = QTerima
m1c1∆T1 = m2c2∆T2 ..… Pers. (3)
dengan ∆T1 = T – Takhir dan ∆T2 = Takhir – T maka kita mendapatkan persamaan berikut.
Keterangan:
m1 = massa benda 1 yang suhunya tinggi (kg)
m2 = massa benda 2 yang suhunya rendah (kg)
c1 = kalor jenis benda 1 (J/kgoC)
c2 = kalor jenis benda 2 (J/kgoC)
F. Analisis Data
a. Alumunium :
b. Tembaga
:
c. Besi :
KISI DIFRAKSI
A. Tujuan :
B. Dasar Teori
Kisi difraksi merupakan suatu piranti atau alat untuk menganalisis sumber cahaya. Kisi adalah
celah sempit yang dibuat dengan menggores sebuah lempengan kaca dengan intan. Sebuah kisi dapat
dibuat 100 sampai 600 celah setiap 1 mm. pada kisi, setiap goresan merupakan celah. Celah diantara
goresan-goresan adalah transparan terhadap cahaya dan arena itu bertindak sebagai celah-celah yang
terpisah.Sebuah kisi memiliki konstanta atau tetapan kisi yang menyatakan banyaknya goresan tiap
satu satuan panjang, yang dilambangkan dengan d, yang juga sering dikatakan menjadi lebar celah atau
jarak antar celah.
Sebuah kisi dapat mempunyai ribuan garis per sentimeter. Banyaknya goresan tiap satuan
panjang dinyatakandengan N. Jika terdapat N garis per satuan panjang, maka tetapan kisi d
adalah kebalikan dari N, yaitu: d = 1/N
Jika berkas cahaya monokhromatis dijatuhkan pada sebuah kisi, sebagian akan diteruskan
sedangkan sebagian lagi akan dibelokkan. Akibat pelenturan tersebut,apabila kita melihat suatu sumber
cahaya monokhromatis dengan perantaraan sebuah kisi, akan tampak suatu pola difraksi berupa pita-
pita (garis) terang pada layar. Intensitas pita-pita terang mencapai maksimun pada pita pusat dan pita-
pita lainnya yang terletak dikiri dan kanan pita pusat. Intensitas pita berkurang untuk warna yang sama
bila pitanya jauh dari pita pusat.
Pita-pita terang terjadi bila selisih lintasan dari cahaya yang keluar dari dua celah kisi
yang berurutan memenuhi persamaan :
d sin θ = (n+ ½) λ
dimana :
Jika cahaya yang digunakan berupa cahaya polikhromatis, kita akan melihat suatu spectrum
warna. Spektrum yang paling jelas terlihat adalah spektrum dari orde pertama (m=1). Garis gelap dan
terang atau pembentukan spektrum akan lebih jelasdan tajam jika lebar celahnya semakin sempit atau
konstanta kisinya semakin banyak atau besar. Garis gelap dan terang dan spektrum tersebut
merupakan hasil interferensi dari cahaya yang berasal dari kisi tersebut yang jatuh pada layar titik atau
tempat tertentu.
E. Prosedur
1. Posisikan lampu, lensa, kisi dan layar seperti pada skema
3. Letakkan kisi dengan garis terendah (100) diantara lensa dan layar
5. Ukur jarak warna merah kedua dari merah pusat (ym) yang nampak pada layar
6. Ukur jarak cahaya warna biru kedua dari biru pusat (yb) yang nampak pada layar
F. Tabel
N ( kisi ) d ( m) Ym(m) Yh(m) Yb ( m) λm λh λb
No L (cm) biru merah hijau biru
merah Hijau
1 100
2 300
3 600
d100 = …….
cm d300 =
……. cm d600
= ……. cm
H. Pembahasan
1. Bandingkan ukuran panjang gelombang warna merah, hijau dengan warna biru dari
l iteratur/referensi yang kalian pelajari di buku
A. TUJUAN:
1. Menentukan koefisien restitusi antara:
a. Kelereng dengan lantai.
b. Bola pingpong dengan lantai.
c. Bola bekel dengan lantai.
d. Bola kasti dengan lantai.
2. Menyebutkan jenis tumbukan pada percobaan ini.
3. Memberi alasan mengapa nilai koefisien restitusi = 1 pada percobaan ini.
B. LANDASAN TEORI:
Koefisien restitusi merupakan konstanta yang menyertai dua benda ketika mengalami
tumbukan. Koefisien restitusi dalam peristiwa tumbukan menunjukkan jenis tumbukan dua benda.
Tumbukan itu dapat berupa tumbukan lenting sempurna dengan nilai koefisien restitusi sama dengan
satu (e = 1), tumbukan lenting sebagian dengan nilai koefisien restitusi lebih kecil dari satu dan lebih
besar dari nol (0 < e < 1), dan tumbukan tidak lenting sama sekali dengan nilai koefisien restitusi
sama dengan nol (e = 0).
Besar nilai koefisien suatu benda sangat bergantung pada kecepatan dua benda sebelum dan
sesudah tumbukan. Untuk benda jatuh bebas, koefisien tergantung pada ketinggian benda ketika
dijatuhkan. Hal tersebut dikarenakan kecepatan benda yang jatuh bebas sangat ditentukan oleh
ketinggian benda dan percepatan gravitasi bumi.
Sebuah benda yang dijatuhkan dari ketinggian h1, ketika sampai di tanah kecepatan benda adalah v1.
Sesaat setelah memantul, benda mempunyai kecepatan v2 dan memantul sampai ketinggian h2. Jadi,
benda yang dijatuhkan dari ketinggian h1 sehingga dipantulkan dengan ketinggian h2 akan
mempunyai koefisien restitusi, dengan rumus:
e = √h2 / h1
1. Meteran
2. Kelereng
3. Bola pingpong
4. Bola bekel
5. Bola kasti
• Pengamatan Kelereng
1. Menjatuhkan kelereng dari ketinggian 60 cm.
2. Mengukur tinggi pantulan pertama kelereng.
3. Mencatat hasil pengukuran pada tabel pengamatan.
4. lakukan pengulangan untuk langkah 1 sd 3
E. TABEL PENGAMATAN:
2 Bola tennis
3 Bola bekel
4 Bola pingpong
G. KESIMPULAN
A. TUJUAN PERCOBAAN
B. DASAR TEORI
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Hooke inilah dasar dicetuskan hukum Hooke yang
berbunyi: “Jika gaya tarik yang diberikan pada suatu pegas tidak melebihi batas elastisitas suatu
benda, maka pertambahan panjangnya akan berbanding lurus dengan gaya tariknya.”
F= − k.Δx
Keterangan:
Tanda negatif menunjukkan bahwa pegas memberikan gaya pemulih. Gaya berlawanan arah
dengan pertambahan panjang pegas.
SUSUNAN PEGAS
Berdasarkan gambar, dua pegas tersusun secara paralel. sebelum mendapatkan beban (gambar a)
panjang pegas masing-masing adalah L0. Ketika sebuah beban W bekerja pada pegas, maka
kedua pegas mengalami perubahan panjang dari panjang sebelumnya. Perubahan panjang
tersebut untuk masing-masing pegas sama besar ΔL. Berdasarkan hukum Hooke maka gaya
yang berkerja pada masing-masing pegas adalah :
W= − kp.ΔL
Karena sistem dalam keadaaan setimbang, maka jumlah gaya ke atas sama dengan gaya ke
bawah, maka
kp=k1+k2
Kita menyambung dua pegas secara seri seperti pada gambar. Pada gambar a keadaan
sebelum bekerja beban, panjang awal pegas pertama L01 dan panjang pegas kedua L02. Ketika beban W
bekerja, kedua pegas bertambah panjang masing-masing ΔL1 dan ΔL2
ΔL=ΔL1+ΔL2.
Maka :
1. 3 buah pegas
2. Penggaris/mistar
3. Beban gantung
4. 2 buah StatIf
1. Ukur masing – masing panjang pegas ( 3 pegas ) dari ujung satu ke ujung yang lain
2. Tentukan masing – masing konstanta pegas dengan menggantungkan sebuah beban dengan
rumus hukumHooke
3. Buatlah /susunlah rangkaian pegas seri yang tersusun dari 3 pegas
a. Susunan Seri
beban
PEDOMAN PENSKORAN
UJIAN PRAKTEK FISIKA TAHUN PELAJARAN 2022 – 2023
Nama : Hari/Tanggal :
Kelas/Program : Bidang Studi : FISIKA
Judul Percobaan :
A. Ketepatan kehadiran
B. Kerapian dan kelengkapan alat
tulis/hitung
C. Identifikasi alat dan bahan
2 Melakukan percobaan
A. Menuliskan langkah kerja
B. Merangkai alat
C. Menggunakan alat
D. Melakukan pengamatan
E. Kerjasama/kekompakan
3 Evaluasi hasil pengamatan dan penutup
A. Ketepatan hasil pengamatan dan
analisis data
B. Hasil jawaban / table
C. Kesimpulan dan saran
D. Merapikan alat dan bahan
Skor maksimum 60
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
Nilai x 100 =
60