Anda di halaman 1dari 3

Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar

Menurut Sudijono (2011:97-99) ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati
didalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan
instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur
kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan setelah mereka
menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.
1. Pertama, tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning
out comes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. Kejelasan
mengenai pengukuran hasil belajar yang dikehendaki akan memudahkan bagi guru
dalam menyusun butir-butir soal tes hasil belajar.
2. Kedua, butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif
dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap
mewakili seluruh performan yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti
suatu unit pengajaran.
3. Ketiga, bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat
bervariasi, sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang
diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri.Untuk mengukur hasil belajar yang
berupa keterampilan misalnya, tidak tepat jika hanya menggunakan soal-soal yang
berbentuk essay test yang jawabannya hanya mengurai dan bukan melakukan atau
mempraktekkan sesuatu. Demikian pula untuk mengukur kemampuan
menganalisis suatu prinsip, tidak cocok jika digunakan butir-bitir soal yang
berbentuk objective test yang pada dasarnya hanya mengungkap daya ingat peserta
didik.
4. Keempat, tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk
memperoleh hasil yang diinginkan.Pernyataan tersebut mengandung makna,
bahwa desain tes hasil belajar harus disusun relevan dengan kegunaan yang
dimiliki oleh masing-masing jenis tes.
5. Kelima, tes hasil belajar harus memiliki reliabiltas yang dapat diandalkan. Artinya,
setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berkali-kali terhadap subyek yang sama,
hasilnya selalu sama atau relatif sama. Dengan demikian tes hasil belajar itu
hendaknya memiliki keajegan hasil pengukuran yang tidak diragukan lagi.
6. Keenam, tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur
keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari
informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar
guru itu sendiri.
Menurut Sudijono (2011:31-33) evaluasi hasil belajar dikatakan terlaksana
dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip
dasar berikut ini.
1) Prinsip Keseluruhan
Berprinsip keseluruhan atau menyeluruh atau komprehensif adalah evaluasi
tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh, menyeluruh. Maksud dari pernyataan ini
adalah bahwa dalam pelaksanaannya evaluasi tidak dapat dilaksanakan secara
terpisah, tetapi mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan
perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik
sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati.
Dalam hubungan ini, evaluasi diharapkan tidak hanya menggambarkan aspek
kognitif, tetapi juga aspek psikomotor dan afektif pun diharapkan terangkum
dalam evaluasi. Jika dikaitkan dengan mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia, penilaian bukan hanya menggambarkan pemahaman siswa terhadap
materi ini, melainkan juga harus dapat mengungkapkan sudah sejauh mana
peserta didik dapat menghayati dan mengimplementasikan materi tersebut dalam
kehidupannya.
2) Prinsip Kesinambungan
Istilah lain dari prinsip ini adalah kontinuitas. Penilaian yang
berkesinambungan ini artinya adalah penilaian yang dilakukan secara terus
menerus, sambung-menyambung dari waktu ke waktu. Penilaian secara
berkesinambungan ini akan memungkinkan si penilai memperoleh informasi
yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan
peserta didik sejak awal mengikuti program pendidikan sampai dengan saat-saat
mereka mengakhiri program-program pendidikan yang mereka tempuh.
3) Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar
terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subjektif. Orang juga sering menyebut
prinsip objektif ini dengan sebutan “apa adanya”. Istilah apa adanya ini
mengandung pengertian bahwa materi evaluasi tersebut bersumber dari materi
atau bahan ajar yang akan diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan
instruksional khusus. Dengan kata lain, tester harus senantiasa berpikir dan
bertindak wajar menurut keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh
kepentingan-kepentingan yang sifatnya subjektif. Prinsip ini sangat penting sebab
apabila dalam melakukan evaluasi, subjektivitas menyelinap masuk dalam suatu
evaluasi, kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri akan ternoda.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai