Anda di halaman 1dari 6

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur, & Sipil) Vol.

3 Oktober 2009
Universitas Gunadarma-Depok, 20-21 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559

PERBEDAAN KEMATANGAN EMOSI PADA PRIA DAN WANITA


YANG MENIKAH MUDA
1
Rahma Khairani
2
Dona Eka Putri

Fakultasi Psikologi, Universitas Gunadarma


1
rahma_chairani@yahoo.com, 2donaekaputri@yahoo.com.sg

ABSTRACT

This investigation examine the difference on emotional maturity in young couples


(N=50, age 18-24 years old) based on gender. Participant were collected by incidental
technique and administered a emotional maturity survey questionnaire (instrument
reliability score 0.884). Two-tailed U Mann- Whitney test was used to test the
difference of their emotional maturity. Finding indicated that there was significant
difference on emotional maturity based on gender in young couples.
Keywords: Emotional Maturity, young couples, gender

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris perbedaan kematangan emosi
pada pria dan wanita yang menikah muda. Penelitian ini dilakukan terhadap 25 orang
pria dan 25 orang wanita yang berusia antara 18 sampai dengan 24 tahun yang
menikah muda. Untuk pengukuran kematangan emosi terlebih dahulu dilakukan uji
validitas dengan korelasi Product Moment Karl Pearson dan uji reliabilitas dengan
teknik Alpha Cronbach. Dari 56 item disebarkan diperoleh 34 item yang valid, nilai
korelasi berkisar antara 0,307 sampai 0,752 sedangkan koefisien reliabilitas sebesar
0.884. Uji hipotesis menggunakan uji beda U Mann-Whitney, karena tidak
terpenuhinya kriteria uji statistik parametrik. Berdasarkan analisis data diperoleh skor
t sebesar -3,061 dengan sig. (2-tailed) sebesar 0.002 (p < 0.01), maka hipotesis
penelitian diterima. Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan kematangan emosi
yang sangat signifikan pada pria dan wanita yang menikah muda.
Kata kunci: kematangan emosi, jenis kelamin, menikah muda

PENDAHULUAN mencapai usia dewasa secara resmi, maka


Periode masa muda hari-hari kebebasan mereka telah berakhir
merupakan masa terpenting bagi dan saatnya telah tiba untuk menerima
individu dimana ia dituntut untuk tanggung jawab sebagai orang dewasa
menyesuaikan diri terhadap pola-pola serta menjalankan tugas perkembangan
hidup dan harapan yang baru (Hurlock, pada masa tersebut.
1996), serta menjalankan peran-peran Tugas-tugas perkembangan
yang baru dan tumbuh menjadi pribadi masa dewasa awal mencakup
yang matang (Duvall & Miller, 1985). mendapatkan pekerjaan, memilih teman
Periode masa muda dimulai pada usia hidup, belajar hidup bersama suami atau
delapan belas dan berakhir di usia istri, membentuk suatu keluarga,
empat puluh tahun. Sebagaimana membesarkan anak-anak dan mengelola
didukung oleh Hurlock (1997) bahwa rumah tangga (Hurlock, 1997). Dengan
sejak generasi-generasi terdahulu kata lain pada usia masa dewasa awal
apabila anak-anak laki-laki dan wanita seseorang dihadapkan pada kodrat alam

Perbedaan Kematangan Emosi Pada Pria A1


(Rahma Khairani)
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur, & Sipil) Vol 3 Oktober 2009
Universitas Gunadarma-Depok, 20-21 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559

yaitu untuk hidup bersama adanya kebijaksanaan untuk menghargai


dalam suatu perkawinan. Perkawinan perbedaan (Rice 2004).
merupakan bentuk hubungan antara Masyarakat pada umumnya
laki-laki dan perempuan dewasa yang mengatakan bahwa wanita lebih dewasa
diterima serta diakui secara universal. dan lebih matang secara emosional
Perkawinan yang dianggap sah menurut daripada laki-laki (Butar, 2008).
hukum Indonesia dicantumkan dalam Berbicara tentang emosi, kita mungkin
Undang-Undang No. 1 pasal 7 tahun tahu tentang stereotype utama tentang
1974 yang menyebutkan bahwa gender dan emosi. Wanita lebih
perkawinan atau pernikahan hanya emosional dan penuh perasaan sedangkan
diijinkan jika calon mempelai pria telah laki-laki lebih rasional dan sering
berusia 19 tahun dan mempelai wanita menggunakan logika. Stereotype ini
telah berusia 16 tahun. Dengan alasan sangat kuat dan meresap kesannya pada
pada usia tersebut individu dianggap budaya kita (Shields dalam Santrock,
telah dapat membuat keputusan sendiri 2003).
dan telah dewasa dalam berpikir dan Berdasarkan uraian diatas
bertindak (Walgito, 2002). Hoffman terdapat kontroversi antara fenomena
(dalam Adhim, 2002) menambahkan dalam masyarakat dengan teori yang ada.
berdasarkan pada beberapa penelitian Masyarakat pada umumnya menyatakan
mutakhir bahwa menikah pada usia bahwa wanita lebih dewasa dan lebih
dewasa muda berkisar antara usia 18 matang secara emosional dibandingkan
sampai dengan 24 tahun. Pernikahan laki-laki sedangkan menurut beberapa
muda sering terjadi karena seseorang teori yang yang telah diuraikan bahwa
berpikir secara emosional untuk laki-laki memiliki emosi yang stabil yang
melakukan pernikahan, mereka berpikir dapat dikatakan mempunyai kematangan
telah saling mencintai dan siap untuk emosi lebih baik dari wanita. Oleh karena
menikah (Sanderwitz & Paxman dalam itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Sarwono, 1994), tetapi sebanarnya menguji secara empiris perbedaan
hidup berumah tangga membutuhkan kematangan emosi antara pria dan wanita
kematangan emosi dan pemikiran untuk yang menikah muda.
menghadapi dan mengendalikan
hakekat perkawinan dan peran orang tua Hipotesis
yang akan disandang (Adhim, 2002). Dari uraian diatas maka dapat
Adhim (2002) menyebutkan ditarik suatu hipotesis yaitu ada
kematangan emosi merupakan salah perbedaan kematangan emosi pada pria
satu aspek yang sangat penting untuk dan wanita yang menikah muda.
menjaga kelangsungan perkawinan di
usia muda. Mereka yang memiliki METODE PENELITIAN
kematangan emosi ketika memasuki Variabel bebas adalah jenis
perkawinan cenderung lebih mampu kelamin (X) dan variabel terikatnya
mengelola perbedaan yang ada diantara adalah kematangan emosi (Y). Teknik
mereka. Kematangan emosi adalah pengumpulan data dalam penelitian ini
suatu keadaan untuk menjalani menggunakan kuesioner kematangan
kehidupan secara damai dalam situasi emosi. Skala kematangan emosi
yang tidak dapat diubah, tetapi dengan dikembangkan berdasarkan teori Hurlock
keberanian individu mampu mengubah (1996) tentang kriteria kematangan emosi
hal-hal yang sebaiknya diubah, serta yang terdiri atas kontrol emosi,
pemahaman diri, penggunaan fungsi

A2 Perbedaan Kematangan Emosi Pada Pria


(Rahma Khairani)
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur, & Sipil) Vol.3 Oktober 2009
Universitas Gunadarma-Depok, 20-21 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559

kritis mental, dan menggunakan Skala sedangkan laki-laki lebih rasional dan
Likert. menggunakan logika (Shields dalam
Partisipan dalam penelitian ini adalah Santrock, 2003). Hasil ini juga didukung
pria maupun wanita dewasa awal oleh pendapat Kahn (dalam Hasanat,
berusia antara 18-24 tahun yang 1994) yang menyatakan bahwa wanita
menikah muda. Jumlah subjek 50 orang mempunyai kehangatan emosionalitas,
terdiri dari 25 subjek wanita dan 25 sikap hati-hati dan sensitif daripada pria.
subjek pria. Lebih lanjut Young (2009) mengatakan
Untuk menguji validitas alat ukur bahwa perbedaan hormonal maupun
digunakan korelasi Product Moment kondisi psikologis antara pria dan wanita
Pearson sedangkan untuk mengetahui menyebabkan adanya perbedaan
reliabilitas alat ukur peneliti karakteristik emosi di antara keduanya.
menggunakan teknik Alpha Cronbach. Data demogarfis yang berkaitan dengan
Pengujian hipotesis pada penelitian ini usia menunjukkan bahwa kematangan
menggunakan uji nonparametrik U emosi tertinggi pada wanita berusia 24
Mann-Whitney, yang merupakan tahun. Hal ini dapat dijelaskan dengan
alternatif dari uji T dua sampel bebas teori Blood & Blood (1980) yang
(parametrik). menyatakan bahwa bertambahnya usia
seseorang menyebabkan emosinya akan
HASIL PENELITIAN semakin terkontrol dan matang. Namun
Berdasarkan uji validitas pada Young (2009) berpendapat bahwa
skala kematangan emosi, dari 56 skala walaupun kematangan emosi seseorang
kematangan emosi yang disebarkan perkembangannya seiring dengan
terdapat 34 item yang valid dengan pertambahan usia, akan tetapi faktor
korelasi total item antara 0,307 sampai fisik-fisiologis juga belum tentu mutlak
dengan 0,752, koefisien reliabilitas sepenuhnya mempengaruhi
sebesar 0,884 sehingga skala dapat perkembangan kematangan emosi, karena
dinyatakan reliabel. kematangan emosi merupakan salah satu
Hasil dari analisis data fenomena psikis, baik faktor pola asuh
diperoleh nilai t sebesar -3,061 dengan keluarga, lingkungan sosial, pendidikan
signifikansi sebesar 0,002 (p < 0,01). dan sebagainya. Hal tersebut juga sesuai
Berdasarkan nilai tersebut, maka dengan hasil data pada subjek pria
hipotesis penelitian diterima yang dengan kematangan emosi tertinggi
artinya ada perbedaan yang sangat dimiliki oleh pria berusia 23 tahun.
signifikan antara kematangan emosi Berdasarkan pekerjaan, pria
pada pria dan wanita yang menikah dengan kematangan emosi tertinggi
muda. adalah dengan jenis pekerjaan
Berdasarkan perhitungan Mean wiraswasta. Wiraswasta artinya
Empirik (ME) dan Mean Hipotetik mempunyai usaha sendiri yang artinya
(MH) pada skala kematangan emosi, orang tersebut mandiri dengan
diperoleh hasil Mean Empirik pria yang menjalankan usahanya sendiri. Hal ini
menikah muda berada pada skor 104.88 dijelaskan oleh pendapat Smitson (dalam
sedangkan Mean Empirik wanita yang Katkovsky, 1986) bahwa kemandirian
menikah muda sebesar 96.08, artinya merupakan kapasitas seseorang untuk
pria mempunyai tingkat kematangan mengatur kehidupannya sendiri. Dengan
emosi yang lebih tinggi dibandingkan demikian individu dapat menentukan dan
wanita. Berbicara tentang emosi, wanita memutuskan apa yang dikehendakinya
lebih emosional dan penuh perasaan

Perbedaan Kematangan Emosi Pada Pria A3


(Rahma Khairani)
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur, & Sipil) Vol 3 Oktober 2009
Universitas Gunadarma-Depok, 20-21 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559

serta dapat bertanggung jawab atas Bagi pria yang ingin menikah muda
keputusan tersebut. selain harus siap secara fisik dan mental
Pada subjek wanita, kematangan emosi juga harus matang secara emosi, berfikir
tertinggi dimiliki oleh wanita yang secara logika dan mementingkan rasional
berprofesi sebagai pengajar/guru. memang baik tetapi juga jangan
Seorang guru dituntut untuk sabar mengesampingkan perasaan. Bagi wanita
dalam menghadapi murid-muridnya, yang ingin menikah muda selain harus
tidak mudah terpancing emosinya, tentu memiliki emosi yang matang juga harus
hal ini memerlukan kematangan emosi bisa berfikir secara logika dalam
yang tinggi, seperti dikatakan oleh membuat keputusan, menghadapi dan
Young (2009) kematangan emosi adalah memecahkan masalah. Jangan selalu
kemampuan seseorang dalam terbawa perasaan atau emosi sehingga
mengontrol dan mengendalikan bersikap emosional.
emosinya. Seorang guru juga dituntut Bagi peneliti selanjutnya,
untuk bisa menjadi contoh atau teladan disarankan meneliti kematangan emosi
yang baik bagi murid-muridnya. Selain pada guru karena berdasarkan hasil data,
itu guru harus mampu beradaptasi dan mean kematangan emosi guru paling
menerima beragam orang dan situasi tinggi. Selain itu diharapkan untuk
tertentu secara produktif (Smitson menambah partisipan penelitian sehingga
dalam Kurniawan, 1994) yang artinya didapatkan hasil yang maksimal.
dapat beradaptasi dengan berbagai
macam sifat, sikap dan kepribadian para DAFTAR PUSTAKA
murid yang berbeda-beda. [1] Adhim, M. F. 2002. Indahnya
Dilihat dari urutan kelahiran, pria pernikahan dini. Gema Insani Press,
dengan urutan kelahiran pertama Jakarta.
(sulung) mempunyai mean kematangan [2] Aidil, E. I. M. 2005. Diktat
emosi tertinggi. Hal ini dikarenakan pria psikologi faal 2. Depok: Universitas
sebagai anak pertama mempunyai Gunadarma.
tanggung jawab yang lebih besar [3] Azwar, S. 2005. Penyusunan skala
dibanding adik-adiknya serta harus psikologi. Pustaka Pelajar,
menjadi contoh yang baik untuk adik- Yogyakarta.
adiknya seperti salah satu kriteria [4] Bachtiar. 2004. Menikahlah, maka
kematangan emosi Dean (1980) yaitu engkau akan bahagia. Saujana
tanggung jawab. Sedangkan pada Jogja, Yogyakarta.
wanita, kematangan emosi tertinggi [5] Baron, R. A. & Byrne, D. 1994.
ternyata dimiliki oleh anak kedua. Social psychology: Understanding
human interaction. Allyn and
PENUTUP Bacon, Boston
Hasil penelitian ini [6] Benokraitis, N. N. 1996. Marriages
membuktikan terdapat perbedaan yang and families: change, choises and
signifkan antara kematangan emosi constraints 2nd ed. New Jersey:
pada pria dan wanita yang menikah Prentice Hall.
muda, dimana ditemukan bahwa pria [7] Blood, B. & Blood, M. 1978.
memiliki kematangan emosi lebih tinggi Marriage 3rd ed. Macmillan
dibandingkan wanita. Publish, New York.
Berdasarkan hasil penelitian, maka [8] Butarbutar, B.
saran yang dapat diberikan sebagai http://bobbybutarbutar.wordpress.co
berikut: m. 2008.

A4 Perbedaan Kematangan Emosi Pada Pria


(Rahma Khairani)
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur, & Sipil) Vol.3 Oktober 2009
Universitas Gunadarma-Depok, 20-21 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559

[9] Dagun, S. M. 1992. Feminin dan keenam. Alih Bahasa: Achmad


maskulin: Perbedaan antara pria Chusairi, S.Psi & Drs. Juda
dan wanita dalam fisiologi. Rineka Damanik, M. S. W. Erlangga,
Cipta, Jakarta. Jakarta
[10] Dariyo, A. 2003. Psikologi [22] Sears, D. O., Freedman, J. L. &
perkembangan dewasa muda. Peplau, L. A. 1992. Psikologi sosial
Grasindo, Jakarta. jilid dua edisi kelima. Alih Bahasa:
[11] Dean, D. G. 1980. Can emotional Michael Adryanto. Erlangga,
maturity be measured?. Jakarta.
Washington, D.C: Library of [23] Segall, M. H., Dasen, P. R., Berry,
Congress. J. W. & Poortinga. 1990. Human
[12] Deaux, K., Dane, F. C., et al. behaviour in global perspective: An
1993. Social psychology in the introduction to cross cultural
90’s 6th ed. Books/Cole Publishing psychology (Pregamon general
Company, California. psychology series). Pregamon Press
[13] Duvall, E. M. & Miller, B. C. Inc, New York.
1985. Marriage & family [24] Smolak, L. 1993. Adult
development 6th ed. Harper & Row development. Prentice Hall Inc,
Publisher, New York. New Jersey.
[14] Golombok, S. & Fivush, R. 1994. [25] Stryker, P. 2004. Maturity in motion
Gender development. Cambridge : Design for leadership.
University Press, New York http://www.h2-notes.org/maturity in
[15] Hasanat, N. 1994. Apakah motion.html. 2008
Perempuan lebih Depresif dari [26] Turner, J. S. & Helms, D. B. 1995.
Laki-laki?. Laporan Penelitian Lifespan development 5th ed. Holt,
(tidak diterbitkan). Fakultas Rinehart & Winston Inc, New York.
Psikologi UGM, Yogyakarta. [27] Walgito, B. 2002. Bimbingan dan
[16] Hurlock, E. B. 1996. Psikologi konseling perkawinan : Undang-
perkembangan edisi kelima. Alih undang pernikahan no.1 tahun
Bahasa: Istiwidaryanti & 1974. Yokyakarta: Andi Offset.
Soedjarwo, M.Sc. Penerbit [28] Whitney. 2000. The characteristics
Erlangga, Jakarta. of emotional maturity. Maryland
[17] Katkovsky. W. & Garlow, L. Institute, Maryland.
1986. The psychology of [29] Young., dalam Kematangan emosi.
adjustment and competence. http://careercenter.fapsi.umm.ac.id/
Winthrop Publishers Inc, USA. career%20center_files/Pages1397.ht
[18] Lone, P. & Shrene, A. 1986. m. Diakses tanggal 8 Januari 2009.
Working woman: A guide to [30] Diakses tanggal 23 Januari 2009.
fitness and health. The Mosby, http://eidariesky.wordpress.com/20
Co, Toronto. 08/11/26/dampak-berat-pernikahan-
[19] Powell, M. 1983. The psychology dini/.
of adolescence. The Bobbs-Meril,
Co, New York.
[20] Rice, 2004. Emotional maturity.
http://hwarmstrong.org/rice05.pdf. .
2008.
[21] Santrock. 2003. Adolescene:
Perkembangan masa remaja edisi

Perbedaan Kematangan Emosi Pada Pria A5


(Rahma Khairani)
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur, & Sipil) Vol 3 Oktober 2009
Universitas Gunadarma-Depok, 20-21 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559

A6 Perbedaan Kematangan Emosi Pada Pria


(Rahma Khairani)

Anda mungkin juga menyukai