DAN
PROSEDUR TETAP
Data program perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu informasi gambaran
wilayah yang dibutuhkan bagi pengambil keputusan dan pelaksana kegiatan baik lintas sektor
maupun lintas program terkait. Untuk memberikan presepsi yang sama tentang kegiatan di
tingat Kota Surakarta pada setiap tingkatan administrasi, maka diperlukan petunjuk teknis.
I. KATA PENGANTAR.............................................................................................. 2
II. DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
III. PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA............................................................ 4
IV. PENDATAAN ASI EKSKLUSIF.......................................................................... 12
V. PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN POLA IBU ASUH.......................... 22
VI. PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM DIMASYARAKAT......................... 28
VII. PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN BALITA.................................. 40
VIII. PEMANTAUAN STATUS GIZI ANAK BALITA.............................................. 48
PETUNJUK TEKNIS DAN PROSEDUR TETAP
PEMANTAUAN STATUS GIZI ANAK BALITA
(PSG)
III. PENGERTIAN
1. Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh
derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari
pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri
dan dikategorikan berdasarkan standar baku WHO_NCHS dengan
indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB.
2. Penimbangan Berat Badan (BB) dan Pengukuran Tinggi Badan (TB)
dilakukan oleh petugas klinik gizi sesuai dengan syarat- syarat
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan yang baik dan
benar penggunaan timbangan berat badan dan meteran tinggi badan
(mikrotoisme).
3. Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan
Pengukuran TB, dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari
data identitas anak pada sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1
bulan adalah 30 hari fan 1 tahun adalah 12 buan.
4. Balita Gizi Buruk dihitung berdasarkan indikator BB/TB dan hasilnya
<-3SD baku rujukan WHO NCHS.
5. Balita gizi Kurang dihitung berdasarkan indikator BB/TB dan hasilnya
berada diantara -2SD s/d -3SD baku rujukan WHO NCHS.
6. Balita stuned adalah status gizi balita yang didasarkan pada indeks
Pajang badan / Tinggi badan menurut Umur.
IV. TUJUAN
Tujuan Umum :
Tersedianya informasi status gizi balita secara berkala untuk keperluan
perencanaan, penetapan kebijakan dan evaluasi program perbaikan gizi.
Tujuan Khusu :
a. Mendapatkan data berat badan dan panjang/tinggi badan balita
b. Mendapatkan data status gizi di tingkat kelurahan
c. Tersebar luasnya informasi status gizi balita kepada penentu kebijakan,
pengambilan keputusan, lintas program, lintas sektoral, dan pengguna
lainya.
V. SASARAN KEGIATAN
e. Pembekalan Petugas
o Uji coba instrumen (alat)
o Standarisasi pengukuran berat badan, panjang badan, tinggi
badan.
o Penentuan umur
o Penentuan status gizi dengan standar WHO anthro 2005 dengan
isian data survey oleh petugas gizi puskesmas
f. Pelaksanaan
Pembinaan dan pengawasan dilakukan pada tahap awal dan
pertengahan pelaksanaan meliputi :
o Pengecekan sasaran balita
o Mengamati dan memperbaiki cara pengukuran berat badan,
panjang badan, tinggi badan.
5. Pelaporan Hasil
a. Formulir F0/PSG, digunakan untuk registrasi seluruh balita disetiap
lokasi yang berisi nama anak, nama orang tua, tanggal lahir anak,
jenis kelamin, alamat lengkap.
b. Formulir FI/PSG, digunakan untuk registrasi sampel balita dan
untuk mencatat hasil pendataan status gizi dan menentukan status
gizi balita yang berisi tanggal pengukuran, nama anak, jenis kelamin,
tanggal lahir, umur, berat badan, tinggi badan, / panjang badan, cara
pengukuran, status gizi BB/U, TB/U, BB/TB.
c. Formulir FII/PSG, digunakan untuk menggabungkan semua balita
yang diukur sehingga diperoleh jumlah balita yang diukur pada
masing-masing kecamatan. Formulir ini berisi nama desa, jumlah
balita yang diukur, status gizi BB/U, TB/U, BB/TB.
Penilaian status gizi dilakukan oleh petugas gizi puskesmas sesuai
data pada formulir FI/PSG. Setelah FI lengkap terisi, pindahkan
hasil penilaian status gizi ke formulir rekapitulasi FII. Di FII ini
dapat dihitung persen status gizi baita untuk tingkat kecamatan.
d. Pengiriman laporan ke Puskesmas
Formulir pengumpulan data (FII/PSG) yang telah diisi lengkap oleh
Puskesmas, segera dikirim ke Dinas Kesehatan Kota untuk
pengolahan lebih lanjut.
FORMULIR REGISTRASI (F0/PSG)
PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) BALITA
KOTA SURAKARTA
2016
No. Nama Anak Nama Orang Jenis Tanggal Lahir Umur Alamat lengkap
Urut Tua Kelamin *) (Tanggal/Bulan/tahun) (bulan)
Catatan :
*) Jenis kelamin Laki-laki (1) ; Perempuan (2
LAMPIRAN
FORMULIR REGISTRASI (FI/PSG)
PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) BALITA
KOTA SURAKARTA
TAHUN 2016
No. Nama Jenis Tanggal Umur Berat Cara PB/TB Status Gizi
Urut Anak Kelamin Lahir (bulan) Badan Pengukuran (cm)
*) (tgl/bln/th) (Kg) BB/U TB/U BB/TB
Buruk Kurang Baik Lebih Pendek Normal Kurus Kurus Normal Gemuk
Sekali
Jumlah
Status Gizi
Jumlah
No. Nama Nama
Balita yang
Urut Posyandu Kelurahan
diukur BB/U TB/U BB/TB
Kurus
Buruk Kurang Baik Lebih Pendek Normal Kurus Normal Gemuk
Sekali
PETUNJUK TEKNIS DAN PROSEDUR TETAP
PENDATAAN ASI EKSKLUSIF
2016
I. PENDAHULUAN
Anak sebagai harapan masa depan keluarga, masyarakat dan bangsa, karena itu perlu
diberikan perlindungan mulai sejak dalam kandungan (UU No. 23 th. 2002 tentang
Perlindungan Anak).
Pemberian ASI pada 1 jam pertama kelahirannya merupakan upaya penyelamatan satu
juta bayi. Penggunaan ASI eksklusif selama 6 bulan bagi bayi, merupakan hal yang
sangat penting dalam pembangungan SDM sejak dini.
Kebijakan peerintah, semua Ibu atau minimal 80% dari Ibu dapat memberikan ASI
secara eksklusif, serta semua yankes dan petugas kesehatan melaksanakan 10 langkah
menuju keberhasilan menyusui dan bebas dari promosi susu formula, namun
kenyataan baru 10% saja Ibu yang memberi ASI eksklusif pada bayinya.
Kegagalan dalam pencapaian target pemberian ASI eksklusif kepada bayi berdampak
terhadap kesehatan dan perkembangan sumber daya manusia memberikan ASI pada 1
jam kelahiran bayinya, perlu diadakan suatu strategi lintas sektoral maupun organisasi
non pemerintah, organisasi kemsyarakatan, profesi, dan pendidikan sejak dini kepada
anak dan remaja, di sekolah maupun dalam keluarganya.
Tujuan Umum :
Tersedianya petunjuk teknis dalam rangka pencatatan dan pelaporan ASI Eksklusif di
Kota Surakarta tahun 2016.
Tujuan Khusus
1. Terselenggaranya kegiatan perhitungan ASI Eksklusif 0-6 bulan
2. Terselenggaranya kegiatan pencatatan dan pelaporan ASI Eksklusif
3. Terselenggaranya tertib administrasi dalam pelaksanaan pencatatan dan pelaporan
ASI Eksklusif
Bayi usia 0-6 bulan yang masih diberi ASI saja pada bulan Februari dan Agustus.
V. PELAKSANAAN
Beri tanda (√) bila pada bulan tersebut bayi masih diberi ASI saj tanpa makanan
dan minuman lain. Bila diberi makanan selain ASI, bulan tersebut berikutnya diisi
dengan tanda (-)
Langkah-Langkah Perhitungan
1) Pindahkan catatan informasi ASI pada KMS sesuai dengan kode-kode yag telah
diisi kedalam register bayi. Hal ini dilakukan setiap bulan pada saat bayi
berkunjung ke Posyandu.
2) Bidan desa merekap jumlah kode √, X, A, R kunjungan terakhir di Posyandu
ke dalam formulir rekapitulasi tingkat desa
3) TPG merekap jumlah kode √, X, A, R kunjungan terakhir tingkat desa ke
dalam formulir rekapitulasi tingkat Puskesmas.
4) TPG Puskesmas menghitung Cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan 6 bulan sekali
bersamaan dengan bulan vitamin A bulan Februari dan Agustus dengan rumus
berikut :
3. Langkah-Langkah dan Rumus Perhitungan Persen ASI Eksklusif
a. TERKOREKSI
(Memperhatikan keadaan sebelumnya : Cohort)
b. TIDAK TERKOREKSI
(Hanya memperhatikan keadaan saat ini)
Perhitungan indikator menurut WHO-Unicef
Posyandu ⁿ√, ⁿX, ⁿA, ⁿR
∑n√
Posyandu ⁿ√, ⁿx, ⁿA, ⁿR
∑n X
Posyandu ⁿ√, ⁿX, ⁿA, ⁿR
DESA
∑n
Posyandu ⁿ√, ⁿX, ⁿA, ⁿR
∑n R
Posyandu ⁿ√, ⁿX, ⁿA, ⁿR
Berdasarkan register bayi , pada kunjungan terakhir hitung jumlah untuk masing-masing kode-
kode berikut :
Nama
AE0 AE1 AE2 AE3 AE4 AE5
Anak
Iwan √ A √ X R R
Eko √ X R R R R
Cahaya √ √ √ √
Hera √ √ √ √
Titin √ A
Elmi √ X X X X X
∑ 𝑛𝑣 + ∑ 𝑛𝑅
PE =
∑ 𝑛𝑣 + ∑ 𝑛𝑥 + ∑ 𝑛𝑅
x 100 %
∑ 𝑛𝑣
PĒ =
∑ 𝑛𝑣 + ∑ 𝑛𝑥 + ∑ 𝑛𝑅
× 100%
POSYANDU Sn √ Sn X Sn A Sn R
Mawar 7 2 3 1
Melati 8 3 4 1
Bougenvile 11 1 3 2
Kenanga 9 0 2 2
Anggrek 15 3 4 3
JUMLAH 50 9 16 9
DESA
∑n√, ∑nx, ∑nA, ∑nR N√
Nx
PUSKESMAS
DESA NA
∑n√, ∑nx, ∑nA, ∑nR
NR
DESA
∑n√, ∑nx, ∑nA, ∑nR
DESA
∑n√, ∑nx, ∑nA, ∑nR
2. DI TINGKAT PUSKESMAS
𝑁𝑣
PE = x 100 %
𝑁𝑣 + 𝑁𝑥 + 𝑁𝑅
𝑁𝑣 + 𝑁𝑅
PĒ = x 100 %
𝑁𝑣 + 𝑁𝑥 + 𝑁𝑅
CONTOH PERHITUNGAN DI TINGKAT PUSKESMAS
DESA N√ NX NA NR
Gading Rejo 30 15 7 4
Sumber Rejo 25 13 4 3
Wono Rejo 32 16 5 4
Bangun Rejo 26 0 4 5
Tunggul Rejo 35 17 6 3
JUMLAH 152 61 26 19
JUMLAH
Krisis ekonomi yang sampai saat ini belum dapat ditanggulangi dengan baik,
menyebabkan semakin banyaknya keluarga misin dan menurunnya daya beli terhadap
pangan sehingga ketersediaan bahan makanan dalam keluarga menjadi terbatas dan
pada akhirnya berpotensi terjadinya gizi kurang, gizi buruk pada bayi dan balita serta
kurang energi Kronis (KEK) dan anemia gizi kekeurangan zat besi pada ibu hamil.
Masalah gangguan gizi pada balita dan ibu hamil merupakan masalah yang perlu
ditanggulangi secara serius, karena kedua maslah ini menjadi bagian dari target RPJMN
dan MDGs 2015.
Balita merupakan generasi penerus yang perlu diperhatikan karena awal kehidupn
merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan. Sehingga masa ini disebut juga
sebagai “masa emas” (golden period) atau “masa kritis” (kritikal perriod). Berhubung
masa ini tidak berlnagsung lama maka anak harus mendapat perhatian yang serius pada
awal kehidupannya yaitu: gizi yang baik, stimulasi yang memadai, pelayanan kesehatan
secara terpadu, juga deteksi dan intervensi dini terhadap penyimpangan tumbuh
kembang.
Data pengelolaan masalah gizi padabalita dan ibu hamil di Kota Surakarta
menunjukkan bahwa angka prevalensi gizi buruk tahun 2010 sebesar 0% mengalami
penurnan bila dibandingkan dengan tahun 2009 dengan prevalensi 0,4%, sedangkan
untuk prevalensi balita dengan status gizi kurang mengalami kenaikan dari 6.89% pada
tahun 2009 menjadi 7. 19% pada tahun 2010. Selanjutnya prevalensi bumil KEK tahn
2011 5,68%.
Penyebab terjadinya masalah gizi pada balita dan bumil sebagian besar disebabkan
karena kurangnya asupan zat gizi yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sehari-
hari. Faktor penyebab yang lain adalah kurangnya pola asuh dan pola makan, sehingga
beberapa zat gizi tidak dapat mencukupi kebutuhan khususnya energi dan zat gizi miro
terutama Zat Besi (Fe) dan Seng (Zn).
Untuk memberikan bantuan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan pada
sasaran balita gizi buruk, balita gizi kurang dan ibu hamil KEK di Puskesmas
diperlukan petunjuk teknis yang memadai.
II. LANDASAN HUKUM
Pelaksanaan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan kepada balita gizi buruk, balita
gizi kurang dan ibu hamil KEK di Kota Surakarta berlandaskan pada:
1. Undang-undang Dasar Tahun 1945 pasal 28 ayat (1)
2. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
4. Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 6 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta
5. Keputusan Meneteri Kesehatan No. 1575/Menkes/SK/XI/2005tanggal 24
Nopember 2005 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Di Anjurkan Bagi Bangsa
Indonesia
III. PENGERTIAN
Tujuan Umum :
Tersedianya petunjuk teknis dalam rangka pengelolaan kegiatan PMT balita gizi buruk,
PMT balita gizi kurang dn PMT Ibu Hamil KEK di wilayah Puskesmas tahun 2016.
Tujuan Khusus:
1. Terselenggaranya kegiatan PMT balita gizi buruk, balita gizi kurang dan ibu hamil
KEK di puskesmas dengan pola Ibu Asuh
2. Terselenggaranya pemantauan kegiatan PMT balita gizi buruk, balita gizi kurang
dan ibu hamil KEK oleh petugas puskesmas.
3. Terselenggaranya pengukuran status gizi sasaran saat sebelum dan setelah
pemberian PMT
4. Terselenggarnya tertib administrasi dalam pelaksanaan kegiatan PMT balita dan
Ibu hamil.
V. SASARAN KEGIATAN
PMT balita gizi buruk, balita gizi kurang dan ibu hamil KEK dan atau dengan Anemia.
VI. BENTUK KEGIATAN
3. Sosialisasi PMT
Waktu : Sesuai POA
Sasaran : Calon penerima PMT dengan Ibu Asuh yang sudah
disepakati / catering
Dasar : petunjuk pelaksanan PMT
Pelaksana : Petugas pengelola Program Gizi Puskesmas
5. Pelaksanaan PMT
Waktu : 90 hari makan anak (HMA) / Ibu (HMI) sesuai POA
Sasaran : Balita dan Ibu Hamil sasaran PMT
Dasar : Daftar menu PMT
Pelaksana : Catering didampingi petugas pengelola program gizi dan bidan
wilayah
8. Pelaporan
Waktu : Setelah pelaksanaan PMT
Sasaran : Perkembangan status gizi sasaran penerima PMT
Dasar : Hasil pengukuran status gizi sebelum & setelah kegiatan PMT
Pelaksana : Pengelola Program Gizi Puskesmas
VII. BIAYA
Pembiyaan kegiatan PMT balita gizi buruk, balita gizi kurang dan ibu hamil KEK ini
bersumber dari APBD Kota Surakarta tahun 2016 yang berada pada DPA kegiatan
Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin dalam Rekening 5.2.2.03.09 Belanja Jasa
Transaksi Keuangan.
PETUNJUK TEKNIS DAN PROSEDUR TETAP
PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM TINGKAT MASYARAKAT
PUSKESMAS GAJAHAN KOTA SURAKARTA
III. PENGGUNAJUKNIS
1. Pengambil keputusan di tingkat Kota
2. Tim penanggulanagan GAKY di Kota Surakarta
3. Tim Teknis/Pokja Penanggulangan GAKY kota Surakarta
4. Pengelola Program dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta (Bidang Binkesmas, Seksi
perbaikan Gizi Masyarakat)
5. Lintas sektoral yang terkait
IV. TUJUAN
Tujuan Umum
Terlaksananya pembuatan untuk memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam
beryodium yodium yang memenuhi syarat di masyarakat.
Tujuan Khusus
1. Diperolehnya informasi tentang konsumsi garam beryodium di tingkat kelurahan dengan
pengujian garam.
2. Diperolehnya informasi tentang bentuk garam yang digunakan di tingkat masyarakat.
3. Diperolehnya informasi tentang tempat pembelian garam yang digunakan masyarakat.
4. Diperolehnya informasi tentang ada/tidaknya merk dagang produk garam yang dikonsumsi
masyarakat.
V. PENGERTIAN
Garam beryodium: garam Natrium Chlorida (NaCl) yang diproduksi melalui proses yodisasi yang
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) kandungan yodium antara 30-80 ppm untuk
konsumsi manusia atau ternak.
Daerah Endemik Berat: daerah yang penduduknya mengalami pembesaran kelenjar gondok
dengan total Goiter Rate (TGR) ≥30,0%.
Daerah Endemik Sedang: daerah yang penduduknya mengalami pembesasaran kelenjar gondok
dengan total Goiter Rate (TGR) 20,0 – 29,9%.
Daerah Endemik ringan: daerah yang penduduknya mengalami pembesasaran kelenjar gondok
dengan total Goiter Rate (TGR) 5,0 – 19,9%.
Daerah Non Endemik: daerah yang pendududknya mengalami pembesaran kelenjar gondok
dengan total Goiter rate (TGR) < 5,0%.
Kelurahan dengan garam baik: kelurahan dengan 90% sample yang diperiksa dengan memenuhi
syarat (mengandung yodium dengan kadar cukup).
Kelurahan dengan Garam tidak Baik: kelurahan < 90% sample yang diperiksa memenuhi syarat
(mengandung yodium dengan kadar cukup).
Propinsi : Desa :
Kabupaten/Kodya : Nama Posyandu :
Kecamatan : Tgl. Pelaksana :
Nomor Pendaftaran
Tukang Sayur
Curai/Krosok
No Nama Merk/Dagang
Bata/Briket
Tidak Ada
Lain-Lain
(MD/SD)
Warung
Kurang
Cukup
Halus
Pasar
Jumlah
................................. .................................
FORMULIR PEMANTAUAN GARAM BERYODIUMDI TINGKAT MASYARAKAT
TINGKAT PUSKESMAS
Nama
Katagori Bentuk No. Tempat Membeli
Jumlah Merk/Daga
Desa Garam MD/SP Garam
ng
Nama
No
Hasil Uji Cukup
Tukang Sayur
Posyandu Curai/Krosok
Tidak Baik
Lain-Lain
Warung
Briket
Tidak
Tidak
Halus
Pasar
Baik
Ada
Ada
Jumlah
................................. .................................
PETUNJUK TEKNIS DAN PROSEDUR TETAP
PEMBERIAN VITAMIN A DOSIS TINGGI BAGI BAYI, ANAK BALITA,
DAN IBU NIFAS PUSKESMAS GAJAHAN KOTA SURAKARTA
Prinsip dasar untuk mencegah dan menanggulangi masalah KVA adalah menyediakan vitamin
A yang cukup untuk tubuh.Selain itu, perbaikan kesehatan secara umum turut pula memegang
peranan.
Dalam upaya menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh, ditempuh kebijaksanaa sebagai
berikut:
Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui proses Komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman dan langgeng. Namun
disadari bahwapenyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata. Selain itu kegiatan
fortifikasi dengan vitamin A masih bersifat rintisan.Oleh sebab itu penanggulangan KVA saat ini
masih bertumpu pada pemeberian Kapsul Vitamin A dosis tinggi.
II. TUJUAN
Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi maslah KVA pada masyarakat
apabila cakupan tinggi (minimal 95%).Cakupan tersebut dapat tercapai apabila seluruh jajaran
kesehtan dan sector-sektor terkait dapat menjalankan peranannya masing-masing dengan baik.
Tujuan Umum
Menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan Vitamin A pana anak-anak balita.
Tujuan Khusus
a. Cakupan pemberian Vitamin A dosis tinggi paling sedikit 95% dari seluruh sasaran
b. Seluruh jajaran kesehan menegetahui tugas masing-masing dalam kegiatan distribusi kapsul
vitamin A dosisi tinggi, dan melaksanakan tugas tersebut dengan baik.
c. Seluruh sector terkait mengetahui peranan masing-masing dalam kegiatan distribusi kapsul
vitamin A dosis tinggi dan melaksanakan peran tersebut dengan baik.
1. Sasaran
a. Bayi
Semua bayi umur 6-11 bulan, baik sehat maupun sakit
b. Anak Balita
Semua anak balita umur 12-59 bulan, baik sehat maupun sakit
c. Ibu Nifas
Ibu yang baru melahirkan (nifas) sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang
cukup melalui ASI
2. Dosis Vitamin A
i. Secara periodic
a. Bayi umur 6-11 buan
Satu kapsul vitamin A 100.000 SI (warna biru) iberikan satu kali secara serentak
pada bulan Februari atau Agustus.
b. Anak balita umur 12-59 bulan
Satu kapsul vitamin A 200.000 SI (warna merah) tiap 6 bulan, diberikan secara
serentak pada bulan februari dan Agustus.
c. Ibu Nifas
Satu kapsul vitamin A 200.000 SI (warna merah) dalam masa Nifas.Kapsul vitamin
A diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan.
d. Ibu Nifas
Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 SI kepada ibu pada masa nifas diberi 2 (dua)
kapsul dengan waktu pemberian:
Segera setelah melahirkan atau pada kunjungan pertama neonatal, dan
Minimal 24 jam setelah pemberian pertama atau pada kunjungan kedua neonatal.
Sebagai upaya pencegahan, kapsul Vitamin A diberikan kepada seluruh bayi (6-11 bulan) dan
anak balita (12-59 bulan) di Posyandu pada hari buka posyandu. Untuk wilayah khusus
tertentu pemebrian kapsul Vitamin A kepada bayi, anak balita dan ibu nifas dapat melalui
institusi kesehatan/oeganisasi profesi terkait seperti Rumah Sakit, IDAI, POGI, dan IBI.
V. PEMANTAUAN DAN TINDAK LANJUT
1. Posyandu
Menjelang pemberian kapsul viatamin A, tiap posyandu atau tempat lain yang telah
disepakati, harus sudah siap dengan daftar nama semua bayi umur 6-11 bulan dan
anak balita umur 12-59 bulan di wilayahnya, yang dicatat pada formulir registrasi.
Setiap pemberian kapsul Vitamin A, baik yang diebrikan di Posyandu/tempat lainyang
telah disepakati, maupun yang diberikan melalui “sweeping” harus dicatat di KMS dan
di formulir regitrasi. (Lihat Contoh).
Pemberian diluar periode sweeping harus dicatat tersendiri, dan dimasukakn sebagai
cakupan periode berikutnya. Jadi, anak yang dicakup setelah bulan Maret, dilaporkan
sebagai cakupan periode Agustus. Demikian pula anak yang dicakup setelah bulan
September, dilaporkan sebgai cakupan periode Februari.
2. Tingakat Kelurahan
Pada minggu keempat bualan Maret/September, yaitu setelah selesai “sweeping”
koordinator kader mengumpulkan hasil pemberian Vitamin A dari seluruh
posyandu/tempat lain yang disepakati di wilayahnya.
Dengan menggunakan (lampiran 1), dicatat/dihitung cakupan dari masing-masing
tempat, kemudian direkapitulasi untuk memperoleh cakupan tingkat kelurahan.
cakuapan/laporan dibuat rangkap dua, masing-mamsing untuk puskesmas dan untuk
arsip di tingkat kelurahan.
3. Tingakat Puskesmas
VII. PERHITUNAGNCAKUPAN
1. Definisi Operasinal
a. Balita 6-59 bulan adalah balita usia 6-59 bulan yang ada di suatu wilayah tertentu
diperoleh berdasarkan hasil pendatan sasaran Vitamin A
b. Kapsul vitamin A adalah kapsul yang mengandung Vitamin A dosis tinggi, yaitu
100.000 Satuan Internasional (SI) untuk bayi usia 6-11 bulan dan 200.000 SI untuk
anak balita 12-59 bulan.
c. Presentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul Vitamin A adalah jumlah balita 6-59
bulan yang mendapat 1 (satu) kapsul vitamin A dibagi jumlah seluruh balita6-59 bulan
yang ada di satu wilayah dalam perode 6 (enam) bulan yang didistribusikan setiap
Februari dan agustus dikai 100%.
2. Ukuran Indikator
Kinerja dilai baik jika presentase balita 6-59 bulan mendapat vitamin A sesuai atau
melampaui target (Lihat Indikator Kinerja dan Target kegiatan Pembinaan Gizi Tahun
2010-2015)
3. Rumus
% balita 6-11 bulan 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 6 − 11 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑝𝑠𝑢𝑙 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐴
=
mendapat kapsul 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 6 − 11 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛
Vitamin A
TAHUN 2016
I. PENDAHULUAN
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sengat diperlukan dalam mengisi pembangunan
yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia.Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan
adalah perbaikan gizi masyarakat, gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh,
dapat meningkatkan kecerdasan dan meningkatkan pertumbuhan yang normal (Depkes RI,
2004).
Namun sebaiknya gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali
ditanggulangi oleh Indonesia, masalah gizi seimbang yang tidak seimbang itu adalah Kurang
Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY) dan Anemia Zat Besi (Depkes RI, 2004).
Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau yang dikenal dengan gizi kurang
atau yang sering ditemukan secara mendadak adalah gizi buruk terutama pada anak-anak
sekolah, masih merupakan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh pemerintah,
walaupun penyebab gizi buruk itu sendiri pada dasarnya sangat sederhana yaitu kurangnya
intake (konsumsi) makanan terhadap kebutuhan makan seseorang, namun tidak demikian
oleh pemerintah dan masyarakat karena masalah gizi buruk adalah maslah ketersediaan
pangan ditingkat rumah tangga, tetapi anehnya didaerah-daerah yang telah swasembada
pangan bahkan telah terdistribusi merata sampai rumah tangga (misalnya program raskin),
masih sering ditemukan kasus gizi buruk, adahal sebelum gizi buruk ini terjadi, telah melewati
beberapa tahapan yang dimulai dari penurunan berat badan dari berat badan ideal seorang
anak sampai akhirnya terlihat anak tersebut sangat buruk (gizi buruk). Jadi masalah
sebenarnya adalah masyarakat atau keluarga anak sekolah belum mengetahui cara manilai
sttus berat badan anak (status gizi anak) atau juga belum mengetahui pola pertumbuhan berat
badan anak, sepertinya masyarakat atau keluarga hanya tahu bahwa anak harus diberikan
makan seperti halnya orang dewasa harus makan tiap harinya.
III. PEGERTIAN
1. Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan
fisik energi dan zat-zat gizi lain yang yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak
fisiknya diukur secara antropometri dan dikatagorikan berdasarkan standar baku WHO-
NCHS dengan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB.
2. Penimbangan Berat Badan (BB) dan Pengukuran Tinggi Badan (TB) dilakukan oleh
petugas klinik gizi sesuai dengan syarat-syarat penimbangan berta badan dan pengukuran
tinggi badan yang tidak baik dan benar penggunaan timbangan berat badan meteran tinggi
badan (mikrotoise).
3. Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan pengukuran TB,
dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari data identitas anak pada sekolah
masing-masing, dengan ketentuan satu bulan adalah 30 hari dan i tahun adalah 12 bulan.
4. Anak kurus sekali dihitung berdasarkan indikator BB/TB dan hasilnya <-3SD buku
rujukan WHO NCHS.
5. Anak kurus dihitung berdasarkan indikator BB/TB dan hasilnya berada diantara -2SD s/d -
3SD buku rujukan WHO NCHS.
6. Anak Sekolah Stunted adalah status gizi anak sekolah yang didasarkan pada indeks panjang
badan/tinggi badan menurut umur.
IV. TUJUAN
Tujuan Umum
Tersedianya informasi status gizi anak sekolah secara berkala untuk keperluan perencanaan,
penetapan kebijakan dan evaluasi program perbaikan gizi.
Tujuan Khusus
a. Mendapatkan data berat badan dan panjang/tinggi badan anak sekolah
b. Mendapatkan data status gizi anak sekolah
c. Tersebar luasnya informasi status gizi anak sekolah kepada penentu kebijakan, pengambil
keputusan, lintas program, lintas sektoral, dan pengguna lainnya.
V. SASARAN KEGIATAN
Anak Sekolah di Setiap (SD dan TK) di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan
Status Gizi
Tanggal Berat
No Nama Jenis Umur PB/T BB/U TB/U BB/TB
Lahir Badan
Urut Anak Kelamin *) (bulan) B (cm) Kurus
(tgl/bl/th) (Kg) Buruk Kurang Baik Lebih Pendek Normal Kurus Normal Gemuk
Sekali