BAB
VI
Dalam banyak pemakaian, tegangan listrik yang digunakan dihasilkan oleh sumber
dalam bentuk tegangan yang berubah dengan waktu secara sinusoida. Demikian juga
dalam rangkaian elektronika banyak digunakan tegangan semacam ini yang dihasilkan
oleh osilator. Tegangan sumber yang berubah dengan waktu secara sinusoida dapat
dinyatakan dengan persamaan:
V = Vm Sin t (6.1)
Dimana: V adalah tegangan sesaat, Vm adalah tegangan maksimum (amplitudo
tegangan), dan adalah frekuensi sudut (2f).
Grafik tegangan fungsi waktu dapat dilihat pada Gambar 6.1.
V
Vm
0 t
T
Gambar 6.1 Grafik tegangan fungsi waktu
Untuk menyatakan harga tegangan AC, maka digunakan beberapa besaran sebagai
berikut:
a. Tegangan sesaat: yaitu tegangan pada suatu saat t, dapat dihitung dengan persamaan
(6.1), jika diketahui Vm, , dan t.
b. Amplitudo tegangan Vm; yaitu harga maksimum tegangan.
c. Tegangan puncak-ke puncak Vpp: adalah beda antara tegangan minimum dan
tegangan maksimum, Vpp = 2 Vm.
d. Tegangan rata-rata Vrata: tegangan ini langsung terukur pada voltmeter AC,
2Vm
Vrata
e. Tegangan rms Vrms: karena untuk selang waktu satu perioda, harga rata-rata
tegangan sinusoida = 0, maka untuk menghindari ini digunakan tegangan root-mean-
Vm
square (Vrms) yaitu: Vrms .
2
Bila sebuah resistor dengan tahanan R dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-
balik (AC), maka beda potensial antara a dan b ( kedua ujungnya) adalah:
Vab = V = Vm sin t (6.2)
Seperti halnya pada rangkaian arus searah, pada rangkaian AC juga berlaku hulum Ohm,
sehingga arus sesaat yang melalui resistor adalah:
V Vm
I sin .t
R R
maka arus maksimumnya adalah
Vm
Im (6.3)
R
sehingga:
I = Im sin t (6.4)
Dari persamaan (6.4) tampak bahwa arus yang melalui resistor sefase dengan tegangan
yang dipergunakan.
dq d
I (C.Vm sin .t )
dt dt
.C.Vm . sin( t )
2
Arus maksimumnya adalah
Im = C Vm (6.5)
Sehingga arus sesaat:
I I m sin t (6.6)
2
Dari persamaan (6.6) tampak bahwa fase arus yang melalui kapasitor mendahului /2
terhadap fase tegangannya.
Reaktansi kapasitif didefinisikan sebagai:
1
XC (6.7)
C
maka bentuk persamaan (6.6) menyerupai hukum Ohm
Vm V
Im m (6.8)
1 XC
C
Dari persamaan (6.8) jelas bahwa XC menyatakan hambatan yang disebabkan oleh
kapasitor terhadap arus yang melewatinya sehingga mempunyai satuan ohm ().
Contoh 1:
Sebuah kapasitor dengan kapasitansi 8 F dihubungkan dengan generator AC yang
mempunyai tegangan maksimum 150 V dan frekuensi 60 Hz. Hitunglah harga reaktansi
kapasitif dan arus maksimum dalam rangkaian tersebut.
Penyelesaian:
Frekuensi sudut = 2f
Reaktansi kapasitif:
1 1 1
XC 332.
.C (2f ).C 2(3,14)(60.Hz )(8 x10 6 F )
Arus maksimum dalam rangkaian:
Vm 150.V
Im 0,452. A
X C 332.
Sebuah induktor murni dengan induktansi L, dihubungkan pada sebuah tegangan AC.
Bila i menyatakan arus sesaat yang melalui induktor, maka beda potensial antara ujung-
ujung induktor adalah:
di
L
dt
Menurut hukum Kirchhoff kedua:
di
Vm sin .t L 0
dt
Vm
di . sin t.dt
L
Integrasi kedua persamaan tersebut menhasilkan
Vm V
I cos t m sin t
L L 2
Arus maksimum
V
Im m (6.9)
L
sehingga arus sesaat dapat ditulis:
I I m . sin t (6.10)
2
Dari persamaan (6.10) tampak bahwa fase arus melalui induktor tertinggal /2 terhadap
fase tegangannya.
Persamaan (6.9), arus maksimum dapat pula ditulis dalam bentuk
Vm
Im (6.11)
XL
dengan
XL = L (6.12)
XL dinamakan reaktansi induktif induktor, satuan reaktansi induktif adalah volt per
ampere atau ohm.
Contoh 2:
Sebuah induktor dengan induktansi 50 mH dihubungkan dengan generator AC 220 V
dengan frekuensi 50 Hz, hitunglah:
Tiga buah komponen listrik dirangkai seri yang terdiri dari resistor (R), kapasitor (C),
dan induktor (L), dihubungkan dengan sumber tegangan AC seperti pada Gambar 6.2.
R L C
a b
V = Vm sin t
Gambar 6.2 Rangkaian seri R-L-C
V = Vm sin t
maka arus yang melalui rangkaian tersebut dapat ditulis:
dimana im adalah arus maksimum dan adalah beda fase antara arus dan tegangan
sumber. Penerapan hukum Kirchhoff II pada rangkaian seri R-L-C di atas memberikan
persamaan:
V = VR + VC + VL (6.14)
Besaran tersebut di atas adalah besaran-besaran yang berubah terhadap waktu secara
sinusoida, masing-masing dengan harga maksimum Vm, VR = Im R, VC = Im XC, VL = IL
XL.
Untuk mendapatkan hubungan antara fasor I dan V pada rangkaian tersebut, maka lebih
mudah diselesaikan dengan menggunakan diagram fasor, dengan memperhatikan bahwa
pada rangkaian seri, arus yang melalui masing-masing elemen tentu mempunyai
amplitudo dan fase yang sama, karena hanya ada satu saluran arus.
Dengan memperhatikan beda fase antara arus dan tegangan pada masing-masing elemen,
yaitu VR sefase dengan Im, VC tertinggal terhadap Im, dan VL mendahului terhadap
2 2
Im, sehingga dapat dilukis dalam diagram fasor pada Gambar 6.3.
VL vL Im VL Vm Im
vR VR
VL - VC VR
t
vC VC VC
(a) (b)
Gambar 6.3 a) Diagram fasor rangkaian seri
b) Diagram fasor hubungan arus dan tegangan AC.
Vm VR2 VL VC
2
(6.15)
Vm I m .R 2 I m . X L I m . X C 2
Vm I m R 2 X L X C
2
(6.16)
1
dengan: XL = .L, dan X C
.C
Dari persamaan (6.16) diperoleh arus maksimum rangkaian, yaitu:
Vm
Im (6.17)
R 2 X L X C
2
Z R 2 X L X C
2
(6.18)
Bila XL > XC, maka sudut fase positif, artinya arus tertinggal terhadap tegangan, dan
bila XL < XC maka sudut fase negatif berarti arus mendahului tegangan yang dipasang.
Bila XL = XC, maka sudut fase nol. Dalam hal ini, impedansi Z setara dengan R dan arus
rangkaian mempunyai harga maksimum, yaitu:
Vm
Im
Z
6.3.2 Rangkaian Seri R-C
Penerapan hukum Kirchhoff II pada rangkaian seri R-C (Gambar 6.4) memberikan
persamaan:
1
C
V = VR + VC = i.R i.dt (6.21)
R C
Z R 2 X C
2
atau
2
1
Z R
2
(6.22)
.C
Sudut fase antara arus dan tegangan:
X C .C
1
1
tg (6.23)
R R .R.C
Ini berarti bahwa arus mendahului tegangan sebesar terhadap fase tegangan.
Rangkaian R-L pada Gambar 6.5 memberikan tegangan yang dapat dinyatakan dengan:
dI
V = VR + VL = i.R L ......................................................................
dt
(21.24)
R L
V = Vm sin t
Z R 2 X L R 2 (.L) 2
2
(6.25)
Rangkaian seri R-L-C pada Gambar 21.2 diketahui R = 300 , L = 0,8 H, C = 4,5 F, f
= 50 Hz, dan Vm = 200 V, hitunglah:
a. Impedansi rangkaian
b. Harga maksimum arus dalam rangkaian
c. Sudut fase antara arus dan tegangan yang digunakan
d. Harga-harga maksimum dan harga-harga sesaat tegangan pada masing-masing
elemen.
Penyelesaian:
Impedansi rangkaian:
R 300
negatif berarti bahwa arus mendahului tegangan.
Asumsi bahwa sudut fase tegangan yang digunakan tertinggal 56,70 terhadap arus, maka
harga-harga sesaat arus dan tegangan yang digunakan masing-masing adalah:
I = Im sin t = 0,366 sin (314.t) A
V = Vm sin (t – 56,70) = 200 sin (314.t – 56,70) V
Sedang harga sesaat tegangan pada masing-masing elemen adalah:
VL VL sin .t VL cos( .t ) 91,9. cos(314.t ).V
2
Rangkaian paralel R-L-C (Gambar 6.6) dimana tegangan pada setiap elemen sama dan
arus yang melalui masing-masing elemen umumnya berbeda. Tegangan yang digunakan
adalah
V = Vm sin t,
IR R
IL L
IC C
V = Vm sin t
Gambar 6.6 Rangkaian paralel R-L-C
Persamaan arus sesaat pada masing-masing elemen dapat dinyatakan sebagai berikut:
Vm
IR sin( .t ) I R sin( .t )
R
V
dengan I R m (6.28)
R
V
I C m sin( .t ) I C sin( .t )
XC 2 2
Vm
dengan Im (6.29)
XC
Vm
IL sin( .t ) I L sin( .t )
XL 2 2
V
dengan I L m (6.30)
XL
Diagram fasor dapat dilukiskan:
IC Im
Vm
IC – IL IR
IL
Gambar 6.7 Diagram fasor rangkaian paralel R-L-C
Impedansi rangkaian paralel dapat dihitung sebagai berikut. Dari diagram fasor (Gambar
6.7) tampak bahwa:
I m I R2 I C I L
2
(6.31)
I m m m m
R XC XL
2
1 1 1
2
` I m Vm
R X C X L
Vm
Im
Z
dengan impedansi rangkaian:
1
Z (6.32)
2
1 1 1
2
R X C X L
Sudut fase antara arus Im dan tegangan Vm diperoleh dari:
1 1
I IL X XL
tg. C C (6.33)
IR 1
R
Selanjutnya akan dihitung daya rata-rata selama selang waktu satu atau lebih periode,
dengan mengingat bahwa Im, Vm, , dan konstan.
Catatan:
• sin2 t = ½ (1- cos 2 t), sehingga harga rata-rata sin2 t = ½, karena harga rata-rata
cos (2 t) = 0.
• sin t cos t = ½ sin 2 t, sehingga harga rata-rata sin t = 0, karena harga rata-rata
sin 2 t = 0.
Dengan demikian, daya rata-rata adalah:
P 12 I m .Vm . cos . (6.36)
Pada rangkaian AC, arus dan tegangan umumnya diukur dengan alat ukur yang telah
dikalibrasikan pada pembacaan harga rms (root mean square) atau sering disebut harga
efektif). Perhatikan tegangan AC dengan persamaan:
V = Vm sin t
V2 = Vm2 sin2 t
Harga rata-rata (V2) untuk satu periode:
(V2)rata = Vm2 (sin2 t)rata = ½ Vm2.
Dengan demikian dapat didefinisikan tegangan rms (Vrms) atau tegangan efektif (Vef),
yaitu:
Vrms V
2
rata
Vm
(6.37)
2
Sebagai contoh, tegangan PLN pada jaringan rumah tangga sebesar 220 V, berarti
tegangan rms-nya adalah 220 V. Jadi, amplitudo tegangan adalah:
Vm Vrms 2 220 2 311.V
I rms i 2
rt
Im
(6.38)
2
Daya rata-rata bila dinyatakan dengan harga rms untuk arus dan tegangan menjadi:
P I rms .Vrms . cos . (6.39)
P I rms
2
.R (6.40)
Ini berarti bahwa daya rata-rata yang diberikan oleh sumber tegangan AC hilang
(berubah) sebagai kalor dalam resistor dan tidak ada daya yang hilang dalam kapasitor
maupun induktor. Bila beban hanya terdiri dari resistor saja, maka = 0 dan cos 0 = 1,
sehingga daya rata-rata adalah
P I rms .Vrms (6.41)
Contoh 4:
Hitunglah daya rata-rata dalam rangkaian seri R-L-C pada contoh 3.
Penyelesaian:
Tegangan rms:
Vm 200.V
Vrms 141.V
2 2
Im 0,366. A
I rms 0,259. A
2 2
= - 56,70, cos = 0,549.
Daya rata-rata:
P I rms .Vrms . cos . (0,259. A)(141.V )(0,549) 20,05.W
Perhatikan rangkain seri R-L-C pada Gambar 6.2, jika tegangan sumber AC yang
digunakan adalah V = Vm sin t, maka arus sesaat yang melalui rangkaian adalah:
I = Im sin (t - )
Vm
Atau I sin .(y )
Z
dengan Z R 2 X L X C
2
1
.L
X XC .C
dan tg. L
R R
Dari persamaan di atas tampak bahwa bila frekuensi sudut berubah, arus akan berubah
pula baik amplitudo maupun fasenya. Arus akan mencapai harga maksimum bila harga
Z minimum, yaitu bila:
XL – XC = 0
Atau
1
.L 0 (6.42)
.C
Frekuensi sudut pada saat arus mencapai harga maksimum dinamakan frekuensi
resonansi (o), yaitu:
1
o (6.43)
L.C
Contoh 5:
1 1
o 5 x10 3 s 1
L.C L.C
1
C 2.F .
(25 x10 s ).( 20 x10 3 ) H
6 2
Pada keadaan resonansi, XL = XC, dan Z = R, sehingga harga arus maksimum adalah:
Vm 20.V
Im 0,133. A
Z 150.
Soal-soal Latihan
1. b c Diketahui: R = 8 , XL = 6 , dan XC = 12
L dan Vcd = 120 V
R C Hitunglah:
a d a. Vac b. Vad
Kunci:
a. Vac = 100 Volt
b. Vad = 220 Volt
5. Hitung berapa arus puncak dan arus rms pada rangkaian jika C=1,0F dan
Vrms=120V untuk f=60Hz dan f=6,0x105Hz. (jawab : Ip,1=63mA ; Irms,1=44mA ;
Ip,2=630A ; Irms,2=440A)
6. Sebuah rangkaian RLC menggunakan 25,0Ω, L=30,0mH, C=12,0F yang
dihubungkan dengan sumber tegangan 90,0 V ac (rms) 500 Hz. Hitung :
a. Arus dalam rangkaian (Jawab : Irms=1,25A)
b. Hasil pengukuran voltmeter (rms) pada setiap komponen (Jawab : VR,rms=31,2V ;
VL,rms=118V ; VC,rms=33,1V )
c. Sudut fasa (Jawab : =69,70)
d. Daya yang hilang dalam rangkaian (Jawab : P=39,0W)
7. Pada frekuensi berapa induktor 160mH akan memiliki reaktansi 1,5kΩ. (Jawab :
1,5kHz).
8. Sebuah resistor 2,5kΩ dan kapasitor 4,0F dihubungkan secara seri ke sumber ac.
Hitung impedansi rangkaian jika frekuensi sumber (a). 100Hz ; (b). 10kHz. (Jawab :
Z1=1,6kΩ ; Z2=1,5kΩ)