PENDAHULUAN
Perencanaan secara sederhana dan awam dapat dikatakan sebagai suatu proses
menghasilkan suatu uraian yang terinci dan lengkap tentang suatu program atau kegiatan
yang akan dilaksanakan.
Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen
siatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebt. Dengan perencanaan itu memungkinkan para
pengambil keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan
berdaya guna.
Pentinya kedudukan perencanaan juga ditemukan pada bidang kesehatan. Hal ini
dapat terlihat jika berhadapan langsung dengan upaya-upaya kesehatan yang akan dijalankan,
yang mana pada pelaksanaanya akan membutukan banyak persiapan. Tidak hanya
menyangkut masalah-masalah kesehatan saja, tetapi juga terkait dengan masalah-masalah
kemasyarakatan.
Menurut Gede Muninjaya (2004), perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk
merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok,
dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum disebutkan jika dalam pelaksanaan suatu upaya kesehatan tidak
didukung dengan perencanaan yang baik, maka akan sulit diharapkan tercapainya tujuan dari
upaya kesehatan tersebut.
Oleh karena itu, telah menjadi kewajiban bagi semua pihak yang bergerak dalam
bidang kesehatan untuk mempelajari serta memiliki keterampilan terkait dengan perencanaan
kesehatan (Health Planning).
1.2 RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan Kesehatan
5. Mempunyai tujuan.
Hasil dari pekerjaan perencanaan disebut dengan rencana ( plan). Hasil pekerjaan
perencanaan yang dilakukan oleh organisasi yang bergerak dalam bidang kesehatan adalah
rencana kesehatan (health plan).
Perangkat perencanaan adalah satuan organisasi yang ditugaskan dan atau yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pekerjaan perencanaan. Pada suatu organisasi yang
besar dan kompleks, perangkat perancanaan ini mungkin satu biro khusus. Sedangkan pada
suatu organisasi yang kecil dan sederhana, mungkin dijabat hanya oleh beberapa orang staf
saja.
Perencanaan merupakan sebuah proses. Beberapa kegiatan yang ada dalam proses
perencanaan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Analisa situasi
Kegiatan ini merupakan kegiatan awal suatu perencanaan. Kegiatan ini merupakan
kegiatan untuk mengetahui dimana kita (perencana/pembuat rencana) verada saat ini.
Kegiatannya berupa pengumpulan data berupa fakta dan informasi (objektif), termasuk
opini(subjektif).
Memilih indikator harus sesuai dengan masalah yang dihadapi dan akan
ditanggulangi. Oleh karena itu kegiatan ini merupakan latihan mengumpulkan data dan
informasi, mengkaji dan membahasnya serta menentukan masalah tersebut. Semakin banyak
orang terlibat, semakin kaya proses pemikiran dan pengkajian yang terjadi. Karena suatu
keadaan atau masalah yang ditunjukkan oleh sebuah indikator dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang. Cara yang banyak dilakukan orang ketika membahas dan mengkaji masalah
ini ialah dengan pendekatan curah pendapat (brain storming). Melaui pendekatan ini semua
masalah yang diidentifikasikan dari berbagai sudut pandang, terungkap dan
terdokumentasikan serta dibahas dan dikaji bersama.
2) Penentuan prioritas masalah
Untuk sampai pada kesimpulan masalah apa yang dihadapi atau yang prioritas,
diperlukan konsensus, yang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Diantaranya
dengan:
Langkah berikutnya ialah memilih solusi. Ini juga dilakukan dengan cara pendapat,
sebagai kelanjutan penentuan masalah sebelumnya. Dimungkinkan terdapat beberapa
alternatif solusi yang harus dipilih. Semua alternatif tadi dibahas dan dikaji, dilihat
keterkaitan satu sama lain. Dengan cara ini jumlah alternatif dapat dikurangi. Setelah jumlah
alternatif solusi berkurang sehingga masing-masing berbeda (mutually exclusive), dilakukian
pemilihan. Pemilihan juga dilakukan dengan cara yang sama, yaitu, bisa bertanya
pimpinan/konsultan, bisa melakukan musyawarah, bisa juga dengan metode Delphi atau
dengan cara skoring. Kriteria untuk solusi berbeda dengan untuk menentukan masalah.
Misalnya dapat digunakan kriteria berikut :
4) Penyusunan rencana
Dalam Indonesia Country Report 2004, disebutkan angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia saat ini 307 /100.000 kelahiran hidup yang masih jauh dari target internasional
(ICPD), yaitu dibawah 125/100.000 kelahiran hidup untuk tahun 2005 dan 75/100.000 tahun
2015.
Kenyataan ini disebabkan, masih banyaknya persalinan yang ditolong dukun,
walaupun sebelumnya mereka memeriksakan diri ke bidan desa, jumlah bidan desa yang
semula 63.000 berkurang karena alasan menikah atau pindah ketempat lain, dan adanya
transisi akibat desentralisasi mulai 2001. (Disadur dari berita harian Kompas, Sabtu 9
Oktober 2004).
Dari data koran tersebut maka ditemukan permasalahan sebagai berikut: 1) Masalah
epidemiologik (kesehatan) yang berupa Kematian ibu masih tinggi (307/100.000 dibanding
target 125/100.000 tahun 2005) – ini pernyataan (indikator status, kuantitatif). Jumlah bidan
desa berkurang (statis, kualitatif); 2) Masalah Perilaku Kesehatanyang berupa masih banyak
ibu bersalin dengan pertolongan dukun. Umumnya ibu tidak memahami risiko melahirkan
dan bagaimana mencegahnya.
b. Menentukan solusi.
Dari masalah ( kasus ) diatas, dibahas dan diinventarisasikan alternative solusi. Ini
dilakukan dengan melakukan kajian sebab akibat dan keterkaitan masalah ini dengan hal
lainnya, sehingga ditemukan beberapa alternative solusi. Satu atau lebih solusi dapat dipilih
dari alternative-alternatif ini. Misalnya ada alternatif.
1) Menjemput ibu yang akanmelahirkan ke desa dan membawa ke RS terdekat,
2) Melakukan penyuluhan untuk SIAGA sebelum melahirkan dan lain-lain. Katakan
yang terpilih adalah melakukan penyuluhan SIAGA sebelum melahirkan, sehingga
program yang akan dikembangkan adalah program promosi kesehatan.
b) Mengembangkan strategi.
Strategi adalah langkah-langkah umum untuk mencapai tujuan. Strategi ini menentukan
rangkaian kegiatan yang diperlukan oleh keseluruhan kegiatan/ program. Dalam upaya
promosi kesehatan, maka salah satu kegiatan merupakan prasyarat yaitu asessment. Ini
dilakukan karena setiap manusia dan masyarakat spesifik, dan setiap saat perilaku manusia
dan masyarakat selalu mengalami perubahan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
merancang program/kegiatan Promosi Kesehatan ialah peran serta sasaran (masyarakat)
dan keberlangsungan (sustainability). Kedua hal ini harus tercermin dalam kegiatan seluruh
kegiatan/program promosi Kesehatan. Sebagai contoh
: Dalam suatu program menyuluh masyarakatmelaksanakan PSN, langkah-langkah umumnya
adalah sebagai berikut:
1) Asesmen (perilaku)
2) Lokakarya perencanaan bersama masyarakat
3) Persiapan Bahan Promosi Kesehatan
4) Mengembangkan Jaringan Kemitraan Diseminasi Informasi
5) Melaksanakan Promosi Kesehatan
6) Evaluasi
c) Merancang Kegiatan.
Setiap strategi perlu diuraikan. Caranya dengan mendeskripsikan berturut-turut:
1) Tujuan kegiatan (langkah 1 strategi).
2) Uraian kegiatan (deskripsi singkat lengkap).
3) Kebutuhan sumberdaya.
4) Waktu dan Lama kegiatan.
5) Penetapan personalia.
6) Penyusunan Rencana Biaya.
Dapat dilakukan dengan 2 cara, baik network planning maupun Gantt chart. Semakin
rinci semakin baik. Jadual yang baik ini juga dapat menjadi alat untuk penilaian, terutama
proses pelaksanaan program dan kegiatan.
h) Penyusunan RencanaKomunikasi.
Ada pepatah mengenai perencanaan dan rencana yangmengatakan bahwa “decision is
nothing but its communication”. Artinya suatu rencana agar dapat diimplementasikan secara
efektif, memerlukan komunikasi dengan semua pihak bahkan sejak suatu rencana masih
berupa gagasan. Paling tidak ini berlaku bagi Promosi Kesehatan yang biasanya besifat
spesifik, mensyaratkan peranserta, dan Keberlangsungan.
3. Rancangan RPJP Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan rancangan RPJP
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan utama bagi Musrenbang.’
2. Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJM Daerah sebagai penjabaran dari
visi, misi, dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan Daerah,
kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah, dan arah kebijakan keuangan
Daerah.
Pasal 19
(1) RPJM Nasional ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah Presiden dilantik.
(4) Renstra-SKPD ditetapkan dengan peraturan pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah
setelah disesuaikan dengan RPJM Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Pasal 20
(1) Menteri menyiapkan rancangan awal RKP sebagai penjabaran dari RPJM Nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1).
(2) Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagaipenjabaran dari RPJM
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3).
Pasal 21
3. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan Renja-SKPD sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) dan berpedoman pada Renstra-SKPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4).
(4) Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan
menggunakan Renja -SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Pasal 22
1. Rancangan RKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) dan rancangan
RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) menjadi bahan bagi
Musrenbang.
2. Musrenbang dalam rangka penyusunan RKP dan RKPD diikuti oleh unsur-unsur
penyelenggara pemerintahan.
Pasal 23
1. Musrenbang penyusunan RKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3)
dilaksanakan paling lambat bulan April.
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
1. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan RPJP Nasional, RPJM
Nasional, Renstra-KL, RKP, Renja-KL, dan pelaksanaan Musrenbang diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah,
Renstra-SKPD, RKPD, Renja-SKPD dan pelaksanaan Musrenbang Daerah diatur
dengan Peraturan Daerah.
pasal 10
(1) Menteri menyiapkan rancangan awal RPJM Nasional sebagai penjabaran dari visi,
misi, dan program Presiden ke dalam strategi pembangunan Nasional, kebijakan
umum, program prioritas Presiden, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal.
(2) Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJM Daerah sebagai penjabaran dari
visi, misi, dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan Daerah,
kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah, dan arah kebijakan keuangan
Daerah.
Pasal 15
(1) Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan rancangan Renstra-KL sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada rancangan awal RPJM
Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1).
(2) Menteri menyusun rancangan RPJM Nasional dengan menggunakan rancangan
Renstra-KL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan berpedoman pada RPJP
Nasional.
(3) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan rancangan Renstra-SKPD sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada rancangan awal RPJM
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2).
(4) Kepala Bappeda menyusun rancangan RPJM Daerah dengan menggunakan rancangan
Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud padaayat (3) dan berpedoman pada RPJP
Daerah
Pasal 16
(1) Rancangan RPJM Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dan
rancangan RPJM Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) menjadi
bahan bagi Musrenbang Jangka Menengah.
(2) Musrenbang Jangka Menengah diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJM
diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara Negara dan mengikutsertakan masyarakat.
(3) Menteri menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Nasional.
(4) Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Daerah
Pasal 17
(1) Musrenbang Jangka Menengah Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(3), dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah Presiden dilantik.
(2) Musrenbang Jangka Menengah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(4), dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.
Pasal 18
(1) Menteri menyusun rancangan akhir RPJM Nasional berdasarkan hasil Musrenbang
Jangka Menengah Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1).
(2) Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJM Daerah berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Menengah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(2).Pasal 19(1)RPJM Nasional ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lambat 3
(tiga) bulan setelah Presiden dilantik.(2)Renstra-KL ditetapkan dengan peraturan
pimpinan Kementerian/Lembaga setelah disesuaikan dengan RPJM Nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(3) RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan KepalaDaerah paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah Kepala Daerah dilantik.
(4) Renstra-SKPD ditetapkan dengan peraturan pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah
setelah disesuaikan dengan RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Pasal 21
(1) Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan rancangan Renja-KL sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)dan berpedoman pada Renstra-KL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2).
(2) Menteri mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan menggunakan
rancangan Renja-KL sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan Renja-SKPD sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) dan berpedoman pada Renstra-SKPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4).
(4) Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan
menggunakan Renja-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Pasal 22
(1) Rancangan RKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) dan rancangan
RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) menjadi bahan bagi
Musrenbang.
(2) Musrenbang dalam rangka penyusunan RKP dan RKPD diikuti oleh unsur-unsur
penyelenggarapemerintahan.
(3) Menteri menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKP.
(4) Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKPD
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perencanaan kesehatan pada dasarnya adalah perencanaan pembangunan
kesehatan. Bentuk perencanaan kesehatan antara lain perencanaan kebijaksanaan
pembangunan kesehatan, perencanaan program pembangunan kesehatan,dan
perencanaan operasional/kegiatan pelaksanaan kesehatan. Semua bentuk perencanaan
tersebut mengacu pada tujuan masing-masing tingkat manajemen.
Saran
Bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa kesehatan masyarakat
diharapkan terbiasa dan terlatih dalam membuat perenanaan sederhana hingga
mengetahui metode sistematis dalam pembuatan perencanaan.
Kepada instansi terkait terutama dalam hal penentuan kebijakan agar pelaksanaan
pelayanan kesehatan berjalan dengan baik.
Irawan, Bambang. 2008. Analisis Perilaku Eksekutif dan Legislatif Dalam Perencanaan
Kesehatan Di Kota Langsa. [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Kurniati, Desak Putu Yuli. 2016. Bahan AjarPerencanaan Dan Evaluasi Program Promosi
Kesehatan. Bali : Universitas Udayana..
Sulawesi Tengah