Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perencanaan secara sederhana dan awam dapat dikatakan sebagai suatu proses
menghasilkan suatu uraian yang terinci dan lengkap tentang suatu program atau kegiatan
yang akan dilaksanakan.
Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen
siatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebt. Dengan perencanaan itu memungkinkan para
pengambil keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan
berdaya guna.
Pentinya kedudukan perencanaan juga ditemukan pada bidang kesehatan. Hal ini
dapat terlihat jika berhadapan langsung dengan upaya-upaya kesehatan yang akan dijalankan,
yang mana pada pelaksanaanya akan membutukan banyak persiapan. Tidak hanya
menyangkut masalah-masalah kesehatan saja, tetapi juga terkait dengan masalah-masalah
kemasyarakatan.
Menurut Gede Muninjaya (2004), perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk
merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok,
dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum disebutkan jika dalam pelaksanaan suatu upaya kesehatan tidak
didukung dengan perencanaan yang baik, maka akan sulit diharapkan tercapainya tujuan dari
upaya kesehatan tersebut.
Oleh karena itu, telah menjadi kewajiban bagi semua pihak yang bergerak dalam
bidang kesehatan untuk mempelajari serta memiliki keterampilan terkait dengan perencanaan
kesehatan (Health Planning).
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan perencanaan kesehatan?


2. Bagaimana pendekatan, ciri-ciri serta aspek-aspek pokok yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan kesehatan?
3. Apa saja macam-macam perencanaan kesehatan?
4. Bagaimana proses perencanaan kesehatan?

5. Bagaimana proses penyusunan dan penetapan rencana pembangunan tahunan,


jangka panjang, dan jangka menengah?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN

Tujuan pembahasan makalah ini antara lain :


1. Pembaca dapat memahami definisi perencanaan kesehatan dari berbagai
sumber dan pandangan para pakar.
2. Pembaca dapat memahami berbagai pendekatan dalam perencaan kesehatan,
ciri-ciri perencanaan kesehatan, serta aspek-aspek pokok apa saja yang harus
diperhatikan agar dapat melaksanakan perencanaan kesehatan.
3. Pembaca dapat mengetahui macam-macam perencanaan kesehatan ditinjau
dari berbagai hal.
4. Pembaca dapat memahami serta mampu mengaplikasikan proses perencanaan
kesehatan dengan baik.
5. Pembaca dapat memahami prosedur penyusunan dan penetapan rencana
pembangunan tahunan, jangka panjang, maupun jangka menengah dengan
baik, serta mampu mengaplikasikannya sesuai dengan atuaran perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia.
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan Kesehatan

Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen/administrasi, berupa menetapkan


tujuan organisasi, peraturan dan pedoman pelaksanaan tugas, urutan
pelaksanaan, iktisar biaya yang diperlukan dan pemasukan uang yang diharapkan akan
diperoleh, serta rangkaian tindakan yang akan dilakukan di masa depan. Menurut
Robbin (2002) yang mengutip pendapat Koontz dan O'Donnel bahwa perencanaan
merupakan salah satu fungsi manajemen yang berkaitan dengan pemilihan satu diantara
berbagai alternative untuk mencapai tujuan, melaksanakan kebijaksanaan,
prosedur dan program.

Perencanaan kesehatan pada dasarnya adalah perencanaan pembangunan


kesehatan. Bentuk perencanaan kesehatan antara lain perencanaan kebijaksanaan
pembangunan kesehatan, perencanaan program pembangunan kesehatan,dan perencanaan
operasional/kegiatan pelaksanaan kesehatan. Semua bentuk perencanaan tersebut mengacu
pada tujuan masing-masing tingkat manajemen. Pendekatan perencanaan kesehatan
mengutamakan tiga hal, yaitu

a. Pendekatan wawasan nasional,


b. Pendekatan epidemiologi
c. Pendekatan sumber daya manusia (Wijono, 1997 )

Ciri-ciri suatu perencanaan kesehatan

1. Bagian dari sistem administrasi.

2. Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan.

3. Berorientasi pada masa depan.

4. Mampu menyelesaikan masalah.

5. Mempunyai tujuan.

6. Bersifat mampu kelola.


2.2 Aspek pokok yang diperhatikan dalam perencanaan

Dalam perencanaan ada tiga aspek pokok yang harus diperhatikan :

1. Hasil dari pekerjaan perencanaan (outcome of planning)

Hasil dari pekerjaan perencanaan disebut dengan rencana ( plan). Hasil pekerjaan
perencanaan yang dilakukan oleh organisasi yang bergerak dalam bidang kesehatan adalah
rencana kesehatan (health plan).

2. Perangkat perencanaan (mechanic of planning )

Perangkat perencanaan adalah satuan organisasi yang ditugaskan dan atau yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pekerjaan perencanaan. Pada suatu organisasi yang
besar dan kompleks, perangkat perancanaan ini mungkin satu biro khusus. Sedangkan pada
suatu organisasi yang kecil dan sederhana, mungkin dijabat hanya oleh beberapa orang staf
saja.

3. Proses perencanaan process of planning)

Proses perencanaan adalah langkah-langkah yang harus dilaksanakan pada pekerjaan


perencanaan. Berbeda halnya dengan hasil dan perangkat, proses perencanaan ini pada
dasarnya sama untuk berbagai perencanaan.

2.3 Macam Perencanaan

1. Ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana.


a. Perencanaan jangka panjang (long-range planning ) Masa berlakunya rencana
tersebut antara 12 sampai 20 tahun.
b. Perencanaan jangka menengah (medium-rangeplanning) Masa berlakunya rencana
tersebut antara 5 – 7 tahun.
c. Perencanaan jangka pendek ( short-range planning) Masa berlakunya rencana tersebut
hanya untuk jangka waktu 1 tahun saja.

2. Ditinjau dari frekuensi penggunaan


a. Digunakan satu kali Rencana yang dihasilkan hanya dapat dipergunakan satu kali.
Perencanaan ini dapat secara sengaja dilakukan, atau mungkin memang telah tidak
dapat digunakan lagi, misalnya karena kondisi lingkungan yang mengalami
perubahan.
b. Digunakan berulang kali Rencana yang dihasilkan dapat digunakan beberapa kali.
Menurut Newman, perencanaan model ini dapat dilakukan bila situasi dan kondisi
lingkungan normal dan tidak terjadi perubahan yang mencolok.Perencanaan ini
disebut dengan perencanaan standard ( standard planning ).
3. Ditinjau dari tingkatan rencana
a. Perencanaan induk ( Master Planning ) Rencana yang dihasilkan lebih menitik
beratkan pada aspek kebijakan, mempunyai ruang lingkup yang amat luas serta
berlaku untuk jangka waktu yang panjang.
b. Perencanaan operasional (Operational Planning) Rencana yang dihasilkan lebih
menitik beratkan pada aspek pedoman pelaksanaan yang akan dipakai sebagai
petunjuk pada waktu pelaksanaan kegiatan.
c. Perencanaan harian ( Day-to-day planning) Rencana yang dihasilkan telah disusun
secara rinci. Rencana harian ini biasanya disusun untuk program yang telah bersifat
rutin.

4. Ditinjau dari filosofi perencanaan


a. Perencanaan memuaskan (Satisfying Planning) Dalam melakukan perencanaan
filosofi yang dianut tidak terlalu mementingkan kepentingan golongan, melainkan
kepuasan semua pihak yang terlibat.
b. Perencanaan optimal (Optimizing Planning) Dalam melakukan perencanaan filosofi
yang dianut sangat mementingkan pencapaian tujuan. Pada perencanaan ini ukuran-
ukuran kuantitas menjadi penting, dan karena itu perhatian ini lebih diutamakan pada
bagian-bagian yang produktif.
c. Perencanaan adaptasi ( Adaptivizer Planning) Dalam melakukan perencanaan filosofi
yang digunakan filosofi yang dianut cenderung berupaya untuk selalu menyesuaikan
diri dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

5. Ditinjau dari orientasi waktu


a. Perencanaan berorientasi masa lalu – kini ( Past present Planning/Ameliorative
Planning ).
Rencana yang dihasilkan bertolak dari pengalaman yang
pernah diPeroleh pada masa lalu. Biasanya dilakukan apabila menghadapi keadaan
darurat dan waktu yang dimiliki sangat singkat. Contoh : terjadi wabah penyakit.

b. Perencanaan berorientasi masa depan (Future-oriented Planning )

Rencana yang dihasilkan memperhitungkan perkiraan-perkiraan yang akan


terjadi pada masa yang akan datang. Perencanaan model ini dibedakan atas tiga
macam yakni :

1) Perencanaan redistributif ( RedistributivePlanning) Orientasinya adalah masa depan,


tetapi rencana yang disusun tidak atas kajian masa depan yang terlalu mendalam.
Perencanaan ini hanya dilakukan karena kebutuhan yang mendesak
saja. Umumyaperencanaan ini merupakan kelanjutan dari perencanaan masa lalu-kini
( past-present planning)
2) Perencanaan spekulatif (Speculative Planning ) Perencanaan bersifat spekulatif, kajian
tentang masa depan terlalu berani, walaupun dengan mempergunakan data.
3) Perencanaan kebijakan ( Policy Planning ) Perencanaan yang sangat berorientasi pada
masa depan, disusun atas kajian yang seksamadan mendalam terhadap berbagai data
yang tersedia.
6. Ditinjau dari ruang lingkup
a. Perencanaan strategik (Strategic Planning ) Rencana yang dihasilkan menguraikan
dengan lengkap kebijakan jangka panjang yang ingin diterapkan, tujuan jangka
panjang yang ingin dicapai, serta rangkaian dan tahapan kegiatan yang akan
dilakukan. Perencanaan model ini umumnya sulit diubah.
b. Perencanaan taktis (Tactical Planning) Rencana yang dihasilkan hanya mengandung
uraian tentang kebijakan, tujuan serta kegiatan jangka pendek saja. Perencanaan taktik
mudah menyesuaikan diri dengan perkembangan situasi dan kondisi.
c. Perencanaan menyeluruh (Comprehensive Planning) Rencana yang dihasilkan
mengandung uraian yang bersifat menyeluruh, mencakup seluruh aspek dan ruang
lingkup berbagai kegiatan yang akan dilakukan.
d. Perencanaan terpadu ( Integrated Planning ) Rencana yang dihasilkan jelas
menggambarkan keterpaduan antara kegiatan yang akan dilakukan dengan kegiatan
yang telah ada

2.4 Proses dalam perencanaan

Perencanaan merupakan sebuah proses. Beberapa kegiatan yang ada dalam proses
perencanaan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Analisa situasi

Kegiatan ini merupakan kegiatan awal suatu perencanaan. Kegiatan ini merupakan
kegiatan untuk mengetahui dimana kita (perencana/pembuat rencana) verada saat ini.
Kegiatannya berupa pengumpulan data berupa fakta dan informasi (objektif), termasuk
opini(subjektif).

Di bidang kesehatan, Analisa situasi dilakukan dengan mengumpulkan indicator


kesehatan yang sesuai dengan permasalahan serta indicator lainnya termasuk non kesehatan
yang terkait dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Di bidang kesehatan, Analisa
situasi dilengkapi dengan mengumpulkan dan menelaah indicator perilaku ( kesehatan ).

Memilih indikator harus sesuai dengan masalah yang dihadapi dan akan
ditanggulangi. Oleh karena itu kegiatan ini merupakan latihan mengumpulkan data dan
informasi, mengkaji dan membahasnya serta menentukan masalah tersebut. Semakin banyak
orang terlibat, semakin kaya proses pemikiran dan pengkajian yang terjadi. Karena suatu
keadaan atau masalah yang ditunjukkan oleh sebuah indikator dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang. Cara yang banyak dilakukan orang ketika membahas dan mengkaji masalah
ini ialah dengan pendekatan curah pendapat (brain storming). Melaui pendekatan ini semua
masalah yang diidentifikasikan dari berbagai sudut pandang, terungkap dan
terdokumentasikan serta dibahas dan dikaji bersama.
2) Penentuan prioritas masalah

Untuk sampai pada kesimpulan masalah apa yang dihadapi atau yang prioritas,
diperlukan konsensus, yang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Diantaranya
dengan:

 Bertanya ahli (konsultan/atasan), yang biasanya memang sudah dapat melihat


satu masalahsecaraluasdandetaildidukungoleh pengetahuan dan pengalamannya.
 Bermusyawarah, sehingga statu keputusan bersama dapat dibuat bersama. Disini
kehadiran seorang tokoh berwibawa dabn dihormati akan mempermudah kegiatan.
 Membuat konsensus dengan menyepakati hasil pemilihan dengan menggunakan
tehnik tertentu yang diangap objektif. Ada beberapa tehnik yang mudah digunakan
bergantung jumlah orang yang terlibat perencana-an. Pada perencanaan yang
melibatkan banyak orang sering digunakan metode Delphi. Metode Delphi dilakukan
dengan mengusulkan pilihan dengan memasukkannya kedalam amplop tertutup, lalu
dihitung, mana yang terbanyak pemilihnya, itulash masalah yang menjadi prioritas
berdasarkan consensus.

Prinsipnya adalah proses pembuatan keputusan dengan membuat kriteria dan


memberi nilai (skor) kepada kriteria tersebut. Misalnya dalam menentukan masalah prioritas
ditentukan kriteria.

3) Pemilihan solusi alternative

Langkah berikutnya ialah memilih solusi. Ini juga dilakukan dengan cara pendapat,
sebagai kelanjutan penentuan masalah sebelumnya. Dimungkinkan terdapat beberapa
alternatif solusi yang harus dipilih. Semua alternatif tadi dibahas dan dikaji, dilihat
keterkaitan satu sama lain. Dengan cara ini jumlah alternatif dapat dikurangi. Setelah jumlah
alternatif solusi berkurang sehingga masing-masing berbeda (mutually exclusive), dilakukian
pemilihan. Pemilihan juga dilakukan dengan cara yang sama, yaitu, bisa bertanya
pimpinan/konsultan, bisa melakukan musyawarah, bisa juga dengan metode Delphi atau
dengan cara skoring. Kriteria untuk solusi berbeda dengan untuk menentukan masalah.
Misalnya dapat digunakan kriteria berikut :

a. Kelayakan solusi (kemampuan melaksanakan solusi itu) Kriteria ini dapat


diberi skor juga misalnya 0-1.
b. Kemanfaatan bagi orang banyak. Skor yang diberikan dapat 0 untuk tidak,
1 untukbermanfaat.
c. Ketersediaan sumber daya , dengan skor juga 0-1.Skor 0 untuk yang
sumberdaya tidak ada atau tidak cukup, sementara 1 untuk sumberdaya
tersedia atau cukup. Jumlah skor 0 sampai dengan 3 menentukan solusi
pilihan yang disepakati.

4) Penyusunan rencana

Langkah perencanaan berikutnya ialah menyusun rencana. Pendekatannya


juga bermacam. Ada yang dengan menyewa konsultan, ada juga yang dibuatkan
oleh instansi yang lebih tinggi, tetapi juga ada yang dibuat sendiri. Bila membuat
sendiri maka langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Menentukan masalah, dengan menggunakan indikator kesehatan dan
perilaku kesehatan yang sesuai. Contoh kasus (ringkasan):

Dalam Indonesia Country Report 2004, disebutkan angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia saat ini 307 /100.000 kelahiran hidup yang masih jauh dari target internasional
(ICPD), yaitu dibawah 125/100.000 kelahiran hidup untuk tahun 2005 dan 75/100.000 tahun
2015.
Kenyataan ini disebabkan, masih banyaknya persalinan yang ditolong dukun,
walaupun sebelumnya mereka memeriksakan diri ke bidan desa, jumlah bidan desa yang
semula 63.000 berkurang karena alasan menikah atau pindah ketempat lain, dan adanya
transisi akibat desentralisasi mulai 2001. (Disadur dari berita harian Kompas, Sabtu 9
Oktober 2004).
Dari data koran tersebut maka ditemukan permasalahan sebagai berikut: 1) Masalah
epidemiologik (kesehatan) yang berupa Kematian ibu masih tinggi (307/100.000 dibanding
target 125/100.000 tahun 2005) – ini pernyataan (indikator status, kuantitatif). Jumlah bidan
desa berkurang (statis, kualitatif); 2) Masalah Perilaku Kesehatanyang berupa masih banyak
ibu bersalin dengan pertolongan dukun. Umumnya ibu tidak memahami risiko melahirkan
dan bagaimana mencegahnya.

b. Menentukan solusi.
Dari masalah ( kasus ) diatas, dibahas dan diinventarisasikan alternative solusi. Ini
dilakukan dengan melakukan kajian sebab akibat dan keterkaitan masalah ini dengan hal
lainnya, sehingga ditemukan beberapa alternative solusi. Satu atau lebih solusi dapat dipilih
dari alternative-alternatif ini. Misalnya ada alternatif.
1) Menjemput ibu yang akanmelahirkan ke desa dan membawa ke RS terdekat,
2) Melakukan penyuluhan untuk SIAGA sebelum melahirkan dan lain-lain. Katakan
yang terpilih adalah melakukan penyuluhan SIAGA sebelum melahirkan, sehingga
program yang akan dikembangkan adalah program promosi kesehatan.

c. Menyusun Rencana Kerja (Work Plan/Plan of Action)


Ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam penyusunan rencana kerja,
diantaranya:
a) Menetapkan Tujuan. Untuk membuat suatu program efektif
(berhasil), tujuan suatu programmemiliki beberapa syarat yaitu,
1) realistik atau nyata, dalam hubungannya dengan masalah yang dihadapi.
2) layak laksana (feasible), dengan melihat ketersediaan kemampuan dan sumberdaya
3) terukur (measurable), terutama untuk proses danhasil.

b) Mengembangkan strategi.
Strategi adalah langkah-langkah umum untuk mencapai tujuan. Strategi ini menentukan
rangkaian kegiatan yang diperlukan oleh keseluruhan kegiatan/ program. Dalam upaya
promosi kesehatan, maka salah satu kegiatan merupakan prasyarat yaitu asessment. Ini
dilakukan karena setiap manusia dan masyarakat spesifik, dan setiap saat perilaku manusia
dan masyarakat selalu mengalami perubahan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
merancang program/kegiatan Promosi Kesehatan ialah peran serta sasaran (masyarakat)
dan keberlangsungan (sustainability). Kedua hal ini harus tercermin dalam kegiatan seluruh
kegiatan/program promosi Kesehatan. Sebagai contoh
: Dalam suatu program menyuluh masyarakatmelaksanakan PSN, langkah-langkah umumnya
adalah sebagai berikut:
1) Asesmen (perilaku)
2) Lokakarya perencanaan bersama masyarakat
3) Persiapan Bahan Promosi Kesehatan
4) Mengembangkan Jaringan Kemitraan Diseminasi Informasi
5) Melaksanakan Promosi Kesehatan
6) Evaluasi

c) Merancang Kegiatan.
Setiap strategi perlu diuraikan. Caranya dengan mendeskripsikan berturut-turut:
1) Tujuan kegiatan (langkah 1 strategi).
2) Uraian kegiatan (deskripsi singkat lengkap).
3) Kebutuhan sumberdaya.
4) Waktu dan Lama kegiatan.
5) Penetapan personalia.
6) Penyusunan Rencana Biaya.

d) Merekapitulasi Kebutuhan Sumber Daya.


Kegiatan ini dikaitkan dengan setiap strategi dan uraian kegiatannya. Prinsip yang
dianut ialah kesesuaian dengan keperluan, serta pencegahan inefisiensi yang tidak perlu
seperti tumpang tindih, dll.

e) Menyusun Jadual Kegiatan.

Dapat dilakukan dengan 2 cara, baik network planning maupun Gantt chart. Semakin
rinci semakin baik. Jadual yang baik ini juga dapat menjadi alat untuk penilaian, terutama
proses pelaksanaan program dan kegiatan.

f) Menata Organisasi Penyelenggaraan.


Ada 2 macam personalia, yaitu yang sementara/terikat suatu kegiatan atau selama
kegiatan. Suatu organogram organisasi personalia program/kegiatan secara keseluruhan perlu
dibuat untuk menjaga keserasianmanajemen.

g) Menyusun Rekapitulasi Rencana Biaya.


Sesuai dengan protap yang berlaku (misalnya mengenai satuanbiaya/unit cost). Rencana-
rencana biaya dari semuakegiatan direkapitulasikan sehingga memudahkan melihat dan
mengendalikannya secara keseluruhan.

h) Penyusunan RencanaKomunikasi.
Ada pepatah mengenai perencanaan dan rencana yangmengatakan bahwa “decision is
nothing but its communication”. Artinya suatu rencana agar dapat diimplementasikan secara
efektif, memerlukan komunikasi dengan semua pihak bahkan sejak suatu rencana masih
berupa gagasan. Paling tidak ini berlaku bagi Promosi Kesehatan yang biasanya besifat
spesifik, mensyaratkan peranserta, dan Keberlangsungan.

2.5 Penyusunan Dan Penetapan Rencana

Rencana Pembangunan Jangka Panjang :

1. Menteri menyiapkan rancangan RPJP Nasional.

2. Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP Daerah.

3. Rancangan RPJP Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan rancangan RPJP
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan utama bagi Musrenbang.’

Rencana Pembangunan Jangka Menengah

1. Menteri menyiapkan rancangan awal RPJM Nasional sebagaipenjabaran dari visi,


misi, dan program Presiden ke dalam strategi pembangunan Nasional, kebijakan
umum, program prioritasPresiden, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal.

2. Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJM Daerah sebagai penjabaran dari
visi, misi, dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan Daerah,
kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah, dan arah kebijakan keuangan
Daerah.

1. Musrenbang Jangka Menengah Nasional sebagaimana dimaksuddalam Pasal 16 ayat


(3), dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah Presiden dilantik.

2. Musrenbang Jangka Menengah Daerah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 16 ayat


(4), dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.

a. Menteri menyusun rancangan akhir RPJM Nasional berdasarkanhasil


Musrenbang Jangka Menengah Nasional sebagaimanadimaksud dalam Pasal
17 ayat (1).

b. Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJM Daerahberdasarkan hasil


Musrenbang Jangka Menengah Daerahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (2).

Pasal 19

(1) RPJM Nasional ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah Presiden dilantik.

(2) Renstra-KL ditetapkan dengan peraturan pimpinanKementerian/Lembaga setelah


disesuaikan dengan RPJM Nasionalsebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah Kepala Daerah dilantik.

(4) Renstra-SKPD ditetapkan dengan peraturan pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah
setelah disesuaikan dengan RPJM Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Rencana Pembangunan Tahunan

Pasal 20

(1) Menteri menyiapkan rancangan awal RKP sebagai penjabaran dari RPJM Nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1).

(2) Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagaipenjabaran dari RPJM
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3).

Pasal 21

1. Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan rancangan Renja-KL sesuai dengan


tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dan berpedoman pada Renstra-KL
sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 19 ayat (2).

2. Menteri mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP denganmenggunakan


rancangan Renja -KL sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

3. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan Renja-SKPD sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) dan berpedoman pada Renstra-SKPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4).
(4) Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan
menggunakan Renja -SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 22

1. Rancangan RKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) dan rancangan
RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) menjadi bahan bagi
Musrenbang.

2. Musrenbang dalam rangka penyusunan RKP dan RKPD diikuti oleh unsur-unsur
penyelenggara pemerintahan.

3. Menteri menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKP.

4. Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKPD.

Pasal 23
1. Musrenbang penyusunan RKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3)
dilaksanakan paling lambat bulan April.

2. Musrenbang penyusunan RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4)


dilaksanakan paling lambat bulan Maret.

Pasal 24

1. Menteri menyusun rancangan akhir RKP berdasarkan hasilMusrenbang sebagaimana


dimaksud dalam

Pasal 25

1. RKP menjadi pedoman penyusunan RAPBN.

2. RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD.

Pasal 26

1. RKP ditetapkan dengan Peraturan Presiden.

2. RKPD ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 27

1. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan RPJP Nasional, RPJM
Nasional, Renstra-KL, RKP, Renja-KL, dan pelaksanaan Musrenbang diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah,
Renstra-SKPD, RKPD, Renja-SKPD dan pelaksanaan Musrenbang Daerah diatur
dengan Peraturan Daerah.

Langkah- Langkah Penyusunan Dan Penetapan Rencana

Rencana Pembangunan Jangka Panjang

pasal 10

(1) Menteri menyiapkan rancangan RPJP Nasional.


(2) Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP Daerah
(3) Rancangan RPJP Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan rancangan RPJP
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan utama bagi Musrenbang.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah


pasal 14 :

(1) Menteri menyiapkan rancangan awal RPJM Nasional sebagai penjabaran dari visi,
misi, dan program Presiden ke dalam strategi pembangunan Nasional, kebijakan
umum, program prioritas Presiden, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal.
(2) Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJM Daerah sebagai penjabaran dari
visi, misi, dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan Daerah,
kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah, dan arah kebijakan keuangan
Daerah.

Pasal 15
(1) Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan rancangan Renstra-KL sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada rancangan awal RPJM
Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1).
(2) Menteri menyusun rancangan RPJM Nasional dengan menggunakan rancangan
Renstra-KL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan berpedoman pada RPJP
Nasional.
(3) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan rancangan Renstra-SKPD sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada rancangan awal RPJM
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2).
(4) Kepala Bappeda menyusun rancangan RPJM Daerah dengan menggunakan rancangan
Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud padaayat (3) dan berpedoman pada RPJP
Daerah

Pasal 16
(1) Rancangan RPJM Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dan
rancangan RPJM Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) menjadi
bahan bagi Musrenbang Jangka Menengah.
(2) Musrenbang Jangka Menengah diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJM
diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara Negara dan mengikutsertakan masyarakat.
(3) Menteri menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Nasional.
(4) Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Daerah

Pasal 17
(1) Musrenbang Jangka Menengah Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(3), dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah Presiden dilantik.
(2) Musrenbang Jangka Menengah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(4), dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.

Pasal 18
(1) Menteri menyusun rancangan akhir RPJM Nasional berdasarkan hasil Musrenbang
Jangka Menengah Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1).
(2) Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJM Daerah berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Menengah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(2).Pasal 19(1)RPJM Nasional ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lambat 3
(tiga) bulan setelah Presiden dilantik.(2)Renstra-KL ditetapkan dengan peraturan
pimpinan Kementerian/Lembaga setelah disesuaikan dengan RPJM Nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(3) RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan KepalaDaerah paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah Kepala Daerah dilantik.
(4) Renstra-SKPD ditetapkan dengan peraturan pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah
setelah disesuaikan dengan RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Bagian KetigaRencana Pembangunan Tahunan


Pasal 20
(1) Menteri menyiapkan rancangan awal RKP sebagai penjabaran dari RPJM Nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1).
(2) Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran dari RPJM
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3).

Pasal 21
(1) Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan rancangan Renja-KL sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)dan berpedoman pada Renstra-KL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2).
(2) Menteri mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan menggunakan
rancangan Renja-KL sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan Renja-SKPD sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) dan berpedoman pada Renstra-SKPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4).
(4) Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan
menggunakan Renja-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 22
(1) Rancangan RKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) dan rancangan
RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) menjadi bahan bagi
Musrenbang.
(2) Musrenbang dalam rangka penyusunan RKP dan RKPD diikuti oleh unsur-unsur
penyelenggarapemerintahan.
(3) Menteri menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKP.
(4) Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKPD
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Perencanaan kesehatan pada dasarnya adalah perencanaan pembangunan
kesehatan. Bentuk perencanaan kesehatan antara lain perencanaan kebijaksanaan
pembangunan kesehatan, perencanaan program pembangunan kesehatan,dan
perencanaan operasional/kegiatan pelaksanaan kesehatan. Semua bentuk perencanaan
tersebut mengacu pada tujuan masing-masing tingkat manajemen.

Perencanaan merupakan sebuah proses. Beberapa kegiatan yang ada dalam


proses perencanaan tersebut yaitu analisa situasi, penentuan prioritas masalah,
pemilihan solusi alternatif, penyusunan rencana. Aspek pokok yang diperhatikan
dalam perencanaan ialah hasil dari pekerjaan perencanaan (outcome of planning),
perangkat perencanaan (mechanic of planning ), dan proses perencanaan
(process of planning).

Saran
 Bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa kesehatan masyarakat
diharapkan terbiasa dan terlatih dalam membuat perenanaan sederhana hingga
mengetahui metode sistematis dalam pembuatan perencanaan.

 Bagi petugas kesehatan sebaiknya sistem perencanaan dilaksanakan dengan


sebaik-baiknya agar tercapai tujuan yang ditetapkan.

 Kepada instansi terkait terutama dalam hal penentuan kebijakan agar pelaksanaan
pelayanan kesehatan berjalan dengan baik.

 Dalam perencanaan kesehatan harus dilakukan upaya pengembangan produk


pelayanan kesehatan secara berkesinambungan dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan kesehatan.
Daftar Pustaka

Irawan, Bambang. 2008. Analisis Perilaku Eksekutif dan Legislatif Dalam Perencanaan
Kesehatan Di Kota Langsa. [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Kurniati, Desak Putu Yuli. 2016. Bahan AjarPerencanaan Dan Evaluasi Program Promosi
Kesehatan. Bali : Universitas Udayana..

Muninjaya, Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Sudirman. 2007. Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Palu ;

Sulawesi Tengah

Anda mungkin juga menyukai