Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk
hidup lain.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup;
Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Masalah lingkungan adalah aspek negatif dari aktivitas manusia terhadap lingkungan
biofisik. Environmentalisme, sebuah gerakan sosial dan lingkungan yang dimulai pada tahun
1960, fokus pada penempatan masalah lingkungan melalui advokasi, edukasi dan aktivisme.
Masalah lingkungan terbaru saat ini yang mendominasi mencakup perubahan iklim,
polusi, dan hilangnya sumber daya alam. Gerakan konservasi mengusahakan proteksi terhadap
spesies terancam dan proteksi terhadap habitat alami yang bernilai secara ekologis.
Pada saat ini banyak bencana yang melanda di sekitar kita. Entah itu bencana yang
menimbulkan kerusakan kecil maupun yang besar. Terutama bencana-bencana tersebut
disebabkan oleh masalah yang sering dibahas yaitu pencemaran. Akibatnya timbul masalah-
masalah yang bersifat global, antara lain: pemanasan global, hujan asam (acid rain), dan
menipisnya lapisan ozon.
2.1.1.1 Pemanasan Global
Atmosfer bumi tidak pernah bebas dari perubahan. Komposisi, suhu, dan kemampuan
membersihkan diri selalu bervariasai sejak planet bumi ini terbentuk. Dengan semakin
meningkatnya kepadatan penduduk yang disertai dengan kegiatan-kegiatan manusia yang
semakin padat, maka para ahli atmosfer di dunia memprediksikan bahwa semakin lama suhu di
bumi akan semakin naik yang disebut dengan pemanasan global. Pemanasan global terjadi
sangat cepat karena efek dari Efek Rumah Kaca.
Efek Rumah Kaca merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama
planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.
Efek Rumah Kaca dapat dijelaskan sebagai berikut. Enargi matahari yang masuk ke bumi
mengalami :
25 % dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
25 % diserap awan
45 % diadsorpsi permukaan bumi
5 % di pantulkan kembali oleh permukaan bumi
Energi yang diadsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk infra-merah oleh awan dan
permukaan bumi. Namun sebagian besar infra-merah tertahan oleh awan dan gas CO 2 untuk di
kembalikan lagi ke Bumi.
Dalam keadaan normal, efek rumah kaca dibutuhkan agar pada saat siang hari dan malam
hari suhunya tidak terdapat perbedaan yang sangat jauh, artinya suhu rata-rata di permukaan
Bumi saat malam hari tidak akan mengalami penurunan yang drastis.
Selain gas CO2 ada pula gas-gas lain yang juga menyumbang efek rumah kaca yaitu
sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO), dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa
senyawa organik lainnya seperti gas metana (CH4) dan kholrofluoro karbon (CFC). Gas-gas
tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca dan sering disebut
dengan gas rumah kaca.
Selama era pra-industri, menurut perkiraan para ahli, efek rumah kaca telah
meningkatkan suhu bumi sebesar 1-5 derajat celcius. Perkembangan ekonomi dapat
menyebabkan penggunaan bahan bakar fosil akan meningkat. Hal ini menyebabkan emisi karbon
dioksida antar 0,3-2% pertahun dan apabila terus meningkat lagi maka akan berdampak
peningkatan suhu antara 1,5-4,5 derajat celcius sekitar tahun 2030.
Peningkatan suhu yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya perubahan iklim yang
sangat cepat. Hal ini dikarenakan terganggunya fungsi hutan dan ekosistem lainnya, sehingga
dapat mengurangi kemampuan penyerapan CO2 yang berada di Bumi. Bahkan peningkatan suhu
dapat mengakibatkan pelepasan karbon yang ada di permukaan bumi dalam bentuk bahan-bahan
organik yang kemudian terurai menjadi CO2 dan CH4 oleh kegiatan mikroba tanah. Iklim yang
bertambah panas akan meningkatkan aktivitas mikroba dan meningkatkan pemanasan global.
Pemanasan global dapat mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub
yang dapat meimbulkan naiknya permukaan air laut dan juga memberikan dampak seperti erosi
di pesisir, rusaknya hutan bakau dan terumbu karang, naiknya salinitas di wilayah estuaria dan
wilayah pesisir lainnya, perubahan lokasi sedimentasi lainnya, berkurangnya intensitas cahaya di
dasar laut sera naiknya tinggi gelombang. Keseimbangan biologi pun akan terganggu.
Peningkatan iklim juga dapat meningkatkan jumlah ganggang di laut. Beberapa jenis ganggang
diketahui beracun dan dapat membahayakan kehidupan laut dan meracuni manusia saat
memakan hasil laut.
2.1.1.2 Hujan Asam
Hujan asam pertama kali di laporkan di Manchester, Inggris, yang menjadi kota penting
dalam Revolusi Industri. Pada tahun 1852, Robert Angus Smith menemukan hubungan antara
hujan asam dengan polusi udara. Istilah hujan asam mulai digunakan pada tahun 1872. Ia
mengamati bahwa hujan asam dapat mengarah pada kerusakan alam.
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan sisa dalam pembakaran
bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur
dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk
membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air
hujan yang asam tersebut akan mengakibatkan meingkatnya kadar keasaman tanah dan air
permukaan yang terbukti membahayakan kehidupan makhluk hidup.
Pada dasarnya hujan asam disebabkan oleh dua polutan udara, sulfur dioksida (SO 2) dan
nitrogen oksida (NO) yang keduanya dihasilkan karena hasil pembakaran. Namun, 50 % sulfur
dioksida dihasilkan alami oleh bumi itu sendiri, misalnya letusan gunung berapi dan kebakaran
hutan secara alami. Dan 50 % lainnya disebabkan karena kegiatan manusia itu sendiri.
Walaupun hujan asam ditemukan di tahun 1852, baru pada tahun 1970-an para ilmuwan
mulai banyak melakukan penelitian mengenai fenomena ini. Kesadaran manusia tentang hujan
asam ini meningkat pada tahun 1990-an setelah New York Times memuat laporan dari Hubbard
Brook Experimental Forest di New Hampshire tentang banyaknya kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh hujan asam.
2.1.1.3 Menipisnya Lapisan Ozon
Mengapa lapisan ozon sangat penting untuk dilindungi? Lapisan ozon merupakan lapisan
tipis gas O3 yang secara alami menyelimuti bumi untuk menangkal pengeruh negatif dari sinar
ultraviolet. Apabila lapisan ozon meipis maka semakin banyak sinar ultraviolet yang terserap ke
bumi, akibatnya banyak menimbulkan permasalahan yang berbahaya terutama masalah
kesehatan. Beberapa masalah kesahatan yang disebabkan oleh sinar ultraviolet yang berlebihan
seperti kulit keriput, katarak sehingga mengakibatkan kerusakan permanen pada mata,
menurunkan system kekebalan tubuh dan bahkan dapat memicu melanoma (kanker kulit yang
paling fatal).
Kerusakan ozon disebabkan karena pelepasan zat perusak ozon atau biasa disebut BPO
(Bahan Perusak Ozon). Sekitar 100 bahan perusak yang terdaftar berdasarkan Protrokol Montreal
1987. Beberapa jenis BPO yang banyak digunakan di Indonesia adalah chlorofluorocarbons
(CFCs) dan hydrochlorofluorocarbons (HCFCs) yang banyak digunakan di AC dan lemari es.
Selain dua bahan perusak tersebut masih ada bahan perusak lainnya seperti halon, metil bromida,
aerosol, solvent, dan foam yang digunakan pada busa pengembang, pemadam kebakaran, pelarut,
pestisida, serta kaleng semprot untuk parfum atau pengharum ruangan.
Dalam ruang lingkup secara Nasional pun tidak luput oleh permasalahan sosial.
Permasalahan lingkungan banyak terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih
tinggi, penyebaran penduduk yang kurang merata, dan mutu kehidupan penduduk yang rendah.
Beberapa bentuk-bentuk masalah lingkungan secara nasional yaitu :
Suatu kegiatan yang tidak diwajibkan untuk menyusun AMDAL tetap harus melakukan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. UKL-UKP merupakan perangkat
pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin
melakukan usaha/kegiatan.
Prosedur UKL-UKP
Proses dan prosedur UKL-UKP tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan
formulir isian yang berisi :
1. Identitas pemrakarsa
2. Rencana usaha/kegiatan
3. Dampak lingkungan yang akan terjadi
4. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
5. Tanda tangan dan cap
Ayusoraya, E. Masalah Lingkungan Secara Global dan Nasional. Retrieved from Elly Alpinista:
http://alpinistaelly.blogspot.co.id/2013/05/masalah-lingkungan-secara-global-dan.html. Diakses
pada tanggal 8 februari 2020