Anda di halaman 1dari 19

CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)

**Kepaniteraan Klinik Senior/G1A218100


** Pembimbing : dr. Mustarim, Sp.A (K), M.Si.Med

Hubungan antara Kadar Bilirubin Kulit Neonatus dan Severe Jaundice dengan
Karakteristik Maternal, Persalinan, dan Neonatal

Oleh:
Luciana Lorenza
G1A218100

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Clinical Science Session (CSS)

Hubungan antara Kadar Bilirubin Kulit Neonatus dan Severe Jaundice dengan
Karakteristik Maternal, Persalinan, dan Neonatal

Disusun Oleh
Luciana Lorenza
G1A218100

Telah diterima dan dipresentasikan sebagai salah satu tugas


Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Raden Mattaher Jambi Program Studi
Pendidikan Kedokteran Universitas Jambi

Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan


Jambi, Agustus 2019

PEMBIMBING

dr. Mustarim, Sp.A (K), M.Si.Med


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan
Clinical Science Session ini dengan judul “Relationship between Neonatal Skin
Bilirubin Level and Severe Jaundice with Maternal, Childbirth, and Neonatal
Characteristics”. Laporan ini merupakan bagian dari tugas Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Raden Mattaher Jambi.

Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dr. Mustarim, Sp.A (K), M.Si.Med selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan sehingga laporan Clinical Science Session ini dapat terselesaikan
dengan baik dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
laporan ini.

Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis. Sebagai penutup
semoga kiranya laporan Clinical Science Session ini dapat bermanfaat bagi kita
khususnya dan bagi dunia kesehatan pada umumnya.

Jambi, Agustus 2019

Penulis
Hubungan antara Kadar Bilirubin Kulit Neonatus dan Severe Jaundice dengan
Karakteristik Maternal, Persalinan, dan Neonatal

ABSTRAK
Latar belakang: Ikterus neonatorum merupakan penyebab yang paling umum dari
rawat inap bayi baru lahir. Penelitian ini bertujuan untuk menguji berbagai faktor-
faktor maternal, persalinan, dan neonatal yang mempengaruhi kadar bilirubin kulit
neonatal dan severe jaundice.
Metode: Penelitian cross-sectional ini dilakukan pada 1066 neonatus sehat dengan
usia kehamilan 35 minggu atau lebih dan berat badan lahir ≥ 2000 g di Rumah Sakit
Pendidikan Alzahra dan Taleghani di Tabriz, Iran, selama 2016-2017. Sampel dipilih
menggunakan convenience sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner
tiga bagian yang peneliti buat untuk menilai karakteristik maternal, persalinan, dan
neonatal berdasarkan riwayat medis ibu dan bayi baru lahir serta wawancara dengan
ibu. Neonatal jaundice diukur dengan memanfaatkan perangkat Kj-8000 pada hari 3-
6 setelah lahir dengan mengukur kadar bilirubin kulit. Selain itu, kebutuhan untuk
fototerapi (severe jaundice) ditentukan berdasarkan American Academy of Pediatrics
guideline. Model linier umum dan regresi logistik multivariat digunakan untuk
analisis data.
Hasil: Dari seluruh neonatus yang di follow-up, 94 (9,96%) kasus berkembang
menjadi severe jaundice dan 850 (90,04%) bayi baru lahir tidak menunjukkan gejala
komplikasi ini. Hasil dari model linier menunjukkan bahwa kadar bilirubin bayi
berkorelasi secara signifikan dengan riwayat jaundice pada anak-anak sebelumnya,
usia bayi ketika ekskresi mekonium pertama, frekuensi makan, usia kehamilan,
golongan darah ibu, dan berapa kali ibu melakukan USG selama kehamilan. Selain
itu, hasil dari regresi logistik mengungkapkan hubungan antara severe jaundice dan
variabel seperti tempat tinggal, riwayat severe jaundice pada anak-anak sebelumnya,
memberi makan bayi dengan air atau air gula selama masa menyusui, frekuensi
makan bayi, usia kehamilan, golongan darah ibu, waktu ketika keluar dari rumah
sakit, dan jumlah kehamilan.
Kesimpulan: Beberapa faktor yang berhubungan dengan neonatal jaundice
diidentifikasi untuk meningkatkan kesadaran tenaga kesehatan untuk identifikasi dini
dan pengobatan neonatal jaundice untuk mencegah komplikasinya.
Kata kunci: Jaundice, Faktor Risiko, Transcutaneous Bilirubin.

PENDAHULUAN
Penurunan angka kematian neonatal dan identifikasi faktor-faktor yang dapat
dicegah yang mengarah pada rawat inap neonatus merupakan hal yang sangat penting
secara global.1 Jaundice adalah penyebab paling umum dari rawat inap bayi yang
baru lahir di rumah sakit pada bulan pertama setelah kelahiran. Lebih dari setengah
dari neonatus cukup bulan dan empat-perlima dari bayi baru lahir prematur yang
sehat berkembang menjadi ikterik dua sampai lima hari setelah lahir.2
Hiperbilirubinemia terjadi pada lebih dari 60% dari neonates cukup bulan dan
mendekati cukup bulan, serta 80% dari neonatus prematur sebagai temuan yang
umum pada hari-hari pertama kelahiran.3
Berdasarkan penelitian sebelumnya, faktor risiko utama dari
hiperbilirubinemia berat pada neonatus dengan usia kehamilan 35 minggu atau lebih
termasuk kadar dari transcutaneous bilirubinnometry (TCB) atau total serum bilirubin
(TSB) di zona berisiko tinggi (berdasarkan Bhutani Nomogram) sebelum keluar dari
rumah sakit, ikterus pada 24 jam pertama lahir, ketidakcocokan golongan darah
bersama-sama dengan uji antiglobulin direct positif, penyakit hemolitik lain yang
diketahui, meningkatnya karbon monoksida dalam volume tidal, usia kehamilan 35-
36 minggu, riwayat fototerapi pada anak-anak sebelumnya, cephalohematoma atau
severe bruising, ASI eksklusif, terutama ketika menyusui tidak dilakukan dengan
benar, dan kehilangan berat badan yang parah pada bayi.4,5,6
Faktor risiko minor dari komplikasi ini meliputi tingkat TSB atau TCB di
zona risiko intermediate sebelum keluar dari rumah sakit, usia kehamilan 37-38
minggu, mengamati ikterus sebelum keluar dari rumah sakit, riwayat jaundice pada
saudara sebelumnya, neonatus dengan makrosomia dari ibu dengan diabetes, usia ibu
25 tahun atau lebih, dan jenis kelamin laki-laki.5,7 Selain itu, faktor yang menurunkan
risiko hiperbilirubinemia adalah tingkat TSB dan TCB di zona berisiko rendah, usia
kehamilan 41 minggu atau lebih, pemberian ASI eksklusif, ras kulit hitam, keluar dari
rumah sakit setelah 72 jam, dan inisiasi menyusui segera setelah melahirkan, terutama
di jam pertama kelahiran.5,8
Dalam banyak kasus, jaundice bersifat sementara dan self-limiting; Namun,
hal itu dapat menyebabkan ensefalopati bilirubin dan kerusakan otak yang berat
kecuali jika didiagnosis tepat waktu dan tidak menjadi lebih berat.9 Pentingnya
mencegah neonatal jaundice mungkin lebih dari sekedar menegakkan diagnosis dan
pengobatan yang tepat waktu. Hal ini, tentu saja, memerlukan identifikasi faktor-
faktor risiko dari jaundice itu sendiri.10 Meskipun berbagai penelitian telah dilakukan
tentang masalah ini di Iran11-15, terdapat kebutuhan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengingat pentingnya dan tingginya prevalensi jaundice di negeri ini. Oleh
karena itu, studi cross-sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor maternal,
persalinan, dan neonatal yang berhubungan dengan kadar bilirubin kulit neonatal dan
severe jaundice.

Metode
Desain penelitian dan Sampel penelitian
Penelitian cross-sectional ini dilakukan pada 1066 neonatus sehat dengan usia
kehamilan 35 minggu atau lebih didasarkan pada Last Menstrual Period (LMP), dan
jika LMP tidak diketahui, berdasarkan USG pertama, dan berat lahir ≥2000 gram di
Rumah Sakit Pendidikan Alzahra dan Taleghani di Tabriz, Iran, selama 2016-2017.
Neonatus dengan kelainan kongenital major, neonatus yang dirawat di ICU, neonatus
dengan ibu yang memiliki Rh- dan hasil uji direct Coombs' positif (ketidakcocokan
Rh), neonatus dengan ikterik dalam 24 jam pertama kelahiran, dan neonatus yang
menjalani fototerapi sebelum pengukuran bilirubin pertama dieksklusikan dari
penelitian ini.
Penelitian ini adalah bagian dari sebuah studi besar yang bertujuan untuk
menilai nomogram kulit.16 Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk menentukan
faktor maternal, persalinan, dan neonatal yang berhubungan dengan kadar bilirubin
kulit neonatal dan severe jaundice. Besar sampel ditentukan sebanyak 533 sampel
menggunakan G-power berdasarkan pada hubungan antara kelompok berisiko dan
bilirubin yang dibahas oleh Chawla et al. Karena efek desain pada cluster sampling
dihitung dua kali dari besar sampel, besar sampel akhir diperkirakan 1066
menggunakan software G-power (mempertimbangkan dua sisi α = 0,05 dan odds
ratio = 0,7).
Sampel
Setelah mendapat izin dari Komite Etik Tabriz University of Medical
Sciences, Tabriz, Iran (IR.TBZMED.REC.1395.916), peneliti mengunjungi Rumah
Sakit Pendidikan Alzahra dan Taleghani untuk mengidentifikasi semua neonatus
yang memenuhi syarat melalui metode convenience sampling, memberi penjelasan
kepada orang tua neonatus tentang rincian penelitian, dan memperoleh persetujuan
tertulis dari mereka. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang peneliti buat
berdasarkan riwayat kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta wawancara dengan ibu.
Neonatal jaundice diukur dengan menggunakan perangkat Kj- 8000 pada hari
ke 3-6 setelah lahir, dan kadar bilirubin kulit. Selain itu, kebutuhan untuk fototerapi
(severe jaundice) pada neonatus ditentukan berdasarkan American Academy of
Pediatrics guidelines (AAP) untuk fototerapi. Neonatus yang didiagnosis dengan
fototerapi berdasarkan nilai-nilai TCB dan pedoman fototerapi AAP dirujuk ke unit
yang relevan untuk penelitian dan pengobatan lebih lanjut dalam penelitian ini.
Alat Pengumpulan Data
Kuesioner karakteristik maternal, persalinan, dan neonatal dan perangkat Kj-
8000 masing-masing dipergunakan untuk mengumpulkan data dan menentukan kadar
bilirubin kulit. Kuesioner karakteristik maternal, persalinan, dan neonatal dirancang
dalam tiga bagian setelah memeriksa teks-teks khusus. Bagian pertama termasuk
karakteristik ibu, seperti usia ibu, tingkat pendidikan dan pekerjaan, tingkat
pendidikan dan pekerjaan pasangan, kecukupan pendapatan keluarga, tempat tinggal,
riwayat ikterik pada anak-anak sebelumnya, riwayat lahir mati, hipertensi ibu,
preeklamsia dan eklamsia, diabetes gestasional, kehamilan kembar, jumlah USG ibu
selama kehamilan, dan riwayat perdarahan pada trimester pertama.
Bagian kedua dari kuesioner ini berupaya untuk mencari informasi tentang
karakteristik neonatal, termasuk jenis kelamin bayi, usia kehamilan pada saat lahir,
berat badan pada saat kelahiran, golongan darah (yaitu, empat kelompok darah yang
didefinisikan oleh sistem golongan darah ABO termasuk A, B , AB, dan O), Rh, usia
pemberian makanan pertama, metode pemberian makan, frekuensi makan, memberi
makan bayi dengan air atau air gula selama interval menyusui, ekskresi mekonium
setelah lahir, dan trauma kelahiran.
Terakhir, bagian ketiga termasuk karakteristik persalinan, seperti jumlah
persalinan, metode persalinan saat ini, waktu kelahiran, induksi dengan oksitosin
selama persalinan, anestesi epidural selama persalinan, jenis anestesi selama
persalinan, dan pecahnya selaput ketuban.
Kuesioner diberikan kepada 10 anggota fakultas dan koreksi diterapkan
berdasarkan saran dan pendapat di bawah pengawasan supervisor mereka.
Perangkat KJ-8000 (Bilicheck) mengukur tingkat keparahan ikterus dengan
mendeteksi kadar bilirubin dalam serum darah neonatus melalui kulit. Tidak ada
sampel darah yang dibutuhkan untuk menggunakan perangkat ini. Oleh karena itu,
tidak ada rasa sakit, ketidaknyamanan, atau risiko infeksi bakteri pada neonatus.
Perangkat ini menggunakan optical fibers dan photoelectronic parts. Perangkat
menunjukkan kadar bilirubin dalam satuan mg/dL atau mikromol/L pada monitor,
seperti yang dipilih oleh pengguna. Probe harus sedikit menyentuh dahi bayi.
Perangkat ini secara langsung mengukur kadar bilirubin serum darah bayi dan
mengkonversi kadar ini menjadi angka dengan cepat dan akurat.
Untuk menentukan reliabilitas dari Bilicheck, lima neonatus dipilih pada awal
pemilihan sampel dan dua pengukuran bilirubin dilakukan pada setiap neonatus oleh
dua individu yang berbeda di bawah kondisi yang sama persis. Selanjutnya, korelasi
antara dua hasil dievaluasi dalam setiap neonatus.
Selain itu, TCB diukur untuk 20 neonatus yang membutuhkan TSB untuk
menentukan reliabilitas perangkat sebelum memulai penelitian. TCB diperiksa untuk
neonatus yang didiagnosis dengan ikterik dan yang memiliki tes darah (TSB) untuk
konfirmasi di Rumah Sakit Taleghani, Tabriz, Iran, berdasarkan pemeriksaan klinis
oleh dokter spesialis anak. Selanjutnya, hasilnya dibandingkan dan reliabilitas
dikonfirmasi dengan koefisien korelasi 89%.
Analisis data
Data dianalisis dalam perangkat lunak SPSS (Versi 24). Statistik deskriptif,
termasuk mean, standar deviasi, dan persentase digunakan untuk menggambarkan
setiap karakteristik maternal, persalinan, dan neonatal. Untuk mengetahui hubungan
antara masing-masing karakteristik dengan kadar bilirubin kulit, adjusted and
unadjusted linear model digunakan untuk mengendalikan variabel pengganggu.
Selain itu, regresi logistik digunakan untuk mengontrol variabel pengganggu dan
menentukan hubungan antara masing-masing karakteristik dengan severe jaundice.

Hasil
Penelitian cross-sectional ini dilakukan selama sepuluh bulan dari Januari
hingga Oktober 2017. Dari 1066 neonatus yang masuk ke dalam penelitian ini, 555
(52%) adalah laki-laki dan 511 (47,9%) adalah perempuan. Sebanyak 58,3% dari
neonatus dilahirkan melalui operasi caesar dan 760 (71,3%) dari bayi yang baru lahir
memiliki berat lahir 3000-3990 gram. Usia rata-rata ibu dalam penelitian ini adalah
28,50 (6,16%) tahun. Golongan darah neonatus yang ada adalah A di 37,6% dan Rh +
di 90% kasus. Usia kehamilan adalah antara 35-36 minggu enam hari di 43 (4%)
neonatus, antara 37-39 minggu enam hari di 715 (67,1%) kasus, dan lebih dari 40
minggu di 308 (28,9%) bayi yang baru lahir.
Golongan darah ibu yang paling umum adalah A+ diamati pada 343 (32,8%)
neonatus, dan golongan darah ibu yang paling sedikit adalah AB- diamati pada 10
(0,9%) kasus. Jumlah rata-rata USG ibu selama kehamilan adalah 4,95 (2,06%).
Sekitar seperlima dari ibu (20,4%) memiliki riwayat jaundice pada anak-anak
sebelumnya. Hanya empat bayi yang baru lahir memiliki trauma saat persalinan.
Jumlah rata-rata pemberian makanan bayi per 24 jam adalah 16,1 (5,25%).
Penggunaan air atau air gula selama interval menyusui sekitar 16% dari bayi yang
baru lahir (Tabel 1).
Tabel 1. Karakteristik bayi baru lahir sehat dengan usia kehamilan ≥35 minggu
(n=1066).
Variabel Jumlah Variabel Jumlah
(%) (%)
Jenis kelamin Usia ibu 28,50 (6,16)
Laki-laki 555 (52) Berat lahir
Perempuan 511 (47,9) 2000-2990 g 250 (23,5)
Golongan darah bayi 3000-3990 g 760 (71,3)
A+ 60 (35,2) ≥4000 g 56 (5,3)
A- 4 (2,3) Golongan darah ibu
B+ 41 (24,1) A+ 343 (32,8)
B- 5 (2,9) A- 50 (4,7)
AB+ 11 (6,4) B+ 208 (19,9)
AB- 2 (1,1) B- 26 (2,4)
O+ 42 (24,7) AB+ 104 (9,9)
O- 5 (2,9) AB- 10 (0,9)
Usia kehamilan O+ 268 (25,7)
35-36 minggu, 6 hari 43 (4) O- 34 (3,2)
37-39 minggu, 6 hari 715 (67,1) Metode persalinan
≥ 40 minggu 308 (28,9) Vaginal 441 (41,3)
Jumlah USG ibu selama 4,95 (2,06) SC 622 (58,3)
kehamilan
Memiliki riwayat jaundice 218 (20,4) Instrumental 3 (0,2)
pada anak sebelumnya (Ya)
Memiliki trauma saat 4 (0,4) Jumlah pemberian makan (per 16,1 (5,25)
persalinan (Ya) 24 jam)
Pemberian makan neonatus 179 (16,7)
dengan air atau air gula selama
interval menyusui (Ya)
*Mean(Standard Deviation)
Hasil dari unadjusted generalized linear model menunjukkan bahwa tingkat
bilirubin berkorelasi secara signifikan dengan pekerjaan ibu, riwayat jaundice pada
anak-anak sebelumnya, usia bayi saat ekskresi mekonium pertama, frekuensi makan,
memberi makan bayi dengan air atau air gula selama interval menyusui, usia
kehamilan, metode persalinan, golongan darah ibu, waktu kelahiran, induksi oksitosin
selama persalinan, diabetes pada ibu, dan jumlah USG selama hamil (P <0,05).
Selain itu, hasil dari adjusted linear model menunjukkan hubungan signifikan
antara kadar bilirubin kulit dengan variabel-variabel seperti riwayat jaundice pada
anak-anak sebelumnya, usia bayi saat ekskresi mekonium pertama, frekuensi makan,
usia kehamilan, golongan darah ibu, dan jumlah USG selama hamil (P <0,05, Tabel
2).
Tabel 2. Hubungan antara kadar bilirubin kulit neonatus dengan karakteristik
maternal, persalinan, dan neonatal berdasarkan model linear umum adjusted pada
bayi baru lahir sehat dengan usia kehamilan ≥35 minggu (n=1066).
Variabel B(95% CI) P-value
Riwayat jaundice pada anak sebelumnya
Yes 0 ---
No -0,93 (-0,41 to -1,46) 0,003
Usia neonatus saat ekskresi pertama mekonium 0,04 (0,07 to 0,01) 0,020
Frekuensi makan -0,17 (-0,13 to -0,21) <0,001
Usia kehamilan
35-36 minggu, 6 hari 0 ---
37-39 minggu, 6 hari 0,91 (0,24 to -2,07) 0,194
≥ 40 minggu -2,49 (-1,27 to -3,71) 0,001
Golongan darah ibu
A+ 0 ---
A- 0,45 (1,43 to -0,52) 0,445
B+ 0,00 (0,61 to -0,59) 0,981
B- -0,19 (1,12 to -1,52) 0,806
AB+ 0,73 (1,50 to -0,02) 0,113
AB- 2,33 (4,76 to -0,09) 0,114
O+ 0,29 (0,84 to -0,26) 0,389
O- 1,68 (2,90 to 0,46) 0,024
Jumlah USG selama kehamilan 0,18 (0,29 to 0,07) 0,005
*95% Confidence Interval
Berdasarkan hasil unadjusted regresi logistik, tingkat pendapatan keluarga,
tempat tinggal, riwayat jaundice pada anak-anak sebelumnya, memberi makan bayi
dengan air atau air gula selama interval menyusui, usia kehamilan bayi saat lahir,
frekuensi makan bayi, waktu kelahiran, waktu saat keluar dari rumah sakit, frekuensi
USG selama kehamilan, dan golongan darah ibu dan hipertensi pada ibu memiliki
hubungan yang signifikan dengan hiperbilirubinemia berat pada neonatus (P <0,05).
Selanjutnya, menurut hasil regresi logistik adjusted, hubungan yang signifikan
diamati antara severe jaundice dan variabel-variabel termasuk tempat tinggal, riwayat
jaundice pada anak-anak sebelumnya, memberi makan bayi dengan air atau air gula
selama interval menyusui, frekuensi makan, usia kehamilan, golongan darah ibu,
waktu saat keluar dari rumah sakit, dan jumlah kehamilan (P <0,05, Tabel 3).
Tabel 3. Hubungan antara severe jaundice dengan karakteristik maternal, persalinan,
dan neonatal berdasarkan regresi logistic pada bayi baru lahir sehat dengan usia
kehamilan ≥35 minggu (n=1066).
Variabel OR (95% CI) P-value
Tempat tinggal
Personal 1 ---
Rental 0,43 (0,72 to 0,26) 0,006
Rumah orang tua dari ibu 1 ---
Rumah orang tua dari ayah 0,43 (1,11 to 0,17) 0,144
Riwayat jaundice pada anak sebelumnya
Ya 1 ---
Tidak 0,36 (0,61 to 0,21) 0,001
Memberi makan neonatus dengan air atau air
gula selama interval menyusui
Ya 1 ---
Tidak 0,43 (0,71 to 0,26) 0,006
Frekuensi makan 0,91 (0,95 to 0,86) 0,002
Usia kehamilan
35-36 minggu, 6 hari 1 ---
37-39 minggu, 6 hari 0,22 (0,49 to 0,10) 0,002
≥ 40 minggu 0,12 (0,30 to 0,04) <0,001
Golongan darah ibu
A+ 1 ---
A- 0,65 (2,47 to 0,17) 0,602
B+ 1,31 (0,45 to 0,75) 0,456
B- 3,28 (10,8 to 1,00) 0,100
AB+ 1,67 (3,37 to 0,83) 0,226
AB- 1 ---
O+ 1,47 (2,55 to 0,84) 0,249
O- 4,93 (3,37 to 1,98) 0,004
Jumlah kehamilan
1 1 ---
2 0,65 (1,10 to 0,39) 0,183
3 0,66 (1,29 to 0,34) 0,315
4 0,10 (0,60 to 0,01) 0,035
5 0,43 (2,85 to 0,06) 0,469
6 1,03 (7,56 to 0,14) 0,977
Waktu saat keluar dari rumah sakit
Sebelum 24 jam 1 ---
24-47,9 jam 0,53 (0,93 to 0,30) 0,064
48-72 jam 0,32 (0,78 to 0,13) 0,036
*Odds ratio (95% Confidence Interval

Diskusi
Penelitian cross-sectional ini bertujuan untuk memeriksa berbagai faktor
maternal, kelahiran, dan neonatal yang mempengaruhi kadar bilirubin kulit neonatal
dan severe jaundice pada neonatus sehat dengan usia kehamilan ≥35 minggu dan
berat lahir ≥2000 g. Hasil penelitian menunjukkan kadar bilirubin kulit bayi
berkorelasi secara signifikan dengan riwayat jaundice pada anak-anak sebelumnya,
usia bayi saat ekskresi mekonium pertama, frekuensi makan, usia kehamilan,
golongan darah ibu, dan frekuensi USG saat hamil. Selain itu, ada hubungan yang
signifikan antara severe jaundice dan variabel-variabel independent, termasuk riwayat
jaundice pada anak-anak sebelumnya, memberi makan bayi dengan air atau air gula
selama interval menyusui, frekuensi makan bayi, usia kehamilan, golongan darah ibu,
waktu saat keluar dari rumah sakit, tempat tinggal, jumlah kehamilan.
Dalam penelitian ini, riwayat jaundice pada anak-anak sebelumnya adalah
faktor yang berhubungan dengan ikterik. Saber dkk meneliti 170 bayi yang baru lahir
untuk mengidentifikasi faktor-faktor predisposisi untuk jaundice dan mengukur
frekuensi jaundice pada periode prenatal. Hasil penelitian mereka menunjukkan
hubungan yang signifikan antara riwayat jaundice pada anak-anak sebelumnya
dengan neonatal jaundice.13 Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut sesuai
dengan hasil penelitian ini.
Usia kehamilan mingguan bayi adalah faktor lain yang berhubungan dengan
ikterus yang sejalan dengan hasil yang dilaporkan oleh Saber et al.13 Jaundice adalah
hasil dari ketidakseimbangan antara produksi dan pengeluaran bilirubin. Hepar
neonatus belum matang dan sistem pencernaan mereka tidak dapat mengekskresi
bilirubin yang diproduksi. Hal ini menyebabkan hiperbilirubinemia tak terkonjugasi
pada neonatus prematur.3
Usia bayi saat ekskresi mekonium pertama adalah faktor lain yang
berhubungan dengan kadar bilirubin neonatal. Penelitian yang telah dilakukan oleh
Bilgin et al. 388 bayi baru lahir menunjukkan tidak ada korelasi antara metode
makan, metode melahirkan, anestesi, dan jenis anestesi, jenis kelamin bayi, dan
waktu ekskresi mekonium dengan kadar bilirubin 24-48 jam setelah lahir.11 Dalam
penelitian ini, ada hubungan yang signifikan antara waktu ekskresi meconium
pertama dan kadar bilirubin yang mana tidak konsisten dengan hasil penelitian yang
disebutkan di atas. Bayi baru lahir yang diberi makan dalam 3 jam pertama lahir
biasanya mengeluarkan mekonium dalam 4 jam kemudian. Karena 1 gram mekonium
mengandung 1 mg bilirubin, tertundanya ekskresi mekonium atau berkurangnya
frekuensi pada neonatus meningkatkan aliran intestinal-hepatic, sehingga
meningkatkan jaundice pada neonatal.14
Golongan darah ibu adalah faktor lain yang berhubungan dengan ikterus
dalam penelitian ini. Zahed Pasha et al. meneliti hubungan antara jenis golongan
darah ibu dan kadar bilirubin tali pusat di 290 bayi yang baru lahir neonatus cukup
bulan. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa rata-rata kadar bilirubin tali pusat
lebih tinggi pada neonatus yang lahir dari ibu dengan golongan darah O.17 Dalam
penelitian ini, neonatal jaundice lebih tinggi pada bayi baru lahir dari ibu dengan
golongan darah O Rh-negatif yang sejalan dengan temuan dari penelitian
sebelumnya. Jika ibu dengan golongan darah O memiliki bayi dengan golongan darah
A atau B, risiko ikterus disebabkan oleh meningkatnya ketidakcocokan darah pada
neonatus.
Dalam penelitian ini, golongan darah ibu tersedia, sedangkan golongan darah
semua neonatus tidak dapat diakses dan hubungan antara sistem golongan darah ABO
dan ikterus tidak sepenuhnya dapat ditentukan. Namun demikian, pada ibu yang
bergolongan darah O, neonatal jaundice meningkat secara signifikan terlepas dari
golongan darah bayi.
Dalam penelitian ini, hubungan yang signifikan diamati antara ikterus dan
memberi makan bayi dengan air atau air gula selama interval menyusui. Dalam
penelitian yang telah dilakukan oleh Carvalho, efek dari pemberian makan bayi
dengan air tidak signifikan pada kadar bilirubin serum yang tidak konsisten dengan
hasil penelitian ini.18 Konsumsi air gula dapat membuat bayi terbiasa makan dengan
botol dan lebih memilih menyusui dengan botol daripada breastfeeding. Air gula
diberikan ke bayi biasanya mengisi perutnya yang kecil sehingga tidak meninggalkan
ruang untuk menerima makan yang sebenarnya dan pemberian makanan yang
memadai dengan ASI yang menyebabkan ikterus akibat ASI yang tidak memadai.
Waktu saat keluar dari rumah sakit adalah faktor lain yang berhubungan
dengan neonatal jaundice. Keluar dari rumah sakit lebih awal (kurang dari 72 jam
setelah lahir) lebih tinggi pada neonatus cukup bulan yang sehat di seluruh dunia.
Karena kadar bilirubin serum tertinggi sering diamati pada tiga sampai lima hari
setelah kelahiran, metode skrining jaundice yang efektif dapat meningkatkan imunitas
pada neonatus yang keluar dari rumah sakit lebih awal. Tertundanya diagnosis
jaundice pada bayi baru lahir adalah salah satu masalah dari bayi yang keluar dari
rumah sakit lebih awal.19
Dalam penelitian ini, neonatal jaundice secara signifikan menurun dengan
meningkatkan frekuensi breastfeeding. Dehidrasi dan kehilangan kalori yang
didapatkan pada bayi merupakan faktor lain yang mempengaruhi terjadinya jaundice.
Makanan yang memadai dan periodic adalah faktor untuk mencegah terjadinya
jaundice.20
The Academy of Pediatrics (2004) merekomendasikan untuk identifikasi
faktor penyebab neonatal jaundice sebelum bayi keluar dari rumah sakit untuk
mencegah komplikasi dari jaundice. Hal ini juga menunjukkan memeriksa neonatus
dilakukan pada hari 3-5 karena puncak dari bilirubin serum terjadi pada waktu ini.
Hal yang paling penting dari penelitian ini adalah jumlah sampel yang besar,
dibandingkan dengan penelitian serupa lainnya. Selain itu, metode non-invasif
digunakan untuk pengukuran neonatal jaundice di seluruh langkah penelitian. Salah
satu keterbatasan dari penelitian ini adalah sifat cross-sectional nya. Hubungan antara
neonatal jaundice dan karakteristik maternal, kelahiran, dan neonatal mungkin tidak
menunjukkan hubungan sebab-akibat yang tepat. Oleh karena itu, disarankan untuk
dilakukan penelitian kohort dan kasus-kontrol dengan metodologi yang lebih kuat.
Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah bahwa di rumah sakit yang diteliti, data
golongan darah dan Rh tidak dicek untuk semua neonatus. Oleh karena itu, golongan
darah bayi hanya diketahui ketika ibu mereka memiliki Rh negatif. Akibatnya, tidak
mungkin bagi peneliti untuk menilai golongan darah untuk semua bayi yang baru
lahir. Karena itu, hubungan antara golongan darah ibu dan golongan darah bayi tidak
dapat diteliti lebih jauh dalam penelitian ini.

Kesimpulan
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor maternal, neonatal, dan
persalinan terkait dengan neonatal jaundice, sehingga meningkatkan kesadaran tenaga
kesehatan untuk identifikasi faktor risiko jaundice dan pencegahan komplikasi.
Jaundice harus dicegah sebisa mungkin dengan mendidik orang tua terhadap faktor
risiko ini, meningkatkan frekuensi breastfeeding, menghindari makan dengan air dan
air gula, dan menahan diri dari keluar rumah sakit lebih awal.

Ucapan Terima Kasih


Para penulis mengucapkan terima kasih mereka kepada Research and Technology
Deputy of Tabriz University of Medical Sciences, Tabriz, Iran.

Konflik Kepentingan
Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. Paul IM, Lehman EB, Hollenbeak CS, Maisels MJ. Preventable newborn
readmissions since passage of the Newborns’ and Mothers’ Health Protection
Act. Pediatrics. 2006; 118(6):2349-58.
2. Boskabadi H, Maamouri G, Mafinejad S. The effect of traditional remedies
(Camel's Thorn, Flixweed and Sugar Water) on idiopathic neonatal jaundice. Iran
J Pediatr. 2011; 21(3):325-30.
3. el-Beshbishi SN, Shattuck KE, Mohammad AA, Petersen JR.
Hyperbilirubinemia and transcutaneous bilirubinometry. Clin Chem. 2009;
55(7):1280-7.
4. Newman TB, Xiong B, Gonzales VM, Escobar GJ. Prediction and prevention of
extreme neonatal hyperbilirubinemia in a mature health maintenance
organization. Arch Pediatr Adolesc Med. 2000; 154(11):1140-7.
5. Gale R, Seidman DS, Dollberg S, Stevenson DK. Epidemiology of neonatal
jaundice in the Jerusalem population. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 1990;
10(1):82-6.
6. Marcdante K, Kliegman RM. Nelson essentials of pediatrics. 7th ed. New York:
Elsevier Health Sciences; 2015.
7. Peevy KJ, Landaw SA, Gross SJ. Hyperbilirubinemia in infants of diabetic
mothers. Pediatrics. 1980; 66(3):417-9.
8. Alizadeh Taheri P, Sepahran M, Shariat M. Maternal factors in newborns breast
feeding jaundice: a case control study. Tehran Univ Med J. 2013; 70(12): 798-73.
9. Dennery PA, Seidman DS, Stevenson DK. Neonatal hyperbilirubinemia. N Engl
J Med. 2001; 344(8):581-90.
10. Mercier CE, Barry SE, Paul K, Delaney TV, Horbar JD, Wasserman RC, et al.
Improving newborn preventive services at the birth hospitalization: a
collaborative, hospital-based quality-improvement project. Pediatrics. 2007;
120(3):481-8.
11. Siyah Bilgin B, Altun Koroglu O, Yalaz M, Karaman S, Kultursay N. Factors
affecting bilirubin levels during first 48 hours of life in healthy infants. Biomed
Res Int. 2013; 2013:316430.
12. Mansouri A, Ghaderpanahi M, Kazemi GM, Moradzadeh R, Tolide IH,
Akbarpour S, et al. A case-control study on prenatal factors of newborns’mild
jaundice. J Nurse Phys War. 2014; 23-24:17-23.
13. Saber A, Ferdowsi S, Askari F, Farsi L. Epidemiology of pathological jaundice
and its association with demographic factors in infants born in the 22 Bahman
Hospital in Gonabad, 2011. Razi J Med Sci. 2013; 20(114):42-8.
14. Boskabadi H, Khakshour A, Khorashadi Zadeh F, Taherpur M, Esmaily H.
Prenatal complications causing neonatal jaundice in Ghaem Hospital, Mashhad-
Iran. J North Khorasan Univ Med Sci. 2011; 3(2):7-12.
15. Sajjadian N, Shajari H, Mofid R, Jahadi R, Alizadeh Taheri P. Therelation of
increasing serum bilirubin during 24-48 hours of birth and birth season. Tehran
Univ Med J. 2013; 70(12):788-92.
16. Seyedi R, Mirghafourvand M, Dost AJ, Mohammad-Alizadeh-Charandabi S,
Asghari Jafarabadi M, Tabrizi SO. Tanscutaneous bilirubin nomogram for
evaluating the risk of hyperbilirubinemia in Iranian healthy newborns. World J
Pediatr. 2018; 15(1):72-7.
17. Zahed PY, Baleqi M, Kalantar M. Association between time of neonatal
discharge with mode of delivery. J Babol Univ Med Sci. 2016; 18(2):14-8.
18. De Carvalho M, Hall M, Harvey D. Effects of water supplementation on
physiological jaundice in breast-fed babies. Arch Dis Child. 1981; 56(7): 568-9.
19. Okwundu CI, Uthman OA, Smith J. Transcutaneous screening for
hyperbilirubinemia in neonates. Cochrane Database Syst Rev. 2014;
4:CD011060.
20. Behjaty S, Shajary H, Isfahany KW, Gholozar A. The prevalence of breast
feeding jaundice. Iran J Pediatr. 2004; 14(2):108-14.

Anda mungkin juga menyukai