STROKE HEMORAGIK
UNIVERSITAS JAMBI
2019
2
HALAMAN PENGESAHAN
STROKE HEMORAGIK
DISUSUN OLEH
Anisa Rifkia ZS
G1A218108
Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUD Raden Mattaher/ Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
PEMBIMBING
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT sebab karena
rahmatNya, laporan kasus atau longcase yang berjudul “STROKE
HEMORAGIK” ini dapat terselesaikan. Laporan kasus ini dibuat agar penulis
dan teman–teman sesama koass periode ini dapat memahami tentang gejala klinis
yang sering muncul ini. Selain itu juga sebagai tugas dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu penyakit Saraf RSUD Raden Mattaher
Jambi.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh
karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa
detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam), timbul gejala dan tanda yang
sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu.1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Usia : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : RT 07 Sungai Keruh, Tebo
Pekerjaan : IRT
MRS : 16 April 2019
DAFTAR MASALAH
Kronologis :
3
III.OBYEKTIF
1. Status Present (16 April 2019)
Kesadaran : Somnolen, GCS : E3 M4 V1
Tekanan Darah : 160/120
Nadi : 104x/menit
Suhu : 36,80C
Respirasi : 22x/menit
SpO2 : 98%
2. Status Internus
A. Kepala
Mata : Edema palpepral (-/-), Conjungtiva Anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor RCL (+/+),
RCTL (+/+), diameter pupil ±4mm/±4mm ,
katarak (-/-)
Mulut :Bibir sianosis (-), mukosa kering (-), lidah
hiperemis (-), Faring hiperemis (-)
Leher : Perbesaran KGB (-), perbesaran kelenjar tiroid
(-), deviasi trakea (-)
o Jatung :
Inspeksi → Ictus cordis tampak pada ICS VI LAA Sinistra.
Palpasi → Ictus cordis teraba pada ICS VI LAA sinistra,
5
Perkusi :
Batas kiri atas ICS II 2 jari lateral LPS sinistra
Batas kiri bawah ICS VI LAA sinistra
Batas kanan atas ICS II LPS dextra
Batas kanan bawah ICS IV LPS dextra
Auskultasi → BJ I/II reguler, bising (-), gallop (-), murmur(-)
3. Status Psikitus
Cara berpikir : Sulit untuk dinilai
Perasaan hati : Sulit untuk dinilai
Tingkah laku : Sulit untuk dinilai
Ingatan : Sulit untuk dinilai
6
4. Status Neurologis
1. Kesadaran kualitatif : Somnolen
2. Kesadaran kuantitatif : E3M4V1
3. Kepala
a. Bentuk : Normocephal
b. Nyeri tekan : (-)
c. Simetri : (+)
d. Pulsasi : (-)
N.II (Opticus)
N.III (Oculomotorius)
N. IV (Trochlearis)
N. V (Trigeminus)
N. VI (Abducent)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Pergerakan bola mata ke lateral Sulit dinilai Sulit dinilai
Melihat Kembar Sulit dinilai Sulit dinilai
N. VII (Facialis)
Pemeriksaan Keterangan
Mengerutkan dahi Sulit untuk dinilai
Senyum memperlihatkan gigi Sulit untuk dinilai
Menutup mata Sulit untuk dinilai
Bersiul Sulit untuk dinilai
Daya perasa 2/3 anterior lidah Sulit untuk dinilai
Plica nasolabialis Sulit untuk dinilai
N VIII (Vestibulocohlearis)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Detik Arloji Sulit untuk dinilai Sulit untuk dinilai
Tes Garputala Sulit untuk dinilai Sulit untuk dinilai
Gesekan tangan Sulit untuk dinilai Sulit untuk dinilai
N IX (Glossopharingeus)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Daya perasa 1/3
Sulit untuk dinilai Sulit untuk dinilai
posterior lidah
Sensibilitas faring Sulit untuk dinilai Sulit untuk dinilai
Refleks Muntah Sulit untuk dinilai Sulit untuk dinilai
9
N X (Vagus)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Arkus faring Sulit untuk dinilai Sulit untuk dinila
Disfonia Sulit untuk dinilai Sulit untuk dinilai
N XI (Assesorius)
N XII (Hipoglossus)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Pergerakan lidah Sulit untuk dinilai Sulit untuk dinilai
Tremor lidah Sulit untuk dinilai Sulit untuk dinilai
Atrofi Papil Sulit untuk dinilai Sulit untuk dinilai
Artikulasi Sulit untuk dinilai
E. Gerakan Abnormal
Tremor : (-)
Atetosis : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)
Rigiditas : (-)
F. Alat Vegetatif
12
G. Test Tambahan
Test Nafziger : Tidak dilakukan
Tes Valsava : Tidak dilakukan
V. DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Rutin (15 April 2019)
VI. RINGKASAN :
P : Terapi Awal :
- Po. Bisoprolol 1 x 5 mg
- Po. Spironolakton 1 x 2 mg
- Konsul ke dokter Sp.BS
- Konsul ke dokter Sp.PD
VII. PROGNOSIS
Tanggal S O A P
17 April Penurunan - KU:sakit berat Penurunan Elevasi kepala 30 derajat
2019 kesadaran, - Kesadaran: kesadaran + O23 liter
kelemahan Somnolen Hemiplegi IVFD NaCl 20 gtt/i
Rawatan anggota gerak - GCS(E3V1 M4) dextra ec. Inj. Manitol 6x100 ml
hari ke-2 kanan - TV: Stroke Inj. Omprazole 1x40mg
-TD:150/90 hemoragik + Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gr
mmHg CKD grade V
- N: 100 x/m PO:
- RR: 26 x/m Onset hari ke-7
Simvastatin 1x20mg
- T: 37,5˚C
Allupurinol 1x300mg
SpO2: 98% NRM
Konsul ke dr. Sp.PD
Kekuatan
0 3
0 3
Kesan : sulit
dinilai
18 April Penurunan - KU: sakit berat Penurunan Elevasi kepala 30 derajat
18
Kesan : sulit
dinilai
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
STROKE HEMORAGIK
DEFINISI
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang
secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular.6
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular
intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang
subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.6
Stroke hemoragik adalah ekstravasasi darah yang berlangsung spontan dan
mendadak ke dalam parenkim otak yang bukan disebabkan oleh trauma (non
traumatis). Stroke hemoragik umumnya di dahului oleh kerusakan dinding
pembuluh darah kecil otak akibat hipertensi.3,4
Perdarahan Intracerebral (PIS) merupakan ekstravasasi darah akut dan
spontan ke dalam parenkim otak. Perdarahan dapat menjangkau ventrikel atau
ruang subaraknoid.Disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh
perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan, bukan oleh karena
trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan
kapiler.7
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
1. Hipertensi
Hipertensi lama akan menimbulkan lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid yang
memperlemah dinding pembuluh darah yang kemudian menyebabkan ruptur
intima dan menimbulkan aneurisma. Selanjutnya dapat menyebabkan
mikrohematoma dan edema. Hipertensi kronik dapat juga menimbulkan
sneurisma-aneurisma kecil (diameternya 1 mm) yang tersebar di sepanjang
pembuluh darah, aneurisma ini dikenal sebagai aneurisma Charcot Bouchard.9
3. Neoplasma intrakranial.
Akibat nekrosis dan perdarahan oleh jaringan neoplasma yang
hipervaskular.Perdarahan di putamen, thalamus, dan pons biasanya akibat ruptur
a. lentikulostriata, a. thalamoperforating dan kelompok basilar-paramedian.
Sedangkan perdarahan di serebelum biasanya terdapat di daerah nukleus dentatus
yang mendapat pendarahan dari cabang a. serebelaris superior dan a. serecelaris
inferior anterior.9
FAKTOR RISIKO
Lainnya :
23
Kegemukan :
Diukur dengan berat tubuh relatif atau body mass indexs, obesitas
telah secara konsisten meramalkan berikutnya
stroke. Asosiasi dengan stroke dapat dijelaskan sebagian oleh
adanya hipertensi dan diabetes. Sebuah berat relatif lebih dari 30%
di atas rata-rata kontributor independen ke-atherosklerotik infark
otak berikutnya.
Infeksi Infeksi meningeal dapat mengakibatkan infark serebral melalui
25
KLASIFIKASI
PATOFIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
DIAGNOSIS
Keluhan yang dialami pasien juga dapat menuntun proses penegakan diagnosis.
Pasien dengan keluhan sakit kepala disertaia muntah (tanpa mual) dan penurunan
kesadaran, umumnya mengarahkan kecurigaan kepada stroke hemoragik dengan
peningkatan TIK akibat efek desak ruang. Meskipun demikian, pada stroke
hemoragik dengan volume perdarahan kecil, gejala dapat menyerupai stroke
iskemik tanpa ditemukan tanda-tanda peningkatan TIK. Perlu ditanyakan juga
faktor risiko stroke yang ada pada pasien dan keluarganya, seperti diabetes
mellitus, hipertensi, dislipidemia, obesitas, penyakit jantung, dan pola hidup.
(merokok, alcohol, obat-obatan)
Pemeriksaan fisik dimulai dengan keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital.
Pada stroke hemoragik, keadaan umum pasien bisa lebih buruk dibandingkan
dengan kasus stroke iskemik. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan kepala, mata,
telinga, hidung dan tenggorokan (THT), dada (terutama jantung), abdomen, dan
ekstremitas. Pemeriksaan ekstremitas bertujuan terutama untuk mencari edema
tungkai akibat thrombosis vena dalam atau gagal jantung.
Sistem penskoran :
Interpretasi :
Skor -1 – 1 = meragukan
Sopor/koma 2
Tidak ada 0
Vomitus
Ada 1
Tidak ada 0
Nyeri kepala
Ada 1
Tidak ada
0
Ateroma Ada DM, hipertensi, angina atau penyakit pembuluh
1
darah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN2
Terapi umum2
1. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
Pemantauan secara terus menerus terhadap status neurologis, nadi,
tekanan darah, suhu tubuh, dan Saturasi oksigen dianjurkan dalam 72
jam, pada pasien dengan defisit neurologis yang nyata
Pembetian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi oksigen
< 95%
Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada
pasien yang tidak sadar. Berikan bantuan ventilasi pada pasien yang
mengalami penurunan kesadaran atau disfungsi bulbar dengan
gangguan jalan napas
2. Stabilisasi Hemodinamik
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena
Optimalisasi tekanan darah
Bila tekanan darah sistolik <120mmHg dan cairan sudah
mencukupi, maka obat-obatan vasopressor dapat diberikan secara
titrasi seperti dopamine dosis sedang/tinggi, norepinefrin dan
epinefrin dengan target tekanan darah sistolik berkisar 140mmHg
Pemantauan jantung (cardiac monitoring) harus dilakukan selama
24 jam pertama setelah serangan stroke iskemik.
Hipotensi arterial harus dihindari dan dicari penyebabnya.
Hipovolemia harus dikoreksi dengan larutan saline normal dan
aritmia jantung yang mengakibatkan penurunan curah jantung
sekuncup harus dikoreksi.
32
3. Penanganan TIK
Pemantauan ketat terhadap penderita dengan risiko edema serebral
harus dilakukan dengan memperhatikan perburukan gejala dan tanda
neurologis pada hari-hari pertama setelah serangan stroke.
Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS<9 dan
penderita yang mengalami penurunan kesadaran karena kenaikan TIK
Sasaran terapi adalah TIK kurang dari 20 mmHg dan CPP>70 mmHg.
Penatalaksanaan penderita dengan peningkatan tekanan intrakranial
meliputi :
1. Tinggikan posisi kepala 20o – 30o
2. Posisi pasien hendaklah menghindari tekanan vena jugular
3. Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
4. Hindari hipertermia
5. Jaga normovolernia
6. Osmoterapi atas indikasi
Manitol 0.25 - 0.50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi
setiap 4 - 6 jam dengan target ≤ 310 mOsrn/L. Osmolalitas
sebaiknya diperiksa 2 kali dalam sehari selama pemberian
osmoterapi.
Kalau perlu, berikan furosemide dengan dosis inisial 1
mg/kgBB i.v.
7. Intubasi untuk menjaga normoventilasi (pCO2 35 - 40 mmHg).
Hiperventilasi mungkin diperlukan bila akan dilakukan tindakan
operatif
4. Pengendalian Suhu Tubuh
Pengendalian Suhu Tubuh Setiap pederita stroke yang disertai
demam harus diobati dengan antipiretika dan diatasi penyebabnya.
Berikan Asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5 oC atau
37,5 oC
Pada pasien febris atau berisiko terjadi infeksi, harus dilakukan
kultur dan hapusan (trakea, darah dan urin) dan diberikan
33
Terapi Khusus2
1. Diagnosis dan Penilaian Gawat Darurat pada Perdarahan Intrakranial
dan Penyebabnya
a. Pemeriksaan pencitraan yang cepat dengan CT atau MRI
direkomendasikan untuk membedakan stroke iskemik dengan
perdarahan intracranial
b. Angiografi CT dan CT dengan kontras dapat dipertimbangkan
untuk membantu mengidentifikasi pasien dengan risiko perluasan
hematoma. Bila secara klinis atau radiologis terdapat kecurigaan
yang mengarah ke lesi structural termasuk malformasi vaskuler dan
tumor, sebaiknya dilakukan angiografi CT, venografi CT, CT
dengan kontras, MRI dengan kontras, MRA, dan venografi MR.
3. Tekanan Darah
Penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke akut sebagai
tindakan rutin tidak dianjurkan, karena kemungkinan dapat
memperburuk keluarga neurologis. Pada sebagian besar pasien,
tekanan darah akan turun dengan sendirinya dalam 24 jam pertama
setelah awitan serangan stroke. Berbagai Gudeline (AHA/ASA 2007
dan ESO 2009) merekomendasikan penuurunan tekanan darah yang
tinggi pada stroke perdarahan akut agar dilakukan secara hati-hati
dengan memperhatikan beberapa kondisi di bawah ini
Pada pasien stroke perdarahan intraserebral akut, apabila TDS >200
mmHg atau Mean Arterial Preassure (MAP) >150 mmHg, tekanan
darah diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi intravena
secara kontiniu dengan pemantauan tekanan darah setiap 5 menit.
Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg disertai dengan
gejala dan tanda peningkatan tekanan intracranial, dilakukan
pemantauan tekanan intracranial. Tekanan darah diturunkan dengan
menggunakan obat antihipertensi intravena secara kontinu atau
intermiten dengan pemantauan tekanan perfusi serebral ≥60 mmHg.
Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg tanpa disertai
gejala dan tanda peningkatan tekanan intracranial, tekanan darah
diturunkan secara hati-hati dengan menggunakan obat antihipertensi
intravena kontinu atau intermitten dengan pemantauan tekanan darah
setiap 15 menit hingga MAP 110 mmHg atau tekanan darah 160/90
mmHg. Pada studi INTERACT 2010, penurunan TDS hingga 140
mmHg masih diperbolehkan.
Pada pasien stroke perdarahan intraserebral dengan TDS 150-220
mmHg, penurunan tekanan darah dengan cepat hingga TDS 140
35
Pada stroke hemoragik prognosis dipengaruhi oleh : letak, ukuran dan derajat
kesadaran.14
a. Letak
Perdarahan di putamen mortalitas yang dilaporkan 37%, perdarahan
thalamus 50% dan perdarahan lobus (frontal, temporal dan oksipital) 46%.
b. Ukuran
Ukuran perdarahan sangat berpengaruh pada mortalitas. Untuk perdarahan
putamen atau area striata, penampang 3 cm atau lebih, motralitas dapat
mencapai 100%. Demikian pula dengan perdarahan thalamus yang
berukuran 2-3cm, perdarahan di pons penampang diatas 1cm dan
perdarahan serebelum penampang lebih besar dari 3cm. perdarahan-
38
BAB IV
ANALISA KASUS
BAB V
KESIMPULAN
Penelitian menunjukkan dari 251 penderita stroke, ada 47% wanita dan 53%
laki-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78%) berumur lebih dari 60 tahun.
Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan berjenis kelamin laki-laki
menunjukkan outcome yang lebih buruk.8
DAFTAR PUSTAKA
11. Qureshi AI, Tuhrim S, Broderick JP, Batjer HH, Hondo H, Hanley DF.
Spontaneous intracerebral hemorrhage. N Engl J Med