Evita Oktavia
G1A218061
Oleh :
Evita Oktavia
G1A218061
Pembimbing,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Clinical Science
Session (CSS) ini dengan judul “Fisiologi Endothel Vascular Dan Patofisiologi
Endothel Vascular Pada Hipertensi”. Laporan ini merupakan bagian dari tugas
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Anestesi RSUD Raden Mattaher Provinsi
Jambi.
Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada dr. Sulistyowati, Sp.An selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis saat mengikuti program
profesi dokter di Bagian Anestesi RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi,
sehingga laporan Clinical Science Session ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih terdapat banyak kekurangan. Sebagai penutup semoga kiranya Clinical
Science Session ini dapat bermanfaat bagi kita khususnya dan bagi dunia
kesehatan pada umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Endothelium
Endotelium merupakan bagian terdalam dari vaskular yang berhubungan
dengan aliran darah. Perangsangan pada sel endotelium yang normal (intak), oleh
neurotransmiter, hormon dan substansia yang berasal dari trombosit dan sisiem
koagulasi akan menghasilkan keluarnya zat yang dapat mengakibatkan relaksasi
otot polos pembuluh darah yang bersangkutan. Demikian pula kekuatan
rangsangan yang ditimbulkan oleh aliran darah yang kuat dalam lumen vaskular
dapat mengakibatkan vasodilatasi sebagai respons terhadap kegiatan olahraga
yang dilakukan seseorang. Faktor yang dihasilkan endotelium yang
mengakibatkan vasodilator disebut "endotelium-derived relaxing factor" (EDRF).
Zat ini mempunyai waktu paruh hanya beberapa detik sehingga zat tersebut
beraksi in situ. tidak mempengaruhi daerah yang lain. EDRF tersebut akhir-akhir
ini dikenal sebagai nitric oxide (NO). NO dibentuk dari proses oksidasi L-Arginin
yang dikatalisir oleh enzim NO sintase (NOS).4
Enzim NO sintase ini terlihat dalam beberapa isoform di dalam sel
endotelium, trombosit, makrofag, sel otot polos vaskular, saraf dan otak.Aktivitas
NOS dapat dihambat oleh bentuk asam amino dalam sirkulasi yang disebut
"asymetrical dimethylarginin " (ADMA), yang kadarnya didalam darah meninggi
pada penderita dengan gagal ginjal kronis. Kenaikan ADMA juga terdapat pada
kelinci yang mengalami kenaikan kadar kolesterol dalam darahnya walaupun
fungsi ginjalnya normal. NOS terlihat di dalam otot polos vaskular dan makrofag,
dimana kalau diaktifkan oleh sitokin misalnya endotoksin, interleukin-1 ß dapat
mengakibatkan terbentuknya NO yang sangat bedebihan dan hal ini dapat
diaktifkan dalam proses peradangan dan syok endotoksin. NO dapat dihambat
oleh analog dari L-Arginin seperti LNG-monomelhyl arginine (L-NMMA) atau
L-nitroarginine methylester (L-NAME) dimana zat tersebut berkompetisi dengan
L-Arginin. Di dalam pembuluh darah. penghambat ini mengakibatkan
vasokonstriksi, sedangkan pada daerah jantung mengakibalkan penurunan aliran
coroner. Infus lokal dari L-NMMA di dalam sirkulasi darah mengakibatkan
kenaikan resistensi pembuluh darah perifer apabila zat ini dimasukkan secara
intavena dapat mengakibatkan kenaikan resistensi pembuluh darah Perifer.4
sebagai tambahan dari NO sel endothelium dapat mengeluarkan
prostasiklin sebagai akibat "shear stress" , hipoksia. dan beberapa substansi yang
juga melepaskan NO. Prostasiklin menaikkan siklik 3,5-Adenosine monophospate
(c AMP) didalam otot polos dan trombosit. NO dan prostasiklin secara sinergis
menghambat agregasi trombosit, sehingga adanya kedua mediator ini sangat
diperlukan untuk efek maksimal penghambatan aktivasi trombosit.4
Faktor von Willebrand yang dihasilkan oleh sel endotel yang cedera/rusak.
Zat-zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi seperti endotelin,
angiotensin converting enzyme dan PDGF.
Dalam tubuh, kedua efek ini berinteraksi dan secara dinamis menjaga
homeostasis pembuluh darah, sehingga secara normal pembuluh darah terjaga
keutuhannya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sel endotel memegang
peran penting dalam proses homeostasis yang terjadi melalui integrasi berbagai
mediator kimiawi.5 Sistem ini mempunyai efek baik terhadap sel-sel otot polos
pembuluh darah maupun sel-sel darah sehingga dapat menimbulkan berbagai
perubahan antara lain:
EDRF
Substansi yang tergolong EDRF adalah: nitric oxide (NO), prostasiklin
dan faktor relaksasi hiperpolarisasi (Endothelium Derived Hyperpolarizing
Factor, EDHF). NO merupakan EDRF terpenting yang terbentuk dari
transformasi asam amino L-arginin menjadi sitrulin melalui jalur L-arginine-
nitric oxide dengan bantuan enzim NO sintetase (NOS). NO diproduksi atas
pengaruh asetilkolin, bradikinin, serotonin dan bertindak sebagai reseptor endotel
spesifik. NOS diaktivasi oleh adanya robekan pada pembuluh darah dan estrogen,
sebaliknya aktivasi NOS dihambat oleh asam amino dalam sirkulasi dan oleh
ADMA (asymmetrical dimethylarganine). Pada pembuluh darah, sintesis NO
mempengaruhi tonus pembuluh darah sehingga berperan pada pengaturan tekanan
darah, selain itu pada sistem saraf pusat NO merupakan neurotransmiter yang
menjalankan bebrapa fungsi termasuk pembentukan ingatan.6,7
EDCF
2. Angiotensin II (ANG-II).
Sel endotel juga memproduksi mediator-mediator yang merangsang
vasokonstriksi, yaitu endothelin, prostaglandin dan angiotensin II serta mengatur
tonus pembuluh darah dengan cara mempertahankan keseimbangan antara
vasodilatasi (produksi NO) dan vasokonstriksi (pembentukan angiotensin II),
Angiotensin II diproduksi oleh sel endotel pada jaringan local. Enzim yang
mengatur produksi angiotensin II adalah angiotensin converting enzyme (ACE).
Enzim ini bersifat proteolitik, disintesis oleh sel endotel , diekspresikan pada
permukaan sel endotel dan mempunyai aktivitas dibawah pengaruh angiotensin I.
Angiotensin I diproduksi melalui pemecahan dari suatu makromolekul prekursor
(angiotensinogen) dibawah pengaruh renin, suatu enzim proteolitik yang
dihasilkan oleh ginjal. Angiotensin II berikatan dan mengatur tonus otot polos
pembuluh darah melalui reseptor angiotensin yang spesifik. Tergantung dari
reseptor yang diaktivasi, ANG-II dapat memberi efek regulasi terhadap berbagai
aktivitas fungsional otot polos pembuluh darah, termasuk kontraksi
(vasokonstriksi), pertumbuhan, proliferasi dan differensiasi. Secara keseluruhan ,
kerja dari ANG-II berlawanan dengan kerja Nitrat Oksida (NO).9,10
Sebagaimana diterangkan sebelumnya, bahwa NO merupakan produk dari
enzim NOS sebagai respons terhadap pengaruh aktivator dan inhibitor spesifik.
Produksi NOS juga diatur oleh konsentrasi lokal dari bradykinin. Bradykinin
merupakan suatu peptida yang bekerja dengan reseptor b2 pada permukaan
membran sel endotel untuk meningkatkan produksi NO melalui aktivasi NOS.
Konsentrasi lokal dari bradykinin diatur oleh aktivitas ACE, dimana ACE
memecah bradykinin menjadi peptida yang inaktif. Kadar ACE yang tinggi akan
menghambat aktivitas NO , tidak hanya karena peningkatan produksi ANG-II,
tetapi juga karena penurunan konsentrasi bradykinin. Suatu model pengaturan
tonus pembuluh darah ( dan regulasi lumen pembuluh darah dimana ACE
memegang peranan penting, telah dikemukakan dalam beberapa tahun terakhir.
Model ini memprediksi aktivitas ACE yang tinggi akan menyebabkan
vasokonstriksi karena menyebabkan penurunan produksi NO dan peningkatan
produksi ANG-II. Keadaan ini akan menyebabkan kontraksi sel-sel otot polos
pembuluh darah dan pengecilan diameter lumen pembuluh darah. Aktivitas enzim
ini akan diikuti dengan peningkatan pertumbuhan , proliferasi dan differensiasi sel
otot polos pembuluh darah dan penurunan kerja anti proliferatif dari NO serta
penurunan proses fibrinolisis dan peningkatan aggregasi platelet. Membran sel
endotel mengikat ACE yang bila mengalami overaktif atau over ekspresi, akan
memproduksi sejumlah besar ANG-II. ANG-II bekerja langsung pada sel-sel otot
pembuluh darah dengan cara menempel pada reseptor spesifik yang terdapat di
membran sel. Aktivasi ACE juga akan menyebabkan katabolisme bradikinin yang
lebih cepat.8,10
4. Sel endotel sebagai mediator pertumbuhan sel otot polos pembuluh darah dan
proses inflamasi.
Sel endotel juga berperan penting dalam pertumbuhan dan differensiasi sel
otot polos pembuluh darah dengan cara melepaskan berbagai promotor atau
inhibitor pertumbuhan dan differensiasi, yang memberi pengaruh terhadap
terjadinya remodelling pembuluh darah. Sejumlah besar peptida telah diketahui
berperan sebagai messenger utama terhadap sinyal-sinyal pertumbuhan seperti
insulin-like growth factor 1 (IGF-1), PGF, basic fibroblast growth factor (bFGF),
dll. Namun berbagai bukti menunjukkan bahwa rangsangan pertumbuhan otot
polos pembuluh darah dimediasi oleh produksi lokal dari PGF dan ANG-II.
Sebagai antagonis utama dari kerja ANG-II dalam merangsang pertumbuhan sel
otot polos pembuluh darah adalah NO dan prostacyclin (PGI2). Sel endotel juga
terlibat dalam produksi berbagai molekul yang berperan dalam proses inflamasi,
yaitu antara lain LAM, intracellular adhesion molecule (ICAM) dan vascular cel
adhesion molecule (VCAM). Molekul-molekul ini disebut sebagai "molekul
adhesi" dan berfungsi mengaktifkan sel-sel yang terlibat dalam reaksi inflamasi.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dalam proses aterosklerosis terjadi
peningkatan kadar pertanda-pertanda inflamasi (acute phase proteins) didalam
darah.8,11
2.2.3 Patofisiologi
Dalam keadaan homeostasis, endotelium mempertahankan normal tonus
pembuluh darah dan fluiditas darah, dan ada sedikit atau tidak ada ekspresi faktor
pro-inflamasi. Namun, keduanya faktor risiko CVD tradisional dan baru memulai
yang kronis proses inflamasi yang disertai dengan hilangnya vasodilator dan
faktor anti-trombotik dan peningkatan produk vasokonstriktor dan pro-trombotik.
Sebagaimana diuraikan pada Gambar 1, faktor risiko beragam seperti merokok,
penuaan, hiperkolesterolemia, hipertensi, hiperglikemia, dan riwayat keluarga dari
penyakit aterosklerosis prematur semuanya terkait dengan atenuasi / hilangnya
endotel tergantung vasodilatasi pada orang dewasa dan anak-anak.9,10
Faktor risiko yang lebih baru dikenal seperti obesitas ,peningkatan protein
C-reaktif , dan infeksi sistemik kronis juga berhubungan dengan disfungsi endotel.
Vasoreaktivitas yang tidak normal bukanlah satu-satunya ketidakseimbangan yang
ada pada individu yang berisiko tinggi. Sel-sel endotel mungkin mengadopsi
fenotip pro-trombotik, menandakan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular
pada individu yang berisiko tinggi. Selanjutnya, ketika terkena proinflamasi
patogen tertentu rangsangan, endotelium mengungkapkan leukosit faktor
kemotaktik, molekul adhesi, dan inflamasi sitokin. Tingkatan dan urutan yang
tepat di mana mekanisme kontrol normal dipengaruhi belum sepenuhnya
diuraikan.10,11
Istilah "disfungsi endotel" mengacu pada perubahan luas pada fenotip
endotelial yang dapat berkontribusi pada perkembangan dan ekspresi klinis
aterosklerosis. Sementara mekanisme yang tepat masih harus dijelaskan, disfungsi
endotel tampaknya berpartisipasi dalam "loop umpan balik positif" di mana faktor
inflamasi mempromosikan monosit dan adhesi sel T, pembentukan sel busa,
pencernaan matriks ekstraseluler, dan migrasi otot polos dan proliferasi pembuluh
darah yang mengarah ke aterosklerotik pembentukan plak. Disfungsi endotel juga
relevan dengan tahap akhir penyakit, dan tampaknya berperan dalam sindrom
koroner akut. Mengingat kemungkinan jalur kausal ini dari disfungsi endotel ke
aterosklerosis (Gambar 1), banyak metode telah digunakan untuk mengukur
disfungsi endotel pada manusia.10,12
Kesimpulan