Anda di halaman 1dari 47

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu, merupakan salah satu bentuk
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat
dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan setempat. Tujuan Posyandu
antara lain mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan Infant Mortality Rate (IMR),
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan
dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup
sehat, pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam
usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan
letak geografi, meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam
rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.1
Tingginya angka kematian balita menunjukkan belum maksimalnya
pemanfaatan Posyandu oleh ibu yang mempunyai balita. Rendahnya pemanfaatan
Posyandu oleh ibu dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu yang masih rendah
tentang manfaat Posyandu. Oleh karena itu, ibu tidak termotivasi untuk
membawa bayi ke Posyandu. Selain itu ada anggapan ibu bahwa tidak perlu
membawa bayinya ke Posyandu jika anak tidak mengalami sakit. Timbulnya
motivasi ibu untuk membawa bayinya ke Posyandu dipengaruhi oleh adanya
motivasi intrinsik dan ekstrinsik.1
Upaya untuk memotivasi ibu balita agar mau aktif berkunjung ke Posyandu
membutuhkan dukungan eksternal, khususnya dari Kader Posyandu. Pohan
mengungkapkan bahwa fungsi kader dalam pelaksanaan Posyandu sangat besar,
yaitu mulai dari tahap perintisan Posyandu, penghubung dengan lembaga yang
menunjang penyelenggaraan Posyandu, sebagai perencana pelaksana dan sebagai
pembina serta sebagai penyuluh untuk memotivasi masyarakat yang berperan
serta dalam kegiatan Posyandu di wilayahnya.1

1
2

Secara teknis, tugas kader yang terkait dengan pembangunan kesehatan


adalah melakukan pendataan balita, melakukan penimbangan serta mencatatnya
dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan makanan tambahan,
mendistribusikan vitamin A, melakukan penyuluhan gizi serta kunjungan ke
rumah ibu yang menyusui dan ibu yang memiliki balita, dan pelayanan pada
Lansia.2
Kader diharapkan berperan aktif dan mampu menjadi pendorong, motivator
dan penyuluh masyarakat. Kader diharapkan dapat menjembatani antara
petugas/ahli kesehatan dengan masyarakat serta membantu masyarakat
mengidentifikasi dan menghadapi/menjawab kebutuhan kesehatan mereka
sendiri. Kader juga diharapkan dapat menyediakan informasi bagi pejabat
kesehatan berwenang yang mungkin tidak dapat mencapai masyarakat langsung,
serta mampu mendorong para pejabat kesehatan di sistem kesehatan agar
mengerti dan merespon kebutuhan masyarakat.2
Penelitian lain menunjukkan pentingnya peranan kader dalam mendorong
minat ibu balita berkunjung ke Posyandu. Hasil penelitian Wati menunjukkan ada
hubungan antara pelayanan kader dengan minat ibu terhadap kunjungan ke
posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang.1
Berdasarkan hal tersebut maka kader posyandu memiliki peranan yang sangat
penting dalam pelaksanaan posyandu, khususnya dalam memotivasi ibu balita
untuk berkunjung ke posyandu. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti
gambaran peran kader dalam pemanfaatan posyandu terhadap status gizi balita di
Posyandu Melati I Kelurahan Paal Merah Kota Jambi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang dibahas
dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran peran kader dalam pemanfaatan
posyandu terhadap status gizi balita di Posyandu Melati I Kelurahan Paal Merah
Kota Jambi kepada masyarakat apakah sudah berjalan dengan baik atau belum.
3

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran peran kader dalam pemanfaatan posyandu
terhadap status gizi balita di Posyandu Melati I Kelurahan Paal Merah Kota
Jambi kepada masyarakat apakah sudah berjalan dengan baik atau belum.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
posyandu balita termasuk kinerja kader di posyandu Melati I terhadap
status gizi balita.
2. Menentukan prioritas masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan posyandu
balita termasuk kinerja kader di posyandu Melati I terhadap status gizi
balita.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab masalah dalam pelaksanaan
posyandu balita termasuk kinerja kader di posyandu Melati I terhadap
status gizi balita.
4. Menentukan alternatif-alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan
posyandu balita termasuk kinerja kader di posyandu Melati I terhadap
status gizi balita.
5. Menentukan pemecahan masalah terpilih dalam pelaksanaan posyandu
balita termasuk kinerja kader di posyandu Melati I terhadap status gizi
balita.
6. Menentukan rencana usulan kegiatan untuk pemecahan masalah terpilih
dalam pelaksanaan posyandu balita termasuk kinerja kader di posyandu
Melati I terhadap status gizi balita.
7. Menentukan monitoring dan evaluasi kegiatan dalam pelaksanaan
posyandu balita termasuk kinerja kader di posyandu Melati I terhadap
status gizi balita.
4

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi penulis
Penulis dapat memahami kegiatan pelaksanaan pelayanan Posyandu dan
permasalahan yang dijumpai dalam pelaksanaan posyandu balita termasuk
kinerja kader di posyandu Melati I terhadap status gizi balita.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan
mutu pelayanan Posyandu di puskesmas, sehingga kedepannya Posyandu
dapat berjalan dan berkembang secara optimal dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Paal Merah khususnya
Posyandu Melati I Kelurahan Paal Merah Kota Jambi.
3. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal,
serta mampu berpartisipasi aktif bersama dengan Puskesmas dan lintas
sektor yang terkait dalam meningkatkan mutu pelayanan Posyandu untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat itu sendiri.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Posyandu


Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari
dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan
anak balita.3
Posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaanya. Posyandu juga
sebagai perpanjangan tangan puskesmas memberikan pelayanan dan pemantauan
kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Kegiatan dilaksanakan oleh kader
kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas
mengenai pelayanan kesehatan dasar.4

2.2 Perkembangan Posyandu


Sejak tahun 1970 pada periode orde baru, Posyandu sangat berperan penting
dalam program kesehatan Indonesia. Masyarakat internasional menghargai
kesuksesan usaha pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan dasar
melalui pemberdayaan masyarakat seperti Posyandu, sehingga tidak sedikit negara
lain yang ikut mencontoh menerapkan program ini di Negara mereka.5
Namun ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi di tahun 1997, kegiatan
Posyandu ikut menerima dampaknya. Perubahan sistem pemerintahan menjadi
desentralisasi mengakibatkan kegiatan Posyandu sangat tergantung pada
kemampuan dan komitmen pemerintah daerah. Kemampuan dan kesadaran
masyarakat lokal yang terkena dampak krisis ekonomi juga sangat mempengaruhi
keefektifan fungsi Posyandu.5
Melihat kemunduran kinerja Posyandu, pemerintah melihat perlunya
merevitalisasi Posyandu dengan mengeluarkan surat edaran Menteri Dalam
Negeri No. 411/1999 yang kemudian diperbaharui kembali tahun 2001.5

5
6

Program revitalisasi Posyandu diharapkan dapat meningkatkan fungsi kerja


dan kinerja Posyandu sehingga mampu mengurangi dampak krisis ekonomi
terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Pelaksanaannya
diselenggarakan dengan dukungan Lembaga Kesehatan Masyarakat Desa, tim
penggerak, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Lembaga Swadaya
Masyarakat, sektor swasta dan sektor terkait serta lembaga donor yang berminat.5
Namun dalam perkembangannya, instruksi ini tidak berjalan dengan optimal
dan dirasakan perlu mengoptimalkan kembali fungsi Posyandu. Pada tahun 2007
pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Pembentukan
Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Posyandu. Menurut peraturan baru ini,
pembinaan penyelenggaraan/pengelolaan Posyandu harus dibantu oleh kelompok
kerja (Pokja) yang berada baik di tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/
kota dan kecamatan.5
Penyelenggaraan posyandu dilakukan oleh kader yang merupakan anggota
masyarakat yang dipilih, bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk melakukan
kegiatan Posyandu. Pemerintah daerah saat ini berusaha menjalankan peraturan
ini sesuai dengan kemampuan masing-masing.5
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) juga merupakan ujung tombak pemerintah
dalam pendistribusian kapsul vitamin A bagi balita. Sebanyak 71,5% anak umur
6-59 bulan yang menerima kapsul vitamin A, dengan cakupan daerah perkotaan
(74,4%) lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan (69,7%). Kinerja dan
dedikasi kader dalam menjalankan kegiatan Posyandu tentu saja sangat berperan
dalam pencapaian ini.5

2.3 Tujuan Posyandu


Tujuan utama pelayanan kesehatan posyandu adalah meningkatkan
kesejateraan sosial masyarakat. Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan
ekonomi, kebahagiaan, dan kualitas hidup rakyat. Kesejahteraan masyarakat
adalah ukuran tertentu akan tingkat kebutuhan suatu kelompok di suatu tempat
dimana dalam kondisi sejahtera. Dengan demikian yang paling diharapkan dari
pelaksanan program pelayanan posyandu adalah terbentuknya masyarakat yang
7

sejahtera, ditandai dengan kehidupan yang layak dalam memenuhi kebutuhan


dasar hidup, pangan, sandang papan, pendidikan, kesehatan, rasa aman dan
kesempatan memperoleh pekerjaan serta meningkatkan pendapatan masyarakat.6
Posyandu mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya
manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategis untuk pengembangan
sumber daya manusia sejak dini yaitu dapat meningkatkan mutu manusia di masa
yang akan datang. Berdasakan pada hasil penelitian menggambarkan bahwa masih
banyak para ibu rumah tangga produktif (usia subur) masih kurang memahami
mengenai kesehahatan Ibu dan anak. Posyandu yang selama ini menjadi ujung
tombak bagi pengembangan kesehatan ibu dan anak masih belum bisa memenuhi
kebutuhan seluruh masyarakat.6
Hal ini karena keterbatasan jumlah kader yang ada. Program posyandu yang
berjalan selama ini masih terbatas pada penimbangan balita yang terjadwal satu
bulan sekali. Sedangkan mengenai program kesehatan Ibu dan Anak belum
dilaksanakan secara optimal. Padahal tujuan program kesehatan Ibu dan Anak
yaitu (1) tercapainya kemampuan hidup sehat melalui Peningkatan derajat
kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk Menuju Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). (2) meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.6
Untuk membantu ketercapaian tujuan program kesehatan ibu dan anak ini
perlu kesadaran dari semua pihak. Dalam hal ini harus ada kerjasama yang
harmonis antara pemerintahan desa dan masyarakat.6
Untuk meningkatkan partisipasi masrakat dalam program posyandu
diperlukan pemberian informasi yang benar dan tepat sasaran. Dalam hal ini
Kader Posyandu sebagai motor penggerak kesehatan masyarakat harus menjadi
komunikator yang handal dalam menyebarkan informasi kehehatan kepada
masyarakat. Melalui lembaga posyandu, para kader ini harus mengkomunikasikan
informasi kesehatan ibu dan anak secara tepat.6
Dengan demikian, partisipasi masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan
program Posyandu terlihat dari aktifnya masyarakat dalam mengikuti kegiatan
8

Posyandu tiap bulan seperti memanfaatkan imunisasi gratis, penimbangan balita,


kontrol kesehatan, pemeriksaan ibu hamil, pasangan usia subur dan konsultasi
gizi. Selain itu partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu juga terlihat
pemberian makanan tambahan yang merupakan swadaya dari masyarakat.6

2.4 Kegiatan Pelayanan di Posyandu


Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan.3
2.4.1 Kegiatan utama
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2. Keluarga Berencana
3. Imunisasi
4. Gizi;
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare.
2.4.2 Kegiatan pengembangan/pilihan
Kegiatan pengembangan yaitu masyarakat dapat menambah kegiatan
baru disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan
Posyandu Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya;3
1. Bina Keluarga Balita (BKB)
2. Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
3. Bina Keluarga Lansia (BKL)
4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
5. Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.

2.5 Sasaran Posyandu


Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar
yang ada di Posyandu terutama bayi dan anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui, pasangan usia subur, dan pengasuh anak.3
9

2.6 Peranan Kader Posyandu


Posyandu sangat tergantung pada peran kader, kader-kader posyandu pada
umumnya adalah relawan yang berasal dari masyarakat yang dipandang memiliki
kemampuan lebih dibandingkan anggota masyarakat lainnya. Mereka yang
memiliki andil besar dalam memperlancar proses pelayanan kesehatan.
Keberadaan kader relatif labil karena partisipasinya bersifat sukarela sehingga
tidak ada jaminan bahwa para kader akan tetap menjalankan fungsinya dengan
baik seperti yang diharapkan. Jika ada kepentingan keluarga atau kepentingan
lainnya maka posyandu akan ditinggalkan.4
Menurunnya kinerja dan partisipasi kader posyandu disebabkan antara lain
gangguan ekonomi, kejenuhan kader karena kegiatan yang rutin dan kurang
perhatian dari pemerintah setempat, sehingga kurang menarik, atau mungkin
jarang dikunjungi petugas.4
Secara teknis, tugas kader yang terkait dengan gizi adalah melakukan
pendataan balita, melakukan penimbangan serta mencatatnya dalam Kartu Menuju
Sehat (KMS), memberikan makanan tambahan, mendistribusikan vitamin A,
melakukan penyuluhan gizi serta kunjungan ke rumah ibu yang menyusui dan ibu
yang memiliki balita. Kader diharapkan berperan aktif dan mampu menjadi
pendorong, motivator dan penyuluh masyarakat.5
Kader diharapkan dapat menjembatani antara petugas/ahli kesehatan dengan
masyarakat serta membantu masyarakat mengidentifikasi dan
menghadapi/menjawab kebutuhan kesehatan mereka sendiri. Kader juga
diharapkan dapat menyediakan informasi bagi pejabat kesehatan berwenang yang
mungkin tidak dapat mencapai masyarakat langsung, serta mampu mendorong
para pejabat kesehatan di sistem kesehatan agar mengerti dan merespons
kebutuhan masyarakat. Kader dapat membantu mobilisasi sumber daya
masyarakat, mengadvokasi masyarakat serta membangun kemampuan lokal.5

2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kader


Faktor yang mempengaruhi kinerja kader sangat kompleks dan bervariasi
antara satu daerah dengan daerah lain. Selain faktor internal seperti usia, lama
10

dedikasi, pengalaman, status sosial, keadaan ekonomi dan dukungan keluarga;


faktor eksternal seperti kondisi masyarakat dan instansi kesehatan juga
mempengaruhi motivasi dan retensi kader.5
Manfaat non-finansial juga sangat penting bagi suksesnya suatu program
kader. Walaupun akan lebih merasa dihargai bila mereka mendapatkan manfaat
finansial maupun non-finansial, tetapi kader pada umumnya menerima dengan
ikhlas. Kader sangat bangga bila harapan mereka tercapai yaitu masyarakat aktif
datang ke Posyandu secara teratur sehingga masyarakat mampu menjaga
kesehatan dan gizi anak mereka. Untuk itu demi suksesnya Posyandu, diharapkan
petugas kesehatan selaku pelaksana program setempat mampu melihat potensi dan
permasalahan di lingkungan kerja masing- masing.5
Mengingat bahwa kader diharapkan dapat memberdayakan masyarakat guna
menurunkan tingkat kematian anak maka kader perlu diberikan materi pelatihan
yang mencakup tentang:5
1. Pentingnya pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan
2. Mempertahankan Pemberian ASI hingga usia 2 tahun atau lebih,
3. Pemantauan pertumbuhan balita, pengisian dan interpretasi KMS,
4. Kebutuhan energi, zat besi, dan vitamin A yang harus dipenuhi dari MP-
ASI berbasis lokal
5. Jumlah, variasi dan frekuensi pemberian makan dalam sehari,
6. Pemberian makan pada anak sakit dan masa pemulihan
7. Pemilihan bahan baku dan penyiapan MP-ASI yang higienis dan bergizi.
8. Keterampilan memberikan informasi
9. Keterampilan konseling termasuk didalamnya keterampilan membangun
percaya diri dan memberi dukungan, keterampilan mengamati interaksi
antara pengasuh dan anak.

2.8 Hubungan Pemanfaatan Posyandu dengan Status Gizi Balita


Pemanfaatan posyandu sangat penting untuk memantau perkembangan dan
kondisi kesehatan balita. Hal tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap status gizi balita sehingga kunjungan ke posyandu harus dilakukan
11

secara rutin dan teratur. Memanfaatkan posyandu bukan hanya datang ke


posyandu secara rutin saja akan tetapi juga mendapatkan berbagai pelayanan
kesehatan yang tersedia di posyandu baik bagi ibu atau balita.7
Status gizi merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan kesehatan
anak. Konsumsi zat gizi sangat mempengaruhi status gizi seseorang yang
merupakan modal utama bagi kesehatan individu. Deteksi dini anak yang kurang
gizi (gizi kurang dan gizi buruk) dapat dilakukan dengan pemeriksaan BB/U atau
BB/TB untuk memantau berat badan anak.7
Selain itu pamantauan tumbuh kembang anak dapat juga dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Menurut hasil UNICEF-WHO-The
World Bank joint child malnutrition estimates tahun 2012, diperkirakan terdapat
101 juta anak dibawah usia lima tahun di seluruh dunia mengalami masalah berat
badan kurang, angka ini menurun dibandingkan dengan perkiraan sebanyak 159
juta pada tahun 1990.7
Berdasarkan hasil data riskesdas tahun 2018 mengenai status gizi dapat dilihat
bahwa proporsi status gizi buruk dan gizi kurang pada balita tahun 2018
mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2007 dan 2013.8

Gambar 2.1 Proporsi status gizi buruk dan gizi kurang balita 2007-2018
12

Gambar 2.2 Proporsi status gizi kurus dan gemuk balita 2007-2018

Gambar 2.3 Proporsi status gizi buruk dan gizi kurang balita menurut privinsi
tahun 2013-2018

2.9 Sistem Informasi Posyandu (SIP)


Posyandu harus penjadi pusat informasi dengan dukungan sisten informasi
yang handal. Sistem informasi Posyandu adalah rangkaian kegiatan untuk
menghasilkan data dan informasi tentang pelayanan terhadap proses tumbuh
kembang anak dan pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak yang meliputi cakupan
program, pencapaian program, kontinuitas penimbangan, hasil penimbangan dan
13

partisipasi masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan secara tepat guna dan tepat
waktu bagi pengelola Posyandu.6
Oleh karena itu, Sistem Informasi Posyandu (SIP) merupakan bagian penting
dari pembinaan Posyandu secara keseluruhan. Pembinaan akan lebih terarah
apabila di dasarkan pada informasi yang lengkap, akurat dan aktual. Dengan kata
lain pembinaan merupakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi karena
didasarkan pada informasi yang tepat, baik dalam lingkup terbatas maupun
lingkup yang lebih luas.6
Adapun manfaat Sistem Informasi Posyandu yaitu sebagai bahan kader
Posyandu untuk memahami permasalahan sehingga dapat mengembangkan
kegiatan yang tepat dan disesuaikan dengan kebutuhan sasaran dan sebagai bahan
informasi yang tepat guna dan tepat waktu mengenai pengelolaan posyandu, agar
berbagai pihak yang berperan dalam pengelolaan Posyandu dapat
menggunakannya untuk membina posyandu demi kepentingan masyarakat.6
14

BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Data yang dikumpulkan


Data yang dikumpulkan penulis untuk memberikan informasi mengenai
gambaran peran kader dalam pemanfaatan posyandu terhadap status gizi balita di
Posyandu Melati I Kelurahan Paal Merah Kota Jambi, terdiri dari dua jenis,yaitu:
1. Data Primer
Data primer didapatkan melalui wawancara langsung kepada orangtua
balita yang berkunjung ke posyandu dan observasi langsung terhadap
sarana dan prasarana posyandu. Dari wawancara tersebut dapat dinilai
bagaimana peran kader selama ini dalam pelayanan posyandu kepada
masyarakat.
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari buku catatan dan pelaporan Kesehatan Ibu
dan Bayi/Balita yang dimiliki kader dan petugas puskesmas. Dari data
sekunder ini akan terlihat apa saja permasalahan yang terjadi pada bayi
atau anak balita mengenai status gizinya.

3.2 Tempat dan Waktu Pengumpulan Data


Pengumpulan data primer dan sekunder dilaksanakan di Posyandu Melati I
Kelurahan Paal Merah dan Puskesmas Paal Merah I Kota Jambi. Waktu
pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 20-29 Maret 2019.

3.3 Cara Pengumpulan Data


3.3.1 Data Primer
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan menggunakan
kuisioner dan observasi langsung ke Posyandu Melati I Kelurahan Kota Jambi.
Wawancara dilakukan kepada orangtua yang datang ke posyandu pada saat
pelaksanaan Posyandu Melati I pada tanggal 20 Maret 2019. Observasi

14
15

dilakukan dengan melihat sarana dan prasarana di Posyandu, melihat lingkungan


tempat pelaksanaan posyandu.

3.3.2 Data Sekunder


Data sekunder didapatkan dari buku catatan dan pelaporan Kesehatan Ibu
dan Bayi/Balita yang dimiliki oleh kader dan Petugas Kesehatan Imunisasi
periode bulan Januari sampai Maret 2019 di Posyandu Melati I Kelurahan Paal
Merah Kota Jambi.

3.4 Pengolahan Data


Setelah proses pengumpulan data selesai, data diolah secara manual dan
dianalisis dengan menggunakan metode siklus pemecahan masalah. Siklus
dimulai dari identifikasi masalah dengan curah pendapat, setelah terkumpul
beberapa permasalahan yang ada selanjutnya permasalahan tersebut
dikonfirmasikan dengan data primer dan sekunder.
Permasalahan yang didukung oleh data primer dan data sekunder akan dibuat
dalam pernyataan masalah. Selanjutnya dari pernyataan masalah tersebut akan
ditentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode MCUA, USG, dan
PAHO. Prioritas masalah yang terpilih, akan diidentifikasi penyebab masalahnya
dalam diagram fish bone. Dari beberapa akar penyebab dalam diagram fish bone
tersebut, dicari penyebab yang paling dominan melalui diskusi. Selanjutnya
penyebab yang paling dominan dibuktikan dengan data dan akan dicari alternatif
pemecahan masalah dengan metode MCUA.
Setelah itu dibuat rencana penerapan berupa Rencana Usulan Kegiatan
(RUK), dan kegiatannya akan dimonitoring dengan hasil akhir yang dievaluasi
untuk menentukan tingkat keberhasilan program.
16

BAB IV
HASIL KEGIATAN

4.1 Profil Puskesmas Paal Merah I Kota Jambi


Puskesmas Paal Merah I Kota Jambi adalah Puskesmas non perawatan
puskesmas induk berdiri pada tahun 1994 dan direhap total tahun 2011 dan
bangunan baru lantai II dengan luas bangunan ± 582 m2 dengan jumlah
ruangan lantai I berjumlah 8 ruangan dan lantai II berjumlah 8 ruangan. Pada
tahun 2017, Puskesmas Paal Merah I Kota Jambi diperluas lagi dengan 7
ruangan, lantai I berjumlah 3 ruangan, dan lantai 2 berjumlah 4 ruangan.
Adapun ruangan tersebut sebagai berikut:9
1. Lantai 1 : Ruang Karcis/Loket, Ruang Poli Umum, Ruang Poli Usila,
MTBS dan Usila, Ruang Laboratorium, Ruang Poli Gigi, Ruang
Tata Usaha, Ruang Apotik dan Ruang Tunggu.
2. Lantai 2 : Ruang BLUD dan Bendaharawan, Ruang Kepala Puskesmas,
Ruang Kesling, Tumbang, Ruang KIA, Ruang Aula, Ruang KB,
Imunisasi, Ruang Promkes dan Ruang Tunggu.

4.1.1 Lokasi Geografis Puskesmas Paal Merah I Kota Jambi


Luas wilayah kerja Puskesmas Paal Merah tahun 2018 adalah ± 510 Km2
terdisi dari dataran rendah yang dilalui sungai-sungai kecil dengan ketinggian ±
10 M diatas permukaan laut. Puskesmas Paal Merah I terletak di kecamatan
Paal Merah dengan batas wilayah sebagai berikut:9
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Paal, Wilayah Kerja
Puskesmas Paal Merah II.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jambi Selatan Wilayah
kerja Puskesmas Kebun Kopi.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jambi Selatan Wilayah
Kerja Puskesmas Pakuan Baru.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jambi Selatan, Wilayah
Kerja Puskesmas Kebun Kopi (Pustu Pasir Putih).

16
17

4.1.2 Demografi Puskesmas Paal Merah I Kota Jambi


Data demografis meliputi data yang menggambarkan jumlah penduduk di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah I tahun 2018. sebagaimana pada tabel
berikut:9

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah I Tahun
2018
No Desa/Kelurahan Jumlah KK Jumlah Penduduk
1. Paal Merah 3026 13308
Jumlah 3026 13308

4.1.3 Mata Pencaharian


Mata pencaharian penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah I
dapat diuraikan sebagai berikut:9
1. Swasta : 361 Jiwa
2. PNS/TNI/POLRI : 760 Jiwa
3. Pensiun : 828 Jiwa
4. Pedagang : 2.820 Jiwa
5. Pengrajin : 360 Jiwa
6. Tani : 2.655 Jiwa
7. Yang masih sekolah dan Balita : 3.986 Jiwa
8. Dan Lain-lain : 1.538 Jiwa

Jumlah : 13.308 Jiwa

4.1.4 Ketenagaan Puskesmas


Ketenagaan Puskesmas Paal Merah I dan Pustu Darma Sakti Tahun 2018
dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:9
18

Tabel 4.2 Distribusi Pegawai pada Puskesmas Paal Merah I dan Pustu Darma
Sakti
Jenis Tenaga Puskesmas Pustu Darma Kontrak TKS Jumlah
Kesehatan Sakti
Dokter 2 0 1 0 3
Umum
Dokter Gigi 2 0 0 0 2
Kesmas 0 1 0 0 1
Bidan 5 1 2 3 11
Perawat 2 1 1 3 7
Gizi 1 0 0 0 1
Perawat Gigi 4 0 0 0 4
As.Apoteker 0 0 0 0 0
Adm. 2 0 0 2 4
Analis Labor 3 0 0 0 3
Sanitarian 1 0 0 0 1
Jumlah 37

Tenaga Kesehatan
Keadaan tenaga kesehatan berdasarkan tingkatan pendidikan terakhir di
Puskesmas Paal Merah I Pada Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah
ini.9
Tabel 4.3 Keadaan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Tingkatan Pendidikan
Terakhir
No Jenis Kegiatan Jumlah
1. Medis 4
1. Dokter Umum 2
2. Dokter Gigi 2
2. S1 Kesehatan 3
1. Sarjana Keperawatan 0
2. SKM 1
3. Sarjana Farmasi 2
4. D4 Kebidanan 0
5. Sarjana Ekonomi 0
19

3. D3 Kesehatan 14
1. AKPER 3
2. APK/AKL 1
3. AKZI 0
4. AKBID 6
5. AKK 1
6. AKG 3
7. AKFAR 0
3. D1 Kesehatan 1
1. Bidan 0
2. Sanitarian/SPPH 0
3. SPAG 1
4. SLTA Sederajat 6
1. Perawat Kesehatan 1
2. Perawat Gigi 1
3. Analisis Kesehatan 2
4. Asisten Apoteker 0
5. LCPK 1
6. SMA 1
JUMLAH 28

4.1.5 Sarana Kesehatan


Sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Paal Merah I sampai 31
Desember 2018 adalah sebanyak sarana kesehatan, dengan rincian sebagai
berikut:9

Tabel 4.4 Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah I Tahun
2018
Sarana Kesehatan Jumlah
Puskesmas 1
Puskesmas Pembantu 1
Poskesdes 0
Posyandu 8
Jumlah 10
20

4.2 Data Posyandu di Puskesmas Paal Merah I Bulan Januari-Maret 2019


Puskesmas Paal Merah I memiliki 8 Posyandu yang tersebar di wilayah
kerjanya yaitu di Kelurahan Paal Merah Kota Jambi. Berikut adalah data
jumlah Kader dan jumlah Balita yang berkunjung di Posyandu Melati I sampai
Melati 8 Periode Bulan Januari – Maret 2019. Pada Tahun 2018, Puskesmas Paal
Merah I telah mengirim 5 kader untuk pelatihan di Dinkes. Tetapi seluruh kader
dari ke delapan Posyandu Melati I sampai Melati VIII sudah dilakukan pelatihan
di tingkat Puskesmas oleh Kepala Puskesmas beserta Tim.

Tabel 4.5 Data Seluruh Posyandu di Puskesmas Paal Merah I Bulan Januari
sampai Maret 2019
Januari Februari Maret
Jumlah
No Posyandu Capaia Sasaran Capaia
Kader Sasaran Capaian Sasaran
n n
1. Melati 1 5 28 17 21 20 21 20

2. Melati 2 5 20 17 20 20 20 12

3. Melati 3 5 50 8 50 25 50 13

4. Melati 4 5 60 33 60 41 55 27

5. Melati 5 5 40 14 35 23 30 19

6. Melati 6 5 40 20 40 32 40 18

7. Melati 7 5 56 37 56 49 56 38

8. Melati 8 5 74 23 74 26 74 24

4.3 Hasil Pengumpulan Data Primer


Data primer didapatkan dari wawancara dengan menggunakan kuisioner dan
wawancara langsung dengan Ibu Kader dan Ibu yang berkunjung ke Posyandu
Melati I. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengaruh peran
kader posyandu terhadap pemanfaatan pelayanan posyandu dalam penimbangan
Balita di Melati I RT 01 Kelurahan Paal Merah Kota Jambi. Terdapat 24
pertanyaan yang akan dijawab oleh responden yaitu Ibu-Ibu yang datang ke
Posyandu Balita Melati I.
21

Kuisioner penelitian tersebut dapat menilai bagaimana peran kader dalam


meningkatkan atau menumbuhkan motivasi kepada Ibu-Ibu yang membawa
anaknya untuk ditimbang setiap bulannya di Poyandu.

Tabel 4.6 Hasil Kuisioner Penelitian


%
No Pertanyaan Ya Tidak
Capaian

1 Kader mengajak ibu untuk datang ke Posyandu 17 3 85%

2 Kader menjelaskan manfaat Posyandu 16 4 80%

3 Kader memberi tahu jadwal pelaksanaan Posyandu 20 0 100%

4 Kader memberitahu tempat pelaksanaan Posyandu 20 0 100%

5 Kader datang ke rumah Ibu membicarakan Posyandu 8 12 40%

6 Kader menanyakan kondisi kesehatan balita 14 6 70%


Kader memberikan penjelasan tentang kenaikan berat 45%
7 9 11
badan balita kepada ibu
Kader mendengar keluhan yang Ibu sampaikan tentang 95%
8 19 1
balita
Kader bertanya tentang keluhan-keluhan yang 75%
9 15 5
mungkin dialami oleh balita
Kader menimbang berat badan balita sewaktu di 100%
10 20 0
Posyandu
Kader mencatat dan membuat laporan tentang 100%
11 20 0
penimbangan balita
12 Kader menjawab pertanyaan ibu dengan baik 20 0 100%

Kader menganjurkan kepada Ibu untuk mengikuti 80%


13 16 4
kegiatan Posyandu

Kader menjelaskan kepada Ibu bagaimana asupan 55%


14 11 9
nutrisi pada balita
Kader menyarankan kepada Ibu untuk menjaga 80%
15 16 4
kesehatan balita
Kader menganjurkan kepada Ibu untuk mengikuti 55%
16 11 9
penyuluhan gizi balita
22

Kader pernah bekerja sama dengan tokoh agama 5%


17 1 19
dalam memberikan penyuluhan pada Ibu
Kader pernah bekerja sama dengan tokoh masyarakat 15%
18 3 17
dalam memberikan penyuluhan pada Ibu
Kader pernah bekerja sama dengan dokter/bidan di 85%
19 17 3
Puskesmas dalam pelayanan Posyandu

20 Kader menyuruh ibu datang ke Posyandu secara rutin 17 3 85%

Kader menganjurkan kepada Ibu untuk menjaga 90%


21 18 2
kesehatan balita
Kader menjemput ibu ke rumah jika tidak datang ke 25%
22 5 15
Posyandu
Ibu pernah mendapat penghargaan bila Ibu rajin datang 0%
23 0 20
ke Posyandu
Kader menyarankan kepada Ibu datang sendiri ke 80%
24 16 4
Posyandu
Kader menganjurkan kepada Ibu agar memperhatikan 20%
25 14 6
tumbuh kembang balita
Kader menjelaskan bahwa kalau aktif ke Posyandu itu 20%
26 14 6
untuk kepentingan Ibu dan balita

4.4 Hasil Pengumpulan Data Sekunder


Data sekunder didapatkan dari buku catatan dan laporan kesehatan bayi atau
anak balita di Posyandu Melati I Kelurahan Paal Merah Kota Jambi. Berikut
adalah hasil pengumpulan data yang didapat.

Tabel 4.7 Data Jumlah Pengunjung Balita di Posyandu Melati I


No Bulan Jumlah pengunjung
1. November 2018 17
2. Desember 2018 14
3. Januari 2019 17
4 Februari 2019 20
5 Maret 2019 20
23

20 20
20 17 17
18
16 14
14
12
10
8
6
4
2
0
November Des-18 Jan-19 Feb-19 Mar-19
2018

Gambar 4.1 Diagram batang kunjungan Balita bulan November 2018-Maret 2019

Tabel 4.8. Data Status Gizi Posyandu Melati I Bulan Januari 2019
No Nama Jenis Umur Berat Status Gizi
Kelamin (Bulan) Badan Buruk Kurang Lebih 2T
(P/L) (kg)
1. Adinda P 48 11 √
2 Afifah P 29 9,3 √
3 Cahaya P 40 11 √
4 Nikayla P 50 30 √
5 Elsa P 18 14 √

Tabel 4.9. Data Status Gizi Posyandu Melati I Bulan Februari 2019
No Nama Jenis Umur Berat Status Gizi
Kelamin (Bulan) Badan Buruk Kurang Lebih 2T
(P/L) (kg)
1. Adinda P 49 11 √
2 Afifah P 30 9,4 √
3 Bimo L 41 11,5 √
4 Nikayla P 51 30 √
5 Raisa P 46 13 √
6 Hinur P 50 12 √
7 Satya L 30 21 √
24

Tabel 4.10. Data Status Gizi Posyandu Melati I Bulan Maret 2019
No Nama Jenis Umur Berat Status Gizi
Kelamin (Bulan) Badan Buruk/ Kurang Lebih 2T
(P/L) (kg) Sangat
kurang
1. Adinda P 50 11 √
2 Afifah P 31 9 √
3 Nikayla P 52 30 √
4 Arka L 34 18 √
5 Cahaya P 48 12 √
6 Bimo L 44 12 √
7 Rayaka L 47 18 √
8 Elsa P 18 9 √
9 Biyan L 16 16 √
25

BAB V
MASALAH KESEHATAN

5.1 Identifikasi Masalah


5.1.1 Curah Pendapat (Brainstorming)
Masalah – masalah yang ditemukan pada pelaksanaan Posyandu Balita di
Melati I Kelurahan Paal Merah Kota Jambi:
INPUT :
1. Kader yang bertugas di Posyandu Melati I datang terlambat
PROSES :
1. Kader jarang mengunjungi Ibu Balita yang tidak hadir pada
kegiatan Posyandu Balita sebelumnya.
2. Responden (Ibu balita) mengatakan bahwa jarang diadakannya
penyuluhan di Posyandu Balita ini.
3. Kurangnya kerjasama antara Posyandu Melati I dengan Lintas
sektoral
4. Kurangnya komunikasi antara kader dengan ibu balita yang
berkunjung saat pelaksanaan Posyandu Balita dilaksanakan.
5. Kurangnya sosialisasi oleh kader mengenai Posyandu ke Ibu-Ibu
yang memiliki anak balita di RT 01 Kelurahan Paal Merah Kota
Jambi.
6. Kurangnya perhatian kader terhadap kesehatan Balita di wilayah
kerja Posyandu tersebut
7. Sistem 5 meja pada Posyandu Balita belum terlaksana

OUTPUT :
1. Masih belum tercapainya sasaran Balita tiap bulan di Posyandu
Melati I Kelurahan Paal Merah Kota Jambi. Khususnya pada
Bulan Januari – Februari 2019.

25
26

OUTCOME :
1. Masih terdapat beberapa anak balita di Posyandu Melati I Kelurahan
Paal Merah Kota Jambi yang memiliki masalah status gizi

5.1.2 Pembuktian Masalah dengan Pengumpulan Data


1. Masih belum tercapainya sasaran Balita tiap bulan di Posyandu Melati I .
Kelurahan Paal Merah Kota Jambi., khususnya pada Bulan Januari –
Maret 2019 (OUTPUT)
Jawab : Berdasarkan hasil dari data sekunder yaitu kertas catatan dan
laporan dari Kader di Posyandu Balita Melati I didapatkan hasil sebagai
berikut:

Tabel 5.1 Kunjungan Balita di Posyandu Melati I Bulan Januari-Maret 2019


Jumlah Januari Februari Maret
No Posyandu
Kader Sasaran Capaian Sasaran Capaian Sasaran Capaian

1. Melati 1 5 28 17 21 20 21 20

Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa pada Bulan Januari jumlah balita
yang menjadi sasaran Posyandu sebanyak 28 bayi sedangkan jumlah balita yang
ditimbang di Posyandu Balita tersebut sebanyak 17 bayi. Sehingga capaian yang
di dapat pada pelaksaan Posyandu Melati I pada Bulan Januari sebesar 60,71%.
Pada bulan Februari jumlah balita yang menjadi sasaran Posyandu sebanyak
21 bayi sedangkan jumlah balita yang ditimbang di Posyandu Balita tersebut
sebanyak 20 bayi. Sehingga capaian yang di dapat pada pelaksaan Posyandu
Melati I pada Bulan Februari sebesar 95,23%.
Pada Bulan Maret jumlah balita yang menjadi sasaran Posyandu sebanyak 21
bayi sedangkan jumlah balita yang ditimbang di Posyandu Balita tersebut
sebanyak 20 bayi. Sehingga capaian yang di dapat pada pelaksaan Posyandu
Melati I pada Bulan Januari sebesar 95,23%.
27

2. Masih terdapat beberapa anak balita di Posyandu Melati I Kelurahan


Paal Merah Kota Jambi yang memiliki masalah status gizi
(OUTCOME)
Jawab : Berdasarkan hasil dari data sekunder yaitu buku catatan dan
laporan dari Petugas Kesehatan di Puskesmas Paal Merah I didapatkan
hasil sebagai berikut:

Tabel 5.2 Data Status Gizi Posyandu Melati I Bulan Januari 2019
No Nama Jenis Umur Berat Status Gizi
Kelamin (Bulan) Badan Buruk Kurang Lebih 2T
(P/L) (kg)
1. Adinda P 48 11 √
2 Afifah P 29 9,3 √
3 Cahaya P 40 11 √
4 Nikayla P 50 30 √
5 Elsa P 18 14 √

Tabel 5.3 Data Status Gizi Posyandu Melati I Bulan Februari 2019
No Nama Jenis Umur Berat Status Gizi
Kelamin (Bulan) Badan Buruk Kurang Lebih 2T
(P/L) (kg)
1. Adinda P 49 11 √
2 Afifah P 30 9,4 √
3 Bimo L 41 11,5 √
4 Nikayla P 51 30 √
5 Raisa P 46 13 √
6 Hinur P 50 12 √
7 Satya L 30 21 √
28

Tabel 5.4 Data Status Gizi Posyandu Melati I Bulan Maret 2019
No Nama Jenis Umur Berat Status Gizi
Kelamin (Bulan) Badan Buruk/ Kurang Lebih 2T
(P/L) (kg) Sangat
kurang
1. Adinda P 50 11 √
2 Afifah P 31 9 √
3 Nikayla P 52 30 √
4 Arka L 34 18 √
5 Cahaya P 48 12 √
6 Bimo L 44 12 √
7 Rayaka L 47 18 √
8 Elsa P 18 9 √
9 Biyan L 16 16 √

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah


balita yang mengalami gangguan pada status gizinya pada bulan Januari sampai
Maret 2019. Pada Bulan Januari 2019 terdapat 5 bayi yang tercatat memiliki
gangguan gizi diantaranya 3 bayi memiliki status gizi kurang dan 2 bayi lainnya
memiliki status gizi lebih.
Pada Bulan Februari 2019 terdapat 7 bayi yang tercatat memiliki gangguan
gizi diantaranya empat bayi memiliki status gizi kurang, dua bayi memiliki
status gizi lebih dan satu bayi memiliki status gizi 2T yaitu dalam dua bulan
berturut-turut status gizinya Turun.
Pada Bulan Maret 2019 terdapat 9 bayi yang tercatat memiliki gangguan gizi
diantaranya satu bayi mengalami status gizi buruk, dua bayi memiliki status gizi
kurang, tiga bayi memiliki status gizi lebih, dan tiga bayi memiliki status gizi 2T
yaitu dalam dua bulan berturut-turut status gizinya turun.

5.1.3 Pernyataan Masalah


1. Masih belum tercapainya sasaran Balita tiap bulan di Posyandu Melati I .
Kelurahan Paal Merah Kota Jambi , khususnya pada Bulan Januari –
Maret 2019
29

2. Masih terdapat beberapa anak balita di Posyandu Melati I Kelurahan Paal


Merah Kota Jambi yang memiliki masalah status gizi

5.2 Menentukan Prioritas Masalah


Menentukan prioritas masalah menggunakan metode MCUA (Multiple
Criteria Utility Assessment) atau teknik scoring PAHO (Pan American Health
Organization) dan USG. Penentuan nilai prioritas masalah dengan tabel MCUA
dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.5 Tabel Penentuan Prioritas Masalah (MCUA)


Pengaruh Pengaruh
No Kriteria
Keseriusan Besarnya terhadap terhadap Jml
masalah masalah kesehatan kegiatan h
Masalah
balita puskesmas
Bobot (5) (4) (3) (2)
1 Masih belum N 5 6 8 7
tercapainya sasaran
Balita tiap bulan.
87
Khususnya pada B.N 25 24 24 14
Bulan Januari – Maret
2019
2 Masih terdapat N 9 7 10 8
beberapa anak balita
di Posyandu Melati I
Kelurahan Paal Merah 119
B.N 45 28 30 16
Kota Jambi yang
memiliki masalah
status gizi

Keterangan:
B= Bobot
N= Nilai
BN = Bobot x Nilai = Skor (S),
Bobot ditentukan 1-5, Nilai ditentukan 1-10.
30

Tabel 5.6 Teknik Scoring PAHO Penentuan Prioritas Masalah


NO MASALAH M S V C A Total

Masih belum tercapainya sasaran Balita tiap bulan.


1 3 4 3 1 72
Khususnya pada Bulan Januari – Maret 2019 2
Masih terdapat beberapa anak balita di Posyandu
2 Melati I Kelurahan Paal Merah Kota Jambi yang 4 5 3 5 4 1200
memiliki masalah status gizi

Keterangan :
M (Magnitude) : Luasnya masalah
S (Severity) : Berat kerugian yang timbul
V (Vulnerability) : Tersedianya sumberdaya untuk mengatasi masalah
kesehatan tersebut
C (Community Concern) : Kepedulian/dukungan politis dan masyarakat
A (Affordability) : Ada tidaknya dana yang tersedia

Nilai 1 = tidak ada hubungan Nilai 4 = hubungan erat


Nilai 2 = hubungan lemah Nilai 5 = hubungan sangat erat
Nilai 3 = hubungan cukup

Tabel 5.7 Teknik Scoring USG Penentuan Prioritas Masalah


NO MASALAH U S G Total
1 Masih belum tercapainya sasaran Balita tiap bulan.
3 5 4 12
Khususnya pada Bulan Januari – Maret 2019
2 Masih terdapat beberapa anak balita di Posyandu
Melati I Kelurahan Paal Merah Kota Jambi yang 4 5 5 14
memiliki masalah status gizi

Keterangan :
U (urgency) : dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan
S (seriousness) : tingkat keseriusan masalah dilihat dari dampak masalah
G (growth) : tingkat perkembangan masala
31

Berdasarkan skala likert 1-5


Nilai 1 = sangat kecil Nilai 4 = besar
Nilai 2 = kecil Nilai 5 = sangat besar
Niai 3 = sedang

Dari hasil penentuan prioritas dengan menggunakan teknik MCUA, PAHO


dan USG tersebut, maka prioritas masalah sesuai dengan skor penilaian adalah
“Masih terdapat beberapa anak balita di Posyandu Melati I Kelurahan Paal
Merah Kota Jambi yang memiliki masalah status gizi”.

5.3 Identifikasi Penyebab Masalah dan Penyebab Masalah Dominan


5.3.1 Diagram Alur (Flow Chart)
Diagram alur ini dibuat untuk mengkaji kembali tahapan kegiatan yang
dilakukan selama ini dalam melakukan kegiatan yang menjadi masalah. Berikut
alur kegiatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Posyandu Puskesmas
Paal Merah I.

Ibu bawa
Posyandu
bayinya

Pengukuran Konseling dan Imunisasi dan


Pendaftaran Catat oleh kader
BB, PB, edukasi singkat Pemberian biskuit
Posyandu
gigi mulut PMT jika ada

Catat oleh
Pulang
petugas

Gambar 5.1 Diagram Alur Kegiatan Posyandu

5.3.2 Identifikasi Penyebab Masalah dengan Diagram Tulang Ikan


Untuk menanggulangi suatu masalah, harus diketahui terlebih dahulu sebab
terjadinya masalah tersebut dengan menggunakan diagram tulang ikan (Fish
Bone) atau diagram sebab akibat. Alat bantu ini dapat Melakukan identifikasi
32

sebab-sebab dari suatu masalah, Sangat efektif membantu tim dalam mencari akar
penyebab suatu masalah, Sangat bermanfaat mengidentifikasi dan memperagakan
sebab-sebab masalah.

Manusia
Material / Bahan
Kader jarang melakukan
Orangtua tidak
kurangnya informasi Hanya biskuit penyuluhan diluar
sempat
ibu mengenai PMT yang Posyandu
membawa anak
posyandu diberikan
ke Posyandu
Kader
Posyandu kurang aktif
Kurangnya
leaflet/poster Kurangnya dilaksankan
tentang kerja sama pada jam Orangtua tidak tau
Posyandu antar kader kerja orgtua nutrisi yang baik
utnuk anaknya
Alat timbangan
yang tidak Alat tidak
Kurangnya Kurangnya edukasi
terkalibrasi lengkap
musyawarah dan informasi dari
orgtua kepada kader
Kader kurang
teliti masalah
Dacin kader dan
tidak ada petugas kesehatan
timbangan
Masih terdapat
beberapa anak balita
di Posyandu Melati I
Kelurahan Paal
Merah Kota Jambi
yang memiliki
Jumlah kunjungan Balita masalah status gizi
ke posyandu berkurang
Pasien datang hanya
saat bulan vitamin A

Kurangnya
kunjungan kader ke Kurangnya kesadaran
rumah Ibu balita orgtua untuk memantau
yang tidak datang tumbang anak

Kurangnya
penyuluhan
Lingkungan Proses kepada
orangtua

Gambar 5.2 Diagram Fish Bone


33

5.3.3 Dukungan Data untuk Membuktikan Penyebab Paling Mungkin


menjadi Akar Penyebab
Dukungan data berguna untuk membuktikan penyebab paling mungkin yang
menjadi akar penyebab masalah. Berikut adalah penyebab masalah berdasarkan
faktor manusia, material/bahan, proses dan lingkungan.

5.3.3.1 Faktor Manusia


1. Kader Kurang Aktif dalam Melakukan Penyuluhan di luar Posyandu
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada
Ibu yang berkunjung ke Posyandu Balita Melati I didapatkan hasil
bahwa hanya 40% kader datang ke rumah Ibu membicarakan posyandu.
2. Kurangnya Edukasi dan Informasi dari Kader
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner
kepada Ibu yang berkunjung ke Posyandu Balita Melati I didapatkan
hasil bahwa hanya 45% kader memberikan penjelasan tentang
kenaikan berat badan balita kepada ibu dan hanya sekitar 55% kader
menjelaskan kepada Ibu bagaimana asupan nutrisi yang baik pada balita.
Jelas hal tersebut akan mempengaruhi pengetahuan Ibu mengenai nutrisi
dan gizi yang baik untuk anaknya.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hanya 20% kader yang
menganjurkan kepada Ibu balita agar memperhatikan tumbuh kembang
balitanya. Dan hanya 20% kader yang menjelaskan bahwa keaktifan
Ibu untuk berkunjung ke Posyandu tersebut penting untuk kesehatan Ibu
dan balita.
Dikarenakan Kader kurang memberikan edukasi dan informasi
mengenai nutrisi dan gizi untuk balita, sehingga masih terdapat balita
yang mengalami masalah dalam status gizinya.
3. Kurangnya Musyawarah Orangtua kepada kader dan Petugas
Kesehatan mengenai jam kegiatan posyandu yang baik
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan salah satu ibu yang
berkunjung ke Posyandu Balita Melati I mengatakan bahwa pelaksanaan
34

posyandu dilaksanakan setiap bulan pada jam 8.00 WIB sampai jam
11.00 WIB. Sedangkan pada waktu pagi, ibu-ibu masih sibuk dengan
pekerjaan rumahnya. Sehingga mengakibatkan ibu- ibu tersebut tidak
sempat membawa anaknya ke Posyandu Balita.

5.3.3.2 Material/Bahan
1. Kurangnya kerja sama antar kader dengan Ibu Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu kader di Posyandu
Melati I, mengatakan bahwa di Posyandu ini hanya memberikan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa biskuit untuk Balita umur
6-59 bulan.
2. Kurangnya leaflet/poster tentang Posyandu
Berdasarkan hasil pengamatan langsung oleh Peneliti saat pelasanaan
Posyandu Balita Melati I di Kelurahan Paal Merah Kota Jambi terlihat
bahwa tempat posyandu tersebut tidak ada poster atau leaflet tentang
pentingnya dan manfaat dari Posyandu Balita tersebut. Sehingga
kurangnya media informasi mempengaruhi pengetahuan Ibu balita
mengenai Posyandu dan kesehatan balitanya.
3. Kader kurang teliti masalah timbangan
Berdasarkan hasil pengamatan langsung saat pelaksanaan Posyandu
Balita Melati I terlihat bahwa sebelum pelasanaan Posyandu kader
belum mengecek kembali keakuratan timbangan yang digunakan.
Seharusnya timbangan bayi dan balita harus dikalibrasi sehingga
keakuratan hasil timbangan tersebut dapat di pertanggung jawabkan.
4. Dacin tidak ada
Berdasarkan hasil pengamatan langsung saat pelaksanaan Posyandu
Balita Melati I terlihat bahwa hanya terdapat timbangan dewasa, dan
timbangan bayi digital saja, sedangkan untuk alat timbangan dacin tidak
ada.
35

5.3.3.3 Proses
1. Kurangnya kunjungan kader ke rumah Ibu balita yang tidak datang ke
Posyandu
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan kuisioner didapatkan hasil
bahwa hanya sebesar 25% kader yang menjemput ibu ke rumah jika tidak
datang ke Posyandu. Hal tersebut membuktikan bahwa masih kurangnya
perhatian dari kader kepada Ibu balita yang tidak hadir saat Posyandu.
2. Kurangnya penyuluhan
Berdasarkan hasil penelitian dari kuisioner dan wawancara langsung
dengan Ibu balita didapatkan hasil bahwa pelaksanaan Posyandu Balita
Melati I ini masih kurang dalam hal penyuluhan. Hal tersebut terlihat
bahwa hanya sekitar 5% responden yang mengatakan bahwa kader
pernah bekerja sama dengan tokoh agama dalam memberikan
penyuluhan pada Ibu Balita yang berkunjung. Sedangkan 95% nya
mengaku bahwa kader tidak pernah bekerja sama dengan tokoh agama
dalam memberikan penyuluhan.
Sedangkan terdapat 15% responden yang mengatakan bahwa mereka
berpendapat adanya kerjasama kader dengan tokoh masyarakat dalam hal
memberikan penyuluhan. Oleh karena itu, terlihat bahwa masih sedikit
kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di Posyandu Melati I ini dan
belum adanya kerjasama dengan tokoh agama atau tokoh masyarakat
dalam hal kegiatan penyuluhan.

5.4 Menentukan Penyebab Masalah Dominan


Dari beberapa akar penyebab, dicari penyebab yang paling dominan. Artinya
dengan menanggulangi penyebab yang paling dominan, sebagian besar masalah
sudah dapat dipecahkan.
Oleh karena itu, dilakukan urutan dominan dengan cara diskusi, adu
argumentasi, dan justifikasi antar anggota tim pemecah masalah untuk
menentukan penyebab yang paling dominan dan didapatkan hasil bahwa
36

penyebab yang paling dominan yaitu “Kurangnya Edukasi dan Informasi dari
Kader kepada Ibu balita”.
Hal tersebut jelas sangat mempengaruhi pengetahuan ibu mengenai gizi dan
nutrisi yang diberikan kepada anaknya. Terlihat bahwa pada Bulan Maret 2019
terjadi peningkatan masalah gizi dari bulan sebelumnya dan terdapat satu anak
yang mengalami gizi buruk. Hal tersebut harus menjadi perhatian yang sangat
penting bagi kader dan petugas kesehatan untuk cepat menanggulangi dan
mengambil tindakan yang tepat untuk masalah tersebut. Sangat memprihatinkan
dengan adanya keadaan tersebut,yang menunjukkan bahwa masih belum
tercapainya derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya, yang merupakan
tujuan dari Puskesmas.
37

BAB VI
PEMECAHAN MASALAH, PRIORITAS, DAN USULAN KEGIATAN
UNTUK PEMECAHAN MASALAH

6.1 Alternatif Cara Pemecahan Masalah


Setelah ditemukan penyebab masalah yang dominan, maka tahap berikutnya
adalah mencari cara penanggulangan yang terbaik.

Tabel 6.1 Kemungkinan Penyebab Masalah dan Penyelesaiannya


Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah
Masih terdapat Kurangnya 1. Diadakannya arisan kecil-kecilan antar kader dan ibu-
beberapa anak edukasi dan ibu yang memilliki balita untuk menjalin hubungan dan
balita di Informasi komunikasi yang baik mengenai posyandu dan saling
Posyandu dari kader sharing masalah kesehatan ballitanya.
Melati I kepada Ibu 2. Untuk meningkatkan kinerja kader diadakannya lomba
Kelurahan balita. posyandu berprestasi antar posyandu. Pemenangnya
Paal Merah yaitu posyandu mana yang paling baik dalam melayani
Kota Jambi masyarakat sekitarnya dan hasil capaian yang didapat.
yang memiliki Reward yang akan didapatkan yaitu piala dan hadiah
masalah status hiburan.Tentu hal tersebut tidak mudah, karena terdapat
gizi ketentuan dan kebijakan yang berlaku untuk
memenangkan lomba tersebut. Salah satunya akan
dilihat kinerja kader di setiap posyandu dan capaian
yang mereka peroleh dari kinerja tersebut.
3. Diadakan pelatihan kembali oleh petugas puskesmas
kepada kader mengenai masalah gizi dan bagaimana
cara pemberian nutrisi yang baik bagi balita di sekitar
wilayah kerja posyandu tersebut.
4. Bekerjasama dengan Puskesmas melaksanakan kegiatan
penyuluhan kesehatan dengan mengundang dokter. Hal
ini dapat meningkatkan pemahaman orangtua akan
pentingnya kesehatan balitanya sekaligus sebagai wadah
sharing antar masyarakat dan petugas kesehatan.
5. Di setiap posyandu diharapkan memiliki Kotak “Si
Buah Hati”. Dimana kotak tersebut semacam kotak

37
38

saran. Tapi bedanya adalah ibu balita yang mengisi


kotak tersebut merupakan hasil dari curahan hati dan
masalah-masalah apa yang dihadapi ibu mengenai
kesehatan balitanya. Isi dari kotak tersebut akan disetor
ke Puskesmas dan dapat menjadi bahan evaluasi.
Sehingga Puskesmas dapat saling memonitoring
bagaimana kesehatan balita di sekitar posyandu tersebut.
6. Meningkatkan media informasi di sekitar posyandu
seperti poster kesehatan di posyandu tersebut, sehingga
ibu-ibu yang berkunjung secara tidak langsung akan
membaca informasi yang disediakan didalam poster
tersebut.

6.2 Memilih Alternatif Cara Pemecahan Masalah yang Terbaik dengan


MCUA
Untuk memilih alternatif pemecahan masalah yang terbaik digunakan tabel
MCUA sebagai berikut;

Tabel 6.2 Alternatif Pemecahan Masalah dengan MCUA


Kriteria
Memecahk
Murah Mudah
No an prioritas Jml
Alternatif biaya dilaksanakan
masalah
pemecahan masalah
Bobot (5) (4) (3)
1 Diadakannya arisan kecil- N 8 5 6
kecilan antar kader dan ibu-ibu
yang memilliki balita untuk
menjalin hubungan dan
komunikasi yang baik B.N 40 20 18
mengenai posyandu dan saling
78
sharing masalah kesehatan
ballitanya.
2 Untuk meningkatkan kinerja N 9 10 8
kader diadakannya lomba
B.N 45 40 24 109
posyandu berprestasi antar
39

posyandu. Pemenangnya yaitu


posyandu mana yang paling
baik dalam melayani
masyarakat sekitarnya dan
hasil capaian yang didapat.
Reward yang akan didapatkan
yaitu piala dan hadiah hiburan.
3. Diadakan pelatihan kembali N 7 6 7
kepada kader oleh petugas
puskesmas mengenai masalah
gizi dan bagaimana cara 80
B.N 35 24 21
pemberian nutrisi yang baik
bagi balita di sekitar wilayah
kerja posyandu tersebut.
4. Bekerjasama dengan N 8 6 9
Puskesmas melaksanakan
kegiatan penyuluhan kesehatan
dengan mengundang dokter.
Hal ini dapat meningkatkan
91
pemahaman orangtua akan B.N 40 24 27
pentingnya kesehatan balitanya
sekaligus sebagai wadah
sharing antar masyarakat dan
petugas kesehatan.
5. Di setiap posyandu diharapkan N 7 9 9
memiliki Kotak “Si Buah
Hati”. Dimana kotak tersebut
semacam kotak saran. Tapi
bedanya adalah ibu balita yang
98
mengisi kotak tersebut B.N 35 36 27
merupakan hasil dari curahan
hati dan masalah-masalah apa
yang dihadapi ibu mengenai
kesehatan balitanya.
6. Meningkatkan media informasi N 6 7 8
di sekitar posyandu seperti 82
B.N 30 28 24
poster kesehatan di posyandu
40

tersebut, sehingga ibu-ibu yang


berkunjung secara tidak
langsung akan membaca
informasi yang disediakan
didalam poster tersebut.

Berdasarkan hasil MCUA di atas didapatkan bahwa prioritas pemecahan


masalah pada penelitian ini adalah “Untuk meningkatkan kinerja kader
diadakannya lomba posyandu berprestasi antar posyandu. Pemenangnya yaitu
posyandu mana yang paling baik dalam melayani masyarakat sekitarnya dan hasil
capaian yang didapat. Reward yang akan didapatkan yaitu piala dan hadiah
hiburan’.

6.3 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat


6.3.1 Faktor Pendukung
1. Antarkader akan bekerja keras lebih giat dalam meningkatkan hasil
capaian dan meningkatkan kinerjanya untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya, terutama meningkatkan status gizi balita
yang menjadi pokok permasalahan dalam peneitian ini.
2. Antarkader akan termotivasi untuk bersaing secara sehat untuk
memenangkan lomba posyandu berprestasi ini.
3. Lomba posyandu diselenggarakan setiap 6 bulan sekali. Sehingga
antarkader di masing-masing posyandu akan berlomba untuk meraih gelar
“posyandu berprestasi”. Dan akan diumumkan setiap 6 bulan sekali.
Sehingga seluruh kader di posyandu yang menang tersebut akan bangga
dan merasa dihargai kinerjanya selama ini.

6.3.2 Faktor Penghambat


1. Hasil capaian posyandu atau laporan status gizi balta yang akan disetor ke
puskesmas bukan merupakan hasil yang sebenar-benarnya.
2. Posyandu yang memiliki capaian dan kinerjanya terendah akan merasa
malu dan tidak percaya diri dalam mengikuti lomba lagi.
41

6.3.3 Upaya untuk Mengantisipasi Faktor Penghambat


1. Pihak puskesmas harus memonitoring dan mengevaluasi lebih detail
terhadap hasil capaian atau laporan kegiatan posyandu yang dikirim ke
puskesmas apakah sudah merupakan data yang real atau tidak.
2. Kepala puskesmas atau petugas puskesmas harus memberikan motivasi
yang baik dan memberikan masukan kepada posyandu yang memiliki
kinerja yang terendah dan memberikan kepercayaaan diri kembali kepada
kader yang berada di posyandu tersebut untuk meningkatkan kinerjanya
lebih baik lagi.

6.4 Rencana Usulan Kegiatan Pemecahan Masalah


Tabel 6.3 Rencana Usulan Kegiatan Pemecahan Masalah
No Rincian Tujuan Sasaran Waktu Pelaksana Biaya Target
kegiatan
1. Melaksanakan Meningkatka Anak Segera dan Kepala BOK 2 buah
lomba antar n kinerja balita selesai puskesmas 1. Piala = 2 x Piala dan
posyandu setiap kader dalam perencanaan beserta tim 70.000 = 10 kaos
6 bulan sekali memperbaiki nya 1 bulan Rp.140.000/th sudah
(2x/tahun) gizi sebelum 2. Hadiah hiburan terbeli.
masyarakat masuk ke Kaos = 5 x 50.000
awal tahun = 250.000 (1x
lomba)

2 x 250.000 =
500.000/tahun

Total : 140.000 +
500.000 =
640.000 per tahun
42

6.5 Monitoring dan Evaluasi


6.5.1 Monitoring
Tim pelaksana dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
disepakati. Selama pelaksanaan, perlu dilakukan monitoring untuk melihat
seberapa jauh kegiatan sudah dilaksanakan.

Tabel 6.4 Monitoring Kegiatan


No Kegiatan Indikator Standar Hasil Ket
1. Menyusun kriteria Ceklist kriteria Terlaksana Ceklist kriteria
pemenang lomba antar pemenang selesai pemenang Terlaksana
posyandu dibuat sudah dibuat 100%

2. Membuat tim evaluasi Tim evaluasi sudah Terlaksana Tim evaluasi Terlaksana
kinerja kader dibentuk sudah 100%
terbentuk
yaitu terdiri
dari petugas
imunisasi,
petugas KIA
3. Membuat jadwal Jadwal perlombaan Terlaksana Jadwal Terlaksana
perlombaan disetujui oleh Kepala perlombaan 100%
Puskesmas telah disetujui
oleh Kepala
Puskesmas
4. Mengumumkan jadwal Seluruh posyandu Terlaksana Seluruh Terlaksana
perlombaan kepada sudah mengetahui posyandu 100%
seluruh posyandu jadwal perlombaan sudah
(Melati I sampai Melati dan mengetahui mengetahui
VIII) di wilayah kerja kriteria penilaian jadwal dan
Puskesmas Paal Merah yang akan dinilai. kriteria
I. penilaian.
5. Melaksanakan kegiatan Meningkatnya Terlaksana Kegiatan telah Terlaksana
perlombaan antar kinerja kader dan dilaksanakan 100%
posyandu 6 bulan meningkatnya status
sekali gizi balita
43

6.5.2 Evaluasi
Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah
dilaksanakan dapat memecahkan masalah. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan
cara:
1. Membandingkan frekuensi atau tingkat masalah atau sebab masalah
sebelum intervensi dan sesudah intervensi. Untukitu dapat menggunakan
bar chat atau
2. Menggunakan format evaluasi yang disediakan

Tabel 6.5 Contoh Format Evaluasi Kegiatan


No Kegiatan Indikator Awal Akhir Efektivitas Ket
1 Peran kader dalam Jumlah Dari 20 balita Dari 20 Gizi Baik = Mengalami
memberikan balita yang yang ditimbang balita yang 90% - 45% peningkatan
edukasi dan mengalami terdapat 9 orang ditimbang = 45%
informasi kepada masalah balita terdapat 2
Ibu balita mengenai gizi di mengalami orang balita
masalah gizi dan Posyandu masalah gizi. mengalami
nutrisi yang baik Melati I. masalah gizi
untuk balita di
Posyandu Melati I, Gizi baik = 55% Gizi Baik=
Kelurahan Paal Gizi kurang= 90%
Merah, Kota Jambi. 45% Gizi
kurang=
10%
44

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan berbagai upaya dalam memecahkan
masalah pada kegiatan posyandu balita Melati I di Kelurahan Paal Merah Kota
Jambi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Masalah yang dihadapi pada kegiatan posyandu balita Melati I di
Kelurahan Paal Merah Kota Jambi adalah masih belum tercapainya
sasaran balita tiap bulannya. Khususnya pada Bulan Januari – Maret 2019
dan masih terdapat beberapa anak balita di Posyandu Melati I yang
memiliki masalah status gizi.
2. Masalah yang diprioritaskan adalah masih terdapat beberapa anak balita di
Posyandu Melati I yang memiliki masalah status gizi.
3. Faktor penyebab masalah yang paling dominan adalah kurangnya edukasi
dan informasi dari kader kepada ibu balita yang berkunjung ke posyandu.
4. Alternatif pemcahan masalah yang dapat dilakukan adalah Mengadakan
arisan kecil-kecilan antar kader dan ibu-ibu yang memilliki balita; Di
setiap posyandu diharapkan memiliki Kotak “Si Buah Hati”;
Bekerjasama dengan Puskesmas melaksanakan kegiatan penyuluhan
kesehatan dengan mengundang dokter; Meningkatkan media informasi di
sekitar posyandu seperti poster kesehatan; Mengadakan pelatihan kembali
kepada kader oleh petugas puskesmas; Mengadakan lomba kader
berprestasi antar posyandu.
5. Alternatif pemecahan masalah yang terpilih adalah mengadakan arisan
kecil-kecilan ant ar kader dan ibu-ibu yang memilliki balita untuk menjalin
hubungan dan komunikasi yang baik mengenai posyandu dan saling
sharing masalah kesehatan ballitanya.

44
45

7.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
1. Para kader dan petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan edukasi
dan informasi yang tepat mengenai masalah gizi atau nutrisi serta
masalah-masalah kesehatan lainnya kepada ibu balita yang berkunjung ke
posyandu.
2. Kader dan petugas puskesmas harus selalu memantau tumbuh kembang
anak-anak yang datang ke posyandu atau yang tidak datang ke posyandu.
3. Pihak puskesmas harus selalu mendukung kegiatan posyandu semaksimal
mungkin untuk mencapai derajat kesehatan anak setinggi-tingginya.
4. Meningkatkan kerjasama antara kader dengan petugas puskesmas atau
lintas sekotoral untuk menyelenggarakan penyuluhan tiap bulan dengan
tujuan meningkatkan pengetahuan ibu balita dalam memantau gizi dan
tumbuh kembang anak.
5. Kader diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya untuk mencapai sasaran
balita setiap bulannya dan memperbaiki masalah yang ada.
6. Ibu balita diharapkan dapat rajin ke posyandu untuk menimbang anaknya
dan memantau tumbuh kembang anaknya setiap bulan.
46

DAFTAR PUSTAKA

1. Subagyo W., Mukhadiono, Dyah W. Peran kader dalam memotivasi ibu balita
berkunjung ke posyandu. Jurnal Keperawatan Soedirman.2015;10(3): 158-165
2. Andi DP, Agung S. Peran kader posyandu terhadap pembangunan kesehatan
masyarakat. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 2017;6(1): 60-62
3. Kementerian kesehatan Repulik Indonesia pusat promosi kesehatan. Buku
pegangan kader posyandu.2012
4. Suhat, Ruyatul Hasanah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan
kader dalam kegiatan posyandu.Jurnal kesehatan masyarakat.2014;10(01):73-9.
5. Iswarawanti, Dwi nastiti. Kader posyandu:peranan dan tantangan
pemberdayaannya dalam usaha peningkatan gizi anak di Indonesia. Jurnal
manajemen pelayanan kesehatan.2010;13(4): 169-173.
6. Saepudin,encang, Edwin R,Agus R. Peran Posyandu Sebagai Pusat Informasi
Kesehatan Ibu dan Anak. Record and library Journal. 2017;3(2):201-7.
7. Fithria, Nurul Azmi. Hubungan pemanfaatan posyandu dengan status gizi
balita di Kecamatan Kota Jantho. 2015;6(1):1-5.
8. Kementerian kesehatan Repulik Indonesia Badan penelitian dan
pengembangan kesehatan. Hasil utama Riskesdas Tahun 2018. 2018.
9. Puskesmas Paal Merah I. Laporan tahunan EKP dan PKP Puskesmas Paal
Merah I Kota Jambi. 2018. Halaman 3-15.
47

Pendidikan
No Nama Alamat usia Anak ke-
Terakhir
1 Reni RT 01 Paal Merah 37 tahun 2 SMP
2 Jeni RT 01 Paal Merah 29 tahun 1 SMA
3 Rafika RT 01 Paal Merah 37 tahun 2 SMA
4 Ratna RT 01 Paal Merah 36 tahun 2 SMEA
5 Sriati RT 01 Paal Merah 39 tahun 4 -
6 Nurmida RT 01 Paal Merah 38 tahun 3 SMA
7 Nita RT 01 Paal Merah 32 tahun 1 S1
8 Nurjayanti RT 01 Paal Merah 39 tahun 3 SMA
9 Ana RT 01 Paal Merah 26 tahun 1 SMK
10 Ani RT 01 Paal Merah 26 tahun 1 SMK
11 Siti RT 01 Paal Merah 42 tahun 3 SMA
12 Harnani RT 01 Paal Merah 42 tahun 1 MAN
13 Oky RT 01 Paal Merah 30 tahun 1 S1
14 Jelita RT 01 Paal Merah 36 tahun 2 SMK
15 Ria RT 01 Paal Merah 23 tahun 1 SMK
16 Mashita RT 01 Paal Merah 27 tahun 1 SMK
17 Ririn RT 01 Paal Merah 32 tahun 2 SMA
18 Devina RT 01 Paal Merah 29 tahun 3 SMA
19 Rosa RT 01 Paal Merah 41 tahun 2 SMK
20 Mitra RT 01 Paal Merah 25 tahun 2 SMP

46

Anda mungkin juga menyukai