**Pembimbing
Kolelithiasis
Oleh :
UNIVERSITAS JAMBI
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Kolelithiasis
Oleh:
2019
Pembimbing,
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan referat yang berjudul
“Kolelithiasis”. Dalam kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih
kepada dr. Anton Trihartanto, Sp.B, selaku dosen pembimbing yang memberikan
banyak ilmu selama di Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Bedah.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna, penulis
juga dalam tahap pembelajaran, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
agar lebih baik kedepannya.
Akhir kata, saya berharap semoga laporan clinical report session (CRS)
ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah informasi dan
pengetahuan kita.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri perut kanan atas memberat sejak ±2 hari SMRS.
STATUS GENERALIS
Kulit
Warna : Sawo matang Turgor : Baik
Efloresensi : (-)
Pigmentasi : Dalam batas normal
Jar. Parut : (-)
Edema : (-)
Ikterus : (-)
Kelenjar
Pembesaran Kel. Submandibula : (-)
Jugularis Superior : (-)
Submental : (-)
Jugularis Interna : (-)
Kepala
Bentuk kepala : Normocephal
Ekspresi muka : Tampak sakit sedang
Rambut : Tampak hitam tumbuh merata
Mata
Exophthalmus/endopthalmus : (-/-)
Edema palpebra : (-/-)
Conjungtiva anemis : (-)
Sklera Ikterik : (-)
Pupil : Isokor (+/+)
Lensa : Tidak keruh
Reflek cahaya : (+/+)
Gerakan bola mata : Baik kesegala arah
Hidung
Bentuk : Normal
Septum : Deviasi (-)
Sekret : (-)
Perdarahan : (-)
Mulut
Bibir : Sianosis (-)
Gusi : Berdarah (-)
Bau pernafasan :Dbn
Tenggorokan : dbn
Leher
Kelenjar getah bening : Pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : Pembesaran (-)
Thorax
Bentuk :Simetris
Paru-paru
Inspeksi : Pernafasan simetris
Palpasi : Fremitus taktil normal, nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari di ICS V linea
midclavicula sinistra
Perkusi batas jantung
Kanan : ICS III Linea parasternalis dekstra
Kiri : ICS V Linea midklavikularis sinistra
Atas : ICS II Linea parasternalis sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar,sikatrik (-), massa (-), bekas operasi (-)
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Timpani (+), nyeri ketuk CVA (-)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (-), Murphy sign (+), hepar
dan lien tidak teraba.
Ekstremitas atas
Gerakan : Dbn Nyeri sendi : (-)
Akral : Hangat, CRT < 2 detik Edema : (-)
Extremitas bawah
Gerakan : Dbn Nyeri sendi : (-)
Akral : Hangat, CRT < 2 detik Edema : (-)
RT: Tonus sfingter ani kuat
Mukosa rectum licin
Ampula recti tidak colaps
Massa (-)
Handscoon : darah (-) feses (-)
(14/12/2019)
Parameter Satuan Nilai Normal
Natrium (Na) 145,02 135 – 148 mmol/L
Kalium (K) 3,25 3,5 – 5,3 mmol/L
Chlorida (Cl) 110,04 98 – 110 mmol/L
Calsium (Ca) 1.16 1,19-1,23 mmol/L
5. Foto Thorax (16/12/2019)
Kesan :
Pelebaran duktus biliaris intrahepatal disertai multiple choledocholithiasis
(ukuran terbesar ± 0,95 cm) dan cholecystolithiasis (ukuran terbesar ± 0,65 cm)
Tak tampak kelanan lainnya pada organ intraabdomen diatas secara sonografi
2.5 DIAGNOSIS
2.6 PENATALAKSANAAN
IVFD Kaen 3B 20 tpm
Ceftriaxone 1x2gr
Ketorolac 3x30 mg
Omeprazole 1x40 mg
KSR tab 2x1 tab
Heparmin 3x1 cap
Cetirizine 1x10 mg
Pro kolesistektomi
2.8PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
TGl S O A P
18/12 Nyeri perut KU : Tampak Abdomen Kolelithiasis + - IVFD Kaen 3B 20
/2019 kanan atas sakit sedang I: dbn Koledokolithia
tpm
(-), demam GCS : A : bising sis +
(-) E4V5M6 usus (+) Kolesistitis + - Ceftriaxone 1x2gr
TD : 110/70 normal Hipokalemi
- Ketorolac 3x30 mg
N: 84 x/mnt P : timpani
RR :23x/mnt P : Murphy - Omeprazole 1x40
T : 36,6oC sign (+)
mg
SpO2 : 98%
- KSR tab 2x1 tab
- Heparmin 3x1 cap
- Cetirizine 1x10 mg
- Pro kolesistektomi
19/12 Nyeri perut KU : Tampak Abdomen Kolelithiasis + - IVFD Kaen 3B 20
/2019 kanan atas sakit sedang I: dbn Koledokolithia
tpm
(-), demam GCS : A : bising sis +
(-) E4V5M6 usus (+) Kolesistitis + - Ceftriaxone 1x2gr
TD : 120/60 normal Hipokalemi
- Ketorolac 3x30 mg
N: 76 x/mnt P : timpani
RR :22x/mnt P : Murphy - Omeprazole 1x40
T : 36,5oC sign (+)
mg
SpO2 : 98%
- KSR tab 2x1 tab
- Cetirizine 1x10 mg
- Heparmin 3x1 cap
- Pro kolesistektomi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
Kandung empedu berbentuk bulat lonjong dengan panjang sekitar 4 -6 cm
dan berisi 30 – 60 mL empedu. Bagian fundus umumnya menonjol sedikit keluar
ke tepi hati, di bawah lengkung iga kanan, di tepi lateral otot rektus abdominis.
Sebagian besar korpus menempel dan tertanam di dalam jaringan hati. Kandung
empedu tertutup seluruhnya oleh peritoneum viseral, tetapi infundibulum kandung
empedu tidak terfiksasi ke permukaan hati oleh lapisan peritoneum. Apabila
kandung empedu mengalami distensi akibat bendungan oleh batu, bagian
infundibulum menonjol seperti kantong (kantong Hartmann).(1)
Duktus sistikus panjangnya 1-2 cm dengan diameternya 2 – 3 mm.
Dinding lumen mengandung katup berbentuk spiral disebut katup spiral Heister,
yang memudahkan cairan empedu mengalir masuk ke dalam kandung empedu,
tetapi menahan aliran keluarnya.
Saluran empedu ekstrahepatik terletak di dalam ligamentum
hepatoduodenale yang batas atasnya porta hepatis, sedangkan batas bawahnya
bagian distal Papila Vater. Bagian hulu saluran empedu intrahepatik berpangkal
dari saluran paling kecil, yang disebut kanalikulus empedu, yang meneruskan
curahan sekresi empedu melalui duktus interlobaris ke duktus lobaris, dan
selanjutnya ke duktus hepatikus di hilus.
Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri masing – masing antara 1 -4 cm.
Panjang duktus hepatikus komunis sangat bervariasi, bergantung pada letak muara
duktus sistikus. Duktus koledokus berjalan di belakang duodenum, menembus
jaringan pankreas dan dinding duodenum, membentuk saluran bersama (common
channel) duktus pankreatikobiliaris atau ampula vater yang terletak di sebelah
medial duodenum, distal dari pilorus. Ujung distal ampula vater dikelilingi oleh
otot sfingter Oddi, yang mengatur aliran empedu ke dalam duodenum.(2)
Gambar 1. Anatomi Kandung Empedu
Pembuluh arteri kandung empedu adalah a.cystica, cabang a.hepatica
kanan. Vena cystica mengalirkan darah langsung ke dalam vena porta. Sejumlah
arteri dan vena kecil juga berjalan antara hepar dan vesica fellea. Pembuluh limfe
berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak dekat collum vesica
fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici hepaticum
sepanjang perjalanan a. hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus. Saraf yang
menuju ke kandung empedu berasal dari plexus coeliacus.
3.2 Fisiologi
Empedu dihasilkan oleh sel hepatosit sebanyak 500 – 1500 mL per hari.
Empedu disimpan untuk sementara di dalam kandung empedu, dan dipekatkan.
Tekanan sfingter Oddi saat istirahat sekitar 13mmHg lebih tinggi dibandung
dengan tekanan duodenum. Aliran cairan empedu diatur oleh sekresi empedu oleh
hati, kontraksi kandung empedu, dan tahanan sfingter Oddi. Setelah makan,
kandung empedu berkontraksi, sfingter relaksasi, dan empedu mengalir ke dalam
duodenum aliran tersebut dapat dialirkan secara intermiten karena tekanan saluran
empedu akan lebih tinggi daripada tahanan sfingter.(2)
Kontraksi kandung empedu disebabkan oleh distensi gaster dan makanan
berlemak. Hal ini merangsang sekresi kolesistokinin (CCK) dari sel inklusi
duodenum, dan hormon sel APUD dari mukosa usus halus. Hormon ini
merangsang nervus vagus sehingga terjadi kontraksi kandung empedu.(2)
Empedu mengandung beberapa konstituen organik antara lain garam
empedu, kolesterol, lesitin dan bilirubin (semua berasal dari aktivitas hepatosit)
dalam suatu cairan encer alkalis (ditambahkan oleh sel ductus). Garam empedu
merupakan turunan kolesterol yang mempunyai efek emulsifikasi dan
mempermudah penyerapan lemak dengan pembentukan misel. Empedu dapat
mengubah globulus ( gumpalan ) lemak besar menjadi emulsi lemak yang terdiri
dari banyak tetesan / butiran dengan diameter masing-masing 1 mm yang
membentuk suspensi di dalam kimus cair sehingga luas permukaan untuk tempat
enzim lipase pankreas bekerja bertambah. Untuk mencerna lemak, lipase harus
berkontak langsung dengan molekul trigliserida, karena tidak larut dalam air maka
trigliserida cenderung menggumpal menjadi butir-butir besar dalam usus halus
yang banyak mengandung air. Jika empedu tidak mengemulsifikasi gumpalan
lemak besar ini maka lipase hanya bekerja pada permukaannya saja dan
pencernaan lemak akan sangat lama. (3)
Molekul garam empedu mengandung bagian yang larut lemak dan bagian
yang larut air yang bermuatan negatif. Gerakan mencampur oleh usus juga akan
memecah lemak besar menjadi butir- butir kecil, butir kecil ini akan bergabung
kembali menjadi lemak besar jika tidak ada garam empedu yang terserap
dipermukaannya dan menciptakan selubung muatan negatif larut air dipermukaan
setiap butiran kecil. Karena bermuatan sama maka antara butir kecil akan saling
tolak menolak. Daya tolak listrik ini mencegah butir- butir kecil tersebut untuk
begabung sehingga menghasilkan emulsi lemak yang akan meningkatkan
permukaan yang tersedia untuk enzim lipase. (3)
Setelah ikut dalam pencernaan dan penyerapan lemak, sebagian besar
garam empedu diserap kembali ke darah oleh mekanisme transport aktif khusus
yang terletak di ileum terminal. Empedu akan kembali ke sistem porta hepar, yang
mengsekresikannya ke dalam kandung empedu. Daur ulang ini disebut sirkulasi
enterohepatik. Jumlah total garam empedu di tubuh sekitar 3 sampai 4 gram,
namun dalam satu kali makan mungkin dikeluarkan 3 sampai 15 gram garam
empedu ke dalam duodenum, biasanya hanya sekitar 5% dari empedu yang
diekskresikan keluar dari tubuh melalui feses setiap hari kehilangan garam
empedu ini diganti oleh pembentukan empedu di hati sehingga jumlah total garam
empedu menjadi
(6)
konstan.
3.3 Kolelitiasis
3.3.1 Definisi
Kolelitiasis atau batu empedu adalah deposit kristal empedu yang
ditemukan didalam kandung empedu. Kristal-kristal tersebut dapat tersusun dari
Kristal kolesterol atau Kristal pigmen-pigmen hitam dari kalsium bilirubinat yang
dipolimerisasi yang dapat terletak di saluran empedu atau kantung empedu.(4)
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam
kandung empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua – duanya.
Sebagian besar batu empedu terutama batu kolestrol, terbentuk di kandung
empedu.
Kebanyakan batu duktus koledokus (koledokolitiasis) berasal dari batu
kandung empedu, tetapi ada juga yang terbentuk primer di dalam saluran empedu
ekstrahepatik maupun intrahepatik. Batu primer saluran empedu harus memenuhi
kriteria sebagai berikut, yaitu ada masa asimptomatik setelah kolsistektomi,
morfologik cocok dengan batu empedu primer, tidak ada striktur pada duktus
koledokus atau tidak ada sisa duktus sistikus yang panjang. (2)
3.3.2 Epidemiologi
5) Sindrom Metabolik
Sindrom metabolik adalah kombinasi dari gangguan medis yang
meningkatkan Sindrom metabolik disini didefinisikan oleh kehadiran
setidaknya 3 fitur dari: obesitas perut, tekanan darah tinggi, glukosa
puasa tinggi, peningkatan kadar trigliserida dan penurunan kadar
HDL merupakan predisposisi pembentukan batu empedu
kolesterol.(5)
6) Penurunan Berat Badan yang Cepat
Insiden diet rendah kalori dan operasi bariatrik dengan
penurunan berat badan secara cepat didapatkan pada 30-71%
individu. Batu empedu yang berhubungan dengan penurunan berat
badan biasanya tidak menunjukkan gejala; hanya 7% hingga 16%
yang mengalami gejala.(5)
7) Diet dan Pola Makan
Selain asupan kalori tinggi, pola makan yang tinggi kolesterol,
asam lemak, karbohidrat, rendah serat dapat meningkatkan
pembentukan batu empedu atau kolelitiasis. (5)
8) Gaya Hidup dan Sosialekonomi
Pola gaya hidup dan sosialekonomi hanya menjadi faktor resiko
secara tidak langsung dimana kurangnya aktivitas fisik
meningkatkan resiko pembentukan batu empedu dihubungkan
dengan perannya dalam penurunan berat badan pada pasien dengan
obesitas. Sedangkan sosialekonomi dihubungkan dengan obesitas
dan kondisi medis kronis.(5)
3.3.4 Klasifikasi
a) Batu Kolesterol
b) Batu Bilirubin
Batu biliribun berisi kalsium bilirubinat dan disebut juga batu lumpur atau
batu pigmen. Batu ini sering ditemukan berbentuk tidak teratur, kecil – kecil,
dapat berjumlah banyak, warnanya bervariasi antara coklat kemerahan sampai
hitam, dan berbentuk seperti lumpur atau tanah yang rapuh.
Batu pigmen adalah batu empedu yang kadar kolesterolnya kurang dari
25%. Batu pigmen hitam terbentuk di dalam kandung empedu, terutama terbentuk
pada gangguan keseimbangan metabolik seperti anemia hemolitik, dan sirosis
hepatis tanpa didahului infeksi.
Terbentuknya batu bilirubin berhubungan dengan bertambahnya usia.
Infeksi, stasis, dekonjugasi bilirubin, dan ekskresi kalsium merupakan faktor
penyebab. Bakteri gram negatif, terutama E.coli merupakan batu yang tersering
ditemukan dalam biakan empedunya.
c) Hepatolitiasis
d) Kolesistolitiasis
3.3.5 Patofisiologi
Batu Kolesterol
Kolesterol hanya sedikit larut dalam media air tetapi dibuat larut dalam
empedu melalui misel yang dicampur dengan garam empedu dan
fosfolipid, terutama lesitin. Pengendapan kolesterol terjadi ketika kelarutan
kolesterol terlampaui (indeks saturasi kolesterol> 1). Kristal kolesterol
terjadi pada keadaan fosfolipid rendah. vesikel Multilammellar kemudian
melebur dan mungkin menjadi kristal padat. Dengan demikian,
supersaturasi kolesterol dalam empedu dapat disebabkan oleh hipersekresi
kolesterol, atau dari hyposecretion garam empedu atau fosfolipid.
Penyebab utama supersaturasi kolesterol adalah hipersekresi kolesterol.
Hipersekresi mungkin karena kelainan dalam metabolisme kolesterol hati,
yaitu peningkatan penyerapan hati, meningkat sintesis de novo dan / atau
penurunan konversi terhadap asam empedu atau ester kolesterol. Sintesis
de novo kolesterol hanya menyumbang sekitar 10% dari total kolesterol
bilier, sisanya,yaitu lebih dari 80% berasal dari diet. Peningkatan
konsentrasi kolesterol dapat disebabkan oleh obesitas, diet tinggi kalori
dan kolesterol, pemberian estrogen (kontrasepsi), dan juga pada
kehamilan. Garam empedu dieksresikan dari kandung empedu masuk ke
usus, 90% akan diserap kembali dan lewat vena porta kembali ke hati dan
kantung empedu (sirkulasi enterohepatik). Hambatan dalam sirkulasi
enterohepatik akan mengurangi kadar garam empedu dalam kandung
empedu sehingga terbentuk batu empedu. Hal ini terjadi pada penyakit
Crohn (ileitis terminalis) atau setelah tindakan reseksi ileum. (4,6)
Kandung empedu adalah organ yang sangat aktif dalam absorbsi dan
fungsinya adalah mengentalkan dan mengasamkan empedu. Perubahan
dalam absorbsi natrium, klorida, bikarbonat, air akan mengubah
lingkungan saturasi kolesterol, pembentukan kristal dan presipitasi
kalsium. (4,6)
Batu Pigmen
Batu pigmen hitam terbentuk dari supersaturasi dari kalsium bilirubinat,
karbonat dan fosfat. Tingkat bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih
misalnya pada anemia hemolitik, meningkatkan bilirubin terkonjugasi,
sehingga meningkatkan pembentukan batu pigmen. Batu coklat terbentuk
terutama pada kandung empedu atau duktus biliaris, biasanya sekunder dari
infeksi bakteri yang disebabkan karena stasis empedu. Kalsium bilirubinat
yang mengedap dan sel- sel bakteri yang mati membentuk inti dari batu.
Bakteri seperti Escherichia coli mensekresi beta-glucuronidase yang akan
memecah bilirubin glukuronide yang akan menjadi bilirubin tak
terkonjugasi. Bilirubin ini akan mengendap dengan kalsium, bersama
dengan sel-sel bakteri yang mati, akan menjadi batu coklat.(6)
3.3.6 Gejala Klinis
Penting untuk menentukan gejala mana yang disebabkan oleh batu empedu
dan atau komplikasinya dengan keluhan perut lain yang tidak spesifik seperti
dyspepsia.Gejala khas pada batu empedu adalah adanya kolik bilier, keluhan ini
didefinisikan sebagai nyeri akut perut bagian atas / epigastrium yang berlangung
secara episodik selama lebih dari 15 menit dengan intensitas sedang sampai berat
dan lebih sering terjadi pada malam hari. Timbul awal nyeri kebanyakan perlahan-
lahan, tetapi pada sepertiga kasus timbul tiba-tiba. Penyebaran nyeri dapat ke
punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak bahu, disertai mual dan
muntah.(4)
A. Anamnesis
B. Pemeriksaan Fisik
Pencitraan
a) Ultrasonografi (USG)
c) Oral Cholescystography
d) CT scan
3.3.8 Komplikasi
1) Kolesistisis akut
3) Kolangitis
4) Empiema
3.3.9 Tatalaksana
1. Medikamentosa
Analgetik
2. Tatalaksana Endoskopik
Sfingterotomi endoskopik dapat dilakukan untuk mendrainase empedu dan
nanah, dan membersihkan duktus koledokus dari batu. Indikasi lain dari
sfingterotomi endoskopik ialah adanya riwayat kolesistektomi. Apabila batu
duktus koledokus besar yaitu berdiameter >2cm, sfingterotomi endoskopik
mungkin tidak dapat mengeluarkan batu tersebut. Pada penderita ini dianjurkan
litotripsi terlebih dahulu untuk mengeluarkan batu duktus koledokus secara
mekanik melalui papila vater dengan alat ulltrasonik atau laser. Umumnya
penghancuran ini dilakukan bersama – sama atau dilengkapi dengan sfingterotomi
endoskopik.
Drainase bilier transhepatik perkutan (percutaneous transhepatic biliary
drainage, PTBD) biasanya bersifat darurat dan sementara sebagai salah satu
alternatif untuk mengatasi sepsis pada kolangitis berat, atau mengurangi ikterus
berat pada obstruksi saluran empedu distal karena keganasan. Pada pasien dengan
pipa T saluran empedu dapat juga dimasukkan koledokoskop dari luar untuk
membantu mengambil batu intrahepatik.(2)
3. Tatalaksana Bedah
Pembedahan dilakukan untuk batu kandung empedu yang simtomatik.
Akan tetapi, perlu ditetapkan apakah akan dilakukan kolesistektomi profilaksis
pada batu kandung empedu asimtomatik.
Indikasi kolesistektomi secara umum adalah:
Koledokotomi
Koledokoduodenostomi
Jika duktus koledokus dianggap tidak paten misalkan karena striktur atau
common channel terlalu panjang sehingga dilatasi dan sfingterotomi tidak akan
adekuat, dapat dilakukan pintas saluran empedu dengan membuat anastomosis
duktus koledokus ke duodenum (koledokoduodenostomi latero-lateral) atau ke
jejunum (koledokoyeyunostomi Roux-en-Y).(2)
Indikasi
Absolut Relatif
- Kolangitis - ikterus
- Teraba batu - pelebaran
duktus
- batu kecil
- pankreatitis
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas yang memberat sejak
±2 hari SMRS. Setelah dilakukan anamnesis lebih lengkap, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang maka pasien ini di diagnosis Kolelithiasis +
Koledokolithiasis + Kolesistitis.
Diagnosa itu sendiri bisa ditegakkan berdasarkan hasil temuan klinis yang
didapat pada anamnesis pasien, lalu temuan yang ditemukan pada pemeriksaan
fisik serta hasil lain yang mendukung dari pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Berdasarkan anamnesis gejala yang didapatkan pada pasien ini adalah
nyeri perut kanan atas, mual muntah dan demam yang tidak terlalu tinggi, selain
nyeri yang dirasakan hilang timbul seperti ditusuk-tusuk, terasa penuh di perut
dan menjalar sampai ke punggung belakang. Pasien juga mengeluhkan badannya
kuning dan gatal-gatal diselurih tubuh. Hal ini sesuai dengan teori bahwa gejala
dari Kolelithiasis + Koledokolithiasis + Kolesistitis terjadi nyeri perut kanan atas,
mual muntah, demam, badan kuning, dan nyeri yang menjalar sampai ke
punggung.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Murphy sign (+).
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang pada faal hati mengalami peningkatan yaitu,
bilirubin total 4,0, bilirubin direk 1,0, bilirubin indirek 3,0, SGOT 192 dan SGPT
256. Pada pemeriksaan elektrolit didapatkan penurunan kalium 2,76. Pada
pemeriksaan CT Scan abdomen didapatkan kesan batu CBD bagian distal 1,1 cm,
dan batu gallbladder multiple diameter (7-9) mm. Pada pemeriksaan USG
Abdomen didapatkan kesan pelebaran duktus biliaris intrahepatal disertai multiple
choledocholithiasis (ukuran terbesar ± 0,95 cm) dan cholecystolithiasis (ukuran
terbesar ± 0,65 cm).
Diagnosa
Diagnosa pada pasien ini adalah Kolelithiasis + Koledokolithiasis + Kolesistitis +
Hipokalemi
Tatalaksana
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan
satu-satunya pilihan yang baik adalah tindakan kolesistektomi. Penangan pada
pasien ini selama observasi yaitu dipasang rehidrasi dengan Kaen 3B, pemberian
antibiotic ceftriaoxon, antinyeri berupa ketorolak, PPI berupa omeprazole, KSR,
hepatoprotektor, antipruritus, dan persiapan utntuk dilakukan kolesistektomi.
Tatalaksana
IVFD Kaen 3B 20 tpm
Ceftriaxone 1x2gr
Ketorolac 3x30 mg
Omeprazole 1x40 mg
KSR tab 2x1 tab
Heparmin 3x1 cap
Cetirizine 1x10 mg
Pro kolesistektomi
BAB IV
KESIMPULAN