Beberapa ahli sosial mengklasifikasikan kelompok sosial menjadi beberapa tipe dan
bentuk berikut ini.
Emile Durkheim, dalam bukunya yang bejudul The Divisions of Labour in Society(1968)
membedakan anatara kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanis dan kelompok
yang didasarkan pada solidaritas organis.
Kelompok acuan merupakan kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi seseorang untuk
membentuk pribadi dan perilakunya. Nilai serta norma yang berlaku dalam kelompok
dijadikan acuan untuk bersikap, menilai, dan bertindak.
Sebagai contoh seorang remaja yang dibesarkan oleh keluarganya dikawasan pedesaan
telah terbiasa bersikap dan berprilaku sesuai aturan keluarga yang bercirikan
kegotongroyongan.
1. Kerumunan (Crowd)
Kerumunan adalah kumpulan orang yang tidak teratur, terjadi secara spontan.
Kerumunan merupakan suatu kelompok sosial bersifat sementara. Kerumunan segera
berakhir, setelah orang-orang bubar. Sering dikatakan, bahwa kerumunan timbul dalam
kelas-kelas organisasi sosial suatu masyarakat. Sifatnya yang sementara tidak
memungkinkan terbentuknya tradisi dan kebudayaan tersendiri. Alat-alat pengendalian
sosial juga tidak dipunyai karena sifatnya hanya spontan.Individu-individu yang
berkerumun, mereka berkumpul secara kebetulan saja di suatu tempat dan pada waktu
yang bersamaan. Hal ini bukanlah berarti bahwa sama sekali tidak ada penyebab mengapa
mereka berkumpul.
Norma-norma dalam masyarakat atau pemerintah sering membatasi terjadinya
kerumunan. Masyarakat tertentu melarang atau membatasi diadakannya demonstrasi.
Suatu kerumunan yang sudah beraksi, bila datangnya pihak lain yang tidak bertanggung
jawab mempunyai kecenderungan merusak. Banyak bukti-bukti, bahwa kerumunan liar
dianggap sebagai gejala sosial yang kurang disukai dalam masyarakat yang teratur.
Sebaliknya ada kerumunan yang dapat diarahkan pada tujuan yang baik seperti kumpulan
manusia yang menghadiri suatu ceramah keagamaan.
Oleh karena itu, kerumunan dapat dibedakan atas:
1. kerumunan yang dikendalikan oleh keinginan-keinginan pribadi,
2. kerumunan yang berguna bagi organisasi masyarakat yang timbul dengan
sendirinya tanpa diduga sebelumnya.
Atas dasar perbedaan kerumunan tersebut, kita dapati bentuk-bentuk umum kerumunan
sebagai berikut.
a. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial.
Kerumunan ini meliputi kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan
tujuan dan kerumunan yang dialami sebagai penyalur keinginan saja.
b. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum.
Kerumunan yang bertindak secara emosional. Mencapai suatu tujuan tertentu
dengan menggunakan kekuatan fisik dan bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
Bersifat immoral: kerumunan yang bersifat merusak moral.
c. Kerumunan yang bersifat sementara.
Kerumunan yang merupakan halangan tercapainya maksud seseorang.
Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik karena terkena bencana atau
musibah lainnya.
Kerumunan penonton yang terjadi karena seseorang ingin melihat adanya kejadian
tertentu.
Penyebab adanya dinamika kelompok social. Adapun unsur-unsur tersebut adalah sebagai
berikut.
A. NORMA KELOMPOK
Kedua norma tersebut dapat memberikan pengaruh yang kuat pada tingkah laku
(Brown dalam Baron dan Byrne). Akan tetapi Cialdini dkk. Percaya bahwa pada situasi-
situasi tertentu (terutama situasi dimana tingkah laku anti sosial) cenderung muncul,
norma injungtif dapat memberikan pengaruh yang lebih kuat. Hal ini benar karena karena
dua hal:
Norma semacam itu cenderung mengalihkan perhatian dari bagaimana orang-orang
bertindak pada suatu situasi tertentu, misalnya membuang sampah sembarangan.
Norma semacam itu dapat mengaktifkan motif sosial untuk melakukan hal yang benar
dalam situasi tertentu tanpa mengindahkan apa yang orang lain lakukan.
B. KOHESI KELOMPOK
Kohesi sendiri didefinisikan sebagai bagaimana para anggota kelompok saling
menyukai dan mencintai satu dengan lainnya, dimana faktor pengikat arti kohesi adalah
daya tarik kelompok, moral/tingkat motivasi dari masing-masing anggota dan koordinasi
pada usaha-usaha anggota kelompok.
Beberapa pengertian kohesi kelompok:
1. Kohesi Kelompok
Collins dan Raven (1964) mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai kekuatan
yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal didalam kelompok dan
mencegahnya meninggalkan kelompok.
2. Kohesi Kelompok
Kohesi kelompok merupakan perasaan bersama-sama dalam kelompok dan
merupakan kekuatan yang memelihara dan menjaga anggota dalam kelompok. Taylor,
Peplau & Sears (1997: 109) mendefinisikan kohesivitas sebagai kekuatan (baik positif
ataupun negatif) yang menyebabkan anggota menetap pada suatu kelompok. Kohesivitas
bergantung pada tingkat keterikatan individu yang dimiliki setiap anggota kelompok. Daya
tarik antar pribadi merupakan kekuatan pokok yang positif.
3. Kohesi Kelompok
Hartinah (2009:72) mendefinisikan kohesi kelompok sebagai sejumlah faktor yang
mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap menjadi anggota kelompok tersebut.
Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok:
1. Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok.
2. Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok.
3. Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok.
C. KOMUNIKASI KELOMPOK
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya,
dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).
Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah,
atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam
komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan
teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
D. KONFLIK KELOMPOK
menurut Soerjono Soekanto konflik yaitu suatu proses sosial orang per orang atau
kelompok manusia yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak
lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa konflik merupakan suatu bentuk perbedaan atau pertentangan ide,
pendapat, paham, dan kepentingan diantara dua pihak atau lebih, dimana pertentangan
tersebut dapat berbentuk fisik dan nonfisik.