Anda di halaman 1dari 7

1.

KLASIFIKASI MENURUT PARA AHLI

Beberapa ahli sosial mengklasifikasikan kelompok sosial menjadi beberapa tipe dan
bentuk berikut ini.

a. Emile Durkheim (1858 – 1917)

Emile Durkheim, dalam bukunya yang bejudul The Divisions of Labour in Society(1968)
membedakan anatara kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanis dan kelompok
yang didasarkan pada solidaritas organis.

1.) Kelompok dengan solidaritas mekanis

Solidaritas mekanis lebih mengutamakan persamaan perilaku dan sikap. Pada


solidaritas ini, seluruh warga masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif, yaitu kesadaran
bersama yang mencakup keseluruhan kepercayaan dan persaan kelompok, bersifat ekstrim
serta memaksa.

Pada umumnya, spesialisasi (keahlian, pembagian kerja) individu tidak menonjol


karna siapapun dapat melakukan semua hal, sehingga kedudukan masyarakat dipandang
lebih penting dari pada kedudukan individu. Sebagai contoh, jika salah seorang anggota
meninggalkan kelompok maka tidak akan terlalu dirasakan anggota lainnya.

2.) Kelompok dengan solidaritas organis

Masyarakat dengan solidaritas organis telah mengenal pembagian kerja yang


terperinci, sehingga di persatukan oleh rasa saling ketergantunggan (Interdependency)
antar bagian. Pada masyarakat ini, ikatan utama yang mempersatukannya bukan lagi
kesadaran kolektif, melainkan kesepakatan yang terjalin diantara berbagai profesi. Hukum
yang menonjol bukan hukum pidana, melainkan hukum perdata.

Kelompok dengan organis umumnya terdapat dalam masyarakt yang kompleks,


misalnya dikawasan perkotaan.

b. Robert K. Merton (1910 – 2013)


Robert K. Merton (dalam Narwoko, 2010) menjelaskan pembedaan kelompok sosial
menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut.

1.) Kelompok keanggotaan (Membership Group)

Kelompok keanggotaan merupakan kelompok dimana seseorang menjadi anggota


secara fisik maupun administrative, namun tidak dijadikan acuan dalam sikap, penilaian,
dan tindakan.

2.) Kelompok acuan (Reference Group)

Kelompok acuan merupakan kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi seseorang untuk
membentuk pribadi dan perilakunya. Nilai serta norma yang berlaku dalam kelompok
dijadikan acuan untuk bersikap, menilai, dan bertindak.

Sebagai contoh seorang remaja yang dibesarkan oleh keluarganya dikawasan pedesaan
telah terbiasa bersikap dan berprilaku sesuai aturan keluarga yang bercirikan
kegotongroyongan.

2. KLASIFIKASI BERDASARKAN KRITERIA

1. Klasifikasi Berdasarkan Cara Terbentuknya


a. Kelompok semu, yaitu: kelompok yang terbentuk secara spontan
Ciri-ciri kelompok semu yaittu tidak direncanakan, tidak terorganisir, tidak ada interaksi
secara terus menerus,tidak ada kesadaran berkelompok, kehadiranya tidak konstan
Kelompok semu dibagi menjadi tiga yakni crowd (kerumunan), publik dan massa.
b. Kelompok Nyata, mempunyai beberapa ciri khusus sekalipun mempunyai berbagai
macam bentuk, kelompok nyata mempunyai 1 ciri yang sama, yaitu kehadirannya selalu
konstan. Kelompok nyata terdiri dari: Kelompok Statistical Group, Societal Group /
Kelompok Kemasyarakatan, Kelompok sosial / social group, Kelompok asosiasi /
associational group.

2. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Solidaritas Antara anggota


Istilah ini dipopulerkan oleh seorang sosiolog yang bernama Emile Durkheim.
a. Solidaritas Mekanik
Solidaritas mekanik adalah solidaritas yang muncul pada masyarakat yang masih
sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif serta belum mengenal adanya pembagian
kerja diantara para anggota kelompok.
b. Solidaritas Organik
Solidaritas organik adalah solidaritas yang mengikat masyarakat yang sudah kompleks dan
telah mengenal pembagian kerja yang teratur sehingga disatukan oleh saling
ketergantungan antar anggota.

3. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Erat Longgarnya Ikatan dalam Kelompok.


Klasifikasi ini diperkenalkan oleh Ferdinand Tonnies
a. Gemeinschaft / paguyuban
merupakan kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang murni,
bersifat alamiah dan kekal. Ferdinand Thonies membagi menajdi 3 bagian :
• Gemeinschaff by blood: Paguyuban karena adanya ikatan darah. Contoh : kerabat, klien
• Gemeinschaft of place: Paguyuban karena tempat tinggal berdekatan.
• Gemeinschaft of mind: Paguyuban karena jiwa dan pikiran yang sama. Contoh : kelompok
pengajian, kelompok mahzab (Sekte)
b. Gesselschaft / patembayan
Merupakan ikatan lahir yang bersifat kokoh untuk waktu yang pendek, strukturnya bersifat
mekanis dan sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka.
Contoh : ikatan antar pedagang, organisasi dalam sebuah pabrik.

4. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Indentifikasi Diri


a. In-Group yaitu suatu perasaan perikatan antara satu orang dengan orang lain dalam
suatu kelompok sosial tertentu. Perasaan tersebut sangat kuat sehingga membentuk suatu
perilaku – perilaku sosial tertentu seperti : Solidaritas, kesediaan berkorban, kerja sama,
konformitas, obediance, dan lain-lain
b. Out-Group atau Out-side feelin dimana seseorang merasa bukan bagian dari kehidupan
kelompok. Out-group feeling selalu ditandai munculnya perilaku antogonistik dan
antipati.Sehingga muncul gejala prejudiace, paranoid, etnocentristic, non koperatif, lalai,
dan sebagainya.

5. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Kualitas Hubungan diantara Para Anggotanya.


a. Kelompok Primer merupakan suatu kelompok yang hubungan antar anggotanya saling
kenal mengenal dan bersifat informal.Contoh : keluarga, kelompok sahabat, teman, teman
sepermainan.
b. Kelompok Sekunder adalah kelompok sosial yang terbentuk karena Merupakan
hubungan antar anggotanya bersifat formal, impersonal dan didasarkan pada asas
manfaat.Contoh : sekolah, PGRI

6. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Pencapaian Tujuan


a. Kelompok Formal merupakan kelompok yang memiliki peraturan-peraturan dan tugas
dengan sengaja dibuat untuk mengatur hubungan antar anggotanya.Contoh : Parpol,
lembaga pendidikan
b. Kelompok Informal merupakan kelompok sosial yang terbentuk karena pertemuan
yang berulang-ulang dan memiliki kepentingan dan pengalaman yang sama.Contoh :
anggota OSIS

Kelompok Sosial Tidak Teratur

1. Kerumunan (Crowd)
Kerumunan adalah kumpulan orang yang tidak teratur, terjadi secara spontan.
Kerumunan merupakan suatu kelompok sosial bersifat sementara. Kerumunan segera
berakhir, setelah orang-orang bubar. Sering dikatakan, bahwa kerumunan timbul dalam
kelas-kelas organisasi sosial suatu masyarakat. Sifatnya yang sementara tidak
memungkinkan terbentuknya tradisi dan kebudayaan tersendiri. Alat-alat pengendalian
sosial juga tidak dipunyai karena sifatnya hanya spontan.Individu-individu yang
berkerumun, mereka berkumpul secara kebetulan saja di suatu tempat dan pada waktu
yang bersamaan. Hal ini bukanlah berarti bahwa sama sekali tidak ada penyebab mengapa
mereka berkumpul.
Norma-norma dalam masyarakat atau pemerintah sering membatasi terjadinya
kerumunan. Masyarakat tertentu melarang atau membatasi diadakannya demonstrasi.
Suatu kerumunan yang sudah beraksi, bila datangnya pihak lain yang tidak bertanggung
jawab mempunyai kecenderungan merusak. Banyak bukti-bukti, bahwa kerumunan liar
dianggap sebagai gejala sosial yang kurang disukai dalam masyarakat yang teratur.
Sebaliknya ada kerumunan yang dapat diarahkan pada tujuan yang baik seperti kumpulan
manusia yang menghadiri suatu ceramah keagamaan.
Oleh karena itu, kerumunan dapat dibedakan atas:
1. kerumunan yang dikendalikan oleh keinginan-keinginan pribadi,
2. kerumunan yang berguna bagi organisasi masyarakat yang timbul dengan
sendirinya tanpa diduga sebelumnya.

Atas dasar perbedaan kerumunan tersebut, kita dapati bentuk-bentuk umum kerumunan
sebagai berikut.
a. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial.
Kerumunan ini meliputi kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan
tujuan dan kerumunan yang dialami sebagai penyalur keinginan saja.
b. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum.
Kerumunan yang bertindak secara emosional. Mencapai suatu tujuan tertentu
dengan menggunakan kekuatan fisik dan bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
Bersifat immoral: kerumunan yang bersifat merusak moral.
c. Kerumunan yang bersifat sementara.
Kerumunan yang merupakan halangan tercapainya maksud seseorang.
Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik karena terkena bencana atau
musibah lainnya.
Kerumunan penonton yang terjadi karena seseorang ingin melihat adanya kejadian
tertentu.

A. DINAMIKA DALAM KELOMPOK SOSIAL

1. Pengertian Dinamika dalam kelompok social menurut para ahli


Menurut Ruth Benedict, pokok persoalan (aspek) yang dikaji dalam Dinamika Kelompok Sosial
adalam sbb:
1. Kohesi atau Persatuan
Dalam persoalan kohesi akan terlihat : Tingkah laku para anggota kelompok – seperti proses
orang berkelompok, intensitas anggota, arah pilihan dan nilai-nilai yang dianut/berlaku dalam
kelompok tersebut.
2. Motif dan Dorongan
Persoalan motif berkisar pada perhatian anggota terhadap kehidupan kelompok – seperti
kesatuan kelompok, tujuan bersama, dan orientasi diri terhadap kelompok.
3. Struktur
Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokkan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan
antar anggota, dan pembagian tugas.
4. Pimpinan
Persoalan berkisar pada bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, dan system
kepemimpinan.
5. Perkembangan Kelompok
Persoalan perkembangan kelompok terlihat dari : perubahan dalam kelompok, perpecahan
kelomppok, keinginan anggota untuk tetap berada dalam kelompoknya, dan sebagainya.

Penyebab adanya dinamika kelompok social. Adapun unsur-unsur tersebut adalah sebagai
berikut.
A. NORMA KELOMPOK

Norma-norma kelompok adalah standar yang mengatur perilaku dalam suatu


kelompok. Norma-norma dapat secara eksplisit dan dicatat dengan hati-hati untuk semua
anggota pada masa depan untuk dilihat dan dipelajari, tetapi juga dapat bersifat secara
implisit, di mana transmisi norma untuk anggota baru akan tergantung pada kemampuan
dan motivasi senior anggota kelompok untuk menyampaikan secara akurat norma. Norma
memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku kelompok dan sulit untuk berubah. Lebih
menyusahkan bagi pemimpin kelompok yang ingin mengubah norma kelompok (Parks,
2004).

Jenis-Jenis Norma Sosial


Semua kelompok memiliki beberapa sistem norma yang mengatur perilaku anggotanya.
Norma membantu anggota kelompok menentukan apa yang harus dilakukan dalam situasi
yang asing, dan bagi banyak kelompok norma sangat penting untuk keberhasilan kelompok
atau organisasi. Terdapat norma untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Norma sosial
dapat bersifat formal dan non formal.

1. Norma sosial deskriptif (himbauan).


Norma deskriptif adalah norma yang hanya mendeskripsikan apa yang sebagian besar
orang lakukan pada situasi tertentu. Norma-norma ini mempengaruhi tingkah laku dengan
cara memberitahu perilaku kita mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau adaptif
pada situasi tersebut.

2. Norma injungtif (perintah)


Norma injungtif adalah norma yang harus dipatuhi atau menetapkan apa yang harus
dilakukan, tingkah laku apa yang dapat diterima atau tidak diterima pada situasi tertentu.

Kedua norma tersebut dapat memberikan pengaruh yang kuat pada tingkah laku
(Brown dalam Baron dan Byrne). Akan tetapi Cialdini dkk. Percaya bahwa pada situasi-
situasi tertentu (terutama situasi dimana tingkah laku anti sosial) cenderung muncul,
norma injungtif dapat memberikan pengaruh yang lebih kuat. Hal ini benar karena karena
dua hal:
Norma semacam itu cenderung mengalihkan perhatian dari bagaimana orang-orang
bertindak pada suatu situasi tertentu, misalnya membuang sampah sembarangan.
Norma semacam itu dapat mengaktifkan motif sosial untuk melakukan hal yang benar
dalam situasi tertentu tanpa mengindahkan apa yang orang lain lakukan.

B. KOHESI KELOMPOK
Kohesi sendiri didefinisikan sebagai bagaimana para anggota kelompok saling
menyukai dan mencintai satu dengan lainnya, dimana faktor pengikat arti kohesi adalah
daya tarik kelompok, moral/tingkat motivasi dari masing-masing anggota dan koordinasi
pada usaha-usaha anggota kelompok.
Beberapa pengertian kohesi kelompok:
1. Kohesi Kelompok
Collins dan Raven (1964) mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai kekuatan
yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal didalam kelompok dan
mencegahnya meninggalkan kelompok.
2. Kohesi Kelompok
Kohesi kelompok merupakan perasaan bersama-sama dalam kelompok dan
merupakan kekuatan yang memelihara dan menjaga anggota dalam kelompok. Taylor,
Peplau & Sears (1997: 109) mendefinisikan kohesivitas sebagai kekuatan (baik positif
ataupun negatif) yang menyebabkan anggota menetap pada suatu kelompok. Kohesivitas
bergantung pada tingkat keterikatan individu yang dimiliki setiap anggota kelompok. Daya
tarik antar pribadi merupakan kekuatan pokok yang positif.
3. Kohesi Kelompok
Hartinah (2009:72) mendefinisikan kohesi kelompok sebagai sejumlah faktor yang
mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap menjadi anggota kelompok tersebut.
Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok:
1. Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok.
2. Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok.
3. Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok.

C. KOMUNIKASI KELOMPOK
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya,
dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).
Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah,
atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam
komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan
teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

D. KONFLIK KELOMPOK

menurut Soerjono Soekanto konflik yaitu suatu proses sosial orang per orang atau
kelompok manusia yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak
lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa konflik merupakan suatu bentuk perbedaan atau pertentangan ide,
pendapat, paham, dan kepentingan diantara dua pihak atau lebih, dimana pertentangan
tersebut dapat berbentuk fisik dan nonfisik.

Anda mungkin juga menyukai