OLEH:
PENGKI YUDISTIRA
NIM: P2A918007
HEVRIATUL ULFA
NIM: P2A918024
Menurut kamus besar bahasa indonesia perumpamaan mempunyai arti seolah-olah, ibarat,
bak, seperti, laksana, macam, bagai, dan umpama. Untuk memulai sebuah perumpamaan maka akan
membutuhkan imajinasi yang kuat atau daya pikir untuk membayangkan sehingga menciptakan
gambar dan karangan yang berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang secara umum.
Dulu sekitar tahun 1880an, Galton menemukan bahwa setiap orang sangat berbeda imajinasi
mentalnya. Beberapa orang, seperti dirinya sendiri, memiliki imajinasi visual yang kuat, memiliki
imajinasi verbal yang kuat juga, dan bahkan sama sekali tidak memilikinya. Inilah yang terjadi
selama ini dan ada juga individu yang dapat melakukan keduanya, berpikir untuk menentukan
pilihan pada beberapa kemampuan. Artinya untuk membuat sebuah perumpamaan seseorang harus
memiliki imajinasi visual, verbal, maupun keduanya.
Simbol visual adalah sebuah rangkaian proses penyampaian informasi atau pesan
kepada pihak lain dengan menggunakan media penggambaran yang hanya terbaca oleh
indra penglihatan. Simbol visual contohnya adalah diagram pada geometri, integral,
matririk, sigma, variabel, dan lain sebagainya.
Verbal dapat diartikan sebagai kata yang diucapkan dan kata yang dituliskan. Verbal
banyak digunakan dalam dunia kesenian dan dalam bentuk peribahasa yang halus
memiliki arti yang kuat seperti lagu, puisi, pantun, sajak, dan lain sebagainya. Di
matematika, pada dasarnya simbol verbal banyak digunakan di materi logika yang lebih
cenderung menggunakan pengandaian dan mengibaratkan.
Kedua simbol, visual dan verbal digunakan dalam matematika secara
bersamaan maupun terpisah. Oleh karena itu, kita menemukan diagram-diagram
dengan penjelasan verbal dan, bentuk perhitungan-perhitungan trigonometri. kita
menemukan kurva disertai persamaannya, tetapi kita juga menemukan bentuk aljabar
tanpa gambar atau diagram.
Simbol visual kelihatannya menjadi dasar, paling tidak dalam menyajikan
bentuk yang sederhana untuk menunjukkan obyek yang sesungguhnya. Seperti yang
ditunjukkan Piaget, sekalipun persepsi kita terhadap sebuah obyek termasuk di dalamnya
sebuah bentuk konsep. Ketika kita melihat beberapa obyek dari sudut pandang tertentu
dalam kesempatan tertentu, pengalaman ini menimbulkan ingatan pada pengalaman-
pengalaman yang lalu sebagai sebuah abstraksi terhadap sesuatu. Kita mengakui pada
saat kita menemukan sebuah obyek baru tidak berdasarkan pada data masukan tetapi
pada konsep obyek yang diperoleh. Jadi sebuah gambaran visual, atau sebuah
representasi, dari sebuah obyek lebih baik digambarkan sebagai simbol; walaupun
konsep obyek ini merupakan aturan yang digunakan dalam matematika. Berdasarkan
sifat visual dari sebuah obyek kita lebih mudah menggambarkannya selama
digambarkan oleh simbol visual daripada simbol verbal.
Meskipun lebih mendasar, gambaran visual lebih sulit dikomunikasikan daripada
yang lain.Untuk yang terakhir, yang harus kita lakukan adalah mengubah
pemikiran vokal kita ke dalam ucapan. Tetapi untuk mengkomunikasikannya kita
harus menggambar, melukis atau membuat sebuah film. Ini memberikan pemikiran
verbal lebih memberi keuntungan dari pada visual. Lebih jauh lagi, sebuah pemikiran
perumpamaan sangat berhubungan dengan penggunaan simbol. Pemikiran yang sama
diperoleh bersamaan dengan kesadaran, tentu saja, simbol yang digunakan mempunyai
perkiraan arti yang sama untuk keduanya. Jadi ketika membicarakan pemikiran kita
kepada orang lain, kita juga mengkomunikasikan pemikiran tersebut kepada diri kita
sendiri.
Simbol visual maupun simbol verbal dapat digunakan secara bersama-sama
dalam matematika, ataupun salah satu saja. Misalkan kita menemukan diagram dengan
penjelasannya, perhitungan trigonometri, kurva beserta perhitungannya, tetapi ada juga
halaman dalam aljabar yang sama sekali tidak mengandung diagram ataupun gambar.
Meskipun ada kalanya simbol-simbol visual tersebut tidak diperlukan, akan tetapi kita
semua yakin bahwa simbol visual banyak memberikan manfaat, dan mungkin
sebagian besar lebih mudah dipahami daripada hanya dengan dituliskan dengan simbol-
simbol aljabar saja. Walaupun sederhana, gambaran visual sering lebih sulit
dikomunikasikan daripada simbol auditori. Untuk mengkomunikasikan pemikiran visual,
kita harus menggambar atau melukiskannya.
B. Penyampaian Pemikiran
Pada dasarnya pemikiran verbal yang kita miliki sebaiknya harus dapat dipahami
oleh yang lain dan bukan hanya untuk diri kita sendiri. Untuk memahami sesuatu dari
pandangan orang lain, kita harus memposisikan diri kita berada pada posisinya untuk
menggambarkan suatu hal itu, sehingga dia dapat mengatakan kepada kita apa yang dia
lihat tanpa membuat satu perubahan makna ketika berada pada posisi yang berbeda untuk
melihat hal itu. Pemahaman penggambaran tentang sesuatu hal adalah lebih bersifat
individualis, sedangkan pemahaman dari pendengaran lebih bersifat kolektif. Oleh karena
itu dapat dikatakan:
Visual : sulit untuk dikomunikasikan, dan lebih bersifat individu.
Verbal : mudah untuk dikomunikasikan, dan lebih bersifat kolektif.
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga kemampuan berkomunikasi dengan baik
merupakan satu keuntungan yang besar. Tapi manfaat dari komunikasi merupakan hal
yang kebetulan dan tidak timbul dengan sendirinya secara alami simbol-simbol itu.
Memang, kadangkala dikatakan bahwa ”sebuah gambar sama dengan seribu kata”. Jika
memang demikian, maka dari pada menulis buku (sekitar 90.000 kata), penulis akan
lebih baik menghabiskan waktu dengan membuat 90 gambar. Dengan teknik
reproduksi modern, maka publikasi tidak memiliki kesulitan apapun. Lebih lanjut,
kata-kata yang ditulis kehilangan manfaat dari interaksi antara, pendengar dan
pembicara. Jadi apakah menulis buku dan membacanya, bukannya menggambarnya dan
melihat gambaran tersebut, hanyalah sekedar kebiasaan yang diambil dari kebiasaan
percakapan dan diskusi. Ataukah juga terdapat manfaat-manfaat intrinsik di dalam
simbol jenis verbal-aljabar.
Descartes adalah pelopor dari penggabungan dua sistem. Dalam hal ini adalah
penggabungan simbol visual dan simbol verbal. Contohnya adalah pada diagram
kartesius, tentang peletakan titik-titik yang mempunyai jarak tertentu dengan dua
garis (yang berpotongan tegak lurus), dan posisi titik itu disimbolkan dengan
pasangan dua bilangan, mungkin positif atau negatif.
P mempunyai koordinat (5,2)
P berkoordinat (x,y)
Ada dua jenis symbol yang bisa digunakan untuk merepresentasikan suatu ide
yaitu symbol verbal dan symbol visual. Simbol verbal pada umumnya digunakan
pada bidang aljabar, sedangkan simbol visual biasa digunakan pada bidang geometri.
Untuk itu simbol aljabar biasa disebut dengan simbol aljabar-verbal. Beberapa
contoh penggabungan dua sistem tampak seperti penulisan titik koordinat pada
diagram kartesius, persamaan lingkaran, parabola, ellips, dan sebagainya.
Perbandingan dari dua jenis simbol yaitu simbol visual dan simbol verbal berdasar
sifatnya dapat kita tuliskan seperti di bawah ini.
Visual Aljabar-verbal
Intuitif Logis
DAFTAR PUSTAKA
http://id.m.wikipedia.org
http://kbbi.kemdikbud.go.id
Skemp, Richard. 1971. Psychology of Learning Mathematics. New York: Lawrence
Erlbaum
Associaties Inc.