Di Susun Oleh :
Lina Agustina
NPM : 017.01.3389
TAHUN2019
BAB I
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme.
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional serta kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Imelda, 2009)
Oksigen diperlukan sel untuk mengubah glukpsa menjadi energi yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas seperti aktivitas fisik, penyerapan makanan, membangun kekebalan
tubuh, pemulihan kondisi tubuh, juga penghancuran beberapa racun sisa metabolisme. (
Nikmawati, 2006)
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Otak masih
mampu mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen
berlangsung lebih dari 5 menit, maka terjadi kerusakan sel otak secara permanen.. Selain
itu oksigen digunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme
sel. Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin
Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal.
b. Faring
1) Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring
2) Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
3) Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif
c. Laring
1) Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea
2) Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
a) Epiglotis Adalah daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring
selama menelan
b) Glotis adalah ostium antara pita suara dalam laring
c) Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun (Adam's apple)
d) Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring
(terletak di bawah kartilago tiroid)
e) Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago
tiroid
f) Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan
bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring)
3) Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
4) Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing
dan memudahkan batu
d. Trakea
1) Disebut juga batang tenggorok
2) Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
c. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia)
d. Bronkiolus respiratori
1) Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
2) Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas
konduksi dan jalan udara pertukaran gas
f. Alveoli
1) Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
2) Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas
70 m2
3) Terdiri atas 3 tipe :
a) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
b) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi
surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah
alveolar agar tidak kolaps)
c) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis
dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
g. Paru-paru
1) Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
2) Terletak dalam rongga dada atau toraks
3) Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar
4) Setiap paru mempunyai apeks dan basis
5) Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
6) Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
7) Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmen bronkusnya
h. Pleura
1) Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
2) Terbagi mejadi 2 :
a) Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
b) Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
3) Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan,
juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
4) Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru.
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah
pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi
abdomen, dinding abdomen, dan pusat pernapasan di otak. Pada keadaan istirahat
frekuensi pernapasan antara 12-15 kali per menit.
b. Difusi
Yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru. Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih
rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh
darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen
antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
c. Transpor
Yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu
ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen
akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan
sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan
sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
1) Curah jantung (cardiac Output / CO)
2) Jumlah sel darah merah
3) Hematokrit darah
4) Latihan (exercise)
5) Keadaan pembuluh darah
b. Sistem kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung
untuk memompa darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari
vena pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup
aorta. Kemudian dari aorta darah disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik melalui
arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yang kemudian
dialirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam
ventrikel kanan melalui katup pulmonalis untuk kemudian dialirkan ke paru-paru
kanan dan kiri untuk berdifusi. Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke
atrium kiri dan bersikulasi secara sistemik berdampak pada kemampuan transport
gas oksigen dan karbon dioksida.
c. Hematologi
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbon
dioksia dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit
yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3 % oksigen larut dalam plasma.
Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari
keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigenasi
membentuk oksihemoglobin (HbO2). Afinitas atau ikatan Hb dengan O2 dipengaruhi
oleh suhu, ph, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah. Dengan demikian
besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan memengaruhi transport gas.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi
pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dan permukaan laut.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang
diinspirasi atau meningkatkan penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat
disebabkan oleh :
a. Menurunnya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung.
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan sianida.
d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pneumonia.
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
f. Kerusakan/gangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelahan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak
napas, dan clubbing.
G. GANGGUAN OKSIGENASI
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari
adanya gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologi
dari organ-organ respirasi. Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan
diantaranya oleh karena peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif, dan lain-
lain. Gangguan tersebu akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak
terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan respirasi dikelompokkan menjadi
tiga. Yaitu:
1. Gangguan irama pernapasan
a. Pernafasan 'cheyne-stokes' yaitu siklus pernafasan yang amplitudonya mula-mula
dangkal, makin naik kemudian makin menurun dan berhenti. Lalu pernafasan
dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis pernafasan ini biasanya terjadi pada klien
gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun
secara fisiologis, jenis pernafasan ini terutama terdapat pada orang di ketinggian
12.000-15.000 kaki diatas permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
3. Insufisiensi pernafasan
Penyebab insufisiensi pernafasan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus
b. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
c. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru
kejaringan.
4. Hipoksia.
Hipoksia adalah kekuranga oksigen dijaringan, istilah ini lebih tepat daripada
anoksia. Sebab jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan. Hipoksia
dapat dibagi kedalam kelompok yaitu :
a. Hipoksemia
b. Hipoksia hipokinetik (stagnant anoksia/anoksia bendunga)
c. Overventilasi hipoksia
d. Hipoksia histotoksik
b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Cek flowmeter dan humidifier
4) Hidupkan tabung oksigen
5) Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi
pasien.
6) Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
7) Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah
itu berikan lubrikan dan masukkan.
8) Catat pemberian dan lakukan observasi.
9) Cuci tangan
2. Fisioterapi dada
a. Perkusi
Prosedur:
1) Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk
mengurangi ketidaknyamanan.
2) Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
3) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit
4) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah cedera
seperti : mammae, sternum dan ginjal.
b. Vibrasi
Getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang
diletakkan datar pada dinding dada klien.
Prosedur:
1) Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada
yang akan di drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari
menempel bersama dan ekstensi. Cara yang lain: tangan bisa diletakkan
secara bersebelahan.
2) Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan
napas secara lambat lewat mulut atau pursed lips.
3) Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan
gunakan hampir semua tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan keaarh
bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan inspirasi.
4) Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke dalam
tempat sputum.
c. Postural drainage
2) Peralatan:
a) Bantal
b) Papan pengatur posisi
c) Tisu wajah
d) Segelas air
e) Sputum pol
3) Prosedur:
a) Cuci tangan
b) Plih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian
semua area paru, data klinis dan chest X-ray.
c) Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
d) Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
e) Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan
vibrasi dada diatas area yang di drainage
f) Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Bila
tidak bisa batuk, lakukan suction. Tampung sputum di sputum spot.
g) Minta klien istirahat sebentar bila perlu
h) Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.
i) Anjurkan klien minum sedikit air.
j) Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage
k) Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
l) Cuci tangan
m) Dokumentasikan
Prosedur:
1) Atur posisi yang nyaman
2) Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen
3) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga
4) Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung samapi
3 selama inspirasi
5) Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips braething) secara
perlahan-lahan
b. Batuk efektif
Yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.
Prosedur:
1) Tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk beberapa detik
2) Batukkan 2 kali. Pada saat batuk tekan dada dengan bantal. Tampung sekret
pada sputum pot.
3) Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat
menyebabkan fatigue dan hipoksia.
b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3) Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat
4) Gunakan sarung tangan
5) Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
6) Hidupkan mesin penghisap
7) Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam
kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
8) Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
9) Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
10) Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
11) Lakukan hingga lendir bersih
12) Catat respon yang terjadi
13) Cuci tangan
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1) Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara
fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan
tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
3) Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun.
5) Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6) Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7) Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak,
eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada
bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping
sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
1) Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
2) Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter
tranversal (1:1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-
posterior dan tranversal adalah (1 : 2)
3) Pola napas
Eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya,
Tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24
x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya
kurang dari 16 x/mnt
Apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
7) Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas
yang dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu
kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri
10) Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi
Takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
Bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
B. DIGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien
D. PELAKSANAAN
E. EVALUASI
1. Bunyi nafas
2. Bersihan jalan nafas
3. Apakah ada suara nafas tambahan atau adakah tarikan dada pada saat bernapas
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse and Alice C. Geissler (2001). Rencana
Asuhan Keperawatan Edisi ke 3. Jakarta: EGC.
Nanda-1. (2018-2020). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan klasifikasi, Edisi 11. Jakarta:
penerbit Buku Kedokteran EGC
Kozier, b. (2004). Fundamental Of Nursing: Concepts, Process, and Practice. (ed. 7). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sherwood Lauralee (2001), Fisiologi manusia. Dari Sel ke Sistem, edisi ke 2. Jakarta: EGC.
Torwato, w. (2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan. Jakarta Salemba
Medika