Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN MASALAH OKSIGENASI

Di Susun Oleh :

Lina Agustina

NPM : 017.01.3389

SEKOLAH TINGG ILMU KESEHATAN MATARAM

TAHUN2019
BAB I

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme.
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional serta kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Imelda, 2009)

Oksigen diperlukan sel untuk mengubah glukpsa menjadi energi yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas seperti aktivitas fisik, penyerapan makanan, membangun kekebalan
tubuh, pemulihan kondisi tubuh, juga penghancuran beberapa racun sisa metabolisme. (
Nikmawati, 2006)

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk


kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ dan
kehidupan sel. ( Kebutuhan Dasar Manusia; 2 ).

Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Otak masih
mampu mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen
berlangsung lebih dari 5 menit, maka terjadi kerusakan sel otak secara permanen.. Selain
itu oksigen digunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme
sel. Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin
Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal.

Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara


melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2)
sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Oksigenasi adalah memberikan
aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi
oksigen meningkat dalam tubuh.

B. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI

Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian


oksigen dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada, dan cara penghisapan
lendir (suction)
Tujuan pemberian oksigen :
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung

Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi,


kardiovaskuler dan keadaan hematologi.

C. ANATOMI SISTEM PERNAFASAN


1. Saluran Nafas Atas
a. Hidung
1) Terdiri atas bagian eksternal dan internal
2) Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago
3) Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga
hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
4) Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
5) Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir
secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
6) Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
7) Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
8) Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghirup) karena reseptor
olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalandengan
pertambahan usia.

b. Faring
1) Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring
2) Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
3) Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif

c. Laring
1) Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea
2) Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
a) Epiglotis Adalah daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring
selama menelan
b) Glotis adalah ostium antara pita suara dalam laring
c) Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun (Adam's apple)
d) Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring
(terletak di bawah kartilago tiroid)
e) Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago
tiroid
f) Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan
bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring)
3) Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
4) Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing
dan memudahkan batu

d. Trakea
1) Disebut juga batang tenggorok
2) Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina

2. Saluran Nafas Bawah


a. Bronkus
1) Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
2) Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
3) Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris
kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
4) Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental
yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
b. Bronkiolus
1) Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
2) Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas

c. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia)

d. Bronkiolus respiratori
1) Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
2) Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas
konduksi dan jalan udara pertukaran gas

e. Duktus alveolar dan Sakus alveolar


1) Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus
alveolar
2) Dan kemudian menjadi alveoli

f. Alveoli
1) Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
2) Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas
70 m2
3) Terdiri atas 3 tipe :
a) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
b) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi
surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah
alveolar agar tidak kolaps)
c) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis
dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan

g. Paru-paru
1) Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
2) Terletak dalam rongga dada atau toraks
3) Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar
4) Setiap paru mempunyai apeks dan basis
5) Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
6) Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
7) Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmen bronkusnya

h. Pleura
1) Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
2) Terbagi mejadi 2 :
a) Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
b) Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
3) Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan,
juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
4) Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru.

D. FISIOLOGIS SISTEM PERNAFASAN

Bernafas/pernapasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan


lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).

Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah
pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi
abdomen, dinding abdomen, dan pusat pernapasan di otak. Pada keadaan istirahat
frekuensi pernapasan antara 12-15 kali per menit.

1. Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :


a. Ventilasi
Yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau
sebaliknya. Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan
tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang,
diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan
gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
1) Tekanan udara atmosfir
2) Jalan nafas yang bersih
3) Pengembangan paru yang adekuat

b. Difusi
Yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru. Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih
rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh
darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen
antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.

Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :


1) Luas permukaan paru
2) Tebal membran respirasi
3) Jumlah darah
4) Keadaan/jumlah kapiler darah
5) Afinitas
6) Waktu adanya udara di alveoli

c. Transpor
Yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu
ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen
akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan
sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan
sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
1) Curah jantung (cardiac Output / CO)
2) Jumlah sel darah merah
3) Hematokrit darah
4) Latihan (exercise)
5) Keadaan pembuluh darah

2. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh system respirasi,


kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.
a. Sistem Respirasi
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan
sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan,
diafragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernapasan di otak. Bernafas
adalah pergerakan udara dari atmosfer ke sel tubuh dan pengeluaran CO2 dari sel
tubuh sampai ke luar tubuh. Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu
ventilasi, perfusi paru dan difusi.

b. Sistem kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung
untuk memompa darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari
vena pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup
aorta. Kemudian dari aorta darah disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik melalui
arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yang kemudian
dialirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam
ventrikel kanan melalui katup pulmonalis untuk kemudian dialirkan ke paru-paru
kanan dan kiri untuk berdifusi. Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke
atrium kiri dan bersikulasi secara sistemik berdampak pada kemampuan transport
gas oksigen dan karbon dioksida.

c. Hematologi
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbon
dioksia dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit
yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3 % oksigen larut dalam plasma.
Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari
keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigenasi
membentuk oksihemoglobin (HbO2). Afinitas atau ikatan Hb dengan O2 dipengaruhi
oleh suhu, ph, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah. Dengan demikian
besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan memengaruhi transport gas.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN


1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas
bagian atas.
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan
lain-lain.
e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.

2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.

3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi
pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat

4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dan permukaan laut.

5. Perubahan-perubahan fungsi jantung yang memengaruhi kebutuhan oksigenasi :


a. Gangguan kondiksi seperti distritmia (takikardia/bradikardia).
b. Perubahan cardiac output, menurunnya cardiac output seoerti pada pasien dekom
menimbulkan hipoksia jaringan.
c. Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi darah yang
mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras.
d. Myocardial iskhemial infark mengakibatkan kekurangan pasokan darah dari arteri
koroner ke miokardium.

F. PERUBAHAN FUNGSI PERNAFASAN


1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar
pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :
a. Kecemasan
b. Infeksi/sepsis
c. Keracunan obat-obatan
d. Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolic.

Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri


dada (chest pain), menurunkan konsentrasi, disorientasi , tinnitus.
2. Hipoventilasi
Hivoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi
pada keadaan atelektasis (kolaps paru).

Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,


penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdistritmia, ketidakseimbangan elektrolit,
kejang dan kardiak arrest.

3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang
diinspirasi atau meningkatkan penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat
disebabkan oleh :
a. Menurunnya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung.
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan sianida.
d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pneumonia.
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
f. Kerusakan/gangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelahan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak
napas, dan clubbing.

G. GANGGUAN OKSIGENASI
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari
adanya gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologi
dari organ-organ respirasi. Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan
diantaranya oleh karena peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif, dan lain-
lain. Gangguan tersebu akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak
terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan respirasi dikelompokkan menjadi
tiga. Yaitu:
1. Gangguan irama pernapasan
a. Pernafasan 'cheyne-stokes' yaitu siklus pernafasan yang amplitudonya mula-mula
dangkal, makin naik kemudian makin menurun dan berhenti. Lalu pernafasan
dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis pernafasan ini biasanya terjadi pada klien
gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun
secara fisiologis, jenis pernafasan ini terutama terdapat pada orang di ketinggian
12.000-15.000 kaki diatas permukaan laut dan pada bayi saat tidur.

b. Pernafasan 'biot' yaitu pernafasan yang mirip dengan pernafasan cheyne-stokes,


tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea, keadaan pernafasan ini kadang
ditemukan pada penyakit radang selaput otak.

c. Pernafasan 'kussmaul' yaitu pernafasan yang jumlah dan kedalaman meningkat


sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernafasan ini dapat ditemukan pada klien
dengan asidosis metabolik dan gagal ginjal.

2. Gangguan frekuensi pernafasan


a. Takipnea/ hipernea, yaitu frekuensi pernafasan yang jumlah nya meningkat diatas
frekuensi pernafasan normal.
b. Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana frekuensi pernafasan yang
jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernafasan normal.

3. Insufisiensi pernafasan
Penyebab insufisiensi pernafasan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus
b. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
c. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru
kejaringan.

4. Hipoksia.
Hipoksia adalah kekuranga oksigen dijaringan, istilah ini lebih tepat daripada
anoksia. Sebab jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan. Hipoksia
dapat dibagi kedalam kelompok yaitu :
a. Hipoksemia
b. Hipoksia hipokinetik (stagnant anoksia/anoksia bendunga)
c. Overventilasi hipoksia
d. Hipoksia histotoksik

H. METODE PEMENUHAN OKSIGEN


1. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam paru-
paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada
pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian
oksigen tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah
terjadinya hipoksia.

a. Persiapan Alat dan Bahan


1) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2) Nasal kateter, kanula, atau masker
3) Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)

b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Cek flowmeter dan humidifier
4) Hidupkan tabung oksigen
5) Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi
pasien.
6) Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
7) Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah
itu berikan lubrikan dan masukkan.
8) Catat pemberian dan lakukan observasi.
9) Cuci tangan
2. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang terdiri


atas perkusi, vibrasi dan postural drainage.

a. Perkusi

Disebut juga clapping adalah pukualn kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya,


pada dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.
Tujuannya, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding
bronkhus.

Prosedur:
1) Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk
mengurangi ketidaknyamanan.
2) Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
3) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit
4) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah cedera
seperti : mammae, sternum dan ginjal.

b. Vibrasi

Getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang
diletakkan datar pada dinding dada klien.

Tujuannya, vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan


turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan
bergantian dengan perkusi,

Prosedur:
1) Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada
yang akan di drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari
menempel bersama dan ekstensi. Cara yang lain: tangan bisa diletakkan
secara bersebelahan.
2) Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan
napas secara lambat lewat mulut atau pursed lips.
3) Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan
gunakan hampir semua tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan keaarh
bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan inspirasi.
4) Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke dalam
tempat sputum.

c. Postural drainage

Merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai


segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang
terbaik utnuk melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1
jam sebelum tidur pada malam hari. Postural drainage harus lebih sering dilakukan
apabila lendir klien berubah warnanya menjadi kehijauan dan kental atau ketika
klien menderita demam.

1) Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage yaitu:


a) Batuk 2 atau 3 kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi
b) Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
c) Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum
melakukan postural drainage
d) Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu
mengencerkan lendir.

2) Peralatan:
a) Bantal
b) Papan pengatur posisi
c) Tisu wajah
d) Segelas air
e) Sputum pol

3) Prosedur:
a) Cuci tangan
b) Plih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian
semua area paru, data klinis dan chest X-ray.
c) Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
d) Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
e) Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan
vibrasi dada diatas area yang di drainage
f) Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Bila
tidak bisa batuk, lakukan suction. Tampung sputum di sputum spot.
g) Minta klien istirahat sebentar bila perlu
h) Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.
i) Anjurkan klien minum sedikit air.
j) Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage
k) Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
l) Cuci tangan
m) Dokumentasikan

3. Napas dalam dan batuk efektif


a. Napas dalam
Yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari atas pernapasan abdominal
(diafragma) dan purse lips breathing.

Prosedur:
1) Atur posisi yang nyaman
2) Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen
3) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga
4) Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung samapi
3 selama inspirasi
5) Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips braething) secara
perlahan-lahan

b. Batuk efektif
Yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.
Prosedur:
1) Tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk beberapa detik
2) Batukkan 2 kali. Pada saat batuk tekan dada dengan bantal. Tampung sekret
pada sputum pot.
3) Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat
menyebabkan fatigue dan hipoksia.

4. Suctioning (pengisapan lendir)


Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu
mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.

a. Persiapan Alat dan Bahan :


1) Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan
2) Kateter pengisap lender
3) Pinset steril
4) Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
5) Kasa steril
6) Kertas tisu

b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3) Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat
4) Gunakan sarung tangan
5) Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
6) Hidupkan mesin penghisap
7) Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam
kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
8) Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
9) Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
10) Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
11) Lakukan hingga lendir bersih
12) Catat respon yang terjadi
13) Cuci tangan
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1) Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara
fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan
tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.

2) Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)


Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh
klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala,
dan Time)

3) Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun.

4) Riwayat kesehatan keluarga


Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami
masalah / penyakit yang sama.

5) Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6) Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi

7) Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak,
eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris

b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak

c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada
bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping
sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
1) Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
2) Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter
tranversal (1:1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-
posterior dan tranversal adalah (1 : 2)

Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :


 Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter
tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum
sangat menonjol ke depan.
 Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri
berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke
dalam dan diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai
dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau
perbandingannya 1 : 1.

Kelainan tulang belakang diantaranya :


 Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke
belakang.
 Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung berbentuk
cekung.
 Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.

3) Pola napas
 Eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya,
 Tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24
x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya
kurang dari 16 x/mnt
 Apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.

4) Kaji volume pernapasan


 Hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru
yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
 Hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang
ditandai dengan pernapasan yang lambat.

5) Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu


pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan
perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.

6) Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau


irreguler.
 Cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat
dan kadang diselingi apnea.
 Kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan
biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur
dan diselingi periode apnea.

7) Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas
yang dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu
kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri

8) Perlu juga dikaji bunyi napas


 Stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas
bagian atas.
 Stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi
 Wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul,
 Rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar
saat inspirasi
 Ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat
ekspirasi.

9) Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami


 Batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi,
 Non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
 Hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah

10) Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi
 Takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
 Bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.

11) Juga perlu dikaji tekanan darah


 Hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi
 Hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
12) Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah
 Anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan
kurang
 Hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah
kurang
 Hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat
kelainan internal atau eksternal
 Cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau
kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb
 Clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat
kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa,
peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa
pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar.
Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar.

B. DIGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien
D. PELAKSANAAN

Pelaksaanaan atau implementasi adalah tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan


rencana asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan tindakan yang
telah dibuat, dimana tindakan yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi
(Tarwono dan Wartonah, 2003)

E. EVALUASI

1. Bunyi nafas
2. Bersihan jalan nafas
3. Apakah ada suara nafas tambahan atau adakah tarikan dada pada saat bernapas
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse and Alice C. Geissler (2001). Rencana
Asuhan Keperawatan Edisi ke 3. Jakarta: EGC.

Nanda-1. (2018-2020). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan klasifikasi, Edisi 11. Jakarta:
penerbit Buku Kedokteran EGC

Kozier, b. (2004). Fundamental Of Nursing: Concepts, Process, and Practice. (ed. 7). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sherwood Lauralee (2001), Fisiologi manusia. Dari Sel ke Sistem, edisi ke 2. Jakarta: EGC.

Torwato, w. (2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan. Jakarta Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai