Anda di halaman 1dari 32

Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah IDK 1 ini
tentang asuhan keperawatan Infeksi.Kepada semua pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu demi kelancaran tugas ini.

Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan dalam


penulisan tugas ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan untuk kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Mataram, 29 mei 2018

Kelompok VI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
A. DEFINISI .......................................................................................... 2
B. RANTAI INFEKSI ........................................................................... 2
C. AGEN INFEKSI ............................................................................... 5
D. RESERVOAR (sumber mikroorganisme)......................................... 5
E. PORTAL OF EXIT (jalan keluar)..................................................... 6
F. CARA PENULARAN....................................................................... 6
G. PORTAL MASUK............................................................................. 6
H. DAYA TAHAN HOSPES (MANUSIA)........................................... 6
I. PROSES INFEKSI ........................................................................... 6
J. PERTAHANAN TERHADAP INFEKSI ........................................ 7
K. INFEKSI NOSOKOMIAL ............................................................... 7
L. PATOFISIOLOGI INFEKSI ............................................................ 8
M. TANDA- TANDA GEJALA INFEKSI ............................................ 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................ 10
A. Pengertian............................................................................... 10
B. Factor Risiko..................................................................................... 10
C. Outcome yang Disarankan................................................................ 10
D. Contoh penggunaan NOC................................................................. 11
E. Penggunaan NIC yang sesuai................................................... 11
BAB IV PENUTUP KESIMPULAN............................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman.Praktisiatau
teknisi yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu
melindungi klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit.Klien dalam
lingkungan keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang
menurun terhadap mikroorganisme infeksius,meningkatnya pajanan terhadap
jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur
invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory,klien dapat terpajan pada
mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut
daaapat saja resisten terhadap banyak antibiotik.Dengan cara mempraktikan
teknik pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat menghindarkan
penyebaran mikroorganisme terhadap klien.

B. Tujuan
1. Mengetahui definisi infeksi
2. Mengetahui Rantai, Proses Infeksi, Cara Penularan, Portal Of Exit (Jalan
Keluar), Reservoar (Sumber Mikroorganisme), Daya Tahan Hospes
(Manusia), Portal Masuk, Agen Infeksi
3. Mengetahui infeksi nosokomial

C. Rumusan Masalah
Mengetahui lebih detail tentang infeksi
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit.Infeksi juga disebut asimptomatik apabila
mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau
jaringan.Penyakitb akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan
perubahan pada jaringan normal.(Potter & perry Fundamental
Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005) Infeksi merupakan infeksi dan
pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,terutama yang menyebabkan
cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme,toksin,replikasi intra
selular,atau respon antigen-antibodi (Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi
25.hal :555:1998)

B. RANTAI INFEKSI
Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen –
elemen berikut :
1. Agen infeksius atau pertumbuhan patogen
2. Tempat atau sumber pertumbuhan patogen
3. Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut
4. Cara penularan
5. Portal masuk pejamu
6. Pejamu yang rentan

C. SKEMA RANTAI INFEKSI


Agen infeksius Pejamu Reservoar Portal masuk Portal keluar
I. Cara penularan
1. Agen Infeksius Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme,termasuk
bakteri,virus,jamur dan protozoa.Mikroorganisme di kulit dapat merupakan
flora residen atau transien.Organisme residen berkembang biak pada lapisan
kulit superfisial,namun 10 – 20% mendiami lapisan epidermal.Organisme
transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan orang atau objek lain
dalam aktifitas atau kehidupan normal. Kemungkinan bagi mikroorganisme atau
parasit untuk menyebabkan penyakit bergantung pada faktor – faktor berikut :
a. Organisme dalam jumlah yang cukup
b. Virulensi atau kemampuan untuk menyebabkan sakit
c. Kemampuan untuk masuk dan hidup dalam pejammu
d. Pejamu yang rentan Beberapa agen yang dapat menyebabkan infeksi,yaitu :
1) Bakteri Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia
yang sehat.Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh
dari datangnya bakteri patogen.Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan
infeksi jika manusia tersebut meniliki toleransi yang rendah terhadap
miikrooorganisme.Cintohnya Escherechia coli paling banyak dijumpai sebagai
penyebab infeksi saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya dan
menyebabkan infeksi secara aparodik maupun endemik.
Contohnya :anaerobik Gram–positif, Clostridium yang menyebabkan
gangren
(a) Bakteri Gram-positif : Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit
dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru,tulang,jantung dan infeksi
pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
(b) Bakteri Gram-negatif : Enerobacteriacae,contohnya Escherechia coli,
Proteus, Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas seringkali ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan pasien yang
dirawat.Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua
infeksi di rumah sakit.
(c) Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas
jahitan,paru dan peritoneum.
2) Virus Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai
macam virus,termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari
tranfusi,dialisis,suntikan dan endoskopi.Respiratory syncytial virus
(RSV),rotavirus dan enterovirus yang ditularkan dari kon\tak tangan ke mulut
atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian
jarum suntik,dan trasfusi darah.Rute penularan untuk virus sama seperti
mikroorganisme lainnya.Infeksi gastrointestinal,infeksi traktus
respiratorius,penyakit kulit dan dari darah.Virus lain yang sering menyebabkan
infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus,Ebola,influenza virus,herpes
simplex virus,dan varicella-zoster virus,juga dapat ditularkan.
3) Parasit dan Jamur Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat dengan
mudah menular ke orang dewasa maupun anak-anak.Banyak jamur dan parasit
dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan
immunosupresan,contohnya infeksi dari Candida albicans,Aspergiilus spp,
Cryptococcus neformans,Cryptosporidium.
2. Reservoar Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi
dapat atau tidak berkembang biak. Rservoir yang paling umum adalah tubuh
manusia. Berbagai mirroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga tubuh,
cairan dan keluaran.Untuk berkembang biak dengan cepat mkroorganismer
memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu
yang tepat, pH dan cahaya.
a. Makanan,mikroorganisme memerlukan untuk hidup,seperti Clostridium
perfringens,mikroba yang menyebabkan gangren gas,berkembang pada materi
organik lain,seperti E.coli mengkonsumsi makanan yang tidak dicerna di
usus.Organisme lain mendapat makanan dari karbondioksida dan materi organik
seperti tanah.
b. Oksigen,bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan hidup dan
multiplikasi secukupnya untuk menyebabkan sakit.Contohnya adalah
Staphylococcus aureus dan turunan organisme Streptococccus sedangkan
bakteri anaerob berkembang biak ketika terdapat atau tidak ada tersedia oksigen
bebas.Bakteri ini yang mampu menyebabkan tetanus,gas gangrene dan
botulisme.
c. Air,kebanyakan mkroorganisme membutuhkan air atau kelembaban untuik
bertahan hidup.Dan ada juga beberapa bakteri yang berubah bentuk,disebut
dengan spora,yang resisten terhadap kekeringan.
d. Suhu,mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu terentu.Namun
beberapa dapat hidup dalam temperatur yan g ekstrem yang mungkin fatal bagi
manusia.Misalnya virus AIDS,resisten terhadap air mendidih. e. pH,keasaman
suatu lingkungan menentukan kemampuan hidup suatu
mikroorganisme.Kebanyakan organisme lebih menyukai lingkungan dalam
batasan pH 5-8.
f. Cahaya,mikroorganisme berkembang pesat dalam lingkungan yang gelap
seperti di bawah balutan dan dalam rongga tubuh.Sinar ultra violet dapat eektif
untuh membunuh beberapa bentuk bakteri.
3. Portal Keluar Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuktumbuh dan
berkembang biak,mereka harus menemukan jalan keluar jika mereka masuk ke
pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Mikroorganisme dapat keluar melalui
berbagai tempatm,seperti kulit dan membran mukosa,traktus respiratoris,traktus
urinarius,traktus gastrointestinal,traktus reproduktif dan darah.
4. Cara Penularan Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoar
ke pejamu.Penyakit infeksius tertentu cenderung ditularkan secara lebih umum
melalui cara yang spesifik.Namun,mikroorganisme yang sama dapat ditularkan
melalui satu rute.Meskipun cara utama penularan mikroorganisme adalah
tangan dari pemberi layanan kesehatan,hampir semua objek dalam lingkungan
dapat menjadi alat penularan patogen.Semua personel rumah sakit yang
memberi asuhan langsuing dan memberi pelayanan diagnostik dan pendukung
harus mengikuti praktik untuk meminimalkan penyebaran infeksi.
5. Portal Masuk Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang
sama dengan yang digunakan untuk keluar.Misalnya,pada saat jarum yang
terkontaminasi mengenai kulit klien,organisme masuk ke dalam tubuh.Setiap
obstruksi aliran urine memungkinkan organisme untuk berpindah ke
uretra.Kesalahan pemakaian balutan steril pada luka yang terbuka
memungkinkan patogen memasuki jaringan yang tidak terlindungi.Faktor-
faktor yang menurunkan daya tahabn tubuh memperbesar kesempatan patogen
masuk ke dalam tubuh.
6. Hospes Rentan Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan dan
bergantung pada derajat ketahanan individu terhadap patogen,meskipun
seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang
besar,infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadapjumlah
mikroorganisme tersebut.Makin banyak virulen suatu mikroorganisme makin
besar didapati muncul di lingkungan perawatan akut.
C. AGEN INFEKSI
Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri,
virus, jamurdan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora
transient maupunresident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya
stabil, organisme ini bisahidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat
pada kulit saat seseorangkontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas
normal. Organisme ini siapditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan.
Organisme residen tidak denganmudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan
dengan sabun dan deterjen biasa kecualibila gosokan dilakukan dengan
seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksitergantung pada: jumlah
microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkanpenyakit), kemampuan
untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanandari host/penjamu.
1 .Bakteri

Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang
sehat.Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari
datangnya bakteri patogen.Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan
infeksi jika manusia tersebut meniliki toleransi yang rendah terhadap
miikrooorganisme.Cintohnya Escherechia coli paling banyak dijumpai sebagai
penyebab infeksi saluran kemih.

Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi secara aparodik


maupun endemik.

Contohnya :

1. anaerobik Gram–positif,Clostridium yang menyebabkan gangren


2. Bakteri Gram-positif : Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di
kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru,tulang,jantung
dan infeksi pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap
antibiotika.
3. Bakteri Gram-negatif : Enerobacteriacae,contohnya Escherechia
coli,Proteus,Klebsiella,Enterobacter.Pseudomonas seringkali ditemukan
di air dan penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran
pencernaan pasien yang dirawat.Bakteri gram negatif ini bertanggung
jawab sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit.
4. Serratia marcescens,dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas
jahitan,paru dan peritoneum
2 .Virus

Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam


virus,termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari
tranfusi,dialisis,suntikan dan endoskopi.Respiratory syncytial virus
(RSV),rotavirus dan enterovirus yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut
atau melalui rute faecal-oral.Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian
jarum suntik,dan trasfusi darah.Rute penularan untuk virus sama seperti
mikroorganisme lainnya.Infeksi gastrointestinal,infeksi traktus
respiratorius,penyakit kulit dan dari darah.Virus lain yang sering menyebabkan
infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus,Ebola,influenza virus,herpes
simplex virus,dan varicella-zoster virus,juga dapat ditularkan.

3 .Parasit

Cacing pita dewasa panjangnya bisa mencapai 240-300 cm. Terdiri dari
bagian kepala yang memiliki kait-kait kecil dan badannya mengandung 1000
proglotid (bagian yang mengandung telur). Siklus hidupnya mirip cacing pita
sapi, tapi babi hanya merupakan tuan rumah perantara saja. Manusia juga bisa
berperan sebagai tuan rumah perantara, dimana telur cacing mencapai lambung
bila tertelan atau bila proglotid berbalik dari usus ke lambung. Embrio lalu
dilepaskan di dalam lambung dan menembus dinding usus, lalu akan sampai ke
otot, organ dalam, otak dan jaringan dibawah kulit, dimana mereka membentuk
kista.Kista yang hidup hanya menyebabkan reaksi ringan, sedangkan kista yang
mati menimbulkan reaksi yang hebat.

4. Jamur

Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika
bakteri dan immunosupresan,contohnya infeksi dari Candida
albicans,Aspergiilus spp,Cryptococcus neformans,Cryptosporidium.
5. Kuman

Kuman adalah organisme kecil seperti virus, bakteri, jamur, protozoa


mikroskopik jahat yang dapat menyebabkan suatu penyakit atau gangguan
kesehatan. Kuman bisa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
ringan maupun berat pada tubuh organisme inangnya seperti manusia, hewan
dan sebagainya.

D. RESERVOAR (sumber mikroorganisme)


Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik
berkembang biakatau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah
manusia, binatang,makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir
adalah tubuhmanusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase.
Adanyamicroorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan
penyakit padahostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat
mikroorganisme patogenbisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier).
Kuman akan hidup danberkembang biak dalam reservoar jika karakteristik
reservoarnya cocok dengankuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air,
suhu, pH, dan pencahayaan.

E. PORTAL OF EXIT (jalan keluar)


Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan
keluar(portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi.
Sebelummenimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu
darireservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui
saluranpernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane
mukosa yangrusak serta darah.
F. CARA PENULARAN
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara
sepertikontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau
darahnya;kontaktidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita;
peralatan yangterkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor
nyamuk atau lalat.
Bibit penyakit (mikroba pathogen) dapat menular (berpindah) dari
penderita, hewan sakit atau reservoir bibit penyakit lainnya, ke manusia sehat
dengan beberapa cara.
1. Melalui Kontak Jasmaniah (PersonalContact)\
a. Kontak Langsung (Direct Contact)
Bibit penyakit menular karena kontak badan dengan badan antara
penderita dan orang yang ditulari. Misalnya penularan penyakit kelamin seperti
Sypilis, Gonorhoe, dan penyakit kulit scabies (kudis).
b. Kontak Tidak Langsung
Bibit penyakit menular dengan perantaraan benda-benda yang
terkontaminasi karena telah berhubungan dengan penderita ataupun bahan-
bahan yang berasal dari penderita yang mengandung bibit penyakit seperti
feces, urina, darah, muntahan, dan sebagainya.
2. Melalui makanan dan minuman (Food Borne Infections)
Bibit penyakit menular dengan perantaraan makanan dan minuman
yang telah terkontaminasi. Makanan dan minuman dapat terkontaminasi, dalam
perjalanan sebelum siap dikonsumsi antara lain:

a. Dari sumbernya:misalnya susu berasal dari sapi yang menderita


b. Waktu pengangkutan: misalnya diangkut dengan alat angkut yang tidak
seharusnya.
c. Tempat penyimpanan: misalnya makanan terkontaminasi oleh kotoran tikus
atau kotoran kecoa karena makanannya tidak tertutup baik.
d. Pengolahan:misalkan makanan diolah oleh petugas yang sedang sakit.
e. Penyajian: misalnya makanan dihinggapi lalat (Musca domestica).
Penyakit–penyakit yang menular dengan cara ini antara lain: Cholera, thypus
abdomalis, Dysentri.
3. Melalui Serangga (Artrhopod Borne Infection)
Bibit penyakit yang menular melalui serangga (arthropoda). Dalam
hal ini serangga pun dapat merupakan host (tuan rumah) dari bibit penyakit
ataupun sebagai (transmiter) saja. Misalnya:
a. Malaria disebabkan oleh Plasmodium sp, (protozoa) ditularkan oleh nyamuk
Anopheles sp.
b. Demam berdarah (Dengue haemorrhagic fever) disebabkan oleh virus Dengue,
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
4. Melalui udara (Air Bone Infection)
Penyakit yang menular melalui udara, terutama penyakit saluran
pernapasan seperti:
a. Melalui debu di udara yang mengandung bibit penyakit. Misalnya penularan
penyakit Tuberculosa paru-paru yang disebabkan bakteri Mycobacterium
tuberculosis.
b. Melalui tetes ludah halus (Droplet infections)
Bibit penyakit yang menular dengan perantaraan percikan ludah pada
penderita batuk atau bercakap-cakap. Misalnya:penyakit diphteri disebabkan
oleh bakteri Corynebacterium diphteriae.

Metode transfer oleh organisme yang bergerak atau dibawa dari


satu tempat ke tempatlain. Tangan pekerja kesehatan dapat membawa bakteri
dari satu orang ke orang lain.5.
Saluran pernafasan (Inhalasi)
Penularan penyakit melalui saluran udara pernapasan. Oleh karena itu ventilasi
rumah yang kurang, berjejalan (over crowding) dan tempat-tempat umum
adalah faktor yang sangat penting didalam epidemiologi penyakit ini. Penyakit
yang ditularkan melalui udara ini sering disebut air borne infection (penyakit
yang ditularkan melalui udara). Penyakit-penyakit yang masuknya melalui jalan
pernafasan: TBC paru-paru, influensa, pes, paru-paru, pneumonia
selesma,cacar, penyakit lumpuh anak-anak dan lain-lain. Sebagai contoh: orang
menderita penyakit influensa pada waktu batuk, bersi atau berbicara, akan
menyemprotkan titik-titik getah rongga hidung atau mulut yang mengandung
virus virus influenza ke dalam udara. Bila ini masuk ke dalam jalan pernafasan
(melalui rongga hidung), maka mungkin akan terjadi penularan. Cara infeksi
titik ludah (droplet infection). Suatu kebiasaan yang baik dan patut ditiru ialah:
bila batu atau bersin memalingkan muka sambil menutup mulut dan hidung
dengan tangan atau sapu tangan. Bila seorang penderita TBC meludah ke lantai
tau tanah, maka ludah yang mengandung basil-basil tbc akan mengering dan
lama kelamaan akan mendebu. Basil-basil dan debu akan berterbangan dalam
udara terbawa oleh angin. Bila ini masuk ke dalam jalan pernapasan, maka
mungkin sekali akan terjadi infeksi. Infeksi secara ini disebut infeksi debu
(airborne infection). Berludah di lantai adalah kebiasaan yang buruk sekali.
Untuk itu baiklah disediakan tempat-tempat tertentu.Infeksi debu tidak seberapa
jahat akibatnya, bila dibandingkan dengan infeksi titik ludah. Hal ini disebabkan
karena basil-basil yang jatuh ditanah dilemahkan atau dilumpuhkan oleh terik
cahaya matahari, sehingga virulensinya berkurang.

Saluran pernafasan: melalui udara pernafasan (terhirup), debu, bersin, batuk.


Penyakit yang ditularkan lewat saluran pernafasan: batuk rejan (pertusis). TBC
(tuberkulosis), radang paru (pneumonia), difteri, ISPA (infeksi saluran
pernafasan akut).
Infeksi melalui udara meliputi: Penyakit-penyakit seperti pilek-pilek, bronchitis,
tbc, pes, paru-paru, influenza, menularnya melalui udara.Penularan macam ini
ada 2 cara: (1) Benih-benih penyakit terdapat dalam titik-titik cairan yang
dikeluarkan dari hidung atau mulut waktu penderita batuk, berbicara atau
bersin; cara infeksi ini disebut infeksi titik ludah (droplet infection). Benih-
benih penyakit itu mudah hilang dari udara, jatuh ke tanah karena beratnya. (2)
Cara yang ke-2 disebut infeksi debu (airbone infection). Pada cara ini benih-
benih penyakit terdapat di udara.
Benih-benih itu asalnya dari benih-benih yang terdapat dalam ludah yang sudah
jatuh ke tanah dan mendebu. Karena sangat halus dan ringannya, benih itu dapat
berada dalam udara untuk sementara waktu. Menurut penyelidikan yang akhir-
akhir, sinarsinar ultra ungu dapat membunuh benih-benih penyakit yang
terdapat dalam udara itu. Ringkasan: Penularan melalui udara ada 2 macam:
infeksi titik ludah (droplet infection), dan infeksi debu (airborne infection)

.2. Saluran pencernaan


Bibit penyakikt masuk ke saluran makanan melalui makanan atau minuman,
alat makan yang tercemar. Penyakit-penyakit yang masuknya melalui jalan
pencernaan makanan antara lain: typhus, cholera, dysentrie, paratyphus, A, B,
dan C, penyakitpenyakit
cacing, keracunan makanan dan lain-lain. Basil-basil masuk ke dalam rongga
mulut bersama-sama dengan makanan dan minuman. Makanan-makanan yang
sudah dihinggapi lalat atau sudah bercampur dengan racun, dapat menyebabkan
berjangkitnya penyakit-penyakit tersebut di atas. Air minum yang tidak masak
lebih dahulu pun dapat merupakan bahaya bagi kesehatan. Penyakit yang
ditularkan lewat saluran makanan: disentri (basiler, amuba), hepatitis, kolera,
tifus, cacingan,
toksoplasma, koksidia dsb.
Kulit
Penyakit-penyakit yang masuknya melalui kulit: malaria, pes, penyakit anjing
gila, tetanus, bisul-bisul, penyakit cacing tambang, gonorrhoe, syphilis dan lain-
lain. Tentang penyakitpenyakit yang cara penularannya melalui kulit ada 2
macam: Kontak (Contact). Kontak disini dapat terjadi kontak langsung maupun
kontak tidak langsung melalui benda-benda yang
terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung ini
pada umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena itu
lebih cenderung terjadi di kota daripada di desa yang penduduknya masih
jarang.
1. Penularan karena hubungan langsung (direct contact).
2. Penularan karena hubungan tidak langsung (indirect contact).
Yang dimaksud dengan penularan karena hubungan langsung kalau penularan
melalui kulit yang terjadinya sebagai akibat persentuhan. Yang dimaksud
dengan penularan karena hubungan tidak langsung adalah penularan melalui
kulit yang terjadinya dengan perantaraan suatu benda mati (selendang, sapu
tangan, dan lain-lain). Penyakit gudik (kudis) penularannya mungkin secara
langsung mungkin pula secara tidak langsung. Kebiasaan untuk bertukar-
tukaran pakaian adalah suatu kebiasaan yang buruk. Tidur bersama-sama di satu
tempat tidur dengan orang yang menderita penyakit kulit pun dapat
berakibatkan penularan penyakit-penyakit tersebut. Penetrasi pada kulit. Hal ini
dapat langsung oleh organisme itu sendiri. Penetrasi pada kulit misalnya cacing
tambang, melalui gigitan vektor misalnya malaria atau melalui luka, misalnya
tetanus.
Kulit: sentuhan dengan kulit, pakaian, handuk dsb. Penyakit yang ditularkan
lewat sentuhan (kontak langsung); kudis, panu,kusta, framboesia (patek),
tetanus.
4. Melalui Hubungan Kelamin
Saluran kelamin: melalui hubungan kelamin sesama jenis atau lain jenis.
Penyakit yang ditularkan lewat saluran kelamin: sipilis, keputihan, infeksi
gonokokal, AIDS (acquired Immune Deficiency Syndrome).

5. Melalui plasenta
Melalui plasenta ibu (transplasental); dari ibu ke anak. Infeksi melalui plasenta.
Yakni infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada
waktu mengandung, misalnya syphilis dan toxoplasmosis.

6. Melalui berbagai jalur


Contohnya adalah polio yang menular melalui mulut dan nafas.

G. PORTAL MASUK
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh.
Kulitmerupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius.
Rusaknyakulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba
dapat masuk kedalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal
keluar. Faktor-faktoryang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar
kesempatan patogen masuk kedalam tubuh.

H. DAYA TAHAN HOSPES (MANUSIA)


Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen
infeksius.Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu
terhadap patogen.Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan
mikroorganisme dalam jumlahyang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai
individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanantubuh terhadap kuman yaitu
usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), statusnutrisi, terapi medis,
pemberian obat dan penyakit penyerta

I. PROSES INFEKSI
Infeksi terjadi secara progresif,berat ringannya penyakit klien tergantung
pada tingkat infeksi,patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan
pejamu.Didalam proses infeksi memiliki tahapan tertentu yaitu :
1. Periode Inkubasi Interfal antara masuknya patogen dalam tubuh dan munculnya
gejala utama.
2. Tahap Prodomal Interpal dari awitan tanda gejala non spesifik(malaise,demam
ringan,keletihan)sampai gejala yang spesifik selama masa ini,mikroorganisme
tumbuh dan berkembang biak dan klien mampu menularkan ke orang lain.
3. Tahap Sakit Interpal saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang lebih
spesifik terhadap jenis infeksi.
4. Tahap Pemulihan Interpal saat munculnya gejala akut infeksi ,lama
penyembuhannyatergantung pada beratnya infeksi dan keadaan umum
kesehatan klien.
PROSES PERADANGAN
Peradangan dapat didefinisikan sebagai reaksi jaringan terhadap cedera,
yang secara khas terdiri atas respon vaskular dan selular, yang bersama-sama
berusaha menghancurkan substansi yang dikenali sebagai asing untuk tubuh.
Proses peradangan dibagi menjadi tiga fase yaitu:
1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan tubuh terhadap
infeksi, untuk mencegah penyebaran infeksi mengalami dua cara yaitu:
a) Homeostatis yaitu terjadi vasokontriksi oleh media catekolamin dan
prostaglandin diikuti terjadinya agregasi platelet serta proses aktifitas
thromboplastin (clotting).
b) Inflammasi yaitu terjadinya vasodilatasi kapiler-kapiler sekitar daerah
radang, aktivasi sel-sel radang sampai proses fagositosis.

2. Fase Proliferatif
Fase proliferatif adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai
dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu
bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang
akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan. Fase proliferatif
mengalamai tiga tahap yaitu:
a. Granulasi adalah tersusunnya colagen primer di daerah luka atau radang,
diikuti pelapisan oleh fibroblast dan terjadinya proses angiogenesis.
b. Kontraksi adalah matrik yang tersusun oleh colagen dan fibroblast
mengadakan kontraksi menarik tepi luka untuk menutup luka.
c. Epithelialisasi adalah pertumbuhan sel-sel epitel.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai
kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi ini adalah menyempurnakan
terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan
bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna
kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan
serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut.
Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke 10
setelah perlukaan.
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan
antara kolagen yang produksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang
berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar,
sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut
dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan
jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas
normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun
outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis
masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka.

K. PERTAHANAN TERHADAP INFEKSI


Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi,yaitu :
1. Flora Normal Flora normal tubuh dapat melindungi seseorang terhadap
beberapa patogen,normalnya tubuh mengandung mikroorganisme yang ada
pada lapisan permukaan dan di dalam kulit,saliva,mukosa oral,dan
gastrointestinal. Flora normal dalam usus besar hidup dalam jumlah besar tanpa
menyebabkan sakit.Flora normal juga mensekresi substansi antibakteri di dalam
usus.
2. Pertahanan Sistem Tubuh Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan
tubuh yang unik terhadap mikroorganisme.Setiap sistem organ memiliki
mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan
fungsinya.Misalnya paru jalan masuk mikroorganisme dilapisi oleh tonjolan
seperti rambut atay silia yang secara ritmis bergerak unruk memindahkan
mukus dan organisme yang yang melekat di faring untuk di ekshalasi.
3. Respon Imun Saat mikroorganisme menginvasi memasuki
tubuh,mikroorganisme tersebut diserang pertama kali oleh monosit.Sisa
mikroorganisme tersebut kemudian memicu respon imun,materi yang tertinggal
(antigen) menyebabkan kerentanan respon yang mengubah susunan biologis
tubuh sehingga reaksi untuk paparan berikutnya berbeda dengan reaksi pertama
,respon yang berubah ini dikenal dengan respon imun.

K. INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi nosokomial disebabkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam
fasilitas keperawatan kesehatan,rumah sakit merupakan satu tempat yang paling
mungkin terdapat infeksi karena populasi mikroorganisme yang tinggi dengan
jenis virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotik. Jenis infeksi
nosokomial yaitu infeksi iantrogenik yang di akibatkan oleh prosedur diagnostik
dan terapiutik.Contohnya infeksi traktus urinarius yang terjadi setelah infeksi
kateter. Infeksi nosokomial dapat secara eksogen atau endogen Infeksi eksogen
didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu,yang bukan
merupakan flora normal contohnya adalah organisme salmonella dan klostridiun
tetani. Infeksi endogen dapat terjadi bila sebagian dari flora normal klien
berubah dan terjadi pertumbuhan yang berlebihan. Contohnya adalah infeksi
yang disebabkan oleh enterococcus,ragi dan streptococccus.

M. PATOFISIOLOGI INFEKSI
1. Infeksi Penyakit menular ok. Interaksi hospes & mikroba yg tjd secara
kebetulan a. Faktor hospes pd Infeksi
2. Syarat infeksi. organisme menular mampu : - melekat - menduduki - memasuki
hospes - berkembang biak
a. Infeksi. Pd Kulit & Mukosa Orofaring
b. Kulit à pertahanan tubuh - Kulit utuh punya lapisan keratin/ lap tanduk Luka
pada kulit infeksi - Dekontaminasi - Flora normal
3. Pada lapisan Mulut dan faring ~ kulit
a. Saluran Pencernaan- Keasaman lambung àtdk sesuai utk mikroorganisme-
Lambung cepat memindahkan isinya ke usus.- Antibodi pada usus halus
àbakteri sulit melekat pd mukosa- Flora normal
b. Saluran Pernafasan Epitel saluran pernafasan: - Mengeluarkan mukosa - Mgd
silia à mengeluarkan benda asing - Sawar Pertahanan lain - Saluran kemih
Epitel berlapis Desakan utuk mengeluarkan kemih - Konjungtiva Mekanis Lap.
Air mata
4. Radang Sebagai Pertahanan
a. Faktor Jasad Renik Pada Infeksi
b. Daya Transmisi - Pemindahan secara langsung Misal : batuk, bersin,
berciuman
- Secara tidak langsung mll udara, tanah Transfusi darah, jarum suntik mll
serangga Daya invasi Utk menimbulkan inf, jasad renik hrs mampu bertahan pd
hospes o Kemampuan menimbulkan penyakit
- Eksotoksin yg larut à sirkulasi à perubahan fisiologis - Bakteri gram (-) mgd
endotoksin à ??? à demam
5. Cara Interaksi Hospes & Jasad Renik
a. Komensalisme Hospes & agen menular tidak saling menyerang
b. Mutualisme Interaksi tsb menguntungkan keduanya
6. Infeksi Oportunistik Organisme yg tidak berpengaruh pd individu sehat àlingk.
Salah àpenyakit Contoh:
a. Pd RS à pend. Ggn gizi à inf.
b. Lekemi
c. Kortikosteroid. dll

M. TANDA- TANDA GEJALA INFEKSI


Apa Saja Tanda-tanda dan Gejala Infeksi Gejala dan Tanda-tanda Infeksi -
Luka sangat rentan terhadap infeksi baik dari virus, bakteri maupun jamur.
Namun terkadang kita tidak menyadari kapan infeksi mulai terjadi pada luka
sehingga setelah infeksi sudah sangat parah kita baru tahu karena menimbulkan
masalah kesehatan sehingga kita harus merogoh uang lebih banyak untuk
mengobatinya. Untuk itu kita perlu mengetahui gejala atau tanda-tanda awal
dari infeksi yaitu dolor, kalor, rubor, tumor dan fungsio laesa. Wah... apaan tu ?
Mari kita bahas satu-satu.
o Dolor
Dolor adalah rasa nyeri, nyeri akan terasa pada jaringan yang mengalami
infeksi. Ini terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi mengeluarkan zat
tertentu sehingga menimbulkan nyeri. Rasa nyeri mengisyaratkan bahwa terjadi
gangguan atau sesuatu yang tidak normal [patologis] jadi jangan abaikan rasa
nyeri karena mungkin saja itu sesuatu yang berbahaya.
o Kalor
Kalor adalah rasa panas, pada daerah yang mengalami infeksi akan terasa
panas. Ini terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran darah lebih banyak ke
area yang mengalami infeksi untuk mengirim lebih banyak antibody dalam
memerangi antigen atau penyebab infeksi.
o Tumor
Tumor dalam kontek gejala infeksi bukanlah sel kanker seperti yang umum
dibicarakan tapi pembengkakan. Pada area yang mengalami infeksi akan
mengalami pembengkakan karena peningkatan permeabilitas sel dan
peningkatan aliran darah. Rubor Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area
yang mengalami infeksi karena peningkatan aliran darah ke area tersebut
sehingga menimbulkan warna kemerahan.
o Fungsio Laesa
Fungsio laesa adalah perubahan fungsi dari jaringan yang mengalami infeksi.
Contohnya jika luka di kaki mengalami infeksi maka kaki tidak akan berfungsi
dengan baik seperti sulit berjalan atau bahkan tidak bisa berjalan. Jika infeksi
sudah cukup lama maka akan timbuh nanah [pes]. Nanah terbentuk karena
"perang" anatara antibody dengan antigen sehingga timbullah nanah, jika
ditenggorokan disebut dahak [batuk berdahak]. Dengan pemeriksaan
nanah/dahak ini kita bisa mengetahui jenis antigen yang menyebabkan infeksi.
Bagaimana jelaskan apa saja tanda-tanda infeksi - Gejala dan Tanda-tanda
Infeksi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN RISIKO INFEKSI APLIKASI NANDA,
NOC, NIC

RISIKO INFEKSI
(Risk for Infection)

A. Pengertian
Peningkatan risiko untuk terinvasi oleh organisme pathogen.

B. Factor Risiko
1. Prosedur Invasif.
2. Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen.
3. Trauma.
4. Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan.
5. Ruptur membran amnion.
6. Agen farmasi (imunosupresan).
7. Malnutrisi.
8. Peningkatan paparan lingkungan pathogen.
9. Imunosupresi.
10. Ketidakadekuatan imun buatan.
11. Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan
respon inflamasi).
12. Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan
peristaltik).
13. Penyakit kronik.

C. Outcome yang Disarankan


1. Pencegahan aspirasi.
2. Kontrol risiko komunitas: penyakit menular.
3. Keyakinan tentang kesehatan.
4. Akses hemodialisis.
5. Akibat immobilisasi: psikologis.
6. Status imun.
7. Perilaku pengebalan (imunisasi).
8. Infeksi berat.
9. Infeksi berat: BBL.
10. Pengetahuan: control infeksi.
11. Pengetahuan: penatalaksanaan prosedur.
12. Status nutrisi.
13. Control risiko.
14. Control risiko: penyakit menular seksual.
15. Deteksi risiko.
16. Perawatan diri: kebersihan.
17. Integritas jaringan: kulit dan mukosa membrane.
18. Perilaku penatalaksanaan: sakit atau injury.
19. Penyembuhan luka: penyembuhan primer.
20. Penyembuhan luka: penyembuhan sekunder.

D. Contoh penggunaan NOC


1. Kontrol risiko
Definisi: tindakan individu untuk mencegah, mengeliminasi, atau
mengurangi modifikasi tindakan kesehatan.

Criteria Tidak pernah Jarang Sewaktu- Sering Konsisten


ditunjukkan waktu
(1) (2) (3) (4) (5)
Menunjukkan √
factor risiko
Kembangkan √
strategi
control risiko
efektif
Komit √
menggunakan
strategi
control risiko

2. Penyembuhan luka: primer


Definisi: tingkat regenerasi sel dan perkembangan penyatuan jaringan.

Criteria Luas banyak cukup sedikit Tidak ada


(1) (2) (3) (4) (5)
Drainase √
purulen
Luka √
berbau
Perubahan √
suhu kulit
Tidak ada sedikit cukup banyak Luas
(5) (4) (3) (2) (1)
Penyatuan √
luka

E. Penggunaan NIC yang sesuai.


1. NIC yang sesuai dengan NOC control risiko, diantaranya:
Kontrol infeksi.
Definisi: mengurangi penambahan dan transmisi agen infeksi.
Aktivitas terkait dengan control infeksi, diantaranya:
a. Pertahankan teknik aseptic dan APD.
b. Ganti letak IV atau kateter sesuai panduan umum.
c. Lakukan perawatan membrane mukosa dan kulit.
d. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local.
e. Berikan antibiotic sesuai kolaborasi.
f. Bersikan lingkungan secara tepat setelah digunakan oleh pasien.
g. Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan.
h. Batasi jumlah pengunjung
i. Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu
j. Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat
k. Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
l. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan setelah meninggalkan
ruangan pasien
m.Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
n. Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
o. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat
p. Ajarkan pasien untuk pengambilan urin porsi tengah
q. Tingkatkan asupan nutrisi
r. Anjurkan asupan cairan
s. Anjurkan istirahat
t. Berikan terapi antibiotik
u. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala dari infeksi
v. Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi

2. NIC yang sesuai untuk NOC penyembuhan luka primer, diantaranya:


Perawatan luka
Definisi: pencegahan komplikasi luka dan peningkatan penyembuhan luka.
Aktivitas terkait perawatan luka diantaranya:
a. Monitor karakteristik luka.
b. Lakukan dressing.
a. Lakukan perawatan dengan teknik steril.
b. Cukur rambut sekitar luka.
c. Periksa luka setiap kali dressing.
d. Lakukan dressing sesuai tipe luka.
F. Contoh Kasus Penerapan Diagnose Keperawatan Risiko Infeksi
Tanggal 2 November 2009

Tn. Y, 29 tahun dengan post sigmoidestomy. Pada hari ke 7 post op


didapatkan data sebagai berikut: keluhan tidak minat dan selera untuk makan,
mual tidak ada, intake cairan hanya ± setengah botol air mineral (500 cc)
perhari, konjungtiva pucat, kapilary reppil 3-4 detik. Terdapat stoma pada
region kiri bawah abdomen, sekitar stoma agak lembab, terdapat luka
laparatomy posisi vertical dengan ukuran ± 10 cm, Hb 10 gr%, klien terpasang
Infus RL 20 tpm.

Analisa Data:
No Data Senjang Masalah Penyebab

2/11/09
DS: Risiko infeksi.
08.00
-

DO:
 Terpasang IV line.
 Insisi laparatomy ± 10 cm.
 Hb 10 gr%.

Contoh Rencana Keperawatan


Tgl/jam DK NOC NIC

2/11/091  Kontrol risiko Kontrol infeksi:


08.00  Penyembuhan luka:
primer  Pertahankan teknik aseptic
dan APD.
Setelah dilakuakan tindakan  Ganti letak IV atau kateter
3x24 jam, diharapkan: sesuai panduan umum.
 Menunjukkan factor risiko  Lakukan perawatan
(1) membrane mukosa dan kulit.
 Kembangkan strategi  Monitor tanda dan gejala
control risiko efektif (5) infeksi sistemik dan local.
 Komit menggunakan  Berikan antibiotic sesuai
strategi control risiko (5) kolaborasi.
 Drainase purulen (5)
 Luka berbau (5) Perawatan luka:

 Perubahan suhu kulit (5)


 Penyatuan luka (1)  Monitor karakteristik luka.
 Lakukan dressing.
 Lakukan perawatan dengan
teknik steril.

Contoh pendokumentasian Catatan Perkembangan:

Tgl/jam Implementasi Evaluasi


2/11/09 Mengkaji area insersi 14.00
08.00 laparatomy. S:
 Melakukan perawatan Tidak ada keluhan nyeri atau gatal
area insersi IV line. di area insersi.
 Melakukan perawatan O:
luka dan aff hacting selang-  Tidak ada tanda peradangan.
seling.  Penyatuan luka baik.
 Mengelola pemberian A:
ceftazidin 1 gram/IV.  Drainase purulen (5)
 Luka berbau (5)
 Perubahan suhu kulit (5)
 Penyatuan luka (1)
P:
 20.00: injeksi ceftazidin 1
gram/IV.

Catatan:

Untuk penentuan skor pada criteria hasil NOC perlu kesepakatan, sehingga
pernyataan (A) boleh dengan kaalimat keterangan, seperti “luka tidak berbau”,
dll.

BAB IV
PENUTUP KESIMPULAN
1. Faktor- faktor yang menyebabkan perkembangan infeksi tergantung dari agen
yang menginfeksi, respon dan toleransi tubuh, faktor lingkungan, resistensi
antibiotika, dan faktor alat.
2. Agen Infeksi yang kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada:
karakteristik mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat
virulensi, dan banyaknya materi infeksius. Respon dan toleransi tubuh pasien
dipengaruhi oleh: Umur, status imunitas penderita, penyakit yang diderita,
obesitas dan malnutrisi, orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan
dan steroid, intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa
dan terapi. Faktor lingkungan dipengaruhi oleh padatnya kondisi rumah sakit,
banyaknya pasien yang keluar masuk, penggabungan kamar pasien yang terkena
infeksi dengan pengguna obat-obat immunosupresan, kontaminasi benda, alat,
dan materi yang sering digunakan tidak hanya pada satu orang pasien.
Resistensi Antibiotika disebabkan karena: Penggunaan antibiotika yang tidak
sesuai dan tidak terkontrol, dosis antibiotika yang tidak optimal, terapi dan
pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat, dan kesalahan
diagnosa. Faktor alat, dipengaruhi oleh pemakaian infus dan kateter urin lama
yang tidak diganti-ganti.

DAFTAR PUSTAKA
Iriyanto, koes .2006. Mikrobiologi. Margahayu Permai Bandung.hal 109-120
Olmsted RN. APIC Infection Control and Applied Epidemiology:
Principles and Practice. St.LouisMosby:1996.
Pohan, HT. Current Diagnosis and Treatment in Internal Medicine.
Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
Jakarta;2004.
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta;
2001.
http://nirwan-anwarcom.blogspot.com/2009/04/patofisiologi-infeksi.html
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made
Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Diposting oleh Imam Rizky di 06.25

Anda mungkin juga menyukai