Anda di halaman 1dari 20

Elektro Mekanik Industri

Catatan pribadi dasar-dasar elektro mekanik industri

Mengenal PLC Siemens "SIMATIC Controllers"


Programmable logic controller (PLC) adalah suatu system control yang terdiri dari peralatan elektronik yang digunakan untuk
mengontrol proses tertentu (baca artikel sebelumnya disini). PLC merupakan bagian system control yang terhubung dengan komponen
control seperti switch, solenoid, dan sensor-sensor lainnya. PLC yang merupakan bagian control system terhubung langsung dengan
proses control yang dilakukan sesuai dengan program yang ada pada memori. PLC akan menerima data sinyal masukan,
memprosesnya dan menghasilkan keluaran sebagai data keluarannya.

Dari gambar blok diagram diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Input interface (masukan) : berupa sinyal dari peralatan lain seperti photoelektrik, microswitch, pushbutton, dan masih
banyak lagi, baik dalam bentuk analog maupun digital yang digunakan sebagai signal instruksi dalam program.

Output interface (keluaran) : hasil dari eksekusi suatu program yang terhubung dengan peralatan lain seperti relay, lampu
indicator dan lain-lainnya. Output ini bisa berupa analog maupun digital dan AC ataupun DC.
Power Supply (catu daya): merupakan unit yang menyediakan daya untuk kebutuhan PLC.

Central Processing Unit (CPU): suatu perangkat yang mampu untuk menyimpan data dan program. Didalam PLC
digunakan untuk memproses program, sinyal I/O serta berkomunikasi dengan peralatan lain.
Memory: tempat menyimpan program dan data aplikasi yang ada pada PLC.

Simatic Controller sebagai PLC conventional Siemens dapat dihubungkan ke semua jaringan via integrated interface atau
communication processor yang meliputi sistem dibawah ini:

Industrial Ethernet (IEEE 802.3 dan 802.3u)

PROFINET

PROFIBUS (IEC 61158/EN 50170)


AS-Interface

KNX (EN 50090, ANSI EIA 776)


Point-to-Point Connection (PPI), dengan special protocol RK 512, 3964(R), dan ASCII
Multipoint-enabled Interface (MPI)

SIMATIC S7-200 TM

Berikut ini adalah feature yang dimiliki oleh S7-200 antara lain adalah sebagai berikut:

Onboard CPU memory hingga 8 KB dan telah terintegrasi 8-40 I/O


Memiliki area address I/O sampai maksimal 128/120 digital dan 30/15 analog

Tersedia CPU dengan versi supply tegangan 24VDC atau 120VAc-230 VAC

Dapat diprogram dengan menggunakan bahasa pemrograman PLC seperti LAD, FBD, dan STL.

Dapat di ekspansi sampai 7 Expansion Module (EM) tergantung pada CPU-nya


Expansion Modules(EM):

Digital Input Modules:

24 VDC

120/230 VAC

Digital Output Modules:

24 DC

Relay

Analog Input Modules:


Tegangan

Arus
Resistant

Thermocouple

Analog Output Modules:

Tegangan

Arus

Communication Processors (CP):

AS-Interface via CP

Profibus via CP dan DP slave

MPI sebagai MPI slave

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing block diatas:

Mode Selector : digunakan untuk pemilihan mode manual, yaitu stop, term, dan run. Mode stop digunakan apabila
program tidak dieksekusi, mode term bila program dieksekusi yang memungkinkan peaksesan read/write dari PG, dan
mode run yang hanya memungkinkan program PLC hanya bisa dibaca PG.

Status indicators (LEDs): LED yang bisa menunjukkan PLC dalam keadaan internal CPU fault (SF, LED nyala merah),
berada pada mode run (RUN, LED nyala warna hijau), atau PLC berada pada mode stop (STOP, LED nyala warna
kuning).

Memory Card: slot memory card, sebuah memory card dapat menyimpan program tanpa membutuhkan baterai.
PPI Connection: digunakan untuk menghubungkan device programming, teks display atau CPU yang lain.

SIMATIC S7-300 TM
Berikut ini adalah feature yang dimiliki yang dimiliki oleh S7-300 antara lain adalah sebagai berikut:

Memory, memiliki main memory 1400KB (CPU319), Micro Memory Card 8MB,dan backup data dan program dapat
dilakukanmelaui MMC.

Dapat diekspand sampai 32 modul

Memiliki area address I/O hingga 8192 bytes

Language programming, KOP(LD), FUP (FBD), AWL (IL), S7-Graph (SFC), S7-SCL (ST) S7-HiGraph, dan CFC

Comunication

MPI

PtP via CP

AS-Interface via CP
Profibus via CP

Profinet via CP

Industrial Ethernet

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing block diatas:

Signal Module (SM) :

Digital Input Modules:

24 VDC

120/230 VAC

Digital Output Modules:

24 DC

Relay

Analog Input Modules:

Tegangan

Arus
Resistant

Thermocouple
Analog Output Modules:

Tegangan

Arus

Interface Module (IM), IM 360/IM361 dan IM365 memungkinkan untuk membuat konfigurasi bertingkat. Bus dari interface
module akan membentuk loop antara tingkat yang satu dengan tingkat berikutnya.

Dummy Module (DM), menyediakan slot untuk signal module yang mana parameternya belum pernah ditetapkan, atau
bias juga digunakan untuk menyediakan slot untuk instalasi interface module.

Function Module (FM), memainkan fungsi special seperti counting, posisioning, dan close-loop control.
Communication Processor (CP), menyediakan fasilitas jaringan seperti PPI connection, profibus, dan industrial Ethernet.

SIMATIC S7-400 TM

Berikut ini adalah feature yang dimiliki oleh Simatic S7-400 antara lain :

Memory, memiliki main memory 30MB (CPU 417), memory card 64MB, backup data atau program oleh baterai backup
atau Flash EPROM
Memiliki area address I/O hingga 16384 bytes

Language programming, KOP(LD), FUP (FBD), AWL (IL), S7-Graph (SFC), S7-SCL (ST) S7-HiGraph, dan CFC

Comunication

MPI

PtP via CP

AS-Interface via CP

Profibus via CP

Profinet via CP

Industrial Ethernet

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing block diatas:

Signal Module (SM) :

Digital Input Modules:

24 VDC

120/230 VAC
Digital Output Modules:

24 DC
Relay

Analog Input Modules:

Tegangan

Arus

Resistant

Thermocouple

Analog Output Modules:

Tegangan

Arus

Interface Module (IM), IM 360/IM361 dan IM365 memungkinkan untuk membuat konfigurasi bertingkat. Bus dari interface
module akan membentuk loop antara tingkat yang satu dengan tingkat berikutnya. Interface module menyediakan
beberapa koneksi antara berbagai variasi rack, antara lain:

UR1 (Universal Rack), yang dapat dikoneksikan sampai 18 modul

UR2 (Universal Rack), yang dapat dikoneksikan sampai 9 modul


ER1 (Expansion Rack), yang dapat dikoneksikan sampai 18 modul

ER2 (Expansion Rack), yang dapat dikoneksikan sampai 9 modul

Dummy Module (DM), menyediakan slot untuk signal module yang mana parameternya belum pernah ditetapkan, atau
bias juga digunakan untuk menyediakan slot untuk instalasi interface module.

Function Module (FM), memainkan fungsi special seperti counting, posisioning, dan close-loop control.

Communication Processor (CP), menyediakan fasilitas jaringan seperti PPI connection, profibus, dan industrial Ethernet.

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing blok diatas yaitu:

Fault LEDs, LED untuk status dan kesalahan (fault) pada CPU, baik eksternal maupun internal.

Slot for memory card digunakan untuk memasukkan RAM atau Flash memory card sebagai load memory eksternal.
Mode Selector,

MRES, memory reset function (Modul RESet)


STOP, mode stop mengindikasikan bahwa tidak ada program yang dieksekusi dan disable output.
RUN, mode dimana program sedang dieksekusi yang mana hanya memungkinkan pembacaan program
melalui PG.
RUN-P, mode dimana program sedang dieksekusi yang mana masih memungkinkan pengaksesan
Read/Write melalui PG.

MPI/DP Interface, yang biasa digunakan untuk membangun koneksi online ke device programming, menghubungkan
dengan distributed peripheral (DP), atau untuk pertukaran data dengan station yang lain (S7 Communication).

External battery supply, socket tambahan baterai eksternal 5VDC sampai 15 VDC untuk membackup RAM ketika power
supply dimatikan.

Struktur Pemrograman PLC

Programmable logic controller menyediakan berbagai macam type block yang mana user program berhubungan dengan data yang
dapat disimpan. Tergantung pada keperluan proses, program dapat disusun didalam block-block yang berbeda. Berikut ini adalah type
dari program block:

Organization Block (OB) adalah bentuk interface diantara operating system dan user program. Seluruh program dapat
disimpan didalam OB1 yang secara siklis dikenal oleh operating system (program linear) atau program dapat dipisah dan
disimpan dalam beberapa block (program terstruktur). Itulah sebabnya organization block dikenal sebagai operating
system.
Function (FC) berisi actual user program yang fungsional. Itulah yang memungkinkan untuk membuat program fungsi
yang kompleks sehingga dengan begitu dapat ditugaskan oleh parameter. Sebagai hasilnya, fungsi juga cocok untuk
pemrograman terulang, pemrograman fungsional yang komplek seperti kalkulasi.
Sistem function (SFC) adalah integrasi fungsi parameter-assignable didalam operating system CPU.

Function block (FB).Secara mendasar function block (FB) menawarkan kemampuan yang sama seperti fungsi. Sebagai
tambahan, function block mempunyai area memory tersendiri dalam bentuk data block. Function block cocok untuk
pemrograman terulang dan pemrograman fungsional yang komplek seperti closed-loop control.
System function block (SFB) adalah integrasi fungsi parameter-assignable didalam operating system CPU. Fungsi dan
kemampuannya telah ditetapkan.

Data block (DB) adalah area data dari user program dimana data user diatur secara terstruktur.

Ada beberapa pilihan bahasa pemrograman yang dapat digunakan didalam STEP 7 yaitu:
Ladder Diagram (LAD), yaitu bahasa pemrograman yang mirip dengan diagram rangkaian. Bahasa pemrograman ini
sering menjadi daya tarik bagi pemrogram yang mempunyai background sebagai drafting dan electrical, karena
menggunakan symbol-symbol seperti coil, contact,dll.
Statment List (STL), yang terdiri dari kumpulan statment instruksi STEP 7. Bahasa pemrograman ini lebih disukai oleh
programer yang familiar menggunakan berbagai bahasa pemrograman.
Function Block Diagram (FBD), yaitu bahasa pemrograman yang menggunakan box-box fungsi. FBD memberi
keuntungan dapat digunakan oleh “non-programmer” karena setiap box-box telah mengindikasikan fungsi tertentu seperti
opersai fungsi logika.

Berikut ini akan dibahas struktur pemrograman PLC menggunakan ladder diagram (LAD).
Bit Logic Instructions
Instruksi bit logic bekerja dalam dua digit (0 dan 1), yang merupakan bentuk sistem bilangan biner. Bit 1 mengindikasikan keadaan aktif
(energize) dan bit 0 mengindikasikan keadaan tidak aktif (deenergize). Instruksi bit logic menginterpretasikan keadaan signal 1 dan 0
dan kombinasinya menurut aljabar boolean. Hasil kombinasinya juga menghasilkan 1 dan 0 yang disebut RLO (result of logic
operation). Operasi logic yang ditriger oleh bit logic memainkan berbagai fungsi. Ada beberapa intruksi bit logic yang memainkan
fungsi-fungsi berikut ini:

—| |—Normally Open Contact (Address)

Normally Open Contact ditutup ketika nilai bit yang tersimpan pada alamat yang telah ditetapkan oleh <address> sama
dengan “1″. Ketika contact ditutup, aliran daya mengalir tepat melewati contact dan RLO bernilai “1″. Sebaliknya, ketika
keadaan signal yang dispesifikasikan oleh <address> adalah “0″, contact terbuka. Ketika contact terbuka, daya tidak
mengalir melewati contact dan RLO bernilai “0″. Ketika dirangkai seri, NOC dihubungkan ke bit RLO oleh logika AND.
Sebaliknya bila dirangkai parallel, NOC dihubungkan ke bit RLO oleh logika OR.

—| / |—Normally Closed Contact (address)


Normally Closed Contact ditutup ketika nilai bit yang tersimpan pada alamat yang telah ditetapkan oleh <address> sama
dengan “0″. Ketika contact ditutup, aliran daya mengalir tepat melewati contact dan RLO bernilai “1″. Sebaliknya, ketika
keadaan signal yang dispesifikasikan oleh <address> adalah “1″, contact terbuka. Ketika contact terbuka, daya tidak
mengalir melewati contact dan RLO bernilai “0″. Ketika dirangkai seri, NCC dihubungkan ke bit RLO oleh logika AND.
Sebaliknya bila dirankai parallel, NCC dihubungkan ke bit RLO oleh logika OR.

XOR function (Exclusive OR)


XOR function merupakan sebuah jaringan NOC dan NCC yang harus dirangkai seperti ditunjukkan pada gambar berikut:

XOR (bit exclusive OR) membuat RLO bernilai “1″ jika keadaan signal jika 2 bit yang ditetapkan mempunyai nilai yang

berbeda.

—|NOT|—Invert Power flow

Invert power flow yang menegasi bit RLO. Bila keadaan signal input adalah “1″ maka keadaan signal output adalah “0″,
begitu juga sebaliknya jika keadaan signal input adalah “0″ maka keadaan signal output adalah “1″.
—( ) Output Coil

Output coil bekerja seperti coil dalam diagram logic relay. Jika ada aliran daya menuju coil (RLO = 1), bit lokasi <address>
diset “1″. Jika tidak ada aliran daya ke coil (RLO = 0), bit lokasi <address> diset “0″. Output coil hanya dapat diletakkan
pada ladder sebelah kanan paling akhir. Multiple element output dimungkingkan (maksimum 16 element output). MCR
(Master Control Relay) dependency diaktifkan hanya jika output coil ditempatkan disebelah zona MCR aktif. Sampai
aktifnya zona MCR , MCR “ON”dan ada aliran daya ke output coil, dan bit alamat diset status aktif dari power flow. Jika
MCR “off”, logic “0″ ditulis ke alamat yang telah dispesifikasikan tidak peduli apapun status aliran daya.

—( # )—Midline Output

Midline output adalah sebuah penugasan intermediate element yang mana menyimpan bit RLO (status power flow) ke
alamat yang ditetapkan <address>. Element midline output menyimpan hasil operasi logika dari element percabangan
terdahulu. Bila dirangkai seri dengan contact, midline output dimasukkan seperti contact. Element midline output mungkin
tidak pernah dihubungkan dengan ke power rail atau langsung setelah koneksi percabangan atau pada akhir setelah
percabangan. Negasi midline output dapat dibuat menggunakan invert power flow.

—(R) Reset Coil

Reset coil hanya dieksekusi jika RLO (aliran daya ke coil) dari instruksi terdahulu bernilai “1″. Jika aliran daya ke coil
(RLO = “1″), alamat yang telah ditetapkan <address> dari element direset ke “0″. Jika tidak ada aliran daya ke coil (RLO
=”0″) tidak mempunyai effect dan keadaan element tidak diubah. <address> mungkin juga menjadi timer/counter yang
mana nilai timer/counternya direset “0″.

—(S) Set Coil

Set coil hanya dieksekusi jika RLO (aliran daya ke coil) dari instruksi terdahulu bernilai “1″. Jika RLO bernilai “1″,
<address> dari element diset “1″. RLO tidak mempunyai effect apapun jika bernilai “0″ dan keadaan <address> dari
element tidak diubah.

RS Reset-Set Flip Flop

RS flip flop direset jika keadaan signal bernilai “1″ pada R input, dan bernilai “0″ pada S input. Sebaliknya, jika keadaan
signal bernilai “0″ pada R input dan keadaan signal bernilai “1″ pada S input maka flip flop akan diset. Jika RLO pada
kedua input bernilai “1″, perintah pada kepentingan pertama. RS flip flop pertama mengeksekusi instruksi reset kemudian
instruksi set pada <address>, sehingga address ini tetap mengeset untuk pengingat scanning program. Instruksi set dan
reset hanya diekskusi ketika RLO bernilai “1″. Jika RLO bernilai “0″ maka instruksi ini tidak mempunyai efect dan keadaan
signal <address> tidak diubah. MCR dependency diaktifkan hanya jika RS flip flop ditempatkan disebelah zona aktif MCR.
Didalam zona aktif MCR, Jika MCR “on” bit <address> direset ke “0″ atau diset ke”1″ sebagai penguraian diatasnya. Jika
MCR “off”, keadaan bit <address> tidak diubah bagaimana pun keadaan input.

SR Set-Reset Flip Flop

SR flip flop diset jika keadaan signal bernilai “1″ pada S input, dan bernilai “0″ pada R input. Sebaliknya, jika keadaan
signal bernilai “0″ pada S input dan keadaan signal bernilai “1″ pada R input maka flip flop akan diset. Jika RLO pada
kedua input bernilai “1″, perintah pada kepentingan pertama. SR flip flop pertama mengeksekusi instruksi set kemudian
instruksi reset pada <address>, sehingga address ini tetap mereset untuk pengingat scanning program. Instruksi set dan
reset hanya diekskusi ketika RLO bernilai “1″. Jika RLO bernilai “0″ maka instruksi ini tidak mempunyai efect dan keadaan
signal <address> tidak diubah. MCR dependency diaktifkan hanya jika RS flip flop ditempatkan disebelah zona aktif MCR.
Didalam zona aktif MCR, Jika MCR “on” bit <address> diset ke “1″ atau direset ke”0″ sebagai penguraian diatasnya. Jika
MCR “off”, keadaan bit <address> tidak diubah bagaimana pun keadaan input.
—(N)— Negative RLO Edge Detection

Negative RLO edge detection mendeteksi perubahan signal dari “1″ ke “0″ pada bit alamat <address> dan
memperlihatkannya sebagai RLO= “1″ setelah instruksi. Keadaan signal sekarang pada RLO dibandingkan dengan
keadaan signal dari bit alamat <address>, bit edge memory. Jika keadaan signal dari bit alamat <address> bernilai “1″
dan RLO sebelum instruksi bernilai “0″, maka RLO akan menjadi bernilai “1″ setelah instruksi ini. RLO lebih dahulu
disimpan kedalam bit alamat <address>.

—(P)— Positive RLO Edge Detection

Positive RLO edge detection mendeteksi perubahan signal dari “0″ ke “1″ pada bit alamat <address> dan
memperlihatkannya sebagai RLO= “1″ setelah instruksi. Keadaan signal sekarang pada RLO dibandingkan dengan
keadaan signal dari bit alamat <address>, bit edge memory. Jika keadaan signal dari bit alamat <address> bernilai “1″
dan RLO sebelum instruksi bernilai “1″, maka RLO akan menjadi bernilai “1″ setelah instruksi ini. RLO lebih dahulu
disimpan kedalam bit alamat <address>.

—(SAVE) Save RLO into BR Memory

Save RLO into BR Memory menyimpan kedalam bit BR (binary result) dari status word. Pertama kali mengecheck bit/FC
tidak direset. Untuk alasan ini, status dari bit BR dimasukkan operasi logika AND pada network berikutnya. Instruksi
“save” tidak direkomendasikan untuk digunakan karena bit BR dapat dimodifikasi oleh beberapa instruksi. Sebaiknya
menggunakan instruksi save sebelum meninggalkan suatu block, karena ENO output (=BR bit) kemudian diset ke nilai bit
RLO dan kemudian mengecek error pada block.
NEG Address Negative Edge Detection

NEG (Address Negative Edge Detection) membandingkan keadaan signal dari <address1> dengan keadaan signal dari
pengamatan sebelumnya, yang disimpan dalam <address2>. Jika keadaan RLO sekarang bernilai “1″ dan keadaan
sebelumnya adalah “0″, bit RLO akan menjadi bernilai “1″ setelah instruksi ini.

POS Address Positive Edge Detection

POS (Address Positive Edge Detection) membandingkan keadaan signal dari <address1> dengan keadaan signal dari
pengamatan sebelumnya, yang disimpan dalam <address2>. Jika keadaan RLO sekarang bernilai “1″ dan keadaan
sebelumnya adalah “0″, bit RLO akan menjadi bernilai “1″ setelah instruksi ini.

Comparison Instructions

CMP?I Compare Integer


Compare integer dapat digunakan seperti sebuah contact biasa. Dia dapat dilokasikan di posisi mana saja dimana
contact dapat diletakkan. IN1 dan IN2 dibandingkan menurut type perbandingan (==,<>,<,>,<=,>=) yang dipilih. Jika
perbandingan benar, RLO dari fungsi bernilai “1″. Jika box dirangkai seri, maka box dihubungkan ke RLO oleh operasi
logika AND, sedangkan jika box dirangkai paralel maka box dihubungkan ke RLO oleh operasi logika OR.

CMP?D Compare Double Integer

Compare double integer dapat digunakan seperti sebuah contact biasa. Dia dapat dilokasikan di posisi mana saja dimana
contact dapat diletakkan. IN1 dan IN2 dibandingkan menurut type perbandingan (==,<>,<,>,<=,>=) yang dipilih. Jika
perbandingan benar, RLO dari fungsi bernilai “1″. Jika box dirangkai seri, maka box dihubungkan ke RLO oleh operasi
logika AND, sedangkan jika box dirangkai paralel maka box dihubungkan ke RLO oleh operasi logika OR.
CMP?R Compare Real

Compare real dapat digunakan seperti sebuah contact biasa. Dia dapat dilokasikan di posisi mana saja dimana contact
dapat diletakkan. IN1 dan IN2 dibandingkan menurut type perbandingan (==,<>,<,>,<=,>=) yang dipilih. Jika
perbandingan benar, RLO dari fungsi bernilai “1″. Jika box dirangkai seri, maka box dihubungkan ke RLO oleh operasi
logika AND, sedangkan jika box dirangkai paralel maka box dihubungkan ke RLO oleh operasi logika OR.

Conversion Instructions
Instruksi konversi membaca isi dari parameter IN dan meng-konvertnya atau mengubah tandanya. Hasilnya dapat diragukan pada
parameter OUT. Berikut ini adalah beberapa type instruksi konversi:

BCD_I BCD to Integer

BCD_I (mengkonversi sistem bilangan BCD ke integer) membaca isi parameter IN sebanyak 3 digit (angka kode BCD +/-
999) dan mengkonversinya ke bilangan integer 16 bit. Hasilnya dikeluarkan oleh parameter OUT. ENO selalu mempunyai
keadaan signal yang sama seperti EN.

I_BCD Integer to BCD


I_BCD (mengkonversi system bilangan Integer ke BCD) membaca isi parameter IN sebagai nilai integer 16 bit dan
mengkonversinya ke bilangan BCD (+/- 999). Hasilnya dikeluarkan melalui parameter OUT. Jika terjadi overflow, nilai
ENO akan menjadi bernilai “0″.

I_DINT Integer to Double Integer

I_DINT (mengkonversi system bilangan Integer ke double integer) membaca isi parameter IN sebagai nilai bilangan
integer 16 bit dan mengkonversinya ke double integer 32 bit. Hasilnya dikeluarkan melalui parameter Out. ENO selalu
mempunyai keadaan signal yang sama seperti EN.

BCD_DI BCD to Double Integer

BCD_DI (mengkonversi system bilangan BCD ke double integer) membaca isi dari parameter IN sebagai bilangan BCD 7
digit (+/- 9999999) dan mengkonversikannya kedalam bilangan double integer (32 bit). Hasilnya dikeluarkan melalui
parameter OUT. ENO selalu mempunyai keadaan signal yang sama seperti EN.
DI_BCD Double Integer to BCD

DI_BCD (mengkonversi system bilangan double integer ke BCD) membaca isi dari parameter IN sebagai bilangan double
integer 32 bit dan mengkonversikannya ke dalam bilangan BCD 7 digit (+/- 9999999). Hasilnya dikeluarkan melalui
parameter OUT. Jika terjadi overflow, ENO akan bernilai “0″.

DI_REAL Double Integer to Floating Point

DI_REAL (mengkonversi system bilangan double integer ke floating point) membaca isi dari parameter IN sebagai
bilangan double integer dan mengkonversikannya kedalam system bilangan real. Hasilnya dikeluarkan melalui parameter
OUT. ENO selalu mempunyai keadaan signal yang seperti EN.

INV_I Ones Complement Integer


INV_I (Ones complement integer) membaca isi parameter IN dan mengoperasikannnya sebagai fungsi Boolean XOR
dengan mask hexadecimal W#16#FFFF. Instruksi ini mengubah setiap bit kedalam keadaan sebaliknya. ENO selalu
mempunyai keadaan signal yang sama seperti EN.

INV_DI Ones Complement Double Integer

INV_DI (Ones complement double integer) membaca isi dari parameter IN dan mengoperasikannya sebagai fungsi
Boolean XOR dengan mask hexadecimal W#16#FFFFFFFF. Instruksi ini mengubah setiap bit kedalam keadaan
sebaliknya. ENO selalu mempunyai keadaan signal yang sama seperti EN.

NEG_I Twos Complement Integer

NEG_I (twos complement integer) membaca isi dari parameter IN dan mengoperasikannya sebagai instruksi twos
complement. Instruksi twos complement sama dengan perkalian oleh “-1″ dan mengubah tandanya (contohnya bilangan
positif menjadi bilangan negative). ENO selalu mempunyai keadaan signal seperti EN dengan pengecualian jika EN=1
dan terjadi overflow, maka keadaan signal ENO = 0.

NEG_DI Twos Complement Double Integer

NEG_DI (Twos Complement Double Integer) membaca isi dari parameter IN dan mengoperasikannya sebagai instruksi
twos complement. Instruksi twos complement sama dengan perkalian oleh “-1″ dan mengubah tandanya (contohnya
bilangan positif menjadi bilangan negative). ENO selalu mempunyai keadaan signal seperti EN dengan pengecualian jika
EN=1 dan terjadi overflow, maka keadaan signal ENO = 0.

NEG_R Negate Floating Point Number

NEG_R (negate floating point) membaca isi dari parameter IN dan mengubah tandanya. Instruksinya sama dengan
perkalian oleh (-1) dan mengubah tandanya misalnya dari nilai positif menjadi nilai negative. ENO selalu mempunyai
keadaan signal seperti EN.

ROUND Round to Double Integer


ROUND (round to double integer) membaca isi dari parameter IN sebagai bilangan real dan mengkonversikannya
kedalam bilangan double integer 32 bit. Hasilnya dibulatkan kedalam bilangan integer terdekat. Jika bilangan real berada
diantara dua bilangan integer, bilangan genap dikembalikan. Hasilnya dikeluarkan melalui parameter OUT. Jika terjadi
overflow, Eno akan bernilai “0″.

TRUNC Truncate Double Integer Part

TRUNC (truncate double integer) membaca isi dari parameter IN sebagai bilangan real dan mengkonversikannya ke
dalam bilangan double integer 32 bit. Hasilnya “double integer pembulatan ke nol” dikeluarkan melalui parameter OUT.
Jika terjadi overflow, ENO akan bernilai “0″.

CEIL Ceiling

Anda mungkin juga menyukai