Anda di halaman 1dari 15

DASAR-DASAR KONSELING dan PSIKOTERAPI

Pendekatan Konseling Psikoanalisis

Disusun Oleh :
Yunika Dwi Saputri (1511417031)
Dini Amalia Utami (1511417072)
Savitri Mia Pertiwi (1511417095)
Nur An’nisa (1511417123)
Rombel 3

Dosen Pengampu : Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si.

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
KONSELING PSIKOANALISIS

Peletak dasar teori psikoanalisis (psychoanalytic) adalag Sigmund Shlomon


Freud, seorang ahli saraf, yang menaruh perhatian pada ketidaksadaran.
Kepribadian manusia terbesar berada pada dunia ketidaksadaran dan merupakan
sumber energi perilaku manusia yang sangat penting.
Freud dilahirkan di Freiburg, Moravia (Cekoslovakia) pada 1856. Pada usia
83 tahun dia meninggal di London. Buku yang sangat berpengaruh terhadap
pemikirannya adalah The Origin of the Species karya Darwin. Freud meraih gelar
profesor pada 1902 di Vienna.
Freud ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
filsafat, ilmu pengetahuan, dan lebih khusus lagi psikologi. Psikoanalisis terus
berkembang dengan aliran-aliran neo Freudian diantaranya: Ego psychology ( E.H
Erikson) Psychoimagination therapy ( J.E Shorr), Psychomitesis ( H.C Tien), dan
Unconscious negativism stategy ( J. Kesten).
Letak keunggulan psikoanalisis dalam konseling menurut Freud adalah
sangat efektif untuk menyembuhkan klien atau pasien yang histeris, cemas, obsesi
neurosis. Namun demikian kasus-kasus sehari-hari dapat juga digunakan
pendekatan psikoanalisis ini untuk mengatasinya (Hansen, 1982).

A. Teori Kepribadian
Teori-teori kepribadian yang dikemukakan Freud diantaranya : teori topografi,
struktural, genetik, dan dinamika.
1. Topografi Kepribadian
Menjelaskan tentang kepribadian manusia yang terdiri dari sub-subsistem.
Bagi Freud kepribadian itu berhubungan dengan alam kesadaran
(awareness). Alam kesadaran dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu, alam
sadar (conscious/Cs), alam prasadar (preconscioud /Pcs), dan alam bawah
sadar (Unconscious/Ucs).
a) Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat,
menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini
memiliki ruang yang sangat terbatas dan saat individu menyadari
berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.
Contoh : terjatuh, menulis, mendengarkan, mengendarai motor.
b) Alam prasadar adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan
dan perasaan yang berfungsi mengantarkan ide, ingatan dan perasaan
tersebut kedalam sadar jika kita berusaha mengingatkannya kembali.
Alam sadar ini bukan bagian dari alam sadar, tetapi bagian lain yang
biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyadari sesuatu.
Contoh : merencanakan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya.
c) Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar
dan sebagai bagian terpenting dari struktur psikis, karena segenap
pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak
dapat disadari lagi akan tersimpan di dalamnya.
Contoh : seorang yang pernah mengalami bullying di masa lampau
ketika ia dewasa akan mengingat kembali pengalaman tidak
mengenakan tersebut.

2. Struktur Kepribadian
Freud beranggapan bahwa kepribadian manusia tersusun secara struktural.
Teori structural berarti penjelasan tentang interaksi antara tiga elemen
struktur peralatan mental (mental apparatus) yaitu id, ego, dan superego.
a. Id adalah subsistem kepribadian yang asli, yang dimiliki individu sejak
lahir, Karena itu biasanya disebut sebagai subsistem kepribadian yang
primitive. Menurut Freud kerja id terutama digerakkan oleh Libido yang
secara luas bermakna energy psikis untuk beradaptasi secara fisiologis
dan sosial dalam bentuk upaya mempertahankan dan mengembangkan
spesienya (Kardiner dkk., 1966).
Contoh : insting dasar seperti kebutuhan fisiologis, kebutuhan kasih
sayang dan ketika masih bayi saat ia buang air besar dan kecil popok
yang digunakan terasa tidak nyaman, perasaan tidak nyaman tersebut
akan keluar dalam bentuk menangis. Sang bayi akan terus menangis
hingga popoknya tidak lagi basah dan perasaan tidak nyaman tersebut
akan hilang dengan sendirinya.
b. Ego adalah bagian subsistem kepribadian yang diperoleh saat lahir,
tetapi dipelajari sepanjang berinteraksi dengan lingkungannya. Ego
merupakan mediator antara dorongan biologis yang datang dari id dan
tuntutan superego atau hati nurani yang terbentuk dari orang tua,
budaya, dan tradisi. Cara kerja ego adalah menganut prinsip realitas
(reality psinciples), yang bertugas untuk mengendalikan tuntutan
instingtif dan pertimbangan kode moral.
Contoh : maka anak mulai usia 3 tahun adalah awal mula anak bisa
mulai diajak negosiasi. Misalkan, ‘ayo makan dulu habis ini baru main
lagi’, kalau mau main, sebentar ya tunggu ibu mandi dulu’ dsb.
c. Superego merupakan lawan dari id, Yakni subsistem kepribadian yang
dikembangkan dari kebudayaan dan nilai-nilai sosial, bukan dari faktor
biologis. Superego terbentuk karena interaksi dengan orang tua dan
masyarakat. Karena itu subsistem superego ini berisi “kode moral” yang
selalu menentang kehendak id. Jadi superego merupakan kata hati
seseorang dan karena itu merupakan control dalam (internal-control)
individu.
Kasus id, ego, dan super ego sumber Kompasiana.com
Rara adalah seorang anak remaja zaman sekarang. Rara dilahirkan
oleh kedua orang tua yang berada pada golongan berada. Ia memiliki
teman bernama Sasi dan Maura, mereka bertiga bersahabat sejak mereka
SMP. Mereka bertiga baru saja lulus dari SMA dan melanjutkan ke
perguruan tinggi ternama. Sasi dan Maura satu perguruan tinggi,
sedangkan Rara berbeda perguruan tinggi dengan mereka.
Dihari pertama masuk kuliah Rara berjumpa dengan banyak orang
baru yang belum ia kenal sama sekali. Rara kemudian duduk di tangga
lobby kampusnya, ia lalu dihampiri oleh tiga orang perempuan dan
mereka berkenalan lalu saling akrab. Ternyata tiga perempuan tersebut
satu fakultas dan satu kelas dengan Rara. Tiga perempuan tersebut
bernama Febi, Laras dan Irma, ketiga perempuan ini memiliki sikap
yang bertolak belakang dengan Rara. Ketiga perempuan ini merupakan
perempuan-perempuan soleh dan rajin beribadah. sedangkan Rara ada
sosok yang jarang atau terkadang masih bolong-bolong dalam
melaksanakan solat. Rara dan ketiga teman nya itu ternyata menjadi
akrab, Rara selalu diajak untuk melakukan sholat, mengingatkan untuk
sholat, dan mengajak untuk puasa sunnah senin - kamis bersama.
Suatu hari pada hari libur kuliah Rara berada didalam kamarnya,
kemudian pintu kamar nya ada yang mengetuk. Ternyata setelah
dibukakan pintu oleh Rara yang datang ternyata sahabat Sasi dan Maura.
Sasi dan maura menanyakan bagaimana kampus tempat Rara kuliah,
bergosip-gosip ria, dan pembicarakan dan merencanakankapan mereka
bertiga dapat liburan bersama-sama. Setelah pembicaraan selesai Sasi
mengajak kedua sahabatnya untuk ikut bersama datang pada acara party
temannya. Awalnya Rara menolak ajakan Sasi karena ia takut tidak
diizinkan oleh orang tuanya. Akan tetapi karena Maura juga membantu
Sasi untuk membujuk Rara ikut, pada akhirnya merek bertiga pergi ke
party tersebut dan baru pulang larut malam.
Beberapa bulan kemudian Rara mendapatkan berita buruk bahwa
usaha kedua orang tuanya bangkrut. Kehidupan Rara berubah seratu
delapan puluh derajat berubah. Rara menjadi sedih, tidak bergairah, dan
depresi. Kemudian sahabat-sahabat Rara terutama Sasi dan Maura ikut
prihatin dan ingin menghibur Rara dengan melakukan shopping dimall.
Rara sangat menolak ajakan tersebut karena ia sudah tidak memiliki
uang untuk berfoya-foya lagi, akan tetapi kedua teman nya tetap
memaksa dan akhirnya Rara setuju dengan ajakan mereka.
Sesampainya di Mall, Rara lupa dengan kesedihannya. Dan mereka
mengujungi beberapa toko bermerek. Pada satu toko Rara melihat,
menyukai dan ingin memiliki barang tersebut akan tetapi harga barang
tersebut cukup mahal. Rara sudah tidak berjaya seperti dahulu ia harus
memikirkan bagaimana hari esok jika ia membeli barang tersebut. Rara
mengurungan niatnya nya untuk membeli barang itu. Kemudian kedua
sahabat Rara turut prihatin kepadanya. Kedua sahabatanya kemudian
menyarankan beragam macam cara untuk Rara bisa membeli barang
tersebut dan salah satu cara yang dianjurkan adalah dengan mengambil
barang milik teman kampusnya yang akrab dengan nya. Kemudian
setelah barang itu dicuri olehnya, Rara dapat menjualan nya dan
mendapatkan keuntungan yang besar dan dapat membeli barang yang ia
inginkan. Rara mempertimbangankan cara tersebut.
Keesokan harinya dikampus Rara bertemu dengan Febi, Laras, dan
Irma. Mereka bertiga ada kuliah sampai jam setengah 12, kemudian Febi
mengajak teman-teman nya untuk kemesjid lebih awal agar bisa
melakukan sholat berjamaah disana. sesampainya dimesjid Febi, Laras
dan Irma izin untuk mengambil wudhu duluan dan menitipkan barang
berharga dan tasnya pada Rara.Seketika Rara mengingat perkataan
kedua sahabatanya tentang mencuri barang milik teman nya dan
menjualnya sehingga ia bisa membeli barang yang ia inginkan. akan
tetapi Rara dan masih Ragu akan semuanya hati kecilnya berkata "jika
ia mengambil barang teman nya ia akan mendapatkan barang yang ia
inginkan, akan tetapi mencuri itu adalah berbuatan yang tidak terpuji
dan akan menimbulkan dosa yang cukup besar, akan tetapi disini lain
Rara sangat membutuhkan uang untuk membeli barang tersebut".
Perang hati-hati Rara semakin menjadi antara memenuhi keinginan
nya atau melawan keinginannya. Pada akhirnya Rara memutuskan
untuk tidak mengambil barang teman-teman nya karena takut berbuat
dosa dan takut dijauhin oleh teman nya jika ia ketahuan mencuri. Dan
Rara juga mempertimbangan barang yang ia inginkan merupakan
barang yang tidak terlalu penting dalam hidupnya. Lalu setelah teman
nya tiba selesai berwudhu, giliran Rara untuk berwudhu dan melakukan
sholat zuhur berjamaah.
Dari contoh diatas sangat jelas bahwa id nya adalah ketika Rara
menginginkan dan ingin sekali memliki barang tersebut. Egonya ketika
suara hatinya berkata antara mencuri atau tidak mencuri. super egonya
ketika Rara berpikir takut akan dosa.
3. Perkembangan Kepribadian
Secara genetis perkembangan kepribadian berkembang melalui
beberapa tahap yaitu, tahap oral, tahap anal, tahap falik, tahap laten, dan tahap
genital. Freud mengemukakan bahwa tahapan perkembangan ini sangat
penting terutama bagi pembentukan kepribadian di kemudian hari.
a) Fase Oral
Fase ini terjadi sejak lahir hingga akhir tahun pertama. Pada fase ini anak
berkembang berdasarkan pengalaman kenikmatan erotik pada daerah mulut.
Akibat yang ditimbulakn jika tidak memperoleh kepuasan secara erotik ini
diantaranya anak akan mengalami problem kepribadian misalnya,
ketidakmampuan berhubungan dengan orang lain, tidak dapat mencintai
dan mempercayai orang lain, terjadinya isolasi dan penarikan diri dari
lingkungan sosialnya, dan penolakan terhadapa afeksi.
Contoh : seorang bayi mendapat zat-zat nutrisi untuk mempertahankan
hidupnya dan memperoleh kepuasan / kesenangan dengan mengisap puting
susu ibunya. Dan juga bayi mengisap ibu jari mereka sebagai sebuah
pertahanan atas kecemasan yang dapat memuaskan kebutuhan seksual,
tetapi bukan kebutuhan nutrisi mereka.
b) Fase Anal
Fase ini terjadi mulai usia dua sampai akhir tahun ketiga. Perkembangan
anak pada fase ini berpusat pada kenikmatan pada daerah anus. Pada fase
anal anak mulai belajar untuk mengendalikan buang air, termasuk untuk
belajar menerima perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan serta
berpengalaman memperoleh reaksi-reaksi dari orang tua berhubungan
dengan pengendalian baung air.
Selama fase anal, peran latihan buang air (toilet training) sangat penting
untuk belajar disiplin dan moral. Jika terjadi penanganan yang salah
sepanjang fase ini dapat berakibat buruk pada anak, diantaranya timbul
sikap yang oposisional, tidak peduli dengan lingkungan sosialnya, dan
berperilaku kompulsi.
Contoh : anak mulai belajar mengendalikan aktivitas buang air kecil dan
buang air besarnya dengan toilet training. Misalnya pada siang hari anak
diajarkan untuk menahan buang airnya dan pada malam hari anak diajarkan
untuk membuang air secara teratur seperti 2 jam sekali di bangunkan untuk
membuang air kecil. Selama proses tersebut anak juga belajar untuk
mengelola pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengatasi
pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut.
c) Fase Falik
Fase ini terjadi mulai usia empat hingga lima tahun. Pusat kenikmatan
berpusat pada alat kelamin, yaitu penis pada anak laki-laki dan klitoris pada
anak perempuan. Jadi selama fase ini aktivitas seks lebih intens terjadi pada
anak.
Pada fase ini anak mulai belajar menerima perasaan-perasaan seksualnya
sebagai hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara
sehat. Mereka mulai mengembangkan hati nurani, dan mengenal standard
moral, baik dan buruk. Mereka mulai kritis terhadap kelola orang tua yang
dipandangnya tidak tepat.
Kegagalan pada fase ini dapat berakibat kebingungan akan peran seks
secara wajar, kegagalan dalam menemukan standar moral yang tepat.
Contoh : anak mulai menaruh perhatian kepada alat kelaminnya dan mulai
menangkap perbedaan antara alat kelamin perempuan dan laki-laki. Anak
mulai tertarik pada orang tua yang berlainan jenis kelamin dengan dirinya.
Selain itu, anak mungkin akan menjadi senang memainkan kelaminnya.
Maka, anak harus dijelaskan bagaimana ia harus menyentuh,
membersihkan, dan menjaga alat kelaminnya.
d) Fase Laten (Pragenital)
Fase ini terjadi antara lima atau enam tahun hingga pubertas. Pada tahap ini
terjadi perhentian perkembangan. Sepanjang fase ini anak menjalankan
tugas-tugas belajar. Sekalipun instink seksual direpresi sepanjang masa ini,
daya ingat pada seksualitas sepanjang masa-masa sebelumnya masih ada
dan akan mempengaruhi perkembangan kepribadian.
Contoh : anak tidak terlalu menaruh perhatian pada diri dan bagian
tubuhnya, karena anak mulai pada masa sekolah, sehingga perhatiannya aka
tercurahkan pada kegiatan belajar. Dan juga anak belajar bersosialisasi
dengan teman-temannya dan membentuk kelompok pertemanan.
e) Fase Genital
Fase ini terjadi pada masa pubertas yang ditandai oleh perilaku yang non-
narsistik. Mereka mulai tertarik pada lawan jenis, bersosialisasi dan
beraktivitas kelompok, perkawinan dan membangun keluarga, menjalin
hubungan kerja. Sepanjang fase ini mereka lebih memfokuskan pada
hubungannya dengan orang lain.
Contoh : anak mulai menunjukkan bahwa ia tertarik dengan lawan jenis dan
mulai menjalin hubungan dengan lawan jenisnya seperti berpacaran
kemudian menikah dan berumah tangga.

4. Dinamika Kepribadian
Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut terdapat dinamika yang
berbentuk interaksi antara kekuatan-kekuatan psikis yang ada pada diri
manusia, yaitu instink dan pertahanan. Manusia memiliki instink menjadi
sumber energi psikis dalam mengarahkan tindakannya memenuhi
kebutuhannya dan keinginannya.
Namun demikian, tidak setiap kebutuhan dan keinginan secara langsung
dapat terpenuhi. Kode moral yang tugas utamanya adalah menegendalikan
dorongan-dorongan tersebut.
Kecemasan yaitu perasaan kekhawatiran karena keinginan dan tuntutan
internal tidak dapat terpenuhi dengan sebaiknya. Ada tiga macam kecemasan
yaitu :
 Kecemasan Realitas
Merupakan kecemasan individu akibat dari ketakutan menghadapi
realitas sekitarnya.
Contoh : seseorang takut untuk keluar rumah karena takut terjadi
kecelakaan pada dirinya.
 Kecemasan Neurotik
Merupakan kecemasan karena khawatir tidak mampu mengatasi atau
menekan keinginan primitifnya.
Contoh : Karena keinginan anak tidak dipenuhi oleh orang tuanya, si anak
lantas ingin marah-marah kepada orang tuanya namun, karena takut
dimarahi atau diberi hukuman kembali oleh orang tua, si anak hanya bisa
diam saja.
 Kecemasan Moral
Merupakan kecemasan akibat dari rasa bersalah dan ketakutan dihukum
oleh nilai-nilai yang ada pada hati nuraninya.
Contoh : seseorang akan merasakan kecemasan-kecemasan jika ia tidak
mampu mengurus orang tuanya yang memasuki usia lanjut ketika ia
dewasa nanti.

Terdapat pula bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri yang umum terjadi :


1. Distorsi
Pertahanan yang dilakukan dengan melakukan penyangkalan terhadap
kenyataan hidupnya, dengan tujuan untuk menghindari kecemasannya.
Contoh :
Seseorang dengan gangguan fungsi jantung menolak untuk mengetahui
kondisi penyakitnya dan tidak mau menjalani pengobatan dan mengubah
pola hidup menjadi lebih sehat.
2. Proyeksi
Upaya menyalahkan orang lain atas kesalahan dirinya sendiri atau
melemparkan keinginannya sendiri yang tidak baik kepada orang lain.
Contoh :
Seseorang yang sulit mengendalikan emosi akan menganggap orang lain
kesulitan mengontrol emosi mereka.
3. Regresi
Secara tidak sadar memunculkan perilaku yang tidka matang, yaitu mundur
ke fase perkembangannya sebelumnya yang dipandang tidak terlalu berat
tuntutannya.
Contoh :
Anak yang takut sekolah memperlihatkan tingkah laku infanti seperti
menangis, mengisap ibu jari, bersembunyi, dan menggantungkan diri pada
guru atau ketika adiknya lahir, seorang anak kembali menunjukkan bentuk-
bentuk tingkah laku yang kurang matang.
4. Rasionalisasi
Membuat alasan yang tampak masuk akal guna membenarkan tindakannya
yang salah atau meminimalkan konsekuensi kejiwaan yang didapatkan
karena kesalahannya, sehingga apa yang dialaminya dapat diterima oleh
orang lain dan terhindar dari rasa cemasnya.
Contoh :
Seorang yang melakukan tindakan pelecehan seksual menjustifikasikan
perilakunya dengan berpikir korban berpakaian dan bertindak dengan
begitu provokatif, atau dengan kata lain korban “mengundang”-nya untuk
melakukan hal tersebut.
5. Sublimasi
Mengganti dorongan yang tidak dapat diterima secara sosial ke bentuk
yang dapat di terima secara sosial.
Contoh :
Seorang wanita yang menyalurkan emosinya kedalam sebuah karya seni.
6. Salah Sasaran (Displacement)
Menggantikan perasaan bermusuhan atau agresivitasnya dari sumber
aslinya ke orang atau objek lain yang biasanya kurang penting.
Contoh :
Setelah dimarahi oleh bosnya di kantor, seorang ibu melampiakan
emosinya kepada anaknya dirumah.
7. Identifikasi
Menambah rasa harga diri dengan menyamakan dirinya dengan orang lain
yang mempunyai nama.
Contoh :
Seseorang menganggap dirinya sama seperti orang yang menjadi idola,
sehingga bertingkah seolah-olah menjadi orang lain.
8. Kompensasi
Menutupi kelemahan dengan jalan memuaskan atau menunjukkan sifat
tertentu secara berlebihan karena frustasi dalam bidang lain.
Contoh :
Anak yang tidak mampu bersaing di bidang akademik, lantas menjadi “sok
jagoan” di kelompok geng.

5. Hakikat Manusia
Berangkat dari teori yang dikembangkan Freud, prinsip-prinsip psikoanalisis
tentang hakikat manusia didasarkan atas asumsi-asumsi sebagai berikut :
a. Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak.
b. Sebagian besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak
disadari.
c. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah diperoleh
sejak lahir, terutama kecenderungan mengembangkan diri melalui
dorongan libido dan agresivitasnya.
d. Secara umum perilaku manusia bertujuan untuk mengarah pada tujuan
untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan.
e. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku
neurosis.
f. Pembentukan simptom merupakan bentuk defensive.
g. Pengalaman antara masa lalu, masa kini, masa yang akan datang saling
berhubungan.

6. Perilaku Bermasalah
Dalam psikoanalisis klasik ada dua faktor yang menyebabkan perilaku
abnormal, yaitu (1) dinamika yang tidak efektif antara id, ego, dan superego.
(2) diperoleh melalui proses belajar sejak kecil.
Dinamika yang tidka efektif antara id, ego, superego ditandai oleh
ketidakmampuan ego mengendalikan keinginan-keinginan dan tuntutan moral.
Ketidakmampuan pengendalian ini dimungkinkan dalam bentuk ego selalu
mengikuti dorongan-dorongannya dan mengabaikan tuntutan moral, atau
sebaliknya ego selalu mempertahankan kata hatinya tanpa menyalurkan
keinginan atau kebutuhan. Ketidakseimbangan ini menimbulkan perilaku yang
salah.
Sedangkan yang kedua bahwa sepanjang hidup individu pada dasarnya
terjadi proses dinamika id, ego, dan superego. Dalam pandangan Freud,
pengalaman masa kanak-kanak sangat mempengaruhi pola kehidupan hingga
dewasa. Jika sejak masa kanak-kanak selalu menekan (represi) pengalaman-
pengalamannya dan dimasukkan ke dalam alam bawah sadar maka pada suatu
saat pengalaman itu akan dimunculkan ke alam sadar. Saat itulah penyesuaian
yang salah dapat muncul pada individu.

7. Tujuan Konseling
Secara umum tujuan konseling adalah mengubah perilaku dalam
pengertian yang sangat luas. Dalam pandangan psikoanalisis, tujuan konseling
agar individu mengetahui ego dan memiliki ego yang kuat (ego strength). Hal
ini berarti bahwa konseling akan menempatkan ego pada tempat yang benar
yaitu sebagai pihak yang mampu memilih secara rasional dan menjadi mediator
antara id dan superego (Cottone, 1992).
Berangkat dari tujuan-tujuan yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
bahwa konseling dalam pandangan psikoanalisis lebih sebagai proses reeduksi
terhadap ego, dari yang sebelumnya terus tunduk pada impuls-impuls atau
hukuman kode moralnya, menjadi lebih memiliki kekuatan ego.

8. Hubungan Konseling
Prochaska (1984) mengemukakan bahwa dalam konseling psikoanalisis
terdapat dua bagian hubungan klien dengan konselor. Kedua hubungan itu
adalah melakukan aliansi (working alliance) tang transferensi (transference).
Melakukan aliansi merupakan sikap klien kepada konselor yang relatif
rasional, realistic, dan tidak neurotis. Aliansi ini terjadi pada awal hubungan
konselor dengan klien. Aliansi merupakan prakondisi untuk terjadinya
keberhasilan konselor, sejak sikap rasional ini diberikan klien untuk percaya
dan kerjasama dengan konselor. Konselor yang berhasil membangun hubungan
aliansi dimungkinkan lebih berhasil dalam proses selanjutnya.
Transferensi merupakan pengalihan segenap pengalaman klien di masa
lalunya terhadap orang-orang yang menguasainya yang ditujukan kepada
konselor. Dalam psikoanalisis transferensi merupakan bagian dari hubungan
yang sangat penting untuk dianalisis. Tranferensi sebagai upaya analisis
konselor dalam membantu kliennya membedakan antara khayalan dengan
realitas tentang orang-orang yang telah menguasainya (significant others).

9. Tahapan Konseling
Arlow salah satu penganut psikoanalisis mengemukakan bahwa konseling
dilaksanakan melalui empat tahap yaitu :
1. Tahap Pembukaan
Tahap pembukaan ini terjadi pada permulaan interview hingga masalah
klien ditetapkan. Pada tahap ini klien menyatakan tentang dirinya dan
konselor mengamati dan merekam untuk referensi tahap berikutnya.
2. Pengembangan Transferensi
Pada fase ini perasaan klien mulai ditujukan kepada konselor, yang
dianggap sebagai orang yang telah menguasainya di masa lalunya
(significant figure person). Pada tahap ini konselor harus menjaga jangan
sampai terjadi kontratransferensi, yaitu transferensi balik yang dilakukan
konselor kepada klien karena konselor memiliki perasaan-perasaan yang
tidak terpecahkan.
3. Bekerja melalui Transferensi
Tahap ini mencakup mendalami pemecahan dan pengertian klien sebagai
orang yang terus melakukan transferensi. Tahap ini dapat tumpang tindih
dengan tahap sebelumnya, hanya saja transferensi terus berlangsung dan
konselor berusaha memahami tentang dinamika keprbadian klien.
5. Resolusi Transferensi
Tujuan pada tahap ini adalah memecahkan perilaku neurotic klien yang
ditunjukkan kepada konselor sepanjang hubungan konseling. Konselor
juga mulai mengembangkan hubungan yang dapat meningkatkan
kemandirian pada klien dan menghindari adanya ketergantungan klien
kepada konselor.
10. Teknik Spesifik
Teknik spesifik yang digunakan Freud dalam psikoterapi adalah :
a. Asosiasi Bebas
Teknik yang memberikan kebebasan kepada klien untuk mengemukakan
segenap perasaan dan pikirannya yang terlintas pada benak klien, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak.
Asosiasi bebas ini untuk memudahkan pemahaman konselor terhadap
dinamika psikologis yang terjadi padanya, sehingga dapat membimbing
klien untuk menyadari pengalaman-pengalaman ketidaksadarannya, dan
membuat hubungan-hubungan antara kecemasannya saat ini dengan
pengalaman dimasa lampaunya.
Contohnya kasus Anna O, menggunakan katarsis dalam konseling
b. Interpretasi Mimpi
Interpretasi mimpi maksudnya adalah teknik dimana klien mengemukakan
segenap mimpi-mimpinya kepada terapis, karena fungsi mimpi adalah
ekspresi segenap kebutuhan, dorongan, keinginan yang tidak disadari akan
direpresi dan termanifes dalam mimpi. Interpretasi mimpi maksudnya klien
diajak konselor untuk menafsirkan makna-makna yang tersirat dalam
mimpi yang berhubungan dengan dorongan ketidaksadarannya.
c. Analisis Transferensi
Bentuk pengalihan segenap pengalaman masa lalunya dalam hubungannya
dengan orang-orang yang berpengaruh kepada terapis di saat konselig.
Dalam transferensi ini akan muncul perasaan benci, ketakutan, kecemasan
dan sebagainya yang selama ini ditekan diungkapkan kembali.
d. Analisis Resistensi
Resistensi merupakan sikap dan tindakan klien untuk menolak
berlangsungnya terapi atau mengungkapkan hal-hal yang menimbulkan
kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai