Anda di halaman 1dari 6

BAB VI

4.2 Pembahasan
4.2.1 Herbarium
Menurut Steenis (2003), herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan
yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metode tertentu dan dilengkapi dengan data-data
mengenai tumbuhan tersebut. Cara pembuatan herbarium diawali dengan proses panen, dimana
waktu panen yang sangat tepat pada pukul 09.00-11.00 yaitu pada saat tumbuhan
berfotosintesis. Menurut Onrizal (2005), diambil pada pukul 09.00-11.00 pada saat itu
tumbuhan berfotosintsis sedang aktif dalam mengubah zat-zat karbon menjadi bahan organik
serta diasimilasikan didalam tubuh tumbuhan, hal ini menyebabkan tumbuhan yang diambil
saat fotosintesis akan mempengaruhi hasil herbarium yang akan dibuat. Setelah itu proses
selanjutnya yaitu penyiapan alat seperti botol semprot, cutter, gunting, loyang dan selotip, serta
bahan berupa air, alkohol 70%, bambu, kardus, koran, kapas, lakban hitam, selotip dan tanaman
herba. Dalam pembuatan herbarium juga menggunakan sasak, dimana sasak yang digunakan
terbuat dari bambu. Menurut Stacey (2004), dalam pembuatan sasak, bambu dipotong-potong
dengan ukuran sasak yaitu 2 x 60 cm. Sasak dibuat berongga agar udara yang masuk dapat
mencegah terjadinya kelembapan pada herbarium dan mencegah munculnya jamur yang dapat
merusak herbarium.
Dilakukan proses sortasi basah. Menurut Onrizal (2005), tujuan dari sortasi basah ini
yaitu untuk memisahkan bagian-bagian yang tidak diperlukan dari tanaman tersebut. Setelah
disortasi basah dilakukan pencucian sampel dengan air yang mengalir, ini sesuai dengan
pendapat Dapundu (2015), tujuan sampel dicuci dengan air yang mengalir agar kotoran dan
debu yang menempel pada tanaman tersebut dapat terbawa mengalir bersama air. Setelah
dicuci dengan air yang mengalir selanjutnya sampel dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan. Setelah sampel kering, kemudian diolesi dengan alkohol 70%. Hal ini dilakukan
karena alkohol 70% memiliki kadar yang sesuai untuk membunuh bakteri. Berbeda dengan
alkohol 95% yang kadarnya berlebihan dan dapat menyebabkan tanaman memutih atau
berjamur (Onrizal, 2005). Setelah diolesi alkohol, sampel ditata diatas kertas koran, kertas
koran memiliki tekstur yang sangat baik dalam penyerapan air sehingga pemilihan kertas koran
sangat tepat dalam pembuatan herbarium, hal ini sesuai dengan Tjitrosoepomo (2009). Karena
bahan-bahan herbarium merupakan objek studi, maka dalam penempelan harus diperhatikan,
agar bahan yang ditempelkan dapat diamati dari berbagai sudut. Selanjutnya sampel yang
diletakkan diatas koran diberi potongan kertas kecil pada ujung-ujung sampel dengan
menggunakan selotip. Hal ini bertujuan agar bisa menahan sampel. Setelah seluruh sampel
ditempel diatas kertas koran,, koran tersebut ditempel diatas sasak yang sudah dilapisi dengan
kardus terlebih dahulu kemudian disatukan dengan sasak yang satunya lagi. Ujung-ujung sasak
diikat dan diberi lakban untuk menimbulkan pengepresan pada bahan-bahan tumbuhan yang
ditempatkan diantara sasak tersebut dan untuk mencegah pengerutan bagian tanaman terutama
daun (Tjitrosoepomo, 2009).
Setelah pengepresan selesai proses selanjutnya adalah penyimpanan. Menurut
Tjitrosoepomo (2009), bahan-bahan yang telah diawetkan melalui pengeringan sebelum atau
setelah ditempel pada kertas herbarium atau dimasukkan di dalam amplop atau wadah lain
untuk disimpan, biasanya mendapat perlakuan tambahan yang bertujuan untuk mencegah
gangguan serangga atau jamur selama disimpan.
4.2.2 Simplisia
Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang
berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk (Gunawan dan Mulyani,
2002).
Pada pembuatan simplisia kali ini kami menggunakan beberapa sampel. Untuk
simplisia akar digunakan tumbuhan coklat, simplisia kortex digunakan tumbuhan sirih hutan,
simplisia daun tumbuhan lengkuas, simplisia batang tumbuhan mempelas, simplisia umbi
tumbuhan ubi hutan, simplisia rimpang tumbuhan jahe, simplisia buah tumbuhan lao, simplisia
biji tumbuhan lamtaro, simplisia umbi lapis tumbuhan bawang merah, simplisia bunga
tumbuhan bunga papaya dan simplisia herba tumbuhan sukun. Adapun pembuatan dari masing-
masing sampel simplisia sebagai berikut:
a. Pembuatan simplisia akar
Cara pembuatan simplisia diawali dengan proses pengumpulan bahan baku. Dalam
proses pengumpulan bahan baku ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Menurut Manaring
(2015), pada proses pengambilan akar dapat menggunakan cangkul, sekop dan alat lain yang
tidak merusak tanaman. Setelah dipanen, sampel disortasi basah, menurut Wahyuni (2014),
sortasi basah dilakukan untuk memilih kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari tumbuhan
sebelum pencucian dengan cara membuang bagian-bagian tanaman yang tidak digunakan.
Setelah disortasi basah sampel dicuci, sampel dicuci dengan menggunakan air yang mengalir,
ini sesuai dengan pendapat Dapundu (2015), tujuan sampel dicuci dengan air yang mengalir
agar kotoran dan debu yang menempel pada tanaman tersebut dapat terbawa mengalir bersama
air. Setelah dicuci sampel dirajang, menurut Indarfiya (2011), perajangan sebaiknya tidak
terlalu tipis untuk mencegah kurangnya kadar suatu senyawa dan jika dirajang terlalu tebal
memerlukan waktu penjemuran lebih lama yang kemungkinan tanaman ditumbuhi jamur.
Setelah dilakukan perajangan, sampel dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah
dikeringkan sampel disortasi kering, Triharto (2009), mengatakan bahwa sortasi kering
dilakukan terhadap bahan yang terlalu gosong dan dibersihkan dari kotoran hewan. Setelah
disortasi kering sampel diawetkan dengan menyemprotkan alkohol. Sesuai dengan pendapat
Nugroho (2008), penyemprotan menggunakan alkohol bertujuan untuk membunuh mikroba
yang ada pada sampel dan mempercepat pengeringan. Setelah diawetkan kemudian sampel
disimpan dalam amplop coklat, menurut Steenis (2003), simplisia yang diperoleh diberi wadah
yang baik dan disimpan pada tempat yang dapat menjamin terpeliharanya mutu dari simplisia.
Wadah terbuat dari plastik tebal atau gelas yang berwarna gelap dan tertutup kedap
memberikan suatu jaminan yang memadai terhadap isinya.
b. Pembuatan simplisia kortex
Cara pembuatan simplisia diawali dengan proses pengumpulan bahan baku. Dalam
proses pengumpulan bahan baku ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Menurut Manaring
(2015), pada proses pengambilan kortex diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas
dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaiknya dengan cara berselang-seling dan sebelum
jaringan kambiumnya, untuk klika yang mengandung minyak atsiri atau senyawa fenol
gunakan alat pengelupas yang bukan terbuat dari logam. Setelah dipanen, sampel disortasi
basah, menurut Wahyuni (2014), sortasi basah dilakukan untuk memilih kotoran atau bahan-
bahan asing lainnya dari tumbuhan sebelum pencucian dengan cara membuang bagian-bagian
tanaman yang tidak digunakan. Setelah disortasi basah sampel dicuci, sampel dicuci dengan
menggunakan air yang mengalir, ini sesuai dengan pendapat Dapundu (2015), tujuan sampel
dicuci dengan air yang mengalir agar kotoran dan debu yang menempel pada tanaman tersebut
dapat terbawa mengalir bersama air. Setelah dicuci sampel dirajang, menurut Indarfiya (2011),
perajangan sebaiknya tidak terlalu tipis untuk mencegah kurangnya kadar suatu senyawa dan
jika dirajang terlalu tebal memerlukan waktu penjemuran lebih lama yang kemungkinan
tanaman ditumbuhi jamur. Setelah dilakukan perajangan, sampel dikeringkan dibawah sinar
matahari. Setelah dikeringkan sampel disortasi kering, Triharto (2009), mengatakan bahwa
sortasi kering dilakukan terhadap bahan yang terlalu gosong dan dibersihkan dari kotoran
hewan. Setelah disortasi kering sampel diawetkan dengan menyemprotkan alkohol. Sesuai
dengan pendapat Nugroho (2008), penyemprotan menggunakan alkohol bertujuan untuk
membunuh mikroba yang ada pada sampel dan mempercepat pengeringan. Setelah diawetkan
kemudian sampel disimpan dalam amplop coklat, menurut Steenis (2003), simplisia yang
diperoleh diberi wadah yang baik dan disimpan pada tempat yang dapat menjamin
terpeliharanya mutu dari simplisia. Wadah terbuat dari plastik tebal atau gelas yang berwarna
gelap dan tertutup kedap memberikan suatu jaminan yang memadai terhadap isinya.
c. Pembuatan simplisia daun
Cara pembuatan simplisia diawali dengan proses pengumpulan bahan baku. Dalam
proses pengumpulan bahan baku ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Menurut
Manaring (2015), pada proses pengambilan daun diambil daun tua (bukan daun kuning)
daun dari pucuk dilakukan dengan cara pemangkasan menggunakan pisau atau gunting
bersih dan diambil saat tumbuhan berfotosintesis pada pukul 09.00-12.00. Setelah
dipanen, sampel disortasi basah, menurut Wahyuni (2014), sortasi basah dilakukan
untuk memilih kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari tumbuhan sebelum
pencucian dengan cara membuang bagian-bagian tanaman yang tidak digunakan.
Setelah disortasi basah sampel dicuci, sampel dicuci dengan menggunakan air yang
mengalir, ini sesuai dengan pendapat Dapundu (2015), tujuan sampel dicuci dengan air
yang mengalir agar kotoran dan debu yang menempel pada tanaman tersebut dapat
terbawa mengalir bersama air. Setelah dicuci sampel dirajang, menurut Indarfiya
(2011), perajangan sebaiknya tidak terlalu tipis untuk mencegah kurangnya kadar suatu
senyawa dan jika dirajang terlalu tebal memerlukan waktu penjemuran lebih lama yang
kemungkinan tanaman ditumbuhi jamur. Setelah dilakukan perajangan, sampel
dikeringkan dibawah sinar matahari dan ditutup menggunakan kain hitam, menurut
Nasuda (2001), tujuan penutupan kain hitam untuk menghindari kontak langsung antara
tumbuhan dengan sinar matahari sehingga kerusakan komponen-komponen dapat
dikurangi. Setelah dikeringkan sampel disortasi kering, Triharto (2009), mengatakan
bahwa sortasi kering dilakukan terhadap bahan yang terlalu gosong dan dibersihkan
dari kotoran hewan. Setelah disortasi kering sampel diawetkan dengan menyemprotkan
alkohol. Sesuai dengan pendapat Nugroho (2008), penyemprotan menggunakan
alkohol bertujuan untuk membunuh mikroba yang ada pada sampel dan mempercepat
pengeringan. Setelah diawetkan kemudian sampel disimpan dalam amplop coklat,
menurut Steenis (2003), simplisia yang diperoleh diberi wadah yang baik dan disimpan
pada tempat yang dapat menjamin terpeliharanya mutu dari simplisia. Wadah terbuat
dari plastik tebal atau gelas yang berwarna gelap dan tertutup kedap memberikan suatu
jaminan yang memadai terhadap isinya.
d. Pembuatan simplisia batang
Cara pembuatan simplisia diawali dengan proses pengumpulan bahan baku. Dalam
proses pengumpulan bahan baku ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Menurut Manaring
(2015), pada proses pengambilan kortex diambil dari batang utama dan cabang dikelupas
dengan ukuran panjang dan lebar tertentu dan tidak mengambilnya dengan satu lingkaran
penuh pada batang. Setelah dipanen, sampel disortasi basah, menurut Wahyuni (2014), sortasi
basah dilakukan untuk memilih kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari tumbuhan
sebelum pencucian dengan cara membuang bagian-bagian tanaman yang tidak digunakan.
Setelah disortasi basah sampel dicuci, sampel dicuci dengan menggunakan air yang mengalir,
ini sesuai dengan pendapat Dapundu (2015), tujuan sampel dicuci dengan air yang mengalir
agar kotoran dan debu yang menempel pada tanaman tersebut dapat terbawa mengalir bersama
air. Setelah dicuci sampel dirajang, menurut Indarfiya (2011), perajangan sebaiknya tidak
terlalu tipis untuk mencegah kurangnya kadar suatu senyawa dan jika dirajang terlalu tebal
memerlukan waktu penjemuran lebih lama yang kemungkinan tanaman ditumbuhi jamur.
Setelah dilakukan perajangan, sampel dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah
dikeringkan sampel disortasi kering, Triharto (2009), mengatakan bahwa sortasi kering
dilakukan terhadap bahan yang terlalu gosong dan dibersihkan dari kotoran hewan. Setelah
disortasi kering sampel diawetkan dengan menyemprotkan alkohol. Sesuai dengan pendapat
Nugroho (2008), penyemprotan menggunakan alkohol bertujuan untuk membunuh mikroba
yang ada pada sampel dan mempercepat pengeringan. Setelah diawetkan kemudian sampel
disimpan dalam amplop coklat, menurut Steenis (2003), simplisia yang diperoleh diberi wadah
yang baik dan disimpan pada tempat yang dapat menjamin terpeliharanya mutu dari simplisia.
Wadah terbuat dari plastik tebal atau gelas yang berwarna gelap dan tertutup kedap
memberikan suatu jaminan yang memadai terhadap isinya.
e. Pembuatan simplisia umbi
Cara pembuatan simplisia diawali dengan proses pengumpulan bahan baku. Dalam
proses pengumpulan bahan baku ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Menurut Manaring
(2015), pada proses pengambilan umbi dapat menggunakan cangkul, sekop dan alat lain yang
tidak merusak tanaman. Setelah dipanen, sampel disortasi basah, menurut Wahyuni (2014),
sortasi basah dilakukan untuk memilih kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari tumbuhan
sebelum pencucian dengan cara membuang bagian-bagian tanaman yang tidak digunakan.
Setelah disortasi basah sampel dicuci, sampel dicuci dengan menggunakan air yang mengalir,
ini sesuai dengan pendapat Dapundu (2015), tujuan sampel dicuci dengan air yang mengalir
agar kotoran dan debu yang menempel pada tanaman tersebut dapat terbawa mengalir bersama
air. Setelah dicuci sampel dirajang, menurut Indarfiya (2011), perajangan sebaiknya tidak
terlalu tipis untuk mencegah kurangnya kadar suatu senyawa dan jika dirajang terlalu tebal
memerlukan waktu penjemuran lebih lama yang kemungkinan tanaman ditumbuhi jamur.
Setelah dilakukan perajangan, sampel dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah
dikeringkan sampel disortasi kering, Triharto (2009), mengatakan bahwa sortasi kering
dilakukan terhadap bahan yang terlalu gosong dan dibersihkan dari kotoran hewan. Setelah
disortasi kering sampel diawetkan dengan menyemprotkan alkohol. Sesuai dengan pendapat
Nugroho (2008), penyemprotan menggunakan alkohol bertujuan untuk membunuh mikroba
yang ada pada sampel dan mempercepat pengeringan. Setelah diawetkan kemudian sampel
disimpan dalam amplop coklat, menurut Steenis (2003), simplisia yang diperoleh diberi wadah
yang baik dan disimpan pada tempat yang dapat menjamin terpeliharanya mutu dari simplisia.
Wadah terbuat dari plastik tebal atau gelas yang berwarna gelap dan tertutup kedap
memberikan suatu jaminan yang memadai terhadap isinya.

Anda mungkin juga menyukai