Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“ELASTISITAS”
KELOMPOK 9

DISUSUN OLEH :

1172070020 DESTRI VITALIA


1172070030 FIRMAN MUHAMMAD AKHYAR
1172070031 FITRIAH NURAINI

PROGRAM PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Setiap benda akan mengalami perubahan bentuk apabila diberikan gaya pada
benda tersebut. Perubahan panjang akan terjadi pada benda elastic akibat dari adanya
gaya yang bekerja pada benda tersebut. Elastisitas merupakan salah satu mekanik
bahan yang dapat menunjukkan kekuatam, ketahanan, dan kekakuan bahan tersebut
terhadap gaya luar yang diterapkan pada bahan tersebut. Nilai keelastisitasan ini
disebut juga modulus elastisitas. Elastisitas berlaku hamper pada semua materi padat,
tetapi memliki batasan tertentu. Apabila gaya yang diberikan pada suatu benda elastic
terlalu besar, maka benda elastic tersebut merenggang dengan sangat panjang
sehingga tidak menutup kemungkinan benda tersebut akan patah atau putus. Gaya luar
yang dikerjakan pada benda tersebut akan mengakibatkan terjadinya perubahan
bentuk (deformasi) yang tidak melebihi batas proporsional. Sedangkan pada benda
plastis, jika benda tersebut di berikan gaya dari luar maka akan mengalami perubahan
panjang dan jika gaya yang berkerja pada benda tersebut dihilangkan, maka benda
tersebut tidak dapat kembali ke bentuk semula.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mempraktikan ilmu-ilmu fisika, baik
secara sadar maupun tidak sadar. Sebagai contoh hal berhubungan dengan fisika yang
sering kita jumpai adalah sebuah karet gelang yang kita rentangkan, jika kita lepaskan
karet gelang tersebut, maka bentuknya akan kembali seperti semula. Hal tersebut yang
menandakan adanya sifat elastic benda atau yang kita kenal dengan keelastisitasan.
Semua benda nyata yang diberi gaya, akan mengalami perubahan bentuk atau volume
tergantung dengan gaya antar molekulnya.

1.2 Tujuan Pembelajaran


1.2.1 Mengetahui Pengertian Elastisitas
1.2.2 Membedakan pengertian tegangan dan regangan
1.2.3 Mengetahui pengertian modulus elastisitas
1.2.4 Mengetahui hokum hooke
1.2.5 Memahami dan dapat mengerjakan soal tentang elastisitas

i|Page
1.3 Peta Konsep

ELASTISITAS

MODULUS YOUNG
GETARAN HUKUM HOOKE
(𝐸)

TEGANGAN REGANGAN

ii | P a g e
BAB II
PEMAHAMAN KONSEP

1. Elastisitas
Sifat elastik atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke
bentuk awalnya setelah gaya luar yang diberikan kepada benda tersebut dihilangkan.
Seperti karet gelang jika kita rentangkan maka akan terja dipertambahan panjang pada
benda tersebut dan akan kembali kepada bentuk semula jika gaya yang di berikan dari
luar dihilangkan. Kasus tersebut serupa dengan yang terjadi pada pegas dan ketapel.
Sebuah benda dikatakan elastis sempurna jika gaya luar yang menyebabkan
deformasi (perubahan bentuk) hilang, maka benda tersebut akan kembali kepada
bentuk semula. Benda yang bersifat elastic sempurna memiliki batas-batas deformasi
(perubahan bentuk) yang disebut dengan limit elastic, sehingga jika deformasi
melebihi limit elastic, maka benda tersebut tidak akan bisa kembali ke bentuk semula.

Gambar 1

Benda yang tidak elastic adalah benda yang tidak kembali ke bentuk semula
saat gaya dari luar dihilangkan. Seperti adonan kue, jika kita menekan adonan kue,
bentuknya akan berubah, tetapi saat gaya dilepaskan dari adonan kue tersebut, maka
adonan kue tidak dapat kembali kebentuk semula.

Perbedaan sifat elastis dan plastis dapat dinilai pada tingkatan dalam besar atau
kecilnya deformasi yang terjadi pada benda yang diberikan gaya dari luar. Dalam
pembahasan sifat elastics pada benda perlu dia sumsikan bahwa benda-benda tersebut
mempunyai sifat-sifat berikut:

 Setiap bagian benda mempunyai kerapatan yang sama (homogen)

1|Page
 Setiap titik pada benda mempunyai sifat fisis yang sama ke segala arah
(isotropik)

Deformasi pada benda akan menyebabkan perubahan bentuk tetapi tidak


menyebabkan perubahan volume, dan benda yang mengalami kompresi akan
mengalami perubahan volume tetapi tidak mengalami deformasi. Nilai
keelastisitas disebut juga modulus elastisitas.

2. Tegangan
Dalam elastisitas besaran gaya F, tidak terlalu mendapat perhatian, mengingat
kita akan memperhatikan sebuah system yang memiliki luas dan volume, bukan
system yang cukup diwakili sebuah pusat massa jenis saja. Jadi gaya dalam hal ini
dipandang bekerja pada seluruh titik pada medium. Atas dasar itulah besaran tegangan
(Stress) diperkenalkan. Stress didefinisikan sebagai:
𝐹
𝜎=
𝐴
Yaitu gaya F yang bekerja pada satu satuan luas A.

Gambar 1.1 Gaya F bekerja pada luas permukaan A

Sekarang perhatikan ilustrasi berikut :

Gambar 1.2 sebuah bahan yang dikenai stress akan mengalami perubahan
volume dan bentuk.

2|Page
Misalkan sebuah bahan, sebelum diberi stress di atasnya memiliki panjang L
dan luas penampang A. Akan tetapi karena gaya, bahan mengalami tegangan (stress)
sehingga panjangnya L’ menjadi pendek. Selain itu intuisi kita mengatakan bahwa
bahan tidak hanya akan memendek (berubah volume) tetapi juga mengalami
perubahan bentuk akibat tekanan tersebut. Artinya gaya dari martil tidak hanya
membentuk dampak pada arah normal permukaan tapi juga luas permukaan itu sendiri
menjadi berubah. Untuk itu kita perlu mendefinisikan dua jenis stress ini. Yaitu stress
yang berarah normal (𝜏𝑛 ) dan stress yang menyinggung permukaan (𝜏 𝑇 ).

Ketika sebuah benda dengan luas penampang A dikenai gaya F0 dan Fτ . F0 akan
mengakibatkan stress normal σ = F0 /A yaitu stress yang arahnya sejajar dengan arah
normal permukaan (ingat bahwa vector normal permukaan arahnya tegak lurus
permukaan tersebut) sedangkan 𝐹𝜏 akan mengakibatkan stress tangensial 𝜎𝜏 = 𝐹𝜏 /𝐴
yaitu stress yang arahnya menyinggung bidang permukaan (atau tegak lurus vektor
normal permukaan). Stress normal aka nmengakibatkan perubahan volume pada
bahan, sedangkan stress tangensial akan menimbulkan perubahan bentuk.
Tegangan dapat dikelompokkan menjadi :

1 Tegangan normal
Tegangan normal adalah intensitas gaya normal per unit luasan.
Tegangan normal dibedakan menjadi dua yaitu :tegangan normal
tekanan atau kompresi dan tegangan normal tarik.
2. Tegangan geser

Tegangan geser adalah gaya yang bekerja pada suatu benda yang
sejajar dengan penampang.
3. Tegangan Volume

Tegangan volume adalah gaya yang bekerja pada suatu benda yang
menyebabkan terjadinya perubahan volume pada benda yang diberikan
gaya, tetapi tidak menyebabkan perubahan bentuk.

3. Regangan
Regangan (strain) adalah perubahan relative ukuran atau bentuk suatu benda
yang disebabkan oleh tegangan. Regangan adalah suatu besaran yang tidak memiliki
dimensi, karena persamaan rumusnya adalah meter per meter.
𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 ∆𝐿
𝑟𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑒 =
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝐿𝑜
Jika sebuah stress bekerja pada suatu benda maka dampak atau akibatnya benda
mengalami strain (regangan).

3|Page
∆𝐿 𝐿0 ∆𝐴

L
9.5a. strain normal berdampak 9.5b. strain tangensial
Berdampak pada volume berdampak pada bentuk

Seperti juga stress, strain memiliki dua jenis kompnen yaitu jenis: arah normal
dan arah tangensial. Pada arah normal, perubahan ditunjukkan dengan pemendekan
bahan dari L menjadi L’ akibatnya volime bahan berubah, seperti yang dicontohkan
pada gambar (9.5a) sedangkan pada arah tangensial perbahan diperlihatkan dengan A
yang makin melebar yang akibatnya bentuk bahan berubah, dalam ilustrasi di atas
(9.5b) bahan yang mula-mula berbentuk persegi panjang menjadi jajar genjang.

Pada kenyataannya jika sebuah benda dikenai stress, maka kedua jenis strain
bagaimanapun akan muncul, sehingga ilustrasinya tidaklah sesederhana gambar 9.5.
𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝜏=
𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙
Sehingga strain normal :
∆𝐿
𝜏𝑛
𝐿
Strain arah tangensial :
∆𝐴
𝜏𝑇 =
𝐴
Bahan-bahan logam dikelompokkan menjadi 2, yaitu bahan liat (ductile) dan
bahan rapuh (brittle). Bahan liat mempunyai gaya regangan yang relative besar
sampai dengan titik kerusakan, seperti baja dan aluminium. Sedangkan bahan rapuh
memiliki gaya regangan yang relative rendah sampai dengan titik yang sama. Batas
regangan 0,05 sering digunakan untuk nilai pemisah antara kedua kelompok bahan
tersebut.

4. Modulus Elastisitas

4|Page
Modulus elastisitas suatu benda dapat diketahui dengan memperhatikan nilai
pemberian beban sebagai tegangan yang diberikan pada suatu benda dan mengamati
regangannya. Besar pelenturan (f) ditentukan dengan persamaan :

𝐵𝐿3
𝑓=
4𝐸𝑏ℎ3

Dari persamaan pelanturan dapat ditentukan persamaan modulus elastisitasnya :

𝐵𝐿3
𝐸=
4𝑓𝑏ℎ3

Keterangan :

E = Modulus elastisitas

B = beratbeban (dyne)

L = panjangbatangantaraduatumpuan (cm)

f = pelenturan (cm)

b = lebarbatang (cm)

h = tebalbatang (cm)
5. Modulus Young

Suatu kawat yang mula-,ula panjangnya I0 apabila ditarik dengan misalnya


menggantungkan kawat itu pada satu ujungnya dan ujung bawahnya ibebani dengan
suatu pemberat, maka pemnambahan panjang kawat akibat penarikan itu akan lebih
besar apabila bebannya lebih berat (lihat gambar 11.I.).

Untuk kawat yang lebih tebal, untuk menambah panjangnya diperlukan beban
yang lebih berat. Dengan berat beban tertentu, penambahan panjang akan lebih besar
apabila mula-mula kawat lebih panjang. Percobaan-percobaan memberikan Hook
suatu kesimpulan bahwa

I0

Gambar II.I. ∆.I

5|Page
(Soedojo, 1986:104)

1. Penambahan panjang itu sebanding dengan berat beban.


2. Berat beban untuk menambah panjang dengan pertambahan tertentu,
sebanding dengan luas penamang kawat.
3. Dengan berat beban tertentu penambahan panjang sebanding dengan
panjang kawat mula-mula.

Atau kalau dirumuskan,


∆I W
α
I0 A
Di maa ∆. I adalah penambahan panjang, W = berat beban, A = luas
penampang kawat.
Keseandingan itu dapat kita tulis sebagai
∆I W
Y =
I0 A
∆I W
Dimana adalah apa yang disebut regangan dan ada apa yang disebut
I0 A
tegangan. Tetapan kesebandingan Y itu ternyata tergantung pada jenis bahan
kawat dan disebut atas nama orang yang banyak melakukan pengukuran-
pengukursn ini yaitu disebut modulus elastisitas young. Jadi, dapatlah kita
menuliskan
W/A
Y=
∆I/I0
(Soedojo, 1986:104)

6. Modulus Kemampatan (Bulk Modulus of Rigidity)

Analog dengan regangan memanjang dapatlah dikemukakan bahwa


kemampatan yakni regangan volume, sebanding dengan tekanan, atau
∆V p
α p dan B =
V0 − ∆V⁄V0
Disebut modulus kemampatan. Tenda negative pada penyebut diberikan agar B positif
mengingat tekanan selalu mengurangi volume. (Soedojo, 1986:105)

7. Angka Banding Poison (Poison Ratio)

Lebih lanjut pengamatan dan percobaan menunjukkan bahwa penambahan


panjang selalu diikuti dengan pengurangan lebar yang sebanding dengan penambahan
panjang itu (lihat gambar 11.3.).
Maka didefinisikanlah apa yang disebut angka banding poison (Poison Ratio)
sebagai:

6|Page
−∆ b/b0
σ=
∆ I/I0

Tanda (−) dimaksudkan untuk membuat agar 𝜎 > 0.

Tentuya ada hubungan antara besaran-besaran Y, B, M dan 𝜎 di atas. Dapat


dibuktikan bahwa berlaku hubungan-hubungan:
Y Y
B= dan M =
3(1 − 2σ) 2(1 + σ)

I0

b0

Gambar 11.3.

Secara sederhana buktinya adalah sebagai berikut:

Kita pikirkan suatu kotak segi empat siku-siku. Pada masing-masing permukaannya
dikerjakan tekanan P, sehingga rusuk-rusuknya a0, b0, c0 masing-masing berubah
dengan ∆𝑎, ∆𝑏, ∆𝑐. Maka penambahan volimenya adalah

∆V = (a0 + ∆a). (b0 + ∆b). (c0 ∆c) − a0 b0 c0 .


Lihat gambar 11.4.

T W

Q U
a0 K R

S
b0

Gambar 11.4.

7|Page
Dengan mengabaikan ∆𝑎 . ∆𝑏 dan setrusnya apalagi ∆𝑎 . ∆𝑏 . ∆𝑐 kita peroleh
∆V ∆a ∆b ∆c
≈ + +
V0 a0 b0 c0
Penekanan pada permukaan bawah dan atas saja memberikan
∆b⁄b0 ∆c⁄c0
σ=− dan σ = −
∆a⁄a0 ∆a⁄a0
Sehingga
∆𝑉 ∆𝑎
= (1 − 2𝜎)
𝑉0 𝑎0
Sedangkan
F⁄bo c0 ∆a −p
Y= atau =
∆a⁄a0 ao Y
Jadi
∆𝑉 𝑝
= − (1 − 2𝜎)
𝑉0 𝑌
Jadi untuk juga penekanan pada permukaan-permukaan muka dan belakang
serta permukaan-permukaan yang kiri dan kanan berlaku bersamaan
∆V −p
=3 (1 − 2σ)
V0 Y
Jadi
p Y
B=− =
V⁄V0 3(1 − 2σ)
Y
Untuk membuktikan bahwa M = 2(1+σ) , kita pikirkan perubahan bentuk
daripada bagian yang permukaan depannya dibatasi oleh KQRS. Komponen
tekanan P pada arah sejajar QRUT adalah 𝑝 𝑐𝑜𝑠 𝛼 Dan ini bekerja pada luasan
QRUT yang luasnya:

= QT × QR = c0 . 1⁄2 b0 / sin α

Tekanan ini menyebabkan regangan luncuran 2(𝛽 − 𝛽 ′ ).. lihat gambar 11.5.

8|Page
𝛼

𝛽′ 𝛽 𝛽 𝛽′

𝛽 𝛽′

Gambar 11.5.

Jadi
1⁄ b
p cos α . c0 . 1⁄2 b0 /(c0 . 2 0
)
sin α
M=
2(β − β′ )

∆a
p sin α cos α −Y a sin α cos α −p
= = sebab Y =
2(β − β′ ) 2 tg(β − β′ ) ∆ a⁄a0

Dan untuk 𝛽 − 𝛽 ′ kecil,


tg β − tg β′
β − β′ = tg(β − β′ ) =
1 + tg β tg β′
Selanjutnya
1⁄ a
tg β = 2 0 = a0 dan tg β′ = a0 + ∆a
1⁄ b b0 b0 + ∆b
2 0
Dengan mengingat
1⁄ 𝑎 𝑏0
𝑠𝑖𝑛 𝛼 = 2 0 =
√1⁄4 𝑏02 + 1⁄4 𝑎02 √ 𝑏02 + 𝑎02

Ini menghasilkan
∆a a0 b0 1 a20 + a0 ∆a + b20 + b0 ∆b
M = −Y . . ⁄2
a0 a20 + b20 a0 ∆b − b0 ∆a

9|Page
∆b a 0 b0
−Y .
a0 2(a0 ∆b − b0 ∆a)
Dengan mengabaikan 𝑏0 ∆𝑏 terhadap 𝑏02 dan seterusnya. Akan tetapi,

∆b⁄b0
σ=− atau a0 ∆b = −σ b0 ∆a.
∆a⁄a0
Sehingga akhirnya
Y
M=
2(1 + σ)

8. Hukum Hooke

Dalam teori elastisitas hubungan antara tegangan dan regangan sangat erat
kaitannya. Perbedaan hubungan antara tegangan dan regangan dapat diketahui melalui
grafik tegangan-regangan. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jenis bahan dari benda
tersebut.

Dikutip dari buku Fisika untuk SMA Kelas XI (MarthenKanginan :2004),


hukum Hooke dinamakan sesuai dengan nama pencetusnya yaitu Robert Hooke,
seorang arsitek yang ditugaskan untuk membangun kembali gedung-gedung di
London yang mengalami kebakaran pada tahun 1666. Beliau menyatakan bahwa:
“Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas, maka pertambahan
panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya.”
Pernyataan tersebut di atas dikenal dengan nama hukum Hooke, dan dapat
ditulis melalui persamaan:
𝐹 = −𝑘. ∆𝑥

10 | P a g e
Dari pernyataan di atas pula, dapat disimpulkan bahwa konsep hukum hook
emenjelaskan tentang hubungan antara gaya dengan sebuah pegas yang ditinjau dari
pertambahan panjang yang dialami oleh pegas tersebut.
Susunan pegas dibagi menjadi dua, yaitu seri dan parerel. Apabila dua buah
pegas yang sama disusun secara seri, maka panjang rangkaian pegas tersebut menjadi
2x dan persamaannya menjadi :
1
𝑘𝑠 = 𝑘
2
Sedangkan untuk n pegas yang disusun secara seri memiliki persamaanyaitu:
𝑘
𝑘𝑠 =
𝑛
Apabila pegas disusun secara pararel, panjang pegas akan tetap. Tetapi luas
penampang akan menjadi lebih besar. Sehingga memiliki persamaan yaitu :
𝑘𝑝 = 𝑛. 𝑘

11 | P a g e
BAB 111
AYAT YANG BERHUBUNGAN DAN PENERAPANNYA

“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca”


(Arrahman:7)
Dalam ayat ini tersirat yang berhubungan dengan kenyataan yang telah
diketahui manusia dari berbagai gejala yang terlihat atau telah dilakukan percobaan
dan pengukurannya. Dalam kaitan masalah yang akan dibahas di sini, bukan peristiwa
pemuaiannya atau keseimbangannya, namun ada suatu sifat yang menyertai dalam
peristiwa itu, yaitu sifat kelenturan atau elastis.
Dalam penerapannya di keseharian sehari-hari contohnya ketika seseorang
sedang mengenakan celana berbahan karet, di situ terdapat teori elastisitas danlain-
lain
PENUTUP
1. Simpulan

elastik atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke


bentuk awalnya setelah gaya luar yang diberikan kepada benda tersebut dihilangkan.

Dikutip dari buku Fisika untuk SMA Kelas XI (MarthenKanginan :2004),


hukum Hooke dinamakan sesuai dengan nama pencetusnya yaitu Robert Hooke,
seorang arsitek yang ditugaskan untuk membangun kembali gedung-gedung di
London yang mengalami kebakaran pada tahun 1666. Beliau menyatakan bahwa:
“Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas, maka pertambahan
panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya.”
Pernyataan tersebut di atas dikenal dengan nama hukum Hooke, dan dapat
ditulis melalui persamaan:
𝐹 = −𝑘. ∆𝑥
Dalam teori elastisitas hubungan antara tegangan dan regangan sangat erat
kaitannya. Perbedaan hubungan antara tegangan dan regangan dapat diketahui melalui
grafik tegangan-regangan. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jenis bahan dari benda
tersebut. Tegangan atau Stress didefinisikan sebagai Yaitu gaya F yang bekerja pada
satu satuan luas A. Regangan (strain) adalah perubahan relative ukuran atau bentuk
suatu benda yang disebabkan oleh tegangan. Modulus elastisitas suatu benda dapat
diketahui dengan memperhatikan nilai pemberian beban sebagai tegangan yang
diberikan pada suatu benda dan mengamati regangannya. Analog dengan regangan
memanjang dapatlah dikemukakan bahwa kemampatan yakni regangan volume,
sebanding dengan tekanan, atau Disebut modulus kemampatan.
Contoh Soal

1. Sobat punya sebuah kawat dengan luas penampang 2 mm2, kemudian


diregangkan oleh gaya sebesar 5,4 N sehingga bertambah panjang sebesar 5

12 | P a g e
cm. Bila panjang kawat mula-mula adalah 30 cm, berpakah modulus elastisitas
dari kawat tersebut?

a. 1,53 x 106 N/m2


b. 1,3 x 106 N/m2
c. 1,65 x 107 N/m2
d. 1,62 x 107 N/m2

Jawab

Diketahui
A = 2 mm2 = 2.10-6 m
F = 5,4 N
Δl = 5 cm = 5.10-2 m
lo = 30 cm = 3.10-1 m

Modulus young = [5,4 x 3.10-1]/[2.10-6 x 5.10-2] = 1,62.107 N/m2 (jawaban d)

2. Sebuah batan besi yang panjangnya 2 m, penampangnya berukuran 4 mm x 2


mm. Modulus elastisitas besi tersebut adalah 105 N/mm2. Jika pada ujung
batang ditarik dengan gaya 40 N. Berapa pertambahan panjang besi tersebut?

a. 1 mm
b. 0,1 mm
c. 0,01 mm
d. 0,001 mm

Pembahasan

Diketahui
lo = 2 m = 2.103 mm
A = 8 mm2
σ = 105 N/mm2
F = 40 N

dari rumus

𝐹
𝜎 𝐴 𝐹. 𝑙0
𝐸= = ∆𝑙 =
𝑒 𝐴. ∆𝑙
𝑙0
maka
Δl = [F.lo]/[A.E] = [40.2.103]/[ 8.105] = 0,1 mm (jawaban b)

13 | P a g e
3. Sebuah kawat luas penampangnya 4 mm2, kemudian diregangkan oleh gaya
sebesar 8 N sehingga bertambah panjang 0,08 cm. Bila panjang kawat mula-
mula adalah 60 cm, berapakahh tegangan dan regangan kawat tersebut?

jawab
A = 4 mm2 = 4.10-6 m2
F=8N
Δl = 0,08 cm
lo = 60 cm

Tegangan = F/A = 8/4.10-6 = 2.106 N/m2


Regangan = 0,08/60 = 1,333 … x 10-3

4. Seutas kawat logam berdiameter 1,4 mm dan panjang 60 cm digantungi beban


bermassa 100 gram. Kawat tersebut bertambah panjang 0,3 mm. Apabiia
percepatan gravitasi bumi sebesar 9,8 m/s2, hitunglah:
a. tegangan,
b. regangan, dan
c. modulus Young bahan.

Penyelesaian:

Diketahui

d = 1,4 mm
r = 0,7 mm = 7 x 10-4m
m = 100 g = 0,1 kg
g = 9,8 m/s2
ℓ0 = 60 cm = 0,6 m
∆ℓ = 0,3 mm = 3 x 10-4 mm

Ditanyakan :

a. δ
b. e
c. Y

Jawab:

14 | P a g e
F mg (0,1 kg)(9,8 ms2 )
a. δ = A = πr2 = 22 = 6,36 × 105 𝑁/𝑚2
( )(7×10−4 m)2
7
∆𝑙 3×10−4 𝑚
b. 𝑒 = = = 5 × 10−4
𝑙0 0,6 𝑚
c.

5. Sebuah pegas memiliki panjang 50 cm saat digantung vertikal. Pada saat


diberi beban seberat 30 N, pegas bertambah panjang menjadi 55 cm.
Berapakah konstanta pegas dan panjang pegas ketika ditarik gaya sebesar 45
N?

Penyelesaian:

Diketahui:

X0 = 50 cm = 0,5 m
X1 = 55 cm = 0,55 m
F1 = 30 N
F2 = 45 N

Ditanyakan :

a. K
b. X2

Jawab:

15 | P a g e
6. Seutas kawat sepanjang 1 meter ditarik dengan gaya 4 N. Luas penampang
kawat tersebut 2 mm2 dan modulus elastisitasnya 101° N/m2. Hitung
pertambahan panjang kawat akibat gaya yang diberikan!

Penyelesaian:

Diketahui:

Y = 1010 N/m2
A = 2 mm2 = 2×10-6 m2
ℓ=1m
F=4N

Ditanyakan = ∆ℓ

Jawab:

16 | P a g e
7. Kawat A dan B terbuat dari bahan yang sama. Kawat A memiliki diameter tiga
kali diameter kawat B dan memiliki panjang dua kali panjang B. Berapakah
perbandingan antara tetapan gaya kawat A dan B?

Penyelesaian:

Diketahui :

Kawat terbuat dari bahan yang sama sehingga YA = YB = Y

DA = 3 DB
ℓA = 2 ℓB

Ditanyakan : KA : KB

Jawab:

8. Sebuah kawat baja (E = 2 x 1011 N/m2). Panjang 125 cm dan diameternya 0.5
cm mengalami gaya tarik 1 N.Tentukan:
a. tegangan.
b. regangan.
c. pertambahan panjang kawat.

Jawab:

a. Tegangan = F/A ; F = 1 N.
A = p r2 = 3.14 (1/4 . 10-2)2A = 1/(3.14 . 1/16 . 10-4) = 16 . 10-4/3.14 = 5.09 .
104 N/M2
b. Regangan = e = DL/L = (F/A)/E
= 5.09. 104/2.1011 = 2.55.10-7
c. Pertambahan panjang kawat: DL = e . L = 2.55 . 10-7 . 125 = 3.2 . 10-5 cm

9. Sebuah kawat baja (E = 2 x 1011 N/m2). Panjang 125 cm dan diameternya 0.5
cm mengalami gaya tarik 1 N.Tentukan:
a. tegangan.
17 | P a g e
b. regangan.
c. pertambahan panjang kawat.
Jawab:
a. Tegangan = F/A ; F = 1 N.
A = p r2 = 3.14 (1/4 . 10-2)2A = 1/(3.14 . 1/16 . 10-4) = 16 . 10-4/3.14 = 5.09 .
104 N/M2
b. Regangan = e = DL/L = (F/A)/E
= 5.09. 104/2.1011 = 2.55.10-7c. Pertambahan panjang kawat: DL = e . L =
2.55 . 10-7 . 125 = 3.2 . 10-5 cm

10. Bila kaki seorang pelari menyentuh tanah, gaya geser yang bekerja pada tanah
setebal 8 mm adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar. Jika gaya 25 N
didistribusikan pada luas 15 cm2, hitung sudut geser q bila diketahui modulus
geser tanah adalah 1.9×105 Pa.

11. Seorang pemanjat tebing bermassa 95 kg jatuh dan bergantung pada tali
sepanjang 15 m dan berdiameter 9.6 mm. Bila tali tersebut bertambah panjang
2.8 cm hitung a) regangan, b) tegangan dan c) modulus Young dari tali

12. Kawat piano dari baja panjangnya 1,6 m dengan diameter 0,2 cm dan modulus
Young 2 x 1011 N/m2. Ketika dikencangkan kawat meregang 0,3 cm.
Berapakah besarnya gaya yang diberikan?
Penyelesaian:
Diketahui:
L = 1,6 m
d = 0,2 cm = 2 x 10 -3 m
Ditanya:
F = ... ?

18 | P a g e
Jawab:
A = πr2 = 3,14 ( 1 x 10-3 )2 = 3,14 x 10-6 m2

13. Sebuah bahan elastis dalam keadaan tergantung bebas. Pada saat ujung yang
bebas digantungi dengan beban 50 gram, bahan elastis bertambah panjang 5
mm. Berapakah pertambahan panjang bahan elastis tersebut jika ujung yang
bebas digantungi dengan beban 150 gram?
Penyelesaian

Essay

14. jika sobat punya kawat A dan kawat B sama panjang dengan perbandingan
diameter 1:2, masing-masing ditarik oleh gaya sebesar F, sehingga mengalami
pertambahan panjang dengan perbandingn 3:1. Pertanyaannya berapa nilai
perbandingan dari modulus young kawat A dan kawat B?

jawab

Perbandingan diameter A : B = 1:2 maka perbandingan luas penampang = 12 :


22 = 1:4
perbandingan Δl A dan B = 3:1
jika melihat rumus modulus young
𝐹
𝜎 𝐴 𝐹. 𝑙0
𝐸= = ∆𝑙 =
𝑒 𝐴. ∆𝑙
𝑙0

didapat kesimpulan “modulus young sebanding dengan gaya (F) serta


panjang awal (lo) dan berbanding terbalik dengan luas alas (A) dan
pertambahan panjang ( Δl)“

19 | P a g e
EA/EB = [FA/FB] x [Luas Alas B/Luas Alas A] x [ΔlB/ΔlA] (perhatikan posisi
atas bawah A dan B)
EA/EB = 1/1 x 4/1 x 1/3 = 4/3

jadi perbandingan modulus young kawat A dan Kawat B = 4:3

Daftar Pustaka
1. Halliday dkk. 2005. Fisika Dasar Edisi ke Tujuh Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
2. Ishak, Muhammad. 2006. Fisika Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu.
3. Kindersley, Dorling. 2008. Ensiklopedia Sains. Jakarta: Erlangga

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai