Disusun Oleh :
Design Engineering
2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM
A. Chapter 1 Stress
TEGANGAN:
Faktor yang timbul akibat adanya tekanan, tarikan, bengkokan, dan
reaksi. Pada pembebanan tarik terjadi tegangan tarik, pada pembebanan
tekan terjadi tegangan tekan, begitu pula pada pembebanan yang lain.
Macam-macam Tegangan:
1. TEGANGAN NORMAL
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan
pada benda. Jika gaya dalam diukur dalam N (Newton), sedangkan
luas penampang dalam m2, maka satuan tegangan adalah N/m2 (Pa).
𝜎=𝐹x𝐴
F = Gaya (N)
2. TEGANGAN TARIK
Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku
keling, dan lain-lain. Rantai yang diberi beban W (Weight) akan
mengalami tegangan tarik yang besarnya tergantung pada beratnya.
3. TEGANGAN TEKAN
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F yang
saling berlawanan dan terletak dalam satu garis gaya. Misalnya,
terjadi pada tiang bangunan yang belum mengalami tekukan, poros
sepeda, dan batang torak. Tegangan tekan dapat ditulis:
4. TEGANGAN GESER
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua
gaya yang berlawanan arah, dalam arah sejajar terhadap permukaan
suatu benda. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi, misalnya:
sambungan keling, dan sambungan baut
Untuk hal ini tegangan yang terjadi adalah apabila pada konstruksi
mempunyai n buah paku keling, maka persamaan tegangan gesernya
adalah :
𝜏 = 𝐹/nD^2𝜋/4
Sama seperti Stress, ada dua jenis regangan yang dapat dialami
struktur:
1. Regangan Normal
2. Regangan Shear
Ketika suatu gaya bertindak tegak lurus (atau "normal") ke
permukaan suatu benda, ia memberikan tekanan normal. Ketika suatu
gaya bekerja sejajar dengan permukaan suatu benda, gaya tersebut
memberikan tegangan geser.
Regangan Normal
Strain adalah ukuran tanpa unit tentang seberapa besar suatu benda
menjadi lebih besar atau lebih kecil dari beban yang diterapkan. Strain
normal terjadi ketika pemanjangan suatu objek sebagai respons terhadap
tegangan normal (yaitu tegak lurus terhadap permukaan), dan
dilambangkan dengan huruf Yunani epsilon. Nilai positif sesuai dengan
regangan tarik, sedangkan negatif adalah tekan. Strain geser terjadi
ketika deformasi suatu objek merupakan respons terhadap tegangan
geser (mis. Sejajar dengan permukaan), dan dilambangkan dengan
gamma huruf Yunani.
Dari hukum Hooke dan definisi stres dan ketegangan kami, kami
dapat dengan mudah mendapatkan hubungan sederhana untuk
deformasi material.
1. Strength (Kekuatan)
Kekuatan merupakan kemampuan dari suatu material untuk
menahan beban tanpa mengalami kepatahan.
2. Stiffness
Stiffness merupakan sifat kaku dari suatu material. Sifat kekakuan
merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari suatu materi
dan memiliki efek yang penting dalam penyesuaian penyelesaian
dan pemasangan dari kaca. Banyak material yang kaku memiliki
kepadatan yang rendah untuk menahan deformasi dari penyemiran,
pemasangan, gravitasi dan vibrasi pada saat pengoperasiannya.
Apapun bentuk dan struktur internalnya, stiffness mendukung
lingkungan material dapat dituliskan sebagai
3. Elasticity
Elastisitas adalah kemampuan material untuk menyerap tekanan
dan memantulkannya ke arah lain serta mampu kembali ke bentuk
semula sebelum menerima tekanan tersebut.
4. Plasticity
Plastis merupakan suatu keadaan dimana benda mengalami
pertambahan panjang tetapi benda tersebut tidak bisa kembali ke
bentuk semula.
5. Ductility
Merupakan kemampuan benda untuk dibentuk tanpa mengalami
kepatahan atau deformasi lainnya.
6. Toughness
Merupakan sifat benda yang tidak akan patah atau retak ketika
mengalami hentakan secara tiba – tiba. Ketahanan (toughness) dari
sebuah material berada di bawah kurva tegangan dan
regangan. Pada bagian tegangan, menunjukkan keseimbangan
dengan kekuatan tekan sedangkan pada bagian regangan
menunjukkan keseimbangan dengan perpanjangannya. Wilayah di
bawah kurva tegangan dan regangan sangat seimbang dengan
integral dari gaya melebihi dari panjang rentang polimer sebelum
mengalami kepatahan. Atau dapat dituliskan
Kekuatan Melar
Secara spesifik tingkatan tekanan dinamakan sebagai batas mulur,
mulur akan menjadi mudah dan dapat diabaikan dalam jangka
panjang pada saat memuat aplikasinya. Perancang yang biasa
bekerja dengan bahan – bahan metal harus memberikan perhatian
yang besar pada kekuatan mulur dan modulus ketika mereka
merancang sebuah termoplastic.
Modulus Creep
Modulus pemelaran (Creep Modulus / Et), menunjukkan modulus
dari material yang diberikan tingkat tekanan dan temperatur
melebih spesifiknya dalam suatu periode waktu (t).
Langkah penyesuaian dalam menggunakan data pemuluran untuk
perancangan pemuatan yang lebih lanjut adalah untuk mencocokan
waktu dan temperatur yang bergantung pada modulus creep, yang
sering juga disebut modulus nyata.
8. Hardness
Kekerasan ( hardness ) merupakan kemampuan dari suatu bahan/
material terhadapgaya tekan/ goresan/ pengikisan.
Pengujian kekerasan adalah satu dari sekian banyak pengujian yang
dipakai, karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang kecil tanpa
kesukaran mengenai spesifikasi. Pengujian paling banyak dipakai
ialah dengan menekankan penekan tertentu kepada benda uji
dengan beban tertentu dan dengan mengukur ukuran bekas
penekanan yang terbentuk di atasnya, cara ini dinamakan cara
kekerasan penekanan.
Modulus Young
Modulus Young adalah perbandingan antara Tegangan dan
regangan. Modulus Young sering juga disebut sebagai modulus
elastisitas atau modulus perenggangan. Modulus Young adalah
penyerongan dari curva tegangan dan regangan. Kurva tegangan
dan
regangan sering kali tidak berbentuk garis lurus, yang menandakan
bahwa terjadinya perubahan pada besar regangan dari suatu benda.
Berikut ini adalah contoh kurva yang menunjukkan modulus Young
Stress (Tegangan)
Tegangan merupakan gaya per unit luas dari material yang
menerima gaya tersebut.
Unit dari tegangan adalah sama dengan tekanan yang dialami oleh
suatu material. Kita dapat menggunakan Pascal (Pa) untuk
menguraikannya sebagai unit dari tegangan. Dalam literatur
polimer, tegangan sering kali ditampilkan dalam satuan Psi (pounds
per square inch) 1 Mpa = 145 Psi
Strain (Regangan)
Regangan adalah merupakan ukuran perubahan dari panjang dari
suatu material. Ketegangan biasanya ditampilkan dengan dua cara
- Elongation
- extension ratio
Tekanan
Tegangan normal = F / A’
Tegangan tangensial (geser) = F /A’
Regangan
Axial Load
Jika bahan berperilaku secara elastis linier, maka hukum Hooke berlaku,
dan ada hubungan proporsional antara stres dan regangan.
Dengan cara yang sama, distribusi tegangan pada penyangga juga akan
keluar dan menjadi seragam pada penampang yang berjarak sama dari
penyangga.
Deformasi elastis bagian beban aksial
Dalam banyak kasus bar akan memiliki luas penampang konstan A, dan
material akan homogen, sehingga E konstan. Lebih jauh lagi, jika gaya
eksternal konstan diterapkan pada setiap ujung, maka gaya internal P
sepanjang panjang bar juga konstan. Akibatnya, bisa dibedakan untuk
menghasilkan
Jika bar dikenakan beberapa gaya aksial yang berbeda sepanjang
panjangnya, atau luas penampang atau modulus elastisitas berubah
secara tiba-tiba dari satu daerah bar ke yang berikutnya, persamaan di
atas dapat diterapkan untuk setiap segmen bar di mana bar ini jumlah
tetap konstan. Untuk kasus umum ini.
Uji puntir (torsion test) adalah salah satu pengujian merusak yang
mengakibatkan suatu material mengalami patahan.
Uji puntir sering digunakan untuk menguji bahan-bahan getas,
misalnya baja-baja untuk perkakas, dan telah digunakan sebagai uji
plintir suhu tinggi untuk menilai kemampuan tempaan suatu bahan. Uji
puntir sangat bermanfaat untuk berbagai penggunaan dibidang teknik
dan juga penelitian teoretis mengenai aliran plastik.
Tujuan Uji Puntir
Jika poros memiliki penampang lintang padat, momen polar dari inersia
J dapat ditentukan menggunakan elemen area dalam dari cincin
diferensial atau annulus yang memiliki ketebalan dp dan keliling.
Poros Tubular
Tetapi, regangan geser maksimum pada serat-serat luar dari batang uji
adalah τ = f(ϒ), oleh karena itu jika ada kurva momen puntir – sudut
puntir, maka tegangan geser dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan diatas. Gambar pada kurva melukiskan bagaimana cara-cara
melakukannya. Pengujian persmaan (10-11) menunjukkan bahwa
persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai fungsi geometris pada
kurva.
JENIS-JENIS KEGAGALAN PUNTIRAN
Gambar dibawah ini, memperlihatkan keadaan pada titik
dipermukaan benda yang diberi beban puntir. Tegangan geser maksimum
terjadi pada dua buah layar yang saling tegak lurus terhadap sumbu
memanjang y dan sejajar dengan sumbu x.
Soal :
IV. METODOLOGI/ PROSEDUR PRAKTIKUM
STR17 (Kasus 1)
1. PROSEDUR MENGGUNAKAN ALAT PRAKTIKUM
Cara kerja :
Jadi dapat dilihat dari table di atas bahwa sanya terdapat batang yang
mengalami tarikan dan tekanan, hal itu di karenakan bentuk struktur dan
tempat gaya yang di berikan terhadap struktur tersebut
STR17
Batang
F
1 2 3 4 5 7 8
0 63 22 69 69 109 257 110
50 53 31 78 87 110 244 98
100 43 41 87 106 110 232 85
150 31 50 97 125 110 219 71
200 23 59 106 143 110 206 59
250 16 68 114 160 110 195 48
3. Dokumentasi Kegiatan
STR6 (Kasus 2)
Cara Kerja
a. Sudut Defleksi
Brass
F 300 mm 350 mm 400 mm 450 mm 500 mm
0.25 Nm 0.17˚ 0.207˚ 0.236˚ 0.266˚ 0.296˚
Sudut
Jenis Bahan Puntir
500mm
Baja 0.15˚
Kuningan 0.296˚
STR17
Hasil Praktikum yang kami lakukan Pada Kamis, 3 Oktober 2019 terbagi
dalam 2 jenis praktikum. Praktikum pertama yaitu menguji regangan pada
batang struktur yang diberi gaya 0-250 N, Pada praktikum ini kami
menggunakan panduan module STR 17, hasil dari praktikum pertama
sebagai berikut :
F 1 2 3 4 5 7 8
0 63 22 69 69 109 257 110
50 53 31 78 87 110 244 98
100 43 41 87 106 110 232 85
150 31 50 97 125 110 219 71
200 23 59 106 143 110 206 59
250 16 68 114 160 110 195 48
STR 6
STR 17
Dari hasil yang didapatkan pada saat pratikum STR 17 ( Tabel 1) dapat
disimpulkan bahwa regangan yang di alami setiap batang akan bertambah
besar,jika gaya yang diberikan juga bertambah.sehingga, kita juga dapat
membandingkan data yang kita cari menggunakan cara analisis dengan data
yang kita dapat dari hasil pratikum ,hasilnya sebagai berikut :
Batang
F
1 2 3 4 5 7 8
250 47 -46 -45 -91 1 62 62
Dari table diatas dapat kita ketahui bahwa, pada saat diberi gaya
sebesar 250N batang 1 menerima regangan sebesar -47mm, batang 2
menerima regangan sebesar 46mm, batang 3 menerima regangan sebesar
45mm, batang 4 menerima regangan sebesar 91mm ,batang 5 menerima
regangan sebesar 1mm, batang 7 menerima regangan sebesar -62mm
,batang 8 menerima regangan sebesar -62mm.dari hasil tersebut
didapatkan lah sebuah kesimpulan yaitu jika hasil nya – (negatif) maka
batang tersebut mengalami peristiwa ditekan .sebaliknya, jika hasil nya +
(positif) maka batang tersebut mengalami peristiwa ditarik
𝜺
𝑬=
𝝉
Keterangan :
𝜀 = Regangan
𝜏 = Tegangan
E = Modulus Young
F 1 2 3 4 5 7 8
250 47 -47 -47 -94 0 67 67
Dari data yang ada pada tabel diatas dapat kita bandingkan Hasil
yang kita dapat melalui praktikum dengan yang di dapat dari hasil analisis,
yaitu pada saat batang 1 menerima gaya sebesar 250N hasil praktikum
menunjukan angka regangan yang terjadi sebesar 47 sedangkan secara
analisis juga 47. Maka dari hasil tersebut dapat kita lihat bahwa regangan
yang kami uji saat praktikum dengan yang kami cari dengan analisis tidak
berbeda jauh,sehingga hasil dari praktikum yang kami lakukan bisa
dinyatakan berhasil.akan tetapi, perbedaan hasil antara analisis dengan
hasil praktikum itu bisa jadi dikarenakan pada saat praktikum ada sesuatu
hal yang membuat hasil tidak sesuai .seperti nilai yang di keluarkan oleh
alat tidak konsisten atau berubah-rubah dikarenakan alat sangat sensitif
terhadap getaran. Sehingga hasil yang di dapat tidak terlalu tepat.
STR6
Steel
500 mm
2˚
4˚
6.5˚
8.5˚
10.8˚
Dari hasil tersebut dapat di lihat, ketika Baja pada jarak 500 mm di
beri gaya 1 N maka akan ber geser sebesar 2 ˚ dan Seterus nya
Baja
Analisis Praktikum
Jarak
Torsi Sudut Torsi Sudut Puntir
Puntir
500 0.25 0.151˚ 17.7 10.8 ˚
mm Nm Nm
Brass Hollow
Jarak Sudut Puntir
Analisis Praktikum
500
0.33˚ 20.5˚
Mm