Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PRAKTIKUM 1 KEKUATAN BAHAN

AXIAL LOAD dan TORSION

Disusun Oleh :

Habib Arasid (218421005)

Husaena Muhammad Nurdin (218421007)

Muhammad Firman Friyadi (218421015)

Wiki Adrian (218421022)

Teknologi Rekayasa Perancangan Manufaktur

Design Engineering

POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG

2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM

 Membuktikan teori mengenai perhitungan tegangan normal dan geser


rata – rata.
 Membuktikan teori mengenai regangan normal dan regangan geser.

II. LANDASAN TEORI

Referensi : "Mechanics of Material" Hibbler.

A. Chapter 1 Stress

TEGANGAN:
Faktor yang timbul akibat adanya tekanan, tarikan, bengkokan, dan
reaksi. Pada pembebanan tarik terjadi tegangan tarik, pada pembebanan
tekan terjadi tegangan tekan, begitu pula pada pembebanan yang lain.
Macam-macam Tegangan:

1. TEGANGAN NORMAL
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan
pada benda. Jika gaya dalam diukur dalam N (Newton), sedangkan
luas penampang dalam m2, maka satuan tegangan adalah N/m2 (Pa).

𝜎=𝐹x𝐴

Dimana : 𝜎 = Tegangan (Pa, Mpa)

F = Gaya (N)

A = Luasan penampang (m2)

2. TEGANGAN TARIK
Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku
keling, dan lain-lain. Rantai yang diberi beban W (Weight) akan
mengalami tegangan tarik yang besarnya tergantung pada beratnya.
3. TEGANGAN TEKAN
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F yang
saling berlawanan dan terletak dalam satu garis gaya. Misalnya,
terjadi pada tiang bangunan yang belum mengalami tekukan, poros
sepeda, dan batang torak. Tegangan tekan dapat ditulis:
4. TEGANGAN GESER
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua
gaya yang berlawanan arah, dalam arah sejajar terhadap permukaan
suatu benda. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi, misalnya:
sambungan keling, dan sambungan baut

Untuk hal ini tegangan yang terjadi adalah apabila pada konstruksi
mempunyai n buah paku keling, maka persamaan tegangan gesernya
adalah :
𝜏 = 𝐹/nD^2𝜋/4

Dimana : D = diameter paku keeling


B. Chapter 2 Strain

Sama seperti Stress, ada dua jenis regangan yang dapat dialami
struktur:
1. Regangan Normal
2. Regangan Shear
Ketika suatu gaya bertindak tegak lurus (atau "normal") ke
permukaan suatu benda, ia memberikan tekanan normal. Ketika suatu
gaya bekerja sejajar dengan permukaan suatu benda, gaya tersebut
memberikan tegangan geser.

Mari kita pertimbangkan batang di bawah tekanan uniaksial. Batang


memanjang di bawah tegangan ini ke panjang baru, dan regangan
normal adalah rasio dari deformasi kecil ini dengan panjang asli batang.

Regangan Normal

Strain adalah ukuran tanpa unit tentang seberapa besar suatu benda
menjadi lebih besar atau lebih kecil dari beban yang diterapkan. Strain
normal terjadi ketika pemanjangan suatu objek sebagai respons terhadap
tegangan normal (yaitu tegak lurus terhadap permukaan), dan
dilambangkan dengan huruf Yunani epsilon. Nilai positif sesuai dengan
regangan tarik, sedangkan negatif adalah tekan. Strain geser terjadi
ketika deformasi suatu objek merupakan respons terhadap tegangan
geser (mis. Sejajar dengan permukaan), dan dilambangkan dengan
gamma huruf Yunani.

Perilaku Mekanik Bahan

Jelas, stress dan regangan berhubungan. Stres dan tekanan


dihubungkan oleh hukum konstitutif, dan kita dapat menentukan
hubungan mereka secara eksperimental dengan mengukur berapa
banyak stres yang diperlukan untuk meregangkan suatu material.
Pengukuran ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji tarik.
Dalam kasus yang paling sederhana, semakin banyak Anda menarik
pada suatu objek, semakin banyak itu berubah bentuk, dan untuk nilai-
nilai kecil dari ketegangan hubungan ini linier. Hubungan linear dan
elastis antara stress dan ketegangan ini dikenal sebagai Hukum Hooke.
Jika Anda memplot tegangan versus regangan, untuk galur kecil grafik
ini akan linier, dan kemiringan garis akan menjadi properti material
yang dikenal sebagai Young's Elastic Modulus. Nilai ini dapat sangat
bervariasi dari 1 kPa untuk Jello hingga 100 GPa untuk baja. Untuk
sebagian besar bahan teknik, wilayah linier dari diagram tegangan-
regangan hanya terjadi untuk regangan yang sangat kecil (<0,1%).
Dalam kursus ini, kita akan fokus hanya pada material yang linier elastis
(mis. Mereka mengikuti hukum Hooke) dan isotropik (mereka
berperilaku sama tidak peduli ke arah mana Anda menariknya).

Dari hukum Hooke dan definisi stres dan ketegangan kami, kami
dapat dengan mudah mendapatkan hubungan sederhana untuk
deformasi material.

Secara intuitif, ujian ini masuk akal: menerapkan lebih banyak


beban, dapatkan deformasi yang lebih besar; oleskan beban yang sama
ke bahan yang lebih kaku atau lebih tebal, dapatkan deformasi yang
lebih sedikit. Jika struktur berubah bentuk, atau material, atau dimuat
berbeda di berbagai titik, maka kita dapat membagi beberapa pemuatan
ini menggunakan prinsip superposisi.

Hukum Hooke Umum

Dalam pelajaran terakhir, kami mulai belajar tentang bagaimana stres


dan ketegangan berhubungan - melalui hukum Hooke. Tapi, sampai saat
ini kami hanya mempertimbangkan versi yang sangat disederhanakan
dari hukum Hooke: kami hanya berbicara tentang stres atau ketegangan
dalam satu arah. Dalam pelajaran ini, kita akan mempertimbangkan
hukum Hooke yang digeneralisasi untuk material homogen, isotropik,
dan elastis yang terpapar pada gaya pada lebih dari satu sumbu.

Hal pertama yang pertama, bahkan hanya menarik (atau mendorong)


pada sebagian besar material dalam satu arah sebenarnya menyebabkan
deformasi pada ketiga arah ortogonal. Mari kita kembali ke ilustrasi
pertama tentang ketegangan. Kali ini, kami akan menjelaskan fakta
bahwa menarik suatu objek secara aksial menyebabkannya memampat
secara lateral ke arah melintang:

Jadi, menariknya ke arah x menyebabkannya menyusut ke arah y &


z. Properti material ini dikenal sebagai rasio Poisson, dan dilambangkan
dengan huruf Yunani nu, dan didefinisikan sebagai:

Atau, lebih matematis, menggunakan beban aksial yang ditunjukkan


pada gambar di atas, kita dapat menuliskan ini sebagai persamaan:
Karena rasio Posisson adalah rasio dua strain, dan regangan tidak
berdimensi, rasio Poisson juga tak bersatu. Rasio Poisson adalah
properti material. Rasio Poisson dapat berkisar dari nilai -1 hingga 0,5.
Untuk sebagian besar bahan rekayasa, misalnya baja atau aluminium
memiliki rasio Poisson sekitar 0,3, dan karet memiliki rasio Poisson
sekitar 0,5, yang disebut sebagai "tidak dapat dikompresi". Tidak
terkompresi berarti bahwa jumlah apa pun yang Anda kompres dalam
satu arah, itu akan memperluas jumlah yang sama di arah lainnya -
karenanya, volumenya tidak akan berubah.
Ada beberapa penelitian yang sangat menarik dalam dekade terakhir
dalam menciptakan bahan terstruktur yang memanfaatkan
ketidakstabilan geometri dan elastis (topik yang akan kita bahas secara
singkat dalam kuliah berikutnya) untuk membuat bahan bantu - bahan
dengan rasio Poisson negatif. Secara fisik, ini berarti bahwa ketika Anda
menarik material dalam satu arah, ia akan mengembang ke semua arah
(dan sebaliknya). Prinsip ini dapat diterapkan dalam 3D untuk membuat
kerang yang dapat diperluas / dapat dilipat:
Melalui rasio Poisson, kita sekarang memiliki persamaan yang
menghubungkan regangan pada arah y atau z dengan regangan pada
arah z. Kita bisa menghubungkan ini kembali ke stres melalui hukum
Hooke. Ini adalah catatan penting: menarik benda ke satu arah
menyebabkan stres hanya ke arah itu, dan menyebabkan ketegangan di
ketiga arah. Jadi, sigmay = sigmaz = 0. Mari kita menuliskan garis-garis
pada arah y dan z dalam hal tekanan pada arah x.
Ingat, sampai saat ini, kami hanya mempertimbangkan deformasi
uniaksial. Pada kenyataannya, struktur dapat dimuat secara bersamaan
dalam berbagai arah, menyebabkan tekanan pada arah tersebut. Cara
yang membantu untuk memahami ini adalah dengan membayangkan
"kubus" materi yang sangat kecil di dalam suatu objek. Kubus itu dapat
memiliki tekanan yang normal untuk setiap permukaan, seperti ini:

Jadi, menerapkan beban ke arah x menyebabkan tegangan normal ke


arah itu, dan hal yang sama berlaku untuk tegangan normal di arah y dan
z. Dan, seperti yang kita ketahui sekarang, stres dalam satu arah
menyebabkan ketegangan pada ketiga arah. Jadi sekarang kita
memasukkan ide ini ke dalam hukum Hooke, dan menuliskan
persamaan untuk strain di setiap arah sebagai:

Persamaan-persamaan ini terlihat lebih sulit daripada yang


sebenarnya: regangan pada setiap arah (atau, setiap komponen
regangan) tergantung pada tegangan normal pada arah itu, dan rasio
Poisson dikalikan regangan pada dua arah lainnya. Sekarang kita
menyamakan bagaimana suatu objek akan berubah bentuk dalam tiga
arah ortogonal. Nah, jika suatu objek berubah bentuk dalam ketiga arah,
itu berarti ia akan mengubah volumenya. Ukuran sederhana untuk
perubahan volume ini dapat ditemukan dengan menambahkan tiga
komponen normal regangan:

Sekarang kita memiliki persamaan untuk perubahan volume, atau


pelebaran, dalam hal strain normal, kita dapat menulis ulang dalam hal
tekanan normal.

Jenis stres yang sangat umum yang menyebabkan pelebaran dikenal

sebagai stres hidrostatik. Ini hanyalah tekanan yang bekerja secara


merata pada seluruh material. Karena bertindak sama, itu berarti:

Jadi, dalam kasus tekanan hidrostatik kita dapat mengurangi


persamaan akhir kita untuk pelebaran sebagai berikut:
Hubungan terakhir ini penting, karena merupakan hubungan
konstitutif untuk bagaimana volume material berubah di bawah tekanan
hidrostatik. Preaktor ke p dapat ditulis ulang sebagai modulus curah
material, K.

Pada bagian sebelumnya kami mengembangkan hubungan antara


stres normal dan ketegangan normal. Sekarang kita harus bicara soal
geser. Mari kita kembali ke kubus materi imajiner. Selain kekuatan
eksternal yang menyebabkan tekanan yang normal pada setiap
permukaan kubus, gaya dapat menyebabkan tekanan yang paralel
dengan setiap permukaan kubus. Dan, seperti yang kita ketahui,
tegangan paralel dengan penampang adalah tegangan geser.

Sekarang bahwa kubus bahan terlihat jauh lebih rumit, tetapi


sebenarnya tidak terlalu buruk. Pada setiap permukaan ada dua tegangan
geser, dan subskrip memberitahu Anda ke arah mana mereka menunjuk
dan permukaan mana mereka sejajar. Misalnya, ambil wajah kanan
kubus. Tekanan normal pada wajah ini adalah tekanan normal pada arah
x. Ada dua tekanan yang paralel dengan permukaan ini, satu menunjuk
ke arah y (dilambangkan tauxy) dan satu menunjuk ke arah z
(dilambangkan tauxz). Agar kubus berada dalam kesetimbangan, tauxy
= tauyx (jika tidak, kubus akan berputar). Oleh karena itu, sekarang ada
enam tekanan (sigmax, sigmay, sigmaz, tauxy, tauyz, tauxz) yang
mencirikan keadaan stres dalam bahan homogen, isotropik, elastis.
Jadi, bagaimana tegangan geser ini terkait dengan regangan geser?

Hukum Hooke dalam bentuk geser sangat mirip dengan persamaan


yang kami lihat untuk tegangan dan regangan normal:
Dalam persamaan ini, proporsionalitas antara tegangan geser dan
regangan geser dikenal sebagai modulus geser suatu material. Itulah
persamaan dalam bentuk umumnya, tetapi kita dapat menulis ulangnya
lebih eksplisit dalam hal komponen x, y, dan z. Melakukan hal itu akan
memberi kita hukum Hooke yang digeneralisasi untuk material yang
homogen, isotropik, dan elastis.

Dalam hukum Hooke umum kita, kita memiliki enam komponen


stres dan ketegangan, dan tiga sifat material. Pertanyaan yang wajar
adalah bagaimana hubungan ketiga sifat material ini satu sama lain?
Hubungan itu diberikan oleh persamaan berikut:
C. Chapter 3 Mechnical Properties

1. Strength (Kekuatan)
Kekuatan merupakan kemampuan dari suatu material untuk
menahan beban tanpa mengalami kepatahan.

Pada grafik ditunjukkan batas kekuatan suatu material sembelum


mengalami kepatahan.

2. Stiffness
Stiffness merupakan sifat kaku dari suatu material. Sifat kekakuan
merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari suatu materi
dan memiliki efek yang penting dalam penyesuaian penyelesaian
dan pemasangan dari kaca. Banyak material yang kaku memiliki
kepadatan yang rendah untuk menahan deformasi dari penyemiran,
pemasangan, gravitasi dan vibrasi pada saat pengoperasiannya.
Apapun bentuk dan struktur internalnya, stiffness mendukung
lingkungan material dapat dituliskan sebagai
3. Elasticity
Elastisitas adalah kemampuan material untuk menyerap tekanan
dan memantulkannya ke arah lain serta mampu kembali ke bentuk
semula sebelum menerima tekanan tersebut.

4. Plasticity
Plastis merupakan suatu keadaan dimana benda mengalami
pertambahan panjang tetapi benda tersebut tidak bisa kembali ke
bentuk semula.

5. Ductility
Merupakan kemampuan benda untuk dibentuk tanpa mengalami
kepatahan atau deformasi lainnya.

6. Toughness
Merupakan sifat benda yang tidak akan patah atau retak ketika
mengalami hentakan secara tiba – tiba. Ketahanan (toughness) dari
sebuah material berada di bawah kurva tegangan dan
regangan. Pada bagian tegangan, menunjukkan keseimbangan
dengan kekuatan tekan sedangkan pada bagian regangan
menunjukkan keseimbangan dengan perpanjangannya. Wilayah di
bawah kurva tegangan dan regangan sangat seimbang dengan
integral dari gaya melebihi dari panjang rentang polimer sebelum
mengalami kepatahan. Atau dapat dituliskan

Integral ini adalah merupakan energi yang diperlukan untuk


mematahankan suatu benda. Ketahanan merupakan ukuran dari
energi yang dapat diterima oleh suatu benda sebelum mengalami
kepatahan. Berikut ini adalah kurva Toughness
Perbedaan antara Ketahanan dan Kekuatan

Material yang kuat belum tentu tahan untuk


direntangkan. Sedangkan substansi dari perengangan adalah
kekutan, tetapi tidak mengalami deformasi yang besar. Secara lebih
jelas perbedaan antara kekuatan dan ketahanan ditunjukkan dengan
kurva berikut ini:
7. Creep (melar)

Beberapa bagian dari mesin dan struktur


dapat berdeformasi secara kontinu dan perlahan-lahan dalam kurun
waktu yang lama apabila dibebani secara tetap. Deformasi macam
ini yang tergantung pada waktu dinamakan melar (creep). Melar
terjadi pada temperatur rendah juga, tetapi yang sangat menyolok
terjadi pada temperature dekat pada titik cair. Kalau kekuatan lelah
yang akan dikemukakan kemudian dibandingkan dengan kekuatan
melar, kekuatan elah rendah pada temperatur rendah sedangkan
pada temperatur lebih tinggi ( sekitar 650°K untuk baja ) kekuatan
melar lebih rendah. Oleh karena itu pada perencanaan suatu
komponen untuk temperatur rendah perlu didasarkan atas kekuatan
lelah sedangkan pada temperatur lebih tinggi perlu didasarkan atas
kekuatan melar, karena pengaruh waktu pembenanan adalah besar.

Kekuatan Melar
Secara spesifik tingkatan tekanan dinamakan sebagai batas mulur,
mulur akan menjadi mudah dan dapat diabaikan dalam jangka
panjang pada saat memuat aplikasinya. Perancang yang biasa
bekerja dengan bahan – bahan metal harus memberikan perhatian
yang besar pada kekuatan mulur dan modulus ketika mereka
merancang sebuah termoplastic.

Modulus Creep
Modulus pemelaran (Creep Modulus / Et), menunjukkan modulus
dari material yang diberikan tingkat tekanan dan temperatur
melebih spesifiknya dalam suatu periode waktu (t).
Langkah penyesuaian dalam menggunakan data pemuluran untuk
perancangan pemuatan yang lebih lanjut adalah untuk mencocokan
waktu dan temperatur yang bergantung pada modulus creep, yang
sering juga disebut modulus nyata.

8. Hardness
Kekerasan ( hardness ) merupakan kemampuan dari suatu bahan/
material terhadapgaya tekan/ goresan/ pengikisan.
Pengujian kekerasan adalah satu dari sekian banyak pengujian yang
dipakai, karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang kecil tanpa
kesukaran mengenai spesifikasi. Pengujian paling banyak dipakai
ialah dengan menekankan penekan tertentu kepada benda uji
dengan beban tertentu dan dengan mengukur ukuran bekas
penekanan yang terbentuk di atasnya, cara ini dinamakan cara
kekerasan penekanan.

Modulus Young
Modulus Young adalah perbandingan antara Tegangan dan
regangan. Modulus Young sering juga disebut sebagai modulus
elastisitas atau modulus perenggangan. Modulus Young adalah
penyerongan dari curva tegangan dan regangan. Kurva tegangan
dan
regangan sering kali tidak berbentuk garis lurus, yang menandakan
bahwa terjadinya perubahan pada besar regangan dari suatu benda.
Berikut ini adalah contoh kurva yang menunjukkan modulus Young

Material yang kaku, seperti besi, memiliki modulus young yang


besar. Umumnya Fiber juga memiliki modulus Young yang besar
dan memiliki nilai elastomer yang kecil.
Modulus Young dapat juga di tuliskan sebagai berikut:

Stress (Tegangan)
Tegangan merupakan gaya per unit luas dari material yang
menerima gaya tersebut.

Unit dari tegangan adalah sama dengan tekanan yang dialami oleh
suatu material. Kita dapat menggunakan Pascal (Pa) untuk
menguraikannya sebagai unit dari tegangan. Dalam literatur
polimer, tegangan sering kali ditampilkan dalam satuan Psi (pounds
per square inch) 1 Mpa = 145 Psi
Strain (Regangan)
Regangan adalah merupakan ukuran perubahan dari panjang dari
suatu material. Ketegangan biasanya ditampilkan dengan dua cara

- Elongation

- extension ratio

- Kurva strain and Stress

Pada kurva dapat kita lihat bahwa, tegangan yang ditampilkan


dengan elongation. Strain and stress kurva merupakan ukuran
dengan instrument yang digunakan dalam percobaan tegangan
benda. Dapat kita lihat bahwa pada saat terjadi perpanjang
regangan pada material, maka akan terjadi kepatahan pada
material.

Tekanan

Gambar di atas melukiskan suatu batang yang mempunyai


penampang serbasama ditarik dengan gaya F pada kedua
sisinya. Batang dalam keadaan tertarik. Bila dibuat irisan di
batang (gambar b) yang tidak dekat ujung batang, maka pada
irisan tadi terdapat tarikan dengan gaya F yang merata di
penampang batang (sistem dalam keadaan seimbang). Dari sini
dapat didefinisikan tegangan di irirsan tersebut sebagai
perbandingan antara gaya F dengan luas penampang A.

Tegangan : S = F/A ( N/m2 = Pascal), Tegangan tersebut


disebut tegangan tarik.
Bila irisan tadi dibuat sembarang (membentuk sudut), maka
luasannya menjadi A’ dan dan gaya F tadi bisa diurakan menjadi
dua komponen, yaitu F (tegak lurus/normal terhadap A’ dan
F (sejajar/tangensial terhadap A’). Maka tegangan dapat
diurakan menjadi :

Tegangan normal = F / A’
Tegangan tangensial (geser) = F /A’

Demikian juga sebaliknya, bila gaya pada balok mengarah ke


balok. Tegangannya disebut tegangan tekan.

Regangan

Bila gayadiberikan pada balok tersebut memberikan tegangan


tarik, maka balok tersebut juga mengalami perubahan bentuk
yang disebut regangan.
Regangan tekan dapat didefinisikan dengan cara sama,

dengan sebagai pengurangan panjang.


Bila gaya yang diberikan memberikan tegangan geser maka
perubahan bentuk pada balok menjadi :

Rengangan dikarenakan tekanan hidrostatis disebit


regangan volume :

Elastisitas dan Plastisitas


Hubungan antara tegangan dan regangan menyatakan elstisitas
bahan tersebut. Grafik tegangan sebagai fungsi regangan suatu
logam dapat digambarkan sebagi berikut :
Bagian pertama (O – a) tegangan sebanding dengan
regangan, a adalah batas proporsional tersebut. Dari a sampai b
tidak sebanding lagi, tetapi bila beban diambil,
kurva akan kembali ke titik a lagi. Titik a sampai b masih
bersifat elastik dan b adalah batas elastik. Bila beban di ambil
setelah melewati b, misal di c, kurva tidak kembali ke b tetepi
kembali melellui garis tipis. Sehingga panjang tanpa tegangan
menjadi lebih besar dari semula. Bila beban ditambah terus
sampai patah di d, d disebut titik patah. Bila b sampai d cukup
besar, bahan tersebut bersifat ulet, tetapi kalau sangat pendek
disebut rapuh.
D. Chapter 4 Axial Load

Axial Load
Jika bahan berperilaku secara elastis linier, maka hukum Hooke berlaku,
dan ada hubungan proporsional antara stres dan regangan.

Dengan menggunakan ide ini, pertimbangkan cara di mana batang


persegi panjang akan berubah bentuk secara elastis ketika batang
tersebut dikenakan gaya P yang diterapkan pada sumbu
sentrodialnya.Contoh, pertimbangkan profil variasi distribusi tegangan
yang bekerja pada bagian a-a, b-b, dan c-c, yang masing-masing
ditunjukkan dalam gambar dibawah.

Dengan cara yang sama, distribusi tegangan pada penyangga juga akan
keluar dan menjadi seragam pada penampang yang berjarak sama dari
penyangga.
Deformasi elastis bagian beban aksial

Menggunakan metode bagian, elemen yang berbeda dari panjang dx


dan luas penampang A (x) diisolasi dari batang pada posisi sewenang-
wenang x. gaya aksial internal yang dihasilkan akan menjadi fungsi x
karena pembebanan terdistribusi eksternal akan membuatnya bervariasi
di sepanjang panjang batang. beban ini, P (x), akan mengubah bentuk
elemen menjadi bentuk yang ditunjukkan oleh garis putus-putus, dan
oleh karena itu perpindahan salah satu ujung elemen terhadap ujung
lainnya adalah d (delta). Stres dan tekanan pada elemen adalah

asalkan stres tidak melebihi batas proporsional, kita bisa


menerapkan hukum hooke
Untuk seluruh panjang L pada bilah, kita harus mengintegrasikan
perubahan ini untuk menemukan (delta). Ini menghasilkan

Ket :. (delta) = penambahan Panjang


L = panjang batang
P(x) = gaya aksial internal sumbu x
A(x) = Luas penampang batang
E(x) = modulus elastisitas material

Beban konstan dan luas penampang

Dalam banyak kasus bar akan memiliki luas penampang konstan A, dan
material akan homogen, sehingga E konstan. Lebih jauh lagi, jika gaya
eksternal konstan diterapkan pada setiap ujung, maka gaya internal P
sepanjang panjang bar juga konstan. Akibatnya, bisa dibedakan untuk
menghasilkan
Jika bar dikenakan beberapa gaya aksial yang berbeda sepanjang
panjangnya, atau luas penampang atau modulus elastisitas berubah
secara tiba-tiba dari satu daerah bar ke yang berikutnya, persamaan di
atas dapat diterapkan untuk setiap segmen bar di mana bar ini jumlah
tetap konstan. Untuk kasus umum ini.

Untuk beberapa deformasi (lebih dari satu) maka


E. Chapter 5 Torsion
Torsi adalah momen yang cenderung memelintir suatu bagian dari
sumbu longitudinal. Efeknya menjadi perhatian utama dalam desain
poros penggerak yang digunakan dalam kendaraan dan mesin. Ketika
torsi diterapkan, lingkaran dan garis-garis kotak memanjang yang
awalnya ditandai pada poros cenderung mendistorsi ke dalam pola yang
ditunjukkan pada gambar dibawah.

Uji puntir (torsion test) adalah salah satu pengujian merusak yang
mengakibatkan suatu material mengalami patahan.
Uji puntir sering digunakan untuk menguji bahan-bahan getas,
misalnya baja-baja untuk perkakas, dan telah digunakan sebagai uji
plintir suhu tinggi untuk menilai kemampuan tempaan suatu bahan. Uji
puntir sangat bermanfaat untuk berbagai penggunaan dibidang teknik
dan juga penelitian teoretis mengenai aliran plastik.
Tujuan Uji Puntir

Tujuan dilakukannya uji puntir diantaranya adalah :

- Menentukan sifat-sifat modulus elastisitas geser dari material


- Menentukan kekuatan luluh punter
- Menentukan modulus pecah
- Menetukan tegangan alir (flow stress) dari material

Ketika torsi eksternal diterapkan ke poros, itu menciptakan torsi


internal yang sesuai dalam poros. Jika bahannya linier-elastis, maka
hukum Hooke berlaku, dan akibatnya variasi anlinear dalam
regangan geser, mengarah ke variasi tegangan linier yang sesuai di
sepanjang garis radial pada penampang.

Sudut Puntir adalah suatu poros dengan panjang L dikenai momen


puntir T secara konstan dikeseluruhan panjang poros, maka sudut
puntir (angle of twist) θ yang terbentuk pada ujung poros.
Sifat Mekanis Pada Puntiran

Sifat-sifat mekanik yang didapat selama pengujian puntir adalah :

- Modulus Elastisitas Geser


Modulus elastisitas geser adalah kemampuan material untuk
mempertahankan bentuknya didaerah elastis yang disebabkan
oleh tegangan geser . Perbandingan antara tegangan dan
regangan geser pada daerah elastis adalah

- Kekuatan Luluh Puntir (torsional yield strength)


Kekuatan luluh puntir adalah batas tegangan sebelum
mengalami deformasi plastis yang disebabkan oleh tegangan
geser. Untuk menentukannya maka perbandingan panjang
bagian penampang yang menyempit terhadap diameter luar
harus sekitar 8-10 kali. Selain itu pada uji puntir dapat
menggunakan metode offset dengan ketentuan 0,04 rad/m untuk
grafik momen puntir terhadap sudut puntir.

- Modulus Pecah (Modulus of rupture)


Modulus pecah adalah kekuatan geser puntir maksimum, karena
tegangan geser terbesar terjadi dipermukaan batang. Untuk
benda silinder padat dimana
Poros Pejal

Jika poros memiliki penampang lintang padat, momen polar dari inersia
J dapat ditentukan menggunakan elemen area dalam dari cincin
diferensial atau annulus yang memiliki ketebalan dp dan keliling.

Poros Tubular

Jika poros memiliki penampang tubular, dengan jari-jari dalam ci dan


jari-jari luar c0, kita dapat menentukan momen polar inersia dengan
mengurangi J untuk poros jari-jari ci dari yang ditentukan oleh poros
jari-jari c0, hasilnya adalah
Hubungan antara tegangan geser dan regangan geser, dinyatakan
dengan kurva tegangan regangan geser adalah :

Dengan memasukkan persamaan ini kedalam persmaan (10-9) dan


dengan mengganti variable r menjadi Γ melalui hubungan yang didapat
dalam persamaan (10-8) maka diperoleh :

Dimana Γ = rӨ’ adalah turunan dari persamaan (10-10) yang mana :

Tetapi, regangan geser maksimum pada serat-serat luar dari batang uji
adalah τ = f(ϒ), oleh karena itu jika ada kurva momen puntir – sudut
puntir, maka tegangan geser dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan diatas. Gambar pada kurva melukiskan bagaimana cara-cara
melakukannya. Pengujian persmaan (10-11) menunjukkan bahwa
persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai fungsi geometris pada
kurva.
JENIS-JENIS KEGAGALAN PUNTIRAN
Gambar dibawah ini, memperlihatkan keadaan pada titik
dipermukaan benda yang diberi beban puntir. Tegangan geser maksimum
terjadi pada dua buah layar yang saling tegak lurus terhadap sumbu
memanjang y dan sejajar dengan sumbu x.

Perbedaan antara kegagalan puntiran dengan kegagalan tarikan


adalah kecilnya pengurangan luas yang terlokalisir atau perpanjangan yang
terjadi. Suatu logam liat menjadi rusak oleh suatu geseran pada salah satu
bidang dimana tegangan geser tesebut maksimum. Pada umumnya bidang
dimana patah terjadi mempunyai arah tegak lurus terhadap arah sumbu
memanjang. Sedangkan logam getas menjadi rusak karena puntiran pada
bidang yang tegak lurus dengan arah tegangan tarik maksimum. Karena
bidang ini membagi dua sudut antara dua buah bidang tegangan geser
maksimum dan membentuk sudut 450 terhadap arah-arah memanjang dan
melintang, maka puntiran pada logam getas menghasilkan suatu patahan
berbentuk helical. Kadang-kadang patah yang terjadi pada suatu bagian
benda uji, dan terjadi banyak sekali patahan-patahan halus.
Perbedaan Antara Uji Puntir dan Uji Tarik
Untuk suatu benda, uji puntir memberikan hasil pengukuran yang
mendasar mengenai plastisitas suatu logam dibandingkan uji tarik. Untuk
benda puntir langsung menghasilkan kurva tengangan geser-regangan
geser. Jenis kurva demikian mempunyai arti yang lebih mendasar dalam hal
karakteristik perilaku plastik suatu bahan dibanding kurva tegangan-
regangan yang diperoleh dari uji tarik. Suatu harga regangan yang besar
dapat diperoleh dari uji puntir, tanpa menimbulkan keruwetan, missal
penyusutan setempat karena tarikan atau penggembungan (barreling)
karena tekanan akibat gesekan pada benda uji. Selain itu pada puntiran,
pengujian pada laju regangan konstan atau laju regangan tinggi dapat
dilakukan lebih mudah. Pihak lain, diperlukan kerja yang cukup banyak
untuk mengubah data momen puntir dan sudut puntir, menjadi kurva
tegangan-regangan geser. Tanpa memakai benda uji tabung, maka terdapat
gradient tegangan yang curam di sepanjang permukaan benda uji. Hal ini
akan mempersulit pengukuran tegangan luluh secara teliti. Berikut akan
diperbandingkan uji puntir dan uji Tarik
Hal-hal yang Mempengaruhi Kekuatan Material Terhadap
Puntiran
a. Panjang batang, semakin panjang batang yang dikenai beban puntir
maka puntiran akan semakin besar
b. Sifat-sifat material antara lain modulus geser, struktur material, dan
jenis material.
c. Luas penampang batang atau material dimana gaya puntir bekerja.
d. Bentuk penampang batang yang dikenai puntiran.
e. Arah gaya puntir pada batang
III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

Alat : Alat uji TecQuipment STR6 dan STR17

Modul : Tecquipment STR6 dan STR17

Soal :
IV. METODOLOGI/ PROSEDUR PRAKTIKUM

STR17 (Kasus 1)
1. PROSEDUR MENGGUNAKAN ALAT PRAKTIKUM

Cara mensetting peralatan :


- Periksa semua bagian, termasuk listrik utama
- Periksa koneksi listrik dengan tepat dan aman
- Periksa semua komponen dengan aman dan kunci dengan cukup
kencang
- Posisi tes kerangka akan. Yakinkan kokoh, level permukaaan,
dan mudah di akses

Cara kerja :

- Pastikan arus yang digunakan sesuai dengan instruksi


- Terdapat 8 batang pada struktur dan semua batang terdapat kabel
sensor yang terhubung pada tampilan digital regangan
- Salahat satu batang yang tidal digunakan di matikan agar tidak
berpengaruh dengan cara melonggarkan road pengaturnya.
- Setting muatan gaya pada tampilan gaya digital dengan cara
memutar roda pengatur pada muatan gaya agar menjadi 0
- Beri muatan pada muatan gaya sebesar 50 newton dan lihat Basil
regangan pada tampilan regangan, terdapat panel penunjuk
masing masing batang (1-8) putarpanel ke tiap tiap batang agar
dapat mengatahui jumlah regangan pada tiap batang dan catat.
Hasil regangan dikurangi 50N karena display yang tidak presisi.
- Lakukan hal yang sama dengan mengganti muatan gaya menjadi
100, 150, 200, dan 250 N dan Cek regangan pada setiap batang
dan catat data hasil pada tabel.
- Setelah selesai setting muatan kembali ke posisi 0 dan matikan
arus lalu matikan alat. Bersihkan kembali seperti semula.
2. PENYELESAIAN PERHITUNGAN SECARA ANALISIS
Kasus 1
Kesimpulan :
(Tabel Hasil Perhitungan Secara Analisis)

Nomor Hasil Batang


Jenis Batang
Batang Gaya Dalam Tegangan Regangan
1 Tarik 250 9.417 47
2 Tekan 250 9.417 47
3 Tekan 250 9.417 47
4 Tekan 500 18.29 94
5 - 0 0 0
7 Tarik 250 √2 12.93 67
8 Tarik 250 √2 12.93 67

Jadi dapat dilihat dari table di atas bahwa sanya terdapat batang yang
mengalami tarikan dan tekanan, hal itu di karenakan bentuk struktur dan
tempat gaya yang di berikan terhadap struktur tersebut

STR17

Hasil Praktikum dengan STR 17

Tabel 1 Regangan (Kasus 1)

Batang
F
1 2 3 4 5 7 8
0 63 22 69 69 109 257 110
50 53 31 78 87 110 244 98
100 43 41 87 106 110 232 85
150 31 50 97 125 110 219 71
200 23 59 106 143 110 206 59
250 16 68 114 160 110 195 48
3. Dokumentasi Kegiatan
STR6 (Kasus 2)

1. PROSEDUR MENGGUNAKAN ALAT PRAKTIKUM

Cara Mengatur Peralatan Eksperimen

Torsi Sirkuler cocok dengan Bingkai Uji. Gambar 2 menunjukkan Torsi


percobaan bagian melingkar berkumpul di Frame.

Sebelum memasang dan menggunakan peralatan, selalu:

- Periksa secara visual semua bagian, termasuk kabel listrik, dari


kerusakan Periksa sambungan listrik sudah benar dan aman atau aus
- Periksa semua komponen diamankan dengan benar dan pengencang
cukup kencang.
- Tempatkan Bingkai Tes dengan aman. Pastikan berada pada
permukaan yang padat, stabil dan mudah diakses. Jangan sekali-kali
menerapkan beban berlebihan ke bagian mana pun dari peralatan.

Cara Kerja

1. Tempatkan Rangka Uji yang dirakit (lihat instruksi terpisah yang


disertakan dengan Rangka Uji jika perlu) di atas meja kerja. Pastikan
'jendela' Bingkai Tes mudah diakses.
2. Ada dua mur pengunci di masing-masing anggota sisi bingkai (di jalur
dalam). Pindahkan satu ke trek luar (lihat lembar instruksi STRI)
kemudian geser ke kira-kira posisi yang ditunjukkan oleh sekrup ibu jari
pada Gambar 2
3. Angkat papan belakang ke posisi dan minta asisten mengamankan papan
dengan ibu jari sekrup ke mur pengunci. Jika perlu, ratakan papan
dengan melonggarkan sekrup pada satu sisi dan mengencangkan saat
siap
4. Pastikan Digital Force Display berada di 'Hubungkan kabel DIN mini
dari' Force Input 1 'pada Digital Force Display ke soket yang ditandai
Force Output on di bagian kanan bawah papan.
5. Hati-hati nol meteran kekuatan menggunakan dial. Dengan lembut
berikan torsi kecil ke chuck tangan kiri dan lepaskan. Jika perlu,
kosongkan meter lagi.

2. PENYELESAIAN PERHITUNGAN SECARA ANALISIS


Kesimpulan :

a. Sudut Defleksi

(Tabel Perhitungan secara analisis)

Brass
F 300 mm 350 mm 400 mm 450 mm 500 mm
0.25 Nm 0.17˚ 0.207˚ 0.236˚ 0.266˚ 0.296˚

Grafik Perubahan Sudut Defleksi


b. Perbandingan dengan poin (a)

Sudut
Jenis Bahan Puntir
500mm
Baja 0.15˚
Kuningan 0.296˚

Dari table diatas kita dapat mengetahui perbandingan yang


terjadi pada saat batang memiliki jenis yang ber beda. Seperti contoh
tersebut,dimana benda yang berjenis baja akan mempunyai sudut
defleksi lebih kecil daripada yang berbahan kuningan .dikarenakan
modulus elastisitas yang dimiliki oleh baja lebih besar daripada
kuningan.

c. Perbandingan dengan poin (a)

Jenis Bahan 500mm


Sudut
Tegangan
Puntir
brass hollow 0.333˚ 18.4537 N
brass 0.296˚ 38.857 N

Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwasanya sebuah


kuningan yang memiliki lobang di tengah memiliki deflaksi yang lebih
besar dari pada kuningan yang padat.sehingga ketika seseorang ingin
membuat benda yang tahan puntiran atau mengantisipasinya ,haruslah
memilih bahan yang sesuai.jika tidak,maka akan mengalami hal yang
tidak akan di inginkan dikemudian harinya.
3. Dokumentasi Kegiatan
V. HASIL PRAKTIKUM

STR17
Hasil Praktikum yang kami lakukan Pada Kamis, 3 Oktober 2019 terbagi
dalam 2 jenis praktikum. Praktikum pertama yaitu menguji regangan pada
batang struktur yang diberi gaya 0-250 N, Pada praktikum ini kami
menggunakan panduan module STR 17, hasil dari praktikum pertama
sebagai berikut :

Tabel 1 Regangan (Kasus 1)

F 1 2 3 4 5 7 8
0 63 22 69 69 109 257 110
50 53 31 78 87 110 244 98
100 43 41 87 106 110 232 85
150 31 50 97 125 110 219 71
200 23 59 106 143 110 206 59
250 16 68 114 160 110 195 48

STR 6

Praktikum Kedua, yaitu dalam menguji sudut defleksi yang di timbulkan


dari gaya yang di berikan terhadap batang.Baik batang tersebut terbuat dari
besi,kuningan yang bolong,atau kuningan padat.Pada Praktikum ini kami
menggunakan module STR 6 sebagai panduan, hasil praktikum yang kami
dapat sebagai berikut:
Tabel 1 Sudut Puntir (Kasus 2)

Brass Hollow Brass Solid Steel


N 500
500 mm 300 mm 350 mm 400 mm 450 mm 500 mm
mm
1 4˚ 2.8˚ 3˚ 3.5˚ 3.9˚ 4˚ 2˚
2 7.5˚ 5.5˚ 6.4˚ 7˚ 8.2˚ 8.8˚ 4˚
3 11.8˚ 8.5˚ 9.5˚ 11˚ 12.7˚ 13.5˚ 6.5˚
4 16˚ 11.5˚ 13˚ 14.5˚ 17˚ 18.5˚ 8.5˚
5 20.5˚ 14.5˚ 16.5˚ 19.3˚ 22.3˚ 22.5˚ 10.8˚

VI. ANALISA/ PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM

STR 17

Dari hasil yang didapatkan pada saat pratikum STR 17 ( Tabel 1) dapat
disimpulkan bahwa regangan yang di alami setiap batang akan bertambah
besar,jika gaya yang diberikan juga bertambah.sehingga, kita juga dapat
membandingkan data yang kita cari menggunakan cara analisis dengan data
yang kita dapat dari hasil pratikum ,hasilnya sebagai berikut :

Data pada saat F = 0 dijadikan sebagai acuan gaya yang terjadi


pada batang. Sehingga,jika kita ingin mencari berapa regangan yang
terjadi pada batang yang diberi gaya 250 N,dapat dicari dengan formula
F(250N) – F(0). Hasil data yang kami dapatkan sebagai berikut,

Batang
F
1 2 3 4 5 7 8
250 47 -46 -45 -91 1 62 62
Dari table diatas dapat kita ketahui bahwa, pada saat diberi gaya
sebesar 250N batang 1 menerima regangan sebesar -47mm, batang 2
menerima regangan sebesar 46mm, batang 3 menerima regangan sebesar
45mm, batang 4 menerima regangan sebesar 91mm ,batang 5 menerima
regangan sebesar 1mm, batang 7 menerima regangan sebesar -62mm
,batang 8 menerima regangan sebesar -62mm.dari hasil tersebut
didapatkan lah sebuah kesimpulan yaitu jika hasil nya – (negatif) maka
batang tersebut mengalami peristiwa ditekan .sebaliknya, jika hasil nya +
(positif) maka batang tersebut mengalami peristiwa ditarik

Hasil dari percobaan ini dapat kita bandingkan dengan hasil


analisis,yaitu dengan cara mencari gaya dalam batang dan mencari
regangan secara analysis yang didapat dari formula

𝜺
𝑬=
𝝉

Keterangan :

𝜀 = Regangan

𝜏 = Tegangan

E = Modulus Young

Dari rumus tersebut kita mendapat kan regangan masing-masing


batang yang sesuai dengan table berikut ini :

F 1 2 3 4 5 7 8
250 47 -47 -47 -94 0 67 67
Dari data yang ada pada tabel diatas dapat kita bandingkan Hasil
yang kita dapat melalui praktikum dengan yang di dapat dari hasil analisis,
yaitu pada saat batang 1 menerima gaya sebesar 250N hasil praktikum
menunjukan angka regangan yang terjadi sebesar 47 sedangkan secara
analisis juga 47. Maka dari hasil tersebut dapat kita lihat bahwa regangan
yang kami uji saat praktikum dengan yang kami cari dengan analisis tidak
berbeda jauh,sehingga hasil dari praktikum yang kami lakukan bisa
dinyatakan berhasil.akan tetapi, perbedaan hasil antara analisis dengan
hasil praktikum itu bisa jadi dikarenakan pada saat praktikum ada sesuatu
hal yang membuat hasil tidak sesuai .seperti nilai yang di keluarkan oleh
alat tidak konsisten atau berubah-rubah dikarenakan alat sangat sensitif
terhadap getaran. Sehingga hasil yang di dapat tidak terlalu tepat.

STR6

Dari Hasil Analisa yang di dapatkan saat pratikum STR 6 (Tabel 2)


dapat kita simpulkan bahwa bahan,jarak,dan gaya sangat berpengaruh
terhadap sudut deflaksi yang di hasilkan ,semakin besar gaya yang di
berikan terhadap benda,maka semakin besar juga sudut deflaksi yang
terjadi.

Hasil yang kita dapatkan melalui praktikum dapat kita bandingkan


dengan hasil yang kita dapatkan dengan cara analisis . pada modul STR 6
ini ada beberapa kejadian yang dapat dibandingkan.pertama, sudut
deflaksi yang berbahan baja didapatkan hasil secara praktikum seperti :

Steel
500 mm


6.5˚
8.5˚
10.8˚
Dari hasil tersebut dapat di lihat, ketika Baja pada jarak 500 mm di
beri gaya 1 N maka akan ber geser sebesar 2 ˚ dan Seterus nya

Hasil dari praktikum ini dapat di bandingkan dengan hasil analisis


yang kita dapat,dengan menggunakan rumus torsi,jarak dan bahan benda
kita dapat menentukan berapa sudut defleksi yang di hasilkan .rumus nya
seperti :
keterangan :
𝜃 = sudut deflaksi
T = torsi
l = Panjang
J = Luas
G = Modulus
Jika Benda berbahan steel (Baja)
maka dapat kita ketahui bahwa nilai G = 80 x 103 N/mm2 sehingga secara
analisis dapat kita ketahui seberapa besar sudut yang di hasilkan dari baja
dengan T=0.25 Nm, dengan jarak 500 mm , dan Luas ( j ) sebesar 10.294
mm4. Maka, sudut deflaksi yang di hasilkan adalah 0.15 ˚.seperti tabel
berikut ini :

Baja
Analisis Praktikum
Jarak
Torsi Sudut Torsi Sudut Puntir
Puntir
500 0.25 0.151˚ 17.7 10.8 ˚
mm Nm Nm

Dari hasil di atas dapat kita ketahui. bahwa, torsi sangatlah


berpengaruh terhadap sudut yang di hasilkan.Torsi disini didapat dari
rumus yang diatas. Serta, Dari hasil tersebut ketika kita mencari
kelipatannya atau menggunakan rumus perbandingan maka dihasilkan
sudut 10.74 ˚ untuk torsi 17.7Nm dari hasil tersebut maka hasil analitis
dengan hasil praktikum tidak lah berbeda jauh

Kedua, sudut deflaksi benda kuningan terhadap jarak yang di


ubah-ubah memiliki perbandingan seperti berikut :
Brass
Jarak Sudut Puntir
Analitis Praktikum
300 Mm 0.17˚ 2.8˚
350 Mm 0.207˚ 3˚
400 Mm 0.236˚ 3.5˚
450 Mm 0.2665˚ 3.9˚
500 Mm 0.296˚ 4˚

Ketiga,sudut deflaksi yang terjadi kepada benda hollow yang


dicari secara analisis juga dapat di bandingkan dengan hasil praktikum
seperti berikut :

Brass Hollow
Jarak Sudut Puntir
Analisis Praktikum
500
0.33˚ 20.5˚
Mm

Dari hasil perbandingan yang sebelumnya dapat kita ketahui


perbedaan yang terjadi anatra hasil praktikum dengan hasil analisis, hal
tersebut sangatlah berbeda jauh itu terjadi dikarenakan torsi yang
digunakan pada saat praktikum dengan analisis berbeda saat praktikum
kami menggunakan Gaya (N) dan jarak (L) sebagai acuan.akan tetapi,
saat pencarian analisis yang menjadi acuan adalah Torsi (T) dan Jarak
(L).sehingga kami mendapatkan solusi dengan cara mencari torsi
praktikum terlebih dahulu dan membandingkan dengan perbandingan
torsi yang ada. Seperti perbandingan yang pertama. Sehingga kami
mendapatkan hasil perhitungan analisis yang hampir mendekati hasil
praktikum.
VII. KESIMPULAN PRAKTIKUM
Dari hasil yang kita peroleh ,dapat kita ketahui bahwa snya
pemilihan bahan sangatlah berguna dalam menentukan kekuatan barang
yang diingin kan,dari keinginan itu kita dapat menghubungkan dengan teori
perhitungan tegangan normal dan geser rata-ratasehingga produk yang kita
inginkan dapat tercapai maksimal
Akan tetapi pada percobaan praktikum ini mengalami sedikit
kegagalan.kegagalan tersebut terjadi dikarenakan kurangnya sumber yang
kami baca sebelum melakukan praktikum ini dan kami juga kurang teliti
dalam menghitung hasil yang kami dapat saat praktikum tersebut.sehingga
hasil yang dihitung saat praktikum memiliki perbedaan dengan hasil yang
dihitung dengan cara analisis.serta alat display saat pratikum terkadang
terlalu sensitive terhadap getaran ,sehingga mengakibatkan data yang di
peroleh kurang akurat
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Mechanic Study. “Mechanics of materials – strain”.


https://www.bu.edu/moss/mechanics-of-materials-strain/ (Translated)
(Diakses pada hari rabu 16 Oktober 2019)

Noval. Purnomo. “Tegangan”


http://purnomonaval.blogspot.com/2014/10/tegangan
(Diakses pada hari rabu 16 Oktober 2019)

GEORGE E. DIETER, JR. Professor,1961, Metallurgi and Metallurgical


Engineering,New York, Head of Department of Metallurgical
Engineering Drexel Institute of Technologij

MF Spotts,1985,Design Of Machine Elements,Nortwetern.Prentice Hall


Engle Wood Cliffs

VJ Colangelo,1974,Analysis Of Metallurgical Failures,Canada,Interscience


Publication
http://www.academia.edu/15400218/Bahan_uji_puntir_perlakuan_panas
(Diakses pada hari Kamis 09 Maret 2017)

Anda mungkin juga menyukai