Laprak Kinetika Kematian Mikroba
Laprak Kinetika Kematian Mikroba
Oleh :
Bella Nabila NIM 171411037
Delifa Ariesta NIM 171411038
Dhara Firdausa NIM 171411039
Dhea Elita Permana NIM 171411040
Kelompok 2
2B - D3 Teknik Kimia
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat melaksakan dan menyelesaikan laporan praktikum
ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Judul Laporan Praktikum ini
adalah Kinetika Kematian Mikroba dan Teknik Sterilisasi Media secara Batch dan Continue,
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Laboratorium Bioproses
Selama pelaksanaan Praktikum dan dalam penyusunan laporan, penyusun banyak
mendapatkan bantuan dan dorongan baik dari berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing Ibu Dra. Bevi
Lidya, M.Si, Apt., Ibu Ir. Emmanuela Maria Widyanti, M.T. sebagai kepala laboratorium, dan
Bapak Dr. Ir. Bintang Iwhan Moehady, M.Sc sebagai dosen mata kuliah Bioproses, serta Ibu
Yanti Mala sebagai teknisi Laboraturium Mikrobiologi dan Bioproses.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan memiliki banyak
kekurangan. Oleh Karena itu, penyusun sangat menghargai setiap kritik dan saran yang bersifat
membangun sebagai bahan pertimbangan untuk kemajuan di masa yang akan datang. Penyusun
berharap dengan adanya laporan ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca dan pihak-pihak
yang berkepentingan.
2.1. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan mikroorganisme
dengan cara menghilangkan “seluruhnya” (bakteri, jamur, parasit, virus, termasuk bakteri
endospora). Sterilisasi menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai proses
bioteknologi, salah satunya dalam proses fermentasi. Meskipun proses fermentasi
melibatkan mikroorganisme, namun seringkali kehadiran mikroorganisme lain
(kontaminan) tetap mengganggu. Hal ini karena:
1. Medium akan menumbuhkan semua mikroba yang ada (mikroba target dan
kontaminan) sehingga produk yang dihasilkan menjadi sangat beragam. Tentu saja
hal ini sangat merugikan karena selain mengurangi produktivitas juga menyulitkan
dalam proses isolasi.
2. Jika proses fermentasi dilanjutkan dalam keadaan banyak kontaminan, maka
kemungkinan produk yang dihasilkan oleh kontaminan menjadi lebih dominan dan
mendesak produk mikroba target hingga dapat menghilangkannya.
3. Kontaminasi pada produk akhir dapat menurunkan kualitas produk, bahkan mungkin
dapat membahayakan manusia
4. Kontaminan dapat merusak produk yang diinginkan
5. Kontaminasi dari suatu fermentasi bakteri dengan “phage” dapat me-lisis kultur.
Untuk menghindari hal–hal tersebut di atas, langkah antisipasi yang dapat
dilakukan antara lain dengan:
a. Penggunaan inokulum murni dalam fermentasi
b. Sterilisasi medium: merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan semua
jenis makhluq hidup yang ada dalam media, dilakukan sebelum inokulasi kultur.
c. Sterilisasi ruang fermenter: Penghilangan semua bentuk makhluq hidup dari ruang
fermentor, termasuk udara secara kontinyu
d. Sterilisasi semua bahan yang digunakan dalam keseluruhan proses fermentasi
e. Penjagaan kondisi aseptis selama fermentasi
Fermentasi dapat dilakukan baik secara fisika, kimia, maupun radiasi. Sterilisasi
secara fisika dapat dilakukan dengan membunuh mikroba atau sekadar mencegah
mikroba masuk kesistem kita. Sterilisasi fisik dengan membunuh mikroba dapat
dilakukan dengan penggunaan panas, freezing (pembekuan), penggunaan garam
berkonsentrasi tinggi, dll. Sementara sterilisasi fisik tanpa membunuh mikroba dapat
dilakukan dengan filtrasi. Filtrasi merupakan upaya untuk meminimalisasi kontaminasi
mikroorganisme dengan cara menyaring sesuatu dengan filter berukuran tertentu
sehingga sebagian mikroba tidak dapat melewatinya. Cara ini tidak membunuh mikroba
yang ada, hanya meminimalisasi agar mikroba tidak terbawa.
Namun, dalam proses fermentasi, cara sterilisasi fisik yang paling mungkin
dilakukan adalah dengan filtrasi dan penggunaan panas, baik panas basah maupun panas
kering. Sterilisasi panas basah seringkali digunakan untuk sterilisasi media dan bahan–
bahan lainnya sementara panas kering untuk sterilisasi alat–alat. Faktor–faktor yang
mempengaruhi sterilisasi panas antara lain:
Jenis dan jumlah kontaminan yang hendak dihilangkan
Morfologi mikroorganisme
Komposisi media fermentasi
pH
Ukuran partikel tersuspensi
Temperatur yang digunakan
Durasi proses sterilisasi
Keberadaan air
Proses sterilisasi media fermentasi dapat dilakukan secara batch maupun continue.
1) Sterilisasi Batch
Sterilisasi sistem batch dapat dilakukan dengan cara menginjeksikan uap panas
ke dalam mantel fermentor ayau coil yang terdapat pada bagian dalam fermentor.
Cara ini disebut metode tidak langsung. Atau dengan cara menghilangkan uap panas
langsung ke dalam larutan medium (metode langsung). Metode langsung
membutuhkan uap panas murni, yaitu bebas dari bahan kimia tambahan seperti
senyawa antikarat yang panyak digunakan dalam proses produksi uap. Di samping
itu, metode langsung akan mengakibatkan bertambahnya volume cairan media dalam
fermentor karena adanya kondensasi uap yang digunakan.
Keuntungan, prosesnya relatif sederhana dan proses pemanasan serta
pendinginan dapat dilakukan dalam satu perioda waktu sterilisasi, resiko bahan
terkontaminasi sangat kecil, dan biaya peralatan yang digunakan relatif lebih rendah.
Kerugian, tingkat panas yang dapat menyebabkan kerusakan pada komponen-
komponen yang diperlukan, proses pemanasan berlangsung lambat hingga mencapai
lethal temperature, demikian juga proses pendinginan berlangsung perlahan.
2) Sterilisasi Continue
Sterilisasi continuous dirancang dengan pemanasan media fermentasi yang
dialirkan melalui suatu alat penukar panas pada temperatur sterilisasi selama waktu
tinggal yang diperlukan untuk proses sterilisasi (holding section) dan selanjutnya
didinginkan kembali.
Sterilisasi ini memberikan keuntungan berupa minimalnya kemungkinan
kerusakan medium tetapi mengkinsumsi banyak energi. Temperature yang
dibutuhkan untuk sterilisasi sistem ini adalah 140oC dengan waktu hanya 30 hingga
120 detik. Alat yang digunakan dapat berupa Continues plate heat exchange dan
Continues injection flash cooler.
2.2. Kinematika Kematian Mikroba
Proses panas secara komersial umumnya didesain untuk menginaktifkan
mikroorganisme yang ada pada makanan yang dapat mengancam kesehatan manusia dan
mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk ke tingkat yang rendah, sehingga peluang
terjadinya kebusukan sangat rendah. Dalam desain proses termal, ada dua hal yang harus
diketahui, yaitu karakteristirk ketahanan panas mikroba dan profil pindah panas dari
medium pemanas ke dalam bahan pada titik terdinginnya. Karakteristik ketahanan panas
dinyatakan dengan nilai D dan nilai Z. Untuk mencapai level pengurangan jumlah
mikroba yang diinginkan, amaka ditentukan siklus logaritma pengurangan mikroba.
Kemudian dihitung nilai sterilitasnya pada suhu tertentu (Fo). Nilai Fo ini ditentukan
sebelum proses termal berlangsung. Nilai Fo dapat dihitung pada suhu standar atau pada
suhu tertentu, dimana untuk menghitungnya perlu diketahui nilai D dan nilai Z
(Kusnandar, 2008).
Nilai D menyatakan ketahahanan panas mikroba atau sensitifitas mikroba oleh suhu
pemanasan. Nilai D didefinisikan sebagai waktu dalam menit pada suhu tertentu yang
diperlukan untuk menurunkan jumlah spora atau sel vegetatif tertentu sebesar 90% atau
satu logaritmik. Setiap mikroba memiliki nilai D pada suhu tertentu. Semakin besar nilai
D suatu mikroba pada suatu suhu tertentu, maka semakin tinggi ketahahan panas mikroba
tersebut pada suhu yang tertentu. Nilai D umumnya dinyatakan pada suhu standar. Untuk
bakteri mesofilik atau termofilik umumnya menggunakan suhu standar 121oC, sedangkan
untuk sel vegetatif, khamir, atau kapang umumnya menggunakan suhu yang lebih rendah
(80-100°C). Nilai D pada suhu standar ini sering dituliskan dengan nilai Do (Anonim,
2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas proses thermal pencapaian kecukupan
proses panas sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu, faktor-faktor yang
mempengaruhi proses termal harus dikontrol dengan baik dan dikendalikan. Berdasarkan
persyaratan pendaftaran ke FDA, terdapat faktor-faktor kritis yang dapat mempengaruhi
proses pemanasan dan sterilisasi, yang dapat berbeda antara satu produk dengan produk
lainnya. Di antara faktor-faktor kritis yang perlu diidentifikasi pengaruhnya adalah: (a)
karakteristik bahan yang dikalengkan (pH keseimbangan, metode pengasaman,
konsistensi/viskositas dari bahan, bentu/ukuran bahan, aktivitas air, persen padatan, rasio
padatan/ cairan, perubahan formula, ukuran partikel, jenis pengental, jenis pengawet yang
ditambahkan, dan sebagainya), kemasan (jenis dan dimensi, metode pengisian bahan ke
dalam kemasan), (b) proses dalam retort (jenis retort, jenis media pemanas, posisi wadah
dalam retort, tumpukan wadah, pengaturan kaleng, kemungkinan terjadinya nesting
(Anonim c, 2008).
Bacillus cereus merupakan bakteri gram-positif, aerobik, batang pembentuk spora,
kadang-kadang memperlihatkan reaksi gram-negatif. Bacillus cereus merupakan bakteri
fakultatif anaerob dengan ukuran sel-sel vegetatif dalam bentuk rantai. Beberapa galur
bersifat psikotropik, dan galur lainnya bersifat mesofilik dan termofilik. Beberapa tidak
dapat tumbuh pada makanan dingin yang disimpan panas pada suhu di atas 60ºC
(Anonim, 2009).
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis spesies utama
bakteri gram negatif. Bakteri ini umumnya hidup pada rentang 20-40°C, optimum pada
37°C. Pada umumnya, bakteri ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah
kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. E. coli
banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor
untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih
karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya (Anonim, 2009).
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini
terogolong baketri mesofilik. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan
menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu,
Pseudomonas aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan
pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga
tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan
pada pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Bakteri
ini adalah jenis bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunya flagella polar
sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 µm. Bakteri ini tidak
menghasilkan spora dan tidak dapat memfermentasikan karbohidrat (Anonim, 2010).
Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap perlakuan panas pada proses
sterilisasi. Tabel 2.2.1. menunjukan ketahanan relative beberapa jenis mikroba terhadap
panas yang tinggi. Mikroba yang membentuk spora lebih tahan terhadap pemanasan
basah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang lain.
Siklus sterilisasi dapat dirancang berdasarkan pemusnahan spora bakteri, sehingga
mikroba jenis lain aka mati secar bersamaan. Suhu yang semakin tinggi pada proses
sterilisasi maka waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin berkurang.
Table 2.2.1 Ketahanan Relative Berbagai Mikroba Terhadap Panas Batch
Jenis Mikroba Ketahanan Relatif Terhadap Panas
Bakteri vegetative dan khamir 1
Virus dan bakteriofage 1-5
Spora kapang 2-10
Spora bakteri 3 x 106
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book
Table 2.2.2. Pengaruh Suhu Dan Waktu Sterilisasi Terhadap Kematian Spora
Waktu yang Diperlukan untuk Mematikan
Suhu Sterilisasi (oC)
Spora (menit)
116 30
118 18
121 12
125 8
132 2
138 0,8
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book
Pengaruh waktu sterilisasi terhadap jumlah spora yang bertahan menunjukan
karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik mikroba atau termofilik pada awal proses
sterilisasi mengalami peningkatan populasi spora kemudian dengan bertambahnya waktu
sterilisasi spora yang hidup semakin berkurang. Panas yang diberikan pada awal proses
justru akan meningkatkan populasi mikroba termofil dan setelah temperature pemanasan
mencapai temperature yang mengakibbatkan kematian mikroba (lethal temperature),
maka secara perlahan jumlah mikroba yang hidup berkurang.
Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah mikroba oleh
pemanasan dapat mengikuti persamaan linear orde -1.
𝑑𝑁
Persamaannya : − 𝑑𝑡 = 𝑘𝑑 𝑁 . . . . .(2.1)
N = jumlah mikroba
T = waktu pemanasan
Kd = konstanta laju kematian mikroba
𝑁𝑡
Integrasi persamaan 2.1 menjadi : = 𝑒 −𝑘𝑡 . . . . .(2.2)
𝑁0
Nilai konstanta laju kematian mikroba (kd) bergantung pada temperatur, mengikuti
persamaan Arhenius:
−𝐸𝑑
𝑘𝑑 = 𝑘𝑑0 𝑒 𝑅𝑇 . . . . .(2.6)
𝐸𝑑 1
ln 𝑘𝑑 = ln 𝑘𝑑0 − 𝑅𝑇 𝑇 . . . . .(2.7)
Apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan diperoleh sebuah garis lurus
gradient – Ed/R.
BAB III
METODOLOGI
BAB IV
DATA PERCOBAAN
T = 40oC
Rpm Laju alir Ln Nt/No Waktu tinggal
50 7,61 x 10-4 −0,586 65.67
55 8,47 x 10-4 −0,592 59.00
60 9,35 x 10-4 −0,721 53.47
65 1,03 x 10-3 −0,359 48.43
-0.4
-0.6
-0.8
Waktu Tinggal
y = -0.0088x - 0.0654
R² = 0.1881 Y-Values Linear (Y-Values)
T = 50oC
Rpm Laju alir Ln Nt/No Waktu tinggal
50 7,61 x 10-4 −0,887 65.67
55 8,47 x 10-4 −0,889 59.00
60 9,35 x 10-4 −0,879 53.47
65 1,03 x 10-3 −0,856 48.43
-0.87
-0.88
-0.89
-0.9
Waktu Tinggal
y = -0.0017x - 0.7798 Y-Values Linear (Y-Values)
R² = 0.7171
T = 60oC
Rpm Laju alir Ln Nt/No Waktu tinggal
50 7,61 x 10-4 -1,856 65.67
55 8,47 x 10-4 -1,350 59.00
60 9,35 x 10-4 -1,231 53.47
65 1,03 x 10-3 -1,299 48.43
-1
-1.5
-2
Waktu Tinggal
y = -0.0326x + 0.4124
R² = 0.715 Y-Values Linear (Y-Values)
T = 70oC
Rpm Laju alir Ln Nt/No Waktu tinggal
50 7,61 x 10-4 −0,960 65.67
55 8,47 x 10-4 −1,047 59.00
60 9,35 x 10-4 −0,785 53.47
65 1,03 x 10-3 −0,773 48.43
-0.4
-0.6
-0.8
-1
-1.2
Waktu Tinggal
-2
-3
Ln Kd
-4
-5
-6
-7
1/T
y = -4349x + 8.5642
R² = 0.2042 Y-Values Linear (Y-Values)
Dari Kurva ln kd terhadap 1/T diperoleh nilai –Ed/R adalah slope dari kurva
tersebut.
-Ed/R = -4349
Ed/R = 4349
R = 8,314 kj/kg.mol.K
Ed = 4349 x 8,314 kJ/kg.mol.K
= 36.157,586 kJ/kg.mol.K
5.2. Sterilisasi Batch
𝑁
Perhitungan 𝑙𝑛 𝑁𝑡 untuk variasi suhu dan kurva ln Nt/No terhadap waktu tinggal
𝑜
T = 40 C o
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
-0.6
Waktu Tinggal
y = -0.0051x - 0.4442
R² = 0.5886 Y-Values Linear (Y-Values)
T = 50oC
Waktu (menit) Waktu (detik) Ln Nt/No
0 0 -0,465
5 300 -0,381
10 600 -0,536
15 900 -0,559
20 1200 -0,425
Kurva Ln Nt/No terhadap waktu
tinggal
0
-0.1 0 5 10 15 20 25
Ln Nt/No -0.2
-0.3
-0.4
-0.5
-0.6
Waktu Tinggal
y = -0.002x - 0.4536
R² = 0.0433 Y-Values Linear (Y-Values)
T = 60oC
Waktu (menit) Waktu (detik) Ln Nt/No
0 0 -0,391
5 300 -0,850
10 600 -0,953
15 900 -0,970
20 1200 -0,890
-0.4
-0.6
-0.8
-1
-1.2
Waktu Tinggal
y = -0.0224x - 0.5872
R² = 0.5444 Y-Values Linear (Y-Values)
T = 70oC
Waktu (menit) Waktu (detik) Ln Nt/No
0 0 -0,365
5 300 -1,758
10 600 -1,802
15 900 -1,378
20 1200 -2,001
-1
-1.5
-2
-2.5
Waktu Tinggal
y = -0.0578x - 0.8824
R² = 0.4908 Y-Values Linear (Y-Values)
-2
-3
Ln Kd
-4
-5
-6
-7
1/T
Dari Kurva ln kd terhadap 1/T diperoleh nilai –Ed/R adalah slope dari kurva
tersebut.
-Ed/R = -9697
Ed/R = 9697
R = 8,314 kj/kg.mol.K
Ed = 9697 x 8,314 kJ/kg.mol.K
= 80.620,858 kJ/kg.mol.K
BAB VI
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Leoanggraini, Unung. 2018. Kinetika Kematian Mikroba dan Teknik Sterilisasi Media secara
Batch dan Continue. POLBAN : Bandung
Mirza, Melinda, dkk. 2011. Laporan Praktikum Kinetika Kematian Mikroba dan Teknik
Sterilisasi Media secara Batch dan Continue. POLBAN : Bandung
Sukmariyah, Rizky, dkk. 2012. Laporan Praktikum Kinetika Kematian Mikroba dan Teknik
Sterilisasi Media secara Batch dan Continue. POLBAN : Bandung