Anda di halaman 1dari 7

Case Report

ABSES SUBMANDIBULA

Yuliana Litha*, Muhammad Ardi Munir **, Muhammad Gazali ***


*Mahasiswa Program profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
**
Departemen Hukum Kesehatan, Humaniora dan Bioetik Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako
***
Departemen THT RSUD Undata Palu

ABSTRACT
Submandibular abscess is an inflammation accompanied by pus formation in the submandibular
region. This condition is one of the infections in the inner neck (deep neck infection). Most often it
occurs at the age of 20 and 60 years, with a ratio between men and women is 3: 1. In this case,
women aged 20 years come complaints of swelling in the left cheek and lower left jaw, fever,
headache, pain in the neck and trismus. On the results of routine blood tests found leukocytosis and
anemia. In this case an incision and drainage is performed on the abscess. Slow treatment of
submandibular abscesses can result in the spread of abscesses to other deep neck chambers and
mediastinum which can cause mediastinitis, sepsis and death due to airway obstruction.
Keywords: Submandibular Abscess, Deep Neck Infection, Incision and Drainage

ABSTRAK
Abses submandibula adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada daerah
submandibula. Keadaan ini merupakan salah satu infeksi pada leher bagian dalam (deep neck
infection). Paling sering terjadi pada usia 20 dan 60 tahun, dengan perbandingan antara laki-laki dan
perempuan adalah 3 : 1. Pada kasus ini, wanita usia 20 tahun datang keluhan bengkak pada pipi kiri
dan rahang kiri bawah, demam, sakit kepala, nyeri pada leher dan trismus. Pada hasil pemeriksaan
darah rutin didapatkan adanya leukositosis dan anemia. Pada kasus ini dilakukan tindakan insisi da
drainase pada abses. Penanganan yang yang lambat pada abses submandibular dapat mengakibatkan
terjadinya penjalaran abses ke ruang leher dalam lain dan mediastinum yang dapat menyebabkan
mediastinitis, sepsis dan kematian akibat dari sumbatan jalan napas.
Kata Kunci : Abses Submandibula, Deep Neck Infection, Insisi Drainase

1. LATAR BELAKANG
Abses leher dalam terbentuk dalam ruang
Ruang submandibular terdiri dari ruang potensial di antara fasia hal ini biasanya
sublingual dan ruang submaksila. Ruangan disebabkan oleh akibat perjalanan infeksi
sublingual dipisahkan oleh ruang dari berbagai sumber seperti gigi, mulut,
submaksila oleh otot milodioid. Ruangan tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah
submaksila selanjutnya dibagi lagi atas dan leher. Kuman penyebabnya biasanya
ruang submental dan ruang submaksila campuran kuman aerob dan anaerob.
(lateral) oleh otot digastrikus anterior. Abses leher dalam dapat berupa alabses
Abses dapat terbentuk di ruang peritonsil, abses parafaring, abses
submandibular atau salah satu retrofaring dan angina ludovici (angina
komponennya sebagai kelanjutan infeksi Ludwig) atau abses submandibula.1,2
dari daerah kepala leher.1
Yuliana Litha
1 Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
Ruang submandibular adalah lokasi yang bagian bawah sebelah kiri. Keluhan
paling sering ditemui pada infeksi ruang disertai dengan adanya rasa nyeri pada
leher dalam.2 Infeksi leher dalam biasa leher, demam dan sakit kepala. Pasien baru
ditemui pada anak maupun orang dewasa. datang ke rumah sakit setelah muncul
Namun presentasi, progresifitas dan keluhan sulit untuk membuka mulutnya
penatalaksanaannya sangat berbeda dalam yang dialami sejak kurang lebih 2 minggu
dua kelompok usia tersebut.3,4 Adapun yang lalu dan memberat tiga hari sebelum
tanda dan gelaja yang biasa didapatkan masuk ke rumah sakit. Pasien memiliki
adalah demam dan nyeri leher disertai riwayat gigi geraham kiri bawah berlubang
pembengkakan di bawah mandibula dan sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu.
atau dibawah lidah, mungkin berfluktuasi Riwayat DM (-), hipertensi (-), tidak ada
serta trismus sering ditemukan. keluarga yang memiliki keluhan yang
serupa dengan pasien.
Pemberian antibiotik dosis tinggi terhadap
kuman aerob dan anaerob harus diberikan Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
secara parentrral. Evakuasi abses dapat umum sedang, kesadaran composmentis,
dilakukan dengan anestesi lokal untuk tanda tanda vital tekanan darah 110/70
abses yang dangkal dan terlokalisir atau mmHg, nadi 82x/menit pernapasan 20
eksplorasi dalam narcosis bila letak abses x/menit dan suhu 38ºC. Didapatkan anemis
dalam dan luas. Insisi dan drainase secara pada konjungtiva. Pada pemeriksaan status
dini harus selalu dipertimbangkan pada lokalis THT didapatkan, pada
pasien, bahkan dalam kasus-kasus yang pemeriksaan telinga dan hidung dalam
tampaknya tidak kritis. Abses leher dalam batas normal tidak ditemukan kelainan.
masih dihubungkan dengan angka Tidak dilakukan pemeriksaan tenggorokan
kesakitan dan angka kematian yang tinggi karena pasien mengalami trismus 2 cm.
bila disertai komplikasi. Meskipun ada Terdapat karies pada molar 2 dan 3
peningkatan dalam hal perawatan gigi dan dibagian kiri bawah. Sedangkan pada
hygiene rongga mulut, tapi baru-baru ini pemeriksaan leher didapatkan leher
dikemukakan prevalensi yang bermakna tampak kemerahan, tampak pembengkakan
dari infeksi leher dalam yang disebabkan pada daerah submandibula kiri dengan
oleh infeksi gigi lebih dari 40%.1,2 ukuran 4 cm x 4 cm yang berwarna
kemerahan, nyeri tekan dan tampak adanya
Keterlambatan dalam diagnosis, atau lebih fluktuasi.
buruk lagi, kesalahan diagnosis, dapat
mengakibatkan terjadinya penjalaran abses Pada pemeriksaan laboratorium,
ke ruang leher dalam lain dan mediastinum pemeriksaan darah didapatkan WBC 16,53
yang dapat menyebabkan mediastinitis, x 103/µL, HGB 6,0 gr/dL.
sepsis dan kematian akibat dari sumbatan
jalan napas. Bahkan di era antibiotik Penegakan diagnostik ditegakkan dengan
modern, telah dilaporkan angka kematian melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
mencapai 40%.1,4 serta pemeriksaan penunjang, berdasarkan
data di atas dapat disimpulkan bahwa
2. LAPORAN KASUS diagnosis pada pasien adalah abses
submandibular sinistra. Pada pasien ini,
Pasien Nn. S 20 tahun masuk rumah sakit dilakukan tindakan insisi-drainase untuk
RSUD Undata pada bulan September 2018 mengeluarkan pus. Insisi dilakukan dengan
dengan keluhan bengkak pada pipi kiri dan panjang kurang lebih 2 cm pada daerah
rahang kiri bawah, yang dirasakan sejak yang paling fluktuatif.
kurang lebih tiga minggu sebelum masuk
rumah sakit. Sebelumnya, pasien
mengeluhkan sakit pada gigi geraham
Yuliana Litha
2 Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
Gambar 1. Tampakan klinis pasien Gambar 4. Eksplorasi pus menggunakan
sebelum dilakukan tindakan klem bengkok sampai ruang
submandibula.

Gambar 2. Melakukan anestesi lokal


sebelum melakukan insisi pada abses
Gambar 5. Pemasangan draine handcshoen

Gambar 3. Melakukan insisi pada abses

3. DISKUSI
Abses submandibula adalah suatu
peradangan yang disertai pembentukan pus
pada daerah submandibula. Ruang
submandibula terdiri dari ruang sublingual
dan submaksila yang dipisahkan oleh otot
milohioid. Ruang submaksila dibagi lagi
menjadi ruang submental dan submaksila
(lateral) oleh otot digastrikus anterior.
Keadaan ini merupakan salah satu infeksi
pada leher bagian dalam (deep neck
infection). Pada umumnya sumber infeksi
pada ruang submandibula berasal dari
Yuliana Litha
3 Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
proses infeksi dari gigi, dasar mulut, yang menandakan adanya infeksi yang
faring, kelenjar limfe submandibular. lama pada pasien.
Selain disebabkan oleh infeksi gigi, infeksi
di ruang submandibula bisa disebabkan Tujuan utama tatalaksana pada pasien
oleh limfadenitis, trauma, atau abses submandibula adalah untuk
pembedahan dan bisa juga sebagai mencegah terjadinya komplikasi.
kelanjutan infeksi ruang leher dalam lain. Penatalaksanaan infeksi orofasial
Penyebab infeksi dapat disebabkan oleh (termasuk infeksi submandibular space)
kuman aerob, anaerob atau campuran.1,2,5 meliputi intervensi pembedahan untuk
mendrainase pus yang terlokalisir dan
Organisme penyebab yang lazim dukungan medis untuk pasien.
ditemukan seperti Streptococcus viridans, 1. Insisi dan drainase.
Staphylococcus epidermidis, Hal ini dapat dilakukan baik secara
Staphylococcus aureus, grup intraoral maupun ekstraoral tergantung
Abetahemolytic Streptococcus pada lokasi infeksi. Aspirasi pus
(Streptococcus pyogenes), Bacteroides, sebelum insisi memungkinkan metode
Fusobacterium, dan Peptostreptococcus pengambilan sampel lebih akurat
spesies.1,6,8 karena mengurangi kontaminasi dan
membantu melindungi dari bakteri
Secara epidemiologis penyakit ini paling anaerob. Pembengkakan yang
sering terjadi pada usia 20 dan 60 tahun, berfluktuasi menunjukkan adanya pus
dengan perbandingan antara laki-laki dan dan didefinisikan sebagai transmisi
perempuan adalah 3 : 1. Angka kematian fluida dengan menggunakan palpasi bi-
akibat abses submandibula sebelum digital.9
dikenalnya antibiotika mencapai 50% dari Pada pasien dilakukan insisi drainase.
seluruh kasus yang dilaporkan, sejalan Insisi dilakukan dengan panjang
dengan perkembangan antibiotika, setelah kurang lebih 2 cm pada daerah yang
dikenalnya perawatan bedah yang baik dan paling fluktuatif. Setelah di insisi,
tindakan yang cepat dan tepat, maka saat eksplorasi pus dilanjutkan secara
ini angka kematian mulai berkurang yaitu tumpul dengan menggunakan klem
hanya terdapat 5%.4,7 bengkok sampai ruang submandibula.
Setelah pus berhasil dieksplorasi,
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan dilakukan pemasangan draine
pemeriksaan penunjang, didapatkan pada handschoen yang dilumuri dengan
kasus ini, didiagnosis abses submandibular betadine pada luka insisi kemudian
sinistra. ditutup dengan mengguankan kasa
steril dan direkatkan dengan
Pasien mengeluhkan adanya bengkak pada
menggunakan hipafix. Penderita
pipi kiri dan rahang kiri bawah. Yang
dievaluasi setiap hari dan dilakukan
diawali dengan sakit pada gigi geraham
dilatasi pada luka insisi untuk
bagian bawah sebelah kiri serta pasien
mengeluarkan pus yang masih
memiliki riwayat gigi berlubang pada
diproduksi. Setelah dilakukan insisi
molar 2 dan 3 kiri bawah. Dimana
dranase keluhan pasie mulai berkurang
dikehatui bahwa salah satu penyebab dari
begitu juga dengan trismus yang
abses submandibular adalah adanya infeksi
dialami pasien semakin membaik.
pada gigi dan dasar mulut. Selain itu,
keluhan disertai dengan adanya demam
2. Antibiotik.
dan trismus yang dialami sejak kurang
Antibiotik dapat diberikan secara
lebih 2 minggu.
empiris atau antibiotik spesifik yang
Kemudian dari pemeriksaan darah
diberikan berdasarkan tes kultur dan
ditemukan adanya leukositosis dan anemia
sensitivitas. Pada pasien ini diberikan
Yuliana Litha
4 Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
antibiotik berupa amoksisilin yaitu Untungnya pada kasus ini, pasien cukup
penisilin spektrum luas. Dimana cepat untuk ditangani sehingga tidak
diketahui bahwa penisilin memiliki menimbulkan komplikasi pada pasien.
potensi untuk menjadi agen lini Karena keterlambatan dalam diagnosis dan
pertama dalam pengobatan infeksi penanganan pada kasus abses
odontogenik. Sebagian besar antibiotik submandibula dapat mengakibatkan
beta-laktam lainnya, termasuk terjadinya penjalaran abses ke ruang leher
sefalosporin generasi keempat, tidak dalam lain dan mediastinum yang dapat
ditemukan memiliki efektivitas yang menyebabkan mediastinitis, sepsis dan
lebih besar daripada penisilin. kematian akibat dari sumbatan jalan
Amoksisilin adalah obat spektrum luas napas.1,2
yang berguna dalam konteks ini
walaupun banyak klinisi lebih 4. KESIMPULAN
menyukai efek anti-anaerobik spesifik Pada kasus abses submandibular, pasien
dari metronidazol.9 selain itu, pasien akan mengeluhkan adanya demam dan
juga diberikan metilprednisolon 3x4 nyeri leher disertai pembengkakan di
mg. pemberian obat ini untuk bawah mandibula dan atau dibawah lidah,
mencegah terjadinya inflamasi yang mungkin berfluktuasi serta trismus sering
luas. ditemukan. Keadaan ini merupakan salah
satu infeksi pada leher bagian dalam (deep
3. Analgesik. neck infection). Pada umumnya sumber
Analgesik menghilangkan rasa sakit infeksi pada ruang submandibula berasal
sementara sampai faktor penyebab dari proses infeksi dari gigi, dasar mulut,
infeksi terkendali. Pilihan analgesik faring, kelenjar limfe submandibular.
harus didasarkan pada kesesuaian Penatalaksanaan pada penderita dilakukan
pasien. Obat antiinflamasi nonsteroid dengan tindakan insisi drainase untuk
digunakan pada nyeri ringan sampai evakuasi pus dari daerah submandibula
sedang. Analgesik opioid, seperti sinistra serta pemberian terapi antibiotika
dihidrokodein dan petidin, digunakan dan analgetik serta anti-inflamasi.
untuk rasa sakit yang parah. Keterlambatan diagnosis atau kesalahan
Parasetamol, ibuprofen dan aspirin diagnosis dapat menimbulkan konsekuensi
cukup untuk sebagian besar nyeri terjadinya komplikasi berupa mediastinitis,
ringan akibat infeksi gigi. Analgesik sepsis bahkan kematian akibat obstruksi
perlu diberikan dengan hati-hati, jalan napas.
terutama apabila menggunakan
narkotika, karena membawa risiko Ringkasan Perjalanan Penyakit dan
depresi pernapasan.9 Intervensi
Pada kasus diatas, pasien diberikan Tanggal Riwayat penyakit dan intervensi
paracetamol drips untuk menurunkan 15-09- Pasien Laboratorium:
demamnya yang mana parasetamol 2018 datang IGD Darah rutin:
juga memiliki efek analgetik untuk RSUD WBC:16,53x103/µ
mengurangi keluhan nyeri pada pasien. Undata Palu L
dengan RBC:4,07x106/µL
Pada kasus ini, pasien juga mendapatkan keluhan HB: 6,0 gr/dL
penanganan untuk mengatasi anemia yang bengkak HCT:25,5%
dialaminya dengan pemberian 3 kantong pada pipi PLT:202x103/µL
whole blood (WB) dan setelah itu kiri, nyeri
hemoglobin (HB) pasien naik menjadi 10,0 pada leher,
gr/dL. demam, Kimia Darah:
sakit kepala SGOT:29,4U/I
dan SGPT:22,4 U/I
Yuliana Litha
5 Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
kesulitan Ureum:34,5 drainase abses
membuka mg/dL tanggal
mulut. Creatini:0,37mg/d 18/09/2018
TD: 110/70 L 18/09/201 Bengkak Pasien masuk
mmHg GDS: 92,9 mg/dL 8 pada pipi ruangan operasi
N: 80x/mnt (+), untuk dilakukan
P: 20x/mnt Terapi: trismus(+), insisi drainase
S: 38ºC Paracetamol drips sakit abses.
Amoksisilin kepala(+),
1gr/12jam/iv nyeri pada
leher(+)
Transfusi darah 3 TD: 110/70
kantong WB mmHg
N: 80x/mnt
16/09/201 Ruangan Terapi: P: 20x/mnt
8 perawatan Paracetamol drips S: 36,9ºC
THT: Amoksisilin 19/09/201 Nyeri pada Paracetamol
Pasien 1gr/12jam/iv 8 bekas 3x500mg
masih Metilprednisolon operasi(+), Neurodex 3x1
mengeluhka 3x4mg trismus Amoksisilin
n keluhan Transfusi darah 3 berkurang. 3x500mg
yang sama kantong WB TD: 110/70 Metilprednisolon
dengan hari mmHg 3x4mg
sebelumnya Anjuran: Post N: 80x/mnt
namun transfusi, cek P: 20x/mnt
demam darah kembali S: 36,7ºC
sudah mulai 20/09/201 Nyeri pada Paracetamol
turun. Konsultasikan ke 8 bekas 3x500mg
TD: 100/70 bagian jantung & operasi Neurodex 3x1
mmHg pembuluh darah berkurang, Amoksisilin
N: 84x/mnt dan anestesi untuk trismus (-). 3x500mg
P: 20x/mnt persiapan operasi. TD: 100/70
S: 36,9ºC mmHg
Pro: insisi N: 82x/mnt
drainase abses P: 20x/mnt
S: 36,6ºC
17/09/201 Bengkak Terapi: 21/09/201 Nyeri pada Paracetamol
8 pada pipi Paracetamol drips 8 bekas 3x500mg
(+), Amoksisilin operasi Neurodex 3x1
trismus(+), 1gr/12jam/iv berkurang, Amoksisilin
sakit Metilprednisolon trismus (-). 3x500mg
kepala(+), 3x4mg TD: 100/70 Rawat jalan-
nyeri pada mmHg kontrol poli klinik
leher(+) WBC:14,1x103/µ N: 82x/mnt
TD: 110/70 L P: 20x/mnt
mmHg RBC:4,87x106/µL S: 36,6ºC
N: 80x/mnt HB: 10,0 gr/dL
P: 20x/mnt HCT:35,5% 1. PERSETUJUAN
S: 36,7ºC PLT:221x103/µL
Penulis telah menerima persetujuan dari
Pro: insisi pasien dalam bentuk informed consent.
Yuliana Litha
6 Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
neck surgery. 5thedition. Philadelpia:
Elsevier, 2010. p.561-94.
7. Raju R, Digoy GP. Deep Space Neck
2. UCAPAN TERIMAKASIH Infection. In Mitchell RB, Pereira KD
Penulis mengucapkan terimakasih banyak (editor). Otolaryngology for the
kepada seluruh seluruh unit terkait dalam Clinician. Saint Louis, Springer
proses penyusunan laporan kasus ini.
Science, 2009. p223-9
8. Rizzo PB, Mosto MC. Submandibular
3. KONFLIK KEPENTINGAN Space Infection: a Potentially Lethal
Penulis menyatakan bahwa tidak terdapat Infection. International Journal of
konflik kepentingan yang terdapat pada Infect Diseases. Elsevier 2009, 13,
tulisan ini. p327-33
9. Andersson, L., Kahnberg, K.E.,
Pogrel, M.A., Oral and maxillofacial
4. REFERENSI
surgery. United Kingdom: Wiley-
1. Fachruddin, D.. Abses leher dalam. Blackwell. 2010
Dalam: Iskandar, M. Soepardi, AE.
Buku ajar ilmu penyakit telinga
hidung tenggorok. Edisi ke 6. Jakarta:
Balai Penerbit FK-UI. 2007;226,229
2. Santosa, A. Abses Submandibula
dengan Komplikasi Mediastinitis.
Warmadewa Medical Journal,
2017:77-81
3. Kinzer S, Pfeiffer J, Becker S et al.
Severe Deep Neck Space Infections
and Mediastinitis of Odontogenic
Origin: Clinical Relevance and
Implications for Diagnosis and
Treatment. Acta Oto-Laryngol,
2009;129: p62-70
4. Gadre AK, Gadre KC. Infections of
the Deep Spaces of the Neck. In
Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD
(editors). Head and Neck
SurgeryOtolaryngology. Lippincot
Williams and Wilkins 2006; 4th ed:
p665-82
5. Ardehali MM, Jafari M, Haqh AB.
Submandibular space abscess: a
clinical trial for testing a new
technique. 2012
6. James M. Odontogenic infection. In :
Paul WF, Valerie JL, editors.
Cummings otolaryngology head and

Yuliana Litha
7 Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Anda mungkin juga menyukai