Anda di halaman 1dari 23

11/27/2016

11

 Secara mekanik, batuan mempunyai perilaku


(behaviour) yang berbeda-beda pada saat menerima
beban dan dapat diketahui melalui perilaku
konstitutif atau kurva tegangan-regangan yg
diperoleh dari pengujian kuat tekan, kuat geser, uji
triaksial dan kuat tarik yg dilakukan di laboratorium.
 Jika pengujian laboratorium tersebut dilakukan
dengan tegangan konstan terhadap fungsi waktu
maka akan diperoleh kurva rayapan (creep).
Sedangkan kurva relaksasi akan diperoleh jika
pengujiannya dilakukan pada regangan konstan
terhadap fungsi waktu.
 Dengan melakukan regresi dari data yg diperoleh
untuk tegangan terhadap fungsi waktu maka perilaku
rayapan dan relaksasi batuan dapat ditentukan.

1
11/27/2016

 Utk mengetahui dasar perilaku batuan thd


beban dpt diperoleh dari uji kuat tekan
uniaksial (Bieniawski, 1967)
 Proses terjadinya perambatan rekahan mikro
didalam batuan pada rayapan identik dengan
proses runtuhan yg terjadi pada uji kuat tekan
uniakisal yaitu :
1. Penutupan rekahan (closing of crack)
2. Deformasi elastik sempurna
3. Perambatan rekahan stabil
4. Perambatan rekahan tidak stabil.

2
11/27/2016

Tahapan :
1. Tahap awal dikenai gaya → kurva landai non linier
2. Menjadi linier sampai batas elastik E
3. Terbentuk fracture baru dengan perambatan stabil →
kurva tetap linier
4. Batas elastik terlewati → fracture takstabil /kurva tidak
linier → hancur
5. Titik hancur c menyatakan kekuatan batuan

 Material elastik adalah sebuah reologi dimana regangan terjadi akibat


adanya tegangan dan angka pulih kembali saat tegangannya kembali ke
nol. Secara ideal tidak ada peluang untuk material tersebut runtuh saat
berada didalam wilayah perilaku elastik.
 Material viskos adalah sebuah kondisi material ideal dimana tegangan yg
bekerja pada meterial tersebut akan mengakibatkan sebuah laju regangan
dan mengalir.
 Reologi plastik adalah sebuah mekanisme deformasi bergantung
temperatur seperti pergerakan dislokasi, twinning dan rayapan.
 Getas (brittle) adalah mekanisme bergantung tegangan dan seringnya
melibatkan proses nukleasi, pengembangan dan tumburan serta tabrakan
dari sebuah dilatansi rekahan.
 Duktil adalah sebuah kapasitas suatu batuan untuk mempertahankan
aliran atau perpindahan besar, melalui mekanisme perpindahan yang
spesifik yang kejadian ini (kataklasis getas atau rayapan plastis).
 Material plastik adalah sebuah bentuk reologi ideal yang mengandung
perilaku dua gaya dibawah suatu kondisi tegangan, tidak ada perpindahan
jika tegangan lebih kecil dari suatu batas spesifik, kekuatan luluh (yield)
dan perpindahan permanen memiliki nilai tegangan lebih besar.

3
11/27/2016

1. Statik : elastik
plastik
elastoplastik

2. Dinamik : viskous (Newtonian)


visko-elastik (Maxwell)
firmo viscous (Kelvin)
kompleks (Burger)

 Perilaku batuan dikatakan elastik (linier maupun non linier) jika


tidak terjadi deformasi permanen pada saat tegangan dibuat nol
 Kurva tegangan-regangan dan regangan-waktu untuk perilaku
batuan elastik linier dan elastik non linier
 Plastisitas adalah karakteristik batuan yang mengijinkan
regangan (deformasi) permanen yang besar sebelum batuan
tersebut hancur (failure).

Elastik non linier Elastik linier ε σ


σ reversible
σ reversible
ε1

ε ε t

4
11/27/2016

Hookean Materials St. Venen Newtonian Materials


Elastik Plastik Materials Viscous – perfect/pure
σ σ ε

σ0

σo = μ W

σ ε ε t
E
ε
σ σ W
σ σ
E σ 3η
ο
Spring Dashpot

s e
σ1 > σE

s e
1
E
σ1 =
0

e
E
e t

5
11/27/2016

sE

e e e
r r

sE

e
e
E

6
11/27/2016

 Menurut ASTM D4406-84, rayapan (creep)


didefinisikan sebagai regangan atau
deformasi bergantung terhadap waktu yg
terjadi sebagai akibat adanya tegangan aksial
konstan.
 Pada batuan, rayapan dapat dilihat sebagai
fenomena proses terjadinya dan penambahan
regangan sebagai akibat adanya pembebanan
konstan secara terus menerus selama suatu
kurun waktu tertentu. Rayapan juga terjadi
karena pengaruh suhu.

 Griggs, 1939 - Fundamental strength


 Phillips, 1948 - True strength
 Potts, 1964 - Time safe stress
 Price, 1960 - Longterm strength
 Vutukuri (1978) – Time dependent strength =
maximum stress that is carried by a rock without any
failure

Kekuatan bergantung waktu atau kekuatan jangka


panjang didefinisikan sebagai tegangan maksimum
yg dapat ditahan batuan tanpa terjadi keruntuhan
pada skala waktu yg ditentukan.

7
11/27/2016

 Nilai kekuatan jangka panjang batuan tergantung


pada laju pembebanan yg diberikan pada saat
pengujian. Menurut Bieniawski (1970) kekuatan
batuan akan berkurang ketika laju pembebanan
menurun. Sedangkan menurut Vyalov (1986)
adalah ketahanan suatu material untuk tidak
runtuh terhadap beban yang diberikan dalam
kurun waktu tertentu.
 Tegangan yg diberikan pada contoh batuan
dalam uji rayapan biasanya lebih kecil daripada
tegangan yg dikenakan pada uji standar seperti
uji tekan uniaksial dan uji geser langsung.
Dengan mengeplot besarnya tegangan terhadap
waktu keruntuhan, jangka panjang dari contoh
batuan diperkirakan seperti pada gambar .

Kekuatan Jangka Panjang


Bieniawski (1970)

s1

s2

s3
s5 s4
s6

E1
E2
E3
E4
E5
E6

e1 e2 e3 e4 e5 e6

8
11/27/2016

 Kurva Jangka Penjang


didapatkan dgn
mengeplot tegangan
runtuh (f) terhadap
waktu runtuh (t) yg
dibutuhkan dari
beberapa pengujian dgn
variasi beban konstan
tertentu (40% c sampai
90% c). Masing-masing
variasi beban konstan
diberikan sampai
mengalami runtuh serta
dicatat lama waktu
sampai terjadi runtuh.

ε I II III
Rayapan Rayapan Sekunder Rayapan E
Primer Tersier

H
A
F

O G t
 OA - Regangan elastik seketika
 AC - Rayapan primer (transient creep) – laju deformasi menurun fungsi waktu -
deformasi elastik tertunda - jika tegangan dibebaskan sebelum melewati (C),
terjadi instantaneous recovery (CF) diikuti dengan delayed elastic recovery (FG).
 CD - Rayapan sekunder (steady-state creep) – laju deformasi konstan
 DE - Rayapan tersier (accelerated rate creep) – laju deformasi menaik fungsi waktu
- runtuh
 Jika tegangan tetap diberikan setelah (C) → rayapan sekunder dgn laju regangan
konstan & contoh mengalami deformasi permanen.
 Jika tegangan dibebaskan sepanjang titik (CD), → deformasi permanen & tidak
kembali ke kondisi semula.
 Deformasi permanen = f(laju regangan tetap & t pembebanan yang dialaminya)

9
11/27/2016

1. Jenis Beban
 Wawersik & Brown (1973): Rayapan UCS & UTS batu granit Westerly -
percepatan rayapan meningkat sedikit demi sedikit hingga tercapai
rayapan tersier. Sebelum contoh runtuh ada tanda-tanda
keruntuhan yang ditunjukan oleh pengukur deformasi. Sedang pada
beban tarik, rayapan tersier terjadi begitu cepat dan tidak ada
tanda-tanda sebelum terjadi keruntuhan.
 Chugh (1974): Rayapan UCS & UTS - laju rayapan UTS batu pasir = 6
kali laju rayapan UCS batupasir. Laju rayapan UTS batu gamping &
granit = x kali laju rayapan UCS batu gamping & granit.
2. Tingkat Tegangan
 Besarnya rayapan = f(tegangan yang diterima batuan).
 Jika tegangan yang diterima kecil → regangan yang terjadi
terlampau kecil.
 Jika tegangan yang diberikan besar → kurva akan langsung menuju
tahap tersier & disusul dgn keruntuhan & tahap ini berlangsung
sangat cepat.
 Afrouz dan Harvey (1974) melakukan uji batuan yang berbeda yaitu
dalam kondisi jenuh air dan kering pada tingkat tegangan yang
berbeda dan memperoleh data bahwa pada tingkat beban dua kali
lipat rayapan sekunder naik 90% sedangkan rayapan primer naik
50%-80%.

3. Kandungan Air dan Kelembaban


 Griggs (1940) batuan Alabaster yang dicelup dalam larutan HCl &
kecepatan rayapannya lebih cepat dibandingkan dalam air walaupun
kelarutannya lebih kecil tapi bukan fungsi waktunya.
 Kanagawa & Nakaarai (1970) pada batusabak (slate) dan porfirit
kondisi kering laju regangan awalnya lebih besar 2-5 kali, tetapi
setelah 20-100 hari laju regangan pada kondisi rayapan sekunder
cenderung sama. Jenis batuan yang berbeda akan mempunyai
kemampuan untuk menyerap air yang berbeda khususnya pada
batuan sedimen. Afrouz & Harvey (1974) menyatakan bahwa pada
batuan lunak (soft rock) yang jenuh, laju rayapan akan meningkat,
sebesar tiga kali pada batubara dan delapan kali pada batuserpih
(shale)
4. Faktor Struktur
 Lacomte (1965) meneliti pengaruh ukuran butiran terhadap perilaku
rayapan pada batu garam (salt-rock), peningkatan ukuran butir
mengurangi kecepatan rayapan.
5. Temperatur
 Mc Clain dan Bradshaw (1970) pengaruh panas pada pilar
batugaram - pemanasan meningkatkan laju regangan sekitar 100
kali.
 Kuznetsov dan Vashcillin (1970) menguji batupasir menyatakan
bahwa deformasi rayapan sekunder akan meningkat dengan
meningkatnya temperatur.

10
11/27/2016

Failure
ε
IV Creep tidak stabil

III Creep kestabilan semu

Uji Kuat Tekan


εa II Creep stabil

I tidak ada creep

O
Uji Creep Kuat Tekan t

s s
IV Relaksasi tdk stabil

III Relaksasi kestabilan semu

II Relaksasi stabil

I Tdk ada relaksasi

εa εa

11
11/27/2016

 Model reologi untuk rayapan:


◦ model sederhana - Hooke (elastis) & Newton (viskos)
◦ model kompleks - Kelvin, Maxwell, dan Burger
 Model Burger model kompleks yang paling banyak digunakan
karena dianggap mampu mengakomodasi tahapan dalam
rayapan
 Tahap regangan seketika & rayapan sekunder → model
Maxwell
 Tahap rayapan primer → model Kelvin
 Tahap rayapan: regangan seketika, rayapan primer & rayapan
sekunder → model Burger [seri antara Maxwell & Kelvin]
representatif untuk kepentingan praktis

t= Gg,
σ G= modulus geser
E
ε

σ σ ε
E - Spring

12
11/27/2016

σ ε
W
σ0
∆ε sο

∆t σo = μ W

ε t s s
3h
Dashpot

 Suatu material plastik sempurna adalah material yang tidak akan terdeformasi
sama sekali selama tegangan yang diterimanya lebih kecil dari tegangan batas
σo.
 Jika tegangan yang diterima sama atau lebih besar dari batas tersebut (σo) ,
material akan terus terdeformasi tanpa penambahan tegangan.
 Model material tersebut adalah sebuah beban W diletakkan pada permukaan
yang memiliki koefisien gesekan tetap μ

Δε σ

Δt 3η
τ  ηγ(  Viscocitytetap )
 
  1   0.5  3   2  1
2 2
1
Shearstressmax    1   2  3
2

    1
2
1     
  3  1     3 1 
2  2  2
 d
 1   3 1  3
dt

13
11/27/2016

σ σ E
W W

sο so
σ0 σ0

ε ε
 Material elasto-plastik sempurna (material St. Venant)
 Material St. Venant adalah material yang berperilaku elastik sempurna
pada aplikasi tingkat tegangan di bawah σo , dan plastik sempurna ketika
σo tersebut tercapai.
 Jadi, material ini adalah kombinasi dari suatu elemen elastik sempurna E
dan elemen plastik sempurna W yang disusun secara seri.

e Ee

s s
s/E so
E h

t t
 
1   

2
k
Regangan seketika disusul dengan
  1   2  kenaikan reganan secara linear
 
   
E 
System    0  t  0
 t
  
E 

14
11/27/2016

e e
o
s/E

t t

 0  
Et

3 
= s’ + s”
  1 e  s s
= Ee+ 3 he
E  
 3h

e
 ( E1  E 2 )
 E1
E2
E1E 2
s

3h

s/E
t

 σ = η1ε1 + E1ε1
 σ = E2ε2
 ε = ε1 + ε2
 σ = η1(ε – (σ/E1) + k1(ε – (σ/E2)
 η1σ + (E1 + E2) σ = E2(η1ε + E1ε)

15
11/27/2016

e
E1
E2
s

3h
3h

t
 Model merepresentasikan
     model material yang paling
t
t1  t
   1  e  sederhana daripada regangan
 
k 2 k1   2 pada saat reganagan primer
dan sekunder.
G1t
2 1  1    t  Model ini adalah yang paling
 1 (t )    1  1 e 1  1 cocok untuk material sedimen
9k 3G 2 3G1 3G1 3 2  η1 = Delayed rate elasticity
E  η2 = rate viscous flow
k G1 = delayed elasticity
3(1 - 2  ) 

 G2 = elastic shear modulus

Jenis batuan Model Reologi Perilaku Sumber


Batuan keras Hookean Elastik Obert dan Duvall, 1967

Batuan pada umumnya Kelvin Viskoelastik Salustowicz, 1958

Batuan pada kedalaman yang cukup


Maxwell Viskoelastik Salustowicz, 1958
besar

Batuan yang dibebani untuk jangka Generalized Kelvin atau


Viskoelastik Nakamura, 1940
pendek Nakamura

Model Hooke diparalel


Sandstone, Limestone, batuan lain Viskoelastik Ruppeneit dan Libermannn, 1960
dengan Maxwell

Hardy, 1959;
Batubara Modified Burger Viskoelastik
Bobrov, 1970

Model Hooke dan sejumlah


Dolomit, Claystone, dan Anhydrite Viskoelastik Langer, 1966, 1969
model Kelvin secara seri

Batuan Carboniferous Kelvin Viskoelastik Kidybinski, 1966

St Venant paralel dengan


Batuan Carboniferous Elastoviskoplastik Loonen dan Hofer, 1964
Newtonian

16
11/27/2016

 σ = tegangan
  = regangan geser
 ε = regangan
  = koefisien gesek
 E = Modulus Young
  = koefisien viskositas
 W = beban Kuznetsov dan Vashcillin

Model Hubungan regangan-waktu


Model mekanik Diskripsi Model
Reologi Rumus Grafik
Hooke
E 
 Regangan elastik seketika
  
E

t
Newton

3

  (t )  t Rayapan sekunder
3
t
E  /E
Kelvin  E 
   t
  (t )  1e 3 
E  
Rayapan primer
 
3
t

Maxwell 
E 3
  
 (t )   t Regangan elastik seketika dan
E 3
/ t
rayapan sekunder
E

Burger E1
E2     1 t 
E 
  (t )    1  e 3 1 
E2 E 1  
 Regangan elastik seketika,
32  rayapan primer dan sekunder
31  t /E2
3 2 t

17
11/27/2016

2.5
KURVA RAYAPAN SAMPEL C 02

2.0
Regangan (%)

1.5

REG AKSIAL
1.0

0.5

0.0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260

Waktu (jam)

Grafik Rayapan, Station 3 Slice 3


(Regangan Vs Waktu), Dinding Kiri

1,80
1,60
Regangan (x 0,001)

1,40
1,20
y = 0,0006x + 1,2542
0,3465
1,00 y = 0,2549x 2
R = 0,8509
2
0,80 R = 0,9967
0,60
0,40 y = 0,0261x
2
0,20 R =1
0,00
0 100 200 300 400 500
Waktu (jam )

18
11/27/2016

ε = εe + ε(t) + At + εT(t)
  = regangan total
 e = regangan elastik seketika
  (t) = fungsi regangan - rayapan primer
 At = fungsi regangan linier terhadap waktu - rayapan sekunder
 T (t) = fungsi regangan - rayapan tersier

 Kurva sederhana rayapan primer yang cocok, ε(t) = Atn


 Andrade (1910): rayapan pada logam lunak, ε(t) = At0.33
 Rayapan pada massa batuan  perambatan rekahan
◦ Tahap rayapan primer: batuan beradaptasi dengan tegangan yang
diaplikasikan dan perambatan rekahan berjalan lambat hingga
mencapai stabil hampir mendekati konstan.
◦ Tahap rayapan sekunder: kerusakan batuan semakin bertambah
hingga pada akhirnya mencapai tahap tersier terjadi percepatan
perambatan rekahan yang tidak terkontrol dan batuan mengalami
runtuhan.
 Pada suhu kamar dan tekanan atmosfir, rekahan mikro berperan
dominan dalam perilaku rayapan batuan, terutama pada batuan
dengan kekuatan lebih rendah dibandingkan dengan kekuatan
butir. Rekahan mikro akan meningkatkan efek pada tahap
rayapan tersebut.
 Beberapa orientasi rekahan akan menjalar pertama kali sebagai
tekanan minimum kritis dan diikuti oleh rekahan lainnya, dimana
sebagian kecil orientasi akan menimbulkan rayapan sekunder.
Pada tahap akhir, karena kerusakan semakin besar pada
spesimen, perambatan rekahan menjadi tidak stabil dan
memberikan rayapan tersier (Lama & Vutukuri, 1978).

19
11/27/2016

Uji rayapan Uji kuat tekan uniaksial

Regangan elastik seketika Penutupan rekahan

Rayapan primer Deformasi elastik sempurna

Rayapan sekunder Perambatan rekahan stabil

Rayapan tersier Perambatan rekahan tidak stabil

0.5 ∆L

[ε1, ε2, ε3] = f [σ1, σ2, σ3]


L/D=2

s
1

0.5 ∆L
D + ∆D
s
2
s
3

20
11/27/2016

1. Batuan dikenakan tegangan sebesar σ1 pada arah (1), sedangkan pada arah
(2) dan (3) = 0
  
1  1 2  1 3   1
E E E
2. Batuan dikenakan tegangan sebesar σ2 pada arah (2), sedangkan tegangan
pada arah (1) dan (3) = 0
 2 2  2
1   2  3  
E E E
3. Batuan dikenakan tegangan sebesar σ3 pada arah (3), sedangkan
tegangan pada arah (1) dan (2) = 0
 3  3 3
1   2  3 
E E E
1 
4. Batuan dikenakan tegangan  1 pada arah (1) #  1 total    2   3 
E E
2 
 2 pada arah (2) #  2 total    1   3 
E E
3 
 3 pada arah (3) #  3 total    1   2 
E E

 Untuk menyederhanakan perhitungan hubungan antara


tegangan dan regangan maka dibuat model dua
dimensi di mana pada kenyataannya adalah tiga
dimensi.
 Model dua dimensi yang dikenal adalah :
◦ Regangan bidang (plane strain)
◦ Tegangan bidang (plane stress)
◦ Symmetrical revolution

21
11/27/2016

 Misalkan sebuah terowongan yang mempunyai sistem sumbu


kartesian x, y & z dipotong oleh sebuah bidang dengan
sumbu x, y, sehingga :
 εz = 0 Y
 yz = 0 (γyz = ε23)
 xz = 0 (γxz = ε13)

 Pada tegangan bidang maka seluruh tegangan pada salah satu


sumbu sama dengan nol.
 σz = 0, τxz = 0, τyz = 0. Z e
z = 0 & sz =
0
sy e
y
1
 x  ( x   y )
E
1
 y  ( y   x )
E  z #0 sx e
x

 xy 
 xy   z  ( x   y )
G E
 z  0   xz   yz E
x  ( x  y )
(1   2 )
E
y  ( y  x )
(1   2 )
 xy  G xy

22
11/27/2016

 Jika sebuah benda berbentuk silinder diputar pada sumbunya


maka benda tsb dapat diwakili oleh sebuah bidang.
 Karena sumbunya merupakan sumbu simetri maka benda tsb
cukup diwakili oleh bidang yang diarsir

Elemen yang mewakili

 Analisis Dengan FEM


◦ Untuk memperkirakan deformasi yang terjadi pada
permukaan tanah
◦ Model dianggap sebagai suatu massa yang kontinu
◦ 2 Pendekatan analisis yaitu, penurunan tekanan
hidrostatis lumpur dan adanya rongga (cavity) bawah
tanah

 Model Analisis
◦ Model Axisymmetric
◦ Model Plainstrain

23

Anda mungkin juga menyukai