Anda di halaman 1dari 52

1

Material Baja

K08 Propertis Mekanik


Baja
SI 2101 – Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil

Dr. Eng. Aris Aryanto, ST., MT.

Teknik Sipil - FTSL ITB


2

Propertis Material Baja


Propertis mekanik material baja dapat dideskripsikan
dalam hal-hal berikut:
▪ Kekuatan (Strength)
▪ Kekakuan (Stiffness)
▪ Kekerasan (Hardness)
▪ Daktilitas & Kegetasan (Ductility & Brittleness)
▪ Ketangguhan (Toughness)

2
3

Kekuatan (Strength)
▪ Kekuatan adalah kemampuan material
mengakomodasi tegangan yang terjadi akibat
beban yang bekerja
▪ Sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia dan
proses pembuatan material baja

Stress
▪ Diperoleh dari hasil uji tarik (tensile test) atau
dari kurva tegangan-regangan baja
▪ Terdiri atas:
▪ kuat leleh material, atau tegangan leleh (fy)
▪ kuat tarik material, atau tegangan tarik (fu) Strain
▪ Kekuatan tekan baja adalah sama dengan
kekuatan tarik
4

Uji Tarik Baja (Tensile Test)


▪ Menggunakan suatu benda uji
standar yang disebut ‘coupon’, yang
dibentuk sehingga memiliki daerah
dengan luas penampang yang lebih
kecil untuk melokalisasi daerah
fraktur
▪ Benda uji dijepit pada mesin uji, dan
ditarik dengan suatu gaya hingga
fraktur terjadi
▪ Hasil dari pengujian adalah kurva
tegangan-regangan

4
5

Uji Tarik Baja (Tensile Test)

https://www.youtube.com/watch?v=D8U4G5kcpcM
6

Tegangan (stress)

Untuk membandingkan kekuatan material, umumnya diukur dengan


parameter :
Tegangan (Stress) : beban per unit area
F
σ= F : beban bekerja dalam Newton
A A : Luas penampang dalam mm²
s : tegangan dalam MPa (N/mm2)

F F
7

Regangan (strain)
Regangan (Strain) : rasio perpanjangan material terhadap panjang
awal (unit deformasi)
Lo e
e
ε=
Lo L

e : perpanjangan /elongasi (mm)


Lo : panjang awal material (mm)
e : regangan (m/m) atau (mm/mm)

Perpanjangan (elongasi):

e = L − Lo
L : panjang terbebani (mm)
8

Kurva Tegangan- Regangan

▪ Plot grafik hubungan tegangan


vs. regangan
▪ Kurva ini bisa mengambarkan
perilaku material dan propertis
material
▪ Setiap material menghasilkan
kurva tegangan-regangan yang
berbeda-beda

8
9
Kurva Tegangan- Regangan
𝝈𝟐 − 𝝈𝟏
𝑬=
𝜺𝟐 − 𝜺𝟏 4

Kulat
Leleh s y
5
2 3

Daerah
Elastis
σ =Eε 4’
σ 1
E= 3’ Regangan ( e ) (e/Lo)
ε 9
10

Kurva Tegangan- Regangan


Daerah ELASTIS (Poin 1 – 2)
• Material akan kembali ke bentuk semula (ke titik 1) setelah material
dihilangkan beban/tegangannya
• Pertambahan tegangan berbanding lurus (proporsional) dengan
pertambahan regangan sampai mencapai tegangan leleh

σ
σ =Eε atau E=
ε
s : Tegangan/Stress (MPa)
E : Elastic modulus (Young’s Modulus) (MPa)
e : Tegangan (Strain) (mm/mm)
• Titik 2 - Tegangan leleh (Yield strength): titik dimana terjadi defromasi
permanen (Jika dilewati maka material tidak akan kembali ke panjang
semula)
11

Deformasi Elastis
1. Initial 2. Small load 3. Unload

bonds
stretch

return to
initial

F
Elastic means reversible!
12
Kurva Tegangan- Regangan
4

Kuat
Leleh s y
5
2 3

Daerah
Plastis

Daerah
Elastis
4’
1
3’ Regangan ( e ) (e/Lo)
12
13

Kurva Tegangan- Regangan


Daerah PLASTIS (Poin 2 – 3)
▪ Berupa daerah datar (plateu) pada kurva tegangan dan regangan
▪ Dimulai pada titik leleh (Titik 2) sampai titik 3, ditandai dengan
adanya pertambahan regangan tanpa adanya peningkatan
tegangan yang berarti
▪ Kelelehan terjadi karena adanya pergeseran internal pada
material baja di tingkat atom
▪ Jika beban dihilangkan (unloading) pada titik 3, maka kurva akan
bergerak dari titik 3 ke titik 3’. Kemiringan (slope) akan sama
dengan kemirinagn antara titik 1 dan 2.
▪ Jarak antara titik 1 dan 3’ menunjukkan deformasi permanen
14

Kuat Leleh (yield strength)


▪ Titik leleh (yield point) dapat dengan
mudah ditentukan jika terdapat daerah
plastis (yield plateu)
▪ Jika yield plateu tidak terlihat dengan
jelas, kuat leleh didefinisikan sebagai
tegangan saat material mengalami
deformasi permanen sebesar 0,2%
(metoda offset).
▪ Metoda offset digambarkan dengan
garis yang paralel dengan kemiringan
awal yang melalui nilai regangan 0,2%
tersebut.
▪ Nilainya bervariasi antara 220-1000
Mpa.

14
15

Deformasi Plastis
1. Initial 2. Small load 3. Unload

linear linear
elastic elastic
Plastic means permanent! 
plastic
Kurva Tegangan- Regangan
16

Kuat s 4
Tarik UTS

Strain
Kuat Hardening
Leleh sy 5
2 3

Daerah Daerah Strain


Plastis Hardening

Daerah
Elastis
4’
1
3’ Regangan ( e ) (e/Lo)
17

Kurva Tegangan- Regangan


Daerah STRAIN HARDENING (Poin 3 – 4)
▪ Ditandai dengan adanya peningkatan tegangan pada kurva tegangan-
regangan (> sy), yang berarti diperlukan adanya peningkatan tegangan
untuk setiap pertambahan regangan
▪ Efek strain hardening berkurang dengan bertambahnya regangan, sampai
kurva mencapai puncak
▪ Titik 4 - Tegangan ultimit (Ultimate Tensile Strength): maksimum tegangan
pada kurva tegangan-regangan
▪ Jika beban dihilangkan (unloading) pada titik 4, maka kurva akan
bergerak dari titik 4 ke titik 4’. Kemiringan (slope) akan sama dengan
kemirinagn antara titik 1 dan 2.
18
Kurva Tegangan- Regangan
Kuat
Tarik s UTS
4
Daerah
Necking

Kuat s
Leleh y 5 Fraktur
2 3

Daerah Daerah Strain


Plastis Hardening

Daerah
Elastis
4’
1
3’ Regangan ( e ) (e/Lo)
18
19

Kurva Tegangan- Regangan

Daerah NECKING (Poin 4 – 5)


▪ Jika material ditarik melebihi titik 4 maka tegangan berkurang
dan terjadi deformasi tidak seragam sampai akhirnya
spesimen putus/fraktur (titik 5)
▪ Pertambahan panjang spesimen yang terjadi signifikan serta
berkurangnya luas penampang pada lokasi tertentu di
spesimen disebut dengan “necking”
20

Regangan pada titik-titik penting

sUTS ▪ Regangan leleh (ey) yaitu regangan


saat material mencapai titik leleh
▪ Regangan plastis, dibatasi oleh awal
strain hardening, umumnya 6-15 ey
sy
▪ Regangan maksimum (eu) yaitu
regangan saat material putus,
umumnya 150-200 ey.
▪ Perhatikan bahwa eu bukan
regangan saat sUTS tercapai.

ey eu

20
21

Model Kurva Tegangan-Regangan


Persamaan Ramberg-Osgood :

s : Tegangan/ stress (MPa)


sYS : Tegangan Leleh/ yield stress (MPa)
E : Modulus Elastisitas (MPa)
e : Tegangan/ strain (mm/mm)
n : Parameter Ramberg-Osgood (strain hardening exponent)
umumnya digunakan nilai 5 atau lebih

21
22

Kekakuan (Stiffness)
▪ Kekakuan menunjukkan kemampuan yang
dimiliki material untuk mengatasi deformasi
atau mempertahankan bentuknya Unload
▪ Kekakuan baja dalam kondisi elastis

Stress
Slope = modulus of
ditunjukkan oleh Modulus Elastisitas (E)
elasticity E
dan Modulus Geser (G)

E = Modulus Elastisitas atau Young's Load


modulus (N/m2 or MPa)
Strain
Semakin Besar E → Semakin Kaku

22
23

Modulus Elastisitas
▪ Modulus elastisitas (E) → kemiringan kurva
tegangan regangan sebelum leleh tercapai
(kondisi elastis)
▪ Nilai modulus elastisitas umumnya tetap untuk
semua material baja sekitar 200 000 MPa
▪ Modulus Geser (G) dapat dihitung sebagai
E
G=  80000 MPa
2(1 +  )
dimana μ = poisson rasio baja nilainya 0,3
24

Poisson’s Ratio, n
▪ Fenomena bahwa suatu batang yang ditarik
dan bertambah panjang akan mengalami
pengurangan dimensi di arah transversal
▪ Poisson’s rasio didefinisikan sebagai rasio
regangan arah transversal terhadap
regangan arah longitudinal.

n = -ex/ez = -ey/ez

▪ Tanda negatif menunjukkan pengurangan


dimensi di arah transversal
▪ Untuk baja, nilai poisson’s ratio = 0,3 pada
kondisi elastis, dan 0,5 pada kondisi plastis

24
25

Modulus Strain Hardening, Est

sUTS
▪ Didefinisikan sebagai slope/
kemiringan kurva di awal daerah
strain hardening
sy ▪ Nilai tertinggi slope dicapai di awal
daerah strain hardening, Est
▪ Besarnya bervariasi, umumnya 2%
dari modulus elastisitas (E)

ey eu
25
26

Material Baja

K09 Propertis Mekanik


Baja Lainnya
SI 2101 – Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil

Dr. Eng. Aris Aryanto, ST., MT.

Teknik Sipil - FTSL ITB


27

Kekerasan (Hardness)

▪ Menunjukkan kekerasan bahan atau


permukaan ketika ditekan dengan suatu
indentor, atau juga kemampuan menahan
abrasi atau aus.
▪ Diukur dengan skala kekerasan (hardness
number) : Brinell, Rockwell, Vickers,
Berkovich dan Knoop.
▪ Kekerasan dan kekuatan memiliki hubungan
erat karena keduanya berkaitan dengan
inter-molecular bonding.

27
28

Uji Kekerasan (Hardness Test)

28
29

Uji Kekerasan (Hardness test)

https://www.youtube.com/watch?v=RJXJpeH78iU

29
30

Konversi hardness
▪ Uji Hardness (kekerasan) sering digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan metal atau
baja.
▪ Uji ini dianggap sebagai uji tidak merusak
(non-destruktif) karena jejak indentasi
sangat kecil dan tidak mempengaruhi
kualitas permukaan bahan.
▪ Untuk baja, korelasi antara Brinell hardness
number (BHN) dan kuat tarik/tensile strength
(TS) dalam psi / MPa:

UTS(psi) = 500 x BHN


UTS(MPa) = 3.45 × BHN
31

Daktilitas & Kegetasan


(Ductility and Brittleness)
▪ Daktilitas merupakan kemampuan yang
dimiliki material dalam berdeformasi plastis Getas/Brittle
sebelum mengalami kegagalan (fraktur)
▪ Nilai daktilitas dapat dihitung dari
perpanjangan yang terjadi pada pengujian
Tarik. Daktail/Ductile
▪ Manfaat daktilitas:
▪ memungkinkan adanya redistribusi
tegangan
▪ memberikan peringatan menjelang Regangan
keruntuhan struktur melalui deformasi
yang besar

31
32

Daktilitas, 
▪ Daktilitas umumnya dihitung sebagai rasio atau perbandingan dari nilai
perpanjangan maksimum yang terjadi terhadap nilai perpanjangan pada
saat leleh

ey
=
eu
▪ Standar material baja mensyaratkan minimum 15%-20% perpanjangan.

32
33

Ketangguhan (Toughness)
▪ Kemampuan yang dimiliki oleh material dalam
menyerap energi
▪ Material yang tangguh umumnya memiliki Lower toughness
kekuatan dan daktilitas yang tinggi
▪ Dapat diukur dengan dua metode:
1) Integrasi kurva tegangan-regangan
Higher toughness
▪ Besarnya energi yang diserap diukur
sebagai luas daerah di bawah kurva
tegangan-regangan baja
▪ Penyerapan energi lambat
2) Charpy test
▪ Kemampuan menyerap energi impak tanpa
fraktur
▪ Ketangguhan impak dapat diukur

33
34

Charpy V-Notch Test

Figure 5.6 - Operation of Charpy v-notch Impact Test


https://www.youtube.com/watch?v=tpGhqQvftAo
35

Pengaruh Temperatur pada Baja

▪ Material baja memuai dengan adanya kenaikan temperatur, besaran


muai tergantung koefisien ekspansi termal baja.
▪ Koefisien ekspansi termal baja adalah a = 12 x 10-6 /oC
▪ Peningkatan temperatur dapat menyebabkan:
▪ Penurunan Modulus elastisitas
▪ Penurunan Kuat Leleh
▪ Penurunan Kuat Ultimit
▪ Penurunan Kekerasan
▪ Peningkatan Daktilitas

35
36

Fatik (Fatigue)
▪ Fatik berarti keruntuhan yang diakibatkan oleh beban siklik atau
berulang, meskipun tegangan leleh/maksimum belum terlampaui
▪ Tegangan maksimum menurun seiring peningkatan jumlah siklus
pembebanan
▪ Dipengaruhi oleh jumlah siklus pembebanan, rentang beban
maksimum dan minimum, serta cacat awal pada baja

Endurance Limit : Batas tegangan


Steel tertentu yang tidak akan menyebabkan
kegagalan fatik untuk jumlah siklus N
tertentu.

Aluminum
Aluminum tidak memiliki endurance limit

Cycles N at Fatigue Failure


37

Fatigue Test

https://www.youtube.com/watch?v=LhUclxBUV_E&t=47s
38

Lamellar Tearing

▪ Lamellar berarti ‘terdiri dari lapisan-


lapisan tipis’
▪ Lamellar Tearing adalah bentuk
keruntuhan getas yang terjadi pada
“bidang paralel terhadap arah rolling
dari ketebalan permukaan plat baja”

38
39

Lamellar Tearing
▪ Akibat proses hot rolling di pabrik, baja memiliki properties yang
berbeda di arah sejajar, tegak lurus, dan tebal dari proses rolling
▪ Rolling tidak mempengaruhi kekuatan secara signifikan, sehingga
kekuatan baja di segala arah hampir sama namun rolling
mempengaruhi daktilitas baja, → daktilitas di arah tebal baja lebih
rendah dibandingkan arah longitudinal dan transversal
▪ Berpengaruh terutama untuk plat yang tebal atau profil ukuran
besar (jumbo sections/heavy shapes)

39
40

Tegangan Sisa (Residual Stress)

▪ Merupakan tegangan yang (masih) bekerja pada elemen struktur


baja setelah dibentuk menjadi produk jadi.
▪ Terjadi akibat deformasi plastik yang disebabkan oleh :
▪ Proses pendinginan yang tidak merata setelah baja mengalami ‘hot-
rolling' menjadi baja profil.
▪ Lentur yang terjadi pada suhu ruang selama fabrikasi.
▪ Pemotongan atau pembuatan lubang selama fabrikasi.
▪ Pengelasan.
▪ Pada kondisi biasa, pendinginan yang tidak merata serta
pengelasan merupakan penyebab yang utama.

40
41

Tegangan Sisa (Residual Stress)


1. Profil dibentuk melalui Hot-rolling (Profil-H
dan wide-flange)

▪ Bagian sayap (flange) lebih tebal daripada bagian


badan (web), maka bagian sayap lebih lambat
mengalami pendinginan setelah mengalami 'hot-
rolling'.
▪ Bagian ujung sayap lebih banyak terkena udara
dingin daripada bagian pertemuan sayap-badan
sehingga lebih cepat mendingin.
▪ Tegangan tekan terjadi pada bagian yang lebih cepat
mendingin.Tegangan tarik timbul untuk mengimbangi
tegangan tekan dan terjadi di sekitar pertemuan
sayap-badan.
▪ Gaya-gaya yang bekerja sehubungan dengan
tegangan-tegangan tersebut akan menghasilkan
keseimbangan gaya pada penampang profil.
42

Tegangan Sisa (Residual Stress)


2. Profil yang dibentuk melalui
Pengelasan
▪ Profil dibentuk dari lembaran pelat baja yang
umumnya mengalami pendinginan yang
merata (tegangan sisa kecil) yang
selanjutnya dilas untuk menyatukan menjadi
profil.
▪ Proses pengelasan menimbulkan tegangan
sisa yang cukup besar.
▪ Perbedaan suhu diantara ujung sayap dan
pertemuan sayap-badan akibat pengelasan
lebih besar daripada perbedaan suhu pada
profil hasil hot-rolling.

42
43

Tegangan Sisa (Residual Stress)

▪ Huber dan Beedle (1954) → tegangan


sisa pada baja menyebabkan
terbentuknya kurva nonlinier pada
kurva tegangan-regangan sebelum
mencapai tegangan lelehnya.
▪ Profil berukuran besar dan tebal (jumbo
shapes) umumnya memiliki tegangan
sisa yang lebih besar dibandingkan
profil yang kecil dan tipis
▪ Pengaruh tegangan sisa perlu
diperhatikan dalam merencanakan
kekuatan kolom baja.

43
44

Material Baja

K10 Standar Propertis


Baja
SI 2101 – Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil

Dr. Eng. Aris Aryanto, ST., MT.

Teknik Sipil - FTSL ITB


45

Spesifikasi dan Pengujian Bahan Baja


▪ Spesifikasi teknis bahan baja, profil baja, serta standar pengujian
bahan telah didokumentasikan dalam beberapa standar :
▪ SNI (Standar Nasional Indonesia)
▪ ASTM (American Society of Testing and Materials)
▪ JIS (Japan Industrial Standard)
▪ BS (British Standard)
▪ DIN (Deutsch Industrie Normen)
▪ Masing-masing standar memiliki kesamaan dan perbedaan antara satu
dengan lainnya.
▪ Standar-standar tersebut mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan hasil penelitian maupun pengalaman di lapangan.

45
46

Persyaratan Material Baja

Mill Test Report (Sertifikat Pabrik)


▪ Merupakan data yang diberikan oleh pabrik pada fabrikator
▪ Menunjukkan hasil pengujian kimia dan mekanik, serta
mengidentifikasikan mutu setiap jenis baja
▪ Menunjukkan nomor order, jumlah dan ukuran baja yang dikirimkan,
serta hasil uji tarik
▪ Nilai properties mekanis pada sertifikat pabrik umumnya diatas nilai
yang ditetapkan, dan hanya menunjukkan bahwa baja memenuhi
persyaratan yang ada.

46
47

Persyaratan Material Baja Struktural


SNI 1729: 2020 Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
(ANSI/AISC 360-16, IDT

47
48

Persyaratan Material Baja Struktural

Persyaratan material baja profil (SNI)


untuk bangunan:
▪ Fy/Fu < 0.85
▪ Daerah plateau yang cukup panjang
▪ Elongation (eu) > 20%
▪ Mudah dilas

48
49

Persyaratan Baja Tulangan


SNI 2847-2019 : Persyaratan beton struktural untuk bangunan
gedung dan penjelasan
50

Persyaratan Baja Tulangan

Parameter dasar:
▪ Kuat leleh fy dan kuat tarik fu
minimum
▪ Rasio kuat tarik terhadap kuat
leleh fu/fy
▪ Regangan (elongasi) saat kuat
tarik eu
▪ Panjang daerah plateau
51

Persyaratan Baja Tulangan


SNI 2847-2019
ASTM A 615

ASTM A 706
52

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai